Anda di halaman 1dari 13

JOBSHEET

SENSOR DAN PENGKONDISI SINYAL

Oleh

AIDI FINAWAN, SST, M. Eng

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA INSTRUMENTASI DAN KONTROL


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2020
HALAMAN PENGESAHAN INSTITUSI

SENSOR DAN PENGKONDISI SINYAL

Kegiatan Pembuatan Jobsheet ini dibiayai dengan sumber dana DIPA


Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Penyusun

M. Basyir, SST, MT Aidi Finawan, SST, M. Eng


Nip. 19741006 200012 1 001 Nip. 19740619 200012 1 003

Mengetahui/mengesahkan
Pembantu Direktur Bidang Akademik,
Politeknik Negeri Lhokseumawe

Zamzami, ST, M. Eng.


Nip. 19791112 200312 1 003 195912311990031009

i
HALAMAN PENGESAHAN REVIEWER

Jobsheet praktikum Sensor dan Pengkondisi Sinyal dalam mata kuliah Laboratorium
Telemetri (MKK461410), yang disusun oleh:

Nama : Aidi Finawan, SST, M. Eng


Nip. : 197406192000121003
Jurusan : Teknik Elektro

Telah memenuhi syarat-syarat penulisan jobsheet yang dibiayai dengan sumber dana
DIPA Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020

Reviewer:

1. Ir. Azhar, M. Eng Ir. Muhaimin, MT .......................................


Nip.197201291998032001 196512131994031015

2. Yassir, ST, M.Eng.Sc ........................................


Nip. 198004192003121002 196106221991031002

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Pusat Pengembangan Ketua Departemen Pendidikan dan
Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Pengambangan Pembelajaran

Ir. Herri Mahyar, MT Ir. Jufriadi, MT


Nip. 19621201 198902 1 001 Nip. 19641102 199303 1 002

ii
LABORATORIUM: TELEMETRI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
PENGUJIAN: 1. SENSOR DAN PENGKONDISI SINYAL

I. Capaian Praktikum/Kompetensi
 Memahami fungsi sensor suhu dalam Sistem Telemetri
 Memahami prinsip pengkondisian sinyal sebagai bagian akuisisi data dalam
sistem telemetri

II. Keselamatan Kerja


 Menggunakan pakaian praktikum dengan baik dan rapi
 Sambungkan perangkat-perangkat yang digunakan sesuai dengan petunjuk
pembimbing praktikum
 Jalankan sistem setelah mendapat izin dari pembimbing praktikum.

III. Teori
A. Komponen Sistem Telemetri
Sebuah sistem telemetri sering dipandang sebagai dua komponen utama, yaitu
stasiun ukur dan stasiun pantau dan kendali. Tetapi keadaan yang sebenarnya ke dua
bagian dapat berada di udara atau dibumi. Saat ini banyak sistem telemetri yang dibuat
berupa produk-produk komersil. Masing-masing secara uniknya dibuat untuk
mendapatkan kebutuhan aplikasi yang khusus. Tetapi semuanya mempunyai banyak
elemen yang umum digunakan. Gambar 1.1 menunjukkan konfigurasi sistem telemetri
secara umum. Sistem akuisisi terdiri dari Alat Ukur, pengkondisi sinyal dan ADC
(Analog to Digital Converter).

sens Tampilan
Kompute

Stasi Stasi
un un
Ukur Kend

Gambar 1.1 Konfigurasi sistem telemetri


1
B. Sistem Pengumpulan Data
Sistem pengumpulan data dapat terdiri dari sensor-sensor dan pengkondisi
sinyal. Perolehan data dimulai ketika sensor-sensor atau transduser-transduser
mengukur suatu besaran fisik dan mengubah nilai pengukuran menjadi suatu besaran
teknik. Beberapa sensor menghasilkan tegangan secara langsung seperti termokopel
untuk temperatur atau strain gage piezoelektric untuk akselerasi), sedangkan yang
lainnya memerlukan eksitasi seperti strain gage resistif, potensiometer untuk rotasi dan
sebagainya. Sensor-sensor atau transduser yang terkait dengan pengkondisi sinyal
memberikan kehandalan bagi sensor-sensor tersebut untuk beroperasi atau
memodifikasi sinyal-sinyal agar kompatibel dengan tahap akuisisi berikutnya. Gambar
1.2 menunjukkan diagram fungsional sensor/Transduser.

Gambar 1.2 Blok fungsional Sensor/Transduser (Setiawan, 2009)

C. Pengkondisi Sinyal Analog


Pengkondisi sinyal analog menyediakan operasi-operasi yang diperlukan untuk
mentransformasikan suatu keluaran sensor ke dalam suatu bentuk yang diperlukan
untuk interface dengan elemen proses lainnya. Efek pengkondisi sinyal sering
dinyatakan dengan fungsi alihnya (transfer function). Dengan istilah ini kita
menghubungkan efek yang ditimbulkan dengan sinyal input. Jadi, sebuah amplifier
sederhana mempunyai fungsi alih dari beberapa konstanta yang, bila dikalikan dengan
tegangan input, memberikan tegangan output.
Beberapa prinsip umum dari pengkondisi sinyal analog adalah sebagai berikut:
(Johnson, 1997)
 Pengubahan level sinyal
 Linearisasi
 Konversi
 Filtering dan Impedance Matching

2
Amplifier Membalik (Inverting Amplifier)
Amplifier membalik merupakan salah satu amplifier untuk pengubahan level
sinyal. Rangkaian untuk amplifier inverting ditunjukkan pada gambar 3.4. Penting
untuk diperhatikan bahwa impedansi input dari rangkaian ini pada dasarnya sama
dengan R1, yaitu tahanan input. Pada umumnya, tahanan ini tidak besar, dan karena itu
impedansi input tidak besar.
Secara ideal bila op-amp digunakan sebagai amplifier inverting, maka resistor
R2 digunakan untuk umpan balik output ke input inverting dari op-amp dan R1
menghubungkan tegangan input Vin dengan titik yang sama ini. Hubungan bersama
disebut titik penjumlahan (summing point). Dapat dilihat bahwa dengan tanpa
umpanbalik dan (+) digroundkan, Vin>0 menjadikan output saturasi negatif, sedangkan
Vin<0 menjadikan output saturasi positif (Johnson, 1997). Gambar 1.3 adalah amplifier
inverting dengan gain R2/R1 yang digeser 1800 dalam fase (terbalik) dari input. Alat ini
juga merupakan attenuator dengan menjadikan R2 < R1.

Gambar 1.3 Rangkaian Amplifier inverting


Tegangan keluaran dari Rangkaian amplifier inferting ini dapat ditulis seperti:
R2
Vout   Vin (1.1)
R1
Amplifier Tidak Membalik (Non inverting Amplifier)
Sebuah amplifier noninverting dapat dikonstruksi dari sebuah op-amp seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1.4. Tegangan keluaran amplifier tidak membalik adalah
seperti:
R2
Vout  (1  ) Vin (1.2)
R1

3
Gambar 1.4 Amplifier Tidak Membalik

D. Sensor suhu LM35


Sensor suhu LM35 merupakan komponen elektronik dalam bentuk chip IC
dengan 3 kaki (3 pin) yang berfungsi untuk mengubah besaran fisis temperature sekitar
sensor menjadi besaran elektris dalam bentuk perubahan tegangan. Sensor suhu LM35
memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1ºC tegangan keluarannya naik sebesar 10
mV dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5 V pada suhu 150°C. Misalnya
pada perancangan menggunakan sensor suhu LM35 kita tentukan keluaran ADC
mencapai full scale pada saat suhu 100°C, sehingga saat suhu 100°C tegangan keluaran
transduser (10mV/°C x 100°C) = 1V.
Bentuk Fisik sensor Suhu LM35 adalah seperti ditunjukkan pada gambar 1.5 di
bawah ini

a. Bentuk fisik b. simbol

Gambar 1.5 Sensor suhu LM35

Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi
yang diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA

4
hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari
sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari
0,5 ºC pada suhu 25 ºC .

E. Multiplexer
Multiplexer merupakan rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memilih
salah satu diantara banyak masukan menjadi satu keluaran. Jumlah bit dari bagian
pemilih (selector) menentukan banyaknya jalur masukan yang bisa diterima. Dengan
ketentuan adalah
I = 2s (1.3)
Dimana:
I : Banyaknya jalur masukan yang bisa diterima
s : Jumlah bit dari selector atau jumlah jalur pemilih

Gambar 1.6 Rangkaian multiplexer dengan kombinasi gerbang logika


Rangkaian multiplexer pada gambar 2.1 memiliki 2 bit selector dan 4 jalur input.
Sebagai contoh jika kita menginginkan 14 jalur masukan, maka jumlah bit dari selector
minimal yang harus kita penuhi adalah 4 bit. Dimana dengan selector 4 bit bisa
mewakili 16 jalur masukan.

F. Analog to Digital Converter (ADC)


Rangkaian pengkondisi sinyal konversi energi untuk interface digital dibutuhkan
bila membutuhkan pengolahan atau untuk pengiriman sinyal secara digital. Penggunaan

5
sistem komputer dalam pengukuran membutuhkan konversi sinyal analog ke digital
(ADC). Konversi sinyal analog biasanya membutuhkan penyesuaian pengukuran sinyal
analog untuk disesuaikan dengan masukan, sehingga membutuhkan ADC.
Contoh: sebuah sensor menyediakan sinyal suatu perubahan tegangan dari 30 -
80 mV. ADC diterapkan untuk menghasilkan tegangan antara 0-5 volt. Rangkaian
konversi sinyal dapat dikembangkan untuk interface keluaran pada masukan ADC yang
dibutuhkan
ADC adalah pengubah dari isyarat analog (dari pengukuran) ke isyarat digital
Fungsi transfer dari ADC dapat diekspresikan seperti berikut:

Vin  V R [b1 2 1  b2 2 2    bn 2  n ] (1.4)

dimana
Vin = tegangan analog input
V R = tegangan referensi
b1 , b2 ,  bn = keluaran digital n  bit

Contoh: misalnya keluaran ADC adalah berupa biner 10000000 dan tegangan referensi
ADC sebesar 5V, maka tegangan input ADC dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan 1.1
Vin  5V [1* 2 1  0 * 2 2  0 * 2 3  0 * 2 4  0 * 2 5  0 * 2 6  0 * 2 7  0 * 2 8 ]

Vin  5V [1 * 2 1 ]

Vin  5V [0,5]  2,5V

Keluaran data digital yang dihasilkan ADC hanyalah merupakan pendekatan


proporsional terhadap masukan analog. Hal ini karena tidak mungkin melakukan
konversi secara sempurna berkaitan dengan kenyataan bahwa informasi digital berubah
dalam step-step, sedangkan analog berubahnya secara kontinyu. Misalnya ADC dengan
resolusi 8 bit menghasilkan bilangan 0 sampai dengan 255 (256 bilangan dan 255 step),
dengan demikian tidak mungkin menyajikan semua kemungkinan nilai-nilai analog.
Jika sekarang resolusinya menjadi 20 bit maka akan terdapat 1.048.575 step, semakin
banyak kemungkinan nilai-nilai analog yang bisa disajikan. Penting untuk diingat,
bagaimanapun juga pada sebuah step terdapat tak-terhingga kemungkinan nilai-nilai

6
analog untuk sembarang ADC yang dapat diperoleh di dunia ini. Sehingga apa yang
dibuat manusia (Human-made) tidak akan pernah bisa menyamai kondisi dunia-nyata.
Keluaran ADC akan dikirimkan ke mikrokontroller atau komputer. Pada praktikum ini
menggunakan ADC0804, yaitu ADC 8 bit dengan eror 1 bit LSB.

IV. Alat/Bahan
1. Komputer PC
2. Sensor LM 35
3. Modul Penguat Op-Amp
4. Modul ADC

V. Prosedur Praktikum
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1.7
2. Upload proram ke mikrokontroler dan jalankan sistem
3. Lakukan perubahan pengukuran suhu pada sensor sesuai dengan tabel 1.1
4. Catat data yang terukur seperti pada tabel 1.1

D1
U1 +12V R3
1 360 +2.50
Volts
RV2 D2
LED-RED
50.0 U2:A
8

2
R1 3 U3 U4
VOUT RN1 D3
LED-RED
68%

1 13 3 1k 1 20
10k X0 X CS VCC
2 14 2 18 1 16
X1 RD RD DB0(LSB)
15 3 17 2 15
X2 WR WR DB1
3 LM35 +0.50 12 4 16 3 14
1
X3
5
CLK IN DB2
15 4 13 D4
LED-RED
4

Volts +2.52
80%

LM358 X4 INTR INTR DB3


Volts 5 8 14 5 12
X5 A GND DB4
2 10 13 6 11
RV1 4
X6
9
D GND DB5
12 7 10
10k
X7
19
VREF/2 DB6
11 8 9 D5
LED-RED
-12V CLK R DB7(MSB)
11
10
A 10k R4 6 330
B VIN+
R2 9
C
7
VIN- D6
LED-RED
2k 6
INH
C1 ADC0804
4051 150pF
U5 D7
LED-RED

1 40
PB0/T0/XCK PA0/ADC0
2 39
PB1/T1 PA1/ADC1
3 38
4
PB2/AIN0/INT2 PA2/ADC2
37 D8
LED-RED
PB3/AIN1/OC0 PA3/ADC3
5 36
PB4/SS PA4/ADC4
6 35
PB5/MOSI PA5/ADC5
7 34 LED-RED
PB6/MISO PA6/ADC6
8 33
PB7/SCK PA7/ADC7
14 22
WR PD0/RXD PC0/SCL
15 23
RD PD1/TXD PC1/SDA
16 24
INTR PD2/INT0 PC2
17 25
PD3/INT1 PC3
18 26
PD4/OC1B PC4
19 27
PD5/OC1A PC5
20 28
PD6/ICP1 PC6/TOSC1
21 29
PD7/OC2 PC7/TOSC2
13
XTAL1
12 32
XTAL2 AREF
9 30
RESET AVCC
ATMEGA8535

Gambar 1.7 Rangkaian Percobaan


Program:
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>

// Declare your global variables here

7
void main(void)
{
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;

PORTB=0x00;
DDRB=0x00;

PORTC=0x00;
DDRC=0x00;

PORTD=0x00;
DDRD=0x03;

while (1)
{
// Place your code here
PIND.0 =1; //SET WR
PIND.1=1; //SET RD
delay_ms(150);
PIND.0 =0; //CLEAR WR
delay_ms(150);
PIND.0 =1; //SET WR
if(PIND.2==1) //BILA ADA INTERUPSI
{
PIND.1=0; //MAKA CLEAR RD
}
delay_ms(150);
}
}

VI. Data Percobaan


Tabel. 1.1 Hasil Percobaan Pengujian ADC
Suhu Tegangan Indikator Keluaran ADC
(oC) masukan (biner) VR [b1 2 1  b2 2 2    bn 2  n ] Kesalahan
ADC (V in ) Pengukuran
(Volt)
(Volt) D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 (%)
0
5
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100 1 1 1 1 1 1 1 1

8
VII. Analisa dan Kesimpulan

Analisa

9
Kesimpulan

VIII. Daftar Pustaka

Johnson, C. (1997). Process Control Instrumentation Technology. New Delhi: Prentice


Hall.
Setiawan, I. (2009). Buku Ajar Sensor dan Transduser. Semarang: Universitas
Diponegoro.

10

Anda mungkin juga menyukai