Anda di halaman 1dari 10

Drilling

Mengenal tentang sistem pemboran minyak dan gas bumi serta alat penunjang.

Cementing
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang
sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu opersai pemboran (seperti getaran),
melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap
zona yang lain di belakang casing.
Umumnya, dibagi menjadi dua, yaitu Primary Cementing (Penyemenan utama)
dan Secondary Cementing (Penyemenan Kedua atau Penyemenan perbaikan).
Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah casing diturunkan ke
dalam sumur. Sedangkan Secondary Cementing adalah penyemenan ulang untuk
menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak.
Primary Cementing
Pada Primary Cementing, penyemenan casing pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis
casing yang akan disemen.
Penyemenan Conductor Casing bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi fluida pemboran
dengan formasi.
Penyemenan Surface Casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida
pemboran, memperkuat dudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat BOP (Blow Out
Preventer), untuk menahan beban casing yang terdapat di bawahnya, dan untuk mencegah terjadinya
aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface casing.
Penyemenan Intermediate Casing bertujuan untuk menutup tekanan formasi abnormal atau
mengisolasi daerah lost circulation.
Penyemenan Production Casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar formasi ataupun
aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan memasuki sumur, untuk mengisolasi zona produktif
yang akan diproduksikan fluida formasi (perforated completion), dan juga untuk mencegah terjadinya korosi
pada casing yang disebabkan oleh material-material korosif.
Secondary Cementing
Apabila didapati kurang sempurnanya atau ada kerusakan pada primary cementing, maka
dilakukanlah secondary cementing. Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Squeeze Cementing
Pada tahap ini bertujuan untuk :
· Mengurangi water-oil ratio, water- gas ratio atau gas-oil ratio.
· Menutup formasi yang sudah tidak produktif lagi.
· Menutup zona lost circulation.
· Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing.
· Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan
Re – cementing
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk memperluas
perlindungan casing di atas top semen.
Plug – Back cementing
Penyemenan ini bertujuan untuk :
· Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well)
· Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang dikarenakan adanya
perbedaan compressive strength antara semen dan formasi maka akan mengakibatkan bit berubah
arahnya.
· Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio berkurang pada open hole
completion.
KLASIFIKASI SEMEN
API mengklasifikasikan semen berdasarkan kelas, maksudnya guna mempermudah pemilihan dan
penggolongan semen yang akan digunakan.
Pengklasifikasian semen ini didasarkan atas :
· Kedalaman sumur
· Tekanan dan temperatur dasar sumur
· Kandungan yang terdapat pada fluida formasi (misalnya sulfat dll)
1. KELAS A
Digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft, semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type),
mirip dengan semen ASTM (American Standart Testing Material) C-150 type 1
2. KELAS B
Digunakan pada kedalaman 0 sampai 6000 ft, tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan
tinggi.
3. KELAS C
Digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft, mempunyai sifat high-early strength (proses
pengerasan cepat). Semen ini tersedia dalam jenis moderat dan high sulfate resistant.
4. KELAS D
Digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai 12000 ft, untuk kondisi sumur yang mempunyai
tekanan dan temperatur tinggi.
5. KELAS E
Digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 14000 ft, untuk kondisi sumur yang mempunyai
tekanan dan temperatur tinggi.
6. KELAS F
Digunakan dari kedalaman 10000 ft sampai 14000 ft, untuk kondisi sumur yang mempunyai
tekanan dan temperatur tinggi. Tersedia dalam jenis high sulfate resistent.
7. KELAS G
Digunakan pada kedalaman 0 ft sampai 8000 ft, merupakan semen dasar. Bila
ditambahkan retarder semen ini dapat digunakan untuk sumur yang dalam dan range temperatur yang
cukup besar.
8. KELAS H
Semen kelas ini digunakan dari kedalaman 0 ft sampai 8000 ft, ini juga merupakan semen dasar.
Apabila ditambahkan accelerator dan retarder dapat digunakan pada range kedalaman dan temperatur
yang besar.
SIFAT-SIFAT SEMEN
Densitas
Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah berat bubuk semen, air
pencampur dan additif terhadap jumlah volume bubuk semen, air pencampur dan additif.
Dirumuskan sebagai berikut :
................................................................................... (2.1)
dimana :
Dbs = densitas suspensi semen
Gbk = berat bubuk semen
Gw = berat air
Ga = berat additif
Vbk = volume bubuk semen
Vw = volume air
Va = volume additif
Thickening time dan viskositas
Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen untuk mencapai konsistensi
sebesar 100 Uc (Unit Of Consistency). Konsistensi sebesar 100Uc merupakan batasan bagi suspensi
semen masih dapat di pompa lagi. Dalam penyemenan, sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi
adalah viskositas.
Filtration loss
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen ke dalam formasi permeabel
yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut dengan filtrat. Apabila filtrat yang hilang terlalu banyak maka akan
menyebabkan suspensi semen kekurangan air. Kejadian ini disebut dengan flash set.
Water Cement Ratio (WCR)
Water Cement Ratio (WCR) adalah perbandingan air yang dicampur terhadap bubuk semen
sewaktu suspensi semen dibuat. Jumlah air yang dicampur tidak boleh lebih atau kurang, karena akan
mempengaruhi baik-buruknya ikatan semen nantinya.
Waiting On Cement (WOC)
Waiting On Cement (WOC) atau waktu menunggu pengerasan suspensi semen adalah waktu yang
dihitung saat wipper plug diturunkan sampai kemudian plug dibor kembali untuk operasi selanjutnya.
Permeabilitas
Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras dan hampir sama dengan permeabilitas pada
batuan formasi yang berarti sebagai kemampuan untuk mengalirkan fluida.
.................................................................................................... (2.2)
dimana :
k = permeabilitas, md
Q = laju alir, ml/s
µ = viscositas air, cp
L = panjang sampel, cm
A = luas permukaan sampel, cm2
∆P = perbedaan tekanan, psi
Compresive Strength dan Shear Strength
Compresive Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang
berasal dari formasi maupun dari casing, sedangkan Shear Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen
dalam menahan berat casing.
ADDITIF YANG DIGUNAKAN DALAM SUSPENSI SEMEN
Accelerator
Additif yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan suspensi semen. Selain itu dapat
juga mempercepat naiknya strength semen dan mengimbangi additif lain, agar tidak tertunda poses
pengerasan suspensi semennya. Contohnya : kalsium klorida, sodium klorida, gipsum, sodium
silikat, dan air laut.
Retarder
Adalah additif yang dapat memperlambat proses pengerasan suspensi semen, sehingga suspensi
semen mempunyai zat waktu yang cukup untuk mencapai kedalaman target yang diinginkan.
Contohnya : lignosulfonat, senyawa-senyawa asam organik dan CMHEC (Carboxymethyl Hydroxymethyl
Cellulose)
Extender
Additif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi semen, yang berhubungan dengan
mengurangi densitas suspensi semen tersebut. Contohnya : bentonite, attapulgite, sodium silikat,
pozzolan, perlite dan gilsonite.
Weighting Agents
Adalah additif yang berfungsi menaikkan densitas semen, biasanya digunakan pada sumur-sumur
yang mempunyai tekanan formasi yang tinggi. Contohnya : hematite,ilmenite, barite dan pasir.
Dispersant
Dispersant merupakan additif yang dapat mengurangi viscositas suspensi semen. Additif-additif
yang termasuk dalam dispersant antara lain : polymelamine sulfonate, polynapthatalena sulfonate
Fluid-Loss Control Agents
Merupakan additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa liquid semen kedalam formasi,
sehingga terjaga kandungan cairan pada suspensi semen. Additif yang termasuk kedalam fluid-loss Lost
Circulation Control Agents
Lost Circulation Control Agents merupakan additif-additif yang mengontrol hilangnya suspensi
semen ke dalam formasi yang lemah atau bergua (rekahan). Additif yang termasuk kedalam lost
Specially Additives
Ada bermacam-macam additif lainnya yang dikelompokkan sebagai specially additives,
diantaranya silika, mud kill, radioactive tracers, fibers, antifoam agents dan lainnya.
PERALATAN PENYEMENAN
Pumping Unit
Suatu pompa yang dilengkapi dengan beberapa peralatan :
· Displacement tank, adalah tangki untuk menampung cairan pendorong (lumpur) yang dilengkapi dengan
ukuran.
· Pressure recorder, adalah alat untuk mencatat tekanan pemompaan.
· Alat pengaduk semen dengan air (mixing water).
· Densometer, adalah alat pengukur berat jenis bubur semen.
Silo
Ada dua macam silo :
· Pneumatic silo, tempat penampung semen kering yang bekerja dengan tekanan.
· Gravity silo, adalah tempat penampung semen yang bekerja dengan berat semen itu sendiri.
Cuting Bottle
Tempat menampung semen kering dari sak semen sebelum dipindah ke silo dengan sistem ditekan
menggunakan air compressor.
Air Compressor
Guna memberikan tekanan untuk memindahkan semen kering dari cutting bottle ke silo atau ke tempat
pengadukan.
Mixing Tank
Tangki tempat mengaduk air dengan additive semen atau mengaduk bubur semen.
Pitt Tank
Tangki yang dilengkapi dengan blender untuk mengaduk semen kering.
Centrifugal Pump
Pompa kecil yang digunakan untuk memindahkan air pengaduk atau bubur semen ke pompa besar,
sebelum di pompakan ke sumur.
Cementing Head
Cementing head dipasang di selubung sebagai tempat plug, sebelum didorong ke selubung.
METODE DALAM PENYEMENAN
Teknik penyemenan selubung
Tujuan :
· Melindungi selubung dari korosi
· Memisahkan antara lapian-lapisan yang berbeda tekanan dan kandungan.
· Memberi kekuatan pada konstruksi sumur.
· Mencegah adanya under ground blow out pada waktu pemboran trayek selanjutnya.
Penyemenan selubung dapat dilakukan dengan beberapa sistem tergantung dari kondisi formasi
dan kedalaman yang akan di semen.
Penyemenan dengan menggunakan stinger
Biasanya dilakukan untuk penyemenan selubung conductor yang berdiameter besar (20’’, 133/8’’) dan di set
tidak terlalu dalam.
Peralatannya : Duplex shoe, stinger, pipa bor, centralizer.
Langkah-langkahnya :
· Masuk selubung sampai kedalaman yang diinginkan dilengkapi dengan duplex shoe dan centralizer.
· Masuk pipa bor dengan ujung stinger, dudukkan stinger di duplex shoe.
· Sirkulasi kondisikan lumpur.
· Pompakan bubur semen (cement slurry).
· Dorong bubur semen (volume pendorongan sesuai dengan volume pipa bor yang dipakai).
· Bebaskan stinger, cabut rangkaian pipa bor.
· Tunggu semen keras (TSK)
Penyemenan satu tahap
Dilakukan apabila tekanan formasi cukup kuat untuk menahan tekanan hidrostatik bubur semen yang akan
dipompakan di annulus.
Peralatan : float shoe, centralizer, top plug, bottom plug.
Langkah-langkahnya :
· Masuk selubung sampai kedalaman yang dikehendaki dilengkapi dengan float shoe, float collar,
centralizer.
· Sirkulasi di dasar (break sirkulasi pada kedalaman-kedalaman tertentu).
· Jatuhkan bottom plug.
· Pompakan bubur semen dengan lumpur (volume pendorongan sama dengan volume selubung
sampai float collar) dTunggu semen keras (TSK).
Penyemenan dua tahap
Peralatan : float hoe, float collar, E.C.P, DSCC, centralizer, flexible plug.
Langkah-langkahnya :
· Masuk selubung dilengkapi dengan FS, FC, ECP, DSCC, centralizer sampai kedalaman yang
dikehendaki.
· Sirkulasi kondisi lumpur.
· Pompakan bubur semen “porsi pertama” didahului dengan cairan pendahulu.
· Jatuhkan flexible plug.
· Dorong semen dengan lumpur (volume lumpur pendorong sama dengan isi selubung sampai dengan float
collar).
· Jatuhkan trip plug buka DSCC, sirkulasi buang kontaminasi semen.
· TSK tahap pertama.
· Pompakan bubur semen “porsi kedua” didahului dengan air pendahulu.
· Jatuhkan shut off plug.
· Dorong bubur semen dengan lumpur (volume lumpur pendorong sama dengan isi selubung sampai
DSCC) tutup DSCC.
· Tunggu semen keras (TSK).
Penyemenan liner
Pada penyemenan liner peralatan yang diperlukan agak berbeda dengan penyemenan selubung, karena
untuk penyemenan liner diperlukan alat penggantung liner pada selubung sebelumnya
Langkah-langkahnya :
· Masuk liner dilengkapi dengan liner hanger/liner packer sampai ± 5 m dari TD.
· Sirkulasi kondisi lumpur.
· Sekatkan liner hanger.
· Bebaskan setting tool dari liner hanger.
· Pompakan bubur semen.
· Jatuhkan pump dow plug.
· Dorong semen dengan lumpur (vol. dorong = vol. DP + vol. liner sampai LC).
· Sekatkan liner packer.
· Cabut setting tool (sebelum cabut sirkulasi balik bersihkan kontaminasi semen).
Penyemenan desak
Penyemenan desak dilakukan untuk beberapa keperluan, antara lain untuk menutup lapisan yang tidak
produktif lagi atau perbaikan ikatan semen dibelakang selubung.
Beberapa cara penyemenan desak :
Penyemanan desak dengan penyekat
Cara kerja :
· Masuk tubing dilengkapi penyekat dengan pipa ekor satu / dua batang tubing, gantung tubing ± 5 – 10 m
di atas pelubangan yang akan disemen.
· Sekatkan penyekat, lakukan uji alir ( injection rate ).
· Bebaskan penyekat, aduk dan pompakan bubur semen sesuai dengan volume yang didapat dari uji alir.
· Dorong bubur semen, setelah semen sampai ujung rangkaian, sekatkan penyekat desak semen ke
pelubangan sampai tekanan maksimum yang diinginkan.
· Bebaskan tekanan dan bebaskan penyekat.
· Cabut rangkaian dan gantung kurang lebih 20 - 30 m di atas pelubangan.
· Sirkulasi balik buang kontaminasi semen.
· Cabut habis rangkaian penyemenan.
· Tunggu semen keras.
2.7.3.2 Penyemenan desak dengan tubing ujung terbuka
Cara kerja :
· Masuk tubing ujung terbuka gantung di depan pelubangan yang akan di tutup.
· Sirkulasi, lakukan uji alir dengan tutup PSL.
· Aduk dan pompakan bubur semen.
· Dorong semen dengan lumpur sampai bubur semen ke formasi yang di tutup, sampai di dapat tekanan
maksimum yang diinginkan.
· Bebaskan tekanan, cabut tubing.
· Tunggu semen keras.
Penyemenan desak dengan menggunakan cement retainer (CR)
Pada prinsipnya sama dengan penyemenan desak menggunaan packer hanya bedanya CR harus diset
dahulu dan rangkaian penyemenan dilengkapi dengan stinger.
Cara kerja :
· Sekatkan CR pada kedalaman di atas pelubangan yang akan di tutup.
· Masuk tubing dilengkapi dengan stinger, gantung di atas CR (1–2 m).
· Sirkulasi kondisi lumpur.
· Aduk dan pompakan bubur semen.
· Dorong bubur semen sampai ujung stinger.
· Dudukkan stinger, desak semen ke pelubangan sampai tekanan maksimum.
· Bebaskan stinger, sirkulasi balik buang sisa kontaminasi semen.
· Cabut habis tubing.
· Tunggu semen keras.

Penyemenan sumbat
Tujuannya adalah menempatkan sejumlah bubur semen untuk memisahkan lapisan yang sudah tidak
produktif lagi dengan lapisan yang akan diproduksikan, atau untuk meninggalkan sumur karena sumur
sudah tidak ekonomis.
Cara kerja :
· Masuk tubing ujung terbuka sampai kedalaman sumbat akan ditempatkan.
· Sirkulasi kondisi lumpur.
· Aduk dan pompakan bubur semen.
· Dorong bubur semen.
· Cabut dan gantung tubing di atas bubur semen.
· Sirkulasi balik buang sisa kontaminasi semen.
· Cabut habis tubing.
· Tunggu semen keras.
DASAR PERHITUNGAN CEMENT SLURRY
Untuk mendapatkan hasil penyemenan yang baik hanya tergantung dari teknik/peralatan yang
dapat bekerja dengan baik, akan tetapi harus dilakukan perhitungan perencanaan penyemenan. Adapun
perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Perhitungan kapasitas dan volume cement slurry.
Kapasitas/luas suatu ruang yang akan di semen dan volume annulus harus diketahui, jumlah
volume annulus yang akan disemen sama dengan jumlah volume cement slurry yang dibutuhkan. Volume
bubur semen dapat di hitung dengan persamaan :
 Volume casing

.............................................................................. (2.3)
 Volume annulus

.................................................................... (2.4)
Dimana :
ID = inside diameter previous casing, inch
OD = outside diameter casing, inch
1029.4 = konversi dalam satuan volume, bbl
V = volume cement slurry, bbl
Depth = kedalaman/ft
Perhitungan yield dan jumlah semen
Jumlah sak semen dapat didefinisikan sebagai jumlah sak semen yang dibutuhkan dalam suatu
proses penyemenan. Jumlah sak semen berbeda-beda pada tiap-tiap suspensi, tergantung dari yield
semen yang diinginkan. Berat semen dalam satu sak umumnya adalah 94 lb. Sehingga jumlah sak semen
dan yield semen dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :
· ................................................................... (2.5)
 .................................................................... (2.6)

dimana
7.481 = konversi satuan dari gallon volume menjadi cuft volume
Perhitungan mixing water.
Mixing water adalah jumlah air yang dibutuhkan campuran semen dan additive untuk
menjadi cement slurry. Perhitungan mixing water ditentukan dengan persamaan
 Mixing water = total sak semen x mix water................................................ (2.7)

Perhitungan volume displacement


Volume displacement merupakan volume fluida pendorong yang dibutuhkan untuk
mendorong suspensi semen dari dalam casing agar keluar ke annulus. Besarnya displacement volume
merupakan volume casing dari permukaan sampai collar. Volume displacement ditentukan dengan
persamaan
 Displacement volume = Ccasing x Hcollar........................................................ (2.8)

Dimana :
C = kapasitas casing, bbl
H = kedalaman, ft
1.

Anda mungkin juga menyukai