Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH MANUSIA JAWA

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah,

Budaya dan Etika Jawa

Dosen Pengampu:

Dr. Teguh, M. Ag

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Muhammad Rizki (1860302221002)


2. Abdullah Sagaf Al Hasni (1860402222026)
3. Luqi Nur Zaimatil Fattah (1860402222037)
4. Nirina Lailatul Khomariah (1860402221014)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI

RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayah dan inayah-Nya serta kelancaran dalam
penyusunan makalah ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi
agung Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumul akhir
nanti.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah, Budaya dan
Etika Jawa, dosen pengampu, Dr. Teguh, M. Ag. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih tidak lupa kami
sampaikan kepada:

1 Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami menimba
ilmu di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

2 Dr. Budi Harianto, S. Hum, M. Fil.I. Selaku koordinator prodi Aqidah dan
Filsafat Islam UIN Sayyid Ali Rahmatulah Tulungagung.
3 Dr. Teguh, M. Ag. Selaku dosen pengampu Sejarah, Budaya, dan Etika Jawa
yang telah memberikan tugas dan bimbingan kepada kami.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat


kekurangan karena keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dan sebagai acuan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas di masa yang akan
datang.

Tulungagung, 21 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3

A. Asal Usul Manusia Jawa 3


B. Periode Pra Sejarah 7
C. Periode Hindu dan Buddha 7
D. Periode Islam 9
BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang
Ir. Soekarno (presiden Republik Indonesia ke-1) pernah berkata, "Jas merah!"
Maksudnya, hendaklah setiap orang jangan melupakan sejarah. Mengingat sejarah
merupakan riwayat masa silam yang dapat dijadikan media introspeksi diri di masa
kini dan dijadikan sebagai bekal untuk menjalani hidup di masa depan. Sebagai
masyarakat Jawa seyogianya mengenal sejarah leluhurnya (sejarah orang Jawa) yang
dimulai sejak jutaan tahun silam hingga datangnya era modern. Dengan mengenal
sejarah leluhurnya, masyarakat Jawa akan mengetahui jati dirinya serta akan semakin
arif dalam berpikir dan bertindak.

Menurut catatan para arkeolog, sejarawan dan literatur kuno asal usul orang
jawa memiliki banyak versi. Arkeolog berpendapat orang jawa sudah ada sejak 1 juta
tahun silam, dimana mereka tinggal di Lembah Bengawan Solo. Sejarawan
mengatakan, semenjak dari tahun 3000 SM hingga era kerajaan-kerajaan di Jawa,
menurut para sejarawan, orang Jawa bukan hanya penduduk lama yang tinggal di
tanah Jawa, tetapi juga para pendatang dari luar Jawa. Literatur kuno menyatakan
berlainan. Terdapat tiga literatur kuno yang menyebutkan tentang asal-usul orang
Jawa, yakni: Tulisan Kuno India, Babad Jawa Kuno, dan Surat Kuno Keraton Malang.
Namun, dari ketiga sumber literatur kuna itu memiliki pandangan yang berbeda
mengenai asal-usul orang Jawa.

Terlepas dari darimana asal usul Orang Jawa, kita tidak dapat mengecualikan
sejarah Orang Jawa itu sendiri seperti yang dikatakan diatas. Di dalam mengkaji
perihal sejarah orang Jawa tentu tidak dapat dilepaskan dengan periodisasinya, yakni
periode prasejarah, periode Hindu dan Buddha, dan periode Islam. Melalui ketiga
periodisasi tersebut, kita akan semakin memahami perihal sejarah orang Jawa secara
runtut. Oleh karenanya, memahami asal usul dan sejarah manusia Jawa memberikan
pengetahuan penting tentang identitas dan perkembangan budaya Jawa. Hal ini
membantu kita untuk menghargai warisan budaya leluhur dan membangun masa

1
depan Jawa yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Asal Usul Manusia Jawa?


2. Bagaimana Sejarah Manusia Jawa dari Masa Pra Sejarah Sampai Islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana Asal Usul Manusia Jawa


2. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Manusia Jawa dari Masa Pra Sejarah Sampai
Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-usul Manusia Jawa

Mengenai tentang asal-usul orang Jawa dapat bersumber dari pendapat


Arkeolog, Sejarawan, dan literatur. Menurut arkeolog orang Jawa telah singgah di
jawa sejak 1 juta tahun silam. pendapat tersebut berdasarkan penemuan fosil
Pithecantropus erectus dan Homo Sapiens yang DNA-nya tidak berbeda jauh dengan
DNA orang Jawa di masa sekarang. Tidak ada informasi jelas yang menyebutkan
apakah orang Jawa tersebut merupakan penduduk asli Jawa atau berasal dari wilayah
luar Jawa. Informasi hanya menyebutkan bahwa orang Jawa pada 700 SM tinggal di
lembah Begawan Solo itupun punah ketika Gunung Lawu meletus.
Banyak teori yang menjelaskan mengenai asal-usul orang Jawa pasca tahun
700 SM. Selain para arkeolog, teori-teori tersebut juga dikemukakan oleh para
sejarawan dan literatur kuna. Berikut penjelasan dari teori-teori asal-usul orang Jawa.
a. Arkeolog
Pada tahun 1891, Eugene Dubois (seorang ahli anatomi dari Belanda)
berhasil menemukan fosil Homo erectus di Dusun Trinil, Kawu, Kedunggalar,
Ngawi, Jawa Timur. Fosil orang Jawa ditemukan di Trinil, suatu lembah Begawan
Solo diperkirakan hidup pada tahun 700000 SM. Namun, ketika Gunung Lawu
meletus banyak orang Jawa yang tinggal di lembah Begawan Solo itu punah.
Kemudian orang jawa yang selamat dari bencana itu bercampur dengan etnis lain.
Orang Jawa yang bercampur dengan etnis lain tersebut dikenal dengan kaum
Lemuria dan kaum Legena.1
Pada tahun 1930, Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald juga
menemukan fosil yang sama di wilayah Sangiran(Sragen Jawa Tengah). Selain itu,
Gustav Heinrich juga menemukan perkakas yang diperkirakan ada pada tahun
550000-143000.
Jika melihat tempat penemuan fosil, orang Jawa di masa silam cenderung
hidup di wilayah subur yakni di lembah Begawan Solo atau kaki gunung Lawu. Di

1
Sri Wintala Achmad. Asal-usul & Sejarah Orang Jawa, (Yogyakarta: Araska: 2017), hal.18
3
katakan demikian karena dua tempat tersebut merupakan sumber pangan baik
berupa ikan maupun hasil tanaman.
b. Sejarawan
Semenjak dari tahun 3000 SM hingga era kerajaan-kerajaan di Jawa.
Menurut sejarawan, orang Jawa bukan hanya penduduk lama yang tinggal di tanah
Jawa, tetapi juga para pendatang tersebut adalah orang-orang dari Suku Lingga,
Tiongkok daratan, Yunan/funan (cina selatan), Kasi (India Selatan), Dinasti kusana
(India), Keturunan Thailand (Siam), Turki, Arab dan Champa2.
1. Suku Lingga
Dinyatakan oleh para sejarawan kalau orang-orang Suku Lingga telah
datang dan menetap di Jawa sekitar 3000 SM. Menurut pendapat dari arkeolog
bahwa orang-orang Suku Lingga memiliki perawakan kecil dan pendek, serta
berkulit kuning tembaga. Peradaban yang mereka bawa di Jawa adalah
melancipkan batu sebentuk mata tombak atau mata panah. Dari sini dapat
diperkirakan bahwa pusaka tombak atau panah merupakan warisan dari orang-
orang Suku Lingga.
2. Orang-orang Tiongkok Daratan
Pada 1000 SM, Tiongkok daratan di kuasai oleh dinasti Choe (zhoe)
pada saat itu, orang-orang Tiongkok daratan bermigrasi, dari Tiongkok daratan
mereka bergerak menuju pulau Hainan dan berlanjut ke Nusa Barunai
(Kalimantan).
Pada 230 SM, orang-orang Tiongkok daratan yang dipimpin oleh Kie Seng
Dhang bergerak dari Nusa Barunai menuju Jawa, tepatnya di tanjung Putri,
Rembang, Jawa Tengah.
3. Orang-orang Yunan (funan)
Orang-orang Yunan atau Funan (cina selatan) juga melakukan migrasi
pada abad ke-2 M. Mereka melakukan migrasi ke pulau Jawa sesudah melewati
Kalimantan. Sebagian mereka yang datang di Jawa Barat. Mereka mendirikan
kerajaan tarumanegara. Sedangkan sebagian mereka datang di Rembang, Jawa
Tengah, dibawah kepemimpinan Badra mendirikan kerajaan Pucangsula.
Mereka dikenal sebagai keluarga besar Dinasti Soma dan Suku Yue.
4. Orang-orang Kasi (India Selatan)
Orang-orang Kasi (India Selatan) datang di tanah jawa di bawah
2
Ibid; halaman 19
4
kepemimpinan RSI Agastya pada 396 M. Kedatangan mereka dibuktikan
dengan peninggalan candi Dieng di Wonosobo yang di bangun Rsi Agastya dan
para pengikutnya.
5. Orang-orang dinasti Kusana (India)
Orang-orang India dari dinasti Kusana yang dikenal dengan orang-orang
Sailendra (para penakluk orang-orang gunung) datang di jawa sejak 732 M.
Setiba di pedalaman Jawa, orang-orang dari dinasti Kusana itu berkuasa di
medang matriam (Mataram).
Diketahui bahwa orang-orang Sailendra ini memiliki nenek moyang
orang Yunani. Mereka adalah keturunan para panglima perang yang berhasil
menaklukkan Alexander Agung. Dengan demikian, orang-orang Sailendra
merupakan keturunan orang-orang helenisme.
Peninggalan orang-orang Sailendra di tanah Jawa adalah candi jinalaya
(candi Borobudur) yang dibangun semasa pemerintahan Samaratangga dan
putrinya Pramodhawardani.
6. Keturunan Thailand (Siam)
Pada 870 M, orang-orang keturunan Thailand (Siam) bermigrasi ke tanah
Jawa. Mereka dipimpin oleh Gam Swi Lang datang dan menetap di wilayah
Rembang (Jawa Tengah) dan Tuban (Jawa Timur).3
7. Orang-orang Turki, Arab, dan Champa
Orang-orang Turki, Arab dan Champa datang di tanah Jawa pasca
runtuhnya kerajaan Majapahit (1478) dan Pajajaran (1579).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang-orang Jawa didominasi
oleh keturunan Cina dan India. Pendapat ini dapat dibuktikan secara ilmiah
dengan melakukan tes DNA. Dimana DNA orang Jawa tidak jauh berbeda
dengan DNA orang Cina dan India.
c. Literatur
Terdapat beberapa literatur kuna yang menyebutkan tentang asal-usul orang
Jawa. Seperti tulisan Kuna India, Babad Jawa Kuna,dan Serat Kuna keraton
Malang. Namun, dari beberapa sumber literatur Kuna itu memiliki pandangan yang
berbeda mengenai asal-usul orang Jawa. Berikut penjelasan mengenai perbedaan
beberapa literatur Kuna.4

3
Ibid; halaman 21
4
Ibid; halaman 22
5
1. Tulisan Kuna India
Tulisan Kuna India menyebutkan bahwa orang yang pertama kali
menginjakkan kaki di tanah Jawa (Nusa kendang) adalah Aji Saka bersama
para pengikutnya. Aji Saka menetap di Jawa. Karenanya, Aji Saka dikenal
sebagai leluhur orang Jawa.
Keberadaan Aji Saka di tanah Jawa di yakini oleh sebagian besar orang
Jawa. Bahkan menurut mereka, Aji Saka merupakan orang yang mengubah
aksara Jawa Carakan. Aksara Jawa yang terdiri dari 20 kata, yakni://Ha-Na-Ca-
Ra-Ka-/Da-Ta-Sa-Wa-La-/Pa-Dha-Ja-Ya-Nya-/Ma-Ga-Ba-Tha-Nga//.
2. Babad tanah Jawa Kuna
Menurut Babad tanah Jawa Kuna, leluhur orang Jawa adalah seorang
pangeran dari Kling yang tersisih dari kerajaannya akibat dari perebutan
kekuasaan itu kemudian mendirikan kerajaan di Jawa bernama Javaceckuwara.
3. Serat Kuna keraton Malang
Menurut serat Kuna keraton Malang, nenek moyang orang Jawa itu datang
dari Rum (kesultanan Turki). Pada saat itu, raja Rum memerintahkan rakyatnya
untuk membuka lahan kekuasaannya yang belum berpenghuni pada 450 SM.
Karena lahan yang dibuka itu penuh dengan tanaman jawi, maka kelak wilayah
kekuasaan raja Rum itu dikenal dengan Jawa.
4. Babad tanah Jawa
Dalam Babad tanah Jawa disebutkan bahwa nenek moyang orang Jawa
adalah Nabi Adam. Dari nabi Adam, lahirlah nabi Sis. Dari nabi Sis, lahirlah
Hyang Nur Cahya. Kemudian dari Hyang Nur Cahya, lahirlah Hyang Nur Rasa.
Dari Hyang Nur Rasa, lahirlah Hyang Wening. Dari Hyang Wening, lahirlah
Sang Hyang Guru. Dari Sang Hyang Guru, lahirlah Sang Hyang Brahma. Dari
Sang Hyang Brahma yang kemudian menguasai kerajaan Gilingwesi inilah,
lahirlah tokoh-tokoh di tanah Jawa. Adapun urutan silsilah orang-orang
terhormat yang diluhurkan oleh ditanah Jawa yang merupakan Trah Sang
Hyang Brahma, sebagai berikut.5
Nabi Adam > Nabi Sis > Hyang Nur Cahya > Hyang Nur Rasa > Hyang
Wening (Hyang Wenang)> Hyang Tunggal > Sang Hyang Guru > Sang Hyang
Brama > Bramani > Tritrustha > Parikenan > Manumamasa > Satrukem > Sakri
> Palasara > Abiyasa > Pandu Dewanata > Arjuna > Abimanyu > Parikesit >
5
Ibid; halaman 23
6
Yudayana > Gendrayana > Jayabaya > Jayamijaya > Jayamisena >
Kusumawicitra > Citrasoma > Poncadriya > Anglingdriya > Suwelacala > Sri
Mapunggung > Kandhilawan > Resi Ghatayu > Lembu Amiluhur > Raden
Panji > Dalalean > Mundhingwangi > Sang Ra Pamekas > Jaka Susuruh >
Prabu Anom > Adaningkung > Hayam Wuruk > Lembu Amisani > Bratanjung
> Raden Alit > Brawijaya > Bondhan Kejawan (Lembu Peteng) > Getas
Pandhawa > Ki Ageng Sela > Ki Ageng Enis > Pemanahan (Ki Ageng
Mataram) > Raden Bagus (Danang Sutawijaya) > Adipati Anom Mataram >
Raden Mas Rangsang (Sultan Agung) > Raden Mas Sayidin (Sunan
Amangkurat I) > raja-raja Kasunanan Kartasura > raja-raja Kasunanan
Surakarta, raja-raja Praja Mangkunegaran, raja-raja Kesultanan Yogyakarta,
dan raja-raja Kadipaten Pakualaman.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asal-usul orang Jawa
adalah keturunan sang hyang Brama dan para pengikutnya.6
B. Periode Pra-Sejarah
Pada periode pra-sejarah yang dapat menunjukkan perihal kehidupan orang Jawa
di masa jutaan tahun silam bersumber dari penelitian para arkeolog. Menurut para
arkeolog yang telah menemukan dan meneliti fosil Pithecanthropus erectus dan Homo
sapiens menyatakan bahwa orang Jawa telah hidup di lembah Bengawan Solo atau di
kaki Gunung Lawu pada tahun 700000 SM.7
Diperkirakan orang Jawa yang hidup di lembah Bengawan Solo itu punah karena
letusan Gunung Lawu. Sisa dari orang Jawa yang hidup kemudian bercampur dengan
etnis lain yang dikenal dengan kaum Lemuria atau kaum Legena. Dalam
perkembangannya, orang Jawa bercampur dengan orang-orang dari suku Lingga, Cina,
India, Thailand, Turki, Arab, dan Campa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orang Jawa itu merupakan
campuran etnik-etnik dari benua Asia dan sebagian Eropa. Bahkan terdapat suatu
sumber bahwa orang Jawa telah bercampur dengan etnik dari Benua Australia.
Mengingat sebelum meningkatkan air laut, Benua Asia dan Benua Australia tidak
terpisahkan.
C. Periode Hindu dan Buddha

6
Ibid; halaman 24
7
Ibid; halaman 25-26
7
Diketahui bahwa agama Hindu dan Buddha berasal dari India. Kedua agama ini
menyebar melalui masyarakat asli India yang datang ke Pulau Jawa. Sehingga membuat
banyak orang Jawa yang menganut ajaran animisme dan dinamisme pada saat itu
berpindah menjadi penganut agama Hindu dan Budha.
1. Agama Hindu di Jawa
Diperkirakan agama Hindu lahir di Jawa sebelum Sanjaya menjadi raja di
kota Medang i Bhumi Mataram (717-760). Namun agama Hindu mencapai
puncak kejayaannya baru setelah Mpu Manuku Rakai Pikatan membangun Candi
Siwagrha (Rumah Siwa) pada tanggal 12 November 856 yang kemudian dikenal
dengan nama Candi Prambanan.
Pada masa pemerintahan Mpu Manuku Rakai Pikatan, banyak orang Jawa
yang menganut agama Hindu, kecuali agama Buddha. Karena masyarakat Jawa
memandang Pramodhawardhan (Permaisuri Mpu Manuku Rakai Pikatan) yang
beragama Buddha sebagai teladan.
Walaupun ada orang Jawa yang beragama Hindu dan ada pula yang
beragama Buddha, namun mereka tidak berselisih atau bertengkar satu sama lain.
Mereka hidup rukun dan damai seperti Mpu Manuku yang beragama Hindu dan
Pramodhawardhani yang beragama Buddha. Sepasang orang pemimpin kerajaan
di Medang i Mamrati.
Dari era Medang periode Jawa Tengah pada masa pemerintahan Mpu
Manuku Rakai Pikatan hingga zaman Medang pada masa Jawa Timur Dari
Kahuripan, Kadiri, Singhasari hingga Majapahit, banyak orang Jawa yang
menganut agama Hindu. Pada masa pemerintahan Kertanagara (raja Singhasari
terakhir) ia menganut agama Siwa Buddha. Artinya Kertanagara adalah seorang
raja yang melindungi penganut agama Hindu aliran Siwa dan sekaligus penganut
agama Buddha.
Namun setelah berdirinya Kesultanan Demak yang merupakan kerajaan
Islam pertama di Jawa, banyak orang Jawa yang masuk Islam. Pada saat yang
sama, masyarakat Jawa yang tidak mau memeluk Islam dan tetap setia pada
agama Hindu mengungsi ke Bali setelah Kesultanan Demak (Sultani Trenggana)
menaklukkan Majapahit (Girindrawardhana) pada tahun 1527. Sejak saat itu,
agama Hindu di pulau Jawa mengalami kemunduran.
2. Agama Buddha di Jawa
Agama Buddha yang diajarkan oleh Buddha Siddharta Gautama dibawa dari
8
India oleh Sailendra Jawa. Namun awal perkembangan agama Buddha di Pulau
Jawa dimulai pada masa pemerintahan Dyah Pancapana Rakai Panangkaran atau
Sailendrawangsatilaka (Permata Wangsa Sailendra) di kota Medang i Bhumi
Mataram (760-775). Awal mula berkembangnya agama Buddha ditandai dengan
dibangunnya tiga candi Buddha Mahayana oleh Dyah Pancapana di dataran
Prambanan. Tiga candi Buddha tersebut adalah Tarabhavanam, Abhayagirivihara
dan Manjusrigrha.8
Puncak perkembangan agama Buddha di Pulau Jawa terjadi setelah
Samaratungga/Samaragrawira (Raja Medang dari Dinasti Sailendra) membangun
Candi Jinalaya (Candi Borobudur) yang baru diresmikan pada masa
pemerintahan Pramodhawardhan (833-856). Saat itu, banyak orang Jawa yang
menganut agama Buddha sebagaimana yang dianut oleh rajanya.
Dari Dinasti Sailendra, Dinasti Sanjaya, Dinasti Isana dari Medang sampai
Kahuripani, Kadiri, Singhasari dan Majapahit, Banyak orang Jawa menganut
agama Budha. Namun seperti halnya umat Hindu, umat Buddha di Jawa juga
ikut berkurang setelah berdirinya Kesultanan Demak. Hal ini dikarenakan
Kesultanan Demak yang didukung oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama
Islam di pulau Jawa. Hingga banyak orang Jawa yang awalnya menganut agama
Buddha berpindah agama menjadi Islam.
D. Periode Islam
Semenjak Kesultanan Demak dengan Ibu Kota Bintara didirikan oleh Raden Patah, banyak
orang Jawa yang semula menganut agama Hindu dan Buddha lambat-laun berubah menganut
agama Islam. Tentu saja, banyaknya orang Jawa yang mulai berubah menganut ajaran agama
Islam tersebut bukan hanya karena pengaruh Raden Patah, tetapi juga karena pengaruh Wali
Sanga yang beranggotakan Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan
Gunungjati, Sunan Muria, Sunan Gresik, Sunan Drajat, dan Sunan Giri.
Melalui anggota Wali Sanga, agama Islam mengalami perkembangan tidak hanya di Jawa
Tengah, tetapi juga di Jawa Timur dan Jawa Barat. Sehingga bukan hanya orang Jawa yang
menganut Islam, melainkan orang Sunda banyak juga yang menganut Islam. Fakta ini
menunjukkan bahwa syiar Islam yang dilakukan oleh anggota Wali Sanga sangat luar biasa.
Dari masa pemerintahan Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram,
Kasunanan Kartasura, Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran,
Kadipaten Pakualaman, hingga sekarang banyak orang Jawa menganut agama Islam. Bahkan
sampai sekarang, mayoritas penduduk di Jawa menganut agama Islam. Selebihnya mereka

8
Ibid; halaman 28
9
menganut agama Kristen Katolik, Kristen Protestan, Buddha, dan Hindu.
Sungguhpun sudah menganut agama Islam, namun masih terdapat sebagian orang Jawa
dari dulu hingga sekarang tetap menjunjung tinggi budaya dan adat Jawa. Sehingga tidak
musykil, kalau sebagian orang Islam di Jawa masih melakukan upacara- upacara tradisi yang
merupakan warisan leluhurnya, semisal labuhan, sedekah laut, ruwatan, dan lain-lain.
Selain itu, fakta yang menunjukkan bahwa sebagian orang Jawa masih setia dengan budaya
leluhurnya pada periode Islam yakni mereka menganut aliran kepercayaan. Sehingga berbagai
aliran kepercayaan di Jawa masih tumbuh subur, sekalipun tidak begitu tampak di permukaan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Jawa memiliki asal-usul yang kompleks, terbentuk dari percampuran beragam etnis
dan bangsa yang bermigrasi ke Pulau Jawa dari berbagai belahan dunia seperti China, India,
Thailand, Turki, Arab, dan lainnya. Penemuan fosil Homo erectus dan Homo sapiens oleh para
arkeolog menunjukkan bahwa orang Jawa telah menghuni Pulau Jawa sejak periode pra-sejarah,
sekitar 1 juta tahun yang lalu.

Periode pra-sejarah ini menjadi awal perkembangan masyarakat Jawa, di mana mereka hidup
sebagai campuran etnis yang kemudian berkembang menjadi masyarakat yang mengenal berbagai
agama dan kepercayaan, termasuk animisme, Hindu, Buddha, dan Islam. Sejarah awal masyarakat
Jawa juga mencakup penyebaran agama Hindu dan Buddha di Pulau Jawa, yang berasal dari India,
serta masuknya agama Islam melalui Kesultanan Demak dan pengaruh dari anggota Wali Sanga.

Dalam perkembangannya, mayoritas penduduk Jawa saat ini menganut agama Islam, namun masih
ada sebagian yang mempertahankan tradisi dan kepercayaan lokal. Meskipun demikian, warisan
budaya Jawa yang kompleks dan beragam dari masa ke masa tetap terpelihara, mencakup berbagai
aspek seperti adat istiadat, bahasa, seni, dan filosofi. Keberagaman ini menjadi salah satu ciri khas
masyarakat Jawa, yang menunjukkan kemampuan mereka dalam menyatu dan mengadaptasi
berbagai pengaruh dari luar tanpa kehilangan identitas budaya mereka sendiri.
10
DAFTAR PUSTAKA
.
Wintala Achmad Sri.(2017). Asal Usul dan Sejarah Orang Jawa. Yogyakarta: Araska.

11

Anda mungkin juga menyukai