(ASIS 4) Partik Pinkan 1-5
(ASIS 4) Partik Pinkan 1-5
PENDAHULUAN
2.2 Umum
Pencemaran udara adalah masuknya bahan pencemar (berupa gas dan partikel/
aerosol) ke atmosfer, baik secara alami maupun melalui aktivitas manusia.
Sumber polusi alami termasuk debu dari kebakaran hutan dan letusan gunung
berapi. Sumber aktivitas manusia seperti transportasi, industri dan pembuangan
limbah. Polusi udara dari aktivitas manusia adalah sumber polusi yang paling
kuantitatif. Pencemaran udara juga dapat didefinisikan sebagai masuknya atau
terserapnya zat, energi, dan/atau komponen lain ke atmosfer oleh aktivitas
manusia yang melebihi baku mutu udara yang ditetapkan (Eskawirayanti, 2018).
Total Suspended Particulate (TSP) adalah partikel tersuspensi kecil seperti debu
dan asap dengan diameter kurang dari 100 m. TSP dipancarkan dari berbagai
sumber, termasuk pembangkit listrik, kegiatan konstruksi, pembakaran, dan
kendaraan. TSP adalah indikator pertama dari partikel tersuspensi di atmosfer.
TSP dapat mempengaruhi kesehatan manusia karena dapat mencapai saluran
pernapasan manusia hingga kerongkongan. (Oktaviani, 2018).
Sifat fisik partikel yang paling penting adalah ukuran dan distribusinya. Secara
umum, partikel dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan ukurannya: partikel
halus (partikel halus lebih kecil dari 2,5 m) dan partikel kasar (partikel kasar lebih
besar dari 2,5 m). Perbedaan antara debu halus dan debu kasar terletak pada
sumbernya, sumber pembentukannya, mekanisme penghilangannya, sifat optiknya
dan komposisi kimianya. Partikel halus dan kasar ini diklasifikasikan sebagai
padatan tersuspensi yang dikenal sebagai Total Suspended Particulate Matter
(TSP), yaitu partikel dengan ukuran partikel kurang dari 100 m. Total Particulate
Matter (TSP) adalah partikel tersuspensi kecil seperti debu, asap, dan asap dengan
diameter kurang dari 100 m yang dihasilkan selama konstruksi, pembakaran, dan
aktivitas kendaraan. Partikel ini terdiri dari zat organik dan anorganik. Partikel
organik dapat berupa mikroorganisme seperti virus, spora, dan jamur yang
mengapung di udara.(Oktaviani, 2018).
TSP adalah partikel tersuspensi seperti debu, kabut, dan kabut dengan diameter
kurang dari 100 m. Semua partikel ini dapat menyerang saluran pernapasan dalam
dan dengan demikian berkontribusi pada kesehatan manusia. Peningkatan
konsentrasi bahan partikulat tersuspensi (TSP) di atmosfer disebabkan oleh
berbagai aktivitas manusia seperti pertambangan, transportasi, reklamasi lahan,
pembangunan perumahan, konversi lahan, pengolahan lahan, dan penggundulan
Total Suspended Particulates (TSP) adalah partikel tersuspensi kecil seperti debu,
asap, dan uap yang berdiameter kurang dari 100 mikron. CSR dapat berasal dari
berbagai sumber, termasuk pembangkit listrik, insinerator, kendaraan, dan
kegiatan konstruksi. IARC atau International Agency for Research on Cancer
(2013) menyatakan bahwa partikulat merupakan salah satu komponen utama
pencemaran udara dan telah dievaluasi dan diklasifikasikan sebagai karsinogen
golongan 1. IARC telah menemukan bahwa tingkat kontaminasi partikel yang
tinggi meningkatkan risiko kanker paru-paru dan polusi udara (Prilila, 2016).
Baku mutu Total Suspended Particulate (TSP) diatur pada Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Dalam SNI 1948402005 tentang Metode Pengujian Kadar Partikel Debu di Udara
Secara Gravimetri dengan Menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS)
Metode ini digunakan untuk memperoleh konsentrasi partikel debu di udara.
Mekanisme pencemaran udara terjadi apabila kontaminan di udara telah cukup
memenuhi persyaratan seperti kuantitas, lama berlangsung, maupun potensial
bahaya maka kontaminan itu disebut sebagai polutan atau zat pencemar yang
dapat menimbulkan pencemaran. Mekanisme pemaparan kontaminan di udara
merupakan suatu sistem yang terdiri dari atas tiga komponen dasar, yaitu sumber
emisi, atmosfer, dan efek bagi reseptor atau penerima (SNI 1948402005).
Particulate matter 2,5 (PM2,5) memiliki diameter aerodinamis kurang dari 2,5 m
dan merupakan komponen utama pencemar udara. Karena diameternya yang
kecil, luas permukaan spesifik yang besar, komposisi kimia yang kompleks, dan
kemampuannya untuk dengan mudah mengakumulasi zat beracun dan berbahaya,
mudah terhirup oleh manusia dan masuk ke dalam bronkus dan alveoli paru-paru
setelah memasuki rongga jalan napas. Ini dapat menimbulkan risiko besar bagi
kesehatan manusia. Particulate Matter (PM) adalah campuran kompleks partikel
Polusi udara adalah campuran kompleks partikel (PM), gas, dan molekul yang
terus-menerus berinteraksi di atmosfer. Partikulat (PM) sendiri merupakan
campuran dari beberapa senyawa (organik dan unsur karbon, logam transisi,
nitrat, sulfat, dll) dengan ukuran mulai dari beberapa nanometer hingga diameter
> 10 mm. Particulate matter (PM) merupakan salah satu dari parameter pencemar
udara. PM2,5 adalah partikel dengan diameter aerodinamis kurang dari 2,5 m.
Sebagai reseptor, faktor partikel ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia,
terutama penyebab penyakit pernapasan (Ahmad, 2017).
Particulate Matter 2.5 (PM2.5) adalah partikel padat atau cair berdiameter sangat
kecil yang mengandung berbagai komponen anorganik dan organik. Partikulat
dapat timbul dari kegiatan manusia seperti kegiatan pertanian, pembakaran gas
(flaring), kegiatan industri, pembangkit listrik, dan transportasi yang
menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, partikel dapat timbul dari proses alami
seperti bakteri, virus, jamur, serbuk dan erosi tanah. Sumber materi partikulat
lainnya terjadi secara alami dari letusan gunung berapi, kebakaran hutan, badai,
penyerbukan, dan banyak lagi. Materi partikulat juga dapat dihasilkan dari reaksi
Pedoman dan peraturan kualitas udara untuk emisi udara biasanya didasarkan
pada fraksi massa PM2.5 (mencapai jauh ke dalam paru-paru dan alveoli). Efek
kesehatan dari menghirup PM2.5 antara lain asma dan gejala pernapasan, penyakit
paru-paru kronis, kematian dini, penurunan fungsi paru-paru, kematian
kardiovaskular dan pernapasan, serta penyakit pernapasan dan kardiovaskular
seperti kanker paru-paru. Peningkatan PM di udara berkaitan dengan peningkatan
risiko stroke, iskemia miokardium, dan penyakit jantung koroner serta aktivasi
koagulasi darah(Oktaviani, 2018).
Berbagai zat yang terkandung dalam PM2,5 dapat menyebabkan berbagai penyakit
pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), kanker paru-paru,
penyakit kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru obstruktif kronik. PM2.5
menembus pertahanan sistem pernapasan manusia dan memungkinkannya
terperangkap dalam darah manusia melalui pertukaran udara alveolus. Partikel
dapat mengendap di saluran pernapasan melalui berbagai mekanisme fisik seperti
sedimentasi, tumbukan, difusi, blokade, dan pengendapan elektron (Sembiring,
2020).
Baku mutu Particulate Matter (PM) diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menetapkan kadar maksimum PM2,5 dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Baku Mutu Udara Ambien
Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Sistem Pengukuran
Aktif kontinu
Partikulat debu < 24 jam 55 µg /Nm3 Aktif manual
2,5 μm (PM2,5)
1 tahun 15 µg /Nm3 Aktif kontinu
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.1 Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum TSP ini adalah:
1. Neraca analitik berfungsi untuk menimbang kertas filter;
2. File box berfungsi untuk mengkondisikan filter selama minimal 24 jam
sebelum dan sesudah sampling dilakukan;
3. Pinset berfungsi untuk mengambil dan memindahkan kertas filter;
4. High Volume Sampler (HVS) berfungsi sebagai alat pengukur konsentrasi
Total Suspended Particulate;
5. Kompas berfungsi untuk menentukan arah angin;
6. Kertas filter berfungsi untuk menyaring Total Suspended Particulate;
7. Enviroment Meter berfungsi untuk mengukur kelembapan, suhu, dan tekanan;
8. GPS berfungsi untuk menentukan titik koordinat wilayah sampling.
3.1.2 Bahan
Prosedur percobaan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu sebelum praktikum, saat
praktikum dan setelah praktikum, adapun penjelasan dari setiap tahapan percobaan
praktikum kali ini adalah:
Cara kerja setelah praktikum TSP ini adalah timbang filter yang telah dikondisikan
minimal 5 kali pengukuran untuk masing-masing filter.
...........................................................................(3.1)
Keterangan:
V = volume yang terhisap (m3)
Q1 = kecepatan aliran udara awal (m3/mnt)
Q2 = kecepatan udara akhir (m3/mnt)
T = waktu sampling (mnt)
n = jumlah data pengukuran
........................................................................(3.2)
Dimana:
Pstp = tekanan standar (1 atm/760 mmHg)
Vstp = volume standar (m3)
Tstp = suhu standar (25o C/298 K)
..........................................................................(3.3)
Keterangan:
C = konsentrasi partikel tersuspensi (µg/m3)
Ws = berat filter fiber glass setelah sampling (g)
Wo = berat filter fiber glass sebelum sampling (g)
106 = konversi dari g menjadi µg
.............................................................................(3.4)
Dimana:
C = konsentrasi pada waktu pengukuran, t1 = 24 jam
C2 = konsentrasi pada waktu pengukuran sebenarnya, t2
p = konversi canter yang bernilai antara 0,17 - 0,2
3.2.1 Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum PM2,5 ini adalah:
1. Neraca analitik berfungsi untuk menimbang kertas filter;
2. File box berfungsi untuk mengkondisikan filter selama minimal 24 jam
sebelum dan sesudah sampling dilakukan;
3. Pinset berfungsi untuk mengambil dan memindahkan kertas filter;
4. Low Volume Sampler (LVS) berfungsi sebagai alat pengukur konsentrasi
Particulate Matter 2,5 (PM2,5);
5. Kompas berfungsi untuk menentukan arah angin;
6. Tripod berfungsi untuk meletakkan elutriator;
7. Kertas filter berfungsi untuk menyaring Particulate Matter 2,5 (PM2,5);
8. Environment Meter berfungsi untuk mengukur kelembapan, suhu, dan tekanan;
9. GPS berfungsi untuk menentukan titik koordinat wilayah sampling.
3.2.2 Bahan
Prosedur percobaan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu sebelum praktikum, saat
praktikum dan setelah praktikum, adapun penjelasan dari setiap tahapan percobaan
praktikum kali ini adalah:
Cara kerja setelah praktikum Particulate Matter 2,5 (PM2,5) ini adalah timbang filter
yang telah dikondisikan minimal 5 kali pengukuran untuk masing-masing filter.
3.2.4 Rumus
...........................................................................(3.1)
......................................................................(3.2)
Dimana:
Pstp = tekanan standar (1 atm/760 mmHg)
Vstp = volume standar (m3)
Tstp = suhu standar (25o C/298 K)
..........................................................................(3.3)
Keterangan:
C = konsentrasi partikel tersuspensi (µg/m3)
Ws = berat filter fiber glass setelah sampling (g)
Wo = berat filter fiber glass sebelum sampling (g)
106 = konversi dari g menjadi µg
.............................................................................(3.4)
Dimana:
C = konsentrasi pada waktu pengukuran, t1 = 24 jam
C2 = konsentrasi pada waktu pengukuran sebenarnya, t2
p = konversi canter yang bernilai antara 0,17 - 0,2
4.1 Data
Keterangan:
TG = Tenggara BD = Barat Daya T = Timur
BL = Barat Laut S = Selatan TL = Timur Laut
U = Utara B = Barat
4.2 Perhitungan
Ps = 978,3 HPa
1 HPa = 0,75 mmHg
978,3 HPa = 733,7 mmHg
733,7 mmHg = 14,2 Psi
c. Volume sampling
Vs = 94,20 m3
d. Volume STP
Ps x Vs Pstp x Vstp
=
Ts Tstp
Ps Tstp
Vstp = Vs x x
Pstp Ts
733,7 mmHg 298 K
= 94,20 m3 × ×
760 mmHg 305,72 K
= 88,64 m3
C1 = 28,20 µg/Nm3
1 0,2
C24 = 28,20 µg/Nm3 x ! "
24
2. Volume STP
a. Tekanan rata-rata sampling
Ps = 978,3 HPa
1 HPa = 0,75 mmHg
978,3 HPa = 733,7 mmHg
c. Volume sampling
Vs = 0,21 m3
d. Volume STP
Ps x Vs Pstp x Vstp
=
Ts Tstp
Ps Tstp
Vstp = Vs x x
Pstp Ts
= 0,19 m3
C1 = 842,10 µg/Nm3
1 0,20
C24 = 842,10 µg/Nm x ! " 3
24
C24 = 445,98 µg/Nm3
5.1 Kesimpulan
Ginting, Ivana Ameta Putri. 2017. Analisis Pengaruh Jumlah Kendaraan Bermotor
Dan Faktor Meteorologi (Suhu, Kecepatan Angin, Dan Kelembaban)
Terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (Co) Di Udara Ambien Roadside.
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik. Universitas Sumatera
Utara.
Oktaviani, Esti. 2018. Paparan Particulate Matter (Pm10) Dan Total Suspended
Particulate (Tsp) Di Trotoar Beberapa Jalan Kota Surabaya. Fakultas
Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
Prilila, Gina Fita dkk. 2016. Estimasi Sebaran Dan Analisis Risiko Tsp Dan Pb Di
Terminal Bis Terhadap Kesehatan Pengguna Terminal (Studi Kasus:
Terminal Mangkang Dan Penggaron, Semarang). Program Studi S1
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Rohmah, Isfi. 2018. Perbandingan Metode Sampling Kualitas Udara: High Volume
Air Sampler (HVAS) Dan Low Volume Air Sampler (LVAS). Studi Awal
Perbandingan Motede Sampling Kualitas Udara.
Sembiring, Elsa Try Julita. 2020. Risiko Kesehatan Pajanan PM2,5 Di Udara
Ambien Pada Pedagang Kaki Lima Di Bawah Flyover Pasar Pagi Asemka
Jakarta. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 26 Nomor 1. Jakarta: Universitas
Agung Podomoro.