Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Daerah Rawan Longsor
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Daerah Rawan Longsor
Kelompok 7
1. Ditho Nanditha Risnaldi (2025019)
2.Fariz Nur Fatonny (2025026)
3.Robbi Irsyad Fahmi (2025039)
4.Ryan Sondakh Prasetyo (2025044)
5. Yusuf Saefullah Tri Nugroho (2025048)
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
PRAKTIKUM GEOINFORMATIKA
Dosen Pembimbing
i
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN GEOINFORMATIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI S-1
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
Nama Anggota/NIM :
Ditho Nanditha Risnaldi (2025019)
ii
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN GEOINFORMATIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI S-1
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Pemanfaatan System Informasi Geografis Untuk Menganalisis Daerah Rawan
Longsor (Studi Kasus : Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, Jawa Timur” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Geoinformatika. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pemanfaatan sistem informasi geografis dalam peran
kebencanaan yang terjadi pada suatu kawasan ditujukan untuk pembaca dan juga
bagi penulis.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan
demi kesempurnaan laporan ini.
Kelompok 7
iv
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i
LEMBAR ASISTENSI ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
v
3.2 Diagram Alir ...................................................................................... 22
3.3 Waktu Pengerjaan ........................................................................... 23
3.4 Data dan Peralatan Praktikum ........................................................ 24
3.5 Pengoalahan Data Non Spasial ........................................................ 25
3.5.1 Basis Data .............................................................................. 25
3.5.2 Entity Relationship & Derajat Obligatory/Non Obligatory
................................................................................................ 26
3.5.3 Desain Basis Data ................................................................. 26
3.5.4 Diagram ER .......................................................................... 27
3.5.5 Tabel ...................................................................................... 28
3.6 Tahapan Pelaksanaan ....................................................................... 28
3.6.1 Pengumpulan Data............................................................. 28
3.6.2 Pengoalahan Data .............................................................. 37
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ..................................................... 50
4.1 Hasil Peta Curah Hujan ................................................................... 50
4.2 Hasil Peta Jenis Tanah .................................................................... 51
4.3 Hasil Peta Penggunaan lahan........................................................... 52
4.4 Hasil Peta Jenis Batuan .................................................................... 55
4.5 Hasil Peta Kemiringan Lereng ....................................................... 56
4.6 Hasil Peta Kerawanan Bencana Tanah Longsor Kecamatan
Kalipare ............................................................................................. 57
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 58
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 58
5.2 Saran ................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tampilan Daerah Praktikum .................................................................. 20
Gambar 3.4 Tampilan Entity Relationship Pembuatan Peta Rawan Longsor Kecamatan
Kalipare ...................................................................................................................... 26
Gambar 3.6 Tampilan Tabel Pembuatan Peta Rawan Longsor Kecamatan kalipare ....
.................................................................................................................................... 28
Gambar 3.10 Tampilan rar data batas administrasi kabupaten Malang ................... 29
vii
Gambar 3.22 Tampilan bils ........................................................................................ 33
viii
Gambar 3.47 Tampilan Loading atau sedang proses ................................................. 41
ix
Gambar 3.72 Tampilan add data shp kecamatan, kabupaten malang ........................ 48
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Sumber: Kementerian ESDM .......................................................................... 8
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah longsor adalah peristiwa alam di mana satu massa tergelincir terhadap
massa yang lain, disebabkan oleh tidak kuatnya gaya lekat (resisting force) antar
lapisan tanah dalam menahan perubahan massa tersebut (Sudibyo, 2017). Tanah
longsor terjadi karena terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
Gangguan tersebut dapat dikontrol oleh kondisi morfologi (kemiringan lereng),
kondisi hidrologi, dan kondisi batuan/tanah penyusun lereng (Faizana, 2015).
Gerak tanah terjadi apabila terdapat keadaan ketidakseimbangan yang
mengakibatkan bergeraknya sebagian dari lereng mengikuti gaya tarik bumi dan
pada akhirnya terjadi longsor. Daerah yang membentuk lahan miring seperti di
perbukitan dan daerah pegunungan sangat rawan akan terjadinya gerakan tanah.
Suatu lereng dengan kemiringan di atas 20⁰ memiliki potensi longsor. Namun hal
ini juga bergantung pada kondisi geologi lereng tersebut (Khadiyanto, 2010).
Kondisi geologi seperti jenis tanah sangat mempengaruhi terjadinya longsor
(Setiadi, 2013). Solle dan Ahmad (2016) mengatakan bahwa tanah dengan
kandungan mineral liat pada kondisi jenuh air akan menjadi sangat labil, sehingga
memperbesar potensi terjadinya longsor.
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering
terjadi di Indonesia dan umumnya sering terjadi di wilayah pegunungan serta pada
musim hujan. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai
berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,
maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti
lereng dan keluar lereng. Ada beberapa penyebab terjadinya bencana tanah longsor,
salah satunya di akibatkan oleh hujan. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai
pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering
yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah
1
dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah
hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. (Samsurizal, 2018).
2
1.4. Tujuan Praktikum
3
2. Studi Literatur Penulisan tugas terstruktur ini berpedoman pada teori-
teori yang diberikan dalam perkuliahan dan jurnal yang berkaitan
dengan pemanfaatan SIG untuk pemetaan daerah rawan longsor.
3. Studi kasus Studi kasus dalam Praktikum kali ini adalah Kecamatan
Kalipare, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum kejadian tanah longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Gangguan kestabilan lereng tersebut
dapat dikontrol oleh kondisi morfologi terutama kemiringan lereng, kondisi
batuan/tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Potensi terjadinya pada lereng tergantung pada kondisi batuan dan tanah
penyusunannya, struktur geologi, curah hujan dan penggunaan lahan. Tanah longsor
umumnya terjadi pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Tanah yang
kasar akan lebih berisiko terjadi longsor karena tanah tersebut mempunyai kohesi
agregat tanah yang rendah.
Adapun beberapa definisi tanah longsor menurut para ahli sebagai berikut:
5
2. Varnes (1978), Tanah longsor merupakan gerakan material ke bawah
dan ke luar dari sebuah lereng di bawah pengaruh gravitasi.
3. Brook dkk (1991), Tanah longsor ialah selah satu bentuk dari gerak
massa tanah, batuan, dan runtuhan batuan/tanah yang terjadi seketika
yang bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan oleh gaya
gravitasi dan meluncur dari atas suatu lapisan kedap yang jenuh air
(bidang luncur). Oleh sebab itu tanah longsor dapat juga dikatakan
sebagai bentuk erosi.
4. Skempton dan Hutchinson (1969), Pengertian tanah longsor adalah
sebagai gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau batuan
penyusun lereng karena terganggunya kestabilan tanah atau batuan
peyusun lereng tersebut.
5. Arsyad (1989), Arti tanah longsor ialah peristiwa yang terjadi akibat
meluncurnya suatu volume di atas lapisan agak kedap air yang jenuh air.
Dalam hal ini lapisan terdiri atas tanah liat atau kadar tanah liat yang
tinggi dan juga bisa berupa lapisan batuan seperti napal liat (clay shale)
setelah jenuh air akan bertindak sebagai peluncur.
6
Longsoran rotasi adalah
bergerak-nya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
7
telepon, pohon, atau rumah
miring ke bawah.
Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi
ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada
kemiringan lereng, volume
dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya
terjadi di sepanjang lembah
dan mampu mencapai ratusan
meter jauhnya. Di beberapa
tempat bisa sampai ribuan
meter seperti di daerah aliran
sungai di sekitar gunungapi.
Aliran tanah ini dapat
menelan korban cukup
banyak.
Tabel 2. 1 Sumber: Kementerian ESDM
8
retakan dan rongga rongga tanah. Memasuki musim penghujan, sudah
pasti air hujan masuk ke rongga tanah dan pori-pori yang terbuka tadi.
Sehingga air memenuhi rongga dan terjadinya pergeseran tanah,
kemudian mengakibatkan erosi tanah dan longsor.
3. Faktor penggunaan lahan: Perubahan penggunaan lahan pada kawasan
konservasi menjadi kawasan terbangun dapat menimbulkan bencana
banjir, erosi tanah longsor, kekeringan, dan berkurangnya kesuburan
tanah. Perubahan penggunaan lahan telah mengarah pada ruang-ruang
yang berpotensi bahaya longsor.
4. Faktor geologi: berdasarkan peta geologi, kawasan termasuk dalam
dalam anggota breksi formasi tapak, yang memiliki jenis tanah batu
pasir, breksi susunan andesit dan sisa tumbuhan. Karakteristik jenis
tanah ini memiliki nilai kohesi yang rendah dengan permeabilitas tinggi.
Apabila terdapat bidang diskontinuitas di lapisan bawah, hal ini akan
sangat rentan terhadap bahaya tanah longsor.
5. Faktor Getaran: Adanya getaran seperti gempa bumi juga bisa memicu
terjadinya tanah longsor. Selain karena gempa bumi, getaran tersebut
juga bisa terjadi karena ulah manusia misalnya melakukan pengeboran
tanah dan lainnya.
6. Faktor Erosi: Pengertian erosi atau pengikisan tanah dapat memicu
terjadinya longsor. Aliran sungai yang terus mengikis tebing di
sekelilingnya sehingga lama-kelamaan tererosi. Apabila tebing itu tidak
memiliki penahan berupa pepohonan, maka kemungkinan besar tanah
pada tebing bisa longsor
7. Faktor Penebangan Pepohonan: Ilegal loging dapat berdampak pada
hutan gundul, yang pada akhirnya dapat berdampak pada terjadinya
bencana longsor. Pepohonan yang ada di lereng bukit atau pepohonan di
hutan sekitar, akarnya berguna untuk menyimpan air dan memperkuat
struktur tanah. Sehingga tanah akan tetap kokoh dan tidak longsor.
8. Faktor Penimbunan lembah: Penimbunan lembah atau pemotongan
tebing yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperluas pemukiman
dapat menjadi pemicu terjadinya tanah longsor. Tanah yang
9
dipergunakan untuk menimbun lembah masih belum benar-benar padat,
sehingga ketika terjadi hujan secara tiba-tiba dapat menimbulkan
retakan dan penurunan permukaan tanah.
1. Data
Data berfungsi sebagai data spasial dengan referensi kebumian dan
keruangan yang kemudian akan diolah. Sesungguhnya terdapat dua
10
jenis data yang kemudian akan mendukung Sistem Informasi Geografis
(SIG) diantaranya data atribut dan data spasial.
2. Perangkat keras
Perangkat keras atau hardware pada Sistem Informasi Geografis (SIG)
sebagai suatu perangkat-perangkat fisik yang digunakan dalam suatu
sistem komputer. Perangkat keras pada Sistem Informasi Geografis
(SIG) diantaranya sistem komputer yang mendukung analisis pemetaan
dan geografi. Perangkat keras SIG sendiri terdiri dari beberapa bagian
untuk mengolah data, menginput data, dan mencetak hasil proses.
Pembagian berdasarkan proses pada perangkat SIG mulai dari Input data
yaitu scanner, mouse, digitizer. Sementara olah datanya dilakukan oleh
harddisk, RAM, VGA Card, processor, Output data yaitu plotter,
printer, screening.
3. Perangkat lunak
Perangkat lunak atau software merupakan program yang digunakan
dalam mengoperasikan Sistem Informasi Geografis (SIG), ia berfungsi
melakukan proses penganalisaan, penyimpanan, visual data-data baik
pada data spasial maupun non-spasial. Program yang dapat digunakan
pada SIG sendiri mulai dari Arc/Info, Arc View, ERDAS, dan ILWIS.
Perangkat lunak yang harus ada pada komponen software SIG
diantaranya:
• Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa
• Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG
• Database Management System (DBMS)
• Alat untuk menganalisa data
4. Manajemen
Manajemen sebagai salah satu perangkat dalam SIG yaitu pada SDM
atau sumber daya manusia. Suatu proyek Sistem Informasi Geografis
(SIG) sendiri hanya akan berhasil jika dilakukan dengan manajemen
yang baik. Karenanya SIG harus dikerjakan oleh mereka yang memiliki
kemampuan dalam hal ini. Manusia sebagai pengguna SIG sendiri
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda mulai dari yang spesialis
11
mendesain hingga pemeliharaan sistem dan pengguna SIG. Terbagi
menjadi tiga mulai dari staf operasional yang meliputi pengguna akhir,
staf profesional teknik yang meliputi analis juga programer, serta
manajer yang bertanggung jawab atas Sistem Informasi Geografis (SIG)
secara keseluruhan.
5. Sumber Daya Manusia
Entitas SDM atau sumber data manusia kemudian akan mengoperasikan
SIG. Manusia yang menjadi inti elemen dari SIG karena manusia adalah
pengguna juga perencana SIG. Pengguna SIG sendiri memiliki berbagai
tingkatan seperti pada sistem informasi lainnya, dimulai dari tingkat
spesialis teknis yang tugasnya mengelola dan mendesain sistem, hingga
pada pengguna yang menggunakan SIG dalam membantu berbagai
pekerjaan sehari-hari.
Tahapan Kerja Sistem Informasi Geografis (SIG) mencakup tiga hal, yaitu
masukan (input), proses, dan keluaran (output). Seluruh informasi atau data SIG
pada suatu wilayah dapat disimpan, dimanipulasi, dan dianalisis secara serentak
melalui komputer.
1. Input
Dalam kerja Sistem Informasi Geografis (SIG) mula-mula
dibutuhkan data awal atau database, yaitu data yang dikumpulkan
selama survei dimasukkan dalam komputer, atau peta-peta yang telah
ada dilarik secara optis dan dimasukkan ke dalam komputer. Input atau
data sendiri dapat diperoleh dari penelitian lapangan, peta, kantor
pemerintah, dan data citra pengindraan jauh. Data yang di input sendiri
dapat berupa data atribut merupakan data yang ada pada suatu lokasi
atau keruangan. Atribut ini sendiri menjelaskan suatu informasi.
Contohnya pada sawah, hutan, ladang, hingga kota.
Data spasial merupakan data yang dapat menunjukkan lokasi,
ruang, atau berbagai tempat di permukaan bumi. Data spasial ini sendiri
disajikan dalam dua bentuk yaitu vektor dan Raster. Bentuk Raster
12
sendiri disajikan dalam bentuk sistem Grid atau bujursangkar. Grid pada
komputer ini disebut sebagai piksel atau sel. Setiap sel sendiri memiliki
informasi dan koordinat. Koordinat titik ini sendiri merupakan titik
perpotongan antara garis lintang dan bujur di permukaan bumi.
Bentuk vektor sendiri disajikan dalam bentuk sistem koordinat.
Terdiri dari berbagai unsur garis, titik, dan poligon. Poligon sendiri
merupakan serangkaian garis yang berhubungan dan kedua ujungnya
kemudian saling bertemu sehingga memiliki bentuk yang tertutup. Titik
akhir atau awalan poligon memiliki poligon tertutup sempurna atau nilai
koordinat yang sama.
2. Proses
Proses dalam suatu Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat
berfungsi juga untuk memanipulasi, memanggil, serta menganalisis data
yang tersimpan dalam suatu komputer. Jenis analisis data sendiri
diantaranya:
• Analisis lebar: Adalah Analisis yang mengolah data dari komputer,
untuk kemudian menghasilkan daerah tepian sungai yang lebar.
• Analisis penjumlahan aritmatika: Analisis ini mengolah data di
komputer, untuk kemudian menghasilkan penjumlahan. Analisis ini
sendiri dapat digunakan untuk peta berklasifikasi yang kemudian
akan menghasilkan klasifikasi baru.
• Analisis garis bidang – Analisis pengolahan data ini dapat digunakan
dalam penentuan region atau wilayah pada suatu radius tertentu.
Contohnya dalam menentukan suatu daerah rawan gempa, rawan
penyakit dan rawan banjir.
3. Output
Data yang telah dianalisis oleh Sistem Informasi Geografis
(SIG) kemudian akan menginformasikan kepada pengguna data
sehingga kemudian dapat dipakai sebagai dasar suatu pengambilan
keputusan. Keluaran Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat berupa
peta hardcopy atau peta cetak, rekaman softcopy atau display (Literasi,
2021).
13
2.7. Skoring/weighting
2.8. Klasifikasi
Bahan dan alat dalam praktikum ini data DEM, peta jenis tanah, peta curah
hujan, peta jenis batuan, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lahan. Data-
14
data ini kemudian diinput secara digital melalui perangkat komputer dengan
menggunakan Software ArcGIS v10.3. data output yang didapat kemudian
digunakan sebagai parameter untuk menentukan dan menganalisis daerah rawan
bencana longsor di Kecamatan Kalipare. Analisis kerawanan tanah longsor
dilakukan dengan melakukan skoring pada parameter yang di digunakan, kemudian
setelah parameter selesai dilakukan pembobotan pada setiap overlay menggunakan
Software ArcGIS v10.3. parameter yang digunakan merupakan peta-peta tematik
yaitu peta curah hujan, peta jenis batuan, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan,
peta kelerengan. Setiap parameter ini diklasifikasikan dengan skor tertentu yang
kemudian dikali dengan bobotnya berdasarkan model pendugaan Puslittanak 2004.
Model pendugaan untuk menganalisis kerawanan tanah longsor mengacu pada
Puslittanak tahun 2004 dengan formula:
Keterangan :
15
b. Klasifikasi Jenis Batuan
Parameter Bobot Skor
Batuan Vulkanik 3
Batuan Sedimen 20% 2
Batuan Aluvial 1
Tabel 2.3 Klasifikasi Jenis Batuan
c. Klasifikasi Kemiringan Lahan
Parameter Bobot Skor
Sangat Curam (> 45%) 5
Curam (25 – 45%) 4
Agak Curam (15 – 25%) 20% 3
Landai (8 – 15%) 2
Datar (< 8%) 1
Tabel 2.4 Klasifikasi Kemiringan Lahan
d. Klasifikasi Penggunaan Lahan
Parameter Bobot Skor
Tegalan, Sawah 5
Semak Belukar 4
Hutan dan Perkebunan 20% 3
Kota/Permukiman 2
Perairan 1
Tabel 2.5 Klasifikasi Penggunaan Lahan
e. Klasifikasi Jenis Tanah
Parameter Bobot Skor
Regosol 5
Andosol, Podsolik,
4
Luvisols
Latosol Coklat, Fluvisols 10% 3
Asosiasi Latosol Coklat,
2
Lithosols
Aluvial 1
Tabel 2.6 Klasifikasi Jenis Tanah
16
2.9. Analisis Overlay
𝑋𝑡 − 𝑋𝑟
𝐾𝑖 =
𝑘
Keterangan:
Ki = Kelas Interval
Xr = Data Terendah
Xt = Data Tertinggi
2.10. Peta
Peta adalah gambaran konvesional dari permukaan bumi baik sebagian atau
seluruhnya pada bidang datar atau bidang yang bisa didatarkan dengan dibubuhi
skala atau simbol. Dari asal bahasanya, peta awalnya berasal dari bahasa Yunani,
yaitu Mappa, yang kemudian disebut Map. Kata Mappa, dalam bahasa Yunani
17
berarti taplak meja, karena kala itu peta digambar pada kain menyerupai taplak
meja. Berdasarkan asal kata Mappa tersebut, peta dapat diartikan sebagai lembaran
yang berisi tentang gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi. Peta yang baik
tersaji dengan memenuhi unsur unsur seni, matematis dan pengetahuan geografi di
dalamnya. Fungsi dari sebuah peta adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Skala
• Peta Kadaster / Peta teknik skala 1 : 100 – 1 : 5000 Digunakan untuk
membuat peta luas tanah, sertifikat tanah.
• Peta skala besar 1 : 5000 – 1: 250.000 Digunakan untuk membuat
peta yang sempit, desa, kecamatan, kota.
• Peta skala sedang 1 : 250.000 – 1: 500.000 Digunakan membuat peta
propinsi.
• Peta skala kecil 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000 Digunakan untuk
membuat peta Negara-negara.
• Peta skala geografis skala lebih dari 1 : 1.000.000 Digunakan
membuat peta benua, kawasan, peta dunia.
2. Berdasarkan Isinya
Peta umum adalah peta yang memberikan banyak informasi. Peta ini
menggambarkan gambaran umum baik ketampakan atau medan asli
maupun buatan manusia atau baik ketampakan fisis maupun sosial
18
budaya. Misalnya sawah, sungai, gunung, jalan, kota, jembatan,
pemukiman, dan lain-lain. Jenis-jenis peta ini antara lain:
• Peta Topografi: Peta yang menggambarkan keadaan relief bumi,
umumnya skala besar (1 : 5.000) maka daerah yang dipetakan
sempit, kenampakannya sangat detail. Ciri utama peta topografi
adalah penggunaan garis kontur yaitu garis yang menunjukkan
variasi ketinggian di suatu tempat tertentu.
• Peta Korografi: Peta yang menggambarkan daerah yang luas seperti
Negara-negara dengan atau benua-benua dengan skala kecil.
Misalnya peta-peta dalam atlas. Peta dunia Peta dunia adalah peta
umum yang berskala sangat kecil dengan fungsi memberi informasi
tentang bentuk dan letak wilayah setiap Negara.
• Peta Tematik atau Peta Khusus: Peta yang hanya memberikan satu
atau sedikit sekali informasi. Peta ini menggambarkan ketampakan
tertentu baik fisik maupun sosial budaya. Data yang tergambar dapat
data kualitatif maupun kuantitatif. Peta ini disajikan dalam berbagai
bentuk yang berhubungan dengan unsur asli muka bumi dan
unsurunsur buatan manusia. Misalnya peta iklim, peta perhubungan,
peta pariwisata, peta persebaran tambang, peta penduduk, dan lain-
lain.
3. Berdasarkan Objek
Peta dinamik yaitu peta yang menggambarkan keadaan yang sifatnya
tidak tetap atau labil. Misalnya adalah peta penduduk, peta pemukiman,
peta transmigrasi. Peta stasioner yaitu peta yang menampilkan data yang
tetap sifatnya atau stabil. Misalnya adalah peta wilayah, peta tanah, peta
geologi.
4. Peta Militer Khusus untuk keperluan militer, dibagi menjadi:
• Peta umum skala 1 : 1.000.000
• Peta strategi peta yang dibuat khusus untuk strategi tempur dengan
skala 1 : 100.000.
• Peta Taktik yaitu peta yang digunakan untuk penyerangan skala 1 :
25.000, 1 : 50.000, 1 : 100.000 (Ulfa, 2021).
19
BAB III
METODOLOGI
20
3.1.1. Rencana Survey Lapangan
Sebelum melakukan survey ke lapangan terlebih dahulu
dilkukan beberapa persiapan yaitu, pemilihan titik-titik yang mau
dijadikan titik survey dan penyiapan peralatan yang akan digunakan,
Berikut peta rencana survey lapangan:
21
3.2. Diagram Alir
22
3.3. Waktu Pengerjaan
Praktikum ini dilaksanakan selama 9 minggu, mulai dari minggu ke-3 pada
bulan maret sampai dengan minggu ke-4 bulan Mei. Dengan pelaksanaan Timeline
sebagai berikut :
23
3.4. Data dan Peralatan Praktikum
Dalam Praktikum kali ini peralatan yang digunakan adalah Laptop untuk
proses pengoalahan data dll, Smartphone untuk mengambil gambar yang menjadi
studi kasus dalam praktikum saat ini, kendaraan untuk menuju ke lokasi praktikum
(validasi), dan software yang digunakan adalah ArcGis.
24
1. Penelitian ini dimulai persiapan yang dilakukan adalah menentukan
lokasi penelitian yang kita ambil (Studi kasus).
2. Kemudian mencari jurnal/Studi literactur sebagai refrensi untuk
praktikum dan pengumpulan data berupa data batas administrasi, data
DEMNAS wilayah, data curah hujan, data SHP jenis tanah, jenis batuan,
dan data SHP penggunaan lahan.
3. Selanjutnya yaitu pengolahan data DEMNAS, data curah hujan, data
jenis tanah, jenis batuan, dan data penggunaan lahan.
4. Kemudian dilanjutkan proses skoring setiap data yang sudah di olah.
5. Langkah selanjutnya ialah penggabungan semua data atau overlay.
6. Kemudian jika sudah dilakukan proses overlay maka langkah
selanjutnya yaitu klasifikasi peta dan di dapatkan 5 kelas daerah rawan
longsor berupa: a. Sangat rendah, b. Rendah, c. Sedang, d. Tinggi, e.
Sangat Tinggi.
7. Didapatkan hasil akhir berupa peta analisis daerah rawan longsor
wilayah kecamatan Kalipare.
25
Basis Data memiliki gambaran terstruktur dari jenis fakta yang nyata
mewakili objek seperti manusia, barang, hewan, konsep dan sebaginya yang
diwujudkan dalam bentuk huruf, angka, simbol, gambar, teks atau
kombinasinya. Dan biasanya model yang digunakan saat ini adalah model
relasional, yang menurut istilah awam mewakili semua informasi dalam
bentuk tabel yang saling berhubungan dengan setiap meja terdiri dari baris
dan kolom.
Gambar 3.4 Tampilan Entity Relationship Pembuatan Peta Rawan Longsor Kecamatan
Kalipare
a. Entitas
1) Kecamatan kalipare
2) Kelerengan
3) Curah Hujan
4) Jenis Tanah
26
5) Penggunaan Lahan
6) Jenis Batuan
b. Interprice Rule
1) Suatu wilayah kecamatan kalipare memilki beberapa
keluarahan/desa
2) Suatu wilayah di kecamatan kalipare memiliki beberapa jenis
kemiringan kelerengan.
3) Suatu daerah di kecamatan kalipare memiliki beberapa
daerah tataguna lahan.
4) Suatu daerah di kecamatan kalipare memiliki beberapa jenis
tanah.
5) Setiap daerah kecamatan di kabupaten Malang mempunyai
beberapa indeks curah hujan.
6) Suatu wilayah di kecamatan kalipare memiliki beberapa jenis
batuan
3.5.4. Diagram ER
27
3.5.5. Tabel
Gambar 3.6 Tampilan Tabel Pembuatan Peta Rawan Longsor Kecamatan kalipare
2. Setelah muncul tampilan gambar yang ada dibawah ini kemudian klik link ada
di atas sendiri.
28
Gambar 3.7 Tampilan pencarian data batas administrasi
3. Setelah klik pada link yang ada akan muncul Situs “Indonesia Geospasial” lalu
scroll ke bawah untuk download data batas administrasi nya.
4. Selanjutnya pada situs indonesia geospasial scroll kebawah dan lalu pilih data
daerah mana yang digunakan lalu klik Download dan akan muncul tampilan
yang ada dibawah ini.
b) Data DEMNAS
1. Langkah awal untuk mencari data DEMNAS yaitu kita buka google crome lalu
ketik “DEMNAS” https://tanahair.indonesia.go.id/demnas/#/
29
Gambar 3.10 Tampilan awal google chrome
2. Setelah Search dengan kata DEMNAS lalu akan muncul tampilan yang ada
dibawah berikut ini kemudian klik link ada diatas sendiri.
3. Setelah klik pada link tadi akan muncul tampilan seperti yang ada dibawah ini.
Berikut ini adalah situs dari DENMAS, kemudian klik download yang ada
diatas pojok kanan.
4. Kemudian klik yang ada diatas pojok kanan lalu akan di muncul 2 pilihan dan
pilihlah yang DEMNAS dan kemudian klik.
30
Gambar 3.13 Tampilan Situs DEMNAS
6. Selanjutnya akan masuk ke tampilan sebagai berikut lalu pilih daerah yang
akan di jadikan studi kasu nya dan kemudian klik unduh.
31
Gambar 3.16 Tampilan awal google chrome
2. Untuk curah hujan kami dapatkan dengan mengunduh data curah hujan
bulanan dari website https://www.chc.ucsb.edu/data/chirps.
32
5. Kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut ini dan lalu klik bils/
33
Gambar 3.23 Tampilan Situs Fao Map Catalog
3. Kemudian Search dan lalu ketikan digital soil map of the world dan ketik
enter untuk masuk ke situs tersebut.
34
Gambar 3.26 Tampilan digital soil map of the world
e) Data Penggunaan Lahan
1. Langkah awal untuk mencari data Penggunaan Lahan yaitu kita buka google
crome lalu ketik download data shp penggunaan lahan
35
Gambar 3.29 Tampilan situs download data penggunaan lahan
4. Setelah menemukan data penggunaan lahan dengan daerah yang diingkan
kemudian klik lalu akan muncul rar sebagai berikut dan kemudian kita
download.
36
3.6.2. Pengoalahan Data
1. buka software ArcGis di PC atau Leptop
4. Lalu klik kanan data curah hujan dan pilih open atribute table
37
Gambar 3.34 Tampilan curah hujan
6. Lalu pilih tools table options pada pojok kanan atas, kemudian
pilih add field untuk menambahkan tabelnya.
38
Gambar 3.37 Tampilan Add Field
10. Lalu isi skor pada curah hujan sesuai dengan jurnal acuan
yang dijadikan refrensi.
39
Gambar 3.40 Tampilan isi skor
12. Setelah muncul tampilan seperti dibawah ini lalu bisa klik “Yes”
13. Lakukan hal yang sama pada data Jenis Tanah dan Kelereangan
40
14. Sebelum itu kita akan mengelompokkan data atribut tabel
penutupan lahan yang sama, pilih tools geoprocessing, pilih,
Dissolve
41
18. Hasil skor tiap tabel
42
19. Setelah memberi skor pada tiap-tiap tabel, langkah selanjutnya
overlay, pilih tools intersect.
21. Setelah itu akan diprosees seperti tampilan yang ada dibawah ini
22. Setelah itu melakukan skor, dengan membuka atribut tabel pada
peta hasil overlay, kemudian pilih tools table options, lalu pilih
add file.
43
23. Kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut ini, lalu ketik
overlay dan kemudian klik “OK”
24. Selnjutnya klik kanan pada tabel overlay, lalu pilih field
kalkulator untuk mengkalkulasi skor
44
Gambar 3.59 Tampilan reklasifikasi
45
30. Klik kanan pada tabel kelas longsor, pilih field calculator
46
Gambar 3.67 Tampilan tabel “Tinggi”
47
Gambar 3.70 Tampilan color ramp
48
37. Selanjutnya akan muncul tampilan layer properties lalu
pada tabel field pilih kecamatan lalu klik “OK”
38. Hasil
49
BAB IV
Berdasarkan peta curah hujan Kecamatan Kalipare yang telah dibuat, curah
hujan di lokasi praktikum termasuk tinggi dengan nilai berkisar 2500 - 3000
mm/tahun. Sebagai salah parameter dalam menentukan wilayah yang memiliki
tingkat rawan longsor sangat ditentukan oleh intensitas hujan dikawasan praktikum
serta distribusi curah hujan di Kecamatan Kalipare. Berdasarkan klasifikasi kelas
curah hujan, pada lokasi praktikum yang dibahas memiliki tiga pembagian kelas
curah hujan yang digunakan yaitu rentang 2000 - 2500 mm/tahun, 2500 - 3000
mm/tahun dan >3000 mm/tahun yang dapat dilihat pada (Gambar 4.1) di atas.
Curah hujan dengan intensitas curah hujan rendah dengan warna skala abu-abu,
curah hujan dengan intensitas rendah dengan warna biru laut dan sedangkan curah
hujan dengan intensitas tinggi dengan warna biru tua.
https://drive.google.com/file/d/1FxU7Rb_v1NIef8I_YDTYAEU8mjvd1Rs0/view?
usp=drive_link
50
4.2. Hasil Peta Jenis Tanah
https://drive.google.com/file/d/1hIDQCbc6JEQC1AJyD_uP7LXVKlcD9Wn5/vie
w?usp=drive_link
51
4.3. Hasil Peta Penggunaan lahan
https://drive.google.com/file/d/17amZxRloDq08KAezDtmbZ0B_le3px-
u0/view?usp=drive_link
52
Accuracy Assessment Table
Permukiman 0 6 0 0 0 6
Hutan dan
0 0 5 1 1 7
Perkebunan
Sawah 0 0 0 5 0 5
Semak
0 0 1 0 7 8
Belukar
Total 5 6 6 6 8 31
28
= × 100
31
= 90%
53
Badan Air : 5/5*100 = 100%
= 87.82%
54
4.4. Hasil Peta Jenis Batuan
https://drive.google.com/file/d/1yZhLYI2QyywyBtZhed0LKQ7FWg7cBQS4/vie
w?usp=drive_link
55
4.5. Hasil Peta Kemiringan Lereng
https://drive.google.com/file/d/1j_mIPZCOE7pKN4bC17iO09wf3Im7qNqn/view
?usp=drive_link
56
4.6. Hasil Peta Kerawanan Bencana Tanah Longsor Kecamatan Kalipare
https://drive.google.com/file/d/1i7GRrWTveWLEmyisfEs7AcdymB17VktB/view
?usp=drive_link
57
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan dari hasil pembuatan peta daerah rawan longsor
Kecamatan Kalipare yang kami lakukan dan berikut diantaranya:
58
b. Tidak membangun rumah di bawah tebing: Tidak di anjurkan untuk
mendirikan bangunan di bawah tebing, hal tersebut karena
mendirikan bangunan di bawah tebing memiliki ancaman besar
terkena bencana tanah longsor. Jika tinggi tebing 100 meter maka
usahakan lokasi rumah atau bangunan berjarak minimal 250 meter
dari kaki lereng. Sehingga apabila terjadi tanah longsor tidak akan
mencapai bangunan tersebut.
c. Tidak menebang pohon di sekitar lereng: Pohon yang berada di
sekitar lereng menjadi pencegah terjadinya tanah longsor karena
akar-akar dari pohon-pohon tersebut menyebar dan saling
bersinggungan sehingga bisa membantu tanah tidak mudah longsor
karena akan menjadi penahan tanah. Tentu kita perlu menghindari
menebang pohon di sekitar lereng.
d. Tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai: Semakin tinggi jarak
antara bibir tebing terhadap sungai maka akan semakin besar
peluang terjadinya longsor. Terjadinya erosi tanah tidak langsung
namun tanah yang terus tergerus oleh erosi tanah akan menyebabkan
semakin habisnya tanah ada di sekitar sungai.
5.2. Saran
59
langkah penting untuk mengurangi risiko bencana longsor.Informasi ini akan
menjadi dasar dalam pengembangan kebijakan dan strategi mitigasi yang tepat.
Perlu dilakukan pemantauan cuaca dan tanah yang canggih guna mendeteksi
potensi longsor dengan cepat. Sistem peringatan dini yang efektif harus
diperkenalkan dan disebarkan kepada masyarakat secara luas agar mereka dapat
mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.Dengan mengimplementasikan
langkah-langkah ini secara komprehensif, diharapkan daerah yang rawan longsor
dapat menjadi lebih aman dan tangguh menghadapi ancaman bencana tersebut.
60
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, M.R.S., & Restu, R. (2012). Pemetaan Tingkat Resiko Banjir dan Longor
Sumatera Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geografi,
4(1), 29-42.
Hardianto Arnas. Dkk. (2020). Pemanfaatan Informasi Spasial Berbasis SIG untuk
Pemetaan Tingkat Kerawanan Longsor di Kabupaten Bandung, Jawa
Barat. Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1.
Novita, C. (2021). tirto.id. Retrieved from Apa itu Tanah Longsor: Pengertian,
Jenis-jenis, & Proses Terjadinya: https://tirto.id/apa-itu-tanahlongsor-
pengertian-jenis-jenis-proses-terjadinya-gaF3
61