Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN POLITIK DI TIMUR TENGAH TAHUN 2020

Eman Lota Taka Janji1 Debi Setiawati2


Universitas Insan Budi Utomo Malang
Email : emantaka65@gmail.com1, matahariok9@gmail.com2

Abstract
Middle East in all its complexity, has always been an area of concern to humanity from time
to time. So much history is engraved in this area, began its cultural golden stretches in the
valley of the Nile, Euphrates and Tigris, until the major political forces of Iran with the birth
of Islam were able to change the form of government of the Islamic Republic, until the blood
battle in a variety of domestic political interests, regional and international level in various
conflict situations; Arab-Israeli war, the US-invasion of Iraq until the political revolution
"Arab Spring" in some Arab countries. Not only that, The Middle East is also a spiritual
direction with the birth of the great religions of the world, whose influence was felt hundreds
of millions of human beings until today. But ironically, The strategic location of the region
with all the wonders that should make this a more stable, but otherwise This area is known as
"Hot area" with conflicts of interest. From this condition, I am interested to analyze why the
frequent conflicts in the Middle East and the factors that cause these conflicts.
Keyword : konflik, Middle East, political

Abstrak
Timur Tengah dengan segala kompleksitasnya, selalu menjadi perhatian kemanusiaan dari
waktu ke waktu. Begitu banyak sejarah yang terukir di kawasan ini, mulai kebudayaannya
hamparan emas di lembah sungai Nil, Efrat dan Tigris, hingga politik besar kekuatan Iran
dengan lahirnya Islam mampu mengubah bentuk pemerintahan Republik Islam, hingga
pertumpahan darah di berbagai perpolitikan dalam negeri kepentingan, tingkat regional dan
internasional dalam berbagai situasi konflik; perang Arab-Israel, invasi AS ke Irak hingga
revolusi politik “Arab Spring” di sebagian Arab negara. Tak hanya itu, Timur Tengah juga
menjadi arah spiritual dengan lahirnya agama-agama besar di dunia, yang pengaruhnya
dirasakan ratusan juta umat manusia makhluk hingga hari ini. Namun ironisnya, letak
kawasan tersebut strategis dengan segala fasilitasnya keajaiban yang seharusnya membuat
tempat ini lebih stabil, namun selain itu daerah ini dikenal sebagai "Panas daerah" yang
mengandung konflik kepentingan. Dari kondisi tersebut, saya tertarik untuk menganalisis
mengapa hal tersebut konflik yang sering terjadi di Timur Tengah dan faktor penyebab
konflik tersebut.
Kata Kunci : Konflik, Timur Tengah, Politik
PENDAHULUAN Namun disisi lain Timur Tengah,
yang tandus ternyata dianugrahi Tuhan
Konflik sudah menjadi bagian dari yang kaya akan sumberdaya mineral yaitu
kehidupan manusia, karena sebagai minyak bumi yang menghasilkan uang
makhluk sosial yng melakukan interaksi berlimpah dan membuat bangsa manapun
dengan masyarakat yang ada diekitar kita akan menjadi iri.
pasti mengalami suatu pertentangan atau
perbedaaan dengan orang-orang yang ada Menurut Carl J Friedrich, politik
disekitar kita. Pertentangan ini yang merupakan suatu upaya atau cara untuk
nantinya akan menjadi sebuah konflik memperoleh atau mempertahankan
yang jika dibiarkan akan menjadi suatu kekuatan. Politik juga dapat diartikan cara
masalah yang akan membesar. untuk mencapai tujuan tertentu yang
dikehendaki yang akan digunakan untuk
Bisa dikatakan bahwa konflik mencapai keadaan yang diinginkan.
merupakan suatu proses social antara satu Kehidupan berpolitik tak pernah lepas dari
orang atau lebih yang mana salah seorang kehidupan sosial suatu negara. Dan
di antaranya berusaha menyingkirkan masyarakat di Timur Tengah dengan
pihak lain. Jadi, bisa disimpulkan bahwa didominasi oleh bangsa Arab memiliki
kita sebagai masyarakat tidak bisa kultur pemerintahan yang sebagian besar
menghindari adanya konflik yang pastinya adalah diktator. Salah satu faktor historis
akan terjadi di kehidupan kita. Konflik yang melatari karena di wilayah tersebut
juga tidak begitu saja muncul tapi konflik dulunya bersistem kekerajaan.
mempunyai sumber – sumber yang
menjadi patokan atau pemicu munculnya Arab Spring menjadi pintu masuk
konflik antar individu maupun antar berbagai pihak melakukan koreksi
kelompok social. terhadap kepemimpinan di Timur Tengah,
mulai dari Tunisia hingga menyebar ke
Konflik merupakan bagian dari berbagai negara di kawasan Timur Tengah.
perputaran siklus kekuasaan yang memang Beberapa tuntutan akibat reaksi
sering terjadi di berbagai daerah. Semakin ketidakpuasan publik Timur Tengah, ada
kompleksnya masyarakat dan semakin yang menunjukkan hasil positif, namun
banyaknya pengaruh yang dilakukan oleh tidak sedikit pula yang justru berakibat
negara-negara kuat di dunia membuat fatal dan melahirkan krisis dan konflik
negara bergerak secara dinamis juga. berkepanjangan. Kecepatan merespon dan
Wilayah Timur Tengah (middle kepiawaian negosiasi pemimpin di
east) selama ini seakan tidak lepas dari kawasan ini menjadi kunci, termasuk
carut marut konflik dan kekerasan yang melihat berbagai efek dan dampak serta
selalu menghiasi setiap head line media- pengaruh para tokoh dan supporter yang
media seluruh dunia. Padahal jika kita lihat menggerakkan aksi, baik secara internal
lebih jauh disitulah agama-agama Semit maupun eksternal negara.
lahir, yaitu Islam, Kristen, Yahudi yang Tidak sedikit para pemimpin yang
mengajarkan tentang kebaikan dan tumbang dan harus menyerahkan mandat
kebenaran. Selain itu juga terdapat tempat kepada desakan publik, semisal Tunisia,
suci yang di klaim ketiga agama itu yaitu Libya, Mesir dan Yaman. Namun ada juga
Jerussalem. Sangat ironis tempat lahirnya yang hanya melakukan reformasi internal
agama yang mengajarkan kedamaian tanpa penggulingan kekuasaan, semisal
kepada setiap umatnya menjadi wilayah Saudi Arabia, Qatar, Bahrain dan juga
yang nyaris jarang terdengar kata Syuriah meski mengalami pergolakan yang
perdamaian. masih berlangsung hingga saat ini.
Di Mesir misalnya, pasca aktor. Analisis kerja sama konstruktivis,
tumbangnya rezim Hosni Mubarak, rakyat sebaliknya, akan berkonsentrasi pada
Mesir justru terjerumus ke dalam konflik bagaimana harapan yang dihasilkan oleh
sektarian. Konflik sektarian tersebut terjadi perilaku memengaruhi identitas dan minat
antara warga muslim dan kristen. Dalam (Wendt, 1992). Sehingga, pengaruh
konflik yang bernuansa SARA (suku, identitas ini yang membuat anarki
agama, ras, dan antargolongan)tersebut, dibangun oleh negara, seperti yang ditulis
setidaknya terdapat beberapa orang yang pada jurnal Wendt yang berjudul,
menjadi korban akibat brutalnya “Anarchy is what states make of it: The
aksi.Konflik sektarian di Mesir adalah satu social cnstruction of power politics”.
contoh resistensi politik di kawasan Timur
Tengah setelah revolusi berhasil
dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE PENELITIAN
Identitas Politik Timur Tengah
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian in adalah deskriptif Menurut konstruktivisme, identitas
kualitatif dengan pendekatatan negara membentuk konsep kepentingan
konstruktivisme. Pendekatan nasional mereka. Pan-Arabisme dan Pan-
konstruktivisme ini memandang bahwa Islamisme, keduanya, memiliki
beberapa negara memiliki perilaku yang kepentingan untuk mengalahkan Israel
berbeda-beda dalam sistem internasional untuk membela Palestina. Selain itu, Pan-
yang anarkis. Individualisme pendekatan Islamisme dan Pan-Arabisme memiliki
rasionalis yang melekat pada struktur nilai untuk menolak dominasi Barat yang
dalam pendekatan ini menjadi lebih sesuai dapat dilihat melalui pola politik luar
secara substantif karena identitas dan negeri mereka dalam membentuk aliansi.
kepentingan sebenarnya sebagian besar Namun, sepertinya identitas ini
eksogen terhadap interaksi antar negara. tidak stabil karena adanya kendala internal
Setiap negara akan berpikir bahwa mereka dalam berkomitmen terhadap identitas.
berperilaku rasional, tetapi bertindak Seperti, Anwar Sadat, Presiden Mesir,
dengan cara berbeda karena negara melihat yang menandatangani Perjanjian David
realitas image yang berbeda-beda. Camp dengan Israel setelah kalah dalam
Menurut Alexander Wandt, image perang. Sehingga, Mesir dianggap telah
tersebut ditentukan oleh sejarah, budaya, menusuk aliansi United Arab Republic
bahasa, nilai, dan identitas yang oleh negara Arab lainnya, yang pada
terkonstruk secara sosial (Wendt, 1992). akhirnya berujung dengan ketidakstabilan
Konstruktivis mengatakan bahwa identitas identitas PanArabisme di Timur Tengah.
berpengaruh terhadap kebijakan luar Norma-norma Arabisme
negeri suatu negara. Perspektif 'diciptakan' pada periode antar perang,
konstruktivis selalu melihat perilaku diamankan selama dekade 1945–55, dan
negara yang selalu dinamis dan kemudian mereka menurun setelah 1963.
dipengaruhi oleh non-tangible factors. Norma-norma Arab yang muncul dari
Identitas aktor tidak diberikan tetapi skema Pakta Baghdad, dan yang kemudian
dikembangkan dan dipertahankan atau diperkuat lagi terkait) status Israel dan
diubah dalam interaksi. masalah Palestina, hubungan dengan
Norma yang berkembang dari orang-orang Barat, serta prospek dan
interaksi diperlakukan sebagai aturan dan keinginan untuk bersatu (Barnett, 1998).
keteraturan perilaku yang berada di luar Ketiga isu ini menjadi dasar dari 'dialog'
Arab yang menciptakan identitas. Tetapi, the main ideological competitor of
hubungan antara keprihatinan khusus ini globally triumphant Western liberalism”
dan resonansi yang mereka miliki dengan (Hinnebusch, 2016). Sementara, Politik
bangsa Arab yang diduga begitu sering antar-Arab lebih dianggap sebagai tentara
digunakan untuk menjelaskan kekhasan atau instrumen kekuatan negara yang lebih
regional hanya ditegaskan dan pada didorong oleh kepentingan material,
akhirnya bertumpu pada generalisasi seperti perebutan kembali wilayah yang
tentang pandangan masyarakat Arab. diduduki, daripada didorong oleh
keinginan untuk berintegrasi kembali
Selanjutnya, agama memiliki peran (Walt, 1987). Dengan demikian, seberapa
dalam membentuk sebuah identitas dan jauh perilaku kedua identitas politik dalam
budaya politik di Timur Tengah—yang interaksi di politik internasional tetap
disebut dengan Islamisme. Sebuah negara menjadi kontroversi.
yang dibangun di atas identitas agama dan
mencerminkan elemen-elemen utama dari
sejarah nasional mungkin dapat
membangun institusi-institusi yang dilihat Krisis Politik Yang Berulang
sebagai asal asli (R. D. Lee, 2014). Menurut Carl J Friedrich, politik
Meskipun, monarki-monarki di kawasan merupakan suatu upaya atau cara untuk
tersebut mengaitkan kesuksesan mereka memperoleh atau mempertahankan
dengan Islam, peluang dan politik telah kekuatan. Politik juga dapat diartikan cara
memainkan peran besar. untuk mencapai tujuan tertentu yang
Setiap monarki telah membentuk dikehendaki yang akan digunakan untuk
Islam agar sesuai dengan keadaan mencapai keadaan yang diinginkan.
khususnya. Identitas agama—yang tidak Kehidupan berpolitik tak pernah lepas dari
sejalan dengan batas-batas negara—dapat kehidupan sosial suatu negara. Dan
menghalangi pembentukan politik yang masyarakat di Timur Tengah dengan
kuat yang mampu menjamin perdamaian didominasi oleh bangsa Arab memiliki
dan kebebasan bagi warganya. Agama kultur pemerintahan yang sebagian besar
telah membantu konsolidasi kekuasaan dan adalah diktator. Salah satu faktor historis
pengembangan legitimasi di kawasan ini, yang melatari karena di wilayah tersebut
tetapi agama dapat membawa masalah dulunya bersistem kekerajaan.
buruk mengenai hak asasi manusia dalam Arab Spring menjadi pintu masuk
setiap kasus. berbagai pihak melakukan koreksi
Dari penjelasan tersebut dapat terhadap kepemimpinan di Timur Tengah,
terlihat bahwa identitas memiliki pengaruh mulai dari Tunisia hingga menyebar ke
terhadap kebijakan luar negeri mereka, berbagai negara di kawasan Timur Tengah.
sehingga regionalisme di kawasan tersebut Beberapa tuntutan akibat reaksi
terjadi. Nasionalisme Islam dianggap telah ketidakpuasan publik Timur Tengah, ada
berhasil, sementara nasionalisme sekular— yang menunjukkan hasil positif, namun
Pan Arabisme—telah gagal dalam konteks tidak sedikit pula yang justru berakibat
politik. Aktivis Islam dianggap sukses fatal dan melahirkan krisis dan konflik
menjatuhkan kekuasaan Pahlevi di Iran berkepanjangan.
dan kekuasaan Israel dengan memaksa Kecepatan merespon dan
penarikan militer Israel yang kuat dari kepiawaian negosiasi pemimpin di
Lebanon dan Gaza. kawasan ini menjadi kunci, termasuk
Dalam tulisan berjudul, The melihat berbagai efek dan dampak serta
Politics of Identity in Middle East pengaruh para tokoh dan supporter yang
International Relations, “political Islam is menggerakkan aksi, baik secara internal
maupun eksternal negara. Tidak sedikit Dari uraiandiatas dapat
para pemimpin yang tumbang dan harus disimpulkan bahwa Timur-Tengah
menyerahkan mandat kepada desakan kawasan yang tidak pernah lepas dari
publik, semisal Tunisia, Libya, Mesir dan masalah politik baik skala domestik,
Yaman. Namun ada juga yang hanya regional maupun internasional, lebih
melakukan reformasi internal tanpa tepatnya selalu penuh dan lahir kejutan
penggulingan kekuasaan, semisal Saudi politik.Ironisnya kondisi geografis yang
Arabia, Qatar, Bahrain dan juga Syuriah potensial kenyataannya tidak berbanding
meski mengalami pergolakan yang masih lurus dengan kenyamanan politik di
berlangsung hingga saat ini. kawasan ini mulai sejak dulu.Bahkan tarik
menarik kepentingan antar kekuatan dunia
Di Mesir misalnya, pasca di Timur-Tengah terus berlangsung untuk
tumbangnya rezim Hosni Mubarak, rakyat menancapkan hegemoninya hingga saat
Mesir justru terjerumus ke dalam konflik ini.Kekuatan geografis yang seyogyanya
sektarian. Konflik sektarian tersebut terjadi dapat dijadikan sebagai kekuatan politik
antara warga muslim dan kristen. Dalam regional kenyataanyajustrumenyandera
konflik yang bernuansa SARA (suku, kawasan ini, arti penting dan kondisi
agama, ras, dan antargolongan)tersebut, geografis yang strategis justru menjadi
setidaknya terdapat beberapa orang yang pemicu munculnya berbagai masalah besar
menjadi korban akibat brutalnya yang secara otomatisberdampak langsung
aksi.Konflik sektarian di Mesir adalah satu bagi eksistensi negara-negara kawasan dan
contoh resistensi politik di kawasan Timur cukup mempengaruhi sulitnya negara-
Tengah setelah revolusi berhasil negara kawasan ini, khususnya negara-
dilakukan. negara Arab mewujudkan integrasi.
Pascarevolusi, umumnya tuntutan Seiring dengan perkembangan
sederhana yang dikehendaki rakyat dan wacana geografi politik, ada hal yang perlu
para elite politik adalah melangsungkan direkonstruksi, geografi politik suatu
pemilihan umum secara demokratis untuk negara / kawasan tidak lagi hanya semata-
memilih kepemimpinan baru. Harapan mata ditinjau dari letak strategis dan
baru tersebutlah yang menjadi suara kondisi SDA potensial, hal tersebut akan
mayoritas rakyat kawasan Timur Tengah, menjadi boomerang bila tidak dibarengi
termasuk harapan kehidupan yang lebih dengan pembangunan karakter negara/
baik dan demokratis. Krisis Timur Tengah bangsa yang kuat.
juga melahirkan berbagai model dan
varian yang juga sulit dibaca, kecuali Mengingat hal ini terkadang
pembacaan politik dan geopolitik yang dikesampingkan, sehingga kekuatan
melingkupi. Munculnya ISIS (Islamic geografi yang dimiliki justru dengan
State of Iraq and Syria) adalah bagian dari mudahnya dimanfaatkan oleh kekuatan
kerumitan krisis di kawasan ini. negara lain. Pembangunan karakter bangsa
Sebelumnya persoalan sengketa Israel- harus terus menerus dikelola dan
Palestina, muncul juga Al-Qaeda, hingga dikembangkan meliputi semangat cinta
berbagai kelompok separatis semisal tanah air, tidak khianat pada bangsa
kelompok Houthi di Yaman dan sendiri, pemimpin yang berintegritas,
gerakanseparatislain menjadi bagian dari toleran dan demokratis, serta memiliki visi
varian krisis yang rumit. untuk membangun kesejahteraan
bersama.Pembangunan karakter ini
hendaknya sebagai landasan bagi
pengembangan konsep-konsep geografi
politik di masa datang.
KESIMPULAN
and Politics in the Middle East (2
ed.). Westview Press.
https://doi.org/10.4324/97804294947
65
Sumber: https://www.nu.or.id/opini/
belajar-dari-konflik-di-timur-tengah-
YW0dD
Walt, S. M. (1987). The Origins of
DAFTAR PUSTAKA Alliances (R. Jervis & R. J. Art
(Ed.)). Cornell University Press.
Barnett, M. (1998). Dialogues in Arab
Politics: Negotiations in Regional Wendt, A. (1992). Anarchy is what States
Order. Columbia University Press. Make of it: The Social Construction
of Power Politics. International
Hinnebusch, R. (2016). The Politics of Organization, 46(2), 391–425.
Identity in Meiddle East https://doi.org/10.2307/2706858
International Relations. In
International Relations of Middle
East (hal. 151–170). Oxford
University Press.
https://www.nu.or.id/opini/belajar-dari-
konflik-di-timur-tengah-YW0dD
Lee, R. D. (2014). Religion and Politics in
the Middle East: Identitiy, Ideology,
Institutions, Attitude. In Religion

Anda mungkin juga menyukai