.id/
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILIHAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Presiden dan Wakil Presiden adalah Presiden dan Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR
adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
4. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD
adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Peserta Pemilu adalah partai politik untuk Pemilu anggota
DPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD
Kabupaten/Kota, perseorangan untuk Pemilu anggota
DPD, dan Pasangan Calon yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik untuk Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden.
7. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang
selanjutnya disebut Pasangan Calon adalah pasangan
calon peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang telah memenuhi persyaratan.
8. Partai Politik Peserta Pemilu adalah partai politik yang
telah memenuhi persyaratan sebagai Peserta Pemilu
anggota DPR, anggota DPRD Provinsi, dan anggota DPRD
Kabupaten/Kota.
9. Perseorangan Peserta Pemilu adalah perseorangan yang
telah memenuhi persyaratan sebagai Peserta Pemilu
https://jdih.bawaslu.go.id/
-3-
anggota DPD.
10. Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang
sebagai Warga Negara.
11. Pemilih adalah WNI yang sudah genap berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah
kawin.
12. Pengawas Pemilu adalah lembaga yang mengawasi
penyelenggaraan Pemilu yang meliputi Badan Pengawas
Pemilu, Badan Pengawas Pemilu Provinsi, Badan
Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas
Pemilu Kecamatan, Panitia Pengawas Pemilu
Kelurahan/Desa, Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri,
dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara.
13. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut
Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
14. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut
Bawaslu Provinsi adalah badan yang mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi, termasuk
Panitia Pengawas Pemilihan Provinsi Aceh.
15. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut Bawaslu Kabupaten/Kota adalah
badan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
wilayah kabupaten/kota, termasuk Panitia Pengawas
Pemilihan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Provinsi
Aceh.
16. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang selanjutnya
disebut Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang
dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah Kecamatan atau
sebutan lain.
17. Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa yang
selanjutnya disebut Panwaslu Kelurahan/Desa adalah
petugas yang dibentuk Panwaslu Kecamatan untuk
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah
Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
18. Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri yang selanjutnya
disebut Panwaslu LN adalah petugas yang dibentuk oleh
Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
luar negeri.
19. Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya
disebut Pengawas TPS adalah petugas yang dibentuk oleh
Panwaslu Kecamatan untuk membantu Panwaslu
Kelurahan/Desa.
20. Pemantau Pemilu adalah lembaga swadaya masyarakat,
badan hukum, lembaga pemantau dari luar negeri,
lembaga pemilihan luar negeri, dan perwakilan negara
sahabat di Indonesia yang mendaftar kepada Bawaslu dan
telah memperoleh akreditasi dari Bawaslu.
21. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU
adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan Pemilu.
https://jdih.bawaslu.go.id/
-4-
https://jdih.bawaslu.go.id/
-5-
Pasal 2
Peraturan Badan ini mengatur mengenai penyelesaian dugaan:
a. Pelanggaran Administratif Pemilu; dan
b. Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yang dilakukan
calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota, dan Pasangan Calon.
Pasal 3
Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM dilaksanakan
dengan prinsip cepat, tidak memihak, tanpa biaya, dan
dilakukan secara terbuka.
BAB II
TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILU
Bagian Kesatu
Wewenang
Pasal 4
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu LN menerima, memeriksa, mengkaji, dan
memutus dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sesuai
dengan tempat terjadinya pelanggaran.
(2) Panwaslu Kecamatan menerima, memeriksa, mengkaji,
dan membuat rekomendasi atas hasil kajiannya mengenai
Pelanggaran Administratif Pemilu kepada Pengawas
Pemilu secara berjenjang.
(3) Panwaslu Kelurahan/Desa menyampaikan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu kepada Panwaslu
Kecamatan.
(4) Pengawas TPS menyampaikan keberatan terhadap dugaan
pelanggaran, kesalahan, dan/atau penyimpangan
administrasi dalam pemungutan dan penghitungan suara
kepada KPPS.
Bagian Kedua
Objek
Pasal 5
Objek Pelanggaran Administratif Pemilu berupa perbuatan atau
tindakan yang melanggar tata cara, prosedur, atau mekanisme
https://jdih.bawaslu.go.id/
-6-
Bagian Ketiga
Penemu, Pelapor, dan Terlapor
Pasal 6
Penemu dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yaitu
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
Pasal 7
(1) Pelapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu terdiri
atas:
a. WNI yang mempunyai hak pilih;
b. Peserta Pemilu; atau
c. Pemantau Pemilu.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
menyampaikan Laporan dapat mewakilkan kepada pihak
yang ditunjuk dengan surat kuasa khusus.
Pasal 8
Terlapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu terdiri atas:
a. Partai Politik Peserta Pemilu;
b. Calon Anggota DPR;
c. Calon Anggota DPD;
d. Calon Anggota DPRD Provinsi;
e. Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota;
f. Pasangan Calon;
g. tim kampanye yang terdaftar di KPU, KPU Provinsi, atau
KPU Kabupaten/Kota;
h. KPU;
i. KPU Provinsi;
j. KPU Kabupaten/Kota;
k. PPK;
l. PPLN;
m. PPS;
n. KPPS; dan/atau
o. KPPSLN.
Bagian Keempat
Temuan dan Laporan
Pasal 9
(1) Pelanggaran Administratif Pemilu berasal dari:
a. Temuan; atau
b. Laporan yang telah dilakukan kajian awal dan
merupakan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu.
(2) Tata cara penetapan Temuan dan penyampaian Laporan
sesuai dengan Peraturan Bawaslu yang mengatur
mengenai penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilu.
Pasal 10
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
https://jdih.bawaslu.go.id/
-7-
Pasal 11
(1) Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan Temuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a kepada Pengawas Pemilu 1 (satu)
tingkat di atas untuk dilakukan pemeriksaan.
(2) Dalam hal Bawaslu Provinsi tidak dapat menjalankan
tugas, Bawaslu Kabupaten/Kota dapat menyampaikan
Temuan kepada Bawaslu.
Bagian Kelima
Temuan dan Laporan Pelanggaran Administratif Pemilu
setelah Penetapan Hasil Perolehan Suara Peserta Pemilu
Secara Nasional
Pasal 12
(1) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta
Pemilu secara nasional terdapat hasil pengawasan
Pengawas Pemilu yang mengandung dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu yang berpotensi mengubah hasil
perolehan suara Peserta Pemilu serta terdapat
permohonan perselisihan hasil Pemilu yang diajukan oleh
Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan hasil pengawasannya melalui keterangan
tertulis kepada Mahkamah Konstitusi dalam sidang
perselisihan hasil Pemilu.
(2) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara peserta
Pemilu secara nasional terdapat hasil pengawasan
Pengawas Pemilu yang mengandung dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu yang berpotensi mengubah hasil
perolehan suara Peserta Pemilu tetapi tidak terdapat
permohonan perselisihan hasil Pemilu yang diajukan oleh
Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, hasil
pengawasan tersebut dapat dijadikan Temuan oleh
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dan
disampaikan kepada Pengawas Pemilu 1 (satu) tingkat
diatasnya untuk diperiksa, dikaji, dan diputus.
(3) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta
Pemilu secara nasional terdapat Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu yang disampaikan
https://jdih.bawaslu.go.id/
-8-
Bagian Keenam
Pemeriksaan
Paragraf 1
Majelis Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa, Asisten Pemeriksa,
dan Perisalah
Pasal 13
(1) Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu dilakukan
oleh majelis pemeriksa.
(2) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Ketua Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagai ketua merangkap anggota
Majelis pemeriksa; dan
b. Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagai anggota majelis pemeriksa.
(3) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh:
a. sekretaris pemeriksa; dan
b. asisten pemeriksa.
Pasal 14
(1) Sekretaris pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (3) huruf a berasal dari pejabat pada Sekretariat
Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu Provinsi, atau
sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Sekretaris pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyusun dan menandatangani berita acara dalam setiap
sidang pemeriksaan sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-SP yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(3) Sekretaris pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
https://jdih.bawaslu.go.id/
-9-
Pasal 15
(1) Asisten pemeriksa di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota berasal dari pegawai pada
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu
Provinsi, dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Asisten pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyiapkan materi selama proses pemeriksaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
Pasal 16
Majelis pemeriksa, sekretaris pemeriksa dan asisten pemeriksa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan perisalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) ditetapkan
dengan keputusan Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi,
atau Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkatannya.
Paragraf 2
Sidang Pemeriksaan
Pasal 17
(1) Sidang pemeriksaan dilakukan dalam sidang terbuka dan
dipimpin oleh majelis pemeriksa paling sedikit 2 (dua)
orang.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui tahapan:
a. pembacaan Laporan dari Pelapor atau Temuan dari
penemu;
b. jawaban Terlapor;
c. pembuktian;
d. kesimpulan; dan
e. pembacaan putusan.
Pasal 18
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota meminta kehadiran Pelapor/penemu dan
Terlapor dalam sidang pemeriksaan.
(2) Dalam sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pelapor dan Terlapor dapat diwakili oleh kuasa
hukum berdasarkan surat kuasa khusus.
Pasal 19
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota menyampaikan surat pemberitahuan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 10 -
Pasal 20
(1) Dalam hal Pelapor/penemu dan/atau Terlapor tidak hadir
pada sidang pemeriksaan pertama, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota menyampaikan
pemberitahuan kedua kepada Pelapor/penemu dan/atau
Terlapor untuk hadir pada sidang pemeriksaan
berikutnya.
(2) Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali
berturut-turut, Pelapor/penemu tidak hadir, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota tetap
melanjutkan pemeriksaan dengan agenda jawaban
Terlapor.
(3) Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali
berturut-turut, Terlapor tidak hadir, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota tetap
melanjutkan pemeriksaan dengan agenda pembacaan
Temuan atau Laporan.
(4) Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali
berturut-turut, Pelapor/penemu dan Terlapor tetap tidak
hadir, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota tetap melanjutkan sidang pemeriksaan
dengan agenda pembacaan putusan.
Pasal 21
(1) Pembacaan Laporan dari Pelapor atau Temuan dari
penemu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
huruf a dilakukan pada sidang pemeriksaan pertama.
(2) Sebelum membacakan Laporan atau Temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pelapor/penemu dapat mengajukan
perbaikan materi Laporan atau Temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
(3) Perbaikan Laporan atau Temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hanya dapat disampaikan sebanyak 1 (satu) kali sebelum
Terlapor menyampaikan jawaban atas Laporan atau
Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.
(4) Selain menyampaikan perbaikan materi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), Pelapor/penemu
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 11 -
Pasal 22
(1) Majelis pemeriksa memberikan kesempatan kepada
Terlapor untuk menyampaikan jawaban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b dan bukti paling
lambat pada agenda jadwal sidang berikutnya.
(2) Jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Terlapor dalam sidang pemeriksaan
sebanyak 3 (tiga) rangkap sesuai dengan Formulir Model
ADM.JAWABAN yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan in.
(3) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berbentuk surat disampaikan kepada majelis pemeriksa
sebanyak 1 (satu) rangkap.
(4) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berbentuk elektronik disimpan dalam media penyimpanan
data elektronik dan disampaikan kepada majelis
pemeriksa.
(5) Setelah materi jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan, Terlapor dapat menyampaikan perbaikan
terhadap jawaban yang disampaikan.
(6) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya
terkait dengan kekeliruan penulisan yang tidak mengubah
pokok materi jawaban Terlapor.
Pasal 23
(1) Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2) huruf c dilakukan oleh majelis pemeriksa setelah
Terlapor menyampaikan jawaban.
(2) Alat bukti dalam pembuktian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. surat atau tulisan;
b. dokumen elektronik;
c. keterangan ahli;
d. keterangan saksi;
e. keterangan Pelapor/penemu dan Terlapor; dan/atau
f. pengetahuan majelis pemeriksa.
Pasal 24
(1) Surat atau tulisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf a terdiri atas:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 12 -
Pasal 25
Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf b merupakan setiap informasi elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam
bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar
melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki
makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
Pasal 26
Keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
huruf c merupakan keterangan yang disampaikan pada sidang
pemeriksaan oleh seseorang sesuai dengan kompetensi dan
keahliannya.
Pasal 27
Keterangan saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(2) huruf d merupakan keterangan yang diberikan oleh
seseorang yang melihat, mendengar secara langsung, dan/atau
mengalami terjadinya peristiwa yang diduga sebagai
Pelanggaran Administratif Pemilu.
Pasal 28
Keterangan Pelapor/penemu dan Terlapor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf e merupakan
keterangan Pelapor/penemu atau Terlapor yang disampaikan
secara langsung atau melalui kuasa hukumnya dalam sidang
pemeriksaan Laporan atau Temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 13 -
Pasal 29
Pengetahuan majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf f merupakan hal yang oleh majelis
pemeriksa diketahui dan diyakini kebenarannya.
Pasal 30
(1) Selain alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2), majelis pemeriksa dalam tahapan pembuktian
dapat menghadirkan lembaga terkait dan/atau pihak
terkait untuk dimintai keterangan yang diperlukan pada
sidang pemeriksaan.
(2) Lembaga terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lembaga atau badan yang berdasarkan
kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangannya perlu
didengar keterangannya dalam sidang pemeriksaan.
(3) Lembaga terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan keterangan sesuai dengan kewenangan
lembaganya diwakili oleh pejabat yang ditunjuk.
(4) Pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pihak yang berkepentingan secara langsung
terhadap pokok Laporan atau Temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
(5) Keterangan lembaga dan/atau pihak terkait dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis.
Pasal 31
(1) Saksi dan ahli wajib diambil sumpah sebelum memberikan
keterangan dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c dan huruf d.
(2) Setelah diambil sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), saksi dan ahli menandatangani berita acara
pengambilan sumpah sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-SUMPAH yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
Pasal 32
Majelis pemeriksa memberikan kesempatan kepada
Pelapor/penemu dan Terlapor untuk mengajukan pertanyaan
kepada saksi, ahli, lembaga terkait, dan/atau pihak terkait.
Pasal 33
(1) Majelis pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan
setempat dalam hal terdapat alat bukti yang tidak dapat
dihadirkan dalam sidang pemeriksaan.
(2) Majelis pemeriksa memberitahukan dan mengundang
Pelapor/penemu dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan
untuk hadir dalam pemeriksaan setempat.
(3) Dalam hal Pelapor/penemu dan/atau Terlapor tidak hadir
dalam pemeriksaan setempat, Majelis Pemeriksa
melakukan pemeriksaan setempat tanpa dihadiri oleh
Pelapor/penemu dan/atau Terlapor.
(4) Hasil pemeriksaan setempat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan ke dalam berita acara hasil
pemeriksaan setempat sesuai dengan Formulir Model
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 14 -
Pasal 34
Majelis pemeriksa memberikan kesempatan kepada
Pelapor/penemu dan Terlapor untuk dapat menyampaikan
kesimpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d
secara tertulis atau lisan setelah melakukan pembuktian.
Pasal 35
(1) Dalam keadaan tertentu, sidang pemeriksaan terhadap
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu dapat dilaksanakan secara daring.
(2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. kondisi geografis;
b. faktor keamanan;
c. ketersediaan sarana dan prasarana;
d. bencana alam; dan/atau
e. bencana nonalam.
(3) Dalam melaksanakan sidang pemeriksaan secara daring
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota:
a. menginformasikan kepada para pihak dalam surat
panggilan sidang bahwa pemeriksaan dilakukan
secara daring;
b. memastikan jaringan dan teknologi yang memadai
untuk dilakukan perekaman secara audiovisual; dan
c. memeriksa identitas para pihak yang hadir dalam
sidang pemeriksaan secara daring.
Bagian Ketujuh
Putusan
Pasal 36
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu paling lama 14 (empat
belas) Hari setelah Temuan atau Laporan diregistrasi.
(2) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu dengan
mempertimbangkan paling sedikit 2 (dua) alat bukti.
(3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota menindaklanjuti hasil sidang
pemeriksaan dengan menyusun putusan sesuai dengan
Formulir Model ADM.PUTUSAN yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diputuskan
berdasarkan rapat pleno.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibubuhi
paraf pada setiap halaman dan ditandatangani oleh Ketua
dan Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 15 -
Kabupaten/Kota.
Pasal 37
(1) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota atas Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (3) terdiri atas:
a. terbukti; atau
b. tidak terbukti.
(2) Dalam hal amar putusan menyatakan Terlapor terbukti
melakukan Pelanggaran Administratif Pemilu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, majelis
pemeriksa dapat menjatuhkan sanksi administratif
berupa:
a. perbaikan administrasi terhadap tata cara, prosedur,
atau mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. teguran tertulis;
c. tidak diikutsertakan pada tahapan tertentu dalam
penyelenggaraan Pemilu; dan/atau
d. sanksi administratif lainnya sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang mengenai Pemilu.
(3) Dalam hal putusan berupa putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, amar putusan memuat:
a. menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu;
b. memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, atau
KPPSLN untuk melakukan perbaikan administrasi
terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme pada
tahapan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. memberikan teguran kepada Terlapor untuk tidak
mengulangi atau melakukan perbuatan yang
melanggar ketentuan perundang-undangan;
d. memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota agar Terlapor untuk tidak diikutkan
pada tahapan Pemilu dalam penyelenggaran Pemilu;
dan/atau
e. memberikan sanksi administratif lainnya kepada
Terlapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
mengenai Pemilu.
(4) Dalam hal putusan berupa putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, amar putusan
menyatakan Terlapor tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan perbuatan melanggar tata cara,
prosedur, atau mekanisme pada tahapan Pemilu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan
dalam sidang terbuka untuk umum.
Pasal 38
(1) Salinan putusan disampaikan kepada Pelapor dan
Terlapor paling lama 1 (satu) Hari setelah putusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 16 -
dibacakan.
(2) Putusan penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
dimuat dalam laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
(3) Status penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
diumumkan di laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan Formulir
Model ADM.STATUS yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
Pasal 39
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu
Kabupaten/Kota mengawasi pelaksanaan putusan
Pelanggaran Administratif Pemilu sesuai wilayahnya masing-
masing.
Bagian Kedelapan
Pemeriksaan Acara Cepat
Paragraf 1
Wewenang
Pasal 40
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu LN berwenang menyelesaikan Pelanggaran
Administratif Pemilu melalui pemeriksaan acara cepat.
Paragraf 2
Objek
Pasal 41
(1) Objek Pelanggaran Administratif Pemilu yang dapat
diselesaikan melalui pemeriksaan acara cepat terdiri atas:
a. dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu terhadap
ketentuan pelaksanaan kampanye Pemilu;
b. dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dalam
pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara
Peserta Pemilu; dan
c. dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi
pada pelaksanaan pemungutan dan penghitungan
suara di tempat pemungutan suara luar negeri.
(2) Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan peristiwa
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan
atau dilaporkan pada saat anggota Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN
melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan
kampanye di tempat kejadian.
(3) Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan peristiwa
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan
atau dilaporkan pada saat anggota Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota melaksanakan
tugas pengawasan terhadap rekapitulasi hasil
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 17 -
Paragraf 3
Tata Cara Pemeriksaan
Pasal 42
(1) Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
melalui pemeriksaan acara cepat dilakukan oleh Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau
Panwaslu LN pada hari yang sama saat terjadinya
Pelanggaran Pemilu.
(2) Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
melalui pemeriksaan acara cepat mengesampingkan
ketentuan Pasal 13 sampai dengan Pasal 35.
Pasal 43
(1) Pemeriksaan acara cepat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dalam hal dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
berasal dari Temuan maka Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
LN, sebagai penemu mencatatkan hasil
pengawasannya dan meminta keterangan Terlapor;
b. dalam hal dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
berasal dari Laporan maka Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
LN, meminta keterangan Pelapor dan Terlapor;
c. menguraikan peristiwa dan analisa hukum; dan
d. memutus.
(2) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
atau Panwaslu LN menuangkan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai putusan
dalam Formulir Model ADM.ACARA CEPAT yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Formulir Model ADM.ACARA CEPAT yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini ditandatangani oleh
anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN yang melakukan
penyelesaian di tempat kejadian.
(4) Formulir Model ADM.ACARA CEPAT yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini dibuat dalam 3 (tiga)
rangkap diserahkan masing-masing 1 (satu) rangkap
untuk Pelapor, 1 (satu) rangkap untuk Terlapor, dan 1
(satu) rangkap untuk arsip.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dalam rapat pleno.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 18 -
Bagian Kesembilan
Koreksi
Pasal 44
Bawaslu berwenang melakukan koreksi terhadap putusan
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37.
Pasal 45
(1) Pelapor/penemu dan/atau Terlapor dapat mengajukan
permintaan koreksi kepada Bawaslu atas putusan
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 kecuali putusan
pemeriksaan acara cepat.
(2) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara langsung kepada Bawaslu sesuai
dengan Formulir Model ADM.KOREKSI yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini serta melampirkan
salinan putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lama 3 (tiga) Hari setelah putusan
dibacakan.
Pasal 46
(1) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 berisi alasan permintaan koreksi dan hal yang diminta
untuk dikoreksi.
(2) Alasan permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya terkait dengan kesalahan penerapan hukum
dalam putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap yang terdiri atas 1
(satu) rangkap asli dan 1 (satu) rangkap salinan.
(4) Bawaslu menerbitkan tanda terima permintaan koreksi
sesuai dengan Formulir Model ADM.TT-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Tanda terima sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat
sebanyak 2 (dua) rangkap dengan ketentuan:
a. 1 (satu) rangkap untuk Pelapor/penemu atau
Terlapor; dan
b. 1 (satu) rangkap untuk arsip.
Pasal 47
Bawaslu melakukan registrasi permintaan koreksi dengan
cara:
a. mencatat permintaan koreksi dalam buku register
permintaan koreksi;
b. memberikan nomor permintaan koreksi sesuai dengan
Formulir Model ADM.NRL yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 19 -
Pasal 48
(1) Bawaslu menyampaikan pemberitahuan kepada
Pelapor/penemu atau Terlapor paling lama 1 (satu) Hari
setelah permintaan koreksi diregister.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi
permintaan kepada Pelapor/penemu atau Terlapor untuk
membuat dan menyampaikan jawaban atas permintaan
koreksi.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai salinan permintaan koreksi sesuai dengan
Formulir Model ADM.KOREKSI yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(4) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara langsung atau melalui media
telekomunikasi.
(5) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan Formulir Model ADM.SP-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 49
(1) Pelapor/penemu atau Terlapor menyampaikan jawaban
sebanyak 1 (satu) rangkap sesuai dengan Formulir Model
ADM.JAWABAN-KOREKSI yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(2) Jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Bawaslu paling lambat 2 (dua) Hari
setelah Pelapor/penemu atau Terlapor menerima
pemberitahuan.
(3) Penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
disampaikan secara langsung atau melalui media
telekomunikasi ke Bawaslu.
Pasal 50
Dalam hal permintaan koreksi disampaikan melebihi tenggat
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3), Bawaslu
menyatakan permintaan koreksi tidak dapat diterima sesuai
dengan Formulir Model ADM.PUTUSAN-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 51
(1) Bawaslu melakukan pemeriksaan terhadap dokumen
permintaan koreksi paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah
permintaan koreksi diregister oleh Bawaslu.
(2) Hasil pemeriksaan permintaan koreksi dibuat dalam
bentuk putusan koreksi berdasarkan rapat pleno sesuai
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 20 -
Pasal 52
Putusan koreksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 terdiri
atas:
a. menerima permintaan koreksi;
b. menolak permintaan koreksi; atau
c. permintaan koreksi tidak dapat diterima.
Pasal 53
(1) Salinan putusan koreksi disampaikan kepada
Pelapor/penemu atau Terlapor melalui Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Salinan putusan koreksi diumumkan pada laman resmi
Bawaslu.
(3) Status penyelesaian permintaan koreksi diumumkan
sesuai dengan Formulir Model ADM.STL-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 54
Dalam hal terdapat permintaan koreksi, pelaksanaan putusan
Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ditunda sampai diterbitkannya
putusan koreksi oleh Bawaslu.
BAB III
TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILU TSM
Bagian Kesatu
Wewenang
Pasal 55
(1) Bawaslu berwenang menerima, memeriksa, dan
merekomendasikan Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM.
(2) Dalam melakukan penanganan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bawaslu dibantu oleh Sekretariat Jenderal Bawaslu.
Bagian Kedua
Objek
Pasal 56
(1) Objek Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri atas:
a. perbuatan atau tindakan yang melanggar tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap
tahapan penyelenggaraan Pemilu yang terjadi secara
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 21 -
Bagian Ketiga
Penemu, Pelapor, dan Terlapor
Pasal 57
Penemu dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri
atas Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
Pasal 58
Pelapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri
atas:
a. WNI yang mempunyai hak pilih;
b. Peserta Pemilu; dan/atau
c. Pemantau Pemilu.
Pasal 59
Terlapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri
atas:
a. calon anggota DPR;
b. calon anggota DPD;
c. calon anggota DPRD Provinsi;
d. calon anggota DPRD Kabupaten/Kota; dan
e. Pasangan Calon.
Pasal 60
(1) Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan
Terlapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dapat
menunjuk pihak sebagai kuasa untuk mendampingi atau
mewakili Pelapor atau Terlapor dalam Penanganan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM.
(2) Penunjukan kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan surat kuasa khusus.
Bagian Keempat
Temuan dan Laporan
Pasal 61
(1) Pelanggaran Administratif Pemilu TSM berasal dari:
a. Temuan; atau
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 22 -
Pasal 62
(1) Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat
(1) disampaikan sejak tahapan penetapan daftar calon
tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, atau DPRD
Kabupaten/Kota atau penetapan Pasangan Calon sampai
dengan hari pemungutan dan penghitungan suara.
(2) Dalam hal terdapat Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang disampaikan setelah hari
pemungutan dan penghitungan suara, Temuan atau
Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
ditindaklanjuti oleh Bawaslu dengan menggunakan
mekanisme penanganan Pelanggaran Pemilu lainnya.
Pasal 63
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1)
yang telah memenuhi syarat formal dan materiel diregistrasi
dengan cara:
a. mencatat Temuan atau Laporan dalam buku register
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu;
b. memberikan nomor Temuan atau Laporan sesuai dengan
Formulir Model ADM.NRL yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
Pasal 64
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan Temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM oleh calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota kepada Bawaslu untuk dilakukan
pemeriksaan.
Bagian Kelima
Pemeriksaan
Pasal 65
(1) Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
dilakukan oleh majelis pemeriksa.
(2) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 23 -
terdiri atas:
a. Ketua Bawaslu sebagai Ketua merangkap anggota
majelis pemeriksa; dan
b. Anggota Bawaslu sebagai anggota majelis pemeriksa.
(3) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Ketua Bawaslu.
Pasal 66
(1) Bawaslu dapat membentuk majelis pemeriksa di Bawaslu
Provinsi dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM oleh calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan/atau DPRD Kabupaten/Kota.
(2) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Ketua Bawaslu sebagai Ketua merangkap anggota
majelis pemeriksa;
b. Anggota Bawaslu sebagai anggota majelis pemeriksa;
dan
c. Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi sebagai anggota
majelis pemeriksa.
(3) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan surat keputusan Ketua Bawaslu.
Pasal 67
(1) Ketentuan mengenai pemeriksaan Temuan atau Laporan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 35 berlaku
secara mutatis mutandis terhadap pemeriksaan Temuan
atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM, kecuali terhadap jumlah majelis dalam pelaksanaan
sidang pemeriksaan.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh majelis pemeriksa paling sedikit 3 (tiga)
orang yang terdiri 1 (satu) orang berasal dari Bawaslu dan
2 (orang) berasal dari Bawaslu Provinsi.
Bagian Keenam
Putusan
Pasal 68
(1) Bawaslu memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM paling lama 14
(empat belas) Hari setelah Temuan atau Laporan
diregistrasi.
(2) Bawaslu memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM dengan
mempertimbangkan paling sedikit 2 (dua) alat bukti.
(3) Bawaslu menindaklanjuti hasil sidang pemeriksaan
dengan menyusun putusan sesuai dengan Formulir Model
ADM.PUTUSAN yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dalam rapat pleno.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibubuhi
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 24 -
Pasal 69
(1) Putusan Bawaslu atas Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 menyatakan:
a. terbukti; atau
b. tidak terbukti.
(2) Dalam hal amar putusan menyatakan Terlapor terbukti
melakukan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, majelis
pemeriksa menjatuhkan sanksi administratif berupa
pembatalan sebagai calon anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, atau Pasangan Calon.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
memuat amar putusan:
a. menyatakan Terlapor, terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu yang terjadi secara terstruktur sistematis dan
masif;
b. menyatakan Terlapor, terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu berupa perbuatan menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk
mempengaruhi penyelenggara Pemilu dan/atau
Pemilih yang terjadi secara terstruktur, sistematis,
dan masif;
c. memerintahkan kepada KPU untuk membatalkan
terlapor sebagai calon anggota DPR/DPD atau
Pasangan Calon;
d. memerintahkan kepada KPU Provinsi untuk
membatalkan Terlapor sebagai calon anggota DPRD
Provinsi; dan/atau
e. memerintahkan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk
membatalkan Terlapor sebagai calon anggota DPRD
Kabupaten/Kota.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
memuat amar putusan:
a. menyatakan Terlapor sebagai calon anggota
DPR/DPD/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota
atau Pasangan Calon tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu yang terjadi secara terstruktur, sistematis,
dan masif; atau
b. menyatakan Terlapor sebagai calon anggota
DPR/DPD/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota
atau Pasangan Calon tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu berupa perbuatan menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk
mempengaruhi penyelenggara Pemilu dan/atau
Pemilih yang terjadi secara terstruktur, sistematis,
dan masif.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 25 -
Pasal 70
(1) Salinan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Pelapor/penemu, Terlapor, dan KPU
paling lama 1 (satu) Hari setelah putusan dibacakan.
(2) Putusan penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM dimuat dalam laman resmi Bawaslu.
(3) Status penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM diumumkan di laman resmi Bawaslu sesuai dengan
Formulir Model ADM.STATUS yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
Pasal 71
Bawaslu mengawasi pelaksanaan putusan Pelanggaran
Administratif Pemilu TSM yang dilaksanakan oleh KPU.
BAB IV
PENDAMPINGAN, SUPERVISI, DAN KONSULTASI
Pasal 72
(1) Bawaslu dapat melakukan pendampingan dan supervisi
kepada Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
(2) Bawaslu Provinsi dapat melakukan pendampingan dan
supervisi kepada Bawaslu Kabupaten/Kota dalam
penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
(3) Pendampingan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dalam setiap tahapan
pemeriksaan Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu.
Pasal 73
(1) Bawaslu Provinsi dapat berkonsultasi kepada Bawaslu
dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
(2) Bawaslu Kabupaten/Kota dapat berkonsultasi kepada:
a. Bawaslu Provinsi; atau
b. Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi,
dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 74
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu dan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yang masih berlangsung
pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku tetap dilanjutkan
prosesnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 325).
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 26 -
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 325),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 76
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 27 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Oktober 2022
ttd.
RAHMAT BAGJA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Oktober 2022
ttd.
YASONNA H. LAOLY
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 28 -
LAMPIRAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2022
TENTANG
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILIHAN UMUM
Kode
Kode Kode Kode
Nomor Temuan Kode Jenis Kode
Tingkatan Bulan Tahun
Laporan atau pelanggaran Wilayah
Pengawas dalam dalam
/ Laporan dan Jenis Pengawas
Pemilu yang angka angka
Temuan atau Pemilu Pemilu
menyelesaikan Romawi romawi
Koreksi
Keterangan:
1. Nomor urut ditulis dengan bilangan asli atau bilangan bulat positif dalam
minimal tiga digit atau lebih, contoh “001, 015, 034, 117, 1233”
2. Kode Temuan atau Laporan atau koreksi :
a) “TM” untuk Temuan;
b) “LP” untuk Laporan;
c) “KS” untuk Permintaan Koreksi;
d) “TM.AC” untuk Temuan yang diselesaikan melalui pemeriksaan acara
cepat;
e) “LP.AC” untuk Laporan yang diselesaikan melalui pemeriksaan acara
cepat.
3. Kode jenis pelanggaran dan jenis pemilu:
a) “ADM.PL” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu terkait Pemilu
anggota DPR, DPD, atau DPRD;
b) “ADM.PP” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu terkait Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden;
c) “ADM.TSM.PL” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terkait
Pemilu anggota DPR, DPD, atau DPRD;
d) “ADM.TSM.PP” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terkait
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
4. Kode tingkatan Pengawas Pemilu yang menyelesaikan:
a) “BWSL” untuk Bawaslu yang menyelesaikan Laporan/Temuan;
b) “BWSL.PROV” untuk Bawaslu Provinsi yang menyelesaikan
Laporan/Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu;
c) “BWSL.KOTA” untuk Bawaslu Kota yang menyelesaikan Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu;
d) “BWSL.KAB” untuk Bawaslu Kabupaten yang menyelesaikan Laporan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 29 -
Contoh Penomoran:
a) Penomoran Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang diterima
oleh Bawaslu Kota Jakarta Timur terkait dengan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang diregistrasi pada tanggal 15 September 2023.
“Nomor: 025/LP/ADM.PP/BWSL.KOTA/12.04/IX/2023
b) Penomoran Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang
disampaikan oleh Bawaslu Kota Samarinda kepada Bawaslu Provinsi
Kalimantan Timur terkait dengan Pemilu anggota DPD yang diregistrasi pada
tanggal 9 Agustus 2023.
“Nomor: 132/TM/ADM.PL/BWSL.PROV/23.00/VIII/2023
c) Penomoran Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang diperiksa
dengan acara cepat oleh Bawaslu Kabupaten Pegunungan Arfak pada tanggal
1 Desember 2023 terkit dengan Pemilu Anggota DPR.
“Nomor: 001/TM.AC/ADM.PL/BWSL.KAB/34.13/XII/2023”
d) Penomoran Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi
secara TSM yang disampaikan oleh Bawaslu Provinsi Jawa Timur kepada
Bawaslu RI terkait dengan Pemilu anggota DPR RI pada tanggal 10 Februari
2024.
“Nomor: 001 /TM/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/II/2024”
e) Penomoran permintaan koreksi putusan Bawaslu Provinsi yang disampaikan
kepada Bawaslu RI terkait dengan Pemilu anggota DPRD Provinsi pada
tanggal 18 Februari 2024.
“Nomor: 006/KS/ADM.PL/BWSL/00.00/II/2024”
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 30 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
1. 01.00 Aceh
2. 01.01 Kota Banda Aceh
3. 01.02 Kota Subulussalam
4. 01.03 Kota Langsa
5. 01.04 Kota Lhokseumawe
6. 01.05 Kota Sabang
7. 01.06 Kabupaten Aceh Barat
8. 01.07 Kabupaten Aceh Barat Daya
9. 01.08 Kabupaten Aceh Besar
10. 01.09 Kabupaten Aceh Jaya
11. 01.10 Kabupaten Aceh Selatan
12. 01.11 Kabupaten Aceh Singkil
13. 01.12 Kabupaten Aceh Tamiang
14. 01.13 Kabupaten Aceh Tengah
15. 01.14 Kabupaten Aceh Tenggara
16. 01.15 Kabupaten Aceh Timur
17. 01.16 Kabupaten Aceh Utara
18. 01.17 Kabupaten Bener Meria
19. 01.18 Kabupaten Bireun
20. 01.19 Kabupaten Gayo Lues
21. 01.20 Kabupaten Nagan Raya
22. 01.21 Kabupaten Pidie
23. 01.22 Kabupaten Pidie Jaya
24. 01.23 Kabupaten Simeuleu
25. 02.00 Sumatera Utara
26. 02.01 Kota Medan
27. 02.02 Kota Binjai
28. 02.03 Kota Padang Sidempuan
29. 02.04 Kota Pematang Siantar
30. 02.05 Kota Sibolga
31. 02.06 Kota Tanjung Balai
32. 02.07 Kota Tebingtinggi
33. 02.08 Kota Gunung Sitoli
34. 02.09 Kabupaten Asahan
35. 02.10 Kabupaten Batubara
36. 02.11 Kabupaten Dairi
37. 02.12 Kabupaten Deliserdang
38. 02.13 Kabupaten Humban Hasundutan
39. 02.14 Kabupaten Karo
40. 02.15 Kabupaten Labuhanbatu
41. 02.16 Kabupaten Langkat
42. 02.17 Kabupaten Mandailing Natal
43. 02.18 Kabupaten Nias
44. 02.19 Kabupaten Nias Selatan
45. 02.20 Kabupaten Pakpakbgarat
46. 02.21 Kabupaten Samosir
.id/
- 31 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
47. 02.22 Kabupaten Serdang Bedagai
48. 02.23 Kabupaten Simalungun
49. 02.24 Kabupaten Tapanuli Selatan
50. 02.25 Kabupaten Tapanuli Tengah
51. 02.26 Kabupaten Tapanuli Utara
52. 02.27 Kabupaten Toba Samosir
53. 02.28 Kabupaten Padang Lawas Utara
54. 02.29 Kabupaten Padang Lawas
55. 02.30 Kabupaten Labuhanbatu Utara
56. 02.31 Kabupaten Labuhanbatu Selatan
57. 02.32 Kabupaten Nias Barat
58. 02.33 Kabupaten Nias Utara
59. 03.00 Sumatera Barat
60. 03.01 Kota Padang
61. 03.02 Kota Bukittinggi
62. 03.03 Kota Padang Panjang
63. 03.04 Kota Pariaman
64. 03.05 Kota Payakumbuh
65. 03.06 Kota Sawahlunto
66. 03.07 Kota Solok
67. 03.08 Kabupaten Agam
68. 03.09 Kabupaten Dharmasraya
69. 03.10 Kabupaten Limapuluhkota
70. 03.11 Kabupaten Kepulauan Mentawai
71. 03.12 Kabupaten Padang Pariaman
72. 03.13 Kabupaten Pasaman
73. 03.14 Kabupaten Pasaman Barat
74. 03.15 Kabupaten Pesisir Selatan
75. 03.16 Kabupaten Sawahlunto Sijunjung
76. 03.17 Kabupaten Solok
77. 03.18 Kabupaten Solok Selatan
78. 03.19 Kabupaten Tanah Datar
79. 04.00 Riau
80. 04.01 Kota Pekanbaru
81. 04.02 Kota Dumai
82. 04.03 Kabupaten Bengkalis
83. 04.04 Kabupaten Indragiri Hilir
84. 04.05 Kabupaten Indragiri Hulu
85. 04.06 Kabupaten Kampar
86. 04.07 Kabupaten Kuantan Singingi
87. 04.08 Kabupaten Pelalawan
88. 04.09 Kabupaten Rokan Hulu
89. 04.10 Kabupaten Rokan Hilir
90. 04.11 Kabupaten Siak
91. 04.12 Kabupaten Kepulauan Meranti
92. 05.00 Jambi
93. 05.01 Kota Jambi
94. 05.02 Kota Sungai Penuh
95. 05.03 Kabupaten Batanghari
96. 05.04 Kabupaten Bungo
97. 05.05 Kabupaten Kerinci
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 32 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
98. 05.06 Kabupaten Merangin
99. 05.07 Kabupaten Muaro Jambi
100. 05.08 Kabupaten Sarolangun
101. 05.09 Kabupaten Tanjung Jabung Barat
102. 05.10 Kabupaten Tanjung Jabung Timur
103. 05.11 Kabupaten Tebo
104. 06.00 Sumatera Selatan
105. 06.01 Kota Palembang
106. 06.02 Kota Lubuk Linggau
107. 06.03 Kota Pagar Alam
108. 06.04 Kota Prabumulih
109. 06.05 Kabupaten Banyuasin
110. 06.06 Kabupaten Lahat
111. 06.07 Kabupaten Empat Lawang
112. 06.08 Kabupaten Muara Enim
113. 06.09 Kabupaten Musi Banyuasin
114. 06.10 Kabupaten Musi Rawas
115. 06.11 Kabupaten Ogan Ilir
116. 06.12 Kabupaten Ogan Komering Ilir
117. 06.13 Kabupaten Ogan Kemering Ulu
118. 06.14 Kabupaten OKU Selatan
119. 06.15 Kabupaten OKU Timur
120. 06.16 Kabupaten Penukal Abab
121. 06.17 Kabupaten Musi Rawas Utara
122. 07.00 Bengkulu
123. 07.01 Kota Bengkulu
124. 07.02 Kabupaten Bengkulu Selatan
125. 07.03 Kabupaten Bengkulu Utara
126. 07.04 Kabupaten Kaur
127. 07.05 Kabupaten Kepahiang
128. 07.06 Kabupaten Lebong
129. 07.07 Kabupaten Muko Muko
130. 07.08 Kabupaten Rejang Lebong
131. 07.09 Kabupaten Seluma
132. 07.10 Kabupaten Bengkulu Tengah
133. 08.00 Lampung
134. 08.01 Kota Bandarlampung
135. 08.02 Kota Metro
136. 08.03 Kabupaten Lampung Barat
137. 08.04 Kabupaten Lampung Selatan
138. 08.05 Kabupaten Lampung Tengah
139. 08.06 Kabupaten Lampung Timur
140. 08.07 Kabupaten Lampung Utara
141. 08.08 Kabupaten Tanggamus
142. 08.09 Kabupaten Tulang Bawang
143. 08.10 Kabupaten Way Kanan
144. 08.11 Kabupaten Pesawaran
145. 08.12 Kabupaten Pringsewu
146. 08.13 Kabupaten Mesuji
147. 08.14 Kabupaten Tulang Bawang Barat
148. 08.15 Kabupaten Pesisir Barat
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 33 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
149. 09.00 Bangka Belitung
150. 09.01 Kota Pangkalpinang
151. 09.02 Kabupaten Bangka
152. 09.03 Kabupaten Bangka Barat
153. 09.04 Kabupaten Bangka Selatan
154. 09.05 Kabupaten Bangka Tengah
155. 09.06 Kabupaten Belitung
156. 09.07 Kabupaten Belitung Timur
157. 10.00 Kepulauan Riau
158. 10.01 Kota Tanjung pinang
159. 10.02 Kota Batam
160. 10.03 Kabupaten Karimun
161. 10.04 Kabupaten Bintan
162. 10.05 Kabupaten Lingga
163. 10.06 Kabupaten Natuna
164. 10.07 Kabupaten Kepulauan Anambas
165. 11.00 Banten
166. 11.01 Kota Serang
167. 11.02 Kota Tangerang
168. 11.03 Kota Tangerang Selatan
169. 11.04 Kota Cilegon
170. 11.05 Kabupaten Lebak
171. 11.06 Kabupaten Pandeglang
172. 11.07 Kabupaten Serang
173. 11.08 Kabupaten Tangerang
174. 12.00 DKI Jakarta
175. 12.01 Kota Administrasi Jakarta Pusat
176. 12.02 Kota Administrasi Jakarta Barat
177. 12.03 Kota Administrasi Jakarta Selatan
178. 12.04 Kota Administrasi Jakarta Timur
179. 12.05 Kota Administrasi Jakarta Utara
180. 12.06 Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu
181. 13.00 Jawa Barat
182. 13.01 Kota Bandung
183. 13.02 Kota Banjar
184. 13.03 Kota Bekasi
185. 13.04 Kota Bogor
186. 13.05 Kota Cimahi
187. 13.06 Kota Cirebon
188. 13.07 Kota Depok
189. 13.08 Kota Sukabumi
190. 13.09 Kota Tasikmalaya
191. 13.10 Kabupaten Bandung
192. 13.11 Kabupaten Bandung Barat
193. 13.12 Kabupaten Bekasi
194. 13.13 Kabupate Bogor
195. 13.14 Kabupaten Ciamis
196. 13.15 Kabupaten Cianjur
197. 13.16 Kabupaten Cirebon
198. 13.17 Kabupaten Garut
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 34 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
199. 13.18 Kabupaten Indramayu
200. 13.19 Kabupaten Karawang
201. 13.20 Kabupaten Kuningan
202. 13.21 Kabupaten Majalengka
203. 13.22 Kabupaten Purwakarta
204. 13.23 Kabupaten Subang
205. 13.24 Kabupaten Sukabumi
206. 13.25 Kabupaten Sumedang
207. 13.26 Kabupaten Tasikmalaya
208. 13.27 Kabupaten Pangandaran
209. 14.00 Jawa Tengah
210. 14.01 Kota Semarang
211. 14.02 Kota magelang
212. 14.03 Kota Pekalongan
213. 14.04 Kota Salatiga
214. 14.05 Kota Surakarta
215. 14.06 Kota Tegal
216. 14.07 Kabupaten Banjarnegara
217. 14.08 Kabupaten Banyumas
218. 14.09 Kabupaten Batang
219. 14.10 Kabupaten Blora
220. 14.11 Kabupaten Boyolali
221. 14.12 Kabupaten Brebes
222. 14.13 Kabupaten Cilacap
223. 14.14 Kabupaten Demak
224. 14.15 Kabupaten Grobogan
225. 14.16 Kabupaten Jepara
226. 14.17 Kabupaten Karanganyar
227. 14.18 Kabupaten Kebumen
228. 14.19 Kabupaten Kendal
229. 14.20 Kabupaten Klaten
230. 14.21 Kabupaten Kudus
231. 14.22 Kabupaten Magelang
232. 14.23 Kabupaten Pati
233. 14.24 Kabupaten Pekalongan
234. 14.25 Kabupaten Pemalang
235. 14.26 Kabupaten Purbalingga
236. 14.27 Kabupaten Purworejo
237. 14.28 Kabupaten Rembang
238. 14.29 Kabupaten Semarang
239. 14.30 Kabupaten Sragen
240. 14.31 Kabupaten Sukoharjo
241. 14.32 Kabupaten Tegal
242. 14.33 Kabupaten Temanggung
243. 14.34 Kabupaten Wonogiri
244. 14.35 Kabupaten Wonosobo
245. 15.00 DI Yogyakarta
246. 15.01 Kota Yogyakarta
247. 15.02 Kabupaten Bantul
248. 15.03 Kabupaten Gunung Kidul
249. 15.04 Kabupaten Kulon Progo
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 35 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
250. 15.05 Kabupaten Sleman
251. 16.00 Jawa Timur
252. 16.01 Kota Surabaya
253. 16.02 Kota Batu
254. 16.03 Kota Blitar
255. 16.04 Kota Kediri
256. 16.05 Kota Madiun
257. 16.06 Kota Malang
258. 16.07 Kota Mojokerto
259. 16.08 Kota Pasuruan
260. 16.09 Kota Probolinggo
261. 16.10 Kabupaten Bangkalan
262. 16.11 Kabupaten Banyuwangi
263. 16.12 Kabupaten Blitar
264. 16.13 Kabupaten Bojonegoro
265. 16.14 Kabupaten Bondowoso
266. 16.15 Kabupaten Gresik
267. 16.16 Kabupaten Jember
268. 16.17 Kabupaten Jombang
269. 16.18 Kabupaten Kediri
270. 16.19 Kabupaten Lamongan
271. 16.20 Kabupaten Lumajang
272. 16.21 Kabupaten Madiun
273. 16.22 Kabupaten Magetan
274. 16.23 Kabupaten Malang
275. 16.24 Kabupaten Mojokerto
276. 16.25 Kabupaten Nganjuk
277. 16.26 Kabupaten Ngawi
278. 16.27 Kabupaten Pacitan
279. 16.28 Kabupaten Pamekasan
280. 16.29 Kabupaten Pasuruan
281. 16.30 Kabupaten Ponorogo
282. 16.31 Kabupaten Probolinggo
283. 16.32 Kabupaten Sampang
284. 16.33 Kabupaten Sidoarjo
285. 16.34 Kabupaten Situbondo
286. 16.35 Kabupaten Sumenep
287. 16.36 Kabupaten Trenggalek
288. 16.37 Kabupaten Tulungagung
289. 16.38 Kabupaten Tuban
290. 17.00 Bali Kota Denpasar
291. 17.01 Kabupaten Badung
292. 17.02 Kabupaten Bangli
293. 17.03 Kabupaten Buleleng
294. 17.04 Kabupaten Gianyar
295. 17.05 Kabupaten Jembrana
296. 17.06 Kabupaten Karang Asem
297. 17.07 Kabupaten Klungkung
298. 17.08 Kabupaten Tabanan
299. 18.00 Nusa Tenggara
Barat
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 36 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
300. 18.01 Kota Mataram
301. 18.02 Kota Bima
302. 18.03 Kabupaten Bima
303. 18.04 Kabupaten Dompu
304. 18.05 Kabupaten Lombok Barat
305. 18.06 Kabupaten Lombok Tengah
306. 18.07 Kabupaten Lombok Timur
307. 18.08 Kabupaten Sumbawa
308. 18.09 Kabupaten Sumbawa Barat
309. 18.10 Kabupaten Lombok Utara
310. 19.00 Nusa Tenggara
Timur
311. 19.01 Kota Kupang
312. 19.02 Kabupaten Alor
313. 19.03 Kabupaten Belu
314. 19.04 Kabupaten Ende
315. 19.05 Kabupaten Flores Timur
316. 19.06 Kabupaten Kupang
317. 19.07 Kabupaten Lembata
318. 19.08 Kabupaten Manggarai
319. 19.09 Kabupaten Manggarai Barat
320. 19.10 Kabupaten Ngada
321. 19.11 Kabupaten Nagekeo
322. 19.12 Kabupaten Rote Ndao
323. 19.13 Kabupaten Sikka
324. 19.14 Kabupaten Sumba Barat
325. 19.15 Kabupaten Sumba Barat Daya
326. 19.16 Kabupaten Sumba Tengah
327. 19.17 Kabupaten Manggarai Timur
328. 19.18 Kabupaten Sumba Timur
329. 19.19 Kabupaten Timor Tengah Selatan
330. 19.20 Kabupaten Timor Tengah Utara
331. 19.21 Kabupaten Sabu Raijua
332. 19.22 Kabupaten Malaka
333. 20.00 Kalimantan Barat
334. 20.01 Kota Pontianak
335. 20.02 Kota Singkawang
336. 20.03 Kabupaten Bengkayang
337. 20.04 Kabupaten Kapuas Hulu
338. 20.05 Kabupaten Ketapang
339. 20.06 Kabupaten Kayong Utara
340. 20.07 Kabupaten Kubu Raya
341. 20.08 Kabupaten Landak
342. 20.09 Kabupaten Melawi
343. 20.10 Kabupaten Pontianak
344. 20.11 Kabupaten Sambas
345. 20.12 Kabupaten Sanggau
346. 20.13 Kabupaten Sintang
347. 20.14 Kabupaten Sekadau
348. 21.00 Kalimantan
Tengah
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 37 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
349. 21.01 Kota Palangkaraya
350. 21.02 Kabupaten Barito Selatan
351. 21.03 Kabupaten Barito Timur
352. 21.04 Kabupaten Barito Utara
353. 21.05 Kabupaten Gunung Mas
354. 21.06 Kabupaten Kapuas
355. 21.07 Kabupaten Katingan
356. 21.08 Kabupaten Kotawaringin Barat
357. 21.09 Kabupaten Kotawaringin Timur
358. 21.10 Kabupaten Lamandau
359. 21.11 Kabupaten Murung Raya
360. 21.12 Kabupaten Pulang Pisau
361. 21.13 Kabupaten Seruyan
362. 21.14 Kabupaten Sukamara
363. 22.00 Kalimantan
Selatan
364. 22.01 Kota Banjarmasin
365. 22.02 Kota Banjar Baru
366. 22.03 Kabupaten Balangan
367. 22.04 Kabupaten Banjar
368. 22.05 Kabupaten Barito Kuala
369. 22.06 Kabupaten Hulu Sungai Selatan
370. 22.07 Kabupaten Hulu Sungai Tengah
371. 22.08 Kabupaten Hulu Sungai Utara
372. 22.09 Kabupaten Kotabaru
373. 22.10 Kabupaten Tabalong
374. 22.11 Kabupaten Tanah Bumbu
375. 22.12 Kabupaten Tanah Laut
376. 22.13 Kabupaten Tapin
377. 23.00 Kalimantan Timur
378. 23.01 Kota Samarinda
379. 23.02 Kota Balikpapan
380. 23.03 Kota Bontang
381. 23.05 Kabupaten Berau
382. 23.07 Kabupaten Kutai Barat
383. 23.08 Kabupaten Kutai Kertanegara
384. 23.09 Kabupaten Kutai Timur
385. 23.10 Kabupaten Panajam Paser Utara
386. 23.11 Kabupaten Paser
387. 23.12 Kabupaten Mahakam Ulu
388. 24.00 Kalimantan Utara
389. 24.01 Kota Tarakan
390. 24.02 Kabupaten Malinau
391. 24.03 Kabupaten Tana Tidung
392. 24.04 Kabupaten Bulungan
393. 24.05 Kabupaten Nunukan
394. 25.00 Sulawesi Utara
395. 25.01 Kota Manado
396. 25.02 Kota Kotamobagu
397. 25.03 Kota Bitung
398. 25.04 Kota Tomohon
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 38 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
399. 25.05 Kabupaten Bolaang Mongondow
400. 25.06 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
401. 25.07 Kabupaten Bolaang Mongondown
Selatan
402. 25.08 Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur
403. 25.09 Kabupaten Minahasa
404. 25.10 Kabupaten Kepulauan Talaud
405. 25.11 Kabupaten Minahasa Selatan
406. 25.12 Kabupaten Minahasa Utara
407. 25.13 Kabupaten Minahasa Tenggara
408. 25.14 Kabupaten Kepulauan SIau
Tagulandang Biaro
409. 25.15 Kabupaten Kepulauan Sangihe
410. 26.00 Sulawesi Tengah
411. 26.01 Kota Palu
412. 26.02 Kabupaten Banggai
413. 26.03 Kabupaten Banggai Kepulauan
414. 26.04 Kabupaten Buol
415. 26.05 Kabupaten Donggala
416. 26.06 Kabupaten Morowali
417. 26.07 Kabupaten Parigi Moutong
418. 26.08 Kabupaten Poso
419. 26.09 Kabupaten Tojo Una Una
420. 26.10 Kabupaten Toli Toli
421. 26.11 Kabupaten Sigi
422. 26.12 Kabupaten Banggai Laut
423. 26.13 Kabupaten Morowali Utara
424. 27.00 Sulawesi Selatan
425. 27.01 Kota Makassar
426. 27.02 Kota Pare Pare
427. 27.03 Kota Palopo
428. 27.04 Kabupaten Bone
429. 27.05 Kabupaten Bulukumba
430. 27.06 Kabupaten Enrekang
431. 27.07 Kabupaten Gowa
432. 27.08 Kabupaten Jeneponto
433. 27.09 Kabupaten Luwu
434. 27.10 Kabupaten Luwu Timur
435. 27.11 Kabupaten Luwu Utara
436. 27.12 Kabupaten Maros
437. 27.13 Kabupaten Pangkep
438. 27.14 Kabupaten Pinrang
439. 27.15 Kabupaten Sidenreng Rappang
440. 27.16 Kabupaten Sinjai
441. 27.17 Kabupaten Soppeng
442. 27.18 Kabupaten Takalar
443. 27.19 Kabupaten Tanatoraja
444. 27.20 Kabupaten Wajo
445. 27.21 Kabupaten Toraja Utara
446. 27.22 Kabupaten Selayar
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 39 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
447. 27.23 Kabupaten Bantaeng
448. 27.24 Kabupaten Barru
449. 28.00 Sulawesi Tenggara
450. 28.01 Kota Kendari
451. 28.02 Kota Bau Bau
452. 28.03 Kabupaten Bombana
453. 28.04 Kabupaten Buton
454. 28.05 Kabupaten Konawe
455. 28.06 Kabupaten Kolaka
456. 28.07 Kabupaten Kolaka Utara
457. 28.08 Kabupaten Konawe Selatan
458. 28.09 Kabupaten Muna
459. 28.10 Kabupaten Wakatobi
460. 28.11 Kabupaten Konawe Utara
461. 28.12 Kabupaten Buton Utara
462. 28.13 Kabupaten Kolaka Timur
463. 28.14 Kabupaten Konawe Kepulauan
464. 28.15 Kabupaten Muna Barat
465. 28.16 Kabupaten Buton Tengah
466. 28.17 Kabupaten Buton Selatan
467. 29.00 Gorontalo
468. 29.01 Kota Gorontalo
469. 29.02 Kabupaten Boalemo
470. 29.03 Kabupaten Bone Bolango
471. 29.04 Kabupaten Gorontalo
472. 29.05 Kabupaten Gorontalo Utara
473. 29.06 Kabupaten Pohuwato
474. 30.00 Sulawesi Barat
475. 30.01 Kabupaten Mamuju
476. 30.02 Kabupaten Majene
477. 30.03 Kabupaten Mamuju Utara
478. 30.04 Kabupaten Mamasa
479. 30.05 Kabupaten Polewali Mandar
480. 30.06 Kabupaten Mamuju Tengah
481. 31.00 Maluku
482. 31.01 Kota Ambon
483. 31.02 Kota Tual
484. 31.03 Kabupaten Buru
485. 31.04 Kabupaten Kepulauan Aru
486. 31.05 Kabupaten Seram Bagian Barat
487. 31.06 Kabupaten Seram Bagian Timur
488. 31.07 Kabupaten Maluku Tengah
489. 31.08 Kabupaten Maluku Tenggara
490. 31.09 Kabupaten Maluku Tenggara Barat
491. 31.10 Kabupaten Maluku Barat Daya
492. 31.11 Kabupaten Buru Selatan
493. 32.00 Maluku Utara
494. 32.01 Kota Ternate
495. 32.02 Kota Tidore Kepulauan
496. 32.03 Kabupaten Halmahera Barat
497. 32.04 Kabupaten Halmahera Selatan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 40 -
KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
498. 32.05 Kabupaten Halmahera Tengah
499. 32.06 Kabupaten Halmahera Timur
500. 32.07 Kabupaten Halmahera Utara
501. 32.08 Kabupaten Kepulauan Sula
502. 32.09 Kabupaten Morotai
503. 32.10 Kabupaten Pulau Taliabu
504. 33.00 Papua
505. 33.01 Kota Jayapura
506. 33.02 Kabupaten Asmat
507. 33.03 Kabupaten Biak Numfor
508. 33.04 Kabupaten Boven Digoel
509. 33.05 Kabupaten Jayapura
510. 33.06 Kabupaten Jayawijaya
511. 33.07 Kabupaten Keerom
512. 33.08 Kabupaten Mappi
513. 33.09 Kabupaten Merauke
514. 33.10 Kabupaten Mimika
515. 33.11 Kabupaten Paniai
516. 33.12 Kabupaten Pegunungan Bintang
517. 33.13 Kabupaten Puncak Jaya
518. 33.14 Kabupaten Sarmi
519. 33.15 Kabupaten Memberamo Raya
520. 33.16 Kabupaten Supiori
521. 33.17 Kabupaten Tolikara
522. 33.18 Kabupaten Yahukimo
523. 33.19 Kabupaten Yapen Waropen
524. 33.20 Kabupaten Waropen
525. 33.21 Kabupaten Nabire
526. 33.22 Kabupaten Memberamo Tengah
527. 33.23 Kabupaten Yalimo
528. 33.24 Kabupaten Lanny Jaya
529. 33.25 Kabupaten Nduga
530. 33.26 Kabupaten Puncak
531. 33.27 Kabupaten Dogiyai
532. 33.28 Kabupaten Diyai
533. 33.29 Kabupaten Intan Jaya
534. 34.00 Papua Barat
535. 34.01 Kota Sorong
536. 34.02 Kabupaten Fak fak
537. 34.03 Kabupaten Kaimana
538. 34.04 Kabupaten Kepulauan Raja Ampat
539. 34.05 Kabupaten Manokwari
540. 34.06 Kabupaten Sorong Selatan
541. 34.07 Kabupaten Teluk Bintuni
542. 34.08 Kabupaten Sorong
543. 34.09 Kabupaten Teluk Wondama
544. 34.10 Kabupaten Tambrauw
545. 34.11 Kabupaten Maybrat
546. 34.12 Kabupaten Manokwari Selatan
547. 34.13 Kabupaten Pegunungan Arfak
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 41 -
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/
Bawaslu Kabupaten/Kota*
ttd
Keterangan:
* diisi sesuai dengan nama lembaganya
** dipilih salah satu
*** diisi sesuai dengan format penomoran registrasi Temuan atau Laporan
.id/
- 42 -
Nomor : ………….**
Lampiran : ………….
Perihal : Pemberitahuan dan Panggilan Sidang Pemeriksaan
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/Kota****
Ketua
Ttd
……………………....
Keterangan:
* diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
** diisi dengan nomor persuratan
*** dipilih salah satu
**** diisi sesuai nama lembaganya
***** diisi dengan tautan jika dilaksanakan secara daring
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 43 -
……….., ………………….
Nomor : …….
Lampiran : …….
Perihal : Jawaban Terlapor
Kepala Yth.
Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota**
di - ………….
Nama : …….
Alamat : …….
Berdasarkan surat kuasa khusus tanggal …. bertindak untuk dan atas nama
pemberi kuasa:
Nama : …….
Alamat : …….
Pekerjaan : …….
Hormat Kami,
Terlapor
ttd
(nama jelas)
Keterangan:
* pilih salah satu
** diisi sesuai dengan nama lembaganya
.id/
- 44 -
A. Majelis Pemeriksa
1. ………..
2. ………..
3. ………..
dibantu oleh :
B. Para Pihak
1. Pelapor/Penemu : … (nama Pelapor/Kuasanya)
2. Terlapor : … (nama Terlapor/Kuasanya)
3. Saksi Pelapor : …
4. Saksi Terlapor : …
5. Ahli : …
6. Lembaga Terkait : …
7. Pihak Terkait : …
8. Investigator : …
Sekretaris Pemeriksa
ttd
(nama jelas)
Keterangan:
* diisi dengan nomor register Temuan Atau Laporan
** pilih salah satu
*** diisi sesuai dengan nama lembaganya
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 45 -
A. Majelis Pemeriksa
1. ………..
2. ………..
3. ………..
dibantu oleh :
B. Para Pihak
1. Pelapor/Penemu : … (nama Pelapor/Kuasanya)
2. Terlapor : … (nama Terlapor/Kuasanya)
3. Saksi Pelapor : …
4. Saksi Terlapor : …
5. Ahli : …
6. Lembaga Terkait : …
7. Pihak Terkait : …
8. Investigator : …
SIDANG PEMERIKSAAN
Pukul: …. : …. s/d …. : …
Keterangan:
* diisi dengan nomor register Temuan Atau Laporan
.id/
- 46 -
------------------------------------: : -----------------------------------
atau
Materai
10.000
Keterangan:
* diisi sesuai dengan agama/kepercayaan pihak yang bersumpah/berjanji.
** diisi dengan nomor register Temuan/Laporan
.id/
- 47 -
A. Majelis Pemeriksa
1. ………..
2. ………..
3. ………..
dibantu oleh :
1. Sekretaris Pemeriksa : …….
2. Asisten Pemeriksa : …….
3. Perisalah : …….
B. Para Pihak:
1. Pelapor/Penemu : …………
2. Terlapor : …………
(nama jelas dan tanda tangan) (nama jelas dan tanda tangan)
Keterangan:
* diisi dengan nomor register Temuan/Laporan
** diisi sesuai dengan nama lembaganya
*** pilih salah satu
.id/
- 48 -
LAMBANG GARUDA
PUTUSAN
NOMOR: ……**
Nama : ………………………………
Tempat, Tanggal Lahir : ………………………………
Kewarganegaraan : ………………………………
Pekerjaan : ………………………………
Alamat : ………………………………
Melalui kuasa hukumnya yang bernama …….. alamat ……… berdasarkan surat
kuasa khusus
Melaporkan,
Atau
.id/
- 49 -
MEMUTUSKAN:
Atau
Atau
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 50 -
Atau
Ketua
ttd
……………….
Anggota Anggota
ttd ttd
………………. ……………….
Anggota Anggota
ttd ttd
………………. ……………….
Sekretaris Pemeriksa,
ttd
…………..
Keterangan:
* diisi sesuai dengan nama lembaganya
** nomor putusan sama dengan nomor register Temuan/Laporan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 51 -
STATUS TEMUAN/LAPORAN*
NOMOR: ………. **
1) ………………………….
2) ………………………….
3) ………………………….
……………, ……………………………….****
BAWASLU/BAWASLU PROVINSI/BAWASLU
KABUPATEN/KOTA**
KETUA
ttd
…..................
Keterangan:
* pilih salah satu
** diisi dengan nomor register Temuan/Laporan atau putusan
*** diisi sesusi dengan nama lembaganya
**** diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun diterbitkannya status
.id/
- 52 -
………., …………………..
Nomor : ……………….
Lampiran : ……………….
Perihal : Permintaan Koreksi atas Putusan Bawaslu Provinsi/
Bawaslu Kabupaten/Kota Nomor …. Tanggal ……
Kepada Yth.
Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia
di – ……………….
Dengan hormat,
Bahwa dengan ini kami sebagai Penemu/Pelapor/Terlapor* dalam
Temuan/Laporan Pelanggaran Administratif Pemilu nomor: …………………
dengan pihak-pihak sebagai berikut:
Penemu/Pelapor:
a. Nama : …………………….
b. Alamat : …………………….
c. Pekerjaan : …………………….
d. Nomor Telepon/HP : …………………….
Melaporkan
Terlapor:
a. Nama : …………………….
b. Alamat : …………………….
c. Pekerjaan : …………………….
d. Nomor Telepon/HP : …………………….
.id/
- 53 -
Hormat kami,
Penemu/Pelapor/Terlapor
Kuasa Penemu/Pelapor/Terlapor
…………………………….
(nama jelas dan tanda tangan)
Keterangan:
* pilih salah satu
** diisi sesuai dengan nama lembaganya
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 54 -
………, ………………………..**
Diterima oleh,
(…………………….. ) (…………………………………)
Penerima Koreksi Penemu/Pelapor/Terlapor***
Keterangan:
* diisi dengan nomor register koreksi
** diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
*** dipilih sesuai dengan siapa yang mengajukan permintaan koreksi
.id/
- 55 -
Pada hari ini … tanggal … bulan … tahun …, pukul … WIB, Bawaslu telah
mencatatkan di dalam buku register permintaan koreksi yang disampaikan
oleh:
Nama : .................................................................
Alamat : .................................................................
Pekerjaan : .................................................................
Usia : ….. Tahun
Jenis Kelamin : .................................................................
Nomor Telepon/HP : .................................................................
ttd
.id/
- 56 -
…………, …………………………*
Nomor : ……………………**
Lampiran : ……………………
Perihal : Pemberitahuan Permintaan Koreksi atas Putusan Bawaslu
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota Nomor …….
Kepada Yth.
………………..
di- ……………
………………………………………..
Keterangan:
* diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
** diisi nomor persuratan
.id/
- 57 -
…………, …………………………
Nomor : …….
Lampiran : …….
Perihal : Jawaban atas Permintaan Koreksi Nomor ……
Kepala Yth.
Ketua Bawaslu Republik Indonesia
di - Jakarta
Nama : …….
Alamat : …….
Nomor Telepon/HP : …….
Berdasarkan surat kuasa khusus nomor ….. tanggal …. bertindak untuk dan
atas nama pemberi kuasa:
Nama : …………………………..
Pekerjaan/Jabatan : …………………………..
Alamat : …………………………..
Nomor Telepon/HP : …………………………..
Hormat Kami,
Pelapor/Penemu/Terlapor
Kuasa Pelapor/Penemu/Terlapor
ttd
………………………
.id/
- 58 -
LAMBANG GARUDA
PUTUSAN KOREKSI
NOMOR: ………………………*
Nama : ………………………………
Tempat, Tanggal Lahir : ………………………………
Kewarganegaraan : ………………………………
Pekerjaan : ………………………………
Alamat : ………………………………
Melalui kuasa hukumnya yang bernama …….. alamat ……… berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal ………… Dalam hal ini berkedudukan sebagai
Pelapor/Penemu/Terlapor dalam Temuan/Laporan Nomor: ………. Yang telah
diputus oleh Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota pada tanggal …….
Dengan amar putusan sebagai berikut:
MEMUTUSKAN
1. …………………………………………
2. …………………………………………
3. …………………………………………
4. …………………………………………
MEMUTUSKAN
.id/
- 59 -
Atau
Atau
Ketua
ttd
……………….
Anggota Anggota
ttd ttd
………………. ……………….
Anggota Anggota
ttd ttd
………………. ……………….
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 60 -
1) ………………………….
2) ………………………….
3) ………………………….
……………, ……………………………….
ttd
…..................
Keterangan:
* diisi dengan nomor Putusan Koreksi
.id/
- 61 -
LAMBANG GARUDA
A. PENEMU/PELAPOR
Nama : ………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………….
Alamat : ………………………………………………….
B. TERLAPOR
Nama : ………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………….
Alamat : ………………………………………………….
D. PUTUSAN
MEMUTUSKAN
1. ………………………………………..
2. ………………………………………..
3. ………………………………………..
.id/
- 62 -
(……………………………****)
Keterangan:
* diisi sesuai dengan nama lembaganya
** diisi dengan nomor putusan pemeriksaan acara cepat
*** diisi sesuai keadaan yang terjadi
**** ditanda tangani oleh Pengawas Pemilu yang berada di lokasi terjadinya
Pelanggaran Administratif Pemilu
ttd.
RAHMAT BAGJA
https://jdih.bawaslu.go.id/
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILIHAN UMUM
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Presiden dan Wakil Presiden adalah Presiden dan Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR
adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
4. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD
adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut
Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut
Bawaslu Provinsi adalah badan yang mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi, termasuk
Panitia Pengawas Pemilihan Provinsi Aceh.
8. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut Bawaslu Kabupaten/Kota adalah
badan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
wilayah kabupaten/kota, termasuk Panitia Pengawas
https://jdih.bawaslu.go.id/
-3-
Pasal 2
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
berwenang melakukan penyelesaian sengketa proses
Pemilu.
(2) Sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi sengketa antar-Peserta Pemilu dan sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU
Provinsi, dan keputusan KPU Kabupaten/Kota.
(3) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota didukung secara administrasi
dan teknis operasional oleh Sekretariat Jenderal Bawaslu,
https://jdih.bawaslu.go.id/
-4-
Pasal 3
Penyelesaian sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dilaksanakan secara cepat dan tanpa biaya.
BAB II
SENGKETA ANTARPESERTA PEMILU
Pasal 4
Sengketa antar-Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) terjadi karena ada hak Peserta Pemilu yang
dirugikan secara langsung oleh Peserta Pemilu lain pada
tahapan proses Pemilu.
Pasal 5
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menyelesaikan sengketa antar-Peserta Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 di tempat terjadinya
sengketa proses Pemilu pada hari yang sama pada saat
permohonan disampaikan.
(2) Untuk mempercepat penyelesaian sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terjadi
di wilayah kecamatan, Bawaslu Kabupaten/Kota dapat
memberikan mandat kepada Panwaslu Kecamatan untuk
menyelesaikan sengketa antar-Peserta Pemilu di wilayah
kerjanya.
(3) Mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan keputusan Bawaslu Kabupaten/Kota melalui
rapat pleno setelah berkonsultasi dengan Bawaslu
Provinsi.
Pasal 6
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
Panwaslu Kecamatan menyelesaikan sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan
mekanisme penyelesaian sengketa proses Pemilu acara cepat.
Pasal 7
(1) Dalam hal terdapat kondisi tertentu, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan menyelesaikan sengketa antar-Peserta Pemilu
paling lama 3 (tiga) hari kalender terhitung sejak
permohonan disampaikan.
(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. akses geografis yang sulit dijangkau;
b. akses komunikasi yang sulit terjangkau; dan/atau
c. keadaan lain yang menyebabkan Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
Kecamatan tidak dapat menyelesaikan sengketa
antar-Peserta Pemilu pada hari yang sama.
https://jdih.bawaslu.go.id/
-5-
Pasal 8
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
Panwaslu Kecamatan menyelesaikan sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan
Pasal 7 melalui tahapan:
a. menerima permohonan;
b. melakukan pemeriksaan permohonan;
c. mempertemukan para pihak yang bersengketa;
d. memeriksa bukti; dan
e. memutus.
Pasal 9
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan menerima permohonan
sengketa antar-Peserta Pemilu yang disampaikan oleh
Peserta Pemilu atas Peserta Pemilu lain.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit memuat:
a. identitas pemohon;
b. identitas termohon; dan
c. kronologis tindakan termohon yang dianggap
merugikan hak pemohon sebagai Peserta Pemilu.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-22 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Dalam hal permohonan disampaikan secara lisan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan mencatatkan permohonan lisan ke dalam
Formulir Model PSPP-22 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
disertai dengan:
a. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan/atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang berkaitan
dengan sengketa; dan/atau
b. bukti.
(7) Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat diwakilkan oleh tim kampanye dan/atau
pelaksana kampanye yang telah terdaftar di KPU, KPU
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 10
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan melakukan pemeriksaan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 untuk
meneliti kronologis tindakan termohon yang dianggap
merugikan hak pemohon sebagai Peserta Pemilu.
(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi bahan dalam memutus permohonan sengketa
antar-Peserta Pemilu.
https://jdih.bawaslu.go.id/
-6-
Pasal 11
(1) Dalam memutus permohonan sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2),
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan mempertemukan para pihak
yang bersengketa dan melakukan musyawarah untuk
mufakat.
(2) Dalam hal pemohon dan termohon mencapai kesepakatan
dalam musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan
menuangkan hasil kesepakatan ke dalam putusan
penyelesaian sengketa antar-Peserta Pemilu sesuai dengan
Formulir Model PSPP-22 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(3) Dalam hal pemohon dan termohon tidak mencapai
kesepakatan dalam musyawarah untuk mufakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan:
a. menuangkan ketidaksepakatan pemohon dan
temohon ke dalam berita acara yang dibuat sesuai
dengan Formulir Model PSPP-22 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
b. memeriksa dan mengkaji kronologi atau bukti yang
disertakan dalam permohonan sengketa; dan
c. memutus penyelesaian sengketa antar-Peserta
Pemilu.
(4) Hasil kesepakatan dari penyelesaian sengketa antar-
Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan dalam putusan yang dibuat sesuai dengan
Formulir Model PSPP-22 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(5) Dalam memutus penyelesaian sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panwaslu
Kecamatan wajib melakukan konsultasi dengan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(6) Materi hasil kesepakatan antara pemohon dan termohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 12
(1) Putusan sengketa antar-Peserta Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 bersifat mengikat.
(2) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 13
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan menyiapkan salinan putusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
-7-
BAB III
SENGKETA PESERTA PEMILU DENGAN PENYELENGGARA
PEMILU
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 14
Sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terjadi karena
adanya hak calon Peserta Pemilu dan/atau Peserta Pemilu yang
dirugikan secara langsung oleh tindakan KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau keputusan KPU
Kabupaten/Kota pada tahapan Pemilu tertentu.
Pasal 15
(1) Keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan keputusan
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 berbentuk surat keputusan dan/atau berita acara.
(2) Keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan keputusan
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikecualikan untuk:
a. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang ditetapkan
sebagai tindak lanjut:
1. putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota mengenai
penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu;
dan
https://jdih.bawaslu.go.id/
-8-
Bagian Kedua
Pihak dalam Penyelesaian Sengketa Peserta Pemilu dengan
Penyelenggara Pemilu
Pasal 16
Pemohon penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
terdiri atas:
a. pihak yang dinyatakan belum atau tidak memenuhi syarat
untuk ditetapkan sebagai Peserta Pemilu, yakni:
1. partai politik calon Peserta Pemilu yang mendaftar ke
KPU atau KPU Provinsi sesuai kewenangannya
sebagai Peserta Pemilu;
2. bakal calon anggota DPD yang mendaftar ke KPU;
atau
3. bakal Pasangan Calon yang mendaftar ke KPU;
b. Partai Politik Peserta Pemilu yang mendaftarkan bakal
calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, atau anggota
DPRD kabupaten/kota yang dinyatakan belum atau tidak
memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/kota oleh
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya;
https://jdih.bawaslu.go.id/
-9-
Pasal 17
Partai politik calon Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf a angka 1 dan Partai Politik Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b, huruf
c angka 1, dan huruf d diwakili oleh:
a. ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain,
untuk partai politik calon Peserta Pemilu dan Partai Politik
Peserta Pemilu tingkat pusat;
b. ketua dan sekretaris atau sebutan lain, untuk partai
politik calon Peserta Pemilu dan Partai Politik Peserta
Pemilu tingkat provinsi; dan
c. ketua dan sekretaris atau sebutuan lain, untuk partai
politik calon Peserta Pemilu dan Partai Politik Peserta
Pemilu tingkat kabupaten/kota.
Pasal 18
Penyampaian permohonan penyelesaian sengketa Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu oleh:
a. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf b; dan
b. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, atau
anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf d,
diajukan melalui Partai Politik Peserta Pemilu yang
bersangkutan.
Pasal 19
Bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota
DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf b meliputi:
a. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
anggota DPRD kabupaten/kota dalam daftar bakal calon
anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota yang didaftarkan oleh Partai Politik
Peserta Pemilu kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota namun yang bersangkutan tidak lulus
verfikasi yang dilakukan oleh KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota sehingga yang bersangkutan tidak
dicantumkan dalam daftar calon sementara anggota DPR,
anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota; dan
b. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
anggota DPRD kabupaten/kota tercantum dalam daftar
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 10 -
Pasal 20
Termohon dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
terdiri atas:
a. KPU;
b. KPU Provinsi; dan
c. KPU Kabupaten/Kota,
sesuai dengan tingkatannya.
Pasal 21
(1) Pihak terkait dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 terdiri atas:
a. Partai Politik Peserta Pemilu;
b. calon anggota DPR, calon anggota DPRD provinsi,
dan/atau calon anggota DPRD kabupaten/kota;
c. calon anggota DPD; atau
d. Pasangan Calon,
yang berpotensi dirugikan haknya dengan adanya
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(2) Pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengajukan permohonan untuk diikutsertakan dalam
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(3) Penyampaian permohonan sebagai pihak terkait bagi
calon anggota DPR, calon anggota DPRD provinsi,
dan/atau calon anggota DPRD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
melalui Partai Politik Peserta Pemilu yang bersangkutan.
Pasal 22
(1) Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
termohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dan
pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dapat menunjuk kuasa hukum berdasarkan surat kuasa
khusus.
(2) Kehadiran kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk mendampingi atau mewakili pemohon,
termohon, dan/atau pihak terkait dalam tahapan
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(3) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan advokat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai advokat.
(4) Selain dapat didampingi atau diwakili oleh kuasa hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), termohon dapat
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 11 -
Pasal 23
(1) Penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 dapat melibatkan pihak pemberi ketarangan.
(2) Pihak pemberi keterangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. instansi pemerintahan;
b. lembaga nonpemerintah; dan/atau
c. penyelenggara Pemilu.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Paragraf 1
Umum
Pasal 24
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
berwenang menyelesaikan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 12 -
Paragraf 2
Permohonan
Pasal 25
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menerima permohonan sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
Pasal 26
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
disampaikan oleh pemohon dengan cara:
a. diajukan secara langsung; atau
b. diajukan secara tidak langsung.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak
tanggal penetapan keputusan KPU, keputusan KPU
Provinsi, dan/atau keputusan KPU Kabupaten/Kota yang
menjadi sebab sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(3) Permohonan yang disampaikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak mencakup:
a. laporan dugaan pelanggaran Pemilu yang pernah
diregistrasi oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota sebagai dugaan
pelanggaran administratif Pemilu, dugaan
pelanggaran administratif Pemilu yang bersifat
terstruktur, sistematis, dan masif, serta dugaan
tindak pidana Pemilu; dan
b. sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu yang berkaitan dengan sengketa antar-calon
anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota
DPRD kabupaten/kota dalam 1 (satu) Partai Politik
Peserta Pemilu.
Pasal 27
Petugas penerimaan permohonan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu di Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
dan Bawaslu Kabupaten/Kota mencatatkan permohonan yang
disampaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dalam
buku penerimaan permohonan yang dibuat sesuai dengan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 13 -
Pasal 28
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu Provinsi,
dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota memberikan
dukungan sarana prasarana dan dukungan teknis penerimaan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 berupa:
a. penyediaan loket penerimaan permohonan sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu; dan
b. penugasan petugas penerimaan permohonan sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu yang berasal
dari pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu,
sekretariat Bawaslu Provinsi, dan sekretariat Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.
Pasal 29
(1) Pemohon menyampaikan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 yang dibuat sesuai dengan
Formulir Model PSPP-01 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan
minimal memuat:
a. identitas pemohon yang terdiri atas nama pemohon,
alamat pemohon, nomor telepon, dan alamat surat
elektronik;
b. identitas termohon yang terdiri atas nama dan alamat
termohon;
c. uraian yang jelas mengenai kewenangan
menyelesaikan sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu;
d. kedudukan hukum pemohon dalam penyelenggaraan
Pemilu;
e. kedudukan hukum termohon dalam penyelenggaraan
Pemilu;
f. uraian yang jelas mengenai tenggang waktu
pengajuan permohonan;
g. penyebutan secara lengkap dan jelas keputusan KPU,
keputusan KPU Provinsi, dan/atau keputusan KPU
Kabupaten/Kota sebagai objek sengketa yang
memuat kerugian langsung pemohon atas objek yang
disengketakan;
h. uraian alasan permohonan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu berupa fakta yang
disengketakan yang disertai dengan uraian dasar
hukum dan bukti yang akan diajukan; dan
i. petitum atau hal yang dimohonkan pemohon untuk
diputus.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai cukup
dan ditandatangani asli pemohon serta fotokopi sebanyak
3 (tiga) rangkap.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 14 -
Pasal 30
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
harus dilampiri dengan berkas berupa:
a. fotokopi kartu tanda penduduk elektronik atau surat
keterangan kependudukan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. objek sengketa;
c. alat bukti; dan
d. daftar alat bukti yang dibuat sesuai dengan Formulir
Model PSPP-10 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Lampiran permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b dibuat sebanyak 4 (empat) rangkap
fotokopi.
(3) Lampiran permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c yang berupa surat atau tulisan dibuat sebanyak
1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai cukup serta telah
dileges minimal pada halaman pertama pada setiap alat
bukti surat atau tulisan serta fotokopi sebanyak 3 (tiga)
rangkap.
(4) Daftar alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan daftar alat bukti yang diajukan oleh
pemohon dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(5) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, daftar alat bukti
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(6) Dalam hal terdapat perbedaan antara daftar alat bukti
dalam bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen
digital sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemeriksaan
dilakukan menggunakan daftar alat bukti dalam bentuk
cetak.
Pasal 31
Dalam hal terdapat kekurangan rangkap permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan lampiran
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30,
kekurangan rangkap dapat disampaikan paling lama sebelum
tahapan pertama mediasi.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 15 -
Paragraf 3
Permohonan secara Langsung
Pasal 32
(1) Penyampaian permohonan secara langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a dilakukan
melalui loket penerimaan permohonan sengketa Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu di kantor Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan:
a. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu
setempat untuk hari Senin sampai dengan Kamis;
dan
b. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 waktu
setempat untuk hari Jumat.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterima oleh petugas penerima permohonan yang telah
ditugaskan dan ditunjuk oleh Ketua Bawaslu, Ketua
Bawaslu Provinsi, dan Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota
sesuai dengan tingkatannya.
(4) Petugas penerima permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) bertugas:
a. menerima dan memeriksa kelengkapan permohonan
yang disampaikan oleh pemohon atau kuasa
hukumnya;
b. mencatat permohonan dalam buku penerimaan
permohonan sesuai dengan Formulir Model PSPP-24
yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
c. memberikan tanda terima penyerahan permohonan
kepada pemohon atau kuasa hukumnya yang dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-03 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini; dan
d. mengunggah permohonan ke dalam SIPS.
(5) Setelah menyelesaikan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) petugas penerima permohonan menyerahkan
permohonan disertai dengan tanda terima permohonan
kepada Ketua dan Anggota Bawaslu, Ketua dan Anggota
Bawaslu Provinsi, atau Ketua dan Anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk dilakukan rapat pleno.
Pasal 33
(1) Rapat pleno sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(5) dilaksanakan pada Hari yang sama terhitung sejak
permohonan diajukan oleh pemohon atau kuasa hukum.
(2) Rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengkaji permohonan melalui verifikasi
formal dan verifikasi materiel.
(3) Dalam hal rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menetapkan:
a. permohonan dinyatakan belum lengkap, pemohon
wajib melengkapi permohonan paling lama 3 (tiga)
Hari terhitung sejak tanggal penetapan keputusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 16 -
Pasal 34
(1) Dalam hal permohonan dinyatakan belum lengkap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf a,
kelengkapan permohonan disampaikan melalui loket
penerimaan permohonan sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu di kantor Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Penyampaian kelengkapan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan:
a. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu
setempat untuk hari Senin sampai dengan Kamis;
dan
b. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 waktu
setempat untuk hari Jumat.
(3) Petugas penerima permohonan menerima dan
memberikan tanda terima perbaikan kelengkapan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
pemohon yang dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-
03 yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(4) Setelah menerima perbaikan kelengkapan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), petugas penerima
permohonan menyerahkan:
a. perbaikan kelengkapan permohonan; dan
b. tanda terima penyerahan perbaikan kelengkapan
permohonan,
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 17 -
Pasal 35
(1) Ketua dan Anggota Bawaslu, Ketua dan Anggota Bawaslu
Provinsi, atau Ketua dan Anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi perbaikan
kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (4) huruf a pada Hari yang sama dengan Hari
penerimaan perbaikan kelengkapan permohonan dan
menuangkan hasil verifikasi dalam berita acara verifikasi
hasil perbaikan yang dibuat sesuai dengan Formulir Model
PSPP-04 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini dalam rapat pleno.
(2) Dalam hal rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menetapkan:
a. permohonan dinyatakan tidak lengkap, permohonan
tidak dapat diregister; atau
b. permohonan dinyatakan lengkap, permohonan
diregister.
Pasal 36
(1) Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, dan Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota memerintahkan kepada
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu
Provinsi, dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya untuk memberitahukan status
permohonan kepada pemohon pada Hari yang sama
dengan Hari penetapan keputusan rapat pleno
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) dan Pasal
35 ayat (2).
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-06 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini dalam rapat pleno.
Pasal 37
(1) Petugas penerima permohonan mencatat dalam buku
register permohonan yang dinyatakan diterima
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf b
dan Pasal 35 ayat (2) huruf b sesuai dengan Formulir
Model PSPP-25 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Pencatatan dalam buku register permohonan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
dilakukan pada Hari yang sama dengan Hari penetapan
keputusan rapat pleno sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 35 ayat (2).
(3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
memeriksa dan memutus sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu paling lama 12 (dua belas) Hari
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 18 -
Paragraf 4
Permohonan secara Tidak Langsung
Pasal 38
(1) Penyampaian permohonan secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf b
dilakukan melalui laman SIPS.
(2) Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tahapan:
a. pengisian data pendaftaran akun pada laman SIPS
untuk mendapatkan akses pengajuan permohonan
dan akses unggah permohonan; dan
b. pengajuan permohonan dan pengunggahan
permohonan melalui laman SIPS dengan
menggunakan akses yang telah dikirimkan melalui
surat elektronik pemohon yang didaftarkan dalam
laman SIPS.
(3) Setelah terpenuhinya tahapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya
memberitahukan surat pemberitahuan elektronik kepada
pemohon sebagai tanda bukti telah mengajukan
permohonan secara tidak langsung.
Pasal 39
(1) Pemohon menyampaikan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 dan lampiran permohonan Pasal
30 disertai tanda bukti sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 ayat (3) paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak
tanggal penetapan keputusan KPU, keputusan KPU
Provinsi, atau keputusan KPU Kabupaten/Kota kepada
petugas penerima permohonan di Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkatannya.
(2) Jam pelayanan penyampaian permohonan secara
langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
berlaku secara mutatis mutandis terhadap jam pelayanan
penerimaan permohonan secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 40
Petugas penerima permohonan mencatat permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dalam buku
penerimaan permohonan sesuai dengan Formulir Model PSPP-
24 yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 41
Mekanisme penerimaan dan registrasi permohonan
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
sampai dengan Pasal 37 berlaku secara mutatis mutandis
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 19 -
Paragraf 5
Mediasi
Pasal 42
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
melakukan mediasi dengan mempertemukan pemohon
dan termohon.
(2) Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling lama 2 (dua) Hari secara berturut-
turut terhitung sejak permohonan diregister.
Pasal 43
(1) Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
dilaksanakan dengan tahapan:
a. pembacaan permohonan pemohon dan kronologis
permasalahan yang menjadi sebab sengketa;
b. perundingan kesepakatan;
c. penyusunan kesepakatan antara pemohon dan
termohon;
d. penandatanganan berita acara mediasi; dan
e. penuangan berita acara mediasi dalam putusan jika
mediasi mencapai kesepakatan.
(2) Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara tertutup.
Pasal 44
(1) Pelaksanaan mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43 dipimpin paling sedikit 1 (satu) orang anggota Bawaslu,
anggota Bawaslu Provinsi, dan anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.
(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu
oleh 2 (dua) orang pegawai Sekretariat Jenderal Bawaslu,
sekretariat Bawaslu Provinsi, atau sekretariat Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya sebagai
sekretaris mediasi dan notulen.
Pasal 45
(1) Dalam melaksanakan mediasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota:
a. menyampaikan surat panggilan mediasi kepada
pemohon dan termohon yang dibuat sesuai dengan
Formulir Model PSPP-13 yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini;
b. surat panggilan mediasi kepada pemohon dan
termohon dikirimkan paling lama 1 (satu) Hari
sebelum pelaksanaan mediasi; dan
c. mengumumkan jadwal dan pelaksanaan mediasi
yang dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-14
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 20 -
Pasal 46
(1) Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 wajib
dihadiri oleh pemohon dan termohon.
(2) Dalam hal pemohon dan/atau termohon tidak hadir
setelah dilakukan pemanggilan secara patut berdasarkan
surat panggilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45,
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menentukan jadwal dan melakukan pemanggilan kembali.
Pasal 47
(1) Dalam pelaksanaan mediasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46, pemohon dan termohon dapat didampingi
oleh kuasa hukum.
(2) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat memberikan saran pertimbangan kepada pemohon
dan termohon.
Pasal 48
(1) Hasil mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
dapat berupa pernyataan:
a. para pihak bersepakat; atau
b. para pihak tidak bersepakat.
(2) Dalam hal hasil mediasi mencapai kesepakatan antara
pemohon dan termohon sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, materi kesepakatan harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal hasil mediasi para pihak tidak bersepakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu diselesaikan
melalui adjudikasi.
Pasal 49
Dalam hal pada saat pelaksanaan mediasi terdapat kondisi:
a. pemohon tidak hadir setelah 2 (dua) kali berturut-turut
dipanggil secara patut berdasarkan surat panggilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dan Pasal 46 ayat
(2), pimpinan mediasi menyatakan permohonan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 21 -
Pasal 50
(1) Pimpinan mediasi memerintahkan kepada sekretaris
mediasi untuk menuangkan hasil perundingan
kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 atau
kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ke dalam
berita acara mediasi pada saat pelaksanaan perundingan
kesepakatan yang dibuat sesuai dengan Formulir Model
PSPP-17 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Berita acara mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh pimpinan mediasi dan ditandatangani
oleh:
a. pemohon, termohon, dan pimpinan mediasi, jika
pemohon dan termohon hadir dalam mediasi;
b. pemohon dan pimpinan mediasi, jika termohon tidak
hadir dalam mediasi; dan
c. termohon dan pimpinan mediasi, jika pemohon tidak
hadir dalam mediasi.
(3) Dalam hal hasil mediasi berupa pernyataan para pihak
bersepakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1)
huruf a atau terdapat kondisi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 huruf a, berita acara mediasi dibahas dan
ditetapkan oleh anggota Bawaslu, anggota Bawaslu
Provinsi, dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya melalui rapat pleno untuk
dituangkan dalam putusan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-19 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibacakan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 51
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menyiapkan salinan putusan mediasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 untuk disampaikan kepada
pihak pemohon dan termohon paling lama 1 (satu) Hari
terhitung sejak putusan dibacakan.
(2) Selain disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
salinan putusan mediasi diumumkan di:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 22 -
Paragraf 6
Adjudikasi
Pasal 52
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
memeriksa dan memutus permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b dan Pasal 49
huruf b melalui mekanisme adjudikasi.
(2) Pelaksanaan adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan serta memperhatikan
keberimbangan kedudukan pihak pemohon dan
termohon.
Pasal 53
(1) Dalam memeriksa dan memutus permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dibentuk majelis
adjudikasi yang berasal dari anggota Bawaslu, anggota
Bawaslu Provinsi, dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota
sesuai dengan tingkatannya.
(2) Majelis adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota majelis adjudikasi; dan
b. anggota majelis adjudikasi.
(3) Majelis adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibantu oleh panitia adjudikasi yang berasal dari pegawai
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu
Provinsi, dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya.
(4) Panitia adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan kompisisi:
a. 1 (satu) orang sekretaris;
b. 1 (satu) orang asisten majelis adjudikasi;
c. 1 (satu) orang notulen; dan
d. 1 (satu) orang perisalah.
(5) Majelis adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan panitia adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) ditetapkan dengan keputusan Ketua Bawaslu,
keputusan Ketua Bawaslu Provinsi, dan keputusan Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota berdasarkan rapat pleno sesuai
dengan tingkatannya.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 23 -
Pasal 54
(1) Adjudikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dilaksanakan dengan agenda:
a. pembacaan permohonan pemohon;
b. pembacaan jawaban termohon;
c. pembacaan permohonan pihak terkait, jika ada;
d. pemeriksaan alat bukti;
e. penyampaian kesimpulan pemohon, kesimpulan
termohon, dan/atau pihak terkait; dan
f. pembacaan putusan.
(2) Agenda adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf e dapat dipimpin paling
sedikit 1 (satu) orang anggota majelis adjudikasi.
(3) Agenda adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f dipimpin paling rendah 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi, dan
anggota Bawaslu Kabupaten/Kota.
Pasal 55
(1) Dalam hal jumlah majelis adjudikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) tidak dapat terpenuhi
karena terdapat anggota Bawaslu Provinsi atau anggota
Bawaslu Kabupaten/Kota yang:
a. meninggal dunia;
b. sakit fisik dan/atau jiwa sehingga yang bersangkutan
tidak dapat melaksanakan tugas, wewenang, dan
kewajiban sebagai pengawas Pemilu yang dibuktikan
dengan rekam medis dari dokter;
c. memiliki status hukum sebagai tersangka, terdakwa,
atau terpidana;
d. ibadah ke luar negeri;
e. diberhentikan sementara sebagai pengawas Pemilu;
f. diberhentikan tetap sebagai pengawas Pemilu;
dan/atau
g. berhalangan tetap sehingga tidak mampu
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban
sebagai pengawas Pemilu,
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dapat
mengajukan permohonan anggota majelis adjudikasi
pengganti.
(2) Permohonan anggota majelis adjudikasi pengganti
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan:
a. diajukan kepada Bawaslu untuk anggota majelis
adjudikasi pengganti di Bawaslu Provinsi; dan
b. diajukan kepada Bawaslu Provinsi untuk anggota
majelis adjudikasi pengganti di Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Bawaslu dan Bawaslu Provinsi menunjuk anggota majelis
pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui
rapat pleno Bawaslu dan rapat pleno Bawaslu Provinsi
sesuai dengan tingkatannya.
(4) Anggota majelis adjudikasi pengganti sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berwenang mengajukan pendapat
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 24 -
Pasal 56
(1) Untuk melaksanakan adjudikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota:
a. menyampaikan surat panggilan adjudikasi secara
patut kepada pemohon dan termohon yang dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-13 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
b. surat panggilan adjudikasi kepada pemohon dan
termohon dikirimkan paling lama 1 (satu) Hari
sebelum pelaksanaan adjudikasi; dan
c. mengumumkan jadwal dan agenda pelaksanaan
adjudikasi yang dibuat sesuai dengan Formulir Model
PSPP-14 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Surat panggilan adjudikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a paling sedikit memuat:
a. nomor register permohonan;
b. panggilan untuk menghadiri agenda adjudikasi; dan
c. jadwal agenda adjudikasi.
(3) Surat panggilan adjudikasi untuk termohon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan salinan
permohonan.
Pasal 57
(1) Majelis adjudikasi melaksanakan adjudikasi paling lama 1
(satu) Hari terhitung sejak penetapan berita acara mediasi
yang memuat hasil mediasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (1) huruf b dan Pasal 49 huruf b.
(2) Adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dihadiri oleh pemohon dan termohon.
(3) Pemohon dan/atau termohon sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat didampingi atau diwakili oleh kuasa
hukum.
(4) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan hak bicara selama pelaksanaan adjudikasi.
Pasal 58
(1) Majelis adjudikasi membuka agenda pertama adjudikasi
dan meminta kepada pemohon atau kuasa hukumnya
untuk membacakan permohonan penyelesaian sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu.
(2) Setelah pemohon atau kuasa hukumnya membacakan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), majelis
adjudikasi memberikan kesempatan kepada pemohon
atau kuasa hukumnya untuk memperbaiki permohonan
yang telah dibacakan.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 25 -
Pasal 59
(1) Majelis adjudikasi meminta kepada termohon untuk
membacakan jawaban termohon terhadap permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 setelah pemohon
membacakan permohonan pada agenda adjudikasi yang
sama.
(2) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus sudah disampaikan kepada majelis adjudikasi dan
pemohon melalui panitia adjudikasi sebelum agenda
pertama adjudikasi dimulai.
Pasal 60
(1) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
yang paling sedikit memuat:
a. identitas termohon berupa:
1. nama;
2. pekerjaan/jabatan;
3. kewarganegaraan;
4. alamat; dan
5. nomor telepon dan alamat surat elektronik;
b. kedudukan hukum termohon dalam penyelenggaraan
Pemilu;
c. jawaban termohon atas pokok permohonan; dan
d. petitum atau hal yang dimohonkan termohon untuk
diputus.
(2) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-08 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh termohon.
(4) Dalam hal termohon menunjuk kuasa hukum, jawaban
termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh termohon dan/atau kuasa hukum.
(5) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat sebanyak 1 (satu) rangkap yang ditandatangani dan
distempel asli serta fotokopi sebanyak 3 (tiga) rangkap.
(6) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, jawaban
termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
disampaikan dalam bentuk dokumen digital dengan
format word dan disimpan secara elektronik pada media
penyimpanan data.
(7) Dalam hal terdapat perbedaan antara jawaban termohon
dalam bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen
digital sebagaimana dimaksud pada ayat (6), jawaban
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 26 -
Pasal 61
(1) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 harus dilampiri dengan berkas berupa:
a. alat bukti dalam bentuk surat atau tulisan; dan
b. daftar alat bukti yang dibuat sesuai dengan Formulir
Model PSPP-10 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dibuat sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai
cukup serta telah dileges serta fotokopi sebanyak 3 (tiga)
rangkap.
(3) Daftar alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan daftar alat bukti yang diajukan oleh
termohon dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(4) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, daftar alat bukti
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(5) Dalam hal terdapat perbedaan antara daftar alat bukti
dalam bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen
digital sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemeriksaan
dilakukan menggunakan daftar alat bukti dalam bentuk
cetak.
Pasal 62
(1) Dalam hal pada pelaksanaan adjudikasi terdapat
permohonan dari pihak terkait, majelis adjudikasi
memeriksa kelengkapan permohonan pihak terkait
sebelum diikutsertakan dalam adjudikasi.
(2) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan melalui loket penerimaan
permohonan di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.
(3) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disusun berdasarkan permohonan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
yang telah diregister oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota.
(4) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan sebelum agenda pertama pembacaan
permohonan oleh pemohon dan pembacaan jawaban
termohon sampai dengan agenda ajdudikasi pemeriksaan
alat bukti.
Pasal 63
(1) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
yang paling sedikit memuat:
a. identitas pihak terkait dan/atau kuasa hukumnya
berupa:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 27 -
1. nama;
2. pekerjaan;
3. kewarganegaraan;
4. alamat; dan
5. nomor telepon atau alamat surat elektronik; dan
b. uraian yang jelas mengenai:
1. kewenangan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota;
2. kedudukan hukum pihak terkait;
3. tenggang waktu pengajuan permohonan pihak
terkait;
4. uraian potensi kerugian langsung atas
penyelesaian sengketa Pemilu antara Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu;
5. alasan permohonan pihak terkait;
6. uraian tanggapan atas pokok permohonan
pemohon; dan
7. petitum atau hal yang dimohonkan pihak terkait
untuk diputus.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-09 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pihak terkait.
(4) Dalam hal pihak terkait menunjuk kuasa hukum,
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pihak terkait dan/atau kuasa hukum.
(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai cukup
dan ditandatangani asli serta fotokopi sebanyak 3 (tiga)
rangkap.
(6) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(7) Dalam hal terdapat perbedaan antara permohonan dalam
bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen digital
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan permohonan dalam
bentuk cetak.
Pasal 64
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
harus dilampiri dengan berkas berupa:
a. fotokopi kartu tanda penduduk elektronik atau surat
keterangan kependudukan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. alat bukti yang berupa surat atau tulisan; dan
c. daftar alat bukti yang dibuat sesuai dengan Formulir
Model PSPP-10 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disertakan dalam permohonan pihak terkait dan dibuat
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 28 -
Pasal 65
(1) Dalam hal majelis adjudikasi menyatakan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dan berkas
lampiran permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 lengkap, majelis adjudikasi menetapkan
permohonan pihak terkait dinyatakan diterima yang
dituangkan dalam Formulir Model PSPP-12 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Pihak terkait diikutsertakan dalam adjudikasi dan agenda
adjudikasi dilanjutkan ke agenda pembacaan permohonan
pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Majelis adjudikasi memerintahkan panitia adjudikasi
untuk menyampaikan surat panggilan agenda pembacaan
permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada Hari yang sama pada saat permohonan pihak
terkait dinyatakan lengkap.
(4) Surat panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disusun sesuai dengan Formulir Model PSPP-13 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 66
(1) Apabila majelis adjudikasi menyatakan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dan berkas
lampiran permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 belum lengkap, majelis adjudikasi
memerintahkan panitia adjudikasi untuk
memberitahukan kepada pihak terkait pada Hari yang
sama pada saat majelis adjudikasi menyatakan
permohonan belum lengkap.
(2) Pihak terkait melengkapi permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 (satu) Hari terhitung
sejak dinyatakan belum lengkap oleh majelis adjudikasi.
(3) Dalam hal pihak terkait tidak melengkapi sesuai dengan
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
majelis adjudikasi memutuskan permohonan pihak terkait
tidak dapat diterima yang dituangkan dalam Formulir
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 29 -
Pasal 67
(1) Dalam hal pihak terkait atau kuasa hukumnya tidak hadir
dalam adjudikasi setelah dipanggil secara patut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3), majelis
adjudikasi memerintahkan kepada panitia adjudikasi
untuk melakukan pemanggilan kembali kepada pihak
terkait pada Hari yang sama pada saat majelis adjudikasi
memerintahkan panitia adjudikasi.
(2) Dalam hal pihak terkait atau kuasa hukumnya tidak hadir
setelah dilakukan panggilan secara patut sebanyak 2 (dua)
kali berturut-turut sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
majelis adjudikasi menyatakan permohonan pihak terkait
gugur yang dituangkan dalam Formulir Model PSPP-11
yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 68
(1) Pihak terkait menghadiri agenda adjudikasi pembacaan
permohonan pihak terkait berdasarkan surat panggilan
sebagaimana dimakasud dalam Pasal 65 ayat (3) dan Pasal
67 ayat (1).
(2) Agenda pembacaan permohonan pihak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
lama 1 (satu) Hari terhitung sejak surat panggilan pihak
terkait disampaikan.
Pasal 69
(1) Dalam agenda pembacaan permohonan pihak terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, pihak terkait
dapat diwakili oleh kuasa hukumnya berdasarkan surat
kuasa khusus.
(2) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan hak bicara selama pelaksanaan adjudikasi.
Pasal 70
(1) Setelah pembacaan permohonan pemohon, jawaban
termohon, dan/atau permohonan pihak terkait, majelis
adjudikasi memberikan kesempatan kepada pemohon,
termohon, dan/atau pihak terkait untuk menyampaikan
bukti bedasarkan daftar alat bukti yang disampaikan
bersama dengan dokumen permohonan pemohon,
jawaban termohon, dan/atau permohonan pihak terkait.
(2) Majelis adjudikasi memberikan persetujuan terhadap
bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
selanjutnya dilakukan pemeriksaan alat bukti.
Pasal 71
(1) Majelis adjudikasi memeriksa alat bukti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 untuk melakukan pendalaman
terhadap substansi pokok permohonan pemohon, jawaban
termohon, dan/atau permohonan pihak terkait.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 30 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 31 -
Pasal 72
Dalam memberikan keterangan, saksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71 ayat (5) dan ayat (6) dan ahli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 ayat (7) wajib diambil sumpah/janji
sesuai dengan agama atau kepercayaan sebelum majelis
adjudikasi memeriksa saksi dan/atau ahli tersebut.
Pasal 73
(1) Selain alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71,
majelis adjudikasi dapat menetapkan hasil pengawasan
aktif pengawas Pemilu dalam sidang adjudikasi.
(2) Hasil pengawasan aktif pengawas Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil pengawasan aktif
pengawas Pemilu yang memiliki keterkaitan dengan pokok
permohonan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(3) Majelis adjudikasi wajib menunjukkan hasil pengawasan
aktif pengawas Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) kepada para pihak dalam sidang adjudikasi.
Pasal 74
Dalam melakukan pemeriksaan alat bukti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 73, majelis adjudikasi
menentukan:
a. substansi pokok yang harus dibuktikan;
b. beban pembuktian; dan
c. penilaian atas pembuktian,
berdasarkan paling sedikit 2 (dua) alat bukti berdasarkan
keyakinan majelis adjudikasi.
Pasal 75
(1) Dalam melaksanakan pemeriksaan alat bukti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 sampai dengan
Pasal 73, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota dapat menghadirkan lembaga pemberi
keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
(2) Lembaga pemberi keterangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dihadirkan berdasarkan:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 32 -
Pasal 76
(1) Majelis adjudikasi memberikan kesempatan kepada
pemohon, termohon, dan/atau pihak terkait untuk
mengemukakan pendapat terakhir berupa kesimpulan
pemohon, kesimpulan termohon, dan/atau kesimpuan
pihak terkait.
(2) Kesimpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis kepada majelis adjudikasi
paling lama 1 (satu) Hari terhitung sejak pemberian
kesempatan oleh majelis adjudikasi kepada pemohon,
termohon, dan/atau pihak terkait.
Pasal 77
Dalam terdapat keadaan:
a. pemohon dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam
sidang adjudikasi setelah dilakukan pemanggilan secara
patut sebanyak 2 (dua) kali, majelis adjudikasi
menyatakan permohonan penyelesaian sengketa Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu gugur dengan
menggunakan Formulir Model PSPP-20 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
b. termohon dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam
sidang adjudikasi setelah dilakukan pemanggian secara
patut sebanyak 2 (dua) kali, majelis adjudikasi tetap
melanjutkan agenda adjudikasi sampai dengan
pembacaan putusan; dan
c. pemohon dan/atau kuasa hukumnya dan termohon
dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam sidang
adjudikasi setelah dilakukan pemanggian secara patut
sebanyak 2 (dua) kali, majelis adjudikasi menyatakan
permohonan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu gugur dengan
menggunakan Formulir Model PSPP-20 yang tercantum
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 33 -
Pasal 78
(1) Hasil pemeriksaan agenda adjudikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 sampai dengan Pasal 76 menjadi
bahan bagi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya untuk
menyusun putusan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(2) Putusan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibubuhi paraf di setiap halaman dan ditandatangani
oleh seluruh anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi,
dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota serta ditetapkan
melalui rapat pleno sesuai dengan tingkatannya.
Pasal 79
(1) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
memuat:
a. kepala putusan yang terdiri atas:
1. lambang negara;
2. nama lembaga;
3. judul putusan;
4. nomor putusan; dan
5. “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”;
b. identitas pemohon;
c. identitas termohon;
d. identitas pihak terkait, jika ada;
e. pokok permohonan pemohon;
f. jawaban termohon;
g. pokok permohonan pihak terkait, jika ada;
h. alat bukti;
i. kesimpulan pemohon;
j. kesimpulan termohon;
k. kesimpulan pihak terkait, jika ada;
l. pertimbangan hukum;
m. pendapat hukum;
n. kesimpulan;
o. amar putusan;
p. hari, tanggal, bulan, dan tahun dibacakan putusan;
q. nama lembaga;
r. nama dan tanda tangan majelis adjudikasi; dan
s. nama dan tanda tangan sekretaris adjudikasi.
(2) Pertimbangan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf k memuat:
a. tenggang waktu pengajuan permohonan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu;
b. objek penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu;
c. kedudukan hukum pemohon, termohon, dan/atau
pihak terkait; dan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 34 -
Pasal 80
Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
bersifat final dan mengikat, kecuali putusan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu yang
berkaitan dengan:
a. verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu;
b. penetapan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota; dan
c. penetapan Pasangan Calon.
Pasal 81
(1) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
dibacakan oleh majelis adjudikasi secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Pembacaan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dihadiri oleh pemohon, termohon, dan/atau pihak
terkait.
Pasal 82
(1) Putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
dibuatkan petikan putusan sesuai dengan Formulir Model
PSPP-23 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Petikan putusan sebagaimana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diumumkan pada:
a. papan pengumuman di kantor Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya; dan/atau
b. laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
kabupaten/Kota.
Pasal 83
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menyusun salinan putusan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80 untuk disampaikan kepada pemohon, termohon,
dan/atau pihak terkait.
(2) Salinan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lama 2 (dua) Hari terhitung sejak
tanggal putusan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu dibacakan.
(3) Penyampaian salinan putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus disertai dengan tanda terima salinan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 35 -
Pasal 84
Putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 wajib
ditindaklanjuti oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak putusan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
dibacakan.
Paragraf 7
Koreksi Putusan
Pasal 85
(1) Dalam hal susbtansi putusan penyelesaian sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu yang diputus
oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Bawaslu berwenang melakukan
koreksi terhadap putusan tersebut.
(2) Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota wajib
menindaklanjuti hasil koreksi putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan menerbitkan putusan baru
paling lama 1 (satu) Hari terhitung sejak tanggal hasil
koreksi diterima oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
Paragraf 8
Mediasi dan Adjudikasi Daring
Pasal 86
(1) Penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu melalui mediasi atau adjudikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai dengan
Pasal 81 dapat dilaksanakan melalui daring.
(2) Pelaksanaan mediasi atau adjudikasi melalui daring
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
seketika dari jarak jauh dengan memanfaatkan sistem
teknologi informasi atau media elektronik lain yang
memungkinkan pemohon, termohon, pihak terkait, saksi,
ahli, dan/atau lembaga pemberi keterangan dapat saling
melihat, mendengar, dan berkomunikasi.
Pasal 87
Pelaksanaan mediasi atau adjudikasi melalui daring
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ditetapkan oleh majelis
mediasi atau majelis adjudikasi dengan memperhatikan sarana
dan prasarana pelaksanaan mediasi atau adjudikasi melalui
daring di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 36 -
Pasal 88
(1) Pelaksanaan mediasi dan adjudikasi secara daring
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 memiliki kekuatan
hukum yang sama dengan pelaksanaan mediasi dan
adjudikasi secara langsung.
(2) Ketentuan pelaksanaan mediasi dan adjudikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 81 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
ketentuan pelaksanaan mediasi dan adjudikasi melalui
daring.
Paragraf 9
Pemindahan Lokasi Penyelesaian Sengketa antara Peserta
Pemilu dengan Penyelenggara Pemilu
Pasal 89
(1) Dalam hal terdapat kondisi tertentu sehingga penyelesaian
sengketa antara Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu tidak dapat dilaksanakan di kantor Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3),
pelaksanaan penyelesaian sengketa antara Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu dapat dipindahkan ke lokasi
lain.
(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana nonalam;
c. kerusuhan;
d. peperangan;
e. kebakaran;
f. unjuk rasa;
g. ancaman keamanan/keselamatan;
h. daerah pemekaran yang masih berada pada daerah
induk; dan/atau
i. kondisi tertentu lain yang menyebabkan kantor
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk digunakan untuk
pelaksanaan mediasi dan/atau adjudikasi.
BAB IV
GUGURNYA PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU
Pasal 90
(1) Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu
dinyatakan gugur jika:
a. pemohon yang merupakan bakal calon atau calon
anggota DPD serta bakal Pasangan Calon atau
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 meninggal dunia;
b. bakal calon atau calon anggota DPR, anggota DPRD
provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/Kota yang
didaftarkan oleh Partai Politik Peserta Pemilu
meninggal dunia;
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 37 -
Pasal 91
(1) Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu
dinyatakan gugur oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota melalui rapat pleno sesuai
dengan tingkatannya dan dituangkan dalam putusan yang
dibuat sesuai dengan formulir model PSPP-20 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Putusan dan status gugurnya permohonan penyelesaian
sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberitahukan kepada pemohon, termohon, dan/atau
pihak terkait.
(3) Putusan gugurnya permohonan penyelesaian sengketa
proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diunggah ke dalam SIPS.
(4) Status gugurnya permohonan penyelesaian sengketa
proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diumumkan pada:
a. papan pengumuman di kantor Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota; dan/atau
b. laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 38 -
BAB V
KONSULTASI, PENDAMPINGAN, DAN SUPERVISI
Pasal 92
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan berkonsultasi secara berjenjang dalam
pelaksanaan penyelesaian sengketa proses Pemilu.
Pasal 93
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
dapat melakukan pendampingan dan supervisi pelaksanaan
penyelesaian sengketa proses Pemilu secara berjenjang.
BAB VI
PELAPORAN
Pasal 94
(1) Penyelesaian sengketa proses Pemilu oleh Bawaslu
Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota dilaporkan kepada
Bawaslu secara berjenjang.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. laporan pelaksanaan penyelesaian sengketa proses
Pemilu;
b. laporan tahunan; dan
c. laporan akhir tahapan Pemilu.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan laporan yang disampaikan secara berkala
mengenai setiap pelaksanaan penyelesaian sengketa
proses Pemilu oleh Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menjelaskan mengenai aktivitas dan kronologis sengketa
proses Pemilu yang memuat:
a. identitas para pihak;
b. tanggal pengajuan permohonan dan registrasi
permohonan;
c. tahapan Pemilu yang disengketakan;
d. isu dan/atau permasalahan yang disengketakan;
e. objek sengketa proses Pemilu;
f. jadwal pelaksanaan penyelesaian sengketa proses
Pemilu;
g. putusan penyelesaian sengketa proses Pemilu;
h. tindak lanjut;
i. upaya hukum, jika ada; dan
j. hal lain yang berkaitan dengan proses penyelesaian
sengketa proses Pemilu.
(5) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b merupakan intisari dan perkembangan
penyelesaian sengketa proses Pemilu dalam 1 (satu)
tahun.
(6) Laporan akhir dari seluruh tahapan Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c memuat intisari dan data
penyelesaian sengketa proses Pemilu dari awal hingga
akhir tahapan Pemilu.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 39 -
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 95
Penyelesaian sengketa proses Pemilu yang masih berlangsung
pada saat Peraturan Badan ini diundangkan tetap dilanjutkan
prosesnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1826)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun
2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 419).
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 96
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1826)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun
2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 419), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 97
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 40 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 November 2022
ttd.
RAHMAT BAGJA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 November 2022
ttd.
YASONNA H. LAOLY
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 41 -
LAMPIRAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM
Nomor : ….. *)
Lampiran : ….. dokumen
Perihal : Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu terkait
Keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..**)
Kepada
Yth. Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)
di…..
1. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
2. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 42 -
Terhadap
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 43 -
Hormat kami,
PEMOHON /KUASA HUKUM PEMOHON
PEMOHON KUASA HUKUM
1. Nama 1. Nama
Materai *******)
10.000
2. Nama 2. Nama
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 44 -
Catatan:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 45 -
1. ………………………………….
2. ………………………………….
3. ……………………………..dst
== K H U S U S ==
Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, mewakili dan/atau mendampingi Pemberi
Kuasa dalam proses penyelesaian Sengketa Proses Pemilu pada proses
pengajuan Permohonan dan Adjudikasi serta mendampingi dalam proses
Mediasi di Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota.
Untuk itu kepada Penerima Kuasa, baik sendiri dan bersama-sama kami beri
hak:
- Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa mewakili, menghadap, menemui dan
berbicara serta mendampingi dalam proses pengajuan Permohonan dan
adjudikasi penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…/Bawaslu Kabupaten/Kota...***);
- Untuk mendampingi Pemberi Kuasa dalam proses Mediasi penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu/Bawaslu Provinsi…/Bawaslu
Kabupaten/Kota...***)
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 46 -
…,…****)
Materai *****)
10.000
Catatan:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 47 -
Jumlah
No Jenis Dokumen*****) Dokumen Dokumen Keterangan
Cetak Digital
1 Permohonan Pemohon/Jawaban Diisi dengan penjelasan
Termohon/Permohonan Pihak mengenai bentuk dan/atau
Terkait format setiap jenis
dokumen
(asli/fotocopy/doc/pdf)
2 Kartu Tanda Penduduk Pemohon
3 Objek Sengketa
4 Alat Bukti
(tanda tangan dan nama jelas) (tanda tangan dan nama jelas)
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 48 -
Catatan:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 49 -
BERITA ACARA
VERIFIKASI PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Jumlah
No Jenis Dokumen Dokumen Dokumen Hasil Pemeriksaan
Cetak Digital
1 Permohonan Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)
2 Kartu Tanda Penduduk Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 50 -
Catatan:
*) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil pemeriksaan
**) : Diisi sesuai dengan waktu verifikasi
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format
…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
*****) : Jika ada
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 51 -
BERITA ACARA
VERIFIKASI HASIL PERBAIKAN
PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Jumlah
No Jenis Dokumen Dokumen Dokumen Hasil Pemeriksaan
Cetak Digital
1 Permohonan Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)
2 Kartu Tanda Penduduk Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 52 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 53 -
PEMBERITAHUAN
REGISTRASI PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
1. a. Nama : ….............................................................
b. Pekerjaan : ….............................................................
c. Kewarganegaraan : ….............................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
2. a. Nama : ….............................................................
b. Pekerjaan : ….............................................................
c. Kewarganegaraan : ….............................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 54 -
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nama berita acara verifikasi yang menjadi acuan
**) : Diisi sesuai dengan waktu yang tercantum dalam berita acara verifikasi yang menjadi
acuan
***) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format
…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
****) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil pemeriksaan
*****) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
******) : Diisi sesuai dengan nomor Register Permohonan menggunakan format
……./PS.REG/(Kode-wilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
*******) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat pemberitahuan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 55 -
PEMBERITAHUAN
PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
TIDAK DAPAT DITERIMA
2. a. Nama : ….............................................................
b. Pekerjaan : ….............................................................
c. Kewarganegaraan : ….............................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
….., …..****)
(Ketua/Anggota (a.n. Ketua) ),
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 56 -
*) : Diisi sesuai dengan waktu yang tercantum dalam berita acara verifikasi yang menjadi
acuan
**) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format
…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
***) : Diisi sesuai dengan sebab permohonan tidak dapat diterima
****) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat pemberitahuan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 57 -
KABUPATEN/KOTA
Nomor : …..*)
Lamp : ….. Dokumen
Perihal : Jawaban Termohon terhadap
Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu
Kepada
Yth. Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)
di…..
I IDENTITAS TERMOHON
1 a. Nama :.................................................................
b. Pekerjaan/Jabatan :.................................................................
c. Kewarganegaraan :..................................................................
d. Alamat :..................................................................
e. Nomor Telepon/HP :..................................................................
2 a. Nama :..................................................................
b. Pekerjaan/Jabatan :..................................................................
c. Kewarganegaraan :..................................................................
d. Alamat :..................................................................
e. Nomor Telepon/HP :..................................................................
3 dst…..
Sebagai Termohon dalam permohonan penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu diajukan oleh…..***) kepada Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**), dengan Nomor Register:…..
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 58 -
IV PETITUM
Berdasarkan uraian dan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**) untuk
menjatuhkan Putusan sebagai berikut:
Menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya
Apabila Majelis Adjudikasi berpendapat lain mohon Putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 59 -
Hormat kami,
TERMOHON/KUASA HUKUM TERMOHON
1 [Tanda tangan] 1. [Tanda tangan]
Materai ********)
10.000
Nama Nama
2. [Tanda tangan] 2. [Tanda tangan]
Nama Nama
Catatan:
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 60 -
Nomor : …..*)
Lamp : ….. dokumen
Perihal : Permohonan Pihak Terkait
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
Kepada
Yth. Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)
di…………
1. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telp./HP : ….............................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
2. a. Nama : .................................................................
b. Pekerjaan : .................................................................
c. Kewarganegaraan : .................................................................
d. Alamat : .................................................................
e. Nomor Telp./HP : .................................................................
f. Alamat e-mail : .................................................................
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 61 -
VI ALASAN PERMOHONAN
Berisi uraian mengenai alasan pengajuan Permohonan Pihak Terkait
yang paling sedikit memuat kronologis permasalahan, dalil
permohonan, dasar hukum, doktrin sesuai dengan bukti yang
diajukan yang menyebabkan Pihak Terkait mengalami potensi
kerugian langsung (tambahkan penjelasan lain yang dianggap
perlu).
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 62 -
VIII PETITUM
Berisi mengenai hal yang dimohonkan Pihak Terkait untuk diputus
dalam Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu a quo.
contoh:
1. Mengabulkan Permohonan Pihak Terkait untuk seluruhnya;
2. ….. dst
Demikianlah permohonan Pihak Terkait disampaikan, dengan harapan
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**) dapat
segera memeriksa dan memutuskan permohonan ini dengan seadil-adilnya
(ex aequo et bono).
…..,…..****)
Hormat kami,
PIHAK TERKAIT/KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT
MATERAI*****)
10.000
Nama Nama
2. [Tanda tangan] 2. [Tanda tangan]
Nama Nama
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor surat Pihak Terkait
**) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
***) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan Sengketa Proses Pemilu
****) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan Permohonan Pihak Terkait
*****) : Meterai dapat dibubuhkan pada tanda tangan Pihak Terkait atau Kuasa Hukum
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 63 -
Kepada Yth.
Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi.../Bawaslu Kabupaten/Kota…***)
di-
…
Dengan hormat,
Sehubungan dengan Permohonan Penyelesaian Sengketa Nomor Register…**),
dengan ini kami selaku Pemohon/Termohon/Pihak Terkait*) mengajukan bukti
sebagai berikut:
...,…****)
Hormat kami,
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 64 -
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan pihak yang mengajukan daftar alat bukti
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan yang menjadi acuan pengajuan daftar alat
bukti
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal penyusunan daftar alat bukti
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 65 -
2. a. Nama : .................................................................
b. Pekerjaan : .................................................................
c. Kewarganegaraan : .................................................................
d. Alamat : .................................................................
e. Nomor Telepon/HP : .................................................................
f. Alamat e-mail : .................................................................
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 66 -
Menimbang bahwa majelis adjudikasi telah memanggil pihak terkait atau kuasa
hukumnya secara patut dua kali secara berturut-turut sesuai dengan Surat
Panggilan Nomor….. Tanggal…..dan tanda terima surat nomor…..tanggal…..,
namun Pihak Terkait atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam proses adjudikasi.
Memutuskan:
Permohonan Pihak Terkait Gugur
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 67 -
Atau
Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*),
…..
….. …..
(nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda
tangan) tangan) tangan)
Sekretaris
…..
(nama jelas, NIP dan tanda tangan)
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 68 -
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan yang menjadi acuan Permohonan Pihak
Terkait
***) : Diisi sesuai dengan tanggal permohonan sebagai Pihak Terkait
****) : Diisi sesuai dengan nama penerima kuasa
*****) : Diisi sesuai dengan tanggal pleno
******) : Diisi sesuai dengan anggota yang mengikuti pleno
*******) : Diisi sesuai dengan tanggal pembacaan putusan
********) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 69 -
PEMBERITAHUAN
STATUS PERMOHONAN PIHAK TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA PROSES
PEMILU
1. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ….............................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
2. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 70 -
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan tanggal pemeriksaan dokumen permohonan sebagai Pihak Terkait
***) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan yang menjadi acuan Permohonan
Pihak Terkait
****) : Diisi sesuai dengan alasan status Permohonan sebagai Pihak Terkait
*****) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat pemberitahuan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 71 -
Kepada
Yth…..
di…..
Sekjen/Deputi/Kepala Biro/Kepala
Sekretariat/ Kepala Bagian/ Kepala
Subbagian*******),
Ttd
(nama lengkap)
NIP
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 72 -
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor surat panggilan mengacu pada pedoman klasifikasi arsip
**) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat panggilan
***) : Disesuaikan dengan proses penyelesaian sengketa yang akan dilaksanakan
****) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
*****) : Diisi sesuai dengan identitas pihak yang dipanggil
******) : Diisi sesuai dengan pihak yang dipanggil
*******) : Diisi sesuai dengan nomor register permohonan
********) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan pejabat penandatangan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 73 -
JADWAL PELAKSANAAN
PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor Register :…..*)
…..,…..** )
(Sekjen/Deputi/Kepala Biro/Kepala
Sekretariat/ Kepala Bagian/ Kepala
Subbagian ***),
Ttd
(nama lengkap)
NIP
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor register
**) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan jadwal mediasi/adjudikasi
***) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan pejabat penandatangan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 74 -
BERITA ACARA
KETERANGAN AHLI DI BAWAH SUMPAH /JANJI
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu pengambilan sumpah
**) : Diisi sesuai dengan nama Ahli
***) : Diisi sesuai dengan tatacara pengambilan sumpah/janji agama yang dianut
****) : Diisi sesuai dengan agama yang dianut Ahli
*****) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 75 -
BERITA ACARA
KETERANGAN SAKSI DI BAWAH SUMPAH/JANJI
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu pengambilan sumpah
**) : Diisi sesuai dengan nama Saksi
***) : Diisi sesuai dengan tatacara pengambilan sumpah/janji agama yang dianut
****) : Diisi sesuai dengan agama yang dianut Saksi
*****) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 76 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 77 -
Sekretaris,
Pemohon, Termohon,
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan Nomor Registrasi Permohonan
**) : Diisi sesuai dengan waktu dan tempat pelaksanaan mediasi
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Disesuaikan dengan jumlah pimpinan mediasi
*****) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil mediasi
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 78 -
dst….
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 79 -
Sekretaris,
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan Nomor Registrasi Permohonan
**) : Diisi sesuai dengan waktu dan tempat pelaksanaan adjudikasi
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) Disesuaikan dengan jumlah anggota majelis
*****) : Diisi sesuai dengan agenda adjudikasi
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 80 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 81 -
Terhadap
MEMUTUSKAN
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 82 -
Atau
Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi……./Bawaslu Kab…./Kota…..*),
(nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda
tangan) tangan) tangan)
Sekretaris
(nama jelas, NIP dan tanda tangan)
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan
***) : Diisi sesuai dengan berita acara mediasi yang menjadi acuan Putusan Kesepakatan
****) : Diisi sesuai dengan tanggal pelaksanaan pleno
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 83 -
PUTUSAN GUGUR
PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor Register:…..**)
2. a. Nama : ............................................................................
b. Pekerjaan : ............................................................................
c. Kewarganegaraan : ............................................................................
d. Alamat : ............................................................................
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 84 -
Memutuskan:
Permohonan Pemohon Gugur
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 85 -
Atau
Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kab…../Kota…..*),
(nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda
tangan) tangan) tangan)
Sekretaris
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 86 -
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan
***) : Diisi sesuai dengan tanggal pleno
****) : Diisi sesuai dengan anggota yang mengikuti pleno
*****) : Diisi sesuai dengan tanggal pembacaan putusan
******) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 87 -
PUTUSAN
Nomor Register:…..**)
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 88 -
3. dst
Advokat yang berkantor pada kantor hukum…..beralamat di…..Berdasarkan
surat kuasa khusus Nomor…..tertanggal…..untuk selanjutnya disebut sebagai
Pemohon;
Dalam hal ini telah mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu atas keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*)
berupa Berita Acara atau Surat Keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU
Kabupaten/Kota…..*)Nomor…..tentang…..Tanggal…..;
Terhadap
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 89 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 90 -
b. Keterangan Saksi/Ahli
1. Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti dokumen, Pemohon
juga mengajukan saksi dan/atau ahli yang memberikan keterangan
sebagai berikut:
a) Saksi
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
b) Ahli
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
2. Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti dokumen, Termohon
juga mengajukan saksi dan/atau ahli yang memberikan keterangan
sebagai berikut:
a) Saksi
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
b) Ahli
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
3. Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti dokumen, Pihak
Terkait juga mengajukan saksi dan/atau ahli yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
a) Saksi
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
b) Ahli
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
c. Lembaga Pemberi Keterangan
Menimbang, bahwa selain memeriksa bukti, Bawaslu/ Bawaslu
Provinsi…./Bawaslu Kab/Kota….. juga mendengar keterangan dari
Lembaga Pemberi Keterangan sebagai berikut:
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
E. KESIMPULAN PEMOHON, TERMOHON DAN PIHAK TERKAIT.
Menimbang, bahwa setelah tahap pembuktian selesai, para pihak diberikan
kesempatan untuk mengajukan kesimpulannya, pihak Pemohon dan
Termohon, serta Pihak Terkait mengajukan kesimpulan dalam proses
penyelesaian sengketa Pemilu masing-masing pada tanggal…..
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 91 -
F. PERTIMBANGAN HUKUM
1. TENGGAT WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN
Menimbang bahwa Surat Keputusan/Berita Acara (pilih salah satu)
KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (diisi sesuai locus/tempat)
Nomor…. Tentang… ditetapkan pada Tanggal…, permohonan diajukan
kepada Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota (diisi
sesuai locus/tempat) dan diterima pada tanggal… dengan Nomor
penerimaan permohonan… serta diregister pada tanggal… dengan Nomor
register…
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 467 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bahwa
permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu disampaikan paling
lama 3 (tiga) hari sejak tanggal penetapan keputusan KPU/KPU
Provinsi/KPU Kabupaten/Kota1.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Pemohon
dalam mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
masih dalam tenggat waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum2 .
2. OBJEK SENGKETA
Menimbang bahwa KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (pilih salah
satu) menetapkan Surat Keputusan/Berita Acara (pilih salah satu)
KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (diisi sesuai locus/tempat)
Nomor…. Tentang… pada tanggal… yang merugikan hak Pemohon karena
tidak ditetapkan sebagai calon peserta/peserta Pemilu.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 466 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Sengketa Proses Pemilu
merupakan sengketa peserta Pemilu dengan Penyelenggara Pemilu
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi,
dan keputusan KPU Kabupaten/Kota.3
1
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
2
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
3
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 92 -
4
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
5
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
6
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 93 -
7
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 94 -
8
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
9
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 95 -
dalam pokok-pokok permohonan dan jawaban serta dalil dan bukti yang
diajukan sebagai berikut:
Menimbang bahwa sebelum Majelis Adjudikasi menyampaikan pendapat
hukum, terlebih dahulu perlu disampaikan bahwa Majelis Adjudikasi telah
melaksanakan Mediasi yang dilaksanakan selama ….. hari yakni pada
Tanggal…..yang menghasilkan ketidaksepakatan mediasi sehingga harus
dilanjutkan dengan proses Adjudikasi berdasarkan ketentuan Pasal 468
ayat (4) Undang-Undang 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang
menyatakan bahwa dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang
bersengketa Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota
menyelesaikan Sengketa Proses Pemilu melalui adjudikasi dan berdasarkan
ketentuan Pasal… Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor…
Tahun 2022 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.10
Menimbang bahwa ….. (uraikan fakta-fakta yang relevan dengan pokok
permohonan dan jawaban termohon)
Menimbang berdasarkan ketentuan ….. (uraikan ketentuan hukum baik
asas-asas maupun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
fakta dan pokok permohonan serta jawaban termohon)
Menimbang bahwa ..... dengan demikian ….. (uraikan penilaian dan
pendapat berdasarkan fakta dan pokok permohonan serta jawaban termohon
dengan ketentuan hukum yang berlaku)
H. KESIMPULAN
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum dan pendapat
hukum sebagaimana diuraikan di atas, maka Majelis Adjudikasi menilai
dan berkesimpulan sebagai berikut:
1. Tenggat waktu pengajuan permohonan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. Surat Keputusan atau Berita Acara (pilih salah satu) yang diajukan
dalam permohonan merupakan objek Sengketa Proses Pemilu;
3. Pemohon dan Pihak Terkait (jika ada) memiliki kedudukan hukum (legal
standing) dalam mengajukan permohonan penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu;
4. Majelis Adjudikasi berwenang memeriksa dan memutus permohonan
Pemohon;
10
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 96 -
MEMUTUSKAN
ATAU
ATAU
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 97 -
Atau
Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi……./Bawaslu Kab…./Kota…..*),
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 98 -
Sekretaris
………………………
(nama jelas, NIP dan tanda tangan)
Catatan
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan nomor Register
***) : Diisi sesuai dengan nama partai politik jika permohonan diajukan oleh partai politik
****) : Coret yang tidak perlu
*****) : Diisi dengan pegawai yang mewakili lembaga
******) : Diisi sesuai dengan perintah Putusan
*******) : Diisi sesuai dengan waktu pelaksanaan pleno
********) : Diisi sesuai dengan anggota yang menghadiri pleno
*********) : Diisi sesuai dengan waktu pembacaan putusan
**********) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 99 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 100 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 101 -
PETIKAN PUTUSAN
Nomor Register:….**)
Terhadap
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 102 -
Membaca dst;
Mendengar dst;
Menimbang dst;
Mengingat dst;
MEMUTUSKAN
ATAU
ATAU
ATAU
ATAU
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 103 -
2. …..***)
3. Memerintahkan Termohon untuk menindaklanjuti putusan ini paling
lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak putusan ini dibacakan.
Atau
Jika terdapat majelis adjudikasi pengganti
Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu
Provinsi....../Bawaslu Kabupaten…./Kota.....*) pada hari… tanggal….bulan....
tahun.....****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..*****) masing-masing sebagai
Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan
dibacakan di hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari…
tanggal….bulan.... tahun.....******) oleh 1)………., 2)…………, 3)…………. *******)
masing-masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/ Bawaslu Provinsi…../
Bawaslu Kabupaten…../Kota…..*) dan……..sebagai majelis adjudikasi
pengganti serta dibantu oleh ………….. sebagai sekretaris.
Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi……./Bawaslu Kab…./Kota…..*),
Sekretaris
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 104 -
Catatan
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan nomor Register
***) : Diisi sesuai dengan perintah Putusan
****) : Diisi sesuai dengan waktu pelaksanaan pleno
*****) : Diisi sesuai dengan anggota yang menghadiri pleno
******) : Diisi sesuai dengan waktu pembacaan putusan
*******) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 105 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 106 -
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 107 -
TANDA TERIMA
SALINAN PUTUSAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor :…..*)
(tanda tangan dan nama jelas) (tanda tangan dan nama jelas)
Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor tanda terima salinan putusan mengacu pada penomoran persuratan
**) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
***) : Diisi sesuai dengan nomor register permohonan
****) : Diisi sesuai dengan waktu penyampaian salinan putusan
*****) : Diisi sesuai dengan jam penyampaian salinan putusan
https://jdih.bawaslu.go.id/
- 108 -
ttd.
RAHMAT BAGJA
https://jdih.bawaslu.go.id/
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR 528 TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF DAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM
jdih.kpu.go.id
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEDOMAN
TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF DAN
SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM.
KESATU : Menetapkan Pedoman Teknis Penanganan Pelanggaran
Administratif dan Sengketa Proses Pemilihan Umum
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Menetapkan Contoh Format Dokumen yang Digunakan dalam
Penanganan Pelanggaran Administratif dan Sengketa Proses
Pemilihan Umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Keputusan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Teknis dan Contoh Format Dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KESATU dan Diktum KEDUA menjadi
pedoman bagi Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
dalam menghadapi Pelanggaran Administratif dan Sengketa
Proses Pemilihan Umum.
jdih.kpu.go.id
jdih.kpu.go.id
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR 528 TAHUN 2022
TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF DAN SENGKETA
PROSES PEMILIHAN UMUM
jdih.kpu.go.id
-2-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan/atau Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan tahapan Pemilihan
Umum berpotensi untuk dipermasalahkan secara hukum. Potensi
permasalahan hukum tersebut timbul sebagai akibat dari ketidakpuasan
atau keberatan para pihak terhadap tata cara, prosedur dan/atau
mekanisme penyelenggaraan tahapan pemilihan umum. Demikian halnya
dengan produk hukum yang diterbitkan, baik berupa keputusan maupun
produk hukum lain yang memuat keputusan akhir atas serangkaian proses
penyelenggaraan tahapan pemilihan umum.
Dalam kerangka penegakan hukum pemilihan umum, Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum telah mengatur
mekanisme penanganan keberatan atas permasalahan hukum yang
ditimbulkan. Keberatan para pihak mengenai tata cara, prosedur atau
mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilihan
umum dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan umum
diselesaikan melalui mekanisme penanganan pelanggaran administratif
pemilihan umum oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas
Pemilihan Umum Provinsi atau Badan Pengawas Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota. Sedangkan keberatan para pihak terhadap keputusan
yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum
Provinsi, dan/atau Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota diselesaikan
melalui mekanisme penanganan sengketa proses pemilihan umum oleh
Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum
Provinsi atau Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dan
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Selanjutnya, memperhatikan kedudukan Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota dalam penanganan pelanggaran administratif pemilihan
umum dan sengketa proses pemilihan umum tidak menutup kemungkinan
selain menjadi pihak terlapor dalam penanganan pelanggaran administratif
pemilihan umum dan/atau termohon atau tergugat dalam sengketa proses
pemilihan umum, juga berpotensi menjadi pihak yang memberikan
jdih.kpu.go.id
-3-
jdih.kpu.go.id
-4-
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Teknis ini meliputi:
1. pelanggaran administratif pemilihan umum;
2. sengketa proses pemilihan umum di Badan Pengawas Pemilihan
Umum;
3. sengketa proses pemilihan umum di Pengadilan Tata Usaha Negara;
dan
4. pengawasan, pengendalian internal, dan pelaporan.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109); dan
2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata
Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 320), sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5
Tahun 2022 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 984).
E. Pengertian Umum
Dalam Pedoman Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah
lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri dalam melaksanakan Pemilu.
jdih.kpu.go.id
-5-
jdih.kpu.go.id
-6-
jdih.kpu.go.id
-7-
21. Alat Bukti mencakup keterangan saksi, surat atau tulisan, petunjuk,
dokumen elektronik, keterangan pelapor/penemu/pemohon/
penggugat atau keterangan terlapor/termohon/tergugat dalam sidang
pemeriksaan dan/atau keterangan ahli.
22. Daftar Alat Bukti adalah daftar yang berisi susunan Alat Bukti yang
diajukan untuk menguatkan bantahan atau jawaban terlapor/
termohon/tergugat baik berupa keterangan saksi, surat atau tulisan,
petunjuk, dokumen elektronik, keterangan pelapor/penemu/
pemohon/penggugat atau keterangan terlapor/termohon/tergugat
dalam sidang pemeriksaan dan/atau keterangan ahli.
23. Kesimpulan adalah naskah/surat yang menguatkan Jawaban atau
bantahan terhadap dalil laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu atau permohonan atau gugatan Pemohon atau
Penggugat pada Sengketa Proses Pemilu berdasarkan fakta dan
kejadian di persidangan disertai muatan uraian pembuktian.
24. Laporan adalah surat/naskah yang berisi catatan hasil persidangan
atau proses yang dialami selama penanganan laporan atau temuan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan/atau permohonan atau
gugatan Sengketa Proses Pemilu.
25. Pendapat Hukum adalah surat/naskah yang memuat telaahan hukum
mengenai suatu persoalan yang diajukan dalam laporan atau temuan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan/atau permohonan atau
gugatan Sengketa Proses Pemilu yang berbentuk arahan, saran
dan/atau rekomendasi.
26. Pendampingan Hukum adalah kegiatan yang dilakukan oleh KPU,
dan/atau KPU Provinsi untuk menjadi kuasa hukum, memberikan
keterangan, memberikan konsultasi hukum, memfasilitasi penyiapan
data/informasi dan berkoordinasi, dan/atau mendampingi jajaran
KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota.
jdih.kpu.go.id
-8-
BAB II
PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM
A. Persiapan
1. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota untuk
mendapatkan informasi sidang pemeriksaan, dokumen panggilan
sidang pemeriksaan, dokumen jadwal sidang pemeriksaan, dan
dokumen laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu.
2. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis potensi permasalahan atas laporan atau temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
3. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan untuk menyusun Jawaban dan
dituangkan dalam Daftar Inventarisasi Masalah. Daftar Inventarisasi
Masalah berupa tabel yang memuat pokok permasalahan yang
dihadapi, keterkaitannya dengan regulasi yang relevan, dan alternatif
pemecahan/solusi untuk mengatasi permasalahan dalam dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu sebagai bahan dalam menyusun
Jawaban terlapor. Contoh Daftar Inventarisasi Masalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
4. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun Kronologi
permasalahan atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu. Kronologi memuat penjelasan secara lengkap
urutan waktu dan tempat kejadian disertai tanda tangan identitas
pembuat Kronologi. Contoh Kronologi tercantum dalam Lampiran II
Keputusan.
5. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan gelar
perkara atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu. Gelar perkara atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu merupakan proses pemetaan permasalahan
pokok laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.
Gelar perkara dapat dilakukan dengan cara pengujian terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, Kronologi, dan/atau Alat
Bukti yang dijadikan dasar dalam pokok laporan atau temuan untuk
menyusun pokok-pokok Jawaban terlapor.
jdih.kpu.go.id
-9-
jdih.kpu.go.id
- 10 -
jdih.kpu.go.id
- 11 -
jdih.kpu.go.id
- 12 -
jdih.kpu.go.id
- 13 -
jdih.kpu.go.id
- 14 -
jdih.kpu.go.id
- 15 -
jdih.kpu.go.id
- 16 -
jdih.kpu.go.id
- 17 -
jdih.kpu.go.id
- 18 -
Gambar 2.1
Mempelajari dan
Pelanggaran Menganalisis Laporan Menyusun Daftar
Administratif atau Temuan Dugaan Inventarisasi
Pemilu Pelanggaran Masalah
Administratif Pemilu
jdih.kpu.go.id
- 19 -
Gambar 2.2
Pembacaan
Sidang Pembacaan
Laporan atau
Pemeriksaan Jawaban
Temuan
Pembacaan
Pembuktian Kesimpulan
Putusan
jdih.kpu.go.id
- 20 -
Gambar 2.3.1
Amar Putusan Menyatakan Terlapor Terbukti
Amar Putusan
Menyatakan Mempelajari Mendokumen-
Terlapor Terbukti Putusan tasikan Putusan
Menyampaikan
Tindak Lanjut Melaporkan
Putusan Kepada kepada Ketua
Bawaslu, Bawaslu Melaksanakan KPU, KPU
Provinsi, atau Putusan Provinsi
Bawaslu dan/atau KPU
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Gambar 2.3.2
Amar Putusan Menyatakan Terlapor Tidak Terbukti
Amar Putusan
Menyatakan Terlapor Mempelajari Putusan
Tidak Terbukti
jdih.kpu.go.id
- 21 -
Gambar 2.3.3
Putusan Dalam Bentuk Rekomendasi
Gambar 2.3.4
Putusan Salah Dalam Menerapkan Hukum
jdih.kpu.go.id
- 22 -
Gambar 2.3.5
Terdapat Permintaan Koreksi atas Putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota oleh Pelapor atau Penemu
Permintaan Koreksi
atas Putusan Bawaslu Mempelajari Putusan
Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota
jdih.kpu.go.id
- 23 -
Gambar 2.4
jdih.kpu.go.id
- 24 -
Gambar 2.5
jdih.kpu.go.id
- 25 -
BAB III
SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM
DI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
A. Mediasi
1. Persiapan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan informasi pelaksanaan
mediasi, dokumen panggilan mediasi, dokumen salinan pokok
permohonan pemohon, dokumen jadwal mediasi, dan/atau
dokumen lain terkait dengan proses mediasi yang diperlukan.
b. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis pokok permohonan pemohon.
c. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan untuk mediasi, sebagai bahan
untuk menyampaikan pernyataan sikap/tanggapan mengenai
permohonan Pemohon, dan melakukan verifikasi data/informasi
yang disusun dalam Daftar Inventarisasi Masalah. Contoh Daftar
Inventarisasi Masalah tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
d. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun SKK
dan surat tugas. SKK memuat identitas pemberi dan penerima
kuasa yang paling kurang memuat nama, alamat,
jabatan/pekerjaan para pihak, pemberian sifat kuasa, perbuatan
yang dikuasakan, pemberian hak substitusi (jika diperlukan),
tempat dan waktu pemberian kuasa, dan tanda tangan pemberi
dan penerima kuasa dengan dibubuhi meterai. Contoh SKK
tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
Ketentuan mengenai pemberi dan penerima kuasa di lingkungan
KPU dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
jdih.kpu.go.id
- 26 -
jdih.kpu.go.id
- 27 -
jdih.kpu.go.id
- 28 -
B. Sidang Adjudikasi
1. Persiapan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan informasi pelaksanaan
sidang adjudikasi, dokumen permohonan, dokumen panggilan
sidang adjudikasi, dan/atau dokumen lain terkait dengan proses
sidang adjudikasi.
b. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis pokok perkara dalam permohonan Sengketa Proses
Pemilu.
c. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan untuk menyusun Jawaban
permohonan pemohon dalam sidang adjudikasi, melakukan
verifikasi data/informasi dan dituangkan dalam Daftar
Inventarisasi Masalah. Daftar Inventarisasi Masalah berupa tabel
yang memuat pokok permasalahan yang dihadapi, keterkaitannya
jdih.kpu.go.id
- 29 -
jdih.kpu.go.id
- 30 -
jdih.kpu.go.id
- 31 -
jdih.kpu.go.id
- 32 -
2. Pelaksanaan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan persiapan sidang adjudikasi melaksanakan
tahapan sebagai berikut:
1) setelah mendapatkan panggilan sidang, KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota:
a) menyusun Jawaban berdasarkan permohonan
Sengketa Proses Pemilu dan ditandatangani oleh
termohon yang memuat:
(1) perihal Jawaban berdasarkan nomor permohonan
Sengketa Proses Pemilu;
(2) identitas termohon;
(3) pokok-pokok permohonan Sengketa Proses Pemilu;
(4) eksepsi (jika diperlukan):
(a) legal standing pemohon;
(b) obscuur libel;
(c) error in persona;
(d) error in objecto; atau
(e) dll.
(5) Jawaban atas pokok permohonan Sengketa Proses
Pemilu disertai dengan Alat Bukti; dan
(6) Petitum; dan
b) menetapkan daftar Alat Bukti;
2) memastikan kembali jadwal sidang 3 (tiga) jam sebelum
sidang adjudikasi dilaksanakan;
3) melakukan koordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terjadi perubahan
jadwal sidang adjudikasi;
4) memastikan Jawaban, Alat Bukti, dan Daftar Alat Bukti
memiliki jumlah rangkap sesuai dengan ketentuan untuk
disampaikan dalam sidang adjudikasi; dan
5) memastikan kembali dokumen SKK dan surat tugas,
Jawaban atau keterangan pihak terkait, Alat Bukti, Daftar
Alat Bukti, dan menyiapkan data/informasi yang relevan
dengan pokok permohonan serta memastikan kesediaan
saksi dan/atau ahli yang dibutuhkan saat pelaksanaan
sidang adjudikasi.
jdih.kpu.go.id
- 33 -
jdih.kpu.go.id
- 34 -
jdih.kpu.go.id
- 35 -
jdih.kpu.go.id
- 36 -
BAB IV
SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM
DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
A. Persiapan
1. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis uraian pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu di
Pengadilan Tata Usaha Negara.
2. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan dan melakukan verifikasi
data/informasi yang disusun dalam Daftar Inventarisasi Masalah yang
diuraikan dalam gugatan sebagai bahan menyusun Jawaban gugatan
Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara.
3. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun Kronologi
terkait pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu yang memuat identitas
pembuat Kronologi, waktu dan tempat kejadian, penjelasan mengenai
fakta yang dilakukan tergugat dari aspek kewenangan, prosedur
dan/atau substansi yang melatarbelakangi diajukannya gugatan
secara lengkap dan urut, serta nama pembuat Kronologi. Contoh
Kronologi tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
4. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan gelar
perkara atas gugatan Sengketa Proses Pemilu. Gelar perkara atas
permohonan Sengketa Proses Pemilu merupakan proses pemetaan
permasalahan pokok permohonan Sengketa Proses Pemilu. Gelar
perkara dapat dilakukan dengan cara pengujian terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, Kronologi, dan/atau Alat Bukti yang
dijadikan dasar dalam pokok permohonan untuk menyusun pokok-
pokok Jawaban tergugat.
5. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun SKK dan
surat tugas dalam hal kuasa diberikan kepada pejabat dan/atau
pegawai Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, atau
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota, jaksa pengacara negara dan/atau
advokat. Contoh SKK tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
Ketentuan mengenai pemberi dan penerima kuasa di lingkungan KPU
dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
jdih.kpu.go.id
- 37 -
jdih.kpu.go.id
- 38 -
jdih.kpu.go.id
- 39 -
b. Ahli
1) Ahli yang dihadirkan harus memenuhi kualifikasi yaitu
memiliki relevansi antara kepakaran/keilmuan atas pokok
gugatan Sengketa Proses Pemilu.
2) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
daftar nama Ahli yang diperlukan.
3) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
dan menyampaikan surat permohonan pengajuan ahli yang
diperlukan kepada kepaniteraan/majelis hakim Pengadilan
Tata Usaha Negara.
10. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota memastikan kesiapan
SKK dan surat tugas, Jawaban atau keterangan pihak terkait, Alat
Bukti, dan Daftar Alat Bukti, serta memastikan kembali kesediaan
saksi dan/atau ahli yang dibutuhkan saat pelaksanaan sidang
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.
11. Pelaksanaan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan persiapan sidang Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara dengan tahapan sebagai
berikut:
1) menyusun Jawaban berdasarkan gugatan Sengketa Proses
Pemilu dan ditandatangani oleh tergugat yang memuat:
a) perihal Jawaban berdasarkan nomor gugatan Sengketa
Proses Pemilu;
b) identitas tergugat;
c) pokok-pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu;
d) eksepsi (jika diperlukan):
(1) legal standing penggugat;
(2) obscuur libel;
(3) error in persona;
(4) error in objecto; atau
(5) dll.
e) Jawaban atas pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu
disertai dengan Alat Bukti; dan
f) petitum.
2) memastikan kembali jadwal sidang 3 (tiga) jam sebelum
sidang Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dilaksanakan;
jdih.kpu.go.id
- 40 -
jdih.kpu.go.id
- 41 -
jdih.kpu.go.id
- 42 -
jdih.kpu.go.id
- 43 -
jdih.kpu.go.id
- 44 -
Gambar 3.1
Mengumpulkan
Mempelajari dan
data/informasi guna
Panggilan Sidang Menganalisis
Menyusun Daftar
Mediasi Permohonan
Inventarisasi
Pemohon
Masalah
Memastikan
Kesiapan Anggota Memastikan
KPU, KPU Provinsi, Kesiapan SKK dan
atau KPU Surat Tugas untuk
Kabupaten/Kota menghadiri Sidang
yang hadir dalam Mediasi
Sidang Mediasi
jdih.kpu.go.id
- 45 -
Gambar 3.2.1
Mediasi Mencapai Kesepakatan
Mendokumentasikan
Mempelajari hasil
atau Mengarsipkan Hasil
kesepakatan Mediasi
Mediasi
Melaporkan hasil
Mediasi yang telah
Melaksanakan hasil mencapai kesepakatan
Kesepakatan kepada Ketua KPU, KPU
Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota
jdih.kpu.go.id
- 46 -
Gambar 3.2.2
Mediasi Tidak Sepakat
Mendokumentasikan
Mempelajari hasil atau mengarsipkan hasil
Mediasi yang tidak sidang mediasi yang
tercapai kesepakatan tidak tercapai
kesepakatan
Mengumpulkan
Menyampaikan Laporan data/informasi yang
hasil Mediasi kepada diperlukan sebagai
Ketua KPU, KPU bahan menyusun
Provinsi, dan/atau KPU strategi dalam
Kabupaten/Kota menghadapi Sidang
Adjudikasi
Gambar 3.2.3
Permohonan Gugur
Mendokumentasikan
Mempelajari hasil
atau mengarsipkan hasil
Mediasi atas gugurnya
Mediasi atas gugurnya
Permohonan
permohonan
Menyampaikan laporan
Mediasi kepada Ketua
KPU, KPU Provinsi,
dan/atau KPU
Kabupaten/Kota
jdih.kpu.go.id
- 47 -
Gambar 3.3
Berkordinasi dengan
Bawaslu, Bawaslu Mempelajari dan
Provinsi, dan/atau menganalisis pokok Mengumpulkan
Bawaslu Permohonan dalam data/informasi guna
Kabupaten/Kota Penyelesaian Menyusun Daftar
mengenai Sengketa Proses Inventarisasi Masalah
pelaksanaan sidang Pemilu
Adjudikasi
Melaksanakan Gelar
Menyusun Kronologi
Perkara
jdih.kpu.go.id
- 48 -
Gambar 3.4
Menyampaikan
Memastikan surat Jawaban,
Sidang Adjudikasi Keabsahan SKK dokumen Alat
Pihak Pemohon Bukti, dan Daftar
Alat Bukti
Menghadirkan saksi
Menyampaikan
dan/atau ahli jika
Kesimpulan
diperlukan
jdih.kpu.go.id
- 49 -
Gambar 3.5.1
Amar Putusan Dikabulkan
Menyampaikan
Mendokumentasi Putusan kepada
Mempelajari kan dan Ketua KPU, KPU
Putusan Mengarsipkan Provinsi,
Putusan dan/atau KPU
Kabupaten/Kota
Menyampaikan
tindak lanjut Melaksanakan
Putusan kepada Putusan
Bawaslu
jdih.kpu.go.id
- 50 -
Gambar 3.5.2
Amar Putusan Ditolak
Mendokumentasikan
Mempelajari
dan Mengarsipkan
Putusan
Putusan
Menyusun Mengumpulkan
Strategi untuk data/informasi Menyampaikan
menghadapi sebagai bahan Laporan Hasil
Gugatan menghadapi Sidang kepada
Sidang Gugatan Ketua KPU, KPU
Sengketa Proses Sengketa Proses Provinsi, dan/atau
di Pengadilan Pemilu di KPU
Tata Usaha Pengadilan Tata Kabupaten/Kota
Negara Usaha Negara
jdih.kpu.go.id
- 51 -
Gambar 3.6
Mempelajari dan
Menerima panggilan menganalisis gugatan
sidang Sengketa Proses
Pemilu
Mengumpulkan
data/informasi guna Menyusun Kronologi
Menyusun Daftar
Inventarisasi Masalah
Menyusun Telaah
Menyusun Jawaban
Hukum
Memastikan kesiapan
Melakukan Analisis seluruh dokumen
Kebutuhan untuk Jawaban dan
Menghadirkan Saksi memastikan kembali
dan/atau Ahli kesediaan saksi
dan/atau ahli
jdih.kpu.go.id
- 52 -
Gambar 3.7
Sidang Memastikan
Mendengar Pokok
Penyelesaian Keabsahan SKK
Gugatan
Sengketa Proses Pihak Penggugat
Menyampaikan
Menghadirkan
Surat Jawaban,
Saksi dan/atau
Dokumen Alat
Ahli Jika
Bukti, dan Daftar
Diperlukan
Alat Bukti
jdih.kpu.go.id
- 53 -
Gambar 3.8.1
Amar Putusan Dikabulkan
Mendokumentasikan
Mempelajari
dan Mengarsipkan
Putusan
Putusan
Menyampaikan
Menyampaikan
Putusan kepada Ketua
tindak lanjut Melaksanakan
KPU, KPU Provinsi,
Putusan kepada Putusan
dan/atau KPU
Bawaslu
Kabupaten/Kota
Gambar 3.8.2
Amar Putusan Ditolak
Mendokumentasikan dan
Mempelajari Putusan
Mengarsipkan Putusan
Menyampaikan Laporan
Hasil Sidang kepada Ketua
KPU, KPU Provinsi,
dan/atau KPU
Kabupaten/Kota
jdih.kpu.go.id
- 54 -
Gambar 3.9
jdih.kpu.go.id
- 55 -
Gambar 3.10
jdih.kpu.go.id
- 56 -
BAB V
PENGAWASAN, PENGENDALIAN INTERNAL, DAN PELAPORAN
B. Pelaporan Akhir
1. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun Laporan
akhir Penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu dan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu dengan langkah sebagai berikut:
a. mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyusun
data/informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan Laporan;
b. menyusun Laporan akhir Penanganan Pelanggaran Administratif
Pemilu dan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu, yang memuat
pokok laporan atau temuan dalam proses Penanganan
Pelanggaran Administratif Pemilu, dan/atau permohonan atau
gugatan dalam Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu. Contoh
Laporan akhir tercantum dalam Lampiran II Keputusan; dan
c. mendokumentasikan dan mengarsipkan seluruh dokumen terkait
dengan proses Penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu dan
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.
2. KPU Provinsi menyampaikan Laporan Penanganan Pelanggaran
Administratif Pemilu dan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu kepada
KPU.
3. KPU Kabupaten/Kota menyampaikan Laporan Penanganan
Pelanggaran Administratif Pemilu dan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi.
jdih.kpu.go.id
jdih.kpu.go.id
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR 528 TAHUN 2022
TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF DAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM
jdih.kpu.go.id
-2-
ALTERNATIF
NO. ISU STRATEGIS INVENTARISASI MASALAH PENYELESAIAN
MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
jdih.kpu.go.id
-3-
KRONOLOGI
TENTANG
-----
(diisi dengan jenis/klasifikasi permasalahan)
(Nama Penyusun)
jdih.kpu.go.id
-4-
I. IDENTITAS TERLAPOR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : (Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Jabatan : Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : (Domisili Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
Nomor Telepon/HP : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum --- )
Nomor Faksimile : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
jdih.kpu.go.id
-5-
jdih.kpu.go.id
-6-
Bahwa
2. objek sengketa dalam hal ini
Keputusan/Berita Acara Komisi Pemilihan
Umum --- tentang --- ditetapkan dan
diumumkan pada tanggal ---, bulan ---, tahun --
-, yang mana telah disampaikan kepada Pelapor
pada tanggal ---, bulan ---, tahun ---
sebagaimana tanda terima Komisi Pemilihan
Umum --- (Bukti T - ...);
3. Bahwa berdasarkan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2., seharusnya Pelapor
mengajukan Laporanya paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak ditetapkannya atau diketahuinya
objek sengketa atau setidak-tidaknya diajukan
paling lambat tanggal ---, bulan ---, tahun ---,
akan tetapi faktanya berdasarkan registrasi
Laporan (Bukti T -...), Pelapor mengajukan
Laporannya tanggal ---, bulan ---, tahun --- atau
melewati waktu yang ditentukan untuk dapat
diajukan sebagai Pelanggaran Administratif
Pemilu; dan
4. Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2, dan 3, cukup patut dan
beralasan hukum bagi Majelis Pemeriksa
Bawaslu --- untuk menolak Laporan A quo atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvankelijk verklaard).
3. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pelapor
Contoh : 1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
huruf a Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018
tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilu, pada pokoknya mengatur hal-hal sebagai
berikut:
Pasal 21
(1) Pelapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
dan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yaitu:
a. Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak
pilih;
b. Peserta Pemilu; dan/atau
c. Pemantau Pemilu.
2. Bahwa berdasarkan Keputusan Komisi
Pemilihan Umum --- tentang Penetapan
Pasangan Calon --- tanggal ---, bulan ---, tahun -
--, Komisi Pemilihan Umum ---menetapkan
Pasangan Calon dengan nomor urut --- atas
nama:
a. Prof. Gabriel Omar Fakhrul Huda, S.H., M.H.
sebagai calon Presiden---; dan
b. Dr. Fernando Oziqiel Sanjaya, S.E., M.E.
sebagai calonWakil Presiden ---.
3. Bahwa berdasarkan Laporan yang diajukan
Pelapor, Laporan hanya ditandatangani oleh
salah seorang calon yaitu atas nama Prof. Gabriel
Omar Fakhrul Huda, S.H., M.H. sebagai calon
Presiden (Vide Laporan Pelapor); dan
4. Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2, dan 3, cukup patut dan
beralasan hukum bagi Majelis Pemeriksa
Bawaslu --- untuk menolak Laporan A quo atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvankelijk verklaard).
4. Surat Kuasa Khusus Tidak Sah
(berkaitan dengan eksepsi yang diajukan oleh Terlapor dalam hal
surat kuasa bersifat umum, surat kuasa dibuat orang yang tidak
berwenang atau surat kuasa yang diajukan oleh kuasa Pelapor
tidak sah karena tidak memenuhi syarat formil, yaitu: a. tidak
jdih.kpu.go.id
-7-
jdih.kpu.go.id
-8-
III. Petitum
(menguraikan petitum/permintaan kepada Yang Mulia Majelis
Pemeriksa/Adjudikasi atas Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon)
Contoh : Berdasarkan uraian, fakta, bukti, dan dasar hukum
sebagaimana tersebut di atas, terbukti bahwa
Terlapor/Termohon telah melaksanakan tugas, wewenang, dan
kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sebagaimana prosedur yang berlaku dan tidak terbukti adanya
pelanggaran tahapan penyelenggara Pemilu sebagaimana yang
telah didalilkan oleh Pelapor/Pemohon dalam Laporannya/
Permohonannya.
Hormat Kami
Kuasa Hukum Terlapor,
jdih.kpu.go.id
-9-
Dengan hormat,
Bersama ini …… (diisi dengan kedudukan KPU dalam Penyelesaian Pelanggaran
Administratif/Sengketa Proses Pemilu), mengajukan bukti-bukti sebagai berikut:
jdih.kpu.go.id
- 10 -
jdih.kpu.go.id
- 11 -
jdih.kpu.go.id
- 12 -
Hormat Kami
Kuasa Hukum Terlapor,
jdih.kpu.go.id
- 13 -
LAPORAN
PELAKSANAAN TUGAS MENGHADIRI SIDANG PELANGGARAN
ADMINISTRATIF/SENGKETA PROSES PEMILU DI ......................
DALAM LAPORAN/PERMOHONAN NOMOR ........... TERKAIT
..........................................
A. MATERI LAPORAN/PERMOHONAN
1. Para Pihak
Nama : ....................
Alamat : ....................
Pekerjaan : ....................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak PELAPOR/PEMOHON**);
Nama : ...................................................***)
Jabatan/Pekerjaan : ...................................................****)
Alamat : ...................................................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak TERLAPOR/TERMOHON**).
2. Objek Laporan/Permohonan
......................................................................................................
3. Pokok Laporan/Permohonan
......................................................................................................
2. Tujuan Penugasan
Untuk menghadiri persidangan lanjutan dan melakukan Pembelaan
Hukum dalam Laporan/Pemohonan Nomor
………………………………………………………………………………………….
3. Waktu dan Tempat Penugasan
Hari, tanggal : ......................................
Pukul : ......................................
Tempat : ......................................
4. Agenda Pemeriksaan
Telah dilaksanakan permeriksaan sebanyak ..... kali, yaitu:
a) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
b) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
c) dst
5. Pelaksana
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................
jdih.kpu.go.id
- 14 -
d) dst
6. Hasil Pelaksanaan Penugasan
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................
d) dst
7. Agenda Pemeriksaan Selanjutnya
Agenda Pemeriksaan ke-.... selanjutnya akan dilaksanakan pada hari
......., tanggal ...... dengan agenda ......................................................
Pelaksana Tugas,
…………………………………
Catatan:
*) : Kop menyesuaikan berdasarkan pembuat Laporan
**) : Jumlah pengisian Identitas Pemohon dan/atau Termohon disesuaikan
Termohon
****): Pengisiannya bersifat opsional, apabila pada bagian “Nama” yang diisi adalah
nama lembaga/instansi, maka bagian “Jabatan/Pekerjaan” dihapus saja
jdih.kpu.go.id
- 15 -
... ... ... ... ... ...(alinea pembuka) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...(alinea isi memuat hasil pelaksanaan tindak lanjut putusan) ...
... ... ... ... ... ...…. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...(alinea penutup) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Tembusan:
1. … …
2. … …
3. … …
jdih.kpu.go.id
- 16 -
KRONOLOGI
TENTANG
…………………….
(diisi dengan jenis/klasifikasi permasalahan)
-------(Alinea pembuka)----------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------.
-------(Alinea isi, memuat urutan terjadinya permasalahan memuat
urutan terjadinya permasalahan berdasarkan waktu, tempat, dan uraian
kejadian)---------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------.
-------(Alinea penutup)-----------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------.
Jabatan Penyusun Kronologi,
(Nama Penyusun)
jdih.kpu.go.id
- 17 -
I. IDENTITAS TERGUGAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : (Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Jabatan : Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : (Domisili Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
Nomor Telepon/HP : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum --- )
Nomor Faksimile : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
jdih.kpu.go.id
- 18 -
jdih.kpu.go.id
- 19 -
jdih.kpu.go.id
- 20 -
jdih.kpu.go.id
- 21 -
Hormat Kami
Kuasa Hukum Penggugat,
jdih.kpu.go.id
- 22 -
J. Contoh Daftar Alat Bukti dalam Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata
Usaha Negara
Dengan hormat,
Bersama ini …… (diisi dengan kedudukan KPU dalam Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara), mengajukan bukti-bukti sebagai berikut
Demikian bukti-bukti yang kami ajukan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
………….
(Diisi dengan kedudukan KPU dalam Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu),
jdih.kpu.go.id
- 23 -
LAPORAN
PELAKSANAAN TUGAS MENGHADIRI SIDANG SENGKETA PROSES PEMILU
DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA ......................
DALAM GUGATAN NOMOR ........... TERKAIT ..........................................
A. MATERI GUGATAN
1. Para Pihak
Nama : ....................
Alamat : ....................
Pekerjaan : ....................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak PENGGUGAT**)
Nama : ....................***)
Alamat : ....................****)
Pekerjaan : ....................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak TERGUGAT**)
2. Objek Gugatan
....................................................................................................
3. Pokok Gugatan
....................................................................................................
B. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
1. Dasar Hukum
Dasar hukum dilaksanakannya tugas menghadiri persidangan di
Pengadilan ........................................................................ yaitu:
a) Surat Pemberitahuan..................... Nomor ....................;
b) Surat Kuasa Khusus Nomor ..........................................; dan
c) Surat Tugas Nomor ........................................................
2. Tujuan Penugasan
Untuk menghadiri persidangan lanjutan dan melakukan pembelaan
hukum dalam Gugatan Nomor …………………………..………………….
3. Waktu dan Tempat Penugasan
Hari, tanggal : ......................................
Pukul : ......................................
Tempat : ......................................
4. Agenda Pemeriksaan
Telah dilaksanakan pemeriksaan sebanyak ..... kali, yaitu:
a) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
b) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
c) dst
5. Pelaksana
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................
jdih.kpu.go.id
- 24 -
d) dst
6. Hasil Pelaksanaan Penugasan
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................
d) dst
7. Agenda Pemeriksaan Selanjutnya
Agenda Pemeriksaan ke-.... selanjutnya akan dilaksanakan pada hari
......., tanggal, ...... dengan agenda ......................................................
Pelaksana Tugas,
………………………………………
Catatan:
*) : Kop menyesuaikan berdasarkan pembuat Laporan.
**) : Jumlah pengisian identitas Penggugat dan/atau Tergugat disesuaikan
dengan banyaknya jumlah Penggugat dan/atau Tergugat dalam perkara
tersebut.
***) : Dapat berupa nama individu maupun nama lembaga/instansi yang dijadikan
Tergugat.
****) : Pengisiannya bersifat opsional, apabila pada bagian “Nama” yang diisi adalah
nama lembaga/instansi, maka bagian “Jabatan/Pekerjaan” dihapus saja.
jdih.kpu.go.id
- 25 -
Yth. ........
Tembusan Yth:
1. ………;
2. ………;
3. dst.
jdih.kpu.go.id
- 26 -
(dst. ….)
jdih.kpu.go.id
- 27 -
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjelaskan mengenai kronologi dan/atau landasan hukum Penyelesaian
Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu yang sedang dihadapi
dan/atau ditangani.
B. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
Penyelesaian Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu yang
sedang dihadapi dan/atau ditangani.
C. Sistematika Laporan
Berisi format, susunan, dan urutan pembahasan dalam laporan
Penyelesaian Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu yang
sedang dihadapi dan/atau ditangani.
2. Dst.
B. Tahapan Penyelenggaraan
1. Tahapan/Kegiatan: (Nama Tahapan/Kegiatan)
Rincian Tanggal Anggaran yang
No Peserta Output
Kegiatan Kegiatan dibutuhkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Dst.
Penjelasan pengisian kolom:
Kolom (1) : Diisi nomor urut.
Kolom (2) : Diisi dengan nama kegiatan yang dilaksanakan.
Kolom (3) : Diisi dengan tanggal kegiatan yang dilaksanakan.
Kolom (4) : Disi dengan jumlah anggaran yang digunakan pada pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Kolom (5) : Diisi dengan nama pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Kolom (6) : Diisi dengan hasil pelaksanaan kegiatan.
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan yang merupakan hasil kegiatan Penyelesaian Pelanggaran
Administratif atau Sengketa Proses Pemilu yang sudah dilaksanakan. Selain
kesimpulan juga dapat disampaikan rekomendasi mengenai saran dan pendapat
hukum untuk menyempurnakan pengaturan berkenaan dengan Penyelesaian
Pelanggaran Administratif atau Sengketa Proses Pemilu tersebut.
jdih.kpu.go.id
jdih.kpu.go.id