Anda di halaman 1dari 261

KOMPILASI PERATURAN BAWASLU DAN KEPUTUSAN KPU TERKAIT

PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI DAN SENGKETA PROSES

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2022
TENTANG
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILIHAN UMUM

NOMOR 9 TAHUN 2022


TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM


NOMOR 528 TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF DAN
SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2022
TENTANG
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai penyelesaian pelanggaran


administratif pemilihan umum yang diatur dalam
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8
Tahun 2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilihan Umum sudah tidak sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum sehingga perlu
diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal
465 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum, perlu menetapkan Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum tentang Penyelesaian
Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6109);
2. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2018 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Organisasi, dan
Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas
Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan
Umum Provinsi, dan Sekretariat Badan Pengawas
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 141);
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 1
Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat
Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat
Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan
Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
411);

.id/
-2-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILIHAN UMUM.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Presiden dan Wakil Presiden adalah Presiden dan Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR
adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
4. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD
adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Peserta Pemilu adalah partai politik untuk Pemilu anggota
DPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD
Kabupaten/Kota, perseorangan untuk Pemilu anggota
DPD, dan Pasangan Calon yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik untuk Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden.
7. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang
selanjutnya disebut Pasangan Calon adalah pasangan
calon peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang telah memenuhi persyaratan.
8. Partai Politik Peserta Pemilu adalah partai politik yang
telah memenuhi persyaratan sebagai Peserta Pemilu
anggota DPR, anggota DPRD Provinsi, dan anggota DPRD
Kabupaten/Kota.
9. Perseorangan Peserta Pemilu adalah perseorangan yang
telah memenuhi persyaratan sebagai Peserta Pemilu

https://jdih.bawaslu.go.id/
-3-

anggota DPD.
10. Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang
sebagai Warga Negara.
11. Pemilih adalah WNI yang sudah genap berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah
kawin.
12. Pengawas Pemilu adalah lembaga yang mengawasi
penyelenggaraan Pemilu yang meliputi Badan Pengawas
Pemilu, Badan Pengawas Pemilu Provinsi, Badan
Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas
Pemilu Kecamatan, Panitia Pengawas Pemilu
Kelurahan/Desa, Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri,
dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara.
13. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut
Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
14. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut
Bawaslu Provinsi adalah badan yang mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi, termasuk
Panitia Pengawas Pemilihan Provinsi Aceh.
15. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut Bawaslu Kabupaten/Kota adalah
badan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
wilayah kabupaten/kota, termasuk Panitia Pengawas
Pemilihan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Provinsi
Aceh.
16. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang selanjutnya
disebut Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang
dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah Kecamatan atau
sebutan lain.
17. Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa yang
selanjutnya disebut Panwaslu Kelurahan/Desa adalah
petugas yang dibentuk Panwaslu Kecamatan untuk
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah
Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
18. Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri yang selanjutnya
disebut Panwaslu LN adalah petugas yang dibentuk oleh
Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
luar negeri.
19. Pengawas Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya
disebut Pengawas TPS adalah petugas yang dibentuk oleh
Panwaslu Kecamatan untuk membantu Panwaslu
Kelurahan/Desa.
20. Pemantau Pemilu adalah lembaga swadaya masyarakat,
badan hukum, lembaga pemantau dari luar negeri,
lembaga pemilihan luar negeri, dan perwakilan negara
sahabat di Indonesia yang mendaftar kepada Bawaslu dan
telah memperoleh akreditasi dari Bawaslu.
21. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU
adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan Pemilu.

https://jdih.bawaslu.go.id/
-4-

22. Komisi Pemilihan Umum Provinsi yang selanjutnya


disebut KPU Provinsi adalah penyelenggara Pemilu di
wilayah Provinsi, termasuk Komisi Independen Pemilu
Provinsi Aceh.
23. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota yang disebut
disingkat KPU Kabupaten/Kota adalah penyelenggara
Pemilu di wilayah Kabupaten/Kota, termasuk Komisi
Independen Pemilihan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah
Provinsi Aceh.
24. Panitia Pemilihan Kecamatan yang selanjutnya disingkat
PPK adalah panitia yang dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat
kecamatan atau nama lain.
25. Panitia Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat PPS
adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan Pemilu di tingkat kelurahan/desa
atau nama lain.
26. Panitia Pemilihan Luar Negeri yang selanjutnya disingkat
PPLN adalah panitia yang dibentuk oleh KPU untuk
melaksanakan Pemilu di luar negeri.
27. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang
selanjutnya disingkat KPPS adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan
suara di tempat pemungutan suara.
28. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri
yang selanjutnya disingkat KPPSLN adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPLN untuk melaksanakan pemungutan
suara di tempat pemungutan suara luar negeri.
29. Pelapor adalah pihak yang berhak melaporkan dugaan
pelanggaran Pemilu.
30. Terlapor adalah pihak yang diduga melakukan
Pelanggaran Pemilu.
31. Pelanggaran Pemilu adalah perbuatan atau tindakan yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan terkait Pemilu.
32. Pelanggaran Administratif Pemilu adalah pelanggaran
terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme yang
berkaitan dengan administratif pelaksanaan Pemilu dalam
setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.
33. Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi secara
Terstruktur, Sistematis, dan Masif yang selanjutnya
disebut Pelanggaran Administratif Pemilu TSM adalah
perbuatan atau tindakan yang melanggar tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu, dan/atau Pasangan Calon, calon
anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota yang menjanjiikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk
mempengaruhi penyelenggara Pemilu dan/atau Pemilih
yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif.
34. Temuan adalah dugaan Pelanggaran Pemilu yang
ditemukan dari hasil pengawasan Pengawas Pemilu pada
setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu atau hasil
investigasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu

https://jdih.bawaslu.go.id/
-5-

Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan.


35. Laporan adalah dugaan Pelanggaran Pemilu yang
disampaikan secara resmi kepada Pengawas Pemilu oleh
WNI yang punya hak pilih, Peserta Pemilu, dan Pemantau
Pemilu.
36. Investigasi Penanganan Pelanggaran Pemilu yang
selanjutnya disebut Investigasi adalah serangkaian
tindakan Pengawas Pemilu untuk mencari, menemukan,
dan mengumpulkan bukti dan fakta guna membuat terang
dugaan Pelanggaran Pemilu.
37. Hari adalah hari kerja.

Pasal 2
Peraturan Badan ini mengatur mengenai penyelesaian dugaan:
a. Pelanggaran Administratif Pemilu; dan
b. Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yang dilakukan
calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota, dan Pasangan Calon.

Pasal 3
Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM dilaksanakan
dengan prinsip cepat, tidak memihak, tanpa biaya, dan
dilakukan secara terbuka.

BAB II
TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILU

Bagian Kesatu
Wewenang

Pasal 4
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu LN menerima, memeriksa, mengkaji, dan
memutus dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sesuai
dengan tempat terjadinya pelanggaran.
(2) Panwaslu Kecamatan menerima, memeriksa, mengkaji,
dan membuat rekomendasi atas hasil kajiannya mengenai
Pelanggaran Administratif Pemilu kepada Pengawas
Pemilu secara berjenjang.
(3) Panwaslu Kelurahan/Desa menyampaikan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu kepada Panwaslu
Kecamatan.
(4) Pengawas TPS menyampaikan keberatan terhadap dugaan
pelanggaran, kesalahan, dan/atau penyimpangan
administrasi dalam pemungutan dan penghitungan suara
kepada KPPS.

Bagian Kedua
Objek

Pasal 5
Objek Pelanggaran Administratif Pemilu berupa perbuatan atau
tindakan yang melanggar tata cara, prosedur, atau mekanisme

https://jdih.bawaslu.go.id/
-6-

yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam


setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.

Bagian Ketiga
Penemu, Pelapor, dan Terlapor

Pasal 6
Penemu dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yaitu
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.

Pasal 7
(1) Pelapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu terdiri
atas:
a. WNI yang mempunyai hak pilih;
b. Peserta Pemilu; atau
c. Pemantau Pemilu.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
menyampaikan Laporan dapat mewakilkan kepada pihak
yang ditunjuk dengan surat kuasa khusus.

Pasal 8
Terlapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu terdiri atas:
a. Partai Politik Peserta Pemilu;
b. Calon Anggota DPR;
c. Calon Anggota DPD;
d. Calon Anggota DPRD Provinsi;
e. Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota;
f. Pasangan Calon;
g. tim kampanye yang terdaftar di KPU, KPU Provinsi, atau
KPU Kabupaten/Kota;
h. KPU;
i. KPU Provinsi;
j. KPU Kabupaten/Kota;
k. PPK;
l. PPLN;
m. PPS;
n. KPPS; dan/atau
o. KPPSLN.

Bagian Keempat
Temuan dan Laporan

Pasal 9
(1) Pelanggaran Administratif Pemilu berasal dari:
a. Temuan; atau
b. Laporan yang telah dilakukan kajian awal dan
merupakan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu.
(2) Tata cara penetapan Temuan dan penyampaian Laporan
sesuai dengan Peraturan Bawaslu yang mengatur
mengenai penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran
Pemilu.

Pasal 10
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif

https://jdih.bawaslu.go.id/
-7-

Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) yang


telah memenuhi syarat formal dan materiel diregistrasi dengan
cara:
a. mencatat Temuan atau Laporan dalam buku register
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu;
b. memberikan nomor Temuan atau Laporan sesuai dengan
Formulir Model ADM.NRL yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 11
(1) Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan Temuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a kepada Pengawas Pemilu 1 (satu)
tingkat di atas untuk dilakukan pemeriksaan.
(2) Dalam hal Bawaslu Provinsi tidak dapat menjalankan
tugas, Bawaslu Kabupaten/Kota dapat menyampaikan
Temuan kepada Bawaslu.

Bagian Kelima
Temuan dan Laporan Pelanggaran Administratif Pemilu
setelah Penetapan Hasil Perolehan Suara Peserta Pemilu
Secara Nasional

Pasal 12
(1) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta
Pemilu secara nasional terdapat hasil pengawasan
Pengawas Pemilu yang mengandung dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu yang berpotensi mengubah hasil
perolehan suara Peserta Pemilu serta terdapat
permohonan perselisihan hasil Pemilu yang diajukan oleh
Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan hasil pengawasannya melalui keterangan
tertulis kepada Mahkamah Konstitusi dalam sidang
perselisihan hasil Pemilu.
(2) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara peserta
Pemilu secara nasional terdapat hasil pengawasan
Pengawas Pemilu yang mengandung dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu yang berpotensi mengubah hasil
perolehan suara Peserta Pemilu tetapi tidak terdapat
permohonan perselisihan hasil Pemilu yang diajukan oleh
Peserta Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, hasil
pengawasan tersebut dapat dijadikan Temuan oleh
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dan
disampaikan kepada Pengawas Pemilu 1 (satu) tingkat
diatasnya untuk diperiksa, dikaji, dan diputus.
(3) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta
Pemilu secara nasional terdapat Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu yang disampaikan

https://jdih.bawaslu.go.id/
-8-

kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu


Kabupaten/Kota yang berpotensi mengubah hasil
perolehan suara Peserta Pemilu dan terdapat permohonan
perselisihan hasil Pemilu yang diajukan oleh Peserta
Pemilu kepada Mahkamah Konstitusi, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota menghentikan
Laporan melalui kajian awal dan menyampaikan Laporan
kepada Mahkamah Konstitusi dalam sidang perselisihan
hasil Pemilu melalui keterangan tertulis.
(4) Dalam hal setelah penetapan hasil perolehan suara Peserta
Pemilu secara nasional terdapat Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu yang disampaikan
kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota yang berpotensi mengubah hasil
perolehan suara Peserta Pemilu secara nasional tetapi
tidak terdapat permohonan perselisihan hasil Pemilu yang
diajukan oleh Peserta Pemilu kepada Mahkamah
Konstitusi, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota memeriksa, mengkaji, dan
memutus terhadap Laporan tersebut.

Bagian Keenam
Pemeriksaan

Paragraf 1
Majelis Pemeriksa, Sekretaris Pemeriksa, Asisten Pemeriksa,
dan Perisalah

Pasal 13
(1) Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu dilakukan
oleh majelis pemeriksa.
(2) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Ketua Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagai ketua merangkap anggota
Majelis pemeriksa; dan
b. Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagai anggota majelis pemeriksa.
(3) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh:
a. sekretaris pemeriksa; dan
b. asisten pemeriksa.

Pasal 14
(1) Sekretaris pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (3) huruf a berasal dari pejabat pada Sekretariat
Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu Provinsi, atau
sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Sekretaris pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyusun dan menandatangani berita acara dalam setiap
sidang pemeriksaan sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-SP yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(3) Sekretaris pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

https://jdih.bawaslu.go.id/
-9-

dibantu oleh perisalah.


(4) Perisalah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan
pegawai pada Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat
Bawaslu Provinsi, atau sekretariat Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(5) Perisalah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyusun
risalah sidang dalam setiap sidang pemeriksaan sesuai
dengan Formulir Model ADM.RISALAH yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 15
(1) Asisten pemeriksa di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota berasal dari pegawai pada
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu
Provinsi, dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Asisten pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyiapkan materi selama proses pemeriksaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.

Pasal 16
Majelis pemeriksa, sekretaris pemeriksa dan asisten pemeriksa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan perisalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) ditetapkan
dengan keputusan Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi,
atau Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkatannya.

Paragraf 2
Sidang Pemeriksaan

Pasal 17
(1) Sidang pemeriksaan dilakukan dalam sidang terbuka dan
dipimpin oleh majelis pemeriksa paling sedikit 2 (dua)
orang.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui tahapan:
a. pembacaan Laporan dari Pelapor atau Temuan dari
penemu;
b. jawaban Terlapor;
c. pembuktian;
d. kesimpulan; dan
e. pembacaan putusan.

Pasal 18
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota meminta kehadiran Pelapor/penemu dan
Terlapor dalam sidang pemeriksaan.
(2) Dalam sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pelapor dan Terlapor dapat diwakili oleh kuasa
hukum berdasarkan surat kuasa khusus.

Pasal 19
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota menyampaikan surat pemberitahuan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 10 -

jadwal sidang pemeriksaan secara tertulis kepada


Pelapor/penemu dan Terlapor paling lambat 1 (satu) Hari
sebelum jadwal sidang pemeriksaan pertama.
(2) Surat pemberitahuan kepada Terlapor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan melampirkan formulir
Laporan atau Temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu yang telah diregistrasi.
(3) Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan secara langsung atau melalui media
telekomunikasi.
(4) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) disusun sesuai dengan Formulir Model
ADM.SPS yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 20
(1) Dalam hal Pelapor/penemu dan/atau Terlapor tidak hadir
pada sidang pemeriksaan pertama, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota menyampaikan
pemberitahuan kedua kepada Pelapor/penemu dan/atau
Terlapor untuk hadir pada sidang pemeriksaan
berikutnya.
(2) Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali
berturut-turut, Pelapor/penemu tidak hadir, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota tetap
melanjutkan pemeriksaan dengan agenda jawaban
Terlapor.
(3) Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali
berturut-turut, Terlapor tidak hadir, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota tetap
melanjutkan pemeriksaan dengan agenda pembacaan
Temuan atau Laporan.
(4) Dalam hal setelah diberitahukan sebanyak 2 (dua) kali
berturut-turut, Pelapor/penemu dan Terlapor tetap tidak
hadir, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota tetap melanjutkan sidang pemeriksaan
dengan agenda pembacaan putusan.

Pasal 21
(1) Pembacaan Laporan dari Pelapor atau Temuan dari
penemu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
huruf a dilakukan pada sidang pemeriksaan pertama.
(2) Sebelum membacakan Laporan atau Temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pelapor/penemu dapat mengajukan
perbaikan materi Laporan atau Temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
(3) Perbaikan Laporan atau Temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hanya dapat disampaikan sebanyak 1 (satu) kali sebelum
Terlapor menyampaikan jawaban atas Laporan atau
Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.
(4) Selain menyampaikan perbaikan materi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), Pelapor/penemu

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 11 -

dapat menyampaikan perbaikan tambahan.


(5) Perbaikan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat dilakukan berdasarkan:
a. permintaan dari Pelapor/penemu kepada majelis
pemeriksa; dan/atau
b. catatan yang disampaikan oleh majelis pemeriksa.
(6) Perbaikan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat disampaikan setelah pembacaan materi Laporan
atau Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.
(7) Perbaikan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
hanya terkait dengan kekeliruan penulisan yang tidak
mengubah pokok materi Laporan atau Temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.

Pasal 22
(1) Majelis pemeriksa memberikan kesempatan kepada
Terlapor untuk menyampaikan jawaban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b dan bukti paling
lambat pada agenda jadwal sidang berikutnya.
(2) Jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Terlapor dalam sidang pemeriksaan
sebanyak 3 (tiga) rangkap sesuai dengan Formulir Model
ADM.JAWABAN yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan in.
(3) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berbentuk surat disampaikan kepada majelis pemeriksa
sebanyak 1 (satu) rangkap.
(4) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berbentuk elektronik disimpan dalam media penyimpanan
data elektronik dan disampaikan kepada majelis
pemeriksa.
(5) Setelah materi jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan, Terlapor dapat menyampaikan perbaikan
terhadap jawaban yang disampaikan.
(6) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya
terkait dengan kekeliruan penulisan yang tidak mengubah
pokok materi jawaban Terlapor.

Pasal 23
(1) Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(2) huruf c dilakukan oleh majelis pemeriksa setelah
Terlapor menyampaikan jawaban.
(2) Alat bukti dalam pembuktian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. surat atau tulisan;
b. dokumen elektronik;
c. keterangan ahli;
d. keterangan saksi;
e. keterangan Pelapor/penemu dan Terlapor; dan/atau
f. pengetahuan majelis pemeriksa.

Pasal 24
(1) Surat atau tulisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf a terdiri atas:

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 12 -

a. laporan hasil pengawasan Pengawas Pemilu;


b. laporan hasil Investigasi penanganan Pelanggaran
Pemilu; dan/atau
c. dokumen tertulis yang relevan dengan fakta.
(2) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a disampaikan oleh Pengawas Pemilu yang
melakukan pengawasan kepada majelis pemeriksa.
(3) Laporan hasil Investigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dibuat oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota dalam hal diperlukan
untuk kebutuhan pemeriksaan Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
(4) Laporan hasil Investigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disampaikan oleh pelaksana Investigasi kepada
majelis pemeriksa.
(5) Dokumen tertulis yang relevan dengan fakta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c disampaikan dalam sidang
pemeriksaan oleh para pihak.
(6) Ketentuan mengenai Investigasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Badan tersendiri.

Pasal 25
Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf b merupakan setiap informasi elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam
bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar
melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki
makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.

Pasal 26
Keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
huruf c merupakan keterangan yang disampaikan pada sidang
pemeriksaan oleh seseorang sesuai dengan kompetensi dan
keahliannya.

Pasal 27
Keterangan saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(2) huruf d merupakan keterangan yang diberikan oleh
seseorang yang melihat, mendengar secara langsung, dan/atau
mengalami terjadinya peristiwa yang diduga sebagai
Pelanggaran Administratif Pemilu.

Pasal 28
Keterangan Pelapor/penemu dan Terlapor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf e merupakan
keterangan Pelapor/penemu atau Terlapor yang disampaikan
secara langsung atau melalui kuasa hukumnya dalam sidang
pemeriksaan Laporan atau Temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 13 -

Pasal 29
Pengetahuan majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf f merupakan hal yang oleh majelis
pemeriksa diketahui dan diyakini kebenarannya.

Pasal 30
(1) Selain alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2), majelis pemeriksa dalam tahapan pembuktian
dapat menghadirkan lembaga terkait dan/atau pihak
terkait untuk dimintai keterangan yang diperlukan pada
sidang pemeriksaan.
(2) Lembaga terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lembaga atau badan yang berdasarkan
kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangannya perlu
didengar keterangannya dalam sidang pemeriksaan.
(3) Lembaga terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan keterangan sesuai dengan kewenangan
lembaganya diwakili oleh pejabat yang ditunjuk.
(4) Pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pihak yang berkepentingan secara langsung
terhadap pokok Laporan atau Temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
(5) Keterangan lembaga dan/atau pihak terkait dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis.

Pasal 31
(1) Saksi dan ahli wajib diambil sumpah sebelum memberikan
keterangan dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c dan huruf d.
(2) Setelah diambil sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), saksi dan ahli menandatangani berita acara
pengambilan sumpah sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-SUMPAH yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 32
Majelis pemeriksa memberikan kesempatan kepada
Pelapor/penemu dan Terlapor untuk mengajukan pertanyaan
kepada saksi, ahli, lembaga terkait, dan/atau pihak terkait.

Pasal 33
(1) Majelis pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan
setempat dalam hal terdapat alat bukti yang tidak dapat
dihadirkan dalam sidang pemeriksaan.
(2) Majelis pemeriksa memberitahukan dan mengundang
Pelapor/penemu dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan
untuk hadir dalam pemeriksaan setempat.
(3) Dalam hal Pelapor/penemu dan/atau Terlapor tidak hadir
dalam pemeriksaan setempat, Majelis Pemeriksa
melakukan pemeriksaan setempat tanpa dihadiri oleh
Pelapor/penemu dan/atau Terlapor.
(4) Hasil pemeriksaan setempat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan ke dalam berita acara hasil
pemeriksaan setempat sesuai dengan Formulir Model

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 14 -

ADM.BA-PST yang tercantum dalam Lampiran yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 34
Majelis pemeriksa memberikan kesempatan kepada
Pelapor/penemu dan Terlapor untuk dapat menyampaikan
kesimpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d
secara tertulis atau lisan setelah melakukan pembuktian.

Pasal 35
(1) Dalam keadaan tertentu, sidang pemeriksaan terhadap
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu dapat dilaksanakan secara daring.
(2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. kondisi geografis;
b. faktor keamanan;
c. ketersediaan sarana dan prasarana;
d. bencana alam; dan/atau
e. bencana nonalam.
(3) Dalam melaksanakan sidang pemeriksaan secara daring
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota:
a. menginformasikan kepada para pihak dalam surat
panggilan sidang bahwa pemeriksaan dilakukan
secara daring;
b. memastikan jaringan dan teknologi yang memadai
untuk dilakukan perekaman secara audiovisual; dan
c. memeriksa identitas para pihak yang hadir dalam
sidang pemeriksaan secara daring.

Bagian Ketujuh
Putusan

Pasal 36
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu paling lama 14 (empat
belas) Hari setelah Temuan atau Laporan diregistrasi.
(2) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu dengan
mempertimbangkan paling sedikit 2 (dua) alat bukti.
(3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota menindaklanjuti hasil sidang
pemeriksaan dengan menyusun putusan sesuai dengan
Formulir Model ADM.PUTUSAN yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diputuskan
berdasarkan rapat pleno.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibubuhi
paraf pada setiap halaman dan ditandatangani oleh Ketua
dan Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 15 -

Kabupaten/Kota.

Pasal 37
(1) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota atas Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (3) terdiri atas:
a. terbukti; atau
b. tidak terbukti.
(2) Dalam hal amar putusan menyatakan Terlapor terbukti
melakukan Pelanggaran Administratif Pemilu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, majelis
pemeriksa dapat menjatuhkan sanksi administratif
berupa:
a. perbaikan administrasi terhadap tata cara, prosedur,
atau mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. teguran tertulis;
c. tidak diikutsertakan pada tahapan tertentu dalam
penyelenggaraan Pemilu; dan/atau
d. sanksi administratif lainnya sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang mengenai Pemilu.
(3) Dalam hal putusan berupa putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, amar putusan memuat:
a. menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu;
b. memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, atau
KPPSLN untuk melakukan perbaikan administrasi
terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme pada
tahapan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. memberikan teguran kepada Terlapor untuk tidak
mengulangi atau melakukan perbuatan yang
melanggar ketentuan perundang-undangan;
d. memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota agar Terlapor untuk tidak diikutkan
pada tahapan Pemilu dalam penyelenggaran Pemilu;
dan/atau
e. memberikan sanksi administratif lainnya kepada
Terlapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
mengenai Pemilu.
(4) Dalam hal putusan berupa putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, amar putusan
menyatakan Terlapor tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan perbuatan melanggar tata cara,
prosedur, atau mekanisme pada tahapan Pemilu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan
dalam sidang terbuka untuk umum.

Pasal 38
(1) Salinan putusan disampaikan kepada Pelapor dan
Terlapor paling lama 1 (satu) Hari setelah putusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 16 -

dibacakan.
(2) Putusan penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
dimuat dalam laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
(3) Status penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
diumumkan di laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan Formulir
Model ADM.STATUS yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 39
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu
Kabupaten/Kota mengawasi pelaksanaan putusan
Pelanggaran Administratif Pemilu sesuai wilayahnya masing-
masing.

Bagian Kedelapan
Pemeriksaan Acara Cepat

Paragraf 1
Wewenang

Pasal 40
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau
Panwaslu LN berwenang menyelesaikan Pelanggaran
Administratif Pemilu melalui pemeriksaan acara cepat.

Paragraf 2
Objek

Pasal 41
(1) Objek Pelanggaran Administratif Pemilu yang dapat
diselesaikan melalui pemeriksaan acara cepat terdiri atas:
a. dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu terhadap
ketentuan pelaksanaan kampanye Pemilu;
b. dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dalam
pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara
Peserta Pemilu; dan
c. dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi
pada pelaksanaan pemungutan dan penghitungan
suara di tempat pemungutan suara luar negeri.
(2) Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan peristiwa
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan
atau dilaporkan pada saat anggota Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN
melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan
kampanye di tempat kejadian.
(3) Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan peristiwa
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan
atau dilaporkan pada saat anggota Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota melaksanakan
tugas pengawasan terhadap rekapitulasi hasil

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 17 -

penghitungan suara Peserta Pemilu di tempat kejadian.


(4) Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan peristiwa
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang ditemukan
atau dilaporkan pada saat anggota Panwaslu LN
melaksanakan tugas pengawasan terhadap pemungutan
dan penghitungan suara di TPS luar negeri.

Paragraf 3
Tata Cara Pemeriksaan

Pasal 42
(1) Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
melalui pemeriksaan acara cepat dilakukan oleh Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota atau
Panwaslu LN pada hari yang sama saat terjadinya
Pelanggaran Pemilu.
(2) Penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
melalui pemeriksaan acara cepat mengesampingkan
ketentuan Pasal 13 sampai dengan Pasal 35.

Pasal 43
(1) Pemeriksaan acara cepat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dalam hal dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
berasal dari Temuan maka Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
LN, sebagai penemu mencatatkan hasil
pengawasannya dan meminta keterangan Terlapor;
b. dalam hal dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
berasal dari Laporan maka Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
LN, meminta keterangan Pelapor dan Terlapor;
c. menguraikan peristiwa dan analisa hukum; dan
d. memutus.
(2) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
atau Panwaslu LN menuangkan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai putusan
dalam Formulir Model ADM.ACARA CEPAT yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Formulir Model ADM.ACARA CEPAT yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini ditandatangani oleh
anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau Panwaslu LN yang melakukan
penyelesaian di tempat kejadian.
(4) Formulir Model ADM.ACARA CEPAT yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini dibuat dalam 3 (tiga)
rangkap diserahkan masing-masing 1 (satu) rangkap
untuk Pelapor, 1 (satu) rangkap untuk Terlapor, dan 1
(satu) rangkap untuk arsip.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dalam rapat pleno.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 18 -

Bagian Kesembilan
Koreksi

Pasal 44
Bawaslu berwenang melakukan koreksi terhadap putusan
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37.

Pasal 45
(1) Pelapor/penemu dan/atau Terlapor dapat mengajukan
permintaan koreksi kepada Bawaslu atas putusan
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 kecuali putusan
pemeriksaan acara cepat.
(2) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara langsung kepada Bawaslu sesuai
dengan Formulir Model ADM.KOREKSI yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini serta melampirkan
salinan putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lama 3 (tiga) Hari setelah putusan
dibacakan.

Pasal 46
(1) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 berisi alasan permintaan koreksi dan hal yang diminta
untuk dikoreksi.
(2) Alasan permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya terkait dengan kesalahan penerapan hukum
dalam putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Permintaan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap yang terdiri atas 1
(satu) rangkap asli dan 1 (satu) rangkap salinan.
(4) Bawaslu menerbitkan tanda terima permintaan koreksi
sesuai dengan Formulir Model ADM.TT-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Tanda terima sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat
sebanyak 2 (dua) rangkap dengan ketentuan:
a. 1 (satu) rangkap untuk Pelapor/penemu atau
Terlapor; dan
b. 1 (satu) rangkap untuk arsip.

Pasal 47
Bawaslu melakukan registrasi permintaan koreksi dengan
cara:
a. mencatat permintaan koreksi dalam buku register
permintaan koreksi;
b. memberikan nomor permintaan koreksi sesuai dengan
Formulir Model ADM.NRL yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 19 -

Peraturan Badan ini; dan


c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG.KOREKSI yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 48
(1) Bawaslu menyampaikan pemberitahuan kepada
Pelapor/penemu atau Terlapor paling lama 1 (satu) Hari
setelah permintaan koreksi diregister.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi
permintaan kepada Pelapor/penemu atau Terlapor untuk
membuat dan menyampaikan jawaban atas permintaan
koreksi.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai salinan permintaan koreksi sesuai dengan
Formulir Model ADM.KOREKSI yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(4) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara langsung atau melalui media
telekomunikasi.
(5) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan Formulir Model ADM.SP-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 49
(1) Pelapor/penemu atau Terlapor menyampaikan jawaban
sebanyak 1 (satu) rangkap sesuai dengan Formulir Model
ADM.JAWABAN-KOREKSI yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(2) Jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Bawaslu paling lambat 2 (dua) Hari
setelah Pelapor/penemu atau Terlapor menerima
pemberitahuan.
(3) Penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
disampaikan secara langsung atau melalui media
telekomunikasi ke Bawaslu.

Pasal 50
Dalam hal permintaan koreksi disampaikan melebihi tenggat
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3), Bawaslu
menyatakan permintaan koreksi tidak dapat diterima sesuai
dengan Formulir Model ADM.PUTUSAN-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 51
(1) Bawaslu melakukan pemeriksaan terhadap dokumen
permintaan koreksi paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah
permintaan koreksi diregister oleh Bawaslu.
(2) Hasil pemeriksaan permintaan koreksi dibuat dalam
bentuk putusan koreksi berdasarkan rapat pleno sesuai

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 20 -

dengan Formulir Model ADM.PUTUSAN-KOREKSI yang


tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Putusan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibubuhi paraf pada setiap halaman dan ditandatangani
oleh Ketua dan Anggota Bawaslu.

Pasal 52
Putusan koreksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 terdiri
atas:
a. menerima permintaan koreksi;
b. menolak permintaan koreksi; atau
c. permintaan koreksi tidak dapat diterima.

Pasal 53
(1) Salinan putusan koreksi disampaikan kepada
Pelapor/penemu atau Terlapor melalui Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Salinan putusan koreksi diumumkan pada laman resmi
Bawaslu.
(3) Status penyelesaian permintaan koreksi diumumkan
sesuai dengan Formulir Model ADM.STL-KOREKSI yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 54
Dalam hal terdapat permintaan koreksi, pelaksanaan putusan
Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ditunda sampai diterbitkannya
putusan koreksi oleh Bawaslu.

BAB III
TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILU TSM

Bagian Kesatu
Wewenang

Pasal 55
(1) Bawaslu berwenang menerima, memeriksa, dan
merekomendasikan Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM.
(2) Dalam melakukan penanganan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bawaslu dibantu oleh Sekretariat Jenderal Bawaslu.

Bagian Kedua
Objek

Pasal 56
(1) Objek Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri atas:
a. perbuatan atau tindakan yang melanggar tata cara,
prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap
tahapan penyelenggaraan Pemilu yang terjadi secara

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 21 -

terstruktur, sistematis, dan masif; dan/atau


b. perbuatan atau tindakan menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk
mempengaruhi penyelenggara Pemilu dan/atau
Pemilih yang terjadi secara terstruktur, sistematis
dan masif.
(2) Terstruktur, sistematis, dan masif dalam Pelanggaran
Administratif Pemilu TSM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. kecurangan yang dilakukan oleh aparat struktural,
baik aparat pemerintah atau penyelenggara Pemilu
secara kolektif atau secara bersama-sama;
b. pelanggaran yang direncanakan secara matang,
tersusun, dan sangat rapi; dan
c. dampak pelanggaran yang sangat luas pengaruhnya
terhadap hasil Pemilu bukan hanya sebagian.

Bagian Ketiga
Penemu, Pelapor, dan Terlapor

Pasal 57
Penemu dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri
atas Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.

Pasal 58
Pelapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri
atas:
a. WNI yang mempunyai hak pilih;
b. Peserta Pemilu; dan/atau
c. Pemantau Pemilu.

Pasal 59
Terlapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terdiri
atas:
a. calon anggota DPR;
b. calon anggota DPD;
c. calon anggota DPRD Provinsi;
d. calon anggota DPRD Kabupaten/Kota; dan
e. Pasangan Calon.

Pasal 60
(1) Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan
Terlapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dapat
menunjuk pihak sebagai kuasa untuk mendampingi atau
mewakili Pelapor atau Terlapor dalam Penanganan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM.
(2) Penunjukan kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan surat kuasa khusus.

Bagian Keempat
Temuan dan Laporan

Pasal 61
(1) Pelanggaran Administratif Pemilu TSM berasal dari:
a. Temuan; atau

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 22 -

b. Laporan yang telah dilakukan kajian awal dan


merupakan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu.
(2) Tata cara penetapan Temuan dan penyampaian Laporan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Bawaslu yang
mengatur mengenai penanganan Temuan dan Laporan
Pelanggaran Pemilu.

Pasal 62
(1) Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat
(1) disampaikan sejak tahapan penetapan daftar calon
tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, atau DPRD
Kabupaten/Kota atau penetapan Pasangan Calon sampai
dengan hari pemungutan dan penghitungan suara.
(2) Dalam hal terdapat Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang disampaikan setelah hari
pemungutan dan penghitungan suara, Temuan atau
Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
ditindaklanjuti oleh Bawaslu dengan menggunakan
mekanisme penanganan Pelanggaran Pemilu lainnya.

Pasal 63
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1)
yang telah memenuhi syarat formal dan materiel diregistrasi
dengan cara:
a. mencatat Temuan atau Laporan dalam buku register
Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu;
b. memberikan nomor Temuan atau Laporan sesuai dengan
Formulir Model ADM.NRL yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini; dan
c. menerbitkan berita acara sesuai dengan Formulir Model
ADM.BA-REG yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 64
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
menyampaikan Temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM oleh calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota kepada Bawaslu untuk dilakukan
pemeriksaan.

Bagian Kelima
Pemeriksaan

Pasal 65
(1) Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
dilakukan oleh majelis pemeriksa.
(2) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 23 -

terdiri atas:
a. Ketua Bawaslu sebagai Ketua merangkap anggota
majelis pemeriksa; dan
b. Anggota Bawaslu sebagai anggota majelis pemeriksa.
(3) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Ketua Bawaslu.

Pasal 66
(1) Bawaslu dapat membentuk majelis pemeriksa di Bawaslu
Provinsi dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM oleh calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
dan/atau DPRD Kabupaten/Kota.
(2) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Ketua Bawaslu sebagai Ketua merangkap anggota
majelis pemeriksa;
b. Anggota Bawaslu sebagai anggota majelis pemeriksa;
dan
c. Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi sebagai anggota
majelis pemeriksa.
(3) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan surat keputusan Ketua Bawaslu.

Pasal 67
(1) Ketentuan mengenai pemeriksaan Temuan atau Laporan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 35 berlaku
secara mutatis mutandis terhadap pemeriksaan Temuan
atau Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM, kecuali terhadap jumlah majelis dalam pelaksanaan
sidang pemeriksaan.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh majelis pemeriksa paling sedikit 3 (tiga)
orang yang terdiri 1 (satu) orang berasal dari Bawaslu dan
2 (orang) berasal dari Bawaslu Provinsi.

Bagian Keenam
Putusan

Pasal 68
(1) Bawaslu memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM paling lama 14
(empat belas) Hari setelah Temuan atau Laporan
diregistrasi.
(2) Bawaslu memutus Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM dengan
mempertimbangkan paling sedikit 2 (dua) alat bukti.
(3) Bawaslu menindaklanjuti hasil sidang pemeriksaan
dengan menyusun putusan sesuai dengan Formulir Model
ADM.PUTUSAN yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dalam rapat pleno.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibubuhi

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 24 -

paraf pada setiap halaman dan ditandatangani oleh Ketua


dan Anggota Bawaslu.

Pasal 69
(1) Putusan Bawaslu atas Temuan atau Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 menyatakan:
a. terbukti; atau
b. tidak terbukti.
(2) Dalam hal amar putusan menyatakan Terlapor terbukti
melakukan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, majelis
pemeriksa menjatuhkan sanksi administratif berupa
pembatalan sebagai calon anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, atau Pasangan Calon.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
memuat amar putusan:
a. menyatakan Terlapor, terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu yang terjadi secara terstruktur sistematis dan
masif;
b. menyatakan Terlapor, terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu berupa perbuatan menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk
mempengaruhi penyelenggara Pemilu dan/atau
Pemilih yang terjadi secara terstruktur, sistematis,
dan masif;
c. memerintahkan kepada KPU untuk membatalkan
terlapor sebagai calon anggota DPR/DPD atau
Pasangan Calon;
d. memerintahkan kepada KPU Provinsi untuk
membatalkan Terlapor sebagai calon anggota DPRD
Provinsi; dan/atau
e. memerintahkan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk
membatalkan Terlapor sebagai calon anggota DPRD
Kabupaten/Kota.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
memuat amar putusan:
a. menyatakan Terlapor sebagai calon anggota
DPR/DPD/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota
atau Pasangan Calon tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu yang terjadi secara terstruktur, sistematis,
dan masif; atau
b. menyatakan Terlapor sebagai calon anggota
DPR/DPD/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota
atau Pasangan Calon tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif
Pemilu berupa perbuatan menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk
mempengaruhi penyelenggara Pemilu dan/atau
Pemilih yang terjadi secara terstruktur, sistematis,
dan masif.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 25 -

dalam sidang yang bersifat terbuka untuk umum.

Pasal 70
(1) Salinan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Pelapor/penemu, Terlapor, dan KPU
paling lama 1 (satu) Hari setelah putusan dibacakan.
(2) Putusan penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM dimuat dalam laman resmi Bawaslu.
(3) Status penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu
TSM diumumkan di laman resmi Bawaslu sesuai dengan
Formulir Model ADM.STATUS yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.

Pasal 71
Bawaslu mengawasi pelaksanaan putusan Pelanggaran
Administratif Pemilu TSM yang dilaksanakan oleh KPU.

BAB IV
PENDAMPINGAN, SUPERVISI, DAN KONSULTASI

Pasal 72
(1) Bawaslu dapat melakukan pendampingan dan supervisi
kepada Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota
dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
(2) Bawaslu Provinsi dapat melakukan pendampingan dan
supervisi kepada Bawaslu Kabupaten/Kota dalam
penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
(3) Pendampingan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dalam setiap tahapan
pemeriksaan Temuan atau Laporan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu.

Pasal 73
(1) Bawaslu Provinsi dapat berkonsultasi kepada Bawaslu
dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
(2) Bawaslu Kabupaten/Kota dapat berkonsultasi kepada:
a. Bawaslu Provinsi; atau
b. Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi,
dalam penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 74
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu dan
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yang masih berlangsung
pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku tetap dilanjutkan
prosesnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 325).

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 26 -

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 75
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 325),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 76
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 27 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Oktober 2022

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

RAHMAT BAGJA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Oktober 2022

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 1074

Sesuai dengan naskah aslinya


SEKRETARIAT JENDERAL
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Kepala Biro Hukum dan Humas

Agung Bagus Gede Bhayu Indra Atmaja

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 28 -

LAMPIRAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2022
TENTANG
PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
PEMILIHAN UMUM

FORMULIR MODEL ADM.NRL

FORMAT PENOMORAN TEMUAN, LAPORAN, DAN KOREKSI

(1) / (2) / (3) / (4) / (5) / (6) / (7)

Kode
Kode Kode Kode
Nomor Temuan Kode Jenis Kode
Tingkatan Bulan Tahun
Laporan atau pelanggaran Wilayah
Pengawas dalam dalam
/ Laporan dan Jenis Pengawas
Pemilu yang angka angka
Temuan atau Pemilu Pemilu
menyelesaikan Romawi romawi
Koreksi

Keterangan:
1. Nomor urut ditulis dengan bilangan asli atau bilangan bulat positif dalam
minimal tiga digit atau lebih, contoh “001, 015, 034, 117, 1233”
2. Kode Temuan atau Laporan atau koreksi :
a) “TM” untuk Temuan;
b) “LP” untuk Laporan;
c) “KS” untuk Permintaan Koreksi;
d) “TM.AC” untuk Temuan yang diselesaikan melalui pemeriksaan acara
cepat;
e) “LP.AC” untuk Laporan yang diselesaikan melalui pemeriksaan acara
cepat.
3. Kode jenis pelanggaran dan jenis pemilu:
a) “ADM.PL” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu terkait Pemilu
anggota DPR, DPD, atau DPRD;
b) “ADM.PP” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu terkait Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden;
c) “ADM.TSM.PL” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terkait
Pemilu anggota DPR, DPD, atau DPRD;
d) “ADM.TSM.PP” untuk jenis Pelanggaran Administratif Pemilu TSM terkait
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
4. Kode tingkatan Pengawas Pemilu yang menyelesaikan:
a) “BWSL” untuk Bawaslu yang menyelesaikan Laporan/Temuan;
b) “BWSL.PROV” untuk Bawaslu Provinsi yang menyelesaikan
Laporan/Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu;
c) “BWSL.KOTA” untuk Bawaslu Kota yang menyelesaikan Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu;
d) “BWSL.KAB” untuk Bawaslu Kabupaten yang menyelesaikan Laporan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 29 -

dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu;


e) “PWSL.LN” untuk Panwaslu LN yang menyelesaikan Laporan/Temuan.
5. Kode Wilayah:
a) Untuk Pengawas Pemilu di wilayah Republik Indonesia : Kode Terlampir.
b) “Nama Kota Kedudukan” untuk Panwaslu LN.
Contoh:
“Den Haag” untuk Panwaslu LN yang berkedudukan di Den Haag;
“Kota Kinabalu” untuk Panwaslu LN yang berkedudukan di Kota Kinabalu.
6. Kode Bulan:
a) “I” untuk bulan Januari;
b) “II” untuk bulan Februari;
c) “III” untuk bulan Maret;
d) “IV” untuk bulan April;
e) “V” untuk bulan Mei;
f) “VI” untuk bulan Juni;
g) “VII” untuk bulan Juli;
h) “VIII” untuk bulan Agustus;
i) “IX” untuk bulan September;
j) “X” untuk bulan Oktober;
k) “XI” untuk bulan November;
l) “XII” untuk bulan Desember.
7. Kode Tahun:
Contoh:
a) “2023” untuk tahun 2023;
b) “2024” untuk tahun 2024;

Contoh Penomoran:
a) Penomoran Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang diterima
oleh Bawaslu Kota Jakarta Timur terkait dengan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden yang diregistrasi pada tanggal 15 September 2023.
“Nomor: 025/LP/ADM.PP/BWSL.KOTA/12.04/IX/2023
b) Penomoran Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang
disampaikan oleh Bawaslu Kota Samarinda kepada Bawaslu Provinsi
Kalimantan Timur terkait dengan Pemilu anggota DPD yang diregistrasi pada
tanggal 9 Agustus 2023.
“Nomor: 132/TM/ADM.PL/BWSL.PROV/23.00/VIII/2023
c) Penomoran Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang diperiksa
dengan acara cepat oleh Bawaslu Kabupaten Pegunungan Arfak pada tanggal
1 Desember 2023 terkit dengan Pemilu Anggota DPR.
“Nomor: 001/TM.AC/ADM.PL/BWSL.KAB/34.13/XII/2023”
d) Penomoran Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi
secara TSM yang disampaikan oleh Bawaslu Provinsi Jawa Timur kepada
Bawaslu RI terkait dengan Pemilu anggota DPR RI pada tanggal 10 Februari
2024.
“Nomor: 001 /TM/ADM.TSM.PL/BWSL/00.00/II/2024”
e) Penomoran permintaan koreksi putusan Bawaslu Provinsi yang disampaikan
kepada Bawaslu RI terkait dengan Pemilu anggota DPRD Provinsi pada
tanggal 18 Februari 2024.
“Nomor: 006/KS/ADM.PL/BWSL/00.00/II/2024”

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 30 -

DAFTAR KODE WILAYAH

DAFTAR KODE WILAYAH


PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
1. 01.00 Aceh
2. 01.01 Kota Banda Aceh
3. 01.02 Kota Subulussalam
4. 01.03 Kota Langsa
5. 01.04 Kota Lhokseumawe
6. 01.05 Kota Sabang
7. 01.06 Kabupaten Aceh Barat
8. 01.07 Kabupaten Aceh Barat Daya
9. 01.08 Kabupaten Aceh Besar
10. 01.09 Kabupaten Aceh Jaya
11. 01.10 Kabupaten Aceh Selatan
12. 01.11 Kabupaten Aceh Singkil
13. 01.12 Kabupaten Aceh Tamiang
14. 01.13 Kabupaten Aceh Tengah
15. 01.14 Kabupaten Aceh Tenggara
16. 01.15 Kabupaten Aceh Timur
17. 01.16 Kabupaten Aceh Utara
18. 01.17 Kabupaten Bener Meria
19. 01.18 Kabupaten Bireun
20. 01.19 Kabupaten Gayo Lues
21. 01.20 Kabupaten Nagan Raya
22. 01.21 Kabupaten Pidie
23. 01.22 Kabupaten Pidie Jaya
24. 01.23 Kabupaten Simeuleu
25. 02.00 Sumatera Utara
26. 02.01 Kota Medan
27. 02.02 Kota Binjai
28. 02.03 Kota Padang Sidempuan
29. 02.04 Kota Pematang Siantar
30. 02.05 Kota Sibolga
31. 02.06 Kota Tanjung Balai
32. 02.07 Kota Tebingtinggi
33. 02.08 Kota Gunung Sitoli
34. 02.09 Kabupaten Asahan
35. 02.10 Kabupaten Batubara
36. 02.11 Kabupaten Dairi
37. 02.12 Kabupaten Deliserdang
38. 02.13 Kabupaten Humban Hasundutan
39. 02.14 Kabupaten Karo
40. 02.15 Kabupaten Labuhanbatu
41. 02.16 Kabupaten Langkat
42. 02.17 Kabupaten Mandailing Natal
43. 02.18 Kabupaten Nias
44. 02.19 Kabupaten Nias Selatan
45. 02.20 Kabupaten Pakpakbgarat
46. 02.21 Kabupaten Samosir

.id/
- 31 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
47. 02.22 Kabupaten Serdang Bedagai
48. 02.23 Kabupaten Simalungun
49. 02.24 Kabupaten Tapanuli Selatan
50. 02.25 Kabupaten Tapanuli Tengah
51. 02.26 Kabupaten Tapanuli Utara
52. 02.27 Kabupaten Toba Samosir
53. 02.28 Kabupaten Padang Lawas Utara
54. 02.29 Kabupaten Padang Lawas
55. 02.30 Kabupaten Labuhanbatu Utara
56. 02.31 Kabupaten Labuhanbatu Selatan
57. 02.32 Kabupaten Nias Barat
58. 02.33 Kabupaten Nias Utara
59. 03.00 Sumatera Barat
60. 03.01 Kota Padang
61. 03.02 Kota Bukittinggi
62. 03.03 Kota Padang Panjang
63. 03.04 Kota Pariaman
64. 03.05 Kota Payakumbuh
65. 03.06 Kota Sawahlunto
66. 03.07 Kota Solok
67. 03.08 Kabupaten Agam
68. 03.09 Kabupaten Dharmasraya
69. 03.10 Kabupaten Limapuluhkota
70. 03.11 Kabupaten Kepulauan Mentawai
71. 03.12 Kabupaten Padang Pariaman
72. 03.13 Kabupaten Pasaman
73. 03.14 Kabupaten Pasaman Barat
74. 03.15 Kabupaten Pesisir Selatan
75. 03.16 Kabupaten Sawahlunto Sijunjung
76. 03.17 Kabupaten Solok
77. 03.18 Kabupaten Solok Selatan
78. 03.19 Kabupaten Tanah Datar
79. 04.00 Riau
80. 04.01 Kota Pekanbaru
81. 04.02 Kota Dumai
82. 04.03 Kabupaten Bengkalis
83. 04.04 Kabupaten Indragiri Hilir
84. 04.05 Kabupaten Indragiri Hulu
85. 04.06 Kabupaten Kampar
86. 04.07 Kabupaten Kuantan Singingi
87. 04.08 Kabupaten Pelalawan
88. 04.09 Kabupaten Rokan Hulu
89. 04.10 Kabupaten Rokan Hilir
90. 04.11 Kabupaten Siak
91. 04.12 Kabupaten Kepulauan Meranti
92. 05.00 Jambi
93. 05.01 Kota Jambi
94. 05.02 Kota Sungai Penuh
95. 05.03 Kabupaten Batanghari
96. 05.04 Kabupaten Bungo
97. 05.05 Kabupaten Kerinci

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 32 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
98. 05.06 Kabupaten Merangin
99. 05.07 Kabupaten Muaro Jambi
100. 05.08 Kabupaten Sarolangun
101. 05.09 Kabupaten Tanjung Jabung Barat
102. 05.10 Kabupaten Tanjung Jabung Timur
103. 05.11 Kabupaten Tebo
104. 06.00 Sumatera Selatan
105. 06.01 Kota Palembang
106. 06.02 Kota Lubuk Linggau
107. 06.03 Kota Pagar Alam
108. 06.04 Kota Prabumulih
109. 06.05 Kabupaten Banyuasin
110. 06.06 Kabupaten Lahat
111. 06.07 Kabupaten Empat Lawang
112. 06.08 Kabupaten Muara Enim
113. 06.09 Kabupaten Musi Banyuasin
114. 06.10 Kabupaten Musi Rawas
115. 06.11 Kabupaten Ogan Ilir
116. 06.12 Kabupaten Ogan Komering Ilir
117. 06.13 Kabupaten Ogan Kemering Ulu
118. 06.14 Kabupaten OKU Selatan
119. 06.15 Kabupaten OKU Timur
120. 06.16 Kabupaten Penukal Abab
121. 06.17 Kabupaten Musi Rawas Utara
122. 07.00 Bengkulu
123. 07.01 Kota Bengkulu
124. 07.02 Kabupaten Bengkulu Selatan
125. 07.03 Kabupaten Bengkulu Utara
126. 07.04 Kabupaten Kaur
127. 07.05 Kabupaten Kepahiang
128. 07.06 Kabupaten Lebong
129. 07.07 Kabupaten Muko Muko
130. 07.08 Kabupaten Rejang Lebong
131. 07.09 Kabupaten Seluma
132. 07.10 Kabupaten Bengkulu Tengah
133. 08.00 Lampung
134. 08.01 Kota Bandarlampung
135. 08.02 Kota Metro
136. 08.03 Kabupaten Lampung Barat
137. 08.04 Kabupaten Lampung Selatan
138. 08.05 Kabupaten Lampung Tengah
139. 08.06 Kabupaten Lampung Timur
140. 08.07 Kabupaten Lampung Utara
141. 08.08 Kabupaten Tanggamus
142. 08.09 Kabupaten Tulang Bawang
143. 08.10 Kabupaten Way Kanan
144. 08.11 Kabupaten Pesawaran
145. 08.12 Kabupaten Pringsewu
146. 08.13 Kabupaten Mesuji
147. 08.14 Kabupaten Tulang Bawang Barat
148. 08.15 Kabupaten Pesisir Barat

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 33 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
149. 09.00 Bangka Belitung
150. 09.01 Kota Pangkalpinang
151. 09.02 Kabupaten Bangka
152. 09.03 Kabupaten Bangka Barat
153. 09.04 Kabupaten Bangka Selatan
154. 09.05 Kabupaten Bangka Tengah
155. 09.06 Kabupaten Belitung
156. 09.07 Kabupaten Belitung Timur
157. 10.00 Kepulauan Riau
158. 10.01 Kota Tanjung pinang
159. 10.02 Kota Batam
160. 10.03 Kabupaten Karimun
161. 10.04 Kabupaten Bintan
162. 10.05 Kabupaten Lingga
163. 10.06 Kabupaten Natuna
164. 10.07 Kabupaten Kepulauan Anambas
165. 11.00 Banten
166. 11.01 Kota Serang
167. 11.02 Kota Tangerang
168. 11.03 Kota Tangerang Selatan
169. 11.04 Kota Cilegon
170. 11.05 Kabupaten Lebak
171. 11.06 Kabupaten Pandeglang
172. 11.07 Kabupaten Serang
173. 11.08 Kabupaten Tangerang
174. 12.00 DKI Jakarta
175. 12.01 Kota Administrasi Jakarta Pusat
176. 12.02 Kota Administrasi Jakarta Barat
177. 12.03 Kota Administrasi Jakarta Selatan
178. 12.04 Kota Administrasi Jakarta Timur
179. 12.05 Kota Administrasi Jakarta Utara
180. 12.06 Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu
181. 13.00 Jawa Barat
182. 13.01 Kota Bandung
183. 13.02 Kota Banjar
184. 13.03 Kota Bekasi
185. 13.04 Kota Bogor
186. 13.05 Kota Cimahi
187. 13.06 Kota Cirebon
188. 13.07 Kota Depok
189. 13.08 Kota Sukabumi
190. 13.09 Kota Tasikmalaya
191. 13.10 Kabupaten Bandung
192. 13.11 Kabupaten Bandung Barat
193. 13.12 Kabupaten Bekasi
194. 13.13 Kabupate Bogor
195. 13.14 Kabupaten Ciamis
196. 13.15 Kabupaten Cianjur
197. 13.16 Kabupaten Cirebon
198. 13.17 Kabupaten Garut

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 34 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
199. 13.18 Kabupaten Indramayu
200. 13.19 Kabupaten Karawang
201. 13.20 Kabupaten Kuningan
202. 13.21 Kabupaten Majalengka
203. 13.22 Kabupaten Purwakarta
204. 13.23 Kabupaten Subang
205. 13.24 Kabupaten Sukabumi
206. 13.25 Kabupaten Sumedang
207. 13.26 Kabupaten Tasikmalaya
208. 13.27 Kabupaten Pangandaran
209. 14.00 Jawa Tengah
210. 14.01 Kota Semarang
211. 14.02 Kota magelang
212. 14.03 Kota Pekalongan
213. 14.04 Kota Salatiga
214. 14.05 Kota Surakarta
215. 14.06 Kota Tegal
216. 14.07 Kabupaten Banjarnegara
217. 14.08 Kabupaten Banyumas
218. 14.09 Kabupaten Batang
219. 14.10 Kabupaten Blora
220. 14.11 Kabupaten Boyolali
221. 14.12 Kabupaten Brebes
222. 14.13 Kabupaten Cilacap
223. 14.14 Kabupaten Demak
224. 14.15 Kabupaten Grobogan
225. 14.16 Kabupaten Jepara
226. 14.17 Kabupaten Karanganyar
227. 14.18 Kabupaten Kebumen
228. 14.19 Kabupaten Kendal
229. 14.20 Kabupaten Klaten
230. 14.21 Kabupaten Kudus
231. 14.22 Kabupaten Magelang
232. 14.23 Kabupaten Pati
233. 14.24 Kabupaten Pekalongan
234. 14.25 Kabupaten Pemalang
235. 14.26 Kabupaten Purbalingga
236. 14.27 Kabupaten Purworejo
237. 14.28 Kabupaten Rembang
238. 14.29 Kabupaten Semarang
239. 14.30 Kabupaten Sragen
240. 14.31 Kabupaten Sukoharjo
241. 14.32 Kabupaten Tegal
242. 14.33 Kabupaten Temanggung
243. 14.34 Kabupaten Wonogiri
244. 14.35 Kabupaten Wonosobo
245. 15.00 DI Yogyakarta
246. 15.01 Kota Yogyakarta
247. 15.02 Kabupaten Bantul
248. 15.03 Kabupaten Gunung Kidul
249. 15.04 Kabupaten Kulon Progo

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 35 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
250. 15.05 Kabupaten Sleman
251. 16.00 Jawa Timur
252. 16.01 Kota Surabaya
253. 16.02 Kota Batu
254. 16.03 Kota Blitar
255. 16.04 Kota Kediri
256. 16.05 Kota Madiun
257. 16.06 Kota Malang
258. 16.07 Kota Mojokerto
259. 16.08 Kota Pasuruan
260. 16.09 Kota Probolinggo
261. 16.10 Kabupaten Bangkalan
262. 16.11 Kabupaten Banyuwangi
263. 16.12 Kabupaten Blitar
264. 16.13 Kabupaten Bojonegoro
265. 16.14 Kabupaten Bondowoso
266. 16.15 Kabupaten Gresik
267. 16.16 Kabupaten Jember
268. 16.17 Kabupaten Jombang
269. 16.18 Kabupaten Kediri
270. 16.19 Kabupaten Lamongan
271. 16.20 Kabupaten Lumajang
272. 16.21 Kabupaten Madiun
273. 16.22 Kabupaten Magetan
274. 16.23 Kabupaten Malang
275. 16.24 Kabupaten Mojokerto
276. 16.25 Kabupaten Nganjuk
277. 16.26 Kabupaten Ngawi
278. 16.27 Kabupaten Pacitan
279. 16.28 Kabupaten Pamekasan
280. 16.29 Kabupaten Pasuruan
281. 16.30 Kabupaten Ponorogo
282. 16.31 Kabupaten Probolinggo
283. 16.32 Kabupaten Sampang
284. 16.33 Kabupaten Sidoarjo
285. 16.34 Kabupaten Situbondo
286. 16.35 Kabupaten Sumenep
287. 16.36 Kabupaten Trenggalek
288. 16.37 Kabupaten Tulungagung
289. 16.38 Kabupaten Tuban
290. 17.00 Bali Kota Denpasar
291. 17.01 Kabupaten Badung
292. 17.02 Kabupaten Bangli
293. 17.03 Kabupaten Buleleng
294. 17.04 Kabupaten Gianyar
295. 17.05 Kabupaten Jembrana
296. 17.06 Kabupaten Karang Asem
297. 17.07 Kabupaten Klungkung
298. 17.08 Kabupaten Tabanan
299. 18.00 Nusa Tenggara
Barat

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 36 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
300. 18.01 Kota Mataram
301. 18.02 Kota Bima
302. 18.03 Kabupaten Bima
303. 18.04 Kabupaten Dompu
304. 18.05 Kabupaten Lombok Barat
305. 18.06 Kabupaten Lombok Tengah
306. 18.07 Kabupaten Lombok Timur
307. 18.08 Kabupaten Sumbawa
308. 18.09 Kabupaten Sumbawa Barat
309. 18.10 Kabupaten Lombok Utara
310. 19.00 Nusa Tenggara
Timur
311. 19.01 Kota Kupang
312. 19.02 Kabupaten Alor
313. 19.03 Kabupaten Belu
314. 19.04 Kabupaten Ende
315. 19.05 Kabupaten Flores Timur
316. 19.06 Kabupaten Kupang
317. 19.07 Kabupaten Lembata
318. 19.08 Kabupaten Manggarai
319. 19.09 Kabupaten Manggarai Barat
320. 19.10 Kabupaten Ngada
321. 19.11 Kabupaten Nagekeo
322. 19.12 Kabupaten Rote Ndao
323. 19.13 Kabupaten Sikka
324. 19.14 Kabupaten Sumba Barat
325. 19.15 Kabupaten Sumba Barat Daya
326. 19.16 Kabupaten Sumba Tengah
327. 19.17 Kabupaten Manggarai Timur
328. 19.18 Kabupaten Sumba Timur
329. 19.19 Kabupaten Timor Tengah Selatan
330. 19.20 Kabupaten Timor Tengah Utara
331. 19.21 Kabupaten Sabu Raijua
332. 19.22 Kabupaten Malaka
333. 20.00 Kalimantan Barat
334. 20.01 Kota Pontianak
335. 20.02 Kota Singkawang
336. 20.03 Kabupaten Bengkayang
337. 20.04 Kabupaten Kapuas Hulu
338. 20.05 Kabupaten Ketapang
339. 20.06 Kabupaten Kayong Utara
340. 20.07 Kabupaten Kubu Raya
341. 20.08 Kabupaten Landak
342. 20.09 Kabupaten Melawi
343. 20.10 Kabupaten Pontianak
344. 20.11 Kabupaten Sambas
345. 20.12 Kabupaten Sanggau
346. 20.13 Kabupaten Sintang
347. 20.14 Kabupaten Sekadau
348. 21.00 Kalimantan
Tengah

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 37 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
349. 21.01 Kota Palangkaraya
350. 21.02 Kabupaten Barito Selatan
351. 21.03 Kabupaten Barito Timur
352. 21.04 Kabupaten Barito Utara
353. 21.05 Kabupaten Gunung Mas
354. 21.06 Kabupaten Kapuas
355. 21.07 Kabupaten Katingan
356. 21.08 Kabupaten Kotawaringin Barat
357. 21.09 Kabupaten Kotawaringin Timur
358. 21.10 Kabupaten Lamandau
359. 21.11 Kabupaten Murung Raya
360. 21.12 Kabupaten Pulang Pisau
361. 21.13 Kabupaten Seruyan
362. 21.14 Kabupaten Sukamara
363. 22.00 Kalimantan
Selatan
364. 22.01 Kota Banjarmasin
365. 22.02 Kota Banjar Baru
366. 22.03 Kabupaten Balangan
367. 22.04 Kabupaten Banjar
368. 22.05 Kabupaten Barito Kuala
369. 22.06 Kabupaten Hulu Sungai Selatan
370. 22.07 Kabupaten Hulu Sungai Tengah
371. 22.08 Kabupaten Hulu Sungai Utara
372. 22.09 Kabupaten Kotabaru
373. 22.10 Kabupaten Tabalong
374. 22.11 Kabupaten Tanah Bumbu
375. 22.12 Kabupaten Tanah Laut
376. 22.13 Kabupaten Tapin
377. 23.00 Kalimantan Timur
378. 23.01 Kota Samarinda
379. 23.02 Kota Balikpapan
380. 23.03 Kota Bontang
381. 23.05 Kabupaten Berau
382. 23.07 Kabupaten Kutai Barat
383. 23.08 Kabupaten Kutai Kertanegara
384. 23.09 Kabupaten Kutai Timur
385. 23.10 Kabupaten Panajam Paser Utara
386. 23.11 Kabupaten Paser
387. 23.12 Kabupaten Mahakam Ulu
388. 24.00 Kalimantan Utara
389. 24.01 Kota Tarakan
390. 24.02 Kabupaten Malinau
391. 24.03 Kabupaten Tana Tidung
392. 24.04 Kabupaten Bulungan
393. 24.05 Kabupaten Nunukan
394. 25.00 Sulawesi Utara
395. 25.01 Kota Manado
396. 25.02 Kota Kotamobagu
397. 25.03 Kota Bitung
398. 25.04 Kota Tomohon

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 38 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
399. 25.05 Kabupaten Bolaang Mongondow
400. 25.06 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
401. 25.07 Kabupaten Bolaang Mongondown
Selatan
402. 25.08 Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur
403. 25.09 Kabupaten Minahasa
404. 25.10 Kabupaten Kepulauan Talaud
405. 25.11 Kabupaten Minahasa Selatan
406. 25.12 Kabupaten Minahasa Utara
407. 25.13 Kabupaten Minahasa Tenggara
408. 25.14 Kabupaten Kepulauan SIau
Tagulandang Biaro
409. 25.15 Kabupaten Kepulauan Sangihe
410. 26.00 Sulawesi Tengah
411. 26.01 Kota Palu
412. 26.02 Kabupaten Banggai
413. 26.03 Kabupaten Banggai Kepulauan
414. 26.04 Kabupaten Buol
415. 26.05 Kabupaten Donggala
416. 26.06 Kabupaten Morowali
417. 26.07 Kabupaten Parigi Moutong
418. 26.08 Kabupaten Poso
419. 26.09 Kabupaten Tojo Una Una
420. 26.10 Kabupaten Toli Toli
421. 26.11 Kabupaten Sigi
422. 26.12 Kabupaten Banggai Laut
423. 26.13 Kabupaten Morowali Utara
424. 27.00 Sulawesi Selatan
425. 27.01 Kota Makassar
426. 27.02 Kota Pare Pare
427. 27.03 Kota Palopo
428. 27.04 Kabupaten Bone
429. 27.05 Kabupaten Bulukumba
430. 27.06 Kabupaten Enrekang
431. 27.07 Kabupaten Gowa
432. 27.08 Kabupaten Jeneponto
433. 27.09 Kabupaten Luwu
434. 27.10 Kabupaten Luwu Timur
435. 27.11 Kabupaten Luwu Utara
436. 27.12 Kabupaten Maros
437. 27.13 Kabupaten Pangkep
438. 27.14 Kabupaten Pinrang
439. 27.15 Kabupaten Sidenreng Rappang
440. 27.16 Kabupaten Sinjai
441. 27.17 Kabupaten Soppeng
442. 27.18 Kabupaten Takalar
443. 27.19 Kabupaten Tanatoraja
444. 27.20 Kabupaten Wajo
445. 27.21 Kabupaten Toraja Utara
446. 27.22 Kabupaten Selayar

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 39 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
447. 27.23 Kabupaten Bantaeng
448. 27.24 Kabupaten Barru
449. 28.00 Sulawesi Tenggara
450. 28.01 Kota Kendari
451. 28.02 Kota Bau Bau
452. 28.03 Kabupaten Bombana
453. 28.04 Kabupaten Buton
454. 28.05 Kabupaten Konawe
455. 28.06 Kabupaten Kolaka
456. 28.07 Kabupaten Kolaka Utara
457. 28.08 Kabupaten Konawe Selatan
458. 28.09 Kabupaten Muna
459. 28.10 Kabupaten Wakatobi
460. 28.11 Kabupaten Konawe Utara
461. 28.12 Kabupaten Buton Utara
462. 28.13 Kabupaten Kolaka Timur
463. 28.14 Kabupaten Konawe Kepulauan
464. 28.15 Kabupaten Muna Barat
465. 28.16 Kabupaten Buton Tengah
466. 28.17 Kabupaten Buton Selatan
467. 29.00 Gorontalo
468. 29.01 Kota Gorontalo
469. 29.02 Kabupaten Boalemo
470. 29.03 Kabupaten Bone Bolango
471. 29.04 Kabupaten Gorontalo
472. 29.05 Kabupaten Gorontalo Utara
473. 29.06 Kabupaten Pohuwato
474. 30.00 Sulawesi Barat
475. 30.01 Kabupaten Mamuju
476. 30.02 Kabupaten Majene
477. 30.03 Kabupaten Mamuju Utara
478. 30.04 Kabupaten Mamasa
479. 30.05 Kabupaten Polewali Mandar
480. 30.06 Kabupaten Mamuju Tengah
481. 31.00 Maluku
482. 31.01 Kota Ambon
483. 31.02 Kota Tual
484. 31.03 Kabupaten Buru
485. 31.04 Kabupaten Kepulauan Aru
486. 31.05 Kabupaten Seram Bagian Barat
487. 31.06 Kabupaten Seram Bagian Timur
488. 31.07 Kabupaten Maluku Tengah
489. 31.08 Kabupaten Maluku Tenggara
490. 31.09 Kabupaten Maluku Tenggara Barat
491. 31.10 Kabupaten Maluku Barat Daya
492. 31.11 Kabupaten Buru Selatan
493. 32.00 Maluku Utara
494. 32.01 Kota Ternate
495. 32.02 Kota Tidore Kepulauan
496. 32.03 Kabupaten Halmahera Barat
497. 32.04 Kabupaten Halmahera Selatan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 40 -

KODE
No. PROVINSI Kabupaten/Kota
WILAYAH
498. 32.05 Kabupaten Halmahera Tengah
499. 32.06 Kabupaten Halmahera Timur
500. 32.07 Kabupaten Halmahera Utara
501. 32.08 Kabupaten Kepulauan Sula
502. 32.09 Kabupaten Morotai
503. 32.10 Kabupaten Pulau Taliabu
504. 33.00 Papua
505. 33.01 Kota Jayapura
506. 33.02 Kabupaten Asmat
507. 33.03 Kabupaten Biak Numfor
508. 33.04 Kabupaten Boven Digoel
509. 33.05 Kabupaten Jayapura
510. 33.06 Kabupaten Jayawijaya
511. 33.07 Kabupaten Keerom
512. 33.08 Kabupaten Mappi
513. 33.09 Kabupaten Merauke
514. 33.10 Kabupaten Mimika
515. 33.11 Kabupaten Paniai
516. 33.12 Kabupaten Pegunungan Bintang
517. 33.13 Kabupaten Puncak Jaya
518. 33.14 Kabupaten Sarmi
519. 33.15 Kabupaten Memberamo Raya
520. 33.16 Kabupaten Supiori
521. 33.17 Kabupaten Tolikara
522. 33.18 Kabupaten Yahukimo
523. 33.19 Kabupaten Yapen Waropen
524. 33.20 Kabupaten Waropen
525. 33.21 Kabupaten Nabire
526. 33.22 Kabupaten Memberamo Tengah
527. 33.23 Kabupaten Yalimo
528. 33.24 Kabupaten Lanny Jaya
529. 33.25 Kabupaten Nduga
530. 33.26 Kabupaten Puncak
531. 33.27 Kabupaten Dogiyai
532. 33.28 Kabupaten Diyai
533. 33.29 Kabupaten Intan Jaya
534. 34.00 Papua Barat
535. 34.01 Kota Sorong
536. 34.02 Kabupaten Fak fak
537. 34.03 Kabupaten Kaimana
538. 34.04 Kabupaten Kepulauan Raja Ampat
539. 34.05 Kabupaten Manokwari
540. 34.06 Kabupaten Sorong Selatan
541. 34.07 Kabupaten Teluk Bintuni
542. 34.08 Kabupaten Sorong
543. 34.09 Kabupaten Teluk Wondama
544. 34.10 Kabupaten Tambrauw
545. 34.11 Kabupaten Maybrat
546. 34.12 Kabupaten Manokwari Selatan
547. 34.13 Kabupaten Pegunungan Arfak

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 41 -

FORMULIR MODEL ADM.BA-REG

KOP PENGAWAS PEMILU

BERITA ACARA REGISTRASI


TEMUAN/LAPORAN DUGAAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILU/
PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILU TSM**

Pada hari ini … tanggal … bulan … tahun …, pukul … WIB/WITA/WIT,


Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota* telah mencatatkan di
dalam buku register Temuan/Laporan** dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu/Pelanggaran Administratif Pemilu TSM** yang disampaikan oleh:

Nama Penemu/Pelapor : .................................................................


Alamat : .................................................................
Pekerjaan : .................................................................
Usia : ….. Tahun
Jenis Kelamin : .................................................................
Nomor Telepon/HP : .................................................................

Temuan/Laporan** telah diregistrasi dengan Nomor: …… ***.

Demikian berita acara ini dibuat.

Bawaslu/Bawaslu Provinsi/
Bawaslu Kabupaten/Kota*

ttd

(nama Petugas yang meregister)

Keterangan:
* diisi sesuai dengan nama lembaganya
** dipilih salah satu
*** diisi sesuai dengan format penomoran registrasi Temuan atau Laporan

.id/
- 42 -

FORMULIR MODEL ADM.SPS

KOP PENGAWAS PEMILU


…….. , …………………….*

Nomor : ………….**
Lampiran : ………….
Perihal : Pemberitahuan dan Panggilan Sidang Pemeriksaan

Kepada Yth. …………..


di - ………

Menindaklanjuti Laporan/Temuan dugaan Pelanggaran Administratif


Pemilu/Pelanggaran Administratif Pemilu TSM*** nomor: ….. yang
disampaikan/ditemukan oleh ….. (nama Pelapor/penemu), Bawaslu/Bawaslu
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota**** dengan ini memberitahukan kepada
saudara/saudari sebagai Pelapor/Terlapor/Saksi/Ahli/Lembaga Terkait/Pihak
Terkait*** untuk menghadiri sidang pemeriksaan yang akan diselenggarakan
pada:
Hari / Tanggal : ...........................................................................................
Jam : ...........................................................................................
Tempat***** : ...........................................................................................
Agenda Sidang : ...........................................................................................

Demikian pemberitahuan dan panggilan ini disampaikan.

Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/Kota****
Ketua

Ttd

……………………....

Keterangan:
* diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
** diisi dengan nomor persuratan
*** dipilih salah satu
**** diisi sesuai nama lembaganya
***** diisi dengan tautan jika dilaksanakan secara daring

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 43 -

FORMULIR MODEL ADM.JAWABAN

……….., ………………….

Nomor : …….
Lampiran : …….
Perihal : Jawaban Terlapor

Kepala Yth.
Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota**
di - ………….

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …….
Alamat : …….
Pekerjaan : …….

Atau (jika memberikan kuasa kepada pihak lain)

Nama : …….
Alamat : …….

Berdasarkan surat kuasa khusus tanggal …. bertindak untuk dan atas nama
pemberi kuasa:

Nama : …….
Alamat : …….
Pekerjaan : …….

Dalam hal ini sebagai Terlapor dalam Temuan/Laporan* dugaan Pelanggaran


Administratif Pemilu nomor: ……. yang disampaikan/ditemukan oleh … (nama
Pelapor/Penemu) dengan ini mengajukan jawaban sebagai berikut:
(berisi uraian jawaban Terlapor)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, mohon kepada Bawaslu/Bawaslu


Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota** untuk menerima, memeriksa, mengkaji
dan memutus dengan seadil-adilnya.

Demikian jawaban ini disampaikan.

Hormat Kami,
Terlapor

ttd

(nama jelas)

Keterangan:
* pilih salah satu
** diisi sesuai dengan nama lembaganya

.id/
- 44 -

FORMULIR MODEL ADM.BA-SP


KOP PENGAWAS PEMILU

BERITA ACARA SIDANG PEMERIKSAAN


Nomor: ……...*

Bahwa pada hari ini … tanggal … bulan … tahun … bertempat di ………


dilaksanakan sidang pemeriksaan Temuan/Laporan** dugaan pelanggaran
administratif Pemilu/ Pelanggaran Administratif Pemilu TSM** nomor: ….. oleh
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten Kota*** dengan agenda sidang
…. yang dihadiri oleh:

A. Majelis Pemeriksa
1. ………..
2. ………..
3. ………..

dibantu oleh :

1. Sekretaris Pemeriksa : …….


2. Asisten Pemeriksa : …….
3. Perisalah : …….

B. Para Pihak
1. Pelapor/Penemu : … (nama Pelapor/Kuasanya)
2. Terlapor : … (nama Terlapor/Kuasanya)
3. Saksi Pelapor : …
4. Saksi Terlapor : …
5. Ahli : …
6. Lembaga Terkait : …
7. Pihak Terkait : …
8. Investigator : …

C. Bahwa catatan terhadap proses sidang pemeriksaan adalah sebagai berikut:


(uraian setiap kejadian yang terjadi dalam sidang pemeriksaan)

Demikian sidang pemeriksaan Temuan/Laporan** dugaan Pelanggaran


Administratif Pemilu/ Pelanggaran Administratif Pemilu TSM** yang ditutup
oleh Majelis Pemeriksa pada pukul … : … WIB/WITA/WIT. Sidang pemeriksaan
berikutnya dengan agenda …. akan dilaksanakan pada (hari, tanggal, bulan,
tahun).

Sekretaris Pemeriksa

ttd

(nama jelas)

Keterangan:
* diisi dengan nomor register Temuan Atau Laporan
** pilih salah satu
*** diisi sesuai dengan nama lembaganya

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 45 -

FORMULIR MODEL ADM.RISALAH

KOP PENGAWAS PEMILU

RISALAH SIDANG PEMERIKSAAN


Nomor: ……*

Agenda Sidang Pemeriksaan : ......................................................................


Waktu : (Hari, tanggal, bulan, tahun)

A. Majelis Pemeriksa
1. ………..
2. ………..
3. ………..

dibantu oleh :

1. Sekretaris Pemeriksa : …….


2. Asisten Pemeriksa : …….
3. Perisalah : …….

B. Para Pihak
1. Pelapor/Penemu : … (nama Pelapor/Kuasanya)
2. Terlapor : … (nama Terlapor/Kuasanya)
3. Saksi Pelapor : …
4. Saksi Terlapor : …
5. Ahli : …
6. Lembaga Terkait : …
7. Pihak Terkait : …
8. Investigator : …

SIDANG PEMERIKSAAN
Pukul: …. : …. s/d …. : …

Keterangan/Dialog yang disampaikan dalam


No Pihak disertai Nama
sidang pemeriksaan
1
2
3
dst

Keterangan:
* diisi dengan nomor register Temuan Atau Laporan

.id/
- 46 -

FORMULIR MODEL ADM.BA-SUMPAH/JANJI

BERITA ACARA SUMPAH/JANJI

Pada hari ini …… tanggal ….bulan ……., pukul ………WIB/WITA/WIT, saya:

------------------------------------: : -----------------------------------

Telah bersumpah/berjanji sesuai dengan agama dan kepercayaan yang saya


anut, yakni agama ....…………….* sebagai saksi yang akan memberikan
keterangan sesuai dengan apa yang saya dengar, lihat dan/atau alami terkait
dengan Temuan/Laporan Nomor: …..**

atau

Telah bersumpah/berjanji sesuai dengan agama dan kepercayaan yang saya


anut, yakni agama ....…………….* sebagai ahli yang akan memberikan
pendapat sesuai dengan pengetahuan dan keahlian saya terkait dengan
Temuan/Laporan Nomor: …..**

Demikian sumpah/janji saya, dan akan saya pertanggungjawabkan sesuai


tuntunan agama dan kepercayaan yang saya anut.

Saya yang bersumpah/berjanji

Materai
10.000

(nama dan tanda tangan)

Keterangan:
* diisi sesuai dengan agama/kepercayaan pihak yang bersumpah/berjanji.
** diisi dengan nomor register Temuan/Laporan

.id/
- 47 -

FORMULIR MODEL ADM.BA-PST

KOP PENGAWAS PEMILU

BERITA ACARA PEMERIKSAAN SETEMPAT


Nomor: .…..…*

Bahwa pada hari … tanggal … bulan … tahun …, dilaksanakan pemeriksaan


setempat oleh Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten Kota**
sehubungan dengan penyelesaian Temuan/Laporan*** dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu/Pelanggaran Administratif Pemilu TSM*** Nomor:…* yang
dihadiri oleh:

A. Majelis Pemeriksa
1. ………..
2. ………..
3. ………..

dibantu oleh :
1. Sekretaris Pemeriksa : …….
2. Asisten Pemeriksa : …….
3. Perisalah : …….

B. Para Pihak:
1. Pelapor/Penemu : …………
2. Terlapor : …………

C. Telah melaksanakan pemeriksaan dan penelitian terhadap barang bukti


yaitu:
1. …………… yang berlokasi di …………
2. …………… yang berlokasi di …………

D. Bahwa catatan terhadap pemeriksaan setempat adalah sebagai berikut:


(uraian kronologis dan dokumentasi kegiatan dan bukti dalam pemeriksaan
setempat)

Demikian pelaksanaan pemeriksaan setempat dalam penyelesaian


Laporan/Temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu / Pelanggaran
Administratif Pemilu TSM yang hasilnya akan disampaikan disampaikan dalam
sidang pemeriksaan.

Majelis Pemeriksa Sekretaris Pemeriksa

(nama jelas dan tanda tangan) (nama jelas dan tanda tangan)

Keterangan:
* diisi dengan nomor register Temuan/Laporan
** diisi sesuai dengan nama lembaganya
*** pilih salah satu

.id/
- 48 -

FORMULIR MODEL ADM.PUTUSAN

LAMBANG GARUDA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM/


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI/
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA*

PUTUSAN
NOMOR: ……**

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Menimbang bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*,


telah menerima, memeriksa, mengkaji, dan memutus Temuan/Laporan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu/Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yang
disampaikan oleh:

Nama : ………………………………
Tempat, Tanggal Lahir : ………………………………
Kewarganegaraan : ………………………………
Pekerjaan : ………………………………
Alamat : ………………………………

Melalui kuasa hukumnya yang bernama …….. alamat ……… berdasarkan surat
kuasa khusus

Melaporkan,

Partai Politik Peserta Pemilu/KPU/KPU Provinsi/KPU


Kabupaten/Kota/PPK/PPS/PPLN/KPPS/KPPSLN/Calon Anggota DPR/Calon
Anggota DPD/Calon Anggota DPRD Provinsi/Calon Anggota DPRD
Kabupaten/Kota/Pasangan Calon Presiden Dan Wakil Presiden/Tim Kampanye;
dan/atau Penyelengara Pemilu (untuk terlapor dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu)

Atau

Calon Anggota DPR/Calon Anggota DPD/Calon Anggota DPRD Provinsi/Calon


Anggota DPRD Kabupaten/Kota; dan/atau Pasangan Calon Presiden Dan Wakil
Presiden (untuk terlapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM)

Telah Mendengar Temuan Penemu/Laporan Pelapor;


Mendengar Jawaban Terlapor;
Mendengar Keterangan Saksi-Saksi;
Mendengar Keterangan Ahli; dan
Memeriksa dan mempelajari dengan seksama segala bukti-bukti
yang diajukan Penemu/Pelapor dan Terlapor.

.id/
- 49 -

Menimbang bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota telah


memeriksa Temuan/Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu/
Pelanggaran Administratif Pemilu TSM dengan hasil sebagai berikut:
1. (Uraian Temuan/Laporan Penemu/Pelapor)
2. (Bukti-bukti Penemu/Pelapor)
3. (Keterangan saksi/ahli yang diajukan oleh Penemu/Pelapor)
4. (Bukti-bukti Terlapor)
5. (Keterangan saksi/ahli yang diajukan oleh Terlapor)
6. (Keterangan lembaga terkait)*jika ada
7. (Keterangan pihak terkait)*jika ada
8. (Laporan hasil Investigasi)*jika ada
9. (Pertimbangan Majelis Pemeriksa):
a. Fakta-fakta yang terungkap dalam sidang pemeriksaan.
(berisi uraian fakta-fakta hukum atau peristiwa yang benar-benar
terjadi karena dapat dibuktikan dalam sidang pemeriksaan)
b. Penilaian dan pendapat Majelis Pemeriksa
(berisi analisa terhadap fakta hukum dengan mengkaitkannya dengan
norma hukum dan/atau teori-teori hukum)

Menimbang bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*


terhadap hasil pemeriksaan, mengambil kesimpulan sebagai berikut:
(uraian kesimpulan dari penilaian dan pendapat Majelis Pemeriksa)

Mengingat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan


Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2022 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.

MEMUTUSKAN:

1. Menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan


Pelanggaran Administratif Pemilu;
2. Memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS,
KPPS, PPLN, atau KPPSLN untuk melakukan perbaikan administrasi
terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme pada tahapan pemilu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. memberikan teguran kepada Terlapor untuk tidak mengulangi atau
melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan perundang-undangan;
4. Memerintahkan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota agar
Terlapor untuk tidak diikutkan pada tahapan Pemilu dalam penyelenggaran
Pemilu; dan/atau
5. Memberikan sanksi administratif lainnya kepada Terlapor sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang mengenai Pemilu.

Atau

Menyatakan Terlapor tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan


perbuatan melanggar tata cara, prosedur, atau mekanisme pada tahapan pemilu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Atau

1. Menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan


Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi secara terstruktur sistematis
dan masif;
2. Memerintahkan kepada KPU untuk membatalkan terlapor sebagai calon

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 50 -

anggota DPR/DPD atau Pasangan Calon;


3. Memerintahkan kepada KPU Provinsi untuk membatalkan terlapor sebagai
calon anggota DPRD Provinsi; atau
4. Memerintahkan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk membatalkan terlapor
sebagai calon anggota DPRD Kabupaten/Kota.

Atau

Menyatakan Terlapor sebagai calon anggota DPR/DPD/DPRD Provinsi/DPRD


Kabupaten/Kota atau Pasangan Calon tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi secara
terstruktur, sistematis, dan masif.

Demikian diputuskan pada pleno Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Provinsi


Kabupaten/Kota** oleh 1) …..,sebagai Ketua, 2)…..., 3)…..., 4)…..., dan 5)…...
masing-masing sebagai Anggota pada hari … tanggal ... bulan … tahun …. dan
dibacakan di hadapan para pihak dalam sidang yang terbuka untuk umum pada
hari … tanggal ... bulan … tahun ….

Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*

Ketua

ttd

……………….

Anggota Anggota

ttd ttd

………………. ……………….

Anggota Anggota

ttd ttd

………………. ……………….

Sekretaris Pemeriksa,

ttd

…………..

Keterangan:
* diisi sesuai dengan nama lembaganya
** nomor putusan sama dengan nomor register Temuan/Laporan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 51 -

FORMULIR MODEL ADM.STATUS

KOP PENGAWAS PEMILU

STATUS TEMUAN/LAPORAN*
NOMOR: ………. **

Bahwa pada hari … tanggal … bulan … tahun …. telah dibacakan putusan


Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*** atas
Temuan/Laporan* dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu/ Pelanggaran
Administratif Pemilu TSM dengan nomor ………….. yang disampaikan oleh
Penemu/Pelapor* atas nama ……………… dan Terlapor atas nama ……………
dengan amar putusan sebagai berikut:

1) ………………………….
2) ………………………….
3) ………………………….

Demikian status Temuan/Laporan ini disampaikan.

……………, ……………………………….****

BAWASLU/BAWASLU PROVINSI/BAWASLU
KABUPATEN/KOTA**
KETUA

ttd

…..................

Keterangan:
* pilih salah satu
** diisi dengan nomor register Temuan/Laporan atau putusan
*** diisi sesusi dengan nama lembaganya
**** diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun diterbitkannya status

.id/
- 52 -

FORMULIR MODEL ADM.KOREKSI

………., …………………..

Nomor : ……………….
Lampiran : ……………….
Perihal : Permintaan Koreksi atas Putusan Bawaslu Provinsi/
Bawaslu Kabupaten/Kota Nomor …. Tanggal ……

Kepada Yth.
Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia
di – ……………….

Dengan hormat,
Bahwa dengan ini kami sebagai Penemu/Pelapor/Terlapor* dalam
Temuan/Laporan Pelanggaran Administratif Pemilu nomor: …………………
dengan pihak-pihak sebagai berikut:

Penemu/Pelapor:
a. Nama : …………………….
b. Alamat : …………………….
c. Pekerjaan : …………………….
d. Nomor Telepon/HP : …………………….

Melaporkan

Terlapor:
a. Nama : …………………….
b. Alamat : …………………….
c. Pekerjaan : …………………….
d. Nomor Telepon/HP : …………………….

Bahwa Temuan/Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu


sebagaimana dimaksud di atas, telah dilakukan pemeriksaan dan dibacakan
putusan oleh Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota** melalui putusan
nomor: …………… , pada tanggal …….., dengan amar putusan sebagai berikut:
(berisi amar putusan Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota)

Terhadap putusan tersebut, kami selaku kuasa hukum dari


Penemu/Pelapor/Terlapor* berdasarkan surat kuasa khusus nomor …, tanggal
…. mengajukan permintaan koreksi atas putusan Bawaslu Provinsi/ Bawaslu
Kabupaten/Kota** Nomor ….., tanggal ….. kepada Bawaslu Republik Indonesia.

I. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMINTAAN KOREKSI


Bahwa Putusan Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota** Nomor …..
tanggal …… dibacakan pada hari …… tanggal ………, sementara
Penemu/Pelapor/Terlapor* mengajukan permintaan koreksi kepada Badan
Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia pada tanggal ………. Dengan
demikian permintaan koreksi ini diajukan masih dalam rentang waktu yang
ditentukan.

II. URAIAN PERMINTAAN KOREKSI

.id/
- 53 -

(jelaskan secara detail tentang permintaan koreksi


Penemu/Pelapor/Terlapor atas penerapan hukum dalam putusan Bawaslu
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota).

Demikian permintaan koreksi Penemu/Pelapor/Terlapor* disampaikan dengan


harapan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia dapat segera
memeriksa dan memutus permintaan koreksi ini dengan seadil-adilnya.

Hormat kami,
Penemu/Pelapor/Terlapor
Kuasa Penemu/Pelapor/Terlapor

…………………………….
(nama jelas dan tanda tangan)

Keterangan:
* pilih salah satu
** diisi sesuai dengan nama lembaganya

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 54 -

FORMULIR MODEL ADM.TT-KOREKSI

KOP PENGAWAS PEMILU

TANDA TERIMA PERMINTAAN KOREKSI


NOMOR: …….*

Telah diterima dari


Nama : ....................................................................................
Alamat : ....................................................................................
Pekerjaan : ....................................................................................
Nomor Telepon/HP : ....................................................................................
Hari dan Tanggal : …………. / ..................................................................
Waktu : … : …. WIB/WITA/WIT
Dokumen :
No Nama Dokumen Jumlah Keterangan
1
2
dst

………, ………………………..**

Diterima oleh,

CAP ttd ttd

(…………………….. ) (…………………………………)
Penerima Koreksi Penemu/Pelapor/Terlapor***

Keterangan:
* diisi dengan nomor register koreksi
** diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
*** dipilih sesuai dengan siapa yang mengajukan permintaan koreksi

.id/
- 55 -

FORMULIR MODEL ADM.BA-REG.KOREKSI

KOP PENGAWAS PEMILU

BERITA ACARA REGISTRASI PERMINTAAN KOREKSI

Pada hari ini … tanggal … bulan … tahun …, pukul … WIB, Bawaslu telah
mencatatkan di dalam buku register permintaan koreksi yang disampaikan
oleh:

Nama : .................................................................
Alamat : .................................................................
Pekerjaan : .................................................................
Usia : ….. Tahun
Jenis Kelamin : .................................................................
Nomor Telepon/HP : .................................................................

Berkedudukan sebagai Penemu/Pelapor/Terlapor* dalam Temuan/Laporan*


dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu Nomor: ……… yang putusannya
telah dibacakan oleh Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota** pada
tanggal…

Permintaan koreksi tersebut telah diregistrasi dengan Nomor: …….

Demikian berita acara ini dibuat.

BADAN PENGAWAS PEMILU

ttd

(nama Petugas yang meregister)


Catatan:
* pilih salah Satu;
** diisi sesuai dengan nama lembaganya

.id/
- 56 -

FORMULIR MODEL ADM.SP-KOREKSI

KOP PENGAWAS PEMILU

…………, …………………………*

Nomor : ……………………**
Lampiran : ……………………
Perihal : Pemberitahuan Permintaan Koreksi atas Putusan Bawaslu
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota Nomor …….

Kepada Yth.
………………..
di- ……………

Bersama dengan surat ini, Bawaslu Republik Indonesia menyampaikan


pemberitahuan kepada saudara/saudari yang berkedudukan sebagai
Pelapor/Penemu/Terlapor dalam Temuan/Laporan Dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu Nomor: ………. yang telah diputus oleh Bawaslu Provinsi/
Bawaslu Kabupaten/Kota* pada tanggal ………, hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Bawaslu telah menerima permintaan koreksi atas Putusan Bawaslu
Provinsi/ Bawaslu Kabupaten/Kota Nomor: ………. yang disampaikan oleh
……………. sebagai Pelapor/Penemu/Terlapor. Permintaan koreksi tersebut
telah diregister dengan Nomor: …………..
2. Bahwa terhadap permintaan koreksi tersebut, Bawaslu memberi
kesempatan kepada saudara/saudari sebagai Pelapor/Penemu/Terlapor
untuk membuat dan menyampaikan jawaban kepada Bawaslu paling lambat
2 (dua) hari kerja setelah surat pemberitahuan ini diterima.
3. Jawaban sebagaimana dimaksud angka 2 di atas, dibuat dalam 1 (satu)
rangkap sesuai dengan Formulir Model ADM.JAWABAN-KOREKSI
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilu.

Demikian pemberitahuan ini disampaikan.

BADAN PENGAWAS PEMILU


KETUA

………………………………………..
Keterangan:
* diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun
** diisi nomor persuratan

.id/
- 57 -

FORMULIR MODEL ADM.JAWABAN-KOREKSI

…………, …………………………

Nomor : …….
Lampiran : …….
Perihal : Jawaban atas Permintaan Koreksi Nomor ……

Kepala Yth.
Ketua Bawaslu Republik Indonesia
di - Jakarta

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………………..
Pekerjaan : …………………………..
Alamat : …………………………..
Nomor Telepon/HP : …………………………..

Atau (jika memberikan kuasa kepada pihak lain)

Nama : …….
Alamat : …….
Nomor Telepon/HP : …….

Berdasarkan surat kuasa khusus nomor ….. tanggal …. bertindak untuk dan
atas nama pemberi kuasa:

Nama : …………………………..
Pekerjaan/Jabatan : …………………………..
Alamat : …………………………..
Nomor Telepon/HP : …………………………..

Dalam hal ini berkedudukan sebagai Pelapor/Penemu/Terlapor dalam


Temuan/Laporan Nomor: …………. yang putusannya telah dibacakan oleh
Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota pada tanggal……

Dengan ini mengajukan jawaban atas Permintaan Koreksi Nomor: …………….,


dengan uraian sebagai berikut:
(Berisi uraian jawaban)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, mohon kepada Bawaslu untuk


memberikan putusan dengan seadil-adilnya.

Demikian jawaban ini disampaikan.

Hormat Kami,
Pelapor/Penemu/Terlapor
Kuasa Pelapor/Penemu/Terlapor

ttd

………………………

.id/
- 58 -

FORMULIR MODEL ADM.PUTUSAN-KOREKSI

LAMBANG GARUDA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN KOREKSI
NOMOR: ………………………*

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Menimbang bahwa Bawaslu telah menerima permintaan koreksi yang


disampaikan oleh:

Nama : ………………………………
Tempat, Tanggal Lahir : ………………………………
Kewarganegaraan : ………………………………
Pekerjaan : ………………………………
Alamat : ………………………………

Melalui kuasa hukumnya yang bernama …….. alamat ……… berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal ………… Dalam hal ini berkedudukan sebagai
Pelapor/Penemu/Terlapor dalam Temuan/Laporan Nomor: ………. Yang telah
diputus oleh Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota pada tanggal …….
Dengan amar putusan sebagai berikut:

MEMUTUSKAN
1. …………………………………………
2. …………………………………………
3. …………………………………………
4. …………………………………………

Permintaan koreksi dimaksud telah diregistrasi dengan Nomor: …………….

Menimbang bahwa Bawaslu telah memeriksa permintaan koreksi dimaksud


dengan hasil sebagai berikut:
1. (Uraian permintaan koreksi dari Pelapor/Penemu/Terlapor)
2. (Uraian Jawaban atas Permintaan Koreksi)
3. (Pertimbangan Bawaslu)

Menimbang berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Bawaslu mengambil


kesimpulan sebagai berikut:
(uraian kesimpulan dari penilaian Bawaslu)

Mengingat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan


Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2022 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan menerima Permintaan Koreksi yang diajukan oleh ……...

.id/
- 59 -

2. Menyatakan membatalkan Putusan Bawaslu Provinsi/Bawaslu


Kabupaten/Kota Nomor: …., tanggal: ….

Atau

Menyatakan Menolak Permintaan Koreksi yang diajukan oleh…… dan


menguatkan Putusan Bawaslu Provinsi/Kabupaten/Kota ….. Nomor: ….,
tanggal ….

Atau

Menyatakan Permintaan Koreksi Tidak Dapat Diterima.

Demikian diputuskan pada pleno Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Provinsi


Kabupaten/Kota** oleh 1) …..,sebagai Ketua, 2)…..., 3)…..., 4)…..., dan 5)…...
masing-masing sebagai Anggota pada hari … tanggal ... bulan … tahun ….

Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*

Ketua

ttd

……………….

Anggota Anggota

ttd ttd

………………. ……………….

Anggota Anggota

ttd ttd

………………. ……………….

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 60 -

FORMULIR MODEL ADM.STL-KOREKSI

KOP PENGAWAS PEMILU

STATUS PERMINTAAN KOREKSI


NOMOR: ……….*

Bahwa pada hari … tanggal … bulan … tahun …. Bawaslu telah menerbitkan


Putusan atas Permintaan Koreksi Nomor: ………… yang diajukan oleh …….
dengan amar putusan sebagai berikut:

1) ………………………….
2) ………………………….
3) ………………………….

Demikian status permintaan koreksi ini disampaikan.

……………, ……………………………….

BADAN PENGAWAS PEMILU


KETUA

ttd

…..................

Keterangan:
* diisi dengan nomor Putusan Koreksi

.id/
- 61 -

FORMULIR MODEL ADM.ACARA CEPAT

LAMBANG GARUDA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM/


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI/
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA/
PANWASLU LUAR NEGERI*

PUTUSAN PEMERIKSAAN CEPAT


NOMOR: ……**

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. PENEMU/PELAPOR
Nama : ………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………….
Alamat : ………………………………………………….

B. TERLAPOR
Nama : ………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………….
Alamat : ………………………………………………….

C. URAIAN PERISTIWA DAN ANALISA HUKUM


(Uraian peristiwa secara singkat mencakup informasi berdasarkan hasil
pengawasan atau penyampaian Laporan, tanggapan Terlapor, serta
analisa hukum)

D. PUTUSAN

Menimbang berdasarkan peristiwa dan analisa hukum sebagaimana


dimaksud di atas dan meningat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum dan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan
Umum Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilu.

MEMUTUSKAN

1. ………………………………………..
2. ………………………………………..
3. ………………………………………..

Demikian diputuskan pada pleno Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Provinsi


Kabupaten/Kota/Panwaslu Luar Negeri* oleh 1) ….., sebagai Ketua, 2)…...,
3)…..., masing-masing sebagai Anggota pada hari …… tanggal ........ bulan ……..
tahun …. dan ditanda tangani oleh …………….. sebagai Anggota
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Provinsi Kabupaten/Kota/Panwaslu LN
yang berada di tempat terjadinya Pelanggaran Administratif Pemilu.

.id/
- 62 -

Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota/Panwaslu LN

(……………………………****)

Keterangan:
* diisi sesuai dengan nama lembaganya
** diisi dengan nomor putusan pemeriksaan acara cepat
*** diisi sesuai keadaan yang terjadi
**** ditanda tangani oleh Pengawas Pemilu yang berada di lokasi terjadinya
Pelanggaran Administratif Pemilu

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

RAHMAT BAGJA

Sesuai dengan naskah aslinya


SEKRETARIAT JENDERAL
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Kepala Biro Hukum dan Humas

Agung Bagus Gede Bhayu Indra Atmaja

https://jdih.bawaslu.go.id/
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILIHAN UMUM
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai penyelesaian sengketa proses


pemilihan umum dalam Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2019
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum sudah tidak
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum,
sehingga perlu diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal
469 ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum, perlu menetapkan Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan


Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6109);
2. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2018 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Organisasi, dan
Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas
Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan
Umum Provinsi, dan Sekretariat Badan Pengawas
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 141);
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor
Tahun 1 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi,
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum
-2-

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas


Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 411);
4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 3
Tahun 2022 tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan
Pengawas Pemilihan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 889);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Presiden dan Wakil Presiden adalah Presiden dan Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR
adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
4. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD
adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut
Bawaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut
Bawaslu Provinsi adalah badan yang mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi, termasuk
Panitia Pengawas Pemilihan Provinsi Aceh.
8. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut Bawaslu Kabupaten/Kota adalah
badan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
wilayah kabupaten/kota, termasuk Panitia Pengawas

https://jdih.bawaslu.go.id/
-3-

Pemilihan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Provinsi


Aceh.
9. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang selanjutnya
disebut Panwaslu Kecamatan adalah panitia yang
dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama
lain.
10. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU
adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri dalam melaksanakan Pemilu.
11. Komisi Pemilihan Umum Provinsi yang selanjutnya
disebut KPU Provinsi adalah penyelenggara Pemilu di
provinsi, termasuk Komisi Independen Pemilihan Provinsi
Aceh.
12. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut KPU Kabupaten/Kota adalah
penyelenggara Pemilu di kabupaten/kota, termasuk
Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota di seluruh
Provinsi Aceh.
13. Peserta Pemilu adalah partai politik untuk Pemilu anggota
DPR, anggota DPRD provinsi, anggota DPRD
kabupaten/kota, perseorangan untuk Pemilu anggota
DPD, dan pasangan calon yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik untuk Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden.
14. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang
selanjutnya disebut Pasangan Calon adalah pasangan
calon peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik yang telah memenuhi persyaratan.
15. Partai Politik Peserta Pemilu adalah partai politik yang
telah memenuhi persyaratan sebagai Peserta Pemilu
anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota.
16. Sistem Informasi Penyelesaian Sengketa yang selanjutnya
disingkat SIPS adalah sistem informasi yang dibangun dan
dikembangkan oleh Bawaslu untuk digunakan dalam
pelayanan penyelesaian sengketa proses Pemilu di
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
17. Hari adalah hari kerja.

Pasal 2
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
berwenang melakukan penyelesaian sengketa proses
Pemilu.
(2) Sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi sengketa antar-Peserta Pemilu dan sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU
Provinsi, dan keputusan KPU Kabupaten/Kota.
(3) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota didukung secara administrasi
dan teknis operasional oleh Sekretariat Jenderal Bawaslu,

https://jdih.bawaslu.go.id/
-4-

sekretariat Bawaslu Provinsi, dan sekretariat Bawaslu


Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 3
Penyelesaian sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dilaksanakan secara cepat dan tanpa biaya.

BAB II
SENGKETA ANTARPESERTA PEMILU

Pasal 4
Sengketa antar-Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) terjadi karena ada hak Peserta Pemilu yang
dirugikan secara langsung oleh Peserta Pemilu lain pada
tahapan proses Pemilu.

Pasal 5
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menyelesaikan sengketa antar-Peserta Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 di tempat terjadinya
sengketa proses Pemilu pada hari yang sama pada saat
permohonan disampaikan.
(2) Untuk mempercepat penyelesaian sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terjadi
di wilayah kecamatan, Bawaslu Kabupaten/Kota dapat
memberikan mandat kepada Panwaslu Kecamatan untuk
menyelesaikan sengketa antar-Peserta Pemilu di wilayah
kerjanya.
(3) Mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan keputusan Bawaslu Kabupaten/Kota melalui
rapat pleno setelah berkonsultasi dengan Bawaslu
Provinsi.

Pasal 6
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
Panwaslu Kecamatan menyelesaikan sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan
mekanisme penyelesaian sengketa proses Pemilu acara cepat.

Pasal 7
(1) Dalam hal terdapat kondisi tertentu, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan menyelesaikan sengketa antar-Peserta Pemilu
paling lama 3 (tiga) hari kalender terhitung sejak
permohonan disampaikan.
(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. akses geografis yang sulit dijangkau;
b. akses komunikasi yang sulit terjangkau; dan/atau
c. keadaan lain yang menyebabkan Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, atau Panwaslu
Kecamatan tidak dapat menyelesaikan sengketa
antar-Peserta Pemilu pada hari yang sama.

https://jdih.bawaslu.go.id/
-5-

Pasal 8
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
Panwaslu Kecamatan menyelesaikan sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan
Pasal 7 melalui tahapan:
a. menerima permohonan;
b. melakukan pemeriksaan permohonan;
c. mempertemukan para pihak yang bersengketa;
d. memeriksa bukti; dan
e. memutus.

Pasal 9
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan menerima permohonan
sengketa antar-Peserta Pemilu yang disampaikan oleh
Peserta Pemilu atas Peserta Pemilu lain.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit memuat:
a. identitas pemohon;
b. identitas termohon; dan
c. kronologis tindakan termohon yang dianggap
merugikan hak pemohon sebagai Peserta Pemilu.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-22 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Dalam hal permohonan disampaikan secara lisan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan mencatatkan permohonan lisan ke dalam
Formulir Model PSPP-22 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
disertai dengan:
a. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan/atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang berkaitan
dengan sengketa; dan/atau
b. bukti.
(7) Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat diwakilkan oleh tim kampanye dan/atau
pelaksana kampanye yang telah terdaftar di KPU, KPU
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota.

Pasal 10
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan melakukan pemeriksaan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 untuk
meneliti kronologis tindakan termohon yang dianggap
merugikan hak pemohon sebagai Peserta Pemilu.
(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi bahan dalam memutus permohonan sengketa
antar-Peserta Pemilu.

https://jdih.bawaslu.go.id/
-6-

Pasal 11
(1) Dalam memutus permohonan sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2),
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan mempertemukan para pihak
yang bersengketa dan melakukan musyawarah untuk
mufakat.
(2) Dalam hal pemohon dan termohon mencapai kesepakatan
dalam musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan
menuangkan hasil kesepakatan ke dalam putusan
penyelesaian sengketa antar-Peserta Pemilu sesuai dengan
Formulir Model PSPP-22 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(3) Dalam hal pemohon dan termohon tidak mencapai
kesepakatan dalam musyawarah untuk mufakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan:
a. menuangkan ketidaksepakatan pemohon dan
temohon ke dalam berita acara yang dibuat sesuai
dengan Formulir Model PSPP-22 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
b. memeriksa dan mengkaji kronologi atau bukti yang
disertakan dalam permohonan sengketa; dan
c. memutus penyelesaian sengketa antar-Peserta
Pemilu.
(4) Hasil kesepakatan dari penyelesaian sengketa antar-
Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan dalam putusan yang dibuat sesuai dengan
Formulir Model PSPP-22 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(5) Dalam memutus penyelesaian sengketa antar-Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panwaslu
Kecamatan wajib melakukan konsultasi dengan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(6) Materi hasil kesepakatan antara pemohon dan termohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 12
(1) Putusan sengketa antar-Peserta Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 bersifat mengikat.
(2) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 13
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,
dan Panwaslu Kecamatan menyiapkan salinan putusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
-7-

sengketa antar-Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 untuk:
a. diberikan kepada pemohon dan termohon; dan
b. ditembuskan kepada:
1. pengawas Pemilu 1 (satu) tingkat di atasnya; dan
2. KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan
PPK sesuai dengan tingkatannya,
paling lama 1 (satu) Hari terhitung sejak putusan
dibacakan.
(2) Selain diberikan dan ditembuskan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), salinan putusan sengketa antar-Peserta
Pemilu diumumkan di:
a. kantor Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan;
dan/atau
b. laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Penyampaian salinan putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus disertai dengan tanda terima salinan
putusan sengketa antar-Peserta Pemilu yang dibuat sesuai
dengan Formulir Model PSPP-26 yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.

BAB III
SENGKETA PESERTA PEMILU DENGAN PENYELENGGARA
PEMILU

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 14
Sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terjadi karena
adanya hak calon Peserta Pemilu dan/atau Peserta Pemilu yang
dirugikan secara langsung oleh tindakan KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau keputusan KPU
Kabupaten/Kota pada tahapan Pemilu tertentu.

Pasal 15
(1) Keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan keputusan
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 berbentuk surat keputusan dan/atau berita acara.
(2) Keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan keputusan
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikecualikan untuk:
a. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang ditetapkan
sebagai tindak lanjut:
1. putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota mengenai
penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu;
dan

https://jdih.bawaslu.go.id/
-8-

2. putusan Bawaslu mengenai penyelesaian


pelanggaran administratif Pemilu yang terjadi
secara terstruktur, sistematis, dan masif;
b. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang ditetapkan
sebagai tindak lanjut putusan Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota mengenai
penyelesaian sengketa proses Pemilu;
c. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang ditetapkan
sebagai tindak lanjut putusan pengadilan terkait
mengenai tindak pidana Pemilu yang telah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap;
d. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota yang ditetapkan
sebagai tindak lanjut putusan pengadilan terkait
mengenai sengketa tata usaha negara Pemilu;
e. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota mengenai hasil
penghitungan suara, rekapitulasi hasil penghitungan
suara, dan penetapan hasil Pemilu;
f. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota sebagai tindak
lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai
perselisihan hasil Pemilu; dan
g. keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, atau
keputusan KPU Kabupaten/Kota sepanjang
mengenai perihal yang disengketakan telah diperiksa
dan diputus oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota.

Bagian Kedua
Pihak dalam Penyelesaian Sengketa Peserta Pemilu dengan
Penyelenggara Pemilu

Pasal 16
Pemohon penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
terdiri atas:
a. pihak yang dinyatakan belum atau tidak memenuhi syarat
untuk ditetapkan sebagai Peserta Pemilu, yakni:
1. partai politik calon Peserta Pemilu yang mendaftar ke
KPU atau KPU Provinsi sesuai kewenangannya
sebagai Peserta Pemilu;
2. bakal calon anggota DPD yang mendaftar ke KPU;
atau
3. bakal Pasangan Calon yang mendaftar ke KPU;
b. Partai Politik Peserta Pemilu yang mendaftarkan bakal
calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, atau anggota
DPRD kabupaten/kota yang dinyatakan belum atau tidak
memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/kota oleh
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya;

https://jdih.bawaslu.go.id/
-9-

c. pihak yang telah ditetapkan sebagai Peserta Pemilu, yakni:


1. Partai Politik Peserta Pemilu;
2. calon anggota DPD; dan/atau
3. Pasangan Calon; dan
d. Partai Politik Peserta Pemilu yang mendaftarkan bakal
calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, atau anggota
DPRD kabupaten/kota dan telah ditetapkan sebagai calon
anggota DPR, DPRD provinsi, atau DPRD kabupaten/kota
oleh oleh KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 17
Partai politik calon Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf a angka 1 dan Partai Politik Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b, huruf
c angka 1, dan huruf d diwakili oleh:
a. ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain,
untuk partai politik calon Peserta Pemilu dan Partai Politik
Peserta Pemilu tingkat pusat;
b. ketua dan sekretaris atau sebutan lain, untuk partai
politik calon Peserta Pemilu dan Partai Politik Peserta
Pemilu tingkat provinsi; dan
c. ketua dan sekretaris atau sebutuan lain, untuk partai
politik calon Peserta Pemilu dan Partai Politik Peserta
Pemilu tingkat kabupaten/kota.

Pasal 18
Penyampaian permohonan penyelesaian sengketa Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu oleh:
a. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf b; dan
b. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, atau
anggota DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf d,
diajukan melalui Partai Politik Peserta Pemilu yang
bersangkutan.

Pasal 19
Bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota
DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf b meliputi:
a. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
anggota DPRD kabupaten/kota dalam daftar bakal calon
anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota yang didaftarkan oleh Partai Politik
Peserta Pemilu kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota namun yang bersangkutan tidak lulus
verfikasi yang dilakukan oleh KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota sehingga yang bersangkutan tidak
dicantumkan dalam daftar calon sementara anggota DPR,
anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota; dan
b. bakal calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan
anggota DPRD kabupaten/kota tercantum dalam daftar

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 10 -

calon sementara anggota DPR, anggota DPRD provinsi,


dan anggota DPRD kabupaten/kota namun yang
bersangkutan tidak ditetapkan sebagai calon anggota
DPR, calon anggota DPRD provinsi, atau calon anggota
DPRD kabupaten/kota dalam daftar calon tetap oleh KPU,
KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkatannya.

Pasal 20
Termohon dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
terdiri atas:
a. KPU;
b. KPU Provinsi; dan
c. KPU Kabupaten/Kota,
sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 21
(1) Pihak terkait dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 terdiri atas:
a. Partai Politik Peserta Pemilu;
b. calon anggota DPR, calon anggota DPRD provinsi,
dan/atau calon anggota DPRD kabupaten/kota;
c. calon anggota DPD; atau
d. Pasangan Calon,
yang berpotensi dirugikan haknya dengan adanya
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(2) Pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengajukan permohonan untuk diikutsertakan dalam
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(3) Penyampaian permohonan sebagai pihak terkait bagi
calon anggota DPR, calon anggota DPRD provinsi,
dan/atau calon anggota DPRD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
melalui Partai Politik Peserta Pemilu yang bersangkutan.

Pasal 22
(1) Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
termohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dan
pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dapat menunjuk kuasa hukum berdasarkan surat kuasa
khusus.
(2) Kehadiran kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk mendampingi atau mewakili pemohon,
termohon, dan/atau pihak terkait dalam tahapan
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(3) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan advokat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai advokat.
(4) Selain dapat didampingi atau diwakili oleh kuasa hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), termohon dapat

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 11 -

didampingi atau diwakili oleh kuasa hukum berdasarkan


surat kuasa khusus yang berasal dari:
a. jaksa pengacara negara; atau
b. pihak yang memiliki wewenang untuk mendampingi
atau mewakili termohon dalam penyelesaian sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) wajib menyampaikan surat kuasa khusus
sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi materai cukup
dan ditandatangani asli serta fotokopi surat kuasa khusus
sebanyak 3 (tiga) rangkap kepada Sekretariat Jenderal
Bawaslu, sekretariat Bawaslu Provinsi, atau sekretariat
Bawaslu Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(6) Surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
wajib disertai dengan:
a. fotokopi kartu advokat dan surat keterangan sumpah
sebagai advokat sebanyak 4 (empat) rangkap sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan/atau
b. fotokopi kartu tanda penduduk elektronik atau surat
keterangan kependudukan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atas
nama kuasa hukum yang mendampingi atau
mewakili pemohon, termohon, atau pihak terkait
sebanyak 4 (empat) rangkap.
(7) Surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dan berkas lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
disampaikan bersama dengan permohonan pihak
pemohon, jawaban pihak termohon, atau permohonan
pihak terkait.

Pasal 23
(1) Penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 dapat melibatkan pihak pemberi ketarangan.
(2) Pihak pemberi keterangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. instansi pemerintahan;
b. lembaga nonpemerintah; dan/atau
c. penyelenggara Pemilu.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan

Paragraf 1
Umum

Pasal 24
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
berwenang menyelesaikan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 12 -

(2) Penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan


penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui tahapan:
a. menerima permohonan;
b. mengkaji permohonan melalui verifikasi formal dan
verifikasi materiel;
c. melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa;
d. melakukan adjudikasi antarpihak yang bersengketa;
dan
e. memutus.
(3) Penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan di kantor Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.

Paragraf 2
Permohonan

Pasal 25
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menerima permohonan sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.

Pasal 26
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
disampaikan oleh pemohon dengan cara:
a. diajukan secara langsung; atau
b. diajukan secara tidak langsung.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak
tanggal penetapan keputusan KPU, keputusan KPU
Provinsi, dan/atau keputusan KPU Kabupaten/Kota yang
menjadi sebab sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(3) Permohonan yang disampaikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak mencakup:
a. laporan dugaan pelanggaran Pemilu yang pernah
diregistrasi oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota sebagai dugaan
pelanggaran administratif Pemilu, dugaan
pelanggaran administratif Pemilu yang bersifat
terstruktur, sistematis, dan masif, serta dugaan
tindak pidana Pemilu; dan
b. sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu yang berkaitan dengan sengketa antar-calon
anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota
DPRD kabupaten/kota dalam 1 (satu) Partai Politik
Peserta Pemilu.

Pasal 27
Petugas penerimaan permohonan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu di Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
dan Bawaslu Kabupaten/Kota mencatatkan permohonan yang
disampaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dalam
buku penerimaan permohonan yang dibuat sesuai dengan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 13 -

Formulir Model PSPP-24 yang tercantum dalam Lampiran yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 28
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu Provinsi,
dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota memberikan
dukungan sarana prasarana dan dukungan teknis penerimaan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 berupa:
a. penyediaan loket penerimaan permohonan sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu; dan
b. penugasan petugas penerimaan permohonan sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu yang berasal
dari pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu,
sekretariat Bawaslu Provinsi, dan sekretariat Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 29
(1) Pemohon menyampaikan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 yang dibuat sesuai dengan
Formulir Model PSPP-01 yang tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan
minimal memuat:
a. identitas pemohon yang terdiri atas nama pemohon,
alamat pemohon, nomor telepon, dan alamat surat
elektronik;
b. identitas termohon yang terdiri atas nama dan alamat
termohon;
c. uraian yang jelas mengenai kewenangan
menyelesaikan sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu;
d. kedudukan hukum pemohon dalam penyelenggaraan
Pemilu;
e. kedudukan hukum termohon dalam penyelenggaraan
Pemilu;
f. uraian yang jelas mengenai tenggang waktu
pengajuan permohonan;
g. penyebutan secara lengkap dan jelas keputusan KPU,
keputusan KPU Provinsi, dan/atau keputusan KPU
Kabupaten/Kota sebagai objek sengketa yang
memuat kerugian langsung pemohon atas objek yang
disengketakan;
h. uraian alasan permohonan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu berupa fakta yang
disengketakan yang disertai dengan uraian dasar
hukum dan bukti yang akan diajukan; dan
i. petitum atau hal yang dimohonkan pemohon untuk
diputus.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai cukup
dan ditandatangani asli pemohon serta fotokopi sebanyak
3 (tiga) rangkap.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 14 -

(4) Dalam hal pemohon menunjuk kuasa hukum,


permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pemohon atau kuasa hukum.
(5) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(6) Dalam hal terdapat perbedaan antara permohonan dalam
bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen digital
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan permohonan dalam
bentuk cetak.

Pasal 30
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
harus dilampiri dengan berkas berupa:
a. fotokopi kartu tanda penduduk elektronik atau surat
keterangan kependudukan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. objek sengketa;
c. alat bukti; dan
d. daftar alat bukti yang dibuat sesuai dengan Formulir
Model PSPP-10 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Lampiran permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b dibuat sebanyak 4 (empat) rangkap
fotokopi.
(3) Lampiran permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c yang berupa surat atau tulisan dibuat sebanyak
1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai cukup serta telah
dileges minimal pada halaman pertama pada setiap alat
bukti surat atau tulisan serta fotokopi sebanyak 3 (tiga)
rangkap.
(4) Daftar alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan daftar alat bukti yang diajukan oleh
pemohon dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(5) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, daftar alat bukti
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(6) Dalam hal terdapat perbedaan antara daftar alat bukti
dalam bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen
digital sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemeriksaan
dilakukan menggunakan daftar alat bukti dalam bentuk
cetak.

Pasal 31
Dalam hal terdapat kekurangan rangkap permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan lampiran
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30,
kekurangan rangkap dapat disampaikan paling lama sebelum
tahapan pertama mediasi.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 15 -

Paragraf 3
Permohonan secara Langsung

Pasal 32
(1) Penyampaian permohonan secara langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a dilakukan
melalui loket penerimaan permohonan sengketa Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu di kantor Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan:
a. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu
setempat untuk hari Senin sampai dengan Kamis;
dan
b. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 waktu
setempat untuk hari Jumat.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterima oleh petugas penerima permohonan yang telah
ditugaskan dan ditunjuk oleh Ketua Bawaslu, Ketua
Bawaslu Provinsi, dan Ketua Bawaslu Kabupaten/Kota
sesuai dengan tingkatannya.
(4) Petugas penerima permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) bertugas:
a. menerima dan memeriksa kelengkapan permohonan
yang disampaikan oleh pemohon atau kuasa
hukumnya;
b. mencatat permohonan dalam buku penerimaan
permohonan sesuai dengan Formulir Model PSPP-24
yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
c. memberikan tanda terima penyerahan permohonan
kepada pemohon atau kuasa hukumnya yang dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-03 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini; dan
d. mengunggah permohonan ke dalam SIPS.
(5) Setelah menyelesaikan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) petugas penerima permohonan menyerahkan
permohonan disertai dengan tanda terima permohonan
kepada Ketua dan Anggota Bawaslu, Ketua dan Anggota
Bawaslu Provinsi, atau Ketua dan Anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk dilakukan rapat pleno.

Pasal 33
(1) Rapat pleno sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(5) dilaksanakan pada Hari yang sama terhitung sejak
permohonan diajukan oleh pemohon atau kuasa hukum.
(2) Rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengkaji permohonan melalui verifikasi
formal dan verifikasi materiel.
(3) Dalam hal rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menetapkan:
a. permohonan dinyatakan belum lengkap, pemohon
wajib melengkapi permohonan paling lama 3 (tiga)
Hari terhitung sejak tanggal penetapan keputusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 16 -

KPU, keputusan KPU Provinsi, atau keputusan KPU


Kabupaten/Kota;
b. permohonan dinyatakan lengkap, rapat pleno
menetapkan permohonan pemohon untuk diregister;
c. objek permohonan merupakan keputusan KPU,
keputusan KPU Provinsi, atau keputusan KPU
Kabupaten/Kota yang dikecualikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2), permohonan
penyelesaian Sengketa Proses Pemilu tidak dapat
diterima; atau
d. permohonan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu melewati jangka waktu
penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (2), permohonan penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu tidak dapat diterima.
(4) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota menuangkan hasil rapat pleno
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam berita acara
verifikasi yang dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-
04 yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b, petugas mencatat dalam
buku register permohonan penyelesaian sengketa sesuai
dengan Formulir Model PSPP-25 yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.

Pasal 34
(1) Dalam hal permohonan dinyatakan belum lengkap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf a,
kelengkapan permohonan disampaikan melalui loket
penerimaan permohonan sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu di kantor Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
(2) Penyampaian kelengkapan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan:
a. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu
setempat untuk hari Senin sampai dengan Kamis;
dan
b. mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.30 waktu
setempat untuk hari Jumat.
(3) Petugas penerima permohonan menerima dan
memberikan tanda terima perbaikan kelengkapan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
pemohon yang dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-
03 yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(4) Setelah menerima perbaikan kelengkapan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), petugas penerima
permohonan menyerahkan:
a. perbaikan kelengkapan permohonan; dan
b. tanda terima penyerahan perbaikan kelengkapan
permohonan,

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 17 -

kepada Ketua dan Anggota Bawaslu, Ketua dan Anggota


Bawaslu Provinsi, atau Ketua dan Anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 35
(1) Ketua dan Anggota Bawaslu, Ketua dan Anggota Bawaslu
Provinsi, atau Ketua dan Anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi perbaikan
kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (4) huruf a pada Hari yang sama dengan Hari
penerimaan perbaikan kelengkapan permohonan dan
menuangkan hasil verifikasi dalam berita acara verifikasi
hasil perbaikan yang dibuat sesuai dengan Formulir Model
PSPP-04 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini dalam rapat pleno.
(2) Dalam hal rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menetapkan:
a. permohonan dinyatakan tidak lengkap, permohonan
tidak dapat diregister; atau
b. permohonan dinyatakan lengkap, permohonan
diregister.

Pasal 36
(1) Ketua Bawaslu, Ketua Bawaslu Provinsi, dan Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota memerintahkan kepada
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu
Provinsi, dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya untuk memberitahukan status
permohonan kepada pemohon pada Hari yang sama
dengan Hari penetapan keputusan rapat pleno
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) dan Pasal
35 ayat (2).
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-06 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini dalam rapat pleno.

Pasal 37
(1) Petugas penerima permohonan mencatat dalam buku
register permohonan yang dinyatakan diterima
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf b
dan Pasal 35 ayat (2) huruf b sesuai dengan Formulir
Model PSPP-25 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Pencatatan dalam buku register permohonan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
dilakukan pada Hari yang sama dengan Hari penetapan
keputusan rapat pleno sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 35 ayat (2).
(3) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
memeriksa dan memutus sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu paling lama 12 (dua belas) Hari

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 18 -

terhitung sejak permohonan dinyatakan diterima


sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Paragraf 4
Permohonan secara Tidak Langsung

Pasal 38
(1) Penyampaian permohonan secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf b
dilakukan melalui laman SIPS.
(2) Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tahapan:
a. pengisian data pendaftaran akun pada laman SIPS
untuk mendapatkan akses pengajuan permohonan
dan akses unggah permohonan; dan
b. pengajuan permohonan dan pengunggahan
permohonan melalui laman SIPS dengan
menggunakan akses yang telah dikirimkan melalui
surat elektronik pemohon yang didaftarkan dalam
laman SIPS.
(3) Setelah terpenuhinya tahapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya
memberitahukan surat pemberitahuan elektronik kepada
pemohon sebagai tanda bukti telah mengajukan
permohonan secara tidak langsung.

Pasal 39
(1) Pemohon menyampaikan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 dan lampiran permohonan Pasal
30 disertai tanda bukti sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 ayat (3) paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak
tanggal penetapan keputusan KPU, keputusan KPU
Provinsi, atau keputusan KPU Kabupaten/Kota kepada
petugas penerima permohonan di Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkatannya.
(2) Jam pelayanan penyampaian permohonan secara
langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
berlaku secara mutatis mutandis terhadap jam pelayanan
penerimaan permohonan secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 40
Petugas penerima permohonan mencatat permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dalam buku
penerimaan permohonan sesuai dengan Formulir Model PSPP-
24 yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 41
Mekanisme penerimaan dan registrasi permohonan
penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu secara langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
sampai dengan Pasal 37 berlaku secara mutatis mutandis

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 19 -

terhadap mekanisme penerimaan dan registrasi permohonan


penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu secara tidak langsung.

Paragraf 5
Mediasi

Pasal 42
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
melakukan mediasi dengan mempertemukan pemohon
dan termohon.
(2) Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling lama 2 (dua) Hari secara berturut-
turut terhitung sejak permohonan diregister.

Pasal 43
(1) Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
dilaksanakan dengan tahapan:
a. pembacaan permohonan pemohon dan kronologis
permasalahan yang menjadi sebab sengketa;
b. perundingan kesepakatan;
c. penyusunan kesepakatan antara pemohon dan
termohon;
d. penandatanganan berita acara mediasi; dan
e. penuangan berita acara mediasi dalam putusan jika
mediasi mencapai kesepakatan.
(2) Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara tertutup.

Pasal 44
(1) Pelaksanaan mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43 dipimpin paling sedikit 1 (satu) orang anggota Bawaslu,
anggota Bawaslu Provinsi, dan anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.
(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu
oleh 2 (dua) orang pegawai Sekretariat Jenderal Bawaslu,
sekretariat Bawaslu Provinsi, atau sekretariat Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya sebagai
sekretaris mediasi dan notulen.

Pasal 45
(1) Dalam melaksanakan mediasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota:
a. menyampaikan surat panggilan mediasi kepada
pemohon dan termohon yang dibuat sesuai dengan
Formulir Model PSPP-13 yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini;
b. surat panggilan mediasi kepada pemohon dan
termohon dikirimkan paling lama 1 (satu) Hari
sebelum pelaksanaan mediasi; dan
c. mengumumkan jadwal dan pelaksanaan mediasi
yang dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-14

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 20 -

yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Surat panggilan mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a paling sedikit memuat:
a. nomor register permohonan;
b. panggilan untuk menghadiri mediasi; dan
c. jadwal mediasi.
(3) Surat panggilan mediasi untuk termohon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan salinan
permohonan.
(4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c dapat dimuat pada:
a. papan pengumuman di kantor Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota; dan/atau
b. laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.

Pasal 46
(1) Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 wajib
dihadiri oleh pemohon dan termohon.
(2) Dalam hal pemohon dan/atau termohon tidak hadir
setelah dilakukan pemanggilan secara patut berdasarkan
surat panggilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45,
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menentukan jadwal dan melakukan pemanggilan kembali.

Pasal 47
(1) Dalam pelaksanaan mediasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46, pemohon dan termohon dapat didampingi
oleh kuasa hukum.
(2) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat memberikan saran pertimbangan kepada pemohon
dan termohon.

Pasal 48
(1) Hasil mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
dapat berupa pernyataan:
a. para pihak bersepakat; atau
b. para pihak tidak bersepakat.
(2) Dalam hal hasil mediasi mencapai kesepakatan antara
pemohon dan termohon sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, materi kesepakatan harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal hasil mediasi para pihak tidak bersepakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu diselesaikan
melalui adjudikasi.

Pasal 49
Dalam hal pada saat pelaksanaan mediasi terdapat kondisi:
a. pemohon tidak hadir setelah 2 (dua) kali berturut-turut
dipanggil secara patut berdasarkan surat panggilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dan Pasal 46 ayat
(2), pimpinan mediasi menyatakan permohonan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 21 -

penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan


penyelenggara Pemilu dinyatakan gugur; dan
b. termohon tidak hadir setelah 2 (dua) kali berturut-turut
dipanggil secara patut berdasarkan surat panggilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dan Pasal 46 ayat
(2), pimpinan mediasi menyatakan:
1. permohonan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu tidak mencapai
kesepakatan; dan
2. sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu diselesaikan melalui adjudikasi.

Pasal 50
(1) Pimpinan mediasi memerintahkan kepada sekretaris
mediasi untuk menuangkan hasil perundingan
kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 atau
kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ke dalam
berita acara mediasi pada saat pelaksanaan perundingan
kesepakatan yang dibuat sesuai dengan Formulir Model
PSPP-17 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Berita acara mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh pimpinan mediasi dan ditandatangani
oleh:
a. pemohon, termohon, dan pimpinan mediasi, jika
pemohon dan termohon hadir dalam mediasi;
b. pemohon dan pimpinan mediasi, jika termohon tidak
hadir dalam mediasi; dan
c. termohon dan pimpinan mediasi, jika pemohon tidak
hadir dalam mediasi.
(3) Dalam hal hasil mediasi berupa pernyataan para pihak
bersepakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1)
huruf a atau terdapat kondisi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 huruf a, berita acara mediasi dibahas dan
ditetapkan oleh anggota Bawaslu, anggota Bawaslu
Provinsi, dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya melalui rapat pleno untuk
dituangkan dalam putusan sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(4) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-19 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibacakan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 51
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menyiapkan salinan putusan mediasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 untuk disampaikan kepada
pihak pemohon dan termohon paling lama 1 (satu) Hari
terhitung sejak putusan dibacakan.
(2) Selain disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
salinan putusan mediasi diumumkan di:

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 22 -

a. kantor Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu


Kabupaten/Kota, dan Panwaslu Kecamatan;
dan/atau
b. laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Penyampaian salinan putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus disertai dengan tanda terima salinan
putusan mediasi yang dibuat sesuai dengan Formulir
Model PSPP-26 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Paragraf 6
Adjudikasi

Pasal 52
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
memeriksa dan memutus permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b dan Pasal 49
huruf b melalui mekanisme adjudikasi.
(2) Pelaksanaan adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan serta memperhatikan
keberimbangan kedudukan pihak pemohon dan
termohon.

Pasal 53
(1) Dalam memeriksa dan memutus permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dibentuk majelis
adjudikasi yang berasal dari anggota Bawaslu, anggota
Bawaslu Provinsi, dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota
sesuai dengan tingkatannya.
(2) Majelis adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota majelis adjudikasi; dan
b. anggota majelis adjudikasi.
(3) Majelis adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibantu oleh panitia adjudikasi yang berasal dari pegawai
Sekretariat Jenderal Bawaslu, sekretariat Bawaslu
Provinsi, dan sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya.
(4) Panitia adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan kompisisi:
a. 1 (satu) orang sekretaris;
b. 1 (satu) orang asisten majelis adjudikasi;
c. 1 (satu) orang notulen; dan
d. 1 (satu) orang perisalah.
(5) Majelis adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan panitia adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) ditetapkan dengan keputusan Ketua Bawaslu,
keputusan Ketua Bawaslu Provinsi, dan keputusan Ketua
Bawaslu Kabupaten/Kota berdasarkan rapat pleno sesuai
dengan tingkatannya.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 23 -

Pasal 54
(1) Adjudikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dilaksanakan dengan agenda:
a. pembacaan permohonan pemohon;
b. pembacaan jawaban termohon;
c. pembacaan permohonan pihak terkait, jika ada;
d. pemeriksaan alat bukti;
e. penyampaian kesimpulan pemohon, kesimpulan
termohon, dan/atau pihak terkait; dan
f. pembacaan putusan.
(2) Agenda adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf e dapat dipimpin paling
sedikit 1 (satu) orang anggota majelis adjudikasi.
(3) Agenda adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f dipimpin paling rendah 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi, dan
anggota Bawaslu Kabupaten/Kota.

Pasal 55
(1) Dalam hal jumlah majelis adjudikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) tidak dapat terpenuhi
karena terdapat anggota Bawaslu Provinsi atau anggota
Bawaslu Kabupaten/Kota yang:
a. meninggal dunia;
b. sakit fisik dan/atau jiwa sehingga yang bersangkutan
tidak dapat melaksanakan tugas, wewenang, dan
kewajiban sebagai pengawas Pemilu yang dibuktikan
dengan rekam medis dari dokter;
c. memiliki status hukum sebagai tersangka, terdakwa,
atau terpidana;
d. ibadah ke luar negeri;
e. diberhentikan sementara sebagai pengawas Pemilu;
f. diberhentikan tetap sebagai pengawas Pemilu;
dan/atau
g. berhalangan tetap sehingga tidak mampu
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban
sebagai pengawas Pemilu,
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dapat
mengajukan permohonan anggota majelis adjudikasi
pengganti.
(2) Permohonan anggota majelis adjudikasi pengganti
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan:
a. diajukan kepada Bawaslu untuk anggota majelis
adjudikasi pengganti di Bawaslu Provinsi; dan
b. diajukan kepada Bawaslu Provinsi untuk anggota
majelis adjudikasi pengganti di Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(3) Bawaslu dan Bawaslu Provinsi menunjuk anggota majelis
pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui
rapat pleno Bawaslu dan rapat pleno Bawaslu Provinsi
sesuai dengan tingkatannya.
(4) Anggota majelis adjudikasi pengganti sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berwenang mengajukan pendapat

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 24 -

secara tertulis pada rapat pleno Bawaslu Provinsi atau


rapat pleno Bawaslu Kabupaten/Kota.
(5) Anggota majelis adjudikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak dapat mengambil keputusan.

Pasal 56
(1) Untuk melaksanakan adjudikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota:
a. menyampaikan surat panggilan adjudikasi secara
patut kepada pemohon dan termohon yang dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-13 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
b. surat panggilan adjudikasi kepada pemohon dan
termohon dikirimkan paling lama 1 (satu) Hari
sebelum pelaksanaan adjudikasi; dan
c. mengumumkan jadwal dan agenda pelaksanaan
adjudikasi yang dibuat sesuai dengan Formulir Model
PSPP-14 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Surat panggilan adjudikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a paling sedikit memuat:
a. nomor register permohonan;
b. panggilan untuk menghadiri agenda adjudikasi; dan
c. jadwal agenda adjudikasi.
(3) Surat panggilan adjudikasi untuk termohon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan salinan
permohonan.

Pasal 57
(1) Majelis adjudikasi melaksanakan adjudikasi paling lama 1
(satu) Hari terhitung sejak penetapan berita acara mediasi
yang memuat hasil mediasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (1) huruf b dan Pasal 49 huruf b.
(2) Adjudikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dihadiri oleh pemohon dan termohon.
(3) Pemohon dan/atau termohon sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat didampingi atau diwakili oleh kuasa
hukum.
(4) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan hak bicara selama pelaksanaan adjudikasi.

Pasal 58
(1) Majelis adjudikasi membuka agenda pertama adjudikasi
dan meminta kepada pemohon atau kuasa hukumnya
untuk membacakan permohonan penyelesaian sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu.
(2) Setelah pemohon atau kuasa hukumnya membacakan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), majelis
adjudikasi memberikan kesempatan kepada pemohon
atau kuasa hukumnya untuk memperbaiki permohonan
yang telah dibacakan.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 25 -

(3) Dalam hal pemohon atau kuasa hukumnya melakukan


perbaikan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), perbaikan tidak mengubah pokok permohonan.
(4) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan pemohon atau kuasa hukumnya kepada
majelis adjudikasi dan termohon setelah pembacaan
permohonan melalui panitia adjudikasi.

Pasal 59
(1) Majelis adjudikasi meminta kepada termohon untuk
membacakan jawaban termohon terhadap permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 setelah pemohon
membacakan permohonan pada agenda adjudikasi yang
sama.
(2) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus sudah disampaikan kepada majelis adjudikasi dan
pemohon melalui panitia adjudikasi sebelum agenda
pertama adjudikasi dimulai.

Pasal 60
(1) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
yang paling sedikit memuat:
a. identitas termohon berupa:
1. nama;
2. pekerjaan/jabatan;
3. kewarganegaraan;
4. alamat; dan
5. nomor telepon dan alamat surat elektronik;
b. kedudukan hukum termohon dalam penyelenggaraan
Pemilu;
c. jawaban termohon atas pokok permohonan; dan
d. petitum atau hal yang dimohonkan termohon untuk
diputus.
(2) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat sesuai dengan Formulir Model PSPP-08 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh termohon.
(4) Dalam hal termohon menunjuk kuasa hukum, jawaban
termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh termohon dan/atau kuasa hukum.
(5) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat sebanyak 1 (satu) rangkap yang ditandatangani dan
distempel asli serta fotokopi sebanyak 3 (tiga) rangkap.
(6) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, jawaban
termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
disampaikan dalam bentuk dokumen digital dengan
format word dan disimpan secara elektronik pada media
penyimpanan data.
(7) Dalam hal terdapat perbedaan antara jawaban termohon
dalam bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen
digital sebagaimana dimaksud pada ayat (6), jawaban

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 26 -

termohon yang digunakan berupa jawaban termohon


dalam bentuk cetak.

Pasal 61
(1) Jawaban termohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 harus dilampiri dengan berkas berupa:
a. alat bukti dalam bentuk surat atau tulisan; dan
b. daftar alat bukti yang dibuat sesuai dengan Formulir
Model PSPP-10 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dibuat sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai
cukup serta telah dileges serta fotokopi sebanyak 3 (tiga)
rangkap.
(3) Daftar alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan daftar alat bukti yang diajukan oleh
termohon dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(4) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, daftar alat bukti
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(5) Dalam hal terdapat perbedaan antara daftar alat bukti
dalam bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen
digital sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemeriksaan
dilakukan menggunakan daftar alat bukti dalam bentuk
cetak.

Pasal 62
(1) Dalam hal pada pelaksanaan adjudikasi terdapat
permohonan dari pihak terkait, majelis adjudikasi
memeriksa kelengkapan permohonan pihak terkait
sebelum diikutsertakan dalam adjudikasi.
(2) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan melalui loket penerimaan
permohonan di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.
(3) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disusun berdasarkan permohonan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
yang telah diregister oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota.
(4) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan sebelum agenda pertama pembacaan
permohonan oleh pemohon dan pembacaan jawaban
termohon sampai dengan agenda ajdudikasi pemeriksaan
alat bukti.

Pasal 63
(1) Permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
yang paling sedikit memuat:
a. identitas pihak terkait dan/atau kuasa hukumnya
berupa:

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 27 -

1. nama;
2. pekerjaan;
3. kewarganegaraan;
4. alamat; dan
5. nomor telepon atau alamat surat elektronik; dan
b. uraian yang jelas mengenai:
1. kewenangan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota;
2. kedudukan hukum pihak terkait;
3. tenggang waktu pengajuan permohonan pihak
terkait;
4. uraian potensi kerugian langsung atas
penyelesaian sengketa Pemilu antara Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu;
5. alasan permohonan pihak terkait;
6. uraian tanggapan atas pokok permohonan
pemohon; dan
7. petitum atau hal yang dimohonkan pihak terkait
untuk diputus.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-09 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pihak terkait.
(4) Dalam hal pihak terkait menunjuk kuasa hukum,
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pihak terkait dan/atau kuasa hukum.
(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai cukup
dan ditandatangani asli serta fotokopi sebanyak 3 (tiga)
rangkap.
(6) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(7) Dalam hal terdapat perbedaan antara permohonan dalam
bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen digital
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan permohonan dalam
bentuk cetak.

Pasal 64
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
harus dilampiri dengan berkas berupa:
a. fotokopi kartu tanda penduduk elektronik atau surat
keterangan kependudukan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. alat bukti yang berupa surat atau tulisan; dan
c. daftar alat bukti yang dibuat sesuai dengan Formulir
Model PSPP-10 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disertakan dalam permohonan pihak terkait dan dibuat

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 28 -

sebanyak 1 (satu) rangkap yang dibubuhi meterai cukup


dan ditandatangani asli serta fotokopi sebanyak 3 (tiga)
rangkap.
(3) Daftar alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c merupakan daftar alat bukti yang diajukan oleh
pihak terkait dalam penyelesaian sengketa Pemilu antara
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu.
(4) Selain disampaikan dalam bentuk cetak, daftar alat bukti
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan dalam
bentuk dokumen digital dengan format word dan disimpan
secara elektronik pada media penyimpanan data.
(5) Dalam hal terdapat perbedaan antara daftar alat bukti
dalam bentuk dokumen cetak dengan bentuk dokumen
digital sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemeriksaan
dilakukan menggunakan daftar alat bukti dalam bentuk
cetak.

Pasal 65
(1) Dalam hal majelis adjudikasi menyatakan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dan berkas
lampiran permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 lengkap, majelis adjudikasi menetapkan
permohonan pihak terkait dinyatakan diterima yang
dituangkan dalam Formulir Model PSPP-12 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Pihak terkait diikutsertakan dalam adjudikasi dan agenda
adjudikasi dilanjutkan ke agenda pembacaan permohonan
pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Majelis adjudikasi memerintahkan panitia adjudikasi
untuk menyampaikan surat panggilan agenda pembacaan
permohonan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada Hari yang sama pada saat permohonan pihak
terkait dinyatakan lengkap.
(4) Surat panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disusun sesuai dengan Formulir Model PSPP-13 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 66
(1) Apabila majelis adjudikasi menyatakan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dan berkas
lampiran permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 belum lengkap, majelis adjudikasi
memerintahkan panitia adjudikasi untuk
memberitahukan kepada pihak terkait pada Hari yang
sama pada saat majelis adjudikasi menyatakan
permohonan belum lengkap.
(2) Pihak terkait melengkapi permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 (satu) Hari terhitung
sejak dinyatakan belum lengkap oleh majelis adjudikasi.
(3) Dalam hal pihak terkait tidak melengkapi sesuai dengan
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
majelis adjudikasi memutuskan permohonan pihak terkait
tidak dapat diterima yang dituangkan dalam Formulir

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 29 -

Model PSPP-12 yang tercantum dalam Lampiran yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.

Pasal 67
(1) Dalam hal pihak terkait atau kuasa hukumnya tidak hadir
dalam adjudikasi setelah dipanggil secara patut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3), majelis
adjudikasi memerintahkan kepada panitia adjudikasi
untuk melakukan pemanggilan kembali kepada pihak
terkait pada Hari yang sama pada saat majelis adjudikasi
memerintahkan panitia adjudikasi.
(2) Dalam hal pihak terkait atau kuasa hukumnya tidak hadir
setelah dilakukan panggilan secara patut sebanyak 2 (dua)
kali berturut-turut sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
majelis adjudikasi menyatakan permohonan pihak terkait
gugur yang dituangkan dalam Formulir Model PSPP-11
yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 68
(1) Pihak terkait menghadiri agenda adjudikasi pembacaan
permohonan pihak terkait berdasarkan surat panggilan
sebagaimana dimakasud dalam Pasal 65 ayat (3) dan Pasal
67 ayat (1).
(2) Agenda pembacaan permohonan pihak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
lama 1 (satu) Hari terhitung sejak surat panggilan pihak
terkait disampaikan.

Pasal 69
(1) Dalam agenda pembacaan permohonan pihak terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, pihak terkait
dapat diwakili oleh kuasa hukumnya berdasarkan surat
kuasa khusus.
(2) Kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan hak bicara selama pelaksanaan adjudikasi.

Pasal 70
(1) Setelah pembacaan permohonan pemohon, jawaban
termohon, dan/atau permohonan pihak terkait, majelis
adjudikasi memberikan kesempatan kepada pemohon,
termohon, dan/atau pihak terkait untuk menyampaikan
bukti bedasarkan daftar alat bukti yang disampaikan
bersama dengan dokumen permohonan pemohon,
jawaban termohon, dan/atau permohonan pihak terkait.
(2) Majelis adjudikasi memberikan persetujuan terhadap
bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
selanjutnya dilakukan pemeriksaan alat bukti.

Pasal 71
(1) Majelis adjudikasi memeriksa alat bukti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 untuk melakukan pendalaman
terhadap substansi pokok permohonan pemohon, jawaban
termohon, dan/atau permohonan pihak terkait.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 30 -

(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri


atas:
a. surat atau tulisan;
b. pengakuan pemohon dan termohon;
c. pengakuan pihak terkait, jika ada;
d. keterangan saksi;
e. keterangan ahli;
f. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
dan/atau hasil cetakannya; dan/atau
g. pengetahuan majelis adjudikasi.
(3) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
berupa:
a. surat keputusan dan/atau berita acara KPU, KPU
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota; dan
b. dokumen tertulis lainnya yang memiliki keterkaitan
dengan substansi pokok permohonan pemohon,
jawaban termohon, dan/atau permohonan pihak
terkait.
(4) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dan huruf c berupa pengakuan pemohon, termohon, dan
pihak terkait yang disampaikan dalam adjudikasi.
(5) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
berupa keterangan saksi yang diajukan oleh pemohon,
termohon, dan/atau pihak terkait yang menerangkan
peristiwa yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri.
(6) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang dapat
didengar keterangannya harus memenuhi persyaratan
yang terdiri atas:
a. paling rendah berusia 17 (tujuh belas) tahun sudah
kawin, atau sudah pernah kawin;
b. berakal sehat; dan
c. tidak ada hubungan suami/istri meskipun sudah
bercerai, hubungan keluarga sedarah, atau keluarga
semenda sampai dengan derajat kedua dengan
pemohon, termohon, dan/atau pihak terkait.
(7) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e
berupa keterangan dari ahli sesuai dengan bidang
keahliannya yang diajukan oleh pemohon, termohon,
dan/atau pihak terkait untuk memperkuat pokok
permohonan pemohon, jawaban termohon, dan/atau
permohonan pihak terkait.
(8) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f
berupa:
a. informasi elektronik berupa satu atau sekumpulan
data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange, surat elektronik,
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang
telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya;
b. dokumen elektronik berupa informasi elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 31 -

dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui


komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,
kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki
makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya; dan
c. hasil cetak berupa hasil cetakan informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b.
(9) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g
berupa pengetahuan dari majelis adjudikasi yang
diketahui dan diyakini kebenarannya oleh majelis
adjudikasi.

Pasal 72
Dalam memberikan keterangan, saksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71 ayat (5) dan ayat (6) dan ahli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 ayat (7) wajib diambil sumpah/janji
sesuai dengan agama atau kepercayaan sebelum majelis
adjudikasi memeriksa saksi dan/atau ahli tersebut.

Pasal 73
(1) Selain alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71,
majelis adjudikasi dapat menetapkan hasil pengawasan
aktif pengawas Pemilu dalam sidang adjudikasi.
(2) Hasil pengawasan aktif pengawas Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil pengawasan aktif
pengawas Pemilu yang memiliki keterkaitan dengan pokok
permohonan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(3) Majelis adjudikasi wajib menunjukkan hasil pengawasan
aktif pengawas Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) kepada para pihak dalam sidang adjudikasi.

Pasal 74
Dalam melakukan pemeriksaan alat bukti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 73, majelis adjudikasi
menentukan:
a. substansi pokok yang harus dibuktikan;
b. beban pembuktian; dan
c. penilaian atas pembuktian,
berdasarkan paling sedikit 2 (dua) alat bukti berdasarkan
keyakinan majelis adjudikasi.

Pasal 75
(1) Dalam melaksanakan pemeriksaan alat bukti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 sampai dengan
Pasal 73, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota dapat menghadirkan lembaga pemberi
keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
(2) Lembaga pemberi keterangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dihadirkan berdasarkan:

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 32 -

a. permintaan pemohon, termohon, dan/atau pihak


terkait dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu; dan
b. inisiatif dari majelis adjudikasi sebagai kebutuhan
dalam penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu.
(3) Lembaga pemberi keterangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diwakili oleh pihak yang ditunjuk
berdasarkan surat tugas yang ditandatangani pejabat
yang berwewenang.
(4) Pihak yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menunjukkan surat tugas yang ditandatangani pejabat
yang berwewenang kepada majelis adjudikasi sebelum
memberikan keterangan.
(5) Pihak yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memberikan keterangan di bawah sumpah/janji sesuai
dengan agama atau kepercayaan untuk menjelaskan
fakta, data, dan/atau informasi terkait sesuai dengan
kewenangannya.

Pasal 76
(1) Majelis adjudikasi memberikan kesempatan kepada
pemohon, termohon, dan/atau pihak terkait untuk
mengemukakan pendapat terakhir berupa kesimpulan
pemohon, kesimpulan termohon, dan/atau kesimpuan
pihak terkait.
(2) Kesimpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis kepada majelis adjudikasi
paling lama 1 (satu) Hari terhitung sejak pemberian
kesempatan oleh majelis adjudikasi kepada pemohon,
termohon, dan/atau pihak terkait.

Pasal 77
Dalam terdapat keadaan:
a. pemohon dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam
sidang adjudikasi setelah dilakukan pemanggilan secara
patut sebanyak 2 (dua) kali, majelis adjudikasi
menyatakan permohonan penyelesaian sengketa Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu gugur dengan
menggunakan Formulir Model PSPP-20 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini;
b. termohon dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam
sidang adjudikasi setelah dilakukan pemanggian secara
patut sebanyak 2 (dua) kali, majelis adjudikasi tetap
melanjutkan agenda adjudikasi sampai dengan
pembacaan putusan; dan
c. pemohon dan/atau kuasa hukumnya dan termohon
dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam sidang
adjudikasi setelah dilakukan pemanggian secara patut
sebanyak 2 (dua) kali, majelis adjudikasi menyatakan
permohonan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu gugur dengan
menggunakan Formulir Model PSPP-20 yang tercantum

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 33 -

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak


terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 78
(1) Hasil pemeriksaan agenda adjudikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 sampai dengan Pasal 76 menjadi
bahan bagi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya untuk
menyusun putusan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu.
(2) Putusan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibubuhi paraf di setiap halaman dan ditandatangani
oleh seluruh anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi,
dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota serta ditetapkan
melalui rapat pleno sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 79
(1) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
memuat:
a. kepala putusan yang terdiri atas:
1. lambang negara;
2. nama lembaga;
3. judul putusan;
4. nomor putusan; dan
5. “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”;
b. identitas pemohon;
c. identitas termohon;
d. identitas pihak terkait, jika ada;
e. pokok permohonan pemohon;
f. jawaban termohon;
g. pokok permohonan pihak terkait, jika ada;
h. alat bukti;
i. kesimpulan pemohon;
j. kesimpulan termohon;
k. kesimpulan pihak terkait, jika ada;
l. pertimbangan hukum;
m. pendapat hukum;
n. kesimpulan;
o. amar putusan;
p. hari, tanggal, bulan, dan tahun dibacakan putusan;
q. nama lembaga;
r. nama dan tanda tangan majelis adjudikasi; dan
s. nama dan tanda tangan sekretaris adjudikasi.
(2) Pertimbangan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf k memuat:
a. tenggang waktu pengajuan permohonan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu;
b. objek penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu;
c. kedudukan hukum pemohon, termohon, dan/atau
pihak terkait; dan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 34 -

d. kewenangan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau


Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatan
yang mengeluarkan putusan adjudikasi penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
sesuai dengan Formulir Model PSPP-21 yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal 80
Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
bersifat final dan mengikat, kecuali putusan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu yang
berkaitan dengan:
a. verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu;
b. penetapan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota; dan
c. penetapan Pasangan Calon.

Pasal 81
(1) Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
dibacakan oleh majelis adjudikasi secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Pembacaan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dihadiri oleh pemohon, termohon, dan/atau pihak
terkait.

Pasal 82
(1) Putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
dibuatkan petikan putusan sesuai dengan Formulir Model
PSPP-23 yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(2) Petikan putusan sebagaimana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diumumkan pada:
a. papan pengumuman di kantor Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu kabupaten/Kota sesuai
dengan tingkatannya; dan/atau
b. laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
kabupaten/Kota.

Pasal 83
(1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
menyusun salinan putusan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80 untuk disampaikan kepada pemohon, termohon,
dan/atau pihak terkait.
(2) Salinan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lama 2 (dua) Hari terhitung sejak
tanggal putusan penyelesaian sengketa Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu dibacakan.
(3) Penyampaian salinan putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus disertai dengan tanda terima salinan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 35 -

putusan sengketa antar-Peserta Pemilu yang dibuat sesuai


dengan Formulir Model PSPP-26 yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(4) Salinan putusan sebagaimana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diunggah ke dalam SIPS.

Pasal 84
Putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 wajib
ditindaklanjuti oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak putusan penyelesaian
sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
dibacakan.

Paragraf 7
Koreksi Putusan

Pasal 85
(1) Dalam hal susbtansi putusan penyelesaian sengketa
Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu yang diputus
oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Bawaslu berwenang melakukan
koreksi terhadap putusan tersebut.
(2) Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota wajib
menindaklanjuti hasil koreksi putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan menerbitkan putusan baru
paling lama 1 (satu) Hari terhitung sejak tanggal hasil
koreksi diterima oleh Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.

Paragraf 8
Mediasi dan Adjudikasi Daring

Pasal 86
(1) Penyelesaian sengketa Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu melalui mediasi atau adjudikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai dengan
Pasal 81 dapat dilaksanakan melalui daring.
(2) Pelaksanaan mediasi atau adjudikasi melalui daring
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
seketika dari jarak jauh dengan memanfaatkan sistem
teknologi informasi atau media elektronik lain yang
memungkinkan pemohon, termohon, pihak terkait, saksi,
ahli, dan/atau lembaga pemberi keterangan dapat saling
melihat, mendengar, dan berkomunikasi.

Pasal 87
Pelaksanaan mediasi atau adjudikasi melalui daring
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ditetapkan oleh majelis
mediasi atau majelis adjudikasi dengan memperhatikan sarana
dan prasarana pelaksanaan mediasi atau adjudikasi melalui
daring di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 36 -

Pasal 88
(1) Pelaksanaan mediasi dan adjudikasi secara daring
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 memiliki kekuatan
hukum yang sama dengan pelaksanaan mediasi dan
adjudikasi secara langsung.
(2) Ketentuan pelaksanaan mediasi dan adjudikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 81 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
ketentuan pelaksanaan mediasi dan adjudikasi melalui
daring.

Paragraf 9
Pemindahan Lokasi Penyelesaian Sengketa antara Peserta
Pemilu dengan Penyelenggara Pemilu

Pasal 89
(1) Dalam hal terdapat kondisi tertentu sehingga penyelesaian
sengketa antara Peserta Pemilu dengan penyelenggara
Pemilu tidak dapat dilaksanakan di kantor Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3),
pelaksanaan penyelesaian sengketa antara Peserta Pemilu
dengan penyelenggara Pemilu dapat dipindahkan ke lokasi
lain.
(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana nonalam;
c. kerusuhan;
d. peperangan;
e. kebakaran;
f. unjuk rasa;
g. ancaman keamanan/keselamatan;
h. daerah pemekaran yang masih berada pada daerah
induk; dan/atau
i. kondisi tertentu lain yang menyebabkan kantor
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk digunakan untuk
pelaksanaan mediasi dan/atau adjudikasi.

BAB IV
GUGURNYA PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU

Pasal 90
(1) Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu
dinyatakan gugur jika:
a. pemohon yang merupakan bakal calon atau calon
anggota DPD serta bakal Pasangan Calon atau
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 meninggal dunia;
b. bakal calon atau calon anggota DPR, anggota DPRD
provinsi, atau anggota DPRD kabupaten/Kota yang
didaftarkan oleh Partai Politik Peserta Pemilu
meninggal dunia;

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 37 -

c. terjadinya kesepakatan antara pemohon dan


termohon sebelum dilakukan musyawarah untuk
mufakat dalam penyelesaian sengketa antar-Peserta
Pemilu;
d. terjadinya kesepakatan antara pemohon dan
termohon sebelum dilakukan mediasi dalam
penyelesaian sengketa antara Peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu;
e. termohon telah memenuhi substansi pokok
permohonan yang disengketakan sebelum dilakukan
mediasi dalam penyelesaian sengketa antara Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu;
f. pemohon tidak hadir dalam mediasi setelah
dilakukan pemanggilan secara patut sebanyak 2 (dua)
kali berturut-turut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 huruf a;
g. pemohon dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir
dalam sidang adjudikasi setelah dilakukan
pemanggilan secara patut sebanyak 2 (dua) kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf a;
h. pemohon dan/atau kuasa hukumnya dan termohon
dan/atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam sidang
adjudikasi setelah dilakukan pemanggian secara
patut sebanyak 2 (dua) kali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 77 huruf c; atau
i. pemohon mencabut permohonannya.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berlaku dalam hal permohonan sengketa proses Pemilu
hanya untuk bakal calon atau calon anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, dan anggota DPRD kabupaten/Kota yang
meninggal dunia.

Pasal 91
(1) Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu
dinyatakan gugur oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Kabupaten/Kota melalui rapat pleno sesuai
dengan tingkatannya dan dituangkan dalam putusan yang
dibuat sesuai dengan formulir model PSPP-20 yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(2) Putusan dan status gugurnya permohonan penyelesaian
sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberitahukan kepada pemohon, termohon, dan/atau
pihak terkait.
(3) Putusan gugurnya permohonan penyelesaian sengketa
proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diunggah ke dalam SIPS.
(4) Status gugurnya permohonan penyelesaian sengketa
proses Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diumumkan pada:
a. papan pengumuman di kantor Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota; dan/atau
b. laman resmi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 38 -

BAB V
KONSULTASI, PENDAMPINGAN, DAN SUPERVISI

Pasal 92
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu
Kecamatan berkonsultasi secara berjenjang dalam
pelaksanaan penyelesaian sengketa proses Pemilu.

Pasal 93
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
dapat melakukan pendampingan dan supervisi pelaksanaan
penyelesaian sengketa proses Pemilu secara berjenjang.

BAB VI
PELAPORAN

Pasal 94
(1) Penyelesaian sengketa proses Pemilu oleh Bawaslu
Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota dilaporkan kepada
Bawaslu secara berjenjang.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. laporan pelaksanaan penyelesaian sengketa proses
Pemilu;
b. laporan tahunan; dan
c. laporan akhir tahapan Pemilu.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan laporan yang disampaikan secara berkala
mengenai setiap pelaksanaan penyelesaian sengketa
proses Pemilu oleh Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menjelaskan mengenai aktivitas dan kronologis sengketa
proses Pemilu yang memuat:
a. identitas para pihak;
b. tanggal pengajuan permohonan dan registrasi
permohonan;
c. tahapan Pemilu yang disengketakan;
d. isu dan/atau permasalahan yang disengketakan;
e. objek sengketa proses Pemilu;
f. jadwal pelaksanaan penyelesaian sengketa proses
Pemilu;
g. putusan penyelesaian sengketa proses Pemilu;
h. tindak lanjut;
i. upaya hukum, jika ada; dan
j. hal lain yang berkaitan dengan proses penyelesaian
sengketa proses Pemilu.
(5) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b merupakan intisari dan perkembangan
penyelesaian sengketa proses Pemilu dalam 1 (satu)
tahun.
(6) Laporan akhir dari seluruh tahapan Pemilu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c memuat intisari dan data
penyelesaian sengketa proses Pemilu dari awal hingga
akhir tahapan Pemilu.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 39 -

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 95
Penyelesaian sengketa proses Pemilu yang masih berlangsung
pada saat Peraturan Badan ini diundangkan tetap dilanjutkan
prosesnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1826)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun
2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 419).

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 96
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1826)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun
2019 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 419), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 97
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 40 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 November 2022

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

RAHMAT BAGJA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 November 2022

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 1124

Sesuai dengan naskah aslinya


SEKRETARIAT JENDERAL
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Kepala Biro Hukum dan Humas

Agung Bagus Gede Bhayu Indra Atmaja

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 41 -

LAMPIRAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM

DAFTAR FORMULIR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU

FORMULIR MODEL PSPP-01


PERMOHONAN PENYELESAIAN
SENGKETA PROSES PEMILU

PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU

Nomor : ….. *)
Lampiran : ….. dokumen
Perihal : Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu terkait
Keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..**)

Kepada
Yth. Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)
di…..

I. IDENTITAS PEMOHON DAN TERMOHON

1. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

2. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas namanya sendiri/Partai


Politik…..***) sebagai Bakal Calon Peserta Pemilu/ Calon Peserta Pemilu/
Peserta Pemilu****) yang dirugikan secara langsung akibat dikeluarkannya
Keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..**) dalam hal ini
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor…..tanggal…..*****) memberikan
Kuasa kepada:
1. …..
2. …..
3. ….. dan seterusnya (bila ada)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 42 -

Semuanya adalah Advokat sebagai Penerima Kuasa, yang berkedudukan di


….. dengan alamat ….., nomor telepon/HP….., nomor….., alamat
email…..baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas
nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut PEMOHON.

Dalam hal ini mengajukan Permohonan penyelesaian Sengketa Proses


Pemilu terkait Keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU
Kabupaten/Kota…..**) berupa Surat Keputusan/Berita Acara
Nomor…..Tahun…..tentang….. tanggal…..

Terhadap

KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..**) yang berkedudukan di


…..dengan alamat…..nomor telepon…..selanjutnya disebut TERMOHON.

II. KEWENANGAN BAWASLU, BAWASLU PROVINSI…../BAWASLU


KABUPATEN…../KOTA..…**)
Berisi uraian mengenai dasar hukum dan kewenangan Bawaslu, Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dalam memeriksa dan memutus
penyelesaian Sengketa Proses Pemilu sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Juncto.
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor …. Tahun…… tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

Berdasarkan uraian di atas Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu


Kabupaten/Kota…..**) berwenang menyelesaikan permohonan
penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

III. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON


Berisi uraian mengenai dasar hukum dan kedudukan (legal standing)
Pemohon dalam mengajukan permohonan penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Juncto Peraturan Badan Pengawas Pemilihan
Umum Nomor ... Tahun ...tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu.

IV. KEDUDUKAN HUKUM TERMOHON


Berisi uraian mengenai dasar hukum dan kedudukan (legal standing)
Termohon dalam penyelesaian Sengketa Proses Pemilu sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Juncto. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor ... Tahun
...tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

V. TENGGAT WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN


Berisi uraian mengenai tenggat waktu pengajuan permohonan sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum. Juncto. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor ...
Tahun ...tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

Berisi uraian mengenai hari dan tanggal Pemohon mengajukan


permohonan penyelesaian Sengketa Proses Pemilu kepada
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**) sehingga
Permohonan diajukan pada tenggat waktu yang sesuai
(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 43 -

VI. POKOK PERMOHONAN


Berisi uraian mengenai keberatan akibat diterbitkannya Berisi uraian
Keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..**) berupa
Surat Keputusan/Berita Acara Nomor ….. Tahun ….. tentang …..
tanggal…..oleh Termohon dan uraian kerugian langsung yang dialami
Pemohon.
(tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu)

VII. ALASAN PERMOHONAN


Berisi uraian mengenai alasan pengajuan permohonan yang paling sedikit
memuat kronologis permasalahan, dalil Pemohon, dasar hukum, doktrin
sesuai dengan bukti yang diajukan terhadap tindakan Termohon yang telah
menyebabkan Pemohon mengalami kerugian langsung.

VIII. PETITUM (hal-hal yang dimohonkan Pemohon)


Berisi hal yang dimohonkan Pemohon untuk diputus dalam Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu
Kabupaten/Kota…..**).
contoh:
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Membatalkan Keputusan KPU/KPU Provinsi …../KPU Kabupaten/Kota
…..**) Nomor …. Tentang ….
3. Memerintahkan kepada KPU/KPU Provinsi …../KPU Kabupaten/Kota
…..**) untuk menetapkan Keputusan yang memuat…….
4. Memerintahkan kepada KPU/KPU Provinsi …../KPU Kabupaten/Kota
…..**) untuk melaksanakan Putusan ini.
5. dst……

Apabila Majelis Adjudikasi berpendapat lain mohon Putusan yang seadil-adilnya


(ex aequo et bono).

Demikianlah permohonan Pemohon disampaikan, dengan harapan Majelis


Adjudikasi dapat segera memeriksa dan memutus permohonan ini dengan
seadil-adilnya.
..................., ..........................******)

Hormat kami,
PEMOHON /KUASA HUKUM PEMOHON
PEMOHON KUASA HUKUM

1. Nama 1. Nama

Materai *******)

10.000

[Tanda tangan] [Tanda tangan]

2. Nama 2. Nama

[Tanda tangan] [Tanda tangan]

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 44 -

Catatan:

*) : Diisi sesuai dengan nomor permohonan Pemohon


**) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
***) : Diisi sesuai dengan nama partai politik jika permohonan diajukan oleh partai politik
****) : Coret yang tidak perlu
*****) : Diisi sesuai dengan nomor dan tanggal Surat Kuasa Khusus
******) Diisi sesuai dengan tanggal dan tempat disusunnya Surat Kuasa Khusus
*******) : Meterai dapat dibubuhkan pada tanda tangan Pemohon atau Kuasa Hukum

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 45 -

FORMULIR MODEL PSPP-02


SURAT KUASA KHUSUS

SURAT KUASA KHUSUS


Nomor…*)

Yang bertandatangan di bawah ini, kami:


1. Nama :
Jabatan : Ketua Umum/Ketua Partai Politik…..**)
Temp/Tgl Lahir :
Warga Negara :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Nama :
Jabatan : Sekretaris Umum/Sekretaris Partai …..**)
Temp/Tgl Lahir :
Warga Negara :
Pekerjaan :
Alamat :

Selanjutnya disebut sebagai Pemberi Kuasa.


Dalam hal ini Pemberi Kuasa memberi Kuasa dalam proses penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/Kota kepada:

1. ………………………………….
2. ………………………………….
3. ……………………………..dst

Advokat/Konsultan Hukum beralamat kantor di


……..……………………….

== K H U S U S ==

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, mewakili dan/atau mendampingi Pemberi
Kuasa dalam proses penyelesaian Sengketa Proses Pemilu pada proses
pengajuan Permohonan dan Adjudikasi serta mendampingi dalam proses
Mediasi di Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota.

Untuk itu kepada Penerima Kuasa, baik sendiri dan bersama-sama kami beri
hak:
- Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa mewakili, menghadap, menemui dan
berbicara serta mendampingi dalam proses pengajuan Permohonan dan
adjudikasi penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…/Bawaslu Kabupaten/Kota...***);
- Untuk mendampingi Pemberi Kuasa dalam proses Mediasi penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu/Bawaslu Provinsi…/Bawaslu
Kabupaten/Kota...***)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 46 -

- Untuk mengajukan, membuat dan menandatangani segala surat-surat,


memberi dan meminta keterangan-keterangan, mengajukan saksi/ahli, dan
mengajukan bukti-bukti surat yang pada pokoknya mengerjakan segala
sesuatu yang dipandang baik dan perlu dalam urusan tersebut, guna
kepentingan Pemberi Kuasa dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan;
Surat Kuasa ini diberikan dengan Hak Substitusi baik sebagian maupun
seluruhnya kepada orang lain apabila sedang berhalangan.

…,…****)

Pemberi Kuasa, Penerima Kuasa,

Materai *****)

10.000

Tanda tangan Tanda Tangan


Nama Nama

Tanda Tangan Tanda Tangan


Nama Nama
dst….

Catatan:

*) : Diisi sesuai dengan nomor Surat Kuasa Khusus


Diisi sesuai dengan jabatan dan nama partai politik jika Surat Kuasa Khusus diajukan oleh
**) :
partai politik
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Diisi sesuai dengan tanggal dan tempat disusunnya Surat Kuasa Khusus
*****) : Meterai dapat dibubuhkan pada tanda tangan Pemberi atau Penerima Kuasa

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 47 -

FORMULIR MODEL PSPP-03


TANDA TERIMA DOKUMEN

TANDA TERIMA DOKUMEN


Nomor : …../PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)*)

Pada hari ini,…..tanggal…..bulan…..tahun…..pukul…..**), telah diterima dokumen


permohonan Pemohon/jawaban Termohon/Permohonan Pihak Terkait***) atas
nama:
1. …..; dan
2. dst..
sebagai Pemohon/Termohon/Pihak Terkait***) dalam Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu yang diserahkan oleh…..dengan rincian sebagai berikut,

Jumlah
No Jenis Dokumen*****) Dokumen Dokumen Keterangan
Cetak Digital
1 Permohonan Pemohon/Jawaban Diisi dengan penjelasan
Termohon/Permohonan Pihak mengenai bentuk dan/atau
Terkait format setiap jenis
dokumen
(asli/fotocopy/doc/pdf)
2 Kartu Tanda Penduduk Pemohon

3 Objek Sengketa

4 Alat Bukti

5 Daftar Alat Bukti

6 Surat Kuasa Khusus ****)

7 Kartu Tanda Penduduk Kuasa


Hukum ****)
8 Kartu Advokat ****)

9 Berita Acara Sumpah Advokat/Surat


Keterangan Sumpah ****)
10 dan seterusnya…..

yang diserahkan saat pengajuan permohonan secara langsung/ tidak langsung/perbaikan


dokumen oleh Pemohon/Termohon/Pihak Terkait***), Petugas Penerima permohonan telah
menerima, memeriksa dan mencatat dokumen di atas.

Yang menyerahkan, Petugas Penerima,

(tanda tangan dan nama jelas) (tanda tangan dan nama jelas)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 48 -

Catatan:

*) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format


…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
**) : Diisi sesuai dengan waktu penerimaan dokumen permohonan
***) : Coret yang tidak perlu
****) : Jika ada
*****) : Jenis dokumen pada tabel disesuaikan dengan Pihak yang menyampaikan dokumen

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 49 -

FORMULIR MODEL PSPP-04


BERITA ACARA VERIFIKASI
PERMOHONAN
PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU

BERITA ACARA
VERIFIKASI PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU

Pada hari ini,….. tanggal….. bulan….. tahun….. pukul…..**),


Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..***) telah
melakukan verifikasi dokumen Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu dengan Nomor Tanda Terima…..****) dengan hasil sebagai berikut,

Jumlah
No Jenis Dokumen Dokumen Dokumen Hasil Pemeriksaan
Cetak Digital
1 Permohonan Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)
2 Kartu Tanda Penduduk Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)

3 Objek Sengketa Lengkap/Tidak Lengkap*)

4 Alat Bukti Lengkap/Tidak Lengkap*)

5 Daftar Alat Bukti Lengkap/Tidak Lengkap*)

6 Surat Kuasa Khusus *****) Lengkap/Tidak Lengkap*)

7 Kartu Tanda Penduduk Kuasa Lengkap/Tidak Lengkap*)


Hukum *****)
8 Kartu Advokat *****) Lengkap/Tidak Lengkap*)

9 Berita Acara Sumpah Lengkap/Tidak Lengkap*)


Advokat/Surat Keterangan Sumpah
*****)
10 dan seterusnya….. Lengkap/Tidak Lengkap*)

Berdasarkan hasil verifikasi formal dan materiel terhadap dokumen permohonan


yang diajukan oleh Pemohon, permohonan penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
dinyatakan tidak dapat diterima/tidak lengkap/lengkap*);

(Pilih salah satu keterangan di bawah sesuai dengan hasil verifikasi)


Jika dinyatakan tidak dapat diterima, tambahkan kalimat,
Karena keputusan merupakan objek sengketa yang dikecualikan/permohonan
diajukan melewati jangka waktu*).

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 50 -

Jika dinyatakan tidak lengkap, tambahkan kalimat,


1. Pemohon wajib melengkapi dokumen permohonan yang tidak lengkap
sebagaimana tabel di atas.
2. Pemohon wajib memperbaiki dokumen permohonan berupa……….(hasil
verifikasi materiel)
Pemohon menyerahkan dokumen permohonan berdasarkan hasil verifikasi
formal dan materiel kepada Petugas Penerima Permohonan paling lama 3 (tiga)
hari kerja terhitung sejak tanggal penetapan Surat Keputusan/ Berita Acara
yaitu pada tanggal …….(diisi petugas penerima).

Jika dinyatakan lengkap, tambahkan kalimat,


Karena Permohonan telah memenuhi syarat formal dan materiel maka dapat
diterima oleh Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..***)

(Ketua/Anggota (a.n. Ketua)),

(tanda tangan dan nama jelas)

Catatan:
*) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil pemeriksaan
**) : Diisi sesuai dengan waktu verifikasi
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format
…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
*****) : Jika ada

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 51 -

FORMULIR MODEL PSPP-05


BERITA ACARA VERIFIKASI
HASIL PERBAIKAN
PERMOHONAN PENYELESAIAN
SENGKETA PROSES PEMILU

BERITA ACARA
VERIFIKASI HASIL PERBAIKAN
PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU

Pada hari ini,….. tanggal….. bulan….. tahun….. pukul….. **),


Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..***) telah
melakukan verifikasi kelengkapan dokumen Permohonan Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu dengan Nomor Tanda Terima…..****) dengan hasil sebagai berikut,

Jumlah
No Jenis Dokumen Dokumen Dokumen Hasil Pemeriksaan
Cetak Digital
1 Permohonan Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)
2 Kartu Tanda Penduduk Pemohon Lengkap/Tidak Lengkap*)

3 Objek Sengketa Lengkap/Tidak Lengkap*)

4 Alat Bukti Lengkap/Tidak Lengkap*)

5 Daftar Alat Bukti Lengkap/Tidak Lengkap*)

6 Surat Kuasa Khusus *****) Lengkap/Tidak Lengkap*)

7 Kartu Tanda Penduduk Kuasa Lengkap/Tidak Lengkap*)


Hukum *****)
8 Kartu Advokat *****) Lengkap/Tidak Lengkap*)

9 Berita Acara Sumpah Lengkap/Tidak Lengkap*)


Advokat/Surat Keterangan Sumpah
*****)
10 dan seterusnya….. Lengkap/Tidak Lengkap*)

Berdasarkan hasil verifikasi dokumen permohonan, permohonan Pemohon


dinyatakan tidak/telah*) memenuhi syarat formal dan materil Permohonan
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu sehingga Permohonan dinyatakan tidak
dapat diregister/dapat diregister*) dengan catatan…..(diisi oleh Petugas Penerima
Permohonan sesuai dengan catatan pleno)

(Ketua/Anggota (a.n. Ketua)),

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 52 -

(tanda tangan dan nama jelas)


Catatan:
*) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil pemeriksaan
**) : Diisi sesuai dengan waktu verifikasi
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format
…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
*****) : Jika ada

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 53 -

FORMULIR MODEL PSPP-06


PEMBERITAHUAN REGISTRASI
PERMOHONAN
PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU

PEMBERITAHUAN
REGISTRASI PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU

Berdasarkan Berita Acara Verifikasi…..*), tanggal….., bulan…,


tahun…..**), terhadap dokumen permohonan dengan nomor tanda terima
permohonan…..***) yang diajukan oleh:

1. a. Nama : ….............................................................
b. Pekerjaan : ….............................................................
c. Kewarganegaraan : ….............................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

2. a. Nama : ….............................................................
b. Pekerjaan : ….............................................................
c. Kewarganegaraan : ….............................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

dinyatakan memenuhi/tidak memenuhi****) syarat formal dan materiel.

Bahwa permohonan penyelesaian Sengketa Proses Pemilu tersebut


dinyatakan dapat diregister/tidak dapat diregister****) oleh Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota….. *****) sesuai dengan ketentuan Pasal
….. Ayat Perbawaslu Nomor..…Tahun ….. Tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.
Bahwa petugas penerima permohonan penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu telah mencatat permohonan Pemohon di dalam Buku Register
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dengan Nomor
Register……./PS.REG/(Kode-wilayah)/(bulan romawi)/(Tahun) ******).
….., …..*******)
(Ketua/Anggota (a.n. Ketua)),

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 54 -

(tanda tangan dan nama jelas)

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nama berita acara verifikasi yang menjadi acuan
**) : Diisi sesuai dengan waktu yang tercantum dalam berita acara verifikasi yang menjadi
acuan
***) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format
…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
****) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil pemeriksaan
*****) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
******) : Diisi sesuai dengan nomor Register Permohonan menggunakan format
……./PS.REG/(Kode-wilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
*******) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat pemberitahuan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 55 -

FORMULIR MODEL PSPP-07


PEMBERITAHUAN
PERMOHONAN PENYELESAIAN
SENGKETA PROSES PEMILU
TIDAK DAPAT DITERIMA

PEMBERITAHUAN
PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
TIDAK DAPAT DITERIMA

Berdasarkan Berita Acara Verifikasi, tanggal….., bulan….., tahun…..,*)


terhadap dokumen permohonan dengan nomor tanda terima permohonan..…**)
yang diajukan oleh:
1. a. Nama : ….............................................................
b. Pekerjaan : ….............................................................
c. Kewarganegaraan : ….............................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

2. a. Nama : ….............................................................
b. Pekerjaan : ….............................................................
c. Kewarganegaraan : ….............................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

dinyatakan tidak dapat diterima karena***):


• objek permohonan dikecualikan;
• permohonan melewati batas waktu;
• permohonan pernah diregister pada proses penanganan pelanggaran
administrasi Pemilu atau pelanggaran pidana Pemilu;
• permohonan merupakan sengketa yang terjadi antara calon peserta Pemilu
dalam satu Partai Politik;

….., …..****)
(Ketua/Anggota (a.n. Ketua) ),

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 56 -

(nama jelas dan tanda tangan)


Catatan

*) : Diisi sesuai dengan waktu yang tercantum dalam berita acara verifikasi yang menjadi
acuan
**) : Diisi sesuai dengan nomor Tanda Terima Permohonan menggunakan format
…………./PS.PNM.(ONL/LG)/Kodewilayah)/(bulan romawi)/(Tahun)
***) : Diisi sesuai dengan sebab permohonan tidak dapat diterima
****) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat pemberitahuan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 57 -

FORMULIR MODEL PSPP-08


JAWABAN TERMOHON
TERHADAP PERMOHONAN
PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU

KOP KPU, KPU


PROVINSI/

KABUPATEN/KOTA

JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN


PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU

Nomor : …..*)
Lamp : ….. Dokumen
Perihal : Jawaban Termohon terhadap
Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu
Kepada
Yth. Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)
di…..

I IDENTITAS TERMOHON
1 a. Nama :.................................................................
b. Pekerjaan/Jabatan :.................................................................
c. Kewarganegaraan :..................................................................
d. Alamat :..................................................................
e. Nomor Telepon/HP :..................................................................

2 a. Nama :..................................................................
b. Pekerjaan/Jabatan :..................................................................
c. Kewarganegaraan :..................................................................
d. Alamat :..................................................................
e. Nomor Telepon/HP :..................................................................

3 dst…..
Sebagai Termohon dalam permohonan penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu diajukan oleh…..***) kepada Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**), dengan Nomor Register:…..

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 58 -

****) dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus/Surat Tugas


Nomor….. tanggal..... memberikan Kuasa kepada:
1. …..
2. …..
3. ….. dan seterusnya (bila ada)
Semuanya adalah Advokat/Jaksa Pengacara Negara/Pihak Lain*****)
selanjutnya disebut Penerima Kuasa, yang berkedudukan di ….. dengan
alamat ….., nomor telepon/HP ….., alamat email….., baik sendiri-sendiri
atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa.
Bahwa Sesuai dengan Surat Panggilan Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**) Nomor…..******) Perihal:
Panggilan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu, dan sesuai dengan
Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu Terkait Keputusan
KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..**) yang diajukan oleh
…..***) maka dengan ini kami sampaikan jawaban terhadap dalil
permohonan PEMOHON sebagai berikut:

II KEDUDUKAN HUKUM TERMOHON


Berisi uraian kedudukan hukum (legal standing) Termohon sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum, juncto Peraturan Bawaslu Nomor …. Tahun ….
tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

III JAWABAN TERMOHON ATAS POKOK PERMOHONAN PEMOHON


(berisi uraian secara jelas dan lengkap Jawaban terhadap pokok
permohonan yang disengketakan Pemohon, paling sedikit memuat
kronologis permasalahan, dalil, dasar hukum, doktrin sesuai dengan
bukti yang diajukan (tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu).

IV PETITUM
Berdasarkan uraian dan alasan-alasan tersebut di atas, mohon kepada
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**) untuk
menjatuhkan Putusan sebagai berikut:
Menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya
Apabila Majelis Adjudikasi berpendapat lain mohon Putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 59 -

Demikianlah jawaban Termohon, dengan harapan Majelis Adjudikasi


dapat segera memeriksa dan memutuskan sengketa proses ini seadil-
adilnya.
…...,….. *******)

Hormat kami,
TERMOHON/KUASA HUKUM TERMOHON
1 [Tanda tangan] 1. [Tanda tangan]

Materai ********)

10.000

Nama Nama
2. [Tanda tangan] 2. [Tanda tangan]

Nama Nama

Catatan:

*) : Diisi sesuai dengan nomor surat jawaban Termohon


**) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
***) : Diisi sesuai dengan nama/identitas Pemohon
****) : Disii sesuai dengan Nomor Register Permohonan
*****) : Diisi sesuai dengan pegawai yang ditugaskan mewakili lembaga
******) : Diisi sesuai dengan nomor surat panggilan
*******) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan jawaban Termohon
********) : Materai dapat dibubuhkan pada tanda tangan Termohon atau Kuasa Hukum

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 60 -

FORMULIR MODEL PSPP-09


PERMOHONAN PIHAK TERKAIT
PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU

PERMOHONAN PIHAK TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU

Nomor : …..*)
Lamp : ….. dokumen
Perihal : Permohonan Pihak Terkait
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu

Kepada
Yth. Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)
di…………

I IDENTITAS PIHAK TERKAIT

1. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telp./HP : ….............................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

2. a. Nama : .................................................................
b. Pekerjaan : .................................................................
c. Kewarganegaraan : .................................................................
d. Alamat : .................................................................
e. Nomor Telp./HP : .................................................................
f. Alamat e-mail : .................................................................

Sebagai Pihak Terkait yang berpotensi dirugikan secara langsung atas


pengajuan permohonan penyelesaian Sengketa Proses Pemilu Nomor
Register.....***), dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus
Nomor.....tanggal …..memberikan Kuasa kepada:
1. …..
2. …..
3. ….. dan seterusnya (bila ada)
Semuanya adalah Advokat dari….., selanjutnya disebut Penerima Kuasa,
yang berkedudukan di….. dengan alamat….., nomor telepon/HP…..., email
….., baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas
nama Pemberi Kuasa selanjutnya disebut PIHAK TERKAIT.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 61 -

Dalam hal ini mengajukan Permohonan Sebagai Pihak Terkait kepada


Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)
dalam penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

II. KEWENANGAN BAWASLU, BAWASLU PROVINSI…../BAWASLU


KABUPATEN…../KOTA..…**)
Berisi uraian mengenai dasar hukum dan kewenangan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dalam memeriksa
dan memutus penyelesaian Sengketa Proses Pemilu sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum Juncto. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan
Umum Nomor ... Tahun ...tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu.

Berdasarkan uraian di atas Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu


Kabupaten/Kota…..**) berwenang menyelesaikan permohonan
penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

III KEDUDUKAN HUKUM PIHAK TERKAIT


Berisi uraian mengenai dasar hukum dan kedudukan (legal
standing) pihak terkait dalam mengajukan permohonan
penyelesaian Sengketa Proses Pemilu Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor ... Tahun ...tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.

IV TENGGAT WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN PIHAK TERKAIT


Berisi uraian mengenai tenggat waktu pengajuan permohonan Pihak
Terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor ... Tahun ...tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.

Berisi uraian mengenai hari dan tanggal Pihak Terkait mengajukan


permohonan penyelesaian Sengketa Proses Pemilu kepada Bawaslu/
Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota dikaitkan dengan
tenggat waktu sesuai dengan ketentuan Peraturan Bawaslu a quo
sehingga Permohonan Pihak terkait diajukan pada tenggat waktu
yang sesuai (tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu).

V POTENSI KERUGIAN PIHAK TERKAIT


Berisi uraian mengenai potensi kerugian langsung yang dialami oleh
Pihak Terkait akibat dari Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu a quo (tambahkan penjelasan lain yang dianggap perlu).

VI ALASAN PERMOHONAN
Berisi uraian mengenai alasan pengajuan Permohonan Pihak Terkait
yang paling sedikit memuat kronologis permasalahan, dalil
permohonan, dasar hukum, doktrin sesuai dengan bukti yang
diajukan yang menyebabkan Pihak Terkait mengalami potensi
kerugian langsung (tambahkan penjelasan lain yang dianggap
perlu).

VII TANGGAPAN ATAS POKOK PERMOHONAN PEMOHON


Berisi uraian mengenai tanggapan terhadap pokok Permohonan
Pemohon Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu a quo yang

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 62 -

berpotensi merugikan Pihak Terkait (tambahkan penjelasan lain


yang dianggap perlu).

VIII PETITUM
Berisi mengenai hal yang dimohonkan Pihak Terkait untuk diputus
dalam Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu a quo.
contoh:
1. Mengabulkan Permohonan Pihak Terkait untuk seluruhnya;
2. ….. dst
Demikianlah permohonan Pihak Terkait disampaikan, dengan harapan
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**) dapat
segera memeriksa dan memutuskan permohonan ini dengan seadil-adilnya
(ex aequo et bono).

…..,…..****)

Hormat kami,
PIHAK TERKAIT/KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT

PIHAK TERKAIT KUASA HUKUM

1 [Tanda tangan] 1. [Tanda tangan]

MATERAI*****)
10.000

Nama Nama
2. [Tanda tangan] 2. [Tanda tangan]

Nama Nama

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor surat Pihak Terkait
**) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
***) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan Sengketa Proses Pemilu
****) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan Permohonan Pihak Terkait
*****) : Meterai dapat dibubuhkan pada tanda tangan Pihak Terkait atau Kuasa Hukum

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 63 -

FORMULIR MODEL PSPP-10


DAFTAR ALAT BUKTI

DAFTAR ALAT BUKTI PEMOHON/TERMOHON/PIHAK TERKAIT*)


DALAM PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
NOMOR REGISTER...**)

Kepada Yth.
Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi.../Bawaslu Kabupaten/Kota…***)
di-

Dengan hormat,
Sehubungan dengan Permohonan Penyelesaian Sengketa Nomor Register…**),
dengan ini kami selaku Pemohon/Termohon/Pihak Terkait*) mengajukan bukti
sebagai berikut:

NO NAMA ALAT BUKTI KETERANGAN


P-1/T-1/PT- … …
1*)
P-2/T-2/PT- … …
2*)
dst… dst… dst…

Demikian daftar alat bukti Pemohon/Termohon/Pihak Terkait dalam


Permohonan Penyelesaian Sengketa Nomor Register…atas perkenannya
diucapkan terima kasih.

...,…****)

Hormat kami,

(tanda tangan dan nama jelas)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 64 -

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan pihak yang mengajukan daftar alat bukti
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan yang menjadi acuan pengajuan daftar alat
bukti
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal penyusunan daftar alat bukti

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 65 -

FORMULIR MODEL PSPP-11


PUTUSAN GUGUR
PERMOHONAN PIHAK TERKAIT

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM/


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI…../
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA…..*)

PUTUSAN GUGUR PERMOHONAN PIHAK TERKAIT


DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor Register:…..**)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) memeriksa dan


memutus permohonan sebagai Pihak Terkait dalam penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu pada Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dengan Nomor
Register…..**) menjatuhkan putusan sebagai berikut:

Menimbang bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*)


telah menerima permohonan Pihak Terkait pada Permohonan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu dengan Nomor Register…..**) dari:
1. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ….............................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

2. a. Nama : .................................................................
b. Pekerjaan : .................................................................
c. Kewarganegaraan : .................................................................
d. Alamat : .................................................................
e. Nomor Telepon/HP : .................................................................
f. Alamat e-mail : .................................................................

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 66 -

dengan permohonan sebagai Pihak Terkait tanggal…..***), memberikan kuasa


kepada.....****) dan dicatat sebagai bagian dari penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu atas Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dengan Nomor
Register.….**)

Menimbang bahwa majelis adjudikasi telah memanggil pihak terkait atau kuasa
hukumnya secara patut dua kali secara berturut-turut sesuai dengan Surat
Panggilan Nomor….. Tanggal…..dan tanda terima surat nomor…..tanggal…..,
namun Pihak Terkait atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam proses adjudikasi.

Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal … Peraturan Badan Pengawas


Pemilihan Umum Nomor ... Tahun ...tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu, permohonan sebagai Pihak Terkait dinyatakan gugur karena pihak
terkait atau kuasa hukumnya tidak hadir 2 (dua) kali secara berturut-turut
setelah dipanggil secara patut dalam adjudikasi permohonan penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.

Bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) terhadap


permohonan Pihak Terkait pada Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu dengan Nomor Register…..**), mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. …..
2. Dst

Mengingat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum juncto


Peraturan Bawaslu Nomor … Tahun … tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu.

Memutuskan:
Permohonan Pihak Terkait Gugur

Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu


Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) pada hari….. tanggal….. bulan....
tahun.....*****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..******) masing-masing
sebagai Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan
dibacakan di hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari…..
tanggal…..bulan..... tahun.....*******) oleh 1)….., 2)….., 3)….. ********) masing-

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 67 -

masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu


Kabupaten/Kota…..*) dan dibantu oleh….. sebagai sekretaris.

Atau

Jika terdapat majelis pengganti


Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) pada hari….. tanggal….. bulan....
tahun.....*****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..******) masing-masing
sebagai Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan
dibacakan di hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari…..
tanggal…..bulan..... tahun.....*******) oleh 1)….., 2)….., 3)….. ********) masing-
masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../ Bawaslu
Kabupaten…../Kota…..*) dan…..sebagai majelis pengganti serta dibantu
oleh…..sebagai sekretaris.

Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*),

Anggota Majelis Ketua Majelis Anggota Majelis********)

…..
….. …..
(nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda
tangan) tangan) tangan)

Sekretaris

…..
(nama jelas, NIP dan tanda tangan)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 68 -

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan yang menjadi acuan Permohonan Pihak
Terkait
***) : Diisi sesuai dengan tanggal permohonan sebagai Pihak Terkait
****) : Diisi sesuai dengan nama penerima kuasa
*****) : Diisi sesuai dengan tanggal pleno
******) : Diisi sesuai dengan anggota yang mengikuti pleno
*******) : Diisi sesuai dengan tanggal pembacaan putusan
********) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 69 -

FORMULIR MODEL PSPP-12


PEMBERITAHUAN STATUS
PERMOHONAN PIHAK TERKAIT

PEMBERITAHUAN
STATUS PERMOHONAN PIHAK TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA PROSES
PEMILU

Berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis Adjudikasi Penyelesaian Sengketa


Proses Pemilu Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu
Kabupaten/Kota…..*)pada tanggal….., bulan….., tahun…..,**) terhadap
dokumen permohonan sebagai Pihak Terkait pada penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu dengan permohonan Nomor Register…..***) yang diajukan oleh:

1. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ….............................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

2. a. Nama : ................................................................
b. Pekerjaan : ................................................................
c. Kewarganegaraan : ................................................................
d. Alamat : ................................................................
e. Nomor Telepon/HP : ................................................................
f. Alamat e-mail : ................................................................

dinyatakan diterima/tidak dapat diterima.

Jika tidak dapat diterima, tambahkan kalimat.


karena tidak dapat memenuhi kelengkapan dokumen permohonan dan/atau
melewati jangka waktu pengajuan permohonan sebagai Pihak Terkait****) sesuai
dengan ketentuan Peraturan Bawaslu Nomor ….. Tahun ….. tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.
….., …..*****)
( Ketua/Anggota (a.n. Ketua) ),

(tanda tangan dan nama jelas)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 70 -

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan tanggal pemeriksaan dokumen permohonan sebagai Pihak Terkait
***) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan yang menjadi acuan Permohonan
Pihak Terkait
****) : Diisi sesuai dengan alasan status Permohonan sebagai Pihak Terkait
*****) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat pemberitahuan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 71 -

FORMULIR MODEL PSPP-13


PANGGILAN
MEDIASI/ADJUDIKASI/ BAGI
PEMOHON/TERMOHON/PIHAK
TERKAIT

Nomor : …..*) …..,…..**)


Lampiran : (jika panggilan ditujukan
untuk Termohon, lampirkan
Permohonan)
Perihal : Panggilan Mediasi/Adjudikasi
Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu***)

Kepada
Yth…..
di…..

Badan Pengawas Pemilihan Umum/Badan Pengawas Pemilihan Umum


Provinsi…../Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten…../Kota…..***) dengan
ini memanggil.....****) sebagai Pemohon/Termohon/Pihak Terkait*****) dalam
Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu yang telah didaftar dalam Buku
Register Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dengan Nomor Register …..******)
untuk menghadiri mediasi/adjudikasi*) penyelesaian Sengketa Proses Pemilu yang
akan diselenggarakan pada:
hari/tanggal : …..
waktu : …..
tempat : …..
agenda : …..

Jika panggilan disampaikan bagi Termohon untuk menghadiri mediasi pertama,


tambahkan kalimat
Demi mengefektifkan proses penyelesaian sengketa, Termohon agar menyiapkan
dokumen Jawaban Termohon pada saat mediasi.

Demikian panggilan ini disampaikan.

Sekjen/Deputi/Kepala Biro/Kepala
Sekretariat/ Kepala Bagian/ Kepala
Subbagian*******),

Ttd

(nama lengkap)
NIP

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 72 -

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor surat panggilan mengacu pada pedoman klasifikasi arsip
**) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan surat panggilan
***) : Disesuaikan dengan proses penyelesaian sengketa yang akan dilaksanakan
****) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
*****) : Diisi sesuai dengan identitas pihak yang dipanggil
******) : Diisi sesuai dengan pihak yang dipanggil
*******) : Diisi sesuai dengan nomor register permohonan
********) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan pejabat penandatangan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 73 -

FORMULIR MODEL PSPP-14


JADWAL PELAKSANAAN
PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU

JADWAL PELAKSANAAN
PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor Register :…..*)

No HARI/TANGGAL JAM PIMPINAN MEDIASI/ AGENDA TEMPAT


MAJELIS ADJUDIKASI
1
2
dst

…..,…..** )

(Sekjen/Deputi/Kepala Biro/Kepala
Sekretariat/ Kepala Bagian/ Kepala
Subbagian ***),

Ttd

(nama lengkap)
NIP

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor register
**) : Diisi sesuai dengan tempat dan waktu pembuatan jadwal mediasi/adjudikasi
***) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan pejabat penandatangan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 74 -

FORMULIR MODEL PSPP-15


BERITA ACARA KETERANGAN
AHLI

BERITA ACARA
KETERANGAN AHLI DI BAWAH SUMPAH /JANJI

Pada hari ini…..,tanggal…..,bulan…..,tahun…..,sekitar pukul…..,*)


Saya…..**) bersumpah/berjanji***) sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
saya anut, yakni agama…..****) sebagai Ahli yang akan memberi keterangan
sesuai dengan keahlian saya di dalam adjudikasi Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu pada permohonan dengan Nomor Register…..*****).

Demikian berita acara sumpah/janji***) yang akan saya


pertanggungjawabkan sesuai tuntunan agama dan kepercayaan yang saya anut.

Saya yang bersumpah/berjanji***),

(Nama jelas dan tanda tangan)

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu pengambilan sumpah
**) : Diisi sesuai dengan nama Ahli
***) : Diisi sesuai dengan tatacara pengambilan sumpah/janji agama yang dianut
****) : Diisi sesuai dengan agama yang dianut Ahli
*****) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 75 -

FORMULIR MODEL PSPP-16


BERITA ACARA KETERANGAN
SAKSI DI BAWAH
SUMPAH/JANJI

BERITA ACARA
KETERANGAN SAKSI DI BAWAH SUMPAH/JANJI

Pada hari ini…..,tanggal…..,bulan…..,tahun…..,sekitar pukul…..,*)


Saya…..**) bersumpah/berjanji***) sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
saya anut, yakni agama…..****) sebagai Saksi yang akan memberi keterangan
sesuai dengan apa yang saya dengar, lihat dan/atau alami untuk disampaikan
di dalam adjudikasi Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu pada permohonan
dengan Nomor Register............*****).

Demikian berita acara sumpah/janji***) yang akan saya


pertanggungjawabkan sesuai tuntunan agama dan kepercayaan yang saya anut.

Saya yang bersumpah/berjanji***),

(Nama jelas dan tanda tangan)

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu pengambilan sumpah
**) : Diisi sesuai dengan nama Saksi
***) : Diisi sesuai dengan tatacara pengambilan sumpah/janji agama yang dianut
****) : Diisi sesuai dengan agama yang dianut Saksi
*****) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 76 -

FORMULIR MODEL PSPP-17


BERITA ACARA MEDIASI

BERITA ACARA MEDIASI


Nomor Register :…..*)

Bahwa pada hari ini…..tanggal…..bulan…..tahun…..bertempat di…..**)


Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..***)telah
melaksanakan mediasi Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu yang dipimpin
oleh:

Pimpinan Mediasi : …..


Pimpinan Mediasi : …..
Pimpinan Mediasi****) : …..
dst…..
yang dihadiri oleh,
1. Pemohon dan/atau Kuasa Hukum terdiri dari:
a. …..
b. …..
c. dst
2. Termohon dan/atau Kuasa Hukum terdiri dari:
a. …..
b. …..
c. dst
Bahwa pada mediasi yang telah dilakukan Para Pihak tidak/telah*****)dicapai
kesepakatan
Jika tidak mencapai kesepakatan tambahkan kalimat,
dengan catatan atas jalannya proses mediasi sebagai berikut:
1. (diisi dengan poin-poin selama pelaksanaan mediasi)
2. dst.
Jika telah mencapai kesepakatan tambahkan kalimat,
dengan hasil kesepakatan para pihak sebagai berikut:
1. …..
2. dst.

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 77 -

masing-masing pihak menerangkan dan menyatakan menyutujui seluruh hasil


kesepakatan tersebut.
Demikian berita acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Mengetahui,
Pimpinan Mediasi

(nama dan tanda tangan)

Sekretaris,

(nama, NIP dan tanda tangan)

Pemohon, Termohon,

(nama dan tanda tangan) ( nama dan tanda tangan )

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan Nomor Registrasi Permohonan
**) : Diisi sesuai dengan waktu dan tempat pelaksanaan mediasi
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) : Disesuaikan dengan jumlah pimpinan mediasi
*****) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil mediasi

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 78 -

FORMULIR MODEL PSPP-18


BERITA ACARA ADJUDIKASI

BERITA ACARA ADJUDIKASI


Nomor Register :…..*)

Bahwa pada hari ini…..tanggal…..bulan…..tahun…..bertempat di…..**)


Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..***)telah
melaksanakan adjudikasi Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu yang dipimpin
oleh:

Ketua Majelis : …..


Anggota Majelis : …..
Anggota Majelis****) : …..

dst….

dan dihadiri oleh,


1. Pemohon dan/atau Kuasa Hukum terdiri dari:
a. …..
b. …..
c. dst
2. Termohon dan/atau Kuasa Hukum terdiri dari:
a. …..
b. …..
c. dst
3. Pihak Terkait dan/atau Kuasa Hukum terdiri dari (jika ada):
a. …..
b. …..
c. Dst

Bahwa telah dilaksanakan adjudikasi dengan agenda…..*****)


Jika terdapat pemeriksaan saksi/ahli/Pemberi Keterangan, tambahkan
keterangan sebagai berikut
Dengan memeriksa saksi/ahli yang terdiri dari,

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 79 -

1. saksi/ahli yang diajukan oleh Pemohon yaitu,


a.
b. dst.
2. saksi/ahli yang diajukan oleh Termohon yaitu,
a.
b. dst.
3. saksi/ahli yang diajukan oleh Pihak Terkait yaitu,
a.
b. dst.
4. Pemberi Keterangan yaitu,
a.
b. dst.

Demikian berita acara adjudikasi ini dibuat untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Sekretaris,

(nama, NIP, tanda tangan)

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan Nomor Registrasi Permohonan
**) : Diisi sesuai dengan waktu dan tempat pelaksanaan adjudikasi
***) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
****) Disesuaikan dengan jumlah anggota majelis
*****) : Diisi sesuai dengan agenda adjudikasi

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 80 -

FORMULIR MODEL PSPP-19


PUTUSAN TERJADINYA
KESEPAKATAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM/


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI…../
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN…../KOTA.....*)

PUTUSAN TERJADINYA KESEPAKATAN


PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor Register:…..**)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) telah menerima


dan mencatat dalam Buku Register Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
permohonan dari:
1. a. Nama : …………………………….........................
b. Pekerjaan : …………………………………………………
c. Kewarganegaran : …………………………………………………
d. Alamat : …………………………………………………
2. a. Nama : ………………………………......................
b. Pekerjaan : …………………………………………………
c. Kewarganegaran : …………………………………………………
d. Alamat : …………………………………………………
yang memberikan kuasa kepada (jika menggunakan Kuasa)
1…..
2…..
3. dst
Advokat yang berkantor pada kantor hukum…..beralamat di…..Berdasarkan
surat kuasa khusus Nomor…..,tertanggal…..,untuk selanjutnya disebut sebagai
Pemohon dalam hal ini mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu atas keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota…..*) Nomor…..
tentang…..tanggal…..;

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 81 -

Terhadap

KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*). yang berkedudukan di…..,


dalam hal ini memberikan kuasa kepada:
1…..
2…..
3. dst
Seluruhnya berkewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat pada Kantor
Hukum….., yang beralamat di….., berdasarkan surat kuasa khusus
Nomor…..tanggal…..bertindak baik sendiri-sendiri atau bersama sama untuk
dan atas nama pemberi kuasa, selanjutnya disebut sebagai Termohon;

Bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) telah


memimpin mediasi antara Pemohon dan Termohon dengan hasil mencapai
kesepakatan sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Mediasi Permohonan
Nomor Register…..tanggal…..***)yang menyepakati hal-hal sebagai berikut,
1. …..
2. …..
3. …..
4. dst

Mengingat, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum


juncto Peraturan Bawaslu Nomor….. Tahun…..tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu;

MEMUTUSKAN

1. Memerintahkan kepada Para Pihak untuk melaksanakan isi kesepakatan


sebagaimana tertuang dalam Putusan ini;
2. Memerintahkan kepada KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*)
untuk melaksanakan Putusan ini paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak Putusan ini dibacakan.

Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu


Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) pada hari….. tanggal….. bulan....

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 82 -

tahun.....****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..*****) masing-masing sebagai


Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan dibacakan di
hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari….. tanggal…..bulan.....
tahun.....******) oleh 1)….., 2)….., 3)….. *******) masing-masing sebagai majelis
adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) dan
dibantu oleh….. sebagai sekretaris.

Atau

Jika terdapat majelis pengganti


Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) pada hari….. tanggal….. bulan....
tahun.....*****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..******) masing-masing sebagai
Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan dibacakan di
hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari….. tanggal…..bulan.....
tahun.....*******) oleh 1)….., 2)….., 3)….. ********) masing-masing sebagai majelis
adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../ Bawaslu Kabupaten…../Kota…..*)
dan…..sebagai majelis pengganti serta dibantu oleh…..sebagai sekretaris.

Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi……./Bawaslu Kab…./Kota…..*),

Anggota Majelis Ketua Majelis Anggota Majelis*******)

(nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda
tangan) tangan) tangan)

Sekretaris
(nama jelas, NIP dan tanda tangan)

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan
***) : Diisi sesuai dengan berita acara mediasi yang menjadi acuan Putusan Kesepakatan
****) : Diisi sesuai dengan tanggal pelaksanaan pleno

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 83 -

*****) : Diisi sesuai dengan anggota yang mengikuti pleno


******) : Diisi sesuai dengan tanggal pembacaan putusan
*******) : Diisi sesuai dengan majelis adjudikasi yang membacakan Putusan

FORMULIR MODEL PSPP-20


PUTUSAN GUGUR
PENYELESAIAN SENGKETA
PROSES PEMILU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI…../
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA…..*)

PUTUSAN GUGUR
PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor Register:…..**)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) memeriksa dan


memutus Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dengan Nomor
Register……..**) menjatuhkan putusan sebagai berikut,
Menimbang bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu
Kabupaten/Kota…..*) telah menerima Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu dengan Nomor Register…..**) dari:
1. a. Nama : ............................................................................
b. Pekerjaan : ............................................................................
c. Kewarganegaraan : ............................................................................
d. Alamat : ............................................................................

2. a. Nama : ............................................................................
b. Pekerjaan : ............................................................................
c. Kewarganegaraan : ............................................................................
d. Alamat : ............................................................................

yang memberikan kuasa kepada (jika menggunakan Kuasa)


1…..
2…..
3. dst

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 84 -

Advokat yang berkantor pada kantor hukum…..beralamat di…..berdasarkan surat


kuasa khusus Nomor…..tanggal…..untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon;

Menimbang bahwa pimpinan mediasi/majelis adjudikasi telah memanggil


Pemohon atau kuasa hukumnya secara patut dua kali secara berturut-turut
sesuai dengan Surat Panggilan Nomor…..tanggal…..dan tanda terima surat
nomor…..tanggal…..,namun Pemohon atau kuasa hukumnya tidak hadir dalam
proses penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.
Menimbang bahwa sesuai dengan ketentuan Peraturan Bawaslu
Nomor.....Tahun..…tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu,
permohonan penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dinyatakan Gugur karena:
1) pemohon tidak hadir 2 (dua) kali secara berturut-turut setelah dipanggil secara
patut dalam proses penyelesaian Sengketa Proses Pemilu;
2) pemohon meninggal dunia;
3) termohon telah memenuhi tuntutan pemohon sebelum dilaksanakan tahapan
mediasi; atau
4) pemohon mencabut permohonannya.
Bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten…./Kota…..*)dalam
penyelesaian Sengketa Proses Pemilu mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. …..
2. Dst

Mengingat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum


juncto Peraturan Bawaslu Nomor….. Tahun.….tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.

Memutuskan:
Permohonan Pemohon Gugur

Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu


Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) pada hari….. tanggal….. bulan....
tahun.....***) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..****) masing-masing sebagai
Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan dibacakan
di hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari…..
tanggal…..bulan..... tahun.....*****) oleh 1)….., 2)….., 3)….. ******) masing-masing

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 85 -

sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu


Kabupaten/Kota…..*) dan dibantu oleh….. sebagai sekretaris.

Atau

Jika terdapat majelis pengganti


Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu
Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) pada hari….. tanggal….. bulan....
tahun.....*****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..******) masing-masing
sebagai Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan
dibacakan di hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari…..
tanggal…..bulan..... tahun.....*******) oleh 1)….., 2)….., 3)….. ********) masing-
masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../ Bawaslu
Kabupaten…../Kota…..*) dan…..sebagai majelis pengganti serta dibantu
oleh…..sebagai sekretaris.

Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kab…../Kota…..*),

Anggota Majelis Ketua Majelis Anggota Majelis*******)

(nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda
tangan) tangan) tangan)

Sekretaris

(nama jelas, NIP dan tanda tangan)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 86 -

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan Nomor Register Permohonan
***) : Diisi sesuai dengan tanggal pleno
****) : Diisi sesuai dengan anggota yang mengikuti pleno
*****) : Diisi sesuai dengan tanggal pembacaan putusan
******) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 87 -

FORMULIR MODEL PSPP-21


PUTUSAN PENYELESAIAN
SENGKETA PROSES PEMILU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM /


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI…..*)/
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN…../KOTA…..*)

PUTUSAN
Nomor Register:…..**)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) memeriksa dan


memutus penyelesaian Sengketa Proses Pemilu, menjatuhkan putusan sebagai
berikut:
Menimbang bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu
Kabupaten/Kota…..*) telah mencatat dalam Buku Register Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu, permohonan dari:
1. a. Nama : ………………………………………….
b. Pekerjaan : ………………………………………….
c. Kewarganegaraan : ………………………………………….
d. Alamat : ………………………………………….
2. a. Nama : ………………………………………….
b. Pekerjaan : ………………………………………….
c. Kewarganegaraan : ………………………………………….
d. Alamat : ………………………………………….
dalam hal ini bertindak untuk dan atas namanya sendiri/Partai Politik…..***)
sebagai Bakal Calon Peserta Pemilu/ Calon Peserta Pemilu/ Peserta Pemilu****)
yang dirugikan secara langsung akibat dikeluarkannya keputusan KPU/KPU
Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*) dan memberikan kuasa kepada: (jika
menggunakan Kuasa)
1…..
2…..

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 88 -

3. dst
Advokat yang berkantor pada kantor hukum…..beralamat di…..Berdasarkan
surat kuasa khusus Nomor…..tertanggal…..untuk selanjutnya disebut sebagai
Pemohon;
Dalam hal ini telah mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu atas keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*)
berupa Berita Acara atau Surat Keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU
Kabupaten/Kota…..*)Nomor…..tentang…..Tanggal…..;

Terhadap

KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*). yang berkedudukan di…..,


dalam hal ini memberikan kuasa kepada: (jika menggunakan Kuasa)
1…..
2…..
3. dst
Seluruhnya berkewarganegaraan Indonesia, semuanya adalah Advokat/Jaksa
Pengacara Negara/sebutan lain*****) selanjutnya disebut Penerima Kuasa, yang
berkedudukan di…..dengan alamat…..baik sendiri-sendiri atau bersama-sama
bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, selanjutnya disebut sebagai
Termohon;

Bahwa permohonan diajukan pada tanggal…..dan diterima oleh


Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*) serta dicatat
dalam Buku Register Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu pada
tanggal…..dengan Nomor Register…..**)
Bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..*)telah:
Membaca permohonan Pemohon;
Mendengar keterangan Pemohon;
Membaca jawaban Termohon;
Mendengar keterangan Termohon;
Membaca permohonan Pihak Terkait (jika ada);
Mendengar tanggapan Pihak Terkait (jika ada);
Mendengar keterangan Saksi-saksi dan Ahli dari Para Pihak;
Mendengar keterangan Pihak Pemberi Keterangan (jika ada);
Memeriksa alat bukti Para Pihak;
Membaca Kesimpulan Para Pihak;

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 89 -

TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan penyelesaian


Sengketa Proses Pemilu dengan Nomor Register.….tanggal…..bulan…..
Tahun…..**)dengan Permohonan sebagai berikut:
A. POKOK PERMOHONAN PEMOHON (hanya diisi dengan Pokok Permohonan
dan Petitum Pemohon)
…..
B. JAWABAN TERMOHON (hanya diisi dengan Pokok Jawaban dan Petitum
Termohon)
…..
C. PERMOHONAN PIHAK TERKAIT (jika ada) (hanya diisi dengan Pokok
Permohonan Pihak Terkait dan Petitum Pihak Terkait)
…..
D. BUKTI
a. Bukti Surat atau Tulisan
1. Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil, Pemohon telah
mengajukan bukti berupa fotokopi surat dengan meterai cukup serta
telah dileges dan diberi tanda P…..-P….

NO NAMA BUKTI KETERANGAN

P-1 ….. …..


P-2 ….. …..
P-3 dst…..

2. Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil, Termohon telah


mengajukan bukti berupa fotokopi surat dengan meterai cukup serta
telah dileges serta diberi tanda T…..-T…..
NO NAMA BUKTI KETERANGAN
T–1 ….. …..
T–2 ….. …..
T–3 dst…..

3. Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil, Pihak Terkait telah


mengajukan bukti berupa fotokopi surat dengan meterai cukup serta
telah dileges dan diberi tanda PT…..-PT…..

NO NAMA BUKTI KETERANGAN

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 90 -

PT–1 ….. …..


PT–2 ….. …..
PT-3 dst…..

b. Keterangan Saksi/Ahli
1. Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti dokumen, Pemohon
juga mengajukan saksi dan/atau ahli yang memberikan keterangan
sebagai berikut:
a) Saksi
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
b) Ahli
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
2. Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti dokumen, Termohon
juga mengajukan saksi dan/atau ahli yang memberikan keterangan
sebagai berikut:
a) Saksi
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
b) Ahli
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
3. Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti dokumen, Pihak
Terkait juga mengajukan saksi dan/atau ahli yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
a) Saksi
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
b) Ahli
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
c. Lembaga Pemberi Keterangan
Menimbang, bahwa selain memeriksa bukti, Bawaslu/ Bawaslu
Provinsi…./Bawaslu Kab/Kota….. juga mendengar keterangan dari
Lembaga Pemberi Keterangan sebagai berikut:
(uraikan mengenai pokok-pokok keterangan yang disampaikan…..)
E. KESIMPULAN PEMOHON, TERMOHON DAN PIHAK TERKAIT.
Menimbang, bahwa setelah tahap pembuktian selesai, para pihak diberikan
kesempatan untuk mengajukan kesimpulannya, pihak Pemohon dan
Termohon, serta Pihak Terkait mengajukan kesimpulan dalam proses
penyelesaian sengketa Pemilu masing-masing pada tanggal…..

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 91 -

F. PERTIMBANGAN HUKUM
1. TENGGAT WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN
Menimbang bahwa Surat Keputusan/Berita Acara (pilih salah satu)
KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (diisi sesuai locus/tempat)
Nomor…. Tentang… ditetapkan pada Tanggal…, permohonan diajukan
kepada Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota (diisi
sesuai locus/tempat) dan diterima pada tanggal… dengan Nomor
penerimaan permohonan… serta diregister pada tanggal… dengan Nomor
register…
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 467 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bahwa
permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu disampaikan paling
lama 3 (tiga) hari sejak tanggal penetapan keputusan KPU/KPU
Provinsi/KPU Kabupaten/Kota1.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Pemohon
dalam mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
masih dalam tenggat waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum2 .
2. OBJEK SENGKETA
Menimbang bahwa KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (pilih salah
satu) menetapkan Surat Keputusan/Berita Acara (pilih salah satu)
KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (diisi sesuai locus/tempat)
Nomor…. Tentang… pada tanggal… yang merugikan hak Pemohon karena
tidak ditetapkan sebagai calon peserta/peserta Pemilu.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 466 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Sengketa Proses Pemilu
merupakan sengketa peserta Pemilu dengan Penyelenggara Pemilu
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi,
dan keputusan KPU Kabupaten/Kota.3

1
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
2
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
3
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 92 -

Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal… Peraturan Badan


Pengawas Pemilihan Umum Nomor… Tahun … tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.4
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Objek
Sengketa yang diajukan Pemohon sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Perbawaslu
Nomor… Tahun 2022 Tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu.5
3. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
Menimbang bahwa Pemohon adalah Ketua Umum dan Sekjen atau
ditambahkan Kuasa Hukum apabila menunjuk Kuasa Hukum dari Partai
Politik yang telah mendaftar/sudah terdaftar (pilih salah satu) di
KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten Kota (diisi sesuai locus/tempat).
Menimbang bahwa Pemohon adalah calon anggota DPD atau
ditambahkan Kuasa Hukum apabila menunjuk Kuasa Hukum yang telah
mendaftar di KPU/KPU Provinsi (pilih salah satu)
Menimbang bahwa Pemohon adalah pasangan calon Presiden dan Wakil
Presidan yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
atau ditambahkan Kuasa Hukum apabila menunjuk Kuasa Hukum yang
telah mendaftar di KPU.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 467 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bahwa
Permohonan disampaikan oleh calon Peserta Pemilu dan/atau Peserta
Pemilu.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 27 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bahwa Peserta
Pemilu adalah Partai Politik untuk Pemilu anggota DPR, anggota DPRD
Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, perseorangan untuk Pemilu
anggota DPD, dan pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal… Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor… Tahun 2022 tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.6

4
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
5
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
6
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 93 -

Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Pemohon


memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam mengajukan
permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

4. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) TERMOHON


Menimbang bahwa KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (sesuai
dengan locus/tempat) adalah Penyelenggara Pemilu yang mengeluarkan
Surat Keputusan/Berita Acara Nomor…. tentang… pada tanggal…
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 466 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bahwa Sengketa Proses
Pemilu terjadi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU/KPU
Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (pilih salah satu)
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal… Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor… Tahun … tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.7
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, KPU/KPU
Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (sesuai dengan locus/tempat) memiliki
kedudukan hukum (legal standing) sebagai Termohon dalam
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

5. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PIHAK TERKAIT (jika ada)


Menimbang bahwa Pihak Terkait adalah Ketua Umum dan Sekjen atau
ditambahkan Kuasa Hukum apabila menunjuk Kuasa Hukum dari Partai
Politik yang telah mendaftar/sudah terdaftar (pilih salah satu) di
KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten Kota (pilih salah satu) yang
berpotensi dirugikan dari adanya permohonan dengan nomor register.
Menimbang bahwa Pihak Terkait adalah calon anggota DPD atau
ditambahkan Kuasa Hukum apabila menunjuk Kuasa Hukum yang telah
mendaftar di KPU/KPU Provinsi yang berpotensi dirugikan dari adanya
permohonan dengan nomor register.
Menimbang bahwa Pihak Terkait adalah pasangan calon Presiden dan
Wakil Presidan yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik atau ditambahkan Kuasa Hukum apabila menunjuk Kuasa

7
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 94 -

Hukum, yang telah mendaftar di KPU yang berpotensi dirugikan dari


adanya permohonan dengan nomor register.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal… Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor… Tahun 2022 tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.8
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Pihak Terkait
miliki kedudukan hukum (legal standing) dalam mengajukan
permohonan sebagai Pihak Terkait dalam Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu.
6. KEWENANGAN BAWASLU/BAWASLU PROVINSI .../BAWASLU
KABUPATEN/KOTA ...*)
Menimbang bahwa KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota (pilih salah
satu) menetapkan Surat Keputusan/Berita Acara (pilih salah satu)
Nomor… tentang … pada Tanggal …
Menimbang bahwa terhadap Surat Keputusan/Berita Acara (pilih salah
satu) tersebut di atas telah diajukan permohonan dengan Nomor
registrasi… kepada Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/Kota… (sesuai dengan locus/tempat).
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 468 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bahwa Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota berwenang menyelesaikan
Sengketa Proses Pemilu.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal… Peraturan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Nomor… Tahun … tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.9
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas,
Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota (sesuai dengan
locus/tempat). memiliki kewenangan dalam menyelesaikan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.

G. PENDAPAT HUKUM MAJELIS


Menimbang, bahwa setelah Majelis Adjudikasi memeriksa dengan seksama
Permohonan Pemohon dan Pihak Terkait (jika ada) serta jawaban Termohon,
Majelis akan mempertimbangkan hal-hal yang telah dinyatakan para pihak

8
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru
9
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 95 -

dalam pokok-pokok permohonan dan jawaban serta dalil dan bukti yang
diajukan sebagai berikut:
Menimbang bahwa sebelum Majelis Adjudikasi menyampaikan pendapat
hukum, terlebih dahulu perlu disampaikan bahwa Majelis Adjudikasi telah
melaksanakan Mediasi yang dilaksanakan selama ….. hari yakni pada
Tanggal…..yang menghasilkan ketidaksepakatan mediasi sehingga harus
dilanjutkan dengan proses Adjudikasi berdasarkan ketentuan Pasal 468
ayat (4) Undang-Undang 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang
menyatakan bahwa dalam hal tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang
bersengketa Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota
menyelesaikan Sengketa Proses Pemilu melalui adjudikasi dan berdasarkan
ketentuan Pasal… Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor…
Tahun 2022 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.10
Menimbang bahwa ….. (uraikan fakta-fakta yang relevan dengan pokok
permohonan dan jawaban termohon)
Menimbang berdasarkan ketentuan ….. (uraikan ketentuan hukum baik
asas-asas maupun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
fakta dan pokok permohonan serta jawaban termohon)
Menimbang bahwa ..... dengan demikian ….. (uraikan penilaian dan
pendapat berdasarkan fakta dan pokok permohonan serta jawaban termohon
dengan ketentuan hukum yang berlaku)

H. KESIMPULAN
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hukum dan pendapat
hukum sebagaimana diuraikan di atas, maka Majelis Adjudikasi menilai
dan berkesimpulan sebagai berikut:
1. Tenggat waktu pengajuan permohonan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. Surat Keputusan atau Berita Acara (pilih salah satu) yang diajukan
dalam permohonan merupakan objek Sengketa Proses Pemilu;
3. Pemohon dan Pihak Terkait (jika ada) memiliki kedudukan hukum (legal
standing) dalam mengajukan permohonan penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu;
4. Majelis Adjudikasi berwenang memeriksa dan memutus permohonan
Pemohon;

10
Perlu ditambahkan ketentuan terkait waktu penerimaan permohonan berdasarkan Perbawaslu PSPP terbaru

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 96 -

5. Permohonan Pemohon: (pilih salah satu)


- memiliki alasan hukum yang cukup untuk dikabulkan seluruhnya;
atau
- memiliki alasan hukum yang cukup untuk dikabulkan sebagian;
atau
- tidak memiliki alasan hukum yang cukup untuk dikabulkan.
6. Permohonan Pihak Terkait (jika ada) (pilih salah satu):
- memiliki alasan hukum yang cukup untuk dikabulkan seluruhnya;
atau
- memiliki alasan hukum yang cukup untuk dikabulkan sebagian;
atau
- tidak memiliki alasan hukum yang cukup untuk dikabulkan.

Mengingat, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum


juncto Peraturan Bawaslu Nomor…..Tahun…..tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu;

MEMUTUSKAN

Menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

ATAU

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;


2. Menyatakan batal keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU
Kab/Kota…..******);
3. Memerintahkan Termohon untuk menerbitkan keputusan yang
memuat…..(sesuaikan dengan petitum Pemohon)
4. Memerintahkan Termohon untuk menindaklanjuti putusan ini paling
lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak putusan ini dibacakan.

ATAU

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk sebagian;


2. …..******)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 97 -

3. Memerintahkan Termohon untuk menindaklanjuti putusan ini paling


lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak putusan ini dibacakan.

Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu


Provinsi....../Bawaslu Kabupaten…./Kota.....*) pada hari…
tanggal….bulan.... tahun.....*******) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…...,
3)…..********) masing-masing sebagai Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan dibacakan di hadapan para pihak
serta terbuka untuk umum pada hari… tanggal….bulan....
tahun.....*********) oleh 1)………., 2)…………, 3)…………. **********) masing-
masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../ Bawaslu
Kabupaten…../Kota…..*) dan dibantu oleh ………….. sebagai sekretaris.

Atau

Jika terdapat majelis adjudikasi pengganti


Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu
Provinsi....../Bawaslu Kabupaten…./Kota.....*) pada hari…
tanggal….bulan.... tahun.....*******) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…...,
3)…..********) masing-masing sebagai Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan dibacakan di hadapan para pihak
serta terbuka untuk umum pada hari… tanggal….bulan....
tahun.....*********) oleh 1)………., 2)…………, 3)…………. **********) masing-
masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../ Bawaslu
Kabupaten…../Kota…..*) dan……..sebagai majelis adjudikasi pengganti
serta dibantu oleh ………….. sebagai sekretaris.

Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi……./Bawaslu Kab…./Kota…..*),

Anggota Majelis Ketua Majelis Anggota Majelis********)

………………….. ………………………. ………….……………..


(nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda (nama jelas dan tanda
tangan) tangan) tangan)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 98 -

Sekretaris

………………………
(nama jelas, NIP dan tanda tangan)

Catatan
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan nomor Register
***) : Diisi sesuai dengan nama partai politik jika permohonan diajukan oleh partai politik
****) : Coret yang tidak perlu
*****) : Diisi dengan pegawai yang mewakili lembaga
******) : Diisi sesuai dengan perintah Putusan
*******) : Diisi sesuai dengan waktu pelaksanaan pleno
********) : Diisi sesuai dengan anggota yang menghadiri pleno
*********) : Diisi sesuai dengan waktu pembacaan putusan
**********) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 99 -

FORMULIR MODEL PSPP-22


PENERIMAAN PERMOHONAN
PENYELESAIAN SENGKETA

FORMULIR PENYELESAIAN SENGKETA ANTARPESERTA PEMILU

Perihal: Permohonan Penyelesaian Sengketa antar-Peserta Pemilu Tanggal : …/…/20..


Kepada Yth, Tempat Kejadian :…..
Ketua Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota….., Identitas Pemohon:
Panwas Kecamatan…..*) 1. Nama : …..
di 2. KTP : ada/tidak ada**)
Tempat 3. Surat Kuasa Kampanye : ada/tidak ada**)
Identitas Termohon
1. Nama : …..
2. KTP : ada/tidak ada**)
3. Surat Kuasa Kampanye : ada/tidak ada**)

1. Permasalahan yang disengketakan:


…..
2. Tanggapan Termohon
…..
3. Bukti
…..

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 100 -

Hasil Penyelesaian Sengketa


Sepakat/ Tidak Sepakat***) Putusan Pengawas Pemilu (jika tidak tercapai kesepakatan)
Jika sepakat ditambahkan kalimat 1. …..
Hal-hal yang disepakati: 2. …..
1. ….. 3. dst
2. dst
Pemohon, Termohon, Mengetahui/Telah Memutus***),

Tanda Tangan Tanda tangan


Tanda Tangan Pengawas PemilIu
(Nama Pemohon) (Nama Termohon) Ketua/Anggota (a.n Ketua)****
Catatan
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil pemeriksaan
***) : Coret yang tidak perlu sesuai dengan hasil dari penyelesaian sengketa antarpeserta
****) : Diisi sesuai dengan pengawas Pemilu yang menandatangani

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 101 -

FORMULIR MODEL PSPP-23


PETIKAN PUTUSAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI…../
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN…../KOTA…..*)

PETIKAN PUTUSAN
Nomor Register:….**)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota….. *) memeriksa dan


memutus penyelesaian Sengketa Proses Pemilu, menjatuhkan putusan sebagai
berikut:

Menimbang bahwa Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu


Kabupaten/Kota…..*) telah mencatat dalam Buku Register Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu, permohonan Pemohon atas nama:
1. Nama : ……………………………………………
Pekerjaan : ……………………………………………
Kewarganegaraan : ……………………………………………
Alamat : ……………………………………………
2. Nama : ……………………………………………
Pekerjaan : ……………………………………………
Kewarganegaraan : ……………………………………………
Alamat : ……………………………………………
dalam hal ini mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
atas keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota….*) berupa Berita
Acara atau Surat Keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota ......*)
Nomor…..tentang…..Tanggal…..

Terhadap

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 102 -

KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*) yang berkedudukan di…..,


sebagai Termohon

Membaca dst;
Mendengar dst;
Menimbang dst;
Mengingat dst;

MEMUTUSKAN

1. Memerintahkan kepada Para Pihak untuk melaksanakan isi kesepakatan


sebagaimana tertuang dalam Putusan ini;
2. Memerintahkan kepada KPU/KPU Provinsi…../KPU Kabupaten/Kota…..*)
untuk melaksanakan Putusan ini paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak Putusan ini dibacakan.

ATAU

Permohonan Pemohon Gugur

ATAU

Menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

ATAU

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;


2. Menyatakan batal keputusan KPU/KPU Provinsi…../KPU
Kabupaten/Kota…..***);
3. Memerintahkan Termohon untuk menerbitkan keputusan yang
memuat…..(sesuaikan dengan petitum Pemohon)
4. Memerintahkan Termohon untuk menindaklanjuti putusan ini paling
lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak putusan ini dibacakan.

ATAU

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk sebagian;

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 103 -

2. …..***)
3. Memerintahkan Termohon untuk menindaklanjuti putusan ini paling
lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak putusan ini dibacakan.

Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu


Provinsi....../Bawaslu Kabupaten…./Kota.....*) pada hari… tanggal….bulan....
tahun.....****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..*****) masing-masing sebagai
Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan
dibacakan di hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari…
tanggal….bulan.... tahun.....******) oleh 1)………., 2)…………, 3)…………. *******)
masing-masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/ Bawaslu Provinsi…../
Bawaslu Kabupaten…../Kota…..*) dan dibantu oleh ………….. sebagai
sekretaris.

Atau
Jika terdapat majelis adjudikasi pengganti
Demikian diputuskan di dalam rapat pleno Bawaslu/Bawaslu
Provinsi....../Bawaslu Kabupaten…./Kota.....*) pada hari… tanggal….bulan....
tahun.....****) yang dihadiri oleh 1)….., 2)…..., 3)…..*****) masing-masing sebagai
Anggota Bawaslu/Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota*) dan
dibacakan di hadapan para pihak serta terbuka untuk umum pada hari…
tanggal….bulan.... tahun.....******) oleh 1)………., 2)…………, 3)…………. *******)
masing-masing sebagai majelis adjudikasi Bawaslu/ Bawaslu Provinsi…../
Bawaslu Kabupaten…../Kota…..*) dan……..sebagai majelis adjudikasi
pengganti serta dibantu oleh ………….. sebagai sekretaris.

Majelis Adjudikasi
Bawaslu/Bawaslu Provinsi……./Bawaslu Kab…./Kota…..*),

ttd Ttd ttd*******)

(nama jelas) (nama jelas) (nama jelas)

Sekretaris

(nama jelas, NIP dan tanda tangan)

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 104 -

Catatan
*) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
**) : Diisi sesuai dengan nomor Register
***) : Diisi sesuai dengan perintah Putusan
****) : Diisi sesuai dengan waktu pelaksanaan pleno
*****) : Diisi sesuai dengan anggota yang menghadiri pleno
******) : Diisi sesuai dengan waktu pembacaan putusan
*******) : Diisi sesuai dengan majelis yang membacakan putusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 105 -

FORMULIR MODEL PSPP-24


BUKU PENERIMAAN
PERMOHONAN

BUKU PENERIMAAN PERMOHONAN


Nomor Tanda Dokumen Pihak Keterangan
Hari, Tanggal, Dokumen yang Dokumen yang
No Terima Pemohon Termohon yang Terkait (jika (jika ada proses
Bulan, Tahun disampaikan disampaikan
Permohonan disampaikan ada) perbaikan)
1
2
3
4
dst

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 106 -

FORMULIR MODEL PSPP-25


BUKU REGISTER
PERMOHONAN
PENYELELESAIAN SENGKETA

BUKU REGISTER PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA


Nomor Tanda Pihak
Nomor Tanggal
No Terima Pemohon Termohon Terkait (Jika Keterangan
Register Register
Permohonan ada)
1
2
3
4
dst

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 107 -

FORMULIR MODEL PSPP-26


TANDA TERIMA SALINAN
PUTUSAN

TANDA TERIMA
SALINAN PUTUSAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES PEMILU
Nomor :…..*)

Telah diterima Salinan Putusan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu


Bawaslu/Bawaslu Provinsi…../Bawaslu Kabupaten/Kota…..**)dengan Nomor
Register…..***)yang diserahkan oleh:

1. Nama Petugas : …..


2. Instansi : Bawaslu/Bawaslu Provinsi..../Bawaslu
Kabupaten/Kota .....**)

….., ….. 20…..****)


Pukul …..*****)

Yang Menyerahkan, Yang Menerima,

(tanda tangan dan nama jelas) (tanda tangan dan nama jelas)

Catatan:
*) : Diisi sesuai dengan nomor tanda terima salinan putusan mengacu pada penomoran persuratan
**) : Diisi sesuai dengan tingkatan wilayah dan nama daerah
***) : Diisi sesuai dengan nomor register permohonan
****) : Diisi sesuai dengan waktu penyampaian salinan putusan
*****) : Diisi sesuai dengan jam penyampaian salinan putusan

https://jdih.bawaslu.go.id/
- 108 -

FORMULIR MODEL PSPP-27


BUKU PENCATATAN
PENYELELESAIAN SENGKETA
ANTARPESERTA PEMILU

BUKU PENCATATAN PENYELESAIAN SENGKETA ANTARPESERTA PEMILU

Nomor Tanggal Perihal Hasil


No Pemohon Termohon Putusan Keterangan
Pencatatan Penerimaan Sengketa Penyelesaian
1
2
3
4
dst

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

RAHMAT BAGJA

Sesuai dengan naskah aslinya


SEKRETARIAT JENDERAL
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Kepala Biro Hukum dan Humas

Agung Bagus Gede Bhayu Indra Atmaja

https://jdih.bawaslu.go.id/
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR 528 TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF DAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM
jdih.kpu.go.id
-2-

Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 224,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6832);
2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019
tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi
Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 320) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 5 Tahun 2022 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019
tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi
Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 984);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEDOMAN
TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF DAN
SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM.
KESATU : Menetapkan Pedoman Teknis Penanganan Pelanggaran
Administratif dan Sengketa Proses Pemilihan Umum
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Menetapkan Contoh Format Dokumen yang Digunakan dalam
Penanganan Pelanggaran Administratif dan Sengketa Proses
Pemilihan Umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Keputusan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Teknis dan Contoh Format Dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KESATU dan Diktum KEDUA menjadi
pedoman bagi Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
dalam menghadapi Pelanggaran Administratif dan Sengketa
Proses Pemilihan Umum.

jdih.kpu.go.id
jdih.kpu.go.id
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR 528 TAHUN 2022
TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF DAN SENGKETA
PROSES PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF DAN


SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM

jdih.kpu.go.id
-2-

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan/atau Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan tahapan Pemilihan
Umum berpotensi untuk dipermasalahkan secara hukum. Potensi
permasalahan hukum tersebut timbul sebagai akibat dari ketidakpuasan
atau keberatan para pihak terhadap tata cara, prosedur dan/atau
mekanisme penyelenggaraan tahapan pemilihan umum. Demikian halnya
dengan produk hukum yang diterbitkan, baik berupa keputusan maupun
produk hukum lain yang memuat keputusan akhir atas serangkaian proses
penyelenggaraan tahapan pemilihan umum.
Dalam kerangka penegakan hukum pemilihan umum, Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum telah mengatur
mekanisme penanganan keberatan atas permasalahan hukum yang
ditimbulkan. Keberatan para pihak mengenai tata cara, prosedur atau
mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilihan
umum dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan umum
diselesaikan melalui mekanisme penanganan pelanggaran administratif
pemilihan umum oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas
Pemilihan Umum Provinsi atau Badan Pengawas Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota. Sedangkan keberatan para pihak terhadap keputusan
yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum
Provinsi, dan/atau Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota diselesaikan
melalui mekanisme penanganan sengketa proses pemilihan umum oleh
Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum
Provinsi atau Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dan
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Selanjutnya, memperhatikan kedudukan Komisi Pemilihan Umum,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota dalam penanganan pelanggaran administratif pemilihan
umum dan sengketa proses pemilihan umum tidak menutup kemungkinan
selain menjadi pihak terlapor dalam penanganan pelanggaran administratif
pemilihan umum dan/atau termohon atau tergugat dalam sengketa proses
pemilihan umum, juga berpotensi menjadi pihak yang memberikan

jdih.kpu.go.id
-3-

keterangan di muka sidang pemeriksaan. Terlebih Komisi Pemilihan Umum


dalam kapasitasnya juga dapat memberikan bantuan hukum kepada
Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan/atau Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban pada tahapan
penyelenggaraan pemilihan umum oleh Komisi Pemilihan Umum, Komisi
Pemilihan Umum Provinsi, dan/atau Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota, khususnya dalam menghadapi penyelesaian penanganan
pelanggaran administratif pemilihan umum dan sengketa proses pemilihan
umum yang mengedepankan prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian
hukum, tertib, kepentingan umum, terbuka, proporsional, profesional,
akuntabel, efektif, efisien, dan aksesibel, perlu disusun pedoman teknis
sebagai pedoman baku bagi Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dalam
menghadapi penyelesaian penanganan pelanggaran administratif pemilihan
umum dan sengketa proses pemilihan umum.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan ditetapkannya Pedoman Teknis ini diuraikan
sebagai berikut:
1. maksud ditetapkannya Pedoman Teknis ini yaitu sebagai pedoman
bagi Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dalam menghadapi
penyelesaian penanganan laporan atau temuan dugaan pelanggaran
administratif dan permohonan atau gugatan sengketa proses
Pemilihan Umum; dan
2. tujuan ditetapkannya Pedoman Teknis ini untuk menjamin
dilaksanakannya pola kerja yang profesional dan akuntabel pada
Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dalam menghadapi
penyelesaian penanganan laporan atau temuan dugaan pelanggaran
administratif dan permohonan atau gugatan sengketa proses
Pemilihan Umum.

jdih.kpu.go.id
-4-

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Teknis ini meliputi:
1. pelanggaran administratif pemilihan umum;
2. sengketa proses pemilihan umum di Badan Pengawas Pemilihan
Umum;
3. sengketa proses pemilihan umum di Pengadilan Tata Usaha Negara;
dan
4. pengawasan, pengendalian internal, dan pelaporan.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109); dan
2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata
Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 320), sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5
Tahun 2022 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2019 tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 984).

E. Pengertian Umum
Dalam Pedoman Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah
lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri dalam melaksanakan Pemilu.

jdih.kpu.go.id
-5-

3. Komisi Pemilihan Umum Provinsi yang selanjutnya disebut KPU


Provinsi adalah penyelenggara Pemilu di provinsi.
4. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
KPU Kabupaten/Kota adalah penyelenggara Pemilu di
kabupaten/kota.
5. Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu adalah
lembaga penyelenggara Pemilu yang mengawasi penyelenggaraan
Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Badan Pengawas Pemilu Provinsi yang selanjutnya disebut Bawaslu
Provinsi adalah badan yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
wilayah provinsi.
7. Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Bawaslu Kabupaten/Kota adalah badan yang mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota.
8. Sekretariat Jenderal KPU adalah lembaga kesekretariatan KPU yang
berkedudukan di ibukota negara yang bertugas membantu
pelaksanaan tugas KPU.
9. Sekretariat KPU Provinsi adalah lembaga kesekretariatan KPU yang
berkedudukan di ibukota provinsi yang bertugas membantu
pelaksanaan tugas KPU Provinsi.
10. Sekretariat KPU Kabupaten/Kota adalah lembaga kesekretariatan KPU
yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota yang bertugas
membantu pelaksanaan tugas KPU Kabupaten/Kota.
11. Peserta Pemilu adalah partai politik untuk Pemilu anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
provinsi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota,
perseorangan untuk Pemilu anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan
pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
12. Pelanggaran Administratif Pemilu adalah pelanggaran terhadap tata
cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan administratif
pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.
13. Penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu adalah proses yang
dilakukan oleh KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota
dalam menghadapi penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu.
14. Sengketa Proses Pemilu adalah sengketa yang terjadi antar Peserta
Pemilu dan sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu

jdih.kpu.go.id
-6-

sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan KPU


Provinsi, dan keputusan KPU Kabupaten/Kota.
15. Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu adalah proses yang dilakukan
oleh KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota dalam
menghadapi Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu,
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota, dan/atau
Pengadilan Tata Usaha Negara.
16. Surat Kuasa Khusus yang selanjutnya disingkat SKK adalah
pemberian kuasa oleh KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU
Kabupaten/Kota selaku pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk
melakukan perbuatan hukum tertentu atas nama KPU, KPU Provinsi,
dan/atau KPU Kabupaten/Kota selaku pemberi kuasa dalam
menghadapi laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu dan/atau permohonan atau gugatan Sengketa Proses Pemilu
di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota
dan/atau Pengadilan Tata Usaha Negara.
17. Daftar Inventarisasi Masalah adalah daftar yang berisi pokok
permasalahan dan alternatif penyelesaian masalah yang diajukan
dalam laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
atau permohonan atau gugatan Sengketa Proses Pemilu.
18. Kronologi adalah naskah atau surat yang menjelaskan urutan/uraian
suatu peristiwa yang menjadi permasalahan dalam laporan atau
temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan/atau
permohonan atau gugatan Sengketa Proses Pemilu.
19. Telaah Hukum adalah kajian atau analisa atas suatu permasalahan
laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
dan/atau permohonan atau gugatan Sengketa Proses Pemilu dengan
memberikan saran atau rekomendasi penyelesaian permasalahan
hukum.
20. Jawaban adalah naskah/surat yang berisi tentang bantahan
terlapor/termohon/tergugat terhadap dalil-dalil yang diajukan oleh
pelapor dalam laporan atau penemu dalam temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu, pemohon dalam permohonan
Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota, atau penggugat dalam gugatan Sengketa Proses
Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara.

jdih.kpu.go.id
-7-

21. Alat Bukti mencakup keterangan saksi, surat atau tulisan, petunjuk,
dokumen elektronik, keterangan pelapor/penemu/pemohon/
penggugat atau keterangan terlapor/termohon/tergugat dalam sidang
pemeriksaan dan/atau keterangan ahli.
22. Daftar Alat Bukti adalah daftar yang berisi susunan Alat Bukti yang
diajukan untuk menguatkan bantahan atau jawaban terlapor/
termohon/tergugat baik berupa keterangan saksi, surat atau tulisan,
petunjuk, dokumen elektronik, keterangan pelapor/penemu/
pemohon/penggugat atau keterangan terlapor/termohon/tergugat
dalam sidang pemeriksaan dan/atau keterangan ahli.
23. Kesimpulan adalah naskah/surat yang menguatkan Jawaban atau
bantahan terhadap dalil laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu atau permohonan atau gugatan Pemohon atau
Penggugat pada Sengketa Proses Pemilu berdasarkan fakta dan
kejadian di persidangan disertai muatan uraian pembuktian.
24. Laporan adalah surat/naskah yang berisi catatan hasil persidangan
atau proses yang dialami selama penanganan laporan atau temuan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan/atau permohonan atau
gugatan Sengketa Proses Pemilu.
25. Pendapat Hukum adalah surat/naskah yang memuat telaahan hukum
mengenai suatu persoalan yang diajukan dalam laporan atau temuan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan/atau permohonan atau
gugatan Sengketa Proses Pemilu yang berbentuk arahan, saran
dan/atau rekomendasi.
26. Pendampingan Hukum adalah kegiatan yang dilakukan oleh KPU,
dan/atau KPU Provinsi untuk menjadi kuasa hukum, memberikan
keterangan, memberikan konsultasi hukum, memfasilitasi penyiapan
data/informasi dan berkoordinasi, dan/atau mendampingi jajaran
KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota.

jdih.kpu.go.id
-8-

BAB II
PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILIHAN UMUM

A. Persiapan
1. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota untuk
mendapatkan informasi sidang pemeriksaan, dokumen panggilan
sidang pemeriksaan, dokumen jadwal sidang pemeriksaan, dan
dokumen laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu.
2. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis potensi permasalahan atas laporan atau temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
3. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan untuk menyusun Jawaban dan
dituangkan dalam Daftar Inventarisasi Masalah. Daftar Inventarisasi
Masalah berupa tabel yang memuat pokok permasalahan yang
dihadapi, keterkaitannya dengan regulasi yang relevan, dan alternatif
pemecahan/solusi untuk mengatasi permasalahan dalam dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu sebagai bahan dalam menyusun
Jawaban terlapor. Contoh Daftar Inventarisasi Masalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
4. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun Kronologi
permasalahan atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu. Kronologi memuat penjelasan secara lengkap
urutan waktu dan tempat kejadian disertai tanda tangan identitas
pembuat Kronologi. Contoh Kronologi tercantum dalam Lampiran II
Keputusan.
5. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan gelar
perkara atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu. Gelar perkara atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu merupakan proses pemetaan permasalahan
pokok laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.
Gelar perkara dapat dilakukan dengan cara pengujian terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, Kronologi, dan/atau Alat
Bukti yang dijadikan dasar dalam pokok laporan atau temuan untuk
menyusun pokok-pokok Jawaban terlapor.

jdih.kpu.go.id
-9-

6. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun SKK dan


surat tugas. SKK memuat identitas pemberi dan penerima kuasa yang
paling kurang memuat nama, alamat, jabatan/pekerjaan para pihak,
pemberian sifat kuasa, perbuatan yang dikuasakan, pemberian hak
substitusi (jika diperlukan), tempat dan waktu pemberian kuasa, dan
tanda tangan pemberi dan penerima kuasa dengan dibubuhi meterai.
Contoh SKK tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
Ketentuan mengenai pemberi kuasa dan penerima kuasa di
lingkungan KPU dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1 Pemberi dan Penerima Kuasa


Satuan Kerja Pemberi Kuasa Penerima Kuasa
KPU Ketua KPU Anggota KPU, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat
Jenderal KPU, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.
KPU Provinsi Ketua KPU Anggota KPU Provinsi, pejabat
Provinsi dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat KPU
Provinsi, dan jaksa pengacara
negara atau advokat.
KPU Ketua KPU Anggota KPU
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat KPU
Kabupaten/Kota, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.

Dalam hal KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota


menggunakan jasa advokat (kuasa hukum) atau jaksa pengacara
negara, kuasa dapat diberikan kepada advokat (kuasa hukum) atau
jaksa pengacara negara.
7. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun rancangan
Jawaban atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu. Rancangan Jawaban atas laporan atau temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu memuat:

jdih.kpu.go.id
- 10 -

a. identitas para pihak;


b. pokok permasalahan yang diajukan atas laporan atau temuan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu;
c. eksepsi atas laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu;
d. petitum;
e. tempat dan tanggal disusunnya Jawaban; dan
f. tanda tangan terlapor atau kuasa hukum terlapor di atas meterai.
Contoh rancangan Jawaban tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
8. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
inventarisasi Alat Bukti yang relevan dan menyusun rancangan Daftar
Alat Bukti. Daftar Alat Bukti merupakan tabel yang memuat kolom
nomor, kode bukti, daftar bukti, dan keterangan yang disusun sebagai
berikut:
a. nomor berisi nomor urut baris dalam tabel;
b. kode bukti berisi pengkodean masing-masing Alat Bukti;
c. daftar bukti berisi nama dokumen yang digunakan sebagai Alat
Bukti; dan
d. keterangan berisi penjelasan mengenai Alat Bukti tersebut.
Contoh rancangan Daftar Alat Bukti tercantum dalam Lampiran II
Keputusan.
9. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan analisis
kebutuhan untuk menghadirkan saksi dan/atau ahli jika diperlukan,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Saksi
1) Saksi yang dihadirkan harus memenuhi kualifikasi yaitu
orang yang melihat, mendengar, dan/atau mengalami secara
langsung atas dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.
2) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
daftar nama saksi yang diperlukan.
3) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
menyampaikan pengajuan saksi yang diperlukan kepada
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
b. Ahli

jdih.kpu.go.id
- 11 -

1) Ahli yang dihadirkan harus memenuhi kualifikasi, yaitu


memiliki relevansi antara kepakaran/keilmuan dengan
pokok permasalahan yang diajukan dalam dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu yang sedang dihadapi.
2) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
daftar nama ahli yang diperlukan.
3) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
menyampaikan pengajuan ahli yang diperlukan kepada
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota.

B. Sidang Laporan atau Temuan Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu


KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menghadiri sidang
laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu yang
dilaksanakan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota dengan tahapan pembacaan laporan dari dari pelapor
atau temuan dari penemu, Jawaban terlapor, pembuktian, Kesimpulan,
dan pembacaan putusan.
1. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
persiapan sidang pemeriksaan melaksanakan tahapan sebagai
berikut:
a. setelah mendapatkan panggilan sidang, KPU, KPU Provinsi, atau
KPU Kabupaten/Kota:
1) menyusun Jawaban berdasarkan laporan atau temuan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan
ditandatangani oleh terlapor atau kuasa terlapor yang
memuat:
a) perihal Jawaban berdasarkan nomor laporan atau
temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu;
b) identitas terlapor;
c) pokok-pokok laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu;
d) eksepsi (jika diperlukan):
(1) legal standing pelapor/penemu;
(2) obscuur libel;
(3) error in persona;
(4) error in objecto; atau
(5) dll;

jdih.kpu.go.id
- 12 -

e) Jawaban atas pokok laporan atau temuan dugaan


Pelanggaran Administratif Pemilu disertai dengan Alat
Bukti; dan
f) petitum; dan
2) menetapkan Daftar Alat Bukti;
b. memastikan kembali jadwal sidang 3 (tiga) jam sebelum sidang
pemeriksaan dilaksanakan;
c. melakukan koordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terjadi perubahan jadwal
sidang;
d. memastikan Jawaban, Alat Bukti, dan Daftar Alat Bukti memiliki
jumlah rangkap sesuai dengan ketentuan untuk disampaikan
dalam sidang pemeriksaan; dan
e. memastikan kembali dokumen SKK, surat tugas, Jawaban atau
keterangan pihak terkait, Alat Bukti, Daftar Alat Bukti, dan
menyiapkan data/informasi yang relevan dengan pokok perkara
serta memastikan kesediaan saksi maupun ahli yang dibutuhkan
saat pelaksanaan sidang pemeriksaan.
2. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam sidang
pemeriksaan pembacaan laporan atau temuan dari pelapor/penemu
dan Jawaban terlapor, melaksanakan tahapan sebagai berikut:
a. menghadiri sidang pemeriksaan di Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
b. menunjukkan SKK dan surat tugas kepada majelis pemeriksa;
c. memastikan keabsahan surat kuasa pihak pelapor/penemu;
d. memastikan identitas pihak pelapor/penemu; dan
e. menyampaikan Jawaban, Alat Bukti, dan Daftar Alat Bukti.
3. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota setelah sidang
pemeriksaan, melaksanakan tahapan sebagai berikut:
a. berkoordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota mengenai pelaksanaan atau jadwal sidang
pembuktian;
b. mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyusun
data/informasi yang diperlukan;
c. menyampaikan Laporan sidang pemeriksaan kepada ketua KPU,
ketua KPU Provinsi, atau ketua KPU Kabupaten/Kota; dan

jdih.kpu.go.id
- 13 -

d. menyiapkan bahan atau dokumen tambahan yang relevan untuk


menghadiri sidang pembuktian.
4. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
persiapan sidang pembuktian, melaksanakan tahapan sebagai
berikut:
a. memastikan kembali jadwal sidang 3 (tiga) jam sebelum sidang
pembuktian dilaksanakan;
b. melakukan koordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terjadi perubahan jadwal
sidang pembuktian; dan
c. memastikan kembali dokumen SKK, surat tugas, Jawaban atau
keterangan pihak terkait, Alat Bukti, Daftar Alat Bukti,
Kesimpulan, dan menyiapkan data/informasi yang relevan
dengan pokok perkara serta memastikan kesediaan saksi
dan/atau ahli yang dibutuhkan saat pelaksanaan sidang
pembuktian.
5. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam sidang
pembuktian melaksanakan tahapan sebagai berikut:
a. menghadiri sidang pembuktian di Bawaslu, Bawaslu Provinsi
atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
b. menunjukkan SKK dan surat tugas kepada majelis pemeriksa;
c. memastikan keabsahan surat kuasa pihak pelapor/penemu;
d. menghadirkan saksi dan/atau ahli jika diperlukan;
e. memastikan dokumen Alat Bukti pelapor/penemu di hadapan
majelis pemeriksa;
f. memastikan identitas saksi pelapor/penemu dalam sidang
pembuktian;
g. menyampaikan tanggapan dan/atau sanggahan/bantahan dalam
sidang pembuktian; dan
h. mencatat fakta sidang pembuktian.
6. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota setelah sidang
pembuktian melaksanakan tahapan sebagai berikut:
a. berkoordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota mengenai pelaksanaan atau jadwal sidang
pembuktian berikutnya;
b. mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyusun
data/informasi yang diperlukan;

jdih.kpu.go.id
- 14 -

c. menyampaikan Laporan sidang pemeriksaan kepada ketua KPU,


ketua KPU Provinsi, atau ketua KPU Kabupaten/Kota; dan
d. menyiapkan bahan atau dokumen tambahan yang relevan untuk
menghadiri sidang berikutnya.
7. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam menyusun
Kesimpulan melaksanakan tahapan sebagai berikut:
a. mengumpulkan, memilah, mengolah dan menyusun
data/informasi yang diperlukan;
b. menyusun Kesimpulan berdasarkan fakta persidangan. Contoh
Kesimpulan tercantum dalam Lampiran II Keputusan; dan
c. menyampaikan Kesimpulan kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota.

C. Tindak Lanjut Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu


Kabupaten/Kota
1. Dalam Hal Amar Putusan Menyatakan Terlapor Terbukti
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti
putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
dengan melakukan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. mempelajari pertimbangan hukum dan amar putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
b. menyusun Telaah Hukum atas pertimbangan hukum dan amar
putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota;
c. melaporkan kepada ketua KPU, KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota;
d. mendokumentasikan atau mengarsipkan putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota; dan
e. menyampaikan surat kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota perihal pelaksanaan putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Keputusan.
2. Dalam Hal Amar Putusan Menyatakan Terlapor Tidak Terbukti
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti
putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
dengan melakukan langkah-langkah, sebagai berikut:

jdih.kpu.go.id
- 15 -

a. mempelajari pertimbangan hukum dan amar putusan Bawaslu,


Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
b. mendokumentasikan atau mengarsipkan putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota; dan
c. melaporkan kepada ketua KPU, KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota.
3. Dalam Hal Putusan Pelanggaran Administratif Pemilu Disampaikan
dalam Bentuk Rekomendasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota bersurat kepada
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai
tingkatannya untuk memperoleh kejelasan atas rekomendasi
dimaksud, dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 461 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang
pada pokoknya menyatakan bahwa putusan Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota merupakan produk hukum
untuk penyelesaian dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.
4. Dalam Hal Putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
Salah Dalam Menerapkan Hukum
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota bersurat kepada
Bawaslu dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. mempelajari dan menelaah pertimbangan hukum dan amar
putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
b. menyusun alasan permintaan koreksi atas putusan Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota; dan
c. mengajukan permintaan koreksi kepada Bawaslu, disertai dengan
alasan koreksi putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota dan salinan putusan dimaksud paling lama 3
(tiga) hari kerja setelah putusan dibacakan. Pengajuan
permintaan koreksi kepada Bawaslu mengacu pada Peraturan
Bawaslu yang mengatur mengenai Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilu.
5. Dalam Hal Terdapat Permintaan Koreksi atas Putusan Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota oleh Pelapor atau Penemu

jdih.kpu.go.id
- 16 -

KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menyampaikan Jawaban


kepada Bawaslu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah terlapor
menerima pemberitahuan dari Bawaslu.

D. Pendapat Hukum dan Pendampingan Hukum


KPU atau KPU Provinsi dapat memberikan bantuan hukum secara
berjenjang berupa pemberian Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum dengan ketentuan:
1. KPU dapat memberikan Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum kepada KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota.
2. KPU Provinsi dapat memberikan Pendapat Hukum dan/atau
Pendampingan Hukum kepada KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan
wilayah kerjanya.
3. KPU Kabupaten/Kota dapat meminta Pendapat Hukum dan/atau
Pendampingan Hukum kepada KPU dan/atau KPU Provinsi sesuai
dengan wilayah kerjanya.
4. KPU Provinsi dapat meminta Pendapat Hukum dan/atau
Pendampingan Hukum kepada KPU.
5. Dalam memberikan Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum kepada KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota, KPU
mempertimbangkan pokok laporan atau temuan dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu.
6. Dalam memberikan Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum kepada KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah kerjanya,
KPU Provinsi mempertimbangkan pokok laporan atau temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu.
7. Dalam memberikan Pendapat Hukum, KPU atau KPU Provinsi
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. mempelajari dan menganalisis pokok laporan atau temuan
dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu;
b. mengumpulkan data/informasi yang dibutuhkan sebagai bahan
tanggapan dan/atau sanggahan/bantahan, dan menyusun
Daftar Inventarisasi Masalah atas laporan atau temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu;
c. menyusun Telaah Hukum terhadap laporan atau temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu; dan

jdih.kpu.go.id
- 17 -

d. menyampaikan Pendapat Hukum berdasarkan Telaah Hukum


laporan atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
secara berjenjang sesuai dengan wilayah kerjanya.
8. Pendampingan hukum oleh KPU kepada KPU Provinsi atau KPU
Provinsi kepada KPU Kabupaten/Kota dapat berupa:
a. menjadi kuasa hukum;
b. memberikan keterangan;
c. memberikan konsultasi hukum;
d. memfasilitasi penyiapan data/informasi; dan
e. berkoordinasi.
9. Tugas KPU, KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dalam
kedudukannya sebagai pemberi keterangan yaitu sebagai berikut:
a. menghadiri sidang pemeriksaan laporan atau temuan dugaan
Pelanggaran Administratif Pemilu; dan
b. menyampaikan keterangan dalam sidang pemeriksaan laporan
atau temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu.

jdih.kpu.go.id
- 18 -

E. Alur Proses Penanganan dalam Menghadapi Pelanggaran Administratif


Pemilu
1. Alur persiapan Penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu,
tercantum dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1

Mempelajari dan
Pelanggaran Menganalisis Laporan Menyusun Daftar
Administratif atau Temuan Dugaan Inventarisasi
Pemilu Pelanggaran Masalah
Administratif Pemilu

Menyusun Melakukan Gelar Menyusun SKK


Kronologi Perkara dan Surat Tugas

Inventarisasi Alat Melakukan Analisis


Menyusun
Bukti yang Relevan Kebutuhan untuk
Rancangan
dan Menyusun Menghadirkan
Jawaban
Daftar Alat Bukti Saksi dan/atau Ahli

jdih.kpu.go.id
- 19 -

2. Alur Sidang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu di


Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota, tercantum
dalam Gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2

Pembacaan
Sidang Pembacaan
Laporan atau
Pemeriksaan Jawaban
Temuan

Pembacaan
Pembuktian Kesimpulan
Putusan

jdih.kpu.go.id
- 20 -

3. Alur Tindak Lanjut putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu


Kabupaten/Kota sebagaimana tercantum dalam gambar sebagai
berikut:

Gambar 2.3.1
Amar Putusan Menyatakan Terlapor Terbukti

Amar Putusan
Menyatakan Mempelajari Mendokumen-
Terlapor Terbukti Putusan tasikan Putusan

Menyampaikan
Tindak Lanjut Melaporkan
Putusan Kepada kepada Ketua
Bawaslu, Bawaslu Melaksanakan KPU, KPU
Provinsi, atau Putusan Provinsi
Bawaslu dan/atau KPU
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota

Gambar 2.3.2
Amar Putusan Menyatakan Terlapor Tidak Terbukti

Amar Putusan
Menyatakan Terlapor Mempelajari Putusan
Tidak Terbukti

Melaporkan kepada Ketua


KPU, KPU Provinsi Mendokumentasikan
dan/atau KPU Putusan
Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 21 -

Gambar 2.3.3
Putusan Dalam Bentuk Rekomendasi

Bersurat kepada Bawaslu,


Bawaslu Provinsi, atau
Putusan Dalam Bentuk Bawaslu Kabupaten/Kota
Rekomendasi Sesuai Tingkatannya untuk
Memperoleh Kejelasan atas
Rekomendasi Dimaksud

Gambar 2.3.4
Putusan Salah Dalam Menerapkan Hukum

Putusan Salah Dalam Mempelajari Putusan


Menerapkan Hukum

Mengajukan Permintaan Menyusun Alasan


Koreksi kepada Bawaslu Permintaan Koreksi

jdih.kpu.go.id
- 22 -

Gambar 2.3.5
Terdapat Permintaan Koreksi atas Putusan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota oleh Pelapor atau Penemu

Permintaan Koreksi
atas Putusan Bawaslu Mempelajari Putusan
Provinsi atau Bawaslu
Kabupaten/Kota

Mengajukan Jawaban atas


Menyusun Jawaban atas
Permintaan Koreksi
Permintaan Koreksi
kepada Bawaslu

jdih.kpu.go.id
- 23 -

4. Alur Pemberian Pendapat Hukum, tercantum dalam Gambar 2.4


sebagai berikut:

Gambar 2.4

KPU atau KPU Provinsi


KPU Provinsi atau KPU
menerima Surat Permohonan
Kabupaten/Kota
Pendapat Hukum dari KPU
mengirimkan surat
Provinsi dan/atau KPU
Permohonan Pendapat Hukum
Kabupaten/Kota secara
secara Berjenjang
Berjenjang

KPU atau KPU Provinsi


KPU atau KPU Provinsi
Mengumpulkan Data
Mempelajari Permohonan
Informasi terkait
Pendapat Hukum dari KPU
Permasalahan KPU Provinsi
Provinsi dan/atau KPU
dan/atau KPU
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

KPU atau KPU Provinsi


KPU atau KPU Provinsi Menyampaikan Pendapat
Menyusun Kronologi dan Hukum Berdasarkan Telaah
Telaah Hukum Hukum kepada KPU Provinsi
dan/atau KPU Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 24 -

5. Alur Pemberian Pendampingan Hukum, tercantum dalam Gambar 2.5


sebagai berikut:

Gambar 2.5

KPU Provinsi dan/atau KPU KPU dan/atau KPU Provinsi


Kabupaten/Kota Menerima Surat Permohonan
Mengirimkan surat Pendampingan Hukum dari
Permohonan Pendampingan KPU Provinsi atau KPU
Hukum Kabupaten/Kota

KPU dan/atau KPU Provinsi KPU atau KPU Provinsi


Mempelajari Permohonan Menyampaikan Kesediaan
Pendampingan Hukum dari untuk Memberikan
KPU Provinsi atau KPU Pendampingan Hukum dan
Kabupaten/Kota Jenis Pendampingan Hukum

KPU dan/atau KPU Provinsi


KPU atau KPU Provinsi
Mengumpulkan Data Informasi
Melakukan Pendampingan
terkait Permasalahan KPU
Hukum kepada KPU Provinsi
Provinsi atau KPU
dan/atau KPU Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 25 -

BAB III
SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM
DI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

A. Mediasi
1. Persiapan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan informasi pelaksanaan
mediasi, dokumen panggilan mediasi, dokumen salinan pokok
permohonan pemohon, dokumen jadwal mediasi, dan/atau
dokumen lain terkait dengan proses mediasi yang diperlukan.
b. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis pokok permohonan pemohon.
c. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan untuk mediasi, sebagai bahan
untuk menyampaikan pernyataan sikap/tanggapan mengenai
permohonan Pemohon, dan melakukan verifikasi data/informasi
yang disusun dalam Daftar Inventarisasi Masalah. Contoh Daftar
Inventarisasi Masalah tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
d. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun SKK
dan surat tugas. SKK memuat identitas pemberi dan penerima
kuasa yang paling kurang memuat nama, alamat,
jabatan/pekerjaan para pihak, pemberian sifat kuasa, perbuatan
yang dikuasakan, pemberian hak substitusi (jika diperlukan),
tempat dan waktu pemberian kuasa, dan tanda tangan pemberi
dan penerima kuasa dengan dibubuhi meterai. Contoh SKK
tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
Ketentuan mengenai pemberi dan penerima kuasa di lingkungan
KPU dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2 Pemberi dan Penerima Kuasa


Satuan Kerja Pemberi Kuasa Penerima Kuasa
KPU Ketua KPU Anggota KPU, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat
Jenderal KPU, dan jaksa

jdih.kpu.go.id
- 26 -

Satuan Kerja Pemberi Kuasa Penerima Kuasa


pengacara negara atau
advokat.
KPU Provinsi Ketua KPU Provinsi Anggota KPU Provinsi,
pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat KPU
Provinsi, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.
KPU Ketua KPU Anggota KPU
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat KPU
Kabupaten/Kota, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.

Dalam hal KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota


menggunakan jasa advokat (kuasa hukum) atau jaksa pengacara
negara, kuasa dapat diberikan kepada advokat (kuasa hukum)
atau jaksa pengacara negara.
e. Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, atau
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota memastikan kesiapan anggota
KPU, anggota KPU Provinsi, atau anggota KPU Kabupaten/Kota
yang hadir dalam mediasi di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota.
2. Pelaksanaan
a. Setelah mendapatkan panggilan sidang mediasi, KPU, KPU
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota:
1) memastikan kembali jadwal sidang 3 (tiga) jam sebelum
mediasi dilaksanakan;
2) melakukan koordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terjadi perubahan
jadwal mediasi; dan
3) memastikan kembali dokumen SKK, surat tugas, dan
informasi terkait pelaksanaan mediasi.
b. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam sidang
mediasi melaksanakan tahapan sebagai berikut:

jdih.kpu.go.id
- 27 -

1) menghadiri sidang mediasi di Bawaslu, Bawaslu Provinsi,


atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
2) menunjukkan SKK dan surat tugas kepada mediator;
3) memastikan keabsahan SKK dan surat tugas pihak
pemohon;
4) mendengarkan permohonan pemohon dan/atau kronologis
permasalahan yang menjadi sebab sengketa;
5) menyampaikan pernyataan sikap atau tanggapan atas
permohonan pemohon dan/atau kronologis permasalahan
yang menjadi sebab sengketa;
6) mencatat proses mediasi; dan
7) meminta putusan mediasi dari Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota; dan
c. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota setelah sidang
mediasi, melaksanakan tahapan sebagai berikut:
1) berkoordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota mengenai hasil mediasi;
2) mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyusun
data/informasi yang diperlukan;
3) apabila dalam mediasi, pemohon dan KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota sebagai termohon mencapai
kesepakatan, maka KPU, KPU Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota menerima putusan hasil mediasi;
4) apabila Pemohon dan KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota sebagai termohon tidak mencapai
kesepakatan, maka KPU, KPU Provinsi, atau KPU
Kabupaten/Kota mempersiapkan bahan untuk sidang
adjudikasi; dan
5) menyampaikan hasil mediasi kepada ketua KPU, ketua KPU
Provinsi, dan/atau ketua KPU Kabupaten/Kota.
3. Tindak Lanjut Hasil Mediasi
a. Dalam Hal Mediasi Tercapai Kesepakatan
KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menindaklanjuti hasil mediasi dengan melakukan langkah-
langkah, sebagai berikut:

jdih.kpu.go.id
- 28 -

1) mendokumentasikan dan mengarsipkan putusan mediasi


serta mempelajari hasil kesepakatan;
2) melaksanakan putusan mediasi;
3) menyampaikan surat pelaksanaan putusan mediasi dengan
mengacu pada contoh sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Keputusan; dan
4) menyampaikan Laporan mediasi kepada ketua KPU, ketua
KPU Provinsi, atau ketua KPU Kabupaten/Kota.
b. Dalam Hal Mediasi Tidak Tercapai Kesepakatan
KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menindaklanjuti hasil mediasi dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) mendokumentasikan dan mempelajari hasil mediasi yang
tidak mencapai kesepakatan;
2) mengumpulkan data/informasi yang diperlukan sebagai
bahan sidang adjudikasi di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota; dan
3) menyampaikan Laporan mediasi kepada ketua KPU, ketua
KPU Provinsi, atau ketua KPU Kabupaten/Kota.

B. Sidang Adjudikasi
1. Persiapan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan informasi pelaksanaan
sidang adjudikasi, dokumen permohonan, dokumen panggilan
sidang adjudikasi, dan/atau dokumen lain terkait dengan proses
sidang adjudikasi.
b. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis pokok perkara dalam permohonan Sengketa Proses
Pemilu.
c. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan untuk menyusun Jawaban
permohonan pemohon dalam sidang adjudikasi, melakukan
verifikasi data/informasi dan dituangkan dalam Daftar
Inventarisasi Masalah. Daftar Inventarisasi Masalah berupa tabel
yang memuat pokok permasalahan yang dihadapi, keterkaitannya

jdih.kpu.go.id
- 29 -

dengan regulasi yang relevan, dan alternatif pemecahan/solusi


untuk mengatasi permasalahan dalam Sengketa Proses Pemilu,
sebagai bahan dalam menyusun naskah/surat Jawaban
termohon. Contoh Daftar Inventarisasi Masalah tercantum dalam
Lampiran II Keputusan.
d. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
Kronologi permasalahan atas permohonan Sengketa Proses
Pemilu yang memuat identitas pembuat Kronologi, waktu dan
tempat kejadian, penjelasan mengenai isi permohonan
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu secara lengkap dan urut,
serta nama pembuat Kronologi. Contoh Kronologi tercantum
dalam Lampiran II Keputusan.
e. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan gelar
perkara atas permohonan Sengketa Proses Pemilu. Gelar perkara
atas permohonan Sengketa Proses Pemilu merupakan proses
pemetaan permasalahan pokok permohonan Sengketa Proses
Pemilu. Gelar perkara dapat dilakukan dengan cara pengujian
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, Kronologi,
dan/atau Alat Bukti yang dijadikan dasar dalam pokok
permohonan untuk menyusun pokok-pokok Jawaban termohon.
f. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun SKK
dan surat tugas. SKK memuat identitas pemberi dan penerima
kuasa yang paling kurang memuat nama, alamat,
jabatan/pekerjaan para pihak, pemberian sifat kuasa, perbuatan
yang dikuasakan, pemberian hak substitusi (jika diperlukan),
tempat dan waktu pemberian kuasa, dan tanda tangan pemberi
dan penerima kuasa dengan dibubuhi meterai. Contoh SKK
tercantum dalam Lampiran II Keputusan. Ketentuan mengenai
pemberi dan penerima kuasa di lingkungan KPU dijelaskan pada
tabel sebagai berikut:

Tabel 3 Pemberi dan Penerima Kuasa

Satuan Kerja Pemberi Kuasa Penerima Kuasa


KPU Ketua KPU Anggota KPU, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat

jdih.kpu.go.id
- 30 -

Satuan Kerja Pemberi Kuasa Penerima Kuasa


Jenderal KPU, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.
KPU Provinsi Ketua KPU Anggota KPU Provinsi,
Provinsi pejabat dan/atau pegawai
di lingkungan Sekretariat
KPU Provinsi, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.
KPU Ketua KPU Anggota KPU
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat
KPU Kabupaten/Kota,
dan jaksa pengacara
negara atau advokat.

Dalam hal KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota


menggunakan jasa advokat (kuasa hukum) atau jaksa pengacara
negara, kuasa dapat diberikan kepada advokat (kuasa hukum)
atau jaksa pengacara negara.
g. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
rancangan Jawaban atas pokok permohonan Sengketa Proses
Pemilu dalam rangka sidang adjudikasi. Rancangan Jawaban atas
pokok permohonan Sengketa Proses Pemilu memuat:
1) identitas para pihak;
2) pokok permasalahan yang diajukan atas permohonan
Sengketa Proses Pemilu;
3) eksepsi atas permohonan Sengketa Proses Pemilu;
4) petitum;
5) tempat dan tanggal disusunnya Jawaban; dan
6) tanda tangan termohon atau kuasa hukum termohon di atas
meterai.
Contoh rancangan Jawaban tercantum dalam Lampiran II
Keputusan.

jdih.kpu.go.id
- 31 -

h. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan


inventarisasi Alat Bukti yang relevan dan menyusun rancangan
Daftar Alat Bukti. Daftar Alat Bukti merupakan tabel yang
memuat kolom nomor, kode bukti, daftar bukti, dan keterangan
yang disusun sebagai berikut:
1) nomor berisi nomor urut baris dalam tabel;
2) kode bukti berisi pengkodean masing-masing Alat Bukti;
3) daftar bukti berisi nama dokumen yang digunakan sebagai
Alat Bukti; dan
4) keterangan berisi penjelasan mengenai Alat Bukti tersebut.
Alat Bukti yang tercantum pada Daftar Alat Bukti diberi meterai,
dileges, dan dibubuhi cap oleh kantor Pos. Contoh rancangan
daftar Alat Bukti tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
i. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
analisis kebutuhan untuk menghadirkan saksi dan/atau ahli jika
diperlukan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Saksi
a) Saksi yang dihadirkan harus memenuhi kualifikasi
yaitu orang yang melihat, mendengar, dan/atau
mengalami secara langsung atas pokok permasalahan.
b) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
menyusun daftar nama saksi yang diperlukan.
c) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
menyampaikan pengajuan saksi yang diperlukan
kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.
2) Ahli
a) Ahli yang dihadirkan harus memenuhi kualifikasi yaitu
memiliki relevansi antara kepakaran/keilmuan dengan
pokok permasalahan yang diajukan.
b) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
menyusun daftar nama ahli yang diperlukan.
c) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota
menyampaikan pengajuan ahli yang diperlukan kepada
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota.

jdih.kpu.go.id
- 32 -

2. Pelaksanaan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan persiapan sidang adjudikasi melaksanakan
tahapan sebagai berikut:
1) setelah mendapatkan panggilan sidang, KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota:
a) menyusun Jawaban berdasarkan permohonan
Sengketa Proses Pemilu dan ditandatangani oleh
termohon yang memuat:
(1) perihal Jawaban berdasarkan nomor permohonan
Sengketa Proses Pemilu;
(2) identitas termohon;
(3) pokok-pokok permohonan Sengketa Proses Pemilu;
(4) eksepsi (jika diperlukan):
(a) legal standing pemohon;
(b) obscuur libel;
(c) error in persona;
(d) error in objecto; atau
(e) dll.
(5) Jawaban atas pokok permohonan Sengketa Proses
Pemilu disertai dengan Alat Bukti; dan
(6) Petitum; dan
b) menetapkan daftar Alat Bukti;
2) memastikan kembali jadwal sidang 3 (tiga) jam sebelum
sidang adjudikasi dilaksanakan;
3) melakukan koordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terjadi perubahan
jadwal sidang adjudikasi;
4) memastikan Jawaban, Alat Bukti, dan Daftar Alat Bukti
memiliki jumlah rangkap sesuai dengan ketentuan untuk
disampaikan dalam sidang adjudikasi; dan
5) memastikan kembali dokumen SKK dan surat tugas,
Jawaban atau keterangan pihak terkait, Alat Bukti, Daftar
Alat Bukti, dan menyiapkan data/informasi yang relevan
dengan pokok permohonan serta memastikan kesediaan
saksi dan/atau ahli yang dibutuhkan saat pelaksanaan
sidang adjudikasi.

jdih.kpu.go.id
- 33 -

b. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam sidang


adjudikasi, melaksanakan tahapan sebagai berikut:
1) menghadiri proses sidang adjudikasi di Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
2) menunjukkan SKK dan surat tugas kepada majelis
adjudikasi;
3) memastikan keabsahan surat kuasa pihak pemohon;
4) mendengarkan pokok permohonan pemohon;
5) menyampaikan Jawaban, Alat Bukti, dan Daftar Alat Bukti;
6) menghadirkan saksi dan/atau ahli jika diperlukan;
7) menyampaikan tanggapan atau sanggahan/bantahan atas
dalil permohonan pemohon dalam sidang adjudikasi; dan
8) mencatat fakta dalam sidang adjudikasi.
c. Untuk menguatkan seluruh argumentasi termohon, KPU, KPU
Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun Kesimpulan
dengan langkah:
1) mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyusun
data/informasi yang diperlukan;
2) menyusun Kesimpulan berdasarkan fakta persidangan.
Contoh Kesimpulan tercantum dalam Lampiran II
Keputusan; dan
3) menyampaikan Kesimpulan kepada Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
d. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota setelah sidang
adjudikasi, melaksanakan tahapan sebagai berikut:
1) berkoordinasi dengan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota mengenai pelaksanaan sidang
adjudikasi berikutnya;
2) mengumpulkan, memilah, mengolah dan menyusun
data/informasi yang diperlukan;
3) menyampaikan Laporan sidang adjudikasi kepada ketua
KPU, ketua KPU Provinsi, dan/atau ketua KPU
Kabupaten/Kota; dan
4) menyiapkan bahan atau dokumen tambahan yang relevan
untuk menghadiri sidang berikutnya.

jdih.kpu.go.id
- 34 -

3. Tindak Lanjut Putusan Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu, Bawaslu


Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
a. Dalam Hal Amar Putusan Mengabulkan Permohonan Pemohon
untuk Seluruhnya atau Sebagian
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti
putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) mempelajari pertimbangan hukum dan amar putusan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
2) menyusun Telaah Hukum atas pertimbangan hukum dan
amar putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota;
3) melaporkan kepada ketua KPU, ketua KPU Provinsi atau
ketua KPU Kabupaten/Kota;
4) mendokumentasikan atau mengarsipkan putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota; dan
5) menyampaikan surat kepada Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
atau Bawaslu Kabupaten/Kota perihal pelaksanaan putusan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Keputusan.
b. Dalam Hal Amar Putusan Menolak Permohonan Pemohon untuk
Seluruhnya
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti
putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu
Kabupaten/Kota dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) mempelajari pertimbangan hukum dan amar putusan
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
2) mendokumentasikan atau mengarsipkan putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota;
3) menyiapkan bahan untuk menghadapi sidang Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara;
4) melaporkan kepada ketua KPU, ketua KPU Provinsi, atau
ketua KPU Kabupaten/Kota; dan

jdih.kpu.go.id
- 35 -

5) mengarsipkan dokumen Laporan sidang Penyelesaian


Sengketa Proses Pemilu.

jdih.kpu.go.id
- 36 -

BAB IV
SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM
DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

A. Persiapan
1. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mempelajari dan
menganalisis uraian pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu di
Pengadilan Tata Usaha Negara.
2. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota mengumpulkan
data/informasi yang diperlukan dan melakukan verifikasi
data/informasi yang disusun dalam Daftar Inventarisasi Masalah yang
diuraikan dalam gugatan sebagai bahan menyusun Jawaban gugatan
Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara.
3. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun Kronologi
terkait pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu yang memuat identitas
pembuat Kronologi, waktu dan tempat kejadian, penjelasan mengenai
fakta yang dilakukan tergugat dari aspek kewenangan, prosedur
dan/atau substansi yang melatarbelakangi diajukannya gugatan
secara lengkap dan urut, serta nama pembuat Kronologi. Contoh
Kronologi tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
4. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan gelar
perkara atas gugatan Sengketa Proses Pemilu. Gelar perkara atas
permohonan Sengketa Proses Pemilu merupakan proses pemetaan
permasalahan pokok permohonan Sengketa Proses Pemilu. Gelar
perkara dapat dilakukan dengan cara pengujian terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, Kronologi, dan/atau Alat Bukti yang
dijadikan dasar dalam pokok permohonan untuk menyusun pokok-
pokok Jawaban tergugat.
5. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun SKK dan
surat tugas dalam hal kuasa diberikan kepada pejabat dan/atau
pegawai Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, atau
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota, jaksa pengacara negara dan/atau
advokat. Contoh SKK tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
Ketentuan mengenai pemberi dan penerima kuasa di lingkungan KPU
dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

jdih.kpu.go.id
- 37 -

Satuan Kerja Pemberi Kuasa Penerima Kuasa


KPU Ketua KPU Anggota KPU, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat
Jenderal KPU, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.
KPU Provinsi Ketua KPU Anggota KPU Provinsi,
Provinsi pejabat dan/atau pegawai
di lingkungan Sekretariat
KPU Provinsi, dan jaksa
pengacara negara atau
advokat.
KPU Kabupaten/Kota Ketua KPU Anggota KPU
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota, pejabat
dan/atau pegawai di
lingkungan Sekretariat
KPU Kabupaten/Kota,
dan jaksa pengacara
negara atau advokat.

Dalam hal KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota


menggunakan jasa advokat (kuasa hukum) atau jaksa pengacara
negara, kuasa dapat diberikan kepada advokat (kuasa hukum) atau
jaksa pengacara negara.
6. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun rancangan
Jawaban terhadap pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu. Rancangan
Jawaban memuat:
a. identitas para pihak;
b. tenggang waktu;
c. kedudukan hukum penggugat;
d. pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu;
e. eksepsi;
f. bantahan atas pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu;
g. petitum;
h. tempat dan tanggal disusunnya Jawaban; dan
i. tanda tangan tergugat atau kuasa hukum tergugat di atas
meterai.

jdih.kpu.go.id
- 38 -

Contoh rancangan Jawaban tercantum dalam Lampiran II Keputusan.


7. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
inventarisasi Alat Bukti yang relevan dan menyusun rancangan Daftar
Alat Bukti. Daftar Alat Bukti merupakan tabel yang memuat kolom
nomor, kode bukti, daftar bukti, dan keterangan yang disusun sebagai
berikut:
a. nomor berisi nomor urut baris dalam tabel;
b. kode bukti berisi pengkodean masing-masing Alat Bukti;
c. daftar bukti berisi nama dokumen yang digunakan sebagai Alat
Bukti; dan
d. keterangan berisi penjelasan mengenai Alat Bukti tersebut.
Alat bukti yang tercantum pada daftar Alat Bukti diberi meterai,
dileges, dan dibubuhi cap oleh kantor pos. Contoh rancangan Daftar
Alat Bukti tercantum dalam Lampiran II Keputusan.
8. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun duplik atas
replik yang memuat penguatan kembali dalil-dalil Jawaban tergugat
untuk meneguhkan jawabannya yang berisi penolakan terhadap
gugatan dan replik penggugat.
9. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota melakukan analisa
kebutuhan untuk menghadirkan saksi dan/atau ahli:
a. Saksi
1) Saksi yang dihadirkan harus memenuhi kualifikasi yaitu
orang yang melihat, mendengar, dan/atau mengalami secara
langsung yang dilakukan tergugat dari aspek kewenangan,
prosedur dan/atau substansi terkait terbitnya keputusan
tergugat yang dijadikan objek sengketa.
2) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
daftar nama saksi yang diperlukan.
3) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
dan menyampaikan surat permohonan pengajuan saksi yang
diperlukan kepada kepaniteraan/majelis hakim Pengadilan
Tata Usaha Negara.

jdih.kpu.go.id
- 39 -

b. Ahli
1) Ahli yang dihadirkan harus memenuhi kualifikasi yaitu
memiliki relevansi antara kepakaran/keilmuan atas pokok
gugatan Sengketa Proses Pemilu.
2) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
daftar nama Ahli yang diperlukan.
3) KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun
dan menyampaikan surat permohonan pengajuan ahli yang
diperlukan kepada kepaniteraan/majelis hakim Pengadilan
Tata Usaha Negara.
10. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota memastikan kesiapan
SKK dan surat tugas, Jawaban atau keterangan pihak terkait, Alat
Bukti, dan Daftar Alat Bukti, serta memastikan kembali kesediaan
saksi dan/atau ahli yang dibutuhkan saat pelaksanaan sidang
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.
11. Pelaksanaan
a. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan persiapan sidang Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara dengan tahapan sebagai
berikut:
1) menyusun Jawaban berdasarkan gugatan Sengketa Proses
Pemilu dan ditandatangani oleh tergugat yang memuat:
a) perihal Jawaban berdasarkan nomor gugatan Sengketa
Proses Pemilu;
b) identitas tergugat;
c) pokok-pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu;
d) eksepsi (jika diperlukan):
(1) legal standing penggugat;
(2) obscuur libel;
(3) error in persona;
(4) error in objecto; atau
(5) dll.
e) Jawaban atas pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu
disertai dengan Alat Bukti; dan
f) petitum.
2) memastikan kembali jadwal sidang 3 (tiga) jam sebelum
sidang Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dilaksanakan;

jdih.kpu.go.id
- 40 -

3) melakukan koordinasi dengan kepaniteraan Pengadilan Tata


Usaha Negara apabila terjadi perubahan jadwal sidang; dan
4) memastikan kembali dokumen SKK dan surat tugas, surat
Jawaban, Alat Bukti, Daftar Alat Bukti, dan menyiapkan
data/informasi yang relevan dengan pokok gugatan serta
memastikan kesediaan saksi maupun ahli yang dibutuhkan
saat pelaksanaan sidang Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu.
b. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam sidang
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu melaksanakan tahapan
sebagai berikut:
1) menghadiri sidang Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di
Pengadilan Tata Usaha Negara;
2) menunjukkan SKK dan surat tugas kepada majelis hakim;
3) memastikan keabsahan SKK dan surat tugas pihak
penggugat;
4) mendengarkan pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu;
5) menyampaikan surat Jawaban, dokumen Alat Bukti, dan
Daftar Alat Bukti;
6) menghadirkan saksi dan/atau ahli jika diperlukan;
7) melakukan sanggahan atau bantahan dalam sidang
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu;
8) meminta izin kepada majelis hakim untuk melakukan
dokumentasi selama sidang Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu (foto atau rekaman sidang); dan
9) mencatat fakta dan kejadian selama sidang Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.
c. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota setelah Sidang
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) berkoordinasi dengan kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha
Negara mengenai agenda sidang berikutnya;
2) mengumpulkan, memilah, mengolah dan menyusun
data/informasi yang diperlukan;
3) menyusun dan menyampaikan Laporan sidang Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu kepada ketua KPU, ketua KPU
Provinsi, dan/atau ketua KPU Kabupaten/Kota. Muatan

jdih.kpu.go.id
- 41 -

materi laporan terdiri dari pokok gugatan dan hasil sidang


Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu. Contoh laporan
tercantum dalam Lampiran II Keputusan; dan
4) mengarsipkan dokumen Laporan sidang Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu.

B. Tindak Lanjut Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Terkait Sengketa


Proses Pemilu
1. Dalam Hal Gugatan Penggugat Tidak Dapat Diterima
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti
putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. mempelajari pertimbangan dan amar putusan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu;
b. mendokumentasikan atau mengarsipkan putusan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu;
c. mengumpulkan data/informasi yang diperlukan;
d. menyampaikan laporan sidang Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu kepada ketua KPU, ketua KPU Provinsi, dan/atau ketua
KPU Kabupaten/Kota; dan
e. mengarsipkan dokumen Laporan sidang Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu.
2. Dalam Hal Gugatan Penggugat Diterima
KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti
putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. mempelajari pertimbangan dan amar putusan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu;
b. menyusun Telaah Hukum atas putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara sesuai dengan kewenangannya;
c. mengusulkan rekomendasi terkait langkah tindak lanjut atas
putusan Pengadilan Tata Usaha Negara sesuai kewenangannya;
d. mendokumentasikan atau mengarsipkan putusan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu;
e. mengumpulkan data/informasi yang diperlukan;

jdih.kpu.go.id
- 42 -

f. menyampaikan Laporan sidang Penyelesaian Sengketa Proses


Pemilu kepada ketua KPU, ketua KPU Provinsi, dan/atau ketua
KPU Kabupaten/Kota; dan
g. mengarsipkan dokumen Laporan sidang Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu.
3. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyampaikan surat
perihal tindak lanjut putusan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu
sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan.

C. Pendapat Hukum dan Pendampingan Hukum


KPU atau KPU Provinsi dapat memberikan bantuan hukum secara
berjenjang berupa pemberian Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum dengan ketentuan:
1. KPU dapat memberikan Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum kepada KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota.
2. KPU Provinsi dapat memberikan Pendapat Hukum dan/atau
Pendampingan Hukum kepada KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan
wilayah kerjanya.
3. KPU Kabupaten/Kota dapat meminta Pendapat Hukum dan/atau
Pendampingan Hukum kepada KPU dan/atau KPU Provinsi sesuai
dengan wilayah kerjanya.
4. KPU Provinsi dapat meminta Pendapat Hukum dan/atau
Pendampingan Hukum kepada KPU.
5. Dalam memberikan Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum kepada KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota, KPU
mempertimbangkan pokok gugatan Sengketa Proses Pemilu.
6. Dalam memberikan Pendapat Hukum dan/atau Pendampingan
Hukum kepada KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah kerjanya,
KPU Provinsi mempertimbangkan pokok gugatan Sengketa Proses
Pemilu.
7. Dalam memberikan Pendapat Hukum, KPU atau KPU Provinsi
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. mempelajari dan menganalisis pokok gugatan Sengketa Proses
Pemilu;
b. mengumpulkan data/informasi yang dibutuhkan sebagai bahan
tanggapan dan/atau sanggahan/bantahan, dan menyusun

jdih.kpu.go.id
- 43 -

Daftar Inventarisasi Masalah atas gugatan Sengketa Proses


Pemilu;
c. menyusun Pendapat Hukum berdasarkan Telaah Hukum gugatan
Sengketa Proses Pemilu; dan
d. menyampaikan Pendapat Hukum sebagaimana dimaksud dalam
huruf c secara berjenjang sesuai dengan wilayah kerjanya.
8. Pendampingan hukum oleh KPU kepada KPU Provinsi atau KPU
Provinsi kepada KPU Kabupaten/Kota dapat berupa:
a. menjadi kuasa hukum;
b. memberikan keterangan;
c. memberikan konsultasi hukum;
d. memfasilitasi penyiapan data/informasi; dan
e. berkoordinasi.
9. Tugas KPU, KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dalam
kedudukannya sebagai pemberi keterangan yaitu sebagai berikut:
a. menghadiri sidang Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu; dan
b. menyampaikan keterangan dalam sidang Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu.

jdih.kpu.go.id
- 44 -

D. Bagan Alur Penanganan Sengketa Proses Pemilu


1. Alur Persiapan Sidang Mediasi Sengketa Proses Pemilu di Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota, tercantum dalam
Gambar 3.1

Gambar 3.1

Mengumpulkan
Mempelajari dan
data/informasi guna
Panggilan Sidang Menganalisis
Menyusun Daftar
Mediasi Permohonan
Inventarisasi
Pemohon
Masalah

Memastikan
Kesiapan Anggota Memastikan
KPU, KPU Provinsi, Kesiapan SKK dan
atau KPU Surat Tugas untuk
Kabupaten/Kota menghadiri Sidang
yang hadir dalam Mediasi
Sidang Mediasi

jdih.kpu.go.id
- 45 -

2. Alur Pelaksanaan Sidang Mediasi tercantum dalam gambar sebagai


berikut:

Gambar 3.2.1
Mediasi Mencapai Kesepakatan

Mendokumentasikan
Mempelajari hasil
atau Mengarsipkan Hasil
kesepakatan Mediasi
Mediasi

Melaporkan hasil
Mediasi yang telah
Melaksanakan hasil mencapai kesepakatan
Kesepakatan kepada Ketua KPU, KPU
Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 46 -

Gambar 3.2.2
Mediasi Tidak Sepakat

Mendokumentasikan
Mempelajari hasil atau mengarsipkan hasil
Mediasi yang tidak sidang mediasi yang
tercapai kesepakatan tidak tercapai
kesepakatan

Mengumpulkan
Menyampaikan Laporan data/informasi yang
hasil Mediasi kepada diperlukan sebagai
Ketua KPU, KPU bahan menyusun
Provinsi, dan/atau KPU strategi dalam
Kabupaten/Kota menghadapi Sidang
Adjudikasi

Gambar 3.2.3
Permohonan Gugur

Mendokumentasikan
Mempelajari hasil
atau mengarsipkan hasil
Mediasi atas gugurnya
Mediasi atas gugurnya
Permohonan
permohonan

Menyampaikan laporan
Mediasi kepada Ketua
KPU, KPU Provinsi,
dan/atau KPU
Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 47 -

3. Alur Persiapan Sidang Adjudikasi di Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau


Bawaslu Kabupaten/Kota, tercantum dalam Gambar 3.3

Gambar 3.3

Berkordinasi dengan
Bawaslu, Bawaslu Mempelajari dan
Provinsi, dan/atau menganalisis pokok Mengumpulkan
Bawaslu Permohonan dalam data/informasi guna
Kabupaten/Kota Penyelesaian Menyusun Daftar
mengenai Sengketa Proses Inventarisasi Masalah
pelaksanaan sidang Pemilu
Adjudikasi

Melaksanakan Gelar
Menyusun Kronologi
Perkara

jdih.kpu.go.id
- 48 -

4. Alur Pelaksanaan Sidang Adjudikasi di Bawaslu, Bawaslu Provinsi,


atau Bawaslu Kabupaten/Kota, tercantum dalam Gambar 3.4

Gambar 3.4

Menyampaikan
Memastikan surat Jawaban,
Sidang Adjudikasi Keabsahan SKK dokumen Alat
Pihak Pemohon Bukti, dan Daftar
Alat Bukti

Menghadirkan saksi
Menyampaikan
dan/atau ahli jika
Kesimpulan
diperlukan

jdih.kpu.go.id
- 49 -

5. Alur Tindak Lanjut Putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu


Kabupaten/Kota terkait Sengketa Proses Pemilu, tercantum dalam
gambar sebagai berikut:

Gambar 3.5.1
Amar Putusan Dikabulkan

Menyampaikan
Mendokumentasi Putusan kepada
Mempelajari kan dan Ketua KPU, KPU
Putusan Mengarsipkan Provinsi,
Putusan dan/atau KPU
Kabupaten/Kota

Menyampaikan
tindak lanjut Melaksanakan
Putusan kepada Putusan
Bawaslu

jdih.kpu.go.id
- 50 -

Gambar 3.5.2
Amar Putusan Ditolak

Mendokumentasikan
Mempelajari
dan Mengarsipkan
Putusan
Putusan

Menyusun Mengumpulkan
Strategi untuk data/informasi Menyampaikan
menghadapi sebagai bahan Laporan Hasil
Gugatan menghadapi Sidang kepada
Sidang Gugatan Ketua KPU, KPU
Sengketa Proses Sengketa Proses Provinsi, dan/atau
di Pengadilan Pemilu di KPU
Tata Usaha Pengadilan Tata Kabupaten/Kota
Negara Usaha Negara

jdih.kpu.go.id
- 51 -

6. Alur Persiapan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan


Tata Usaha Negara, tercantum dalam Gambar 3.6

Gambar 3.6

Mempelajari dan
Menerima panggilan menganalisis gugatan
sidang Sengketa Proses
Pemilu

Mengumpulkan
data/informasi guna Menyusun Kronologi
Menyusun Daftar
Inventarisasi Masalah

Menyusun Telaah
Menyusun Jawaban
Hukum

Menentukan Alat Bukti


Melakukan Gelar yang relevan dan
Perkara Menyusun Daftar Alat
Bukti

Memastikan kesiapan
Melakukan Analisis seluruh dokumen
Kebutuhan untuk Jawaban dan
Menghadirkan Saksi memastikan kembali
dan/atau Ahli kesediaan saksi
dan/atau ahli

jdih.kpu.go.id
- 52 -

7. Alur Pelaksanaan Sidang Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di


Pengadilan Tata Usaha Negara, tercantum dalam Gambar 3.7

Gambar 3.7

Sidang Memastikan
Mendengar Pokok
Penyelesaian Keabsahan SKK
Gugatan
Sengketa Proses Pihak Penggugat

Menyampaikan
Menghadirkan
Surat Jawaban,
Saksi dan/atau
Dokumen Alat
Ahli Jika
Bukti, dan Daftar
Diperlukan
Alat Bukti

jdih.kpu.go.id
- 53 -

8. Alur Tindak Lanjut Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara terkait


Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu, tercantum dalam gambar
sebagai berikut:

Gambar 3.8.1
Amar Putusan Dikabulkan

Mendokumentasikan
Mempelajari
dan Mengarsipkan
Putusan
Putusan

Menyampaikan
Menyampaikan
Putusan kepada Ketua
tindak lanjut Melaksanakan
KPU, KPU Provinsi,
Putusan kepada Putusan
dan/atau KPU
Bawaslu
Kabupaten/Kota

Gambar 3.8.2
Amar Putusan Ditolak

Mendokumentasikan dan
Mempelajari Putusan
Mengarsipkan Putusan

Menyampaikan Laporan
Hasil Sidang kepada Ketua
KPU, KPU Provinsi,
dan/atau KPU
Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 54 -

9. Alur Pemberian Pendapat Hukum, tercantum dalam Gambar 3.9

Gambar 3.9

KPU atau KPU Provinsi


KPU Provinsi atau KPU
menerima Surat Permohonan
Kabupaten/Kota
Pendapat Hukum dari KPU
mengirimkan surat
Provinsi dan/atau KPU
permohonan Pendapat Hukum
Kabupaten/Kota secara
secara berjenjang
berjenjang

KPU atau KPU Provinsi


KPU atau KPU Provinsi
mengumpulkan data
mempelajari Permohonan
informasi terkait
Pendapat Hukum dari KPU
permasalahan KPU Provinsi
Provinsi dan/atau KPU
dan/atau KPU
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

KPU atau KPU Provinsi


KPU atau KPU Provinsi menyampaikan Pendapat
menyusun Kronologi dan Hukum berdasarkan Telaah
Telaah Hukum Hukum kepada KPU Provinsi
dan/atau KPU Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 55 -

10. Alur Pemberian Pendampingan Hukum, tercantum dalam Gambar


3.10 sebagai berikut:

Gambar 3.10

KPU Provinsi dan/atau KPU KPU dan/atau KPU Provinsi


Kabupaten/Kota menerima Surat Permohonan
mengirimkan surat Pendampingan Hukum dari
permohonan Pendampingan KPU Provinsi atau KPU
Hukum Kabupaten/Kota

KPU dan/atau KPU Provinsi KPU atau KPU Provinsi


mempelajari Permohonan menyampaikan kesediaan
Pendampingan Hukum dari untuk memberikan
KPU Provinsi atau KPU Pendampingan Hukum dan
Kabupaten/Kota jenis Pendampingan Hukum

KPU dan/atau KPU Provinsi


KPU atau KPU Provinsi
mengumpulkan data informasi
melakukan Pendampingan
terkait permasalahan KPU
Hukum kepada KPU Provinsi
Provinsi atau KPU
dan/atau KPU Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

jdih.kpu.go.id
- 56 -

BAB V
PENGAWASAN, PENGENDALIAN INTERNAL, DAN PELAPORAN

A. Pengawasan dan Pengendalian Internal


Pengawasan dan pengendalian internal dalam penanganan laporan atau
temuan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. tingkat nasional, dilaksanakan oleh Ketua Divisi Hukum dan
Pengawasan KPU;
2. tingkat provinsi, dilaksanakan oleh Ketua Divisi Hukum dan
Pengawasan KPU Provinsi sesuai dengan wilayah satuan kerjanya; dan
3. tingkat kabupaten/kota, dilaksanakan oleh Ketua Divisi Hukum dan
Pengawasan KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah satuan
kerjanya.

B. Pelaporan Akhir
1. KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota menyusun Laporan
akhir Penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu dan Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilu dengan langkah sebagai berikut:
a. mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyusun
data/informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan Laporan;
b. menyusun Laporan akhir Penanganan Pelanggaran Administratif
Pemilu dan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu, yang memuat
pokok laporan atau temuan dalam proses Penanganan
Pelanggaran Administratif Pemilu, dan/atau permohonan atau
gugatan dalam Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu. Contoh
Laporan akhir tercantum dalam Lampiran II Keputusan; dan
c. mendokumentasikan dan mengarsipkan seluruh dokumen terkait
dengan proses Penanganan Pelanggaran Administratif Pemilu dan
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.
2. KPU Provinsi menyampaikan Laporan Penanganan Pelanggaran
Administratif Pemilu dan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu kepada
KPU.
3. KPU Kabupaten/Kota menyampaikan Laporan Penanganan
Pelanggaran Administratif Pemilu dan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu kepada KPU melalui KPU Provinsi.

jdih.kpu.go.id
jdih.kpu.go.id
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR 528 TAHUN 2022
TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN PELANGGARAN
ADMINISTRATIF DAN SENGKETA PROSES
PEMILIHAN UMUM

DAFTAR CONTOH FORMAT DOKUMEN YANG DIGUNAKAN DALAM PENANGANAN


PELANGGARAN ADMINISTRATIF DAN SENGKETA PROSES PEMILIHAN UMUM

A. Contoh Daftar Inventarisasi Masalah dalam Pelanggaran Administratif Pemilu


B. Contoh Kronologi Permasalahan dalam Pelanggaran Administratif/Sengketa
Proses Pemilu
C. Contoh Jawaban dalam Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu di
Bawaslu
D. Contoh Daftar Alat Bukti dalam Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses
Pemilu
E. Contoh Kesimpulan dalam Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu
F. Contoh Laporan dalam Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu
G. Contoh Surat Tindak Lanjut Putusan Pelanggaran Administratif/Sengketa
Proses Pemilu
H. Contoh Kronologi Permasalahan dalam Penanganan Sengketa Proses Pemilu di
Pengadilan Tata Usaha Negara
I. Contoh Jawaban dalam Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata Usaha
Negara
J. Contoh Daftar Alat Bukti dalam Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata
Usaha Negara
K. Contoh Laporan Hasil Sidang Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di
Pengadilan Tata Usaha Negara
L. Contoh Surat Tindak Lanjut Putusan Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan
Tata Usaha Negara
M. Contoh Surat Kuasa Khusus dalam Penanganan Sengketa Proses Pemilu di
Pengadilan Tata Usaha Negara
N. Contoh Laporan Akhir
O. Contoh Telaah Hukum

jdih.kpu.go.id
-2-

A. Contoh Daftar Inventarisasi Masalah dalam Pelanggaran Administratif Pemilu

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH


PELANGGARAN ADMINISTRATIF/SENGKETA PROSES PEMILU

ALTERNATIF
NO. ISU STRATEGIS INVENTARISASI MASALAH PENYELESAIAN
MASALAH
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

jdih.kpu.go.id
-3-

B. Contoh Kronologi Permasalahan dalam Pelanggaran Administratif/Sengketa


Proses Pemilu

(Logo dan Kop menyesuaikan dengan pembuat kronologi)

KRONOLOGI
TENTANG
-----
(diisi dengan jenis/klasifikasi permasalahan)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Jabatan :
dengan ini menyatakan kronologi sebagai berikut:

-------(Alinea isi, memuat urutan terjadinya permasalahan berdasarkan


waktu, tempat, dan uraian kejadian)------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------.
-------(Alinea penutup)-----------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------.

Jabatan Penyusun Kronologi,

(Nama Penyusun)

jdih.kpu.go.id
-4-

C. Contoh Jawaban dalam Penanganan Pelanggaran Administratif/Sengketa


Proses Pemilu di Bawaslu

(wilayah domisili kantor), ...(tanggal)...(bulan),...(tahun)

Perihal : Jawaban Terlapor/Termohon atau Keterangan Pihak


Terkait dalam Penyelesaian Pelanggaran
Administratif/Sengketa Proses Pemilu --- (diisi
dengan jenis Pelanggaran Administratif/Sengketa
Proses Pemilu) dengan Register Perkara Nomor: ---
(diisi dengan nomor perkara yang terdaftar).

Yth. Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum --- (diisi


dengan badan yang berwenang menyelesaikan
Pelanggaran Administratif Pemilu, contoh: Badan
Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia).

I. IDENTITAS TERLAPOR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : (Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Jabatan : Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : (Domisili Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
Nomor Telepon/HP : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum --- )
Nomor Faksimile : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)

Dengan ini memberikan kuasa kepada:


1. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
2. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
3. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
4. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Kepala Bagian pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum ----
5. dst--- : (disesuaikan---)

kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia yang masing-masing


berkedudukan sebagai Anggota Komisi Pemilihan Umum --- dan Pejabat serta
Staf pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum --- (dapat disesuaikan jika
menggunakan Pengacara, Jaksa Pengacara Negara dan lain-lain), dengan
memilih domisili hukum pada kantor Komisi Pemilihan Umum ---, beralamat
di Jalan ---, Nomor ---, Rt ---, Rw ---, Kelurahan---, Kecamatan ---, Kabupaten
---, Provinsi ---, Telpon ---, Faksimile ---, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
Nomor: --- tanggal --- bulan --- tahun ----, bertindak sendiri-sendiri maupun
bersama-sama untuk dan atas nama Komisi Pemilihan Umum ---, Mewakili
(Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---), dalam kedudukannya sebagai
Ketua Komisi Pemilihan Umum --- dalam Laporan/Permohonan Penyelesaian
Pelanggaran Administratif/Sengketa Prosess Pemilu yang diregistrasi dengan
perkara Nomor: --- yang diajukan oleh --- sebagai Pelapor/Pemohon;

untuk selanjutnya disebut;-----------------------------------Terlapor/Termohon.

jdih.kpu.go.id
-5-

Yang Mulia Majelis Pemeriksa/Adjudikasi yang Terhormat, (ucapan terima


kasih)
Contoh : Sebelum memberikan jawaban atas Laporan/Permohonan
Pelapor/Pemohon, pertama-tama, ijinkan kami Terlapor/
Termohon mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas perkenan Yang Mulia Majelis Pemeriksa/Adjudikasi yang
memberikan kesempatan kepada Terlapor/Termohon untuk
menjawab dan membantah dalil dalam Laporan/Permohonan
dugaan pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu ---
dengan Laporan/Permohonan yang diregistrasi dengan Perkara
Nomor: --- yang dilaporkan/dimohonkan oleh ---, yang untuk
selanjutnya disebut; ------------------------------Pelapor/Pemohon.
Yang Mulia Majelis Pemeriksa/Adjudikasi yang Terhormat, (pendahuluan
sebelum menjawab pokok Laporan)
Contoh : Berkenaan dengan Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon,
bersama ini dengan hormat disampaikan jawaban Terlapor/
Termohon in casu --- (KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU
Kabupaten/Kota) atas Laporan/Permohonan yang diregistrasi
dengan Perkara Nomor: ---, adapun pokok jawaban
Terlapor/Termohon berkaitan dengan tugas, wewenang, dan
kewajiban hukum Terlapor/Termohon dalam proses
penyelenggaraan Pemilu --- (jenis Pemilu) adalah sebagai berikut:
II. JAWABAN TERLAPOR/TERMOHON ATAS POKOK LAPORAN/PERMOHONAN
PELAPOR/PEMOHON
A. DALAM EKSEPSI (jika diperlukan dapat berisi)
1. Kompetensi Kewenangan Badan Pengawas Pemilu --- (dapat berisi
kompetensi secara absolut/Exceptio Declinatoir dan/atau
relatif/Relative Comprtitie).
Contoh : 1) Bahwa berdasarkan Pasal 460 UU No. 7/2017
juncto Pasal 19 Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun
2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilu, pada pokoknya mengatur bahwa objek
Pelanggaran Administratif Pemilu berupa perbuatan
atau tindakan yang melanggar tata cara, prosedur,
atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap
tahapan Penyelenggaraan Pemilu dan tidak
termasuk tindak pidana Pemilu dan pelanggaran
kode etik;
2) Bahwa, pada faktanya yang menjadi objek dalam
perkara a quo adalah terkait dengan tindak pidana
Pemilu sebagaimana yang di atur dalam Pasal 491
UU No. 7/2017;
3) Bahwa berdasarkan hal tersebut pada angka 1 dan
angka 2, terbukti menurut hukum Majelis
Pemeriksa Bawaslu --- tidak berwenang memeriksa
dan memutus laporan a quo.
2. Tenggang Waktu Pengajuan Laporan Kadaluarsa/Daluarsa
(Exception Temporis)
Contoh : 1. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 25
ayat (5) Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018
tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilu, pada pokoknya mengatur hal-hal sebagai
berikut:
Pasal 25
(5) Laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
dan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
diketahui terjadinya dugaan Pelanggaran
Administratif Pemilu dan Pelanggaran Administratif
Pemilu TSM.

jdih.kpu.go.id
-6-

Bahwa
2. objek sengketa dalam hal ini
Keputusan/Berita Acara Komisi Pemilihan
Umum --- tentang --- ditetapkan dan
diumumkan pada tanggal ---, bulan ---, tahun --
-, yang mana telah disampaikan kepada Pelapor
pada tanggal ---, bulan ---, tahun ---
sebagaimana tanda terima Komisi Pemilihan
Umum --- (Bukti T - ...);
3. Bahwa berdasarkan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2., seharusnya Pelapor
mengajukan Laporanya paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak ditetapkannya atau diketahuinya
objek sengketa atau setidak-tidaknya diajukan
paling lambat tanggal ---, bulan ---, tahun ---,
akan tetapi faktanya berdasarkan registrasi
Laporan (Bukti T -...), Pelapor mengajukan
Laporannya tanggal ---, bulan ---, tahun --- atau
melewati waktu yang ditentukan untuk dapat
diajukan sebagai Pelanggaran Administratif
Pemilu; dan
4. Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2, dan 3, cukup patut dan
beralasan hukum bagi Majelis Pemeriksa
Bawaslu --- untuk menolak Laporan A quo atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvankelijk verklaard).
3. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pelapor
Contoh : 1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
huruf a Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018
tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif
Pemilu, pada pokoknya mengatur hal-hal sebagai
berikut:
Pasal 21
(1) Pelapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu
dan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yaitu:
a. Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak
pilih;
b. Peserta Pemilu; dan/atau
c. Pemantau Pemilu.
2. Bahwa berdasarkan Keputusan Komisi
Pemilihan Umum --- tentang Penetapan
Pasangan Calon --- tanggal ---, bulan ---, tahun -
--, Komisi Pemilihan Umum ---menetapkan
Pasangan Calon dengan nomor urut --- atas
nama:
a. Prof. Gabriel Omar Fakhrul Huda, S.H., M.H.
sebagai calon Presiden---; dan
b. Dr. Fernando Oziqiel Sanjaya, S.E., M.E.
sebagai calonWakil Presiden ---.
3. Bahwa berdasarkan Laporan yang diajukan
Pelapor, Laporan hanya ditandatangani oleh
salah seorang calon yaitu atas nama Prof. Gabriel
Omar Fakhrul Huda, S.H., M.H. sebagai calon
Presiden (Vide Laporan Pelapor); dan
4. Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2, dan 3, cukup patut dan
beralasan hukum bagi Majelis Pemeriksa
Bawaslu --- untuk menolak Laporan A quo atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvankelijk verklaard).
4. Surat Kuasa Khusus Tidak Sah
(berkaitan dengan eksepsi yang diajukan oleh Terlapor dalam hal
surat kuasa bersifat umum, surat kuasa dibuat orang yang tidak
berwenang atau surat kuasa yang diajukan oleh kuasa Pelapor
tidak sah karena tidak memenuhi syarat formil, yaitu: a. tidak

jdih.kpu.go.id
-7-

menyatakan secara spesifik kehendak untuk berperkara di Bawaslu


tertentu sesuai dengan kompetensi relatif; b. tidak menjelaskan
identitas para pihak yang berperkara; c. tidak menyebutkan secara
ringkas dan konkret pokok perkara dan objek yang diperkarakan;
serta Tidak mencantumkan tanggal dan tanda tangan pemberi
kuasa).
5. Laporan Pelapor Error In Persona
(berkaitan dengan eksepsi yang dilakukan oleh Terlapor dalam hal
Pelapor tidak memiliki kapasitas atau hak untuk mengajukan
perkara tersebut, atau pihak yang dilaporkan adalah tidak memiliki
urusan dengan perkara tersebut, atau pihak yang dilaporkan tidak
lengkap).
6. Laporan Pelapor Ne Bis In Idem
(berkaitan dengan eksepsi yang diajukan oleh Tergugat dalam hal
perkara yang digugat oleh Penggugat sudah pernah diajukan dan
sudah dijatuhkan putusan yang berkekuatan hukum tetap).
7. Laporan Pelapor Obscuur Libel
(berkaitan dengan eksepsi yang diajukan oleh Terlapor dalam hal
Laporan Pelapor tidak terang atau isinya tidak jelas, contohnya
tidak jelas dasar hukumnya, tidak jelas objek sengketanya, petitum
tidak rinci atau dijabarkan dan permasalahan antara posita (pokok
perkara) dan petitum (tuntutan) tidak nyambung atau tidak ada
korelasi atau relevansinya).
8. Laporan Pelapor Prematur (Exceptio dilatoria)
(berkaitan dengan eksepsi yang dilakukan oleh Terlapor dalam hal
Laporan Pelapor belum dapat diterima untuk diperiksa laporannya
di Bawaslu ---, karena masih prematur, dalam arti Laporan yang
diajukan masih terlampau dini).
9. Terdapat Laporan yang Sama dengan Nomor Perkara yang Berbeda
(Exception Litis Pendetis)
(berkaitan dengan pelanggaran yang dilaporkan Pelapor, sama
dengan perkara yang sedang diperiksa oleh Bawaslu ---. Disebut
juga eksepsi sub-judice yang berarti Laporan yang diajukan masih
tergantung/aanhangig atau masih berlangsung atau sedang
berjalan pemeriksaannya di Bawaslu/under judicial consideration).

B. JAWABAN ATAS POKOK LAPORAN/PERMOHONAN PELAPOR/


PEMOHON
(berisi jawaban dan/atau bantahan terhadap dalil Laporan/Permohonan
Pelapor/Pemohon)
Contoh : 1. Bahwa mohon dengan hormat segala sesuatu yang
diurakan dalam eksepsi, dianggap telah pula
dikemukakan atau merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam jawaban Terlapor;
2. Bahwa sebelum membantah dalil yang dimohonkan oleh
Pelapor/Pemohon, Terlapor/Termohon perlu
menegaskan telah melaksanakan tugasnya dengan
berpedoman pada asas mandiri, jujur, adil, berkepastian
hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional,
akuntabel, efektif, efisien sesuai dengan Pasal --- UU No.
7/2017;
3. Bahwa setelah membaca dan mencermati secara
seksama pokok Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon,
pada intinya Terlapor/Termohon berpendapat bahwa
Pelapor/Pemohon dalam Laporannya/Permohonannya
mempermasalahkan berkenaan dengan tahapan
Penetapan Pasangan Calon ---;
4. Bahwa terhadap dalil Laporan/Permohonan
Pelapor/Pemohon sebagaimana dimaksud pada angka 3,
Pelapor/Pemohon tidak menyertai dengan bukti-bukti
yang cukup memadai guna menguatkan dalil Laporan/

jdih.kpu.go.id
-8-

Permohonan Pelapor/Pemohon melainkan hanya


menggunakan asumsi tidak mendasar dan
menggunakan teori-teori yang belum dibuktikan
kebenarannya serta cenderung subyektif terhadap
Terlapor/Termohon. Namun, dalam rangka memenuhi
tanggungjawab sebagai penyelenggara Pemilu,
Terlapor/Termohon beritikad baik untuk tetap
memberikan tanggapan, penjelasan dan klarifikasi atas
Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon;
5. (Bantahan dan dasar bantahan atas laporan Pelapor)
---------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------.

III. Petitum
(menguraikan petitum/permintaan kepada Yang Mulia Majelis
Pemeriksa/Adjudikasi atas Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon)
Contoh : Berdasarkan uraian, fakta, bukti, dan dasar hukum
sebagaimana tersebut di atas, terbukti bahwa
Terlapor/Termohon telah melaksanakan tugas, wewenang, dan
kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sebagaimana prosedur yang berlaku dan tidak terbukti adanya
pelanggaran tahapan penyelenggara Pemilu sebagaimana yang
telah didalilkan oleh Pelapor/Pemohon dalam Laporannya/
Permohonannya.

Berkenaan dengan Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon,


Terlapor/Termohon mohon kepada Yang Mulia Majelis
Pemeriksa/Adjudikasi pada Badan Pengawas Pemilihan Umum
Republik Indonesia untuk menjatuhkan Putusan Sebagai
Berikut:
1. Menolak Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon untuk
seluruhnya sekaligus menerima eksepsi Terlapor/Termohon;
2. Menyatakan sah demi hukum ---- (dapat diisi obyek
Laporan/Permohonan dalam hal berupa BA atau
Keputusan); dan
3. Menyatakan Terlapor/Termohon telah melaksanakan tugas
dan kewenangannya dalam penyelenggaraan Pemilu ---
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan berpedoman pada asas mandiri, jujur, adil,
berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional,
profesional, akuntabel, efektif dan efisien.

atau apabila Majelis Pemeriksa/Adjudikasi Badan Pengawas


Pemilihan Umum --- berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex a que et bono).

Demikian disampaikan jawaban Terlapor/Termohon, dengan harapan Yang


Mulia Majelis Pemeriksa/Adjudikasi pada Badan Pengawas Pemilihan Umum
--- dapat segera memeriksa dan memutuskan Laporan/Permohonan ini.

Hormat Kami
Kuasa Hukum Terlapor,

--- (Nama dan Gelar)

--- (Nama dan Gelar) --- (Nama dan Gelar)

jdih.kpu.go.id
-9-

D. Contoh Daftar Alat Bukti dalam Penanganan Pelanggaran


Administratif/Sengketa Proses Pemilu

DAFTAR ALAT BUKTI

Penyelesaian ….. (diisi dengan jenis Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses


Pemilu) yang diregistrasi dengan Perkara Nomor ……

Yth. Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum


di-
Jakarta

Dengan hormat,
Bersama ini …… (diisi dengan kedudukan KPU dalam Penyelesaian Pelanggaran
Administratif/Sengketa Proses Pemilu), mengajukan bukti-bukti sebagai berikut:

No. Kode Daftar Bukti Keterangan


Bukti
1. T -01 Nama dokumen yang Bukti ini menjelaskan berkenaan dengan
digunakan sebagai …………………………………………………………..
alat bukti …………………………………………………………..
…………………………………………………………..
…………………………………………………………..
2. T -02 Nama dokumen yang Bukti ini menjelaskan berkenaan dengan
digunakan sebagai …………………………………………………………...
alat bukti ……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
3. T -03 Nama dokumen yang Bukti ini menjelaskan berkenaan dengan
digunakan sebagai ……………………………………………………………
alat bukti ……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Demikian bukti-bukti yang kami ajukan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Hormat Kami
……………..
(diisi dengan kedudukan KPU dalam Penyelesaian Pelanggaran Administratif/
Sengketa Proses Pemilihan Umum),
…….. (Nama Lengkap)

…….. (Nama Lengkap/dst.)

jdih.kpu.go.id
- 10 -

E. Contoh Kesimpulan dalam Penanganan Pelanggaran Administratif/Sengketa


Proses Pemilu

(wilayah domisili kantor), ...(tanggal)...(bulan),...(tahun)

Perihal : Kesimpulan Terlapor/Termohon atau Keterangan Pihak


Terkait dalam Penyelesaian Pelanggaran
Administratif/Sengketa Proses Pemilu --- (diisi dengan
jenis Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu,)
dengan Register Perkara Nomor: --- (diisi dengan nomor
perkara yang terdaftar).

Yth. Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum --- (diisi


dengan lembaga/badan yang berwenang menyelesaikan
Pelanggaran Administratif Pemilu, contoh: Badan
Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia).

Dengan hormat, yang bertanda tanganan di bawah ini:


1. Nama : (Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---
Jabatan : Ketua Komisi Pemilihan Umum ----
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : (Domisili Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
Nomor Telepon/HP : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
Nomor Faksimile : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)

Dengan ini memberikan kuasa kepada:


1. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
2. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
3. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
4. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Kepala Bagian pada Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum ----
5. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Kepala Sub Bagian pada Sekretariat Komisi
Pemilihan Umum ----
6. dst--- : (disesuaikan---)

kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia yang masing-masing berkedudukan


sebagai Anggota Komisi Pemilihan Umum --- dan Pejabat serta Staf pada Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum --- (dapat disesuaikan jika menggunakan Pengacara, Jaksa
Pengacara Negara dan lain-lain), dengan memilih domisili hukum pada kantor
Komisi Pemilihan Umum ---, beralamat di Jalan ---, Nomor ---, Rt ---, Rw ---,
Kelurahan---, Kecamatan ---, Kabupaten ---, Provinsi ---, Telpon ---, Faksimile ---,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: --- tanggal --- bulan --- tahun ----,
bertindak sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama Komisi
Pemilihan Umum ---, Mewakili (Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---), dalam
kedudukannya sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum --- dalam
Laporan/Permohonan Penyelesaian Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses
Pemilu yang diregistrasi dengan perkara Nomor: --- yang diajukan oleh --- sebagai
Pelapor/Pemohon;

untuk selanjutnya disebut;------------------------------------------Terlapor/Termohon.

jdih.kpu.go.id
- 11 -

Yang Mulia Majelis Pemeriksa/Adjudikasi yang Terhormat, (ucapan terima kasih)


Contoh : Sebelum memberikan kesimpulan atas Laporan/Permohonan
Pelapor/Pemohon, pertama-tama, ijinkan kami Terlapor/Termohon
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perkenan
Yang Mulia Majelis Pemeriksa/Adjudikasi yang memberikan
kesempatan kepada Terlapor/Termohon untuk menyusun
kesimpulan dalam Penyelesaian Pelanggaran Administratif/Sengketa
Proses Pemilu dengan Laporan/Permohonan yang diregistrasi dengan
Perkara Nomor: --- yang diadukan oleh ---, yang untuk selanjutnya
disebut; --------------------------------------------------Pelapor/Pemohon.

Yang Mulia Majelis Pemeriksa/Adjudikasi yang Terhormat, (pendahuluan)


Contoh : Berkenaan dengan Laporan Pelapor/Pemohon, bersama ini dengan
hormat disampaikan kesimpulan Terlapor/Termohon in casu ---
(KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota) atas
Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon yang diregistrasi dengan
Perkara Nomor: --- yang diajukan oleh Pelapor/Pemohon, adapun
kesimpulan Terlapor/Termohon berdasarkan fakta yang terungkap
dalam persidangan berkaitan dengan tugas, wewenang, dan
kewajiban hukum Terlapor/Termohon dalam proses penyelenggaraan
Pemilu --- (jenis Pemilu) adalah sebagai berikut:

(berisi uraian perihal tenggang waktu pengajuan Laporan dalam penyelesaian


sengketa Pemilihan)
1. Bahwa Terlapor/Termohon pada pokoknya tetap pada jawaban dan keterangan
dalam sidang sebelumnya;
2. Bahwa Terlapor/Termohon pada pokoknya tetap menolak dan membantah
seluruh dalil Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon, kecuali yang diakui
secara jelas dan tegas dalam jawaban, keterangan dalam sidang sebelumnya
dan kesimpulan ini;
3. Bahwa mohon dengan hormat segala sesuatu yang diuraikan dalam jawaban
dan keterangan Terlapor/Termohon dalam sidang sebelumnya, dianggap telah
pula dikemukakan atau merupakan satu kesatuan dan bagian tidak
terpisahkan dalam kesimpulan ini berkaitan dengan pokok
Laporan/Permohonan PelaporPemohon;
4. Bahwa dalam persidangan sebelumnya pada hari --- tanggal --- bulan --- tahun
---, terungkap fakta-fakta dalam persidangan sebagai berikut;
a. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------;
b. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------.
c. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------.
5. (Bantahan dan dasar bantahan atas Laporan Pelapor berdasarkan fakta yang
terungkap dalam persidangan)
------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------.
6. (Bantahan dan dasar bantahan atas Laporan Pelapor berdasarkan fakta yang
terungkap dalam persidangan)
------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------.
7. (Bantahan dan dasar bantahan atas Laporan Pelapor berdasarkan fakta yang
terungkap dalam persidangan)
------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------.

jdih.kpu.go.id
- 12 -

(menguraikan petitum/permintaan kepada Yang Mulia Majelis Pemeriksa atas


Laporan Pelapor)
Contoh : Berdasarkan uraian, fakta, bukti, dan dasar hukum sebagaimana
tersebut di atas, terbukti bahwa Terlapor/Termohon telah
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan sebagaimana prosedur yang berlaku
dan tidak terbukti adanya Pelanggaran Administratif/Sengketa
Proses Pemilu sebagaimana yang telah didalilkan oleh
Pelapor/Pemohon dalam Laporannya/Permohonannya.

Berkenaan dengan Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon,


Terlapor/Termohon mohon kepada Yang Mulia Majelis
Pemeriksa/Adjudikasi untuk menjatuhkan Putusan Sebagai Berikut:
1. Menolak Laporan/Permohonan Pelapor/Pemohon untuk
seluruhnya sekaligus menerima eksepsi Terlapor/Termohon;
2. Menyatakan sah demi hukum ---- (dapat diisi obyek
Laporan/Permohonan dalam hal berupa BA atau Keputusan); dan
3. Menyatakan Terlapor/Termohon telah melaksanakan tugas dan
kewenangannya dalam penyelenggaraan Pemilu --- berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
berpedoman pada asas mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum,
tertib, terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif dan
efisien.

atau apabila Majelis Pemeriksa Badan Pengawas Pemilihan Umum --


- berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex a que et
bono).

Demikian disampaikan kesimpulan Terlapor/Termohon, dan diucapkan terima


kasih.

Hormat Kami
Kuasa Hukum Terlapor,

--- (Nama dan Gelar)

--- (Nama dan Gelar) --- (Nama dan Gelar)

--- (Nama dan Gelar) --- (Nama dan Gelar)

--- (Nama dan Gelar/dst.)

jdih.kpu.go.id
- 13 -

F. Contoh Laporan dalam Penyelesaian Pelanggaran Administratif/Sengketa


Proses Pemilu

KOMISI PEMILIHAN UMUM*)


Jalan Imam Bonjol Nomor 29 Jakarta Pusat

Telp. (021) 31937223 Email: persuratan@kpu.go.id

LAPORAN
PELAKSANAAN TUGAS MENGHADIRI SIDANG PELANGGARAN
ADMINISTRATIF/SENGKETA PROSES PEMILU DI ......................
DALAM LAPORAN/PERMOHONAN NOMOR ........... TERKAIT
..........................................

A. MATERI LAPORAN/PERMOHONAN
1. Para Pihak
Nama : ....................
Alamat : ....................
Pekerjaan : ....................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak PELAPOR/PEMOHON**);

Nama : ...................................................***)
Jabatan/Pekerjaan : ...................................................****)
Alamat : ...................................................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak TERLAPOR/TERMOHON**).

2. Objek Laporan/Permohonan
......................................................................................................

3. Pokok Laporan/Permohonan
......................................................................................................

B. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


1. Dasar Hukum
Dasar hukum dilaksanakannya tugas menghadiri persidangan di
Pengadilan ........................................................................ yaitu:
a) Surat Pemberitahuan..................... Nomor ...................;
b) Surat Kuasa Khusus Nomor .....................................................;
c) Surat Tugas Nomor ...................................................................

2. Tujuan Penugasan
Untuk menghadiri persidangan lanjutan dan melakukan Pembelaan
Hukum dalam Laporan/Pemohonan Nomor
………………………………………………………………………………………….
3. Waktu dan Tempat Penugasan
Hari, tanggal : ......................................
Pukul : ......................................
Tempat : ......................................
4. Agenda Pemeriksaan
Telah dilaksanakan permeriksaan sebanyak ..... kali, yaitu:
a) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
b) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
c) dst
5. Pelaksana
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................

jdih.kpu.go.id
- 14 -

d) dst
6. Hasil Pelaksanaan Penugasan
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................
d) dst
7. Agenda Pemeriksaan Selanjutnya
Agenda Pemeriksaan ke-.... selanjutnya akan dilaksanakan pada hari
......., tanggal ...... dengan agenda ......................................................

Pelaksana Tugas,

…………………………………

Catatan:
*) : Kop menyesuaikan berdasarkan pembuat Laporan
**) : Jumlah pengisian Identitas Pemohon dan/atau Termohon disesuaikan

dengan banyaknya jumlah Pemohon dan/atau Termohon dalam perkara


tersebut.
***) : Dapat berupa nama individu maupun nama lembaga/instansi yang dijadikan

Termohon
****): Pengisiannya bersifat opsional, apabila pada bagian “Nama” yang diisi adalah
nama lembaga/instansi, maka bagian “Jabatan/Pekerjaan” dihapus saja

jdih.kpu.go.id
- 15 -

G. Contoh Surat Tindak Lanjut Putusan Pelanggaran Administratif / Sengketa


Proses Pemilu

KOMISI PEMILIHAN UMUM

Nomor : Tempat, Tanggal, Bulan,


Sifat : dan Tahun Surat
Lampiran :
Perihal :

Yth. ... ... ...

... ... ... ... ... ...(alinea pembuka) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...(alinea isi memuat hasil pelaksanaan tindak lanjut putusan) ...
... ... ... ... ... ...…. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...(alinea penutup) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Ketua Komisi Pemilihan Umum,

Tanda Tangan dan


Cap Dinas

(Nama Lengkap Ketua KPU)

Tembusan:
1. … …
2. … …
3. … …

jdih.kpu.go.id
- 16 -

H. Contoh Kronologi Permasalahan dalam Penanganan Sengketa Proses Pemilu di


Pengadilan Tata Usaha Negara

KRONOLOGI
TENTANG
…………………….
(diisi dengan jenis/klasifikasi permasalahan)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


nama :
jabatan :
dengan ini menyatakan kronologi sebagai berikut:

-------(Alinea pembuka)----------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------.
-------(Alinea isi, memuat urutan terjadinya permasalahan memuat
urutan terjadinya permasalahan berdasarkan waktu, tempat, dan uraian
kejadian)---------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------.
-------(Alinea penutup)-----------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------.
Jabatan Penyusun Kronologi,

(Nama Penyusun)

jdih.kpu.go.id
- 17 -

I. Contoh Jawaban dalam Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata Usaha


Negara

(wilayah domisili kantor), ...(tanggal)...(bulan),...(tahun)

Perihal : Jawaban Tergugat atau Keterangan Pihak Terkait


dalam Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu --- (diisi
dengan jenis Sengketa Proses Pemilu) dengan Register
Perkara Nomor: --- (diisi dengan nomor perkara yang
terdaftar).

Yth. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara --- (diisi dengan


badan yang berwenang menyelesaikan Sengketa
Proses Pemilu, contoh: Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta).

I. IDENTITAS TERGUGAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : (Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Jabatan : Ketua Komisi Pemilihan Umum ---)
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : (Domisili Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)
Nomor Telepon/HP : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum --- )
Nomor Faksimile : (Nomor Kantor Komisi Pemilihan Umum ---)

Dengan ini memberikan kuasa kepada:


1. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
2. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
3. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Anggota Komisi Pemilihan Umum ----
4. Nama : (Nama dan Gelar)
Jabatan : Kepala Bagian pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum ----
5. dst--- : (disesuaikan---)

kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia yang masing-masing


berkedudukan sebagai Anggota Komisi Pemilihan Umum --- dan Pejabat serta
Staf pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum --- (dapat disesuaikan jika
menggunakan Pengacara, Jaksa Pengacara Negara dan lain-lain), dengan
memilih domisili hukum pada kantor Komisi Pemilihan Umum ---, beralamat
di Jalan ---, Nomor ---, Rt ---, Rw ---, Kelurahan---, Kecamatan ---, Kabupaten
---, Provinsi ---, Telpon ---, Faksimile ---, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
Nomor: --- tanggal --- bulan --- tahun ----, bertindak sendiri-sendiri maupun
bersama-sama untuk dan atas nama Komisi Pemilihan Umum ---, Mewakili
(Nama Ketua Komisi Pemilihan Umum ---), dalam kedudukannya sebagai
Ketua Komisi Pemilihan Umum --- dalam Gugatan Penyelesaian Sengketa
Proses Pemilu yang diregistrasi dengan perkara Nomor: --- yang diajukan oleh
--- sebagai Penggugat;

untuk selanjutnya disebut;--------------------------------------------------Tergugat.

jdih.kpu.go.id
- 18 -

Yang Mulia Majelis Pemeriksa yang Terhormat, (ucapan terima kasih)


Contoh : Sebelum memberikan jawaban atas Gugatan Penggugat,
pertama-tama, ijinkan kami Tergugat mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas perkenan Yang Mulia Majelis
Pemeriksa yang memberikan kesempatan kepada Tergugat untuk
menjawab dan membantah dalil dalam Gugatan Penggugat ---
dengan Gugatan yang diregistrasi dengan Perkara Nomor: ---
yang dimohonkan oleh ---, yang untuk selanjutnya disebut; ------
-----------------------------------------------------------------Penggugat.
Yang Mulia Majelis Pemeriksa yang Terhormat, (pendahuluan sebelum
menjawab pokok Laporan)
Contoh : Berkenaan dengan Gugatan Penggugat, bersama ini dengan
hormat disampaikan jawaban Tergugat in casu --- (KPU, KPU
Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota) atas Gugatan yang
diregistrasi dengan Perkara Nomor: ---, adapun pokok jawaban
Tergugat berkaitan dengan tugas, wewenang, dan kewajiban
hukum Tergugat dalam proses penyelenggaraan Pemilu --- (jenis
Pemilu) adalah sebagai berikut:
II. JAWABAN TERGUGAT ATAS POKOK GUGATAN PENGGUGAT
A. DALAM EKSEPSI (jika diperlukan dapat berisi)
1. Kompetensi Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara --- (dapat
berisi kompetensi secara absolut/Exceptio Declinatoir dan/atau
relatif/Relative Comprtitie).
Contoh : 1) Bahwa berdasarkan Pasal --- UU No. 7/2017, pada
pokoknya mengatur bahwa objek Sengketa Proses
Pemilu berupa ---;
2) Bahwa, pada faktanya yang menjadi objek dalam
perkara a quo adalah terkait dengan tindak pidana
Pemilu sebagaimana yang di atur dalam Pasal 491
UU No. 7/2017;
3) Bahwa berdasarkan hal tersebut pada angka 1 dan
angka 2, terbukti menurut hukum Majelis
Pemeriksa Pengadilan Tata Usaha Negara --- tidak
berwenang memeriksa dan memutus perkara a quo.
2. Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan Kadaluarsa/Daluarsa
(Exception Temporis)
Contoh : 1. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal ---
ayat --- Undang-Undang Nomor --- Tahun ---
tentang ---, pada pokoknya mengatur hal-hal
sebagai berikut:
2. Bahwa Putusan Bawaslu --- ditetapkan dan
diumumkan pada tanggal ---, bulan ---, tahun --
-, (Bukti T - ...);
3. Bahwa berdasarkan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2., seharusnya Penggugat
mengajukan Gugatannya paling lambat --- hari
sejak ditetapkannya --- atau setidak-tidaknya
diajukan paling lambat tanggal ---, bulan ---,
tahun ---, akan tetapi faktanya berdasarkan
registrasi Gugatan (Bukti T -...), Penggugat
mengajukan Gugatannya tanggal ---, bulan ---,
tahun --- atau melewati waktu yang ditentukan
untuk dapat diajukan sebagai Sengketa Proses
Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara ---; dan
4. Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2, dan 3, cukup patut dan
beralasan hukum bagi Majelis Pemeriksa
Pengadilan Tata Usaha Negara --- untuk menolak
Gugatan A quo atau setidak-tidaknya dinyatakan
tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard).

jdih.kpu.go.id
- 19 -

3. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Penggugat


Contoh : 1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal --- ayat ---
huruf --- Undang-Undang Nomor --- Tahun ---
tentang ---, pada pokoknya mengatur hal-hal
sebagai berikut:
2. Bahwa berdasarkan Keputusan Komisi
Pemilihan Umum --- tentang Penetapan
Pasangan Calon --- tanggal ---, bulan ---, tahun -
--, Komisi Pemilihan Umum ---menetapkan
Pasangan Calon dengan nomor urut --- atas
nama:
a. Prof. Gabriel Omar Fakhrul Huda, S.H., M.H.
sebagai calon Presiden---; dan
b. Dr. Fernando Oziqiel Sanjaya, S.E., M.E.
sebagai calonWakil Presiden ---.
3. Bahwa berdasarkan Permohonan yang diajukan
Pemohon, Permohonan hanya ditandatangani
oleh salah seorang calon yaitu atas nama Prof.
Gabriel Omar Fakhrul Huda, S.H., M.H. sebagai
calon Presiden (Vide Permohonan Pemohon); dan
4. Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dan fakta sebagaimana
dimaksud pada angka 2, dan 3, cukup patut dan
beralasan hukum bagi Majelis Pemeriksa
Bawaslu --- untuk menolak Laporan A quo atau
setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvankelijk verklaard).
4. Surat Kuasa Khusus Tidak Sah
(berkaitan dengan eksepsi yang diajukan oleh Terlapor dalam hal
surat kuasa bersifat umum, surat kuasa dibuat orang yang tidak
berwenang atau surat kuasa yang diajukan oleh kuasa Pelapor
tidak sah karena tidak memenuhi syarat formil, yaitu: a. tidak
menyatakan secara spesifik kehendak untuk berperkara di Bawaslu
tertentu sesuai dengan kompetensi relatif; b. tidak menjelaskan
identitas para pihak yang berperkara; c. tidak menyebutkan secara
ringkas dan konkret pokok perkara dan objek yang diperkarakan;
serta Tidak mencantumkan tanggal dan tanda tangan pemberi
kuasa).
5. Laporan Pelapor Error In Persona
(berkaitan dengan eksepsi yang dilakukan oleh Terlapor dalam hal
Pelapor tidak memiliki kapasitas atau hak untuk mengajukan
perkara tersebut, atau pihak yang dilaporkan adalah tidak memiliki
urusan dengan perkara tersebut, atau pihak yang dilaporkan tidak
lengkap).
6. Laporan Pelapor Ne Bis In Idem
(berkaitan dengan eksepsi yang diajukan oleh Tergugat dalam hal
perkara yang digugat oleh Penggugat sudah pernah diajukan dan
sudah dijatuhkan putusan yang berkekuatan hukum tetap).
7. Laporan Pelapor Obscuur Libel
(berkaitan dengan eksepsi yang diajukan oleh Terlapor dalam hal
Laporan Pelapor tidak terang atau isinya tidak jelas, contohnya
tidak jelas dasar hukumnya, tidak jelas objek sengketanya, petitum
tidak rinci atau dijabarkan dan permasalahan antara posita (pokok
perkara) dan petitum (tuntutan) tidak nyambung atau tidak ada
korelasi atau relevansinya).
8. Laporan Pelapor Prematur (Exceptio dilatoria)
(berkaitan dengan eksepsi yang dilakukan oleh Terlapor dalam hal
Laporan Pelapor belum dapat diterima untuk diperiksa laporannya
di Bawaslu ---, karena masih prematur, dalam arti Laporan yang
diajukan masih terlampau dini).
9. Terdapat Laporan yang Sama dengan Nomor Perkara yang Berbeda
(Exception Litis Pendetis)

jdih.kpu.go.id
- 20 -

(berkaitan dengan pelanggaran yang dilaporkan Pelapor, sama


dengan perkara yang sedang diperiksa oleh Bawaslu ---. Disebut
juga eksepsi sub-judice yang berarti Laporan yang diajukan masih
tergantung/aanhangig atau masih berlangsung atau sedang
berjalan pemeriksaannya di Bawaslu/under judicial consideration).

B. JAWABAN ATAS POKOK GUGATAN PENGGUGAT


(berisi jawaban dan/atau bantahan terhadap dalil Gugatan Penggugat
dalam pokok Gugatan)
Contoh : 1. Bahwa mohon dengan hormat segala sesuatu yang
diurakan dalam eksepsi, dianggap telah pula
dikemukakan atau merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam jawaban Tergugat;
2. Bahwa sebelum membantah dalil yang dimohonkan oleh
Penggugat, Tergugat perlu menegaskan telah
melaksanakan tugasnya dengan berpedoman pada asas
mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka,
proporsional, professional, akuntabel, efektif, efisien
sesuai dengan Pasal --- UU No. 7/2017;
3. Bahwa setelah membaca dan mencermati secara
seksama pokok Gugatan Penggugat, pada intinya
Tergugat berpendapat bahwa Penggugat dalam
Gugatannya mempermasalahkan berkenaan dengan
tahapan Penetapan Pasangan Calon ---;
4. Bahwa terhadap dalil Gugatan Penggugat sebagaimana
dimaksud pada angka 3, Penggugat tidak menyertai
dengan bukti-bukti yang cukup memadai guna
menguatkan dalil Gugatan Penggugat melainkan hanya
menggunakan asumsi, tidak mendasar dan
menggunakan teori-teori yang belum dibuktikan
kebenarannya serta cenderung subyektif terhadap
Tergugat. Namun, dalam rangka memenuhi
tanggungjawab sebagai penyelenggara Pemilu, Tergugat
beritikad baik untuk tetap memberikan tanggapan,
penjelasan dan klarifikasi atas Gugatan Penggugat;
5. (Bantahan dan dasar bantahan atas Gugatan Penggugat)
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------.
III. Petitum
(menguraikan petitum/permintaan kepada Yang Mulia Majelis Pemeriksa atas
Gugatan Penggugat)
Contoh : Berdasarkan uraian, fakta, bukti, dan dasar hukum
sebagaimana tersebut di atas, terbukti bahwa Tergugat telah
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan sebagaimana prosedur yang
berlaku dan tidak terbukti adanya pelanggaran tahapan
penyelenggara Pemilu sebagaimana yang telah didalilkan oleh
Penggugat dalam Gugatannya.

Berkenaan dengan Gugatan Penggugat, Tergugat memohon


kepada Yang Mulia Majelis Pemeriksa Pengadilan Tata Usaha
Negara --- untuk menjatuhkan Putusan Sebagai Berikut:
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

jdih.kpu.go.id
- 21 -

2. Menyatakan Sah dan tetap Berlaku Keputusan Komisi


Pemilihan Umum --- Nomor --- tentang ---, tertanggal ---
Bulan --- Tahun ---; dan
3. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.

atau apabila Majelis Pemeriksa Pengadilan Tata Usaha Negara


Jakarta --- berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex a que et bono).

Demikian disampaikan jawaban Tergugat, dengan harapan Yang Mulia Majelis


Pemeriksa Pengadilan Tata Usaha Negara --- dapat segera memeriksa dan
memutuskan Gugatan ini

Hormat Kami
Kuasa Hukum Penggugat,

--- (Nama dan Gelar)

--- (Nama dan Gelar) --- (Nama dan Gelar)

jdih.kpu.go.id
- 22 -

J. Contoh Daftar Alat Bukti dalam Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata
Usaha Negara

Daftar Alat Bukti

Penyelesaian Sengketa Proses …… yang diregistrasi dengan Perkara Nomor ….

Yth. Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara


di-
Jakarta

Dengan hormat,
Bersama ini …… (diisi dengan kedudukan KPU dalam Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu di Pengadilan Tata Usaha Negara), mengajukan bukti-bukti sebagai berikut

No. Kode Daftar Bukti Keterangan


Bukti
1. T -01 Nama dokumen yang Bukti ini menjelaskan berkenaan dengan
digunakan sebagai …………………………………………………………..
alat bukti …………………………………………………………..
…………………………………………………………..
2. T -02 Nama dokumen yang Bukti ini menjelaskan berkenaan dengan
digunakan sebagai …………………………………………………………..
alat bukti …………………………………………………………..
…………………………………………………………..
3. T -dst dst --- Bukti ini menjelaskan berkenaan dengan
…………………………………………………………..
…………………………………………………………..
…………………………………………………………..

Demikian bukti-bukti yang kami ajukan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
………….
(Diisi dengan kedudukan KPU dalam Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu),

…….. (Nama Lengkap)

…….. (Nama Lengkap/dst.)

jdih.kpu.go.id
- 23 -

K. Contoh Laporan Hasil Sidang Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu di


Pengadilan Tata Usaha Negara

KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA*)


Jalan Imam Bonjol Nomor 29 Jakarta Pusat

Telp. (021) 31937223 Email: persuratan@kpu.go.id

LAPORAN
PELAKSANAAN TUGAS MENGHADIRI SIDANG SENGKETA PROSES PEMILU
DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA ......................
DALAM GUGATAN NOMOR ........... TERKAIT ..........................................

A. MATERI GUGATAN
1. Para Pihak
Nama : ....................
Alamat : ....................
Pekerjaan : ....................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak PENGGUGAT**)
Nama : ....................***)
Alamat : ....................****)
Pekerjaan : ....................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak TERGUGAT**)
2. Objek Gugatan
....................................................................................................
3. Pokok Gugatan
....................................................................................................
B. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
1. Dasar Hukum
Dasar hukum dilaksanakannya tugas menghadiri persidangan di
Pengadilan ........................................................................ yaitu:
a) Surat Pemberitahuan..................... Nomor ....................;
b) Surat Kuasa Khusus Nomor ..........................................; dan
c) Surat Tugas Nomor ........................................................
2. Tujuan Penugasan
Untuk menghadiri persidangan lanjutan dan melakukan pembelaan
hukum dalam Gugatan Nomor …………………………..………………….
3. Waktu dan Tempat Penugasan
Hari, tanggal : ......................................
Pukul : ......................................
Tempat : ......................................
4. Agenda Pemeriksaan
Telah dilaksanakan pemeriksaan sebanyak ..... kali, yaitu:
a) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
b) Hari ....., tanggal ........, agenda sidang: ..........................
c) dst
5. Pelaksana
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................

jdih.kpu.go.id
- 24 -

d) dst
6. Hasil Pelaksanaan Penugasan
a) ...............................................................................................
b) ...............................................................................................
c) ...............................................................................................
d) dst
7. Agenda Pemeriksaan Selanjutnya
Agenda Pemeriksaan ke-.... selanjutnya akan dilaksanakan pada hari
......., tanggal, ...... dengan agenda ......................................................

Pelaksana Tugas,

………………………………………
Catatan:
*) : Kop menyesuaikan berdasarkan pembuat Laporan.
**) : Jumlah pengisian identitas Penggugat dan/atau Tergugat disesuaikan
dengan banyaknya jumlah Penggugat dan/atau Tergugat dalam perkara
tersebut.
***) : Dapat berupa nama individu maupun nama lembaga/instansi yang dijadikan
Tergugat.
****) : Pengisiannya bersifat opsional, apabila pada bagian “Nama” yang diisi adalah
nama lembaga/instansi, maka bagian “Jabatan/Pekerjaan” dihapus saja.

jdih.kpu.go.id
- 25 -

L. Contoh Surat Tindak Lanjut Putusan Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan


Tata Usaha Negara

KOMISI PEMILIHAN UMUM

Nomor : Tempat, Tanggal, Bulan,


Sifat : dan Tahun Surat
Lampiran :
Perihal :

Yth. ........

…………………. (alinea pembuka) …………………………………………………………………


………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………. (alinea isi memuat hasil pelaksanaan tindak lanjut putusan) ………….
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………. (alinea penutup) ……………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………

Ketua Komisi Pemilihan Umum,

Tanda Tangan dan


Cap Dinas

Nama Lengkap Ketua KPU

Tembusan Yth:
1. ………;
2. ………;
3. dst.

jdih.kpu.go.id
- 26 -

M. Contoh Surat Kuasa Khusus dalam Penanganan Pelanggaran Administratif


Pemilu/Sengketa Proses Pemilu/Sengketa Proses Pemilu di Pengadilan Tata
Usaha Negara

SURAT KUASA KHUSUS


Nomor ……………………………………
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ……………………………………
Jabatan/Pekerjaan : ……………………………………
Alamat : ……………………………………
untuk selanjutnya disebut sebagai;----------------------PEMBERI KUASA.
Dengan ini memberikan kuasa kepada:
1. (Nama dan gelar----)
2. (dst---)
Masing-masing adalah Anggota Komisi Pemilihan Umum dan Pejabat serta
Pegawai pada Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, yang
berkedudukan di kantor Komisi Pemilihan Umum, beralamat di Jalan
……………………………, Nomor ……, RT ……., RW ……., Kelurahan …….,
Kecamatan ……., Kabupaten ……., Provinsi ……. (dapat disesuaikan jika
menggunakan Advokat/Jaksa Pengacara Negara).
untuk selanjutnya disebut sebagai;--------------------PENERIMA KUASA.
-----------------------------------------KHUSUS------------------------------------
Mewakili dan/atau mendampingi serta bertindak baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama untuk dan atas nama PEMBERI KUASA dalam kedudukannya
sebagai Tergugat pada perkara dugaan dengan register perkara Nomor …….
pada ……..
Untuk itu PENERIMA KUASA berhak mewakili dan menghadiri seluruh proses
Penyelesaian ……. dengan register perkara Nomor ……., membuat dan
menyampaikan jawaban, mengajukan bukti surat, menghadirkan saksi
dan/atau ahli, mengajukan kesimpulan, memohon putusan serta melakukan
segala tindakan dan upaya hukum lain yang dianggap penting dan berguna bagi
PEMBERI KUASA dengan cara yang diperkenankan menurut hukum walaupun
tidak dengan tegas disebutkan dalam Surat Kuasa Khusus ini, semata-mata
untuk menjaga kepentingan hukum PEMBERI KUASA di dalam perkara
sebagaimana tersebut di atas.
Surat Kuasa Khusus ini dapat dialihkan dan/atau dilimpahkan kepada orang
lain dengan hak substitusi, baik sebagian maupun seluruhnya dengan hak
untuk menarik kembali pelimpahan kuasa yang telah diberikan tersebut.
Demikian Surat Kuasa Khusus ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
…… (wilayah domisili kantor), ...(tanggal)...(bulan),...(tahun)
Pemberi Kuasa,
Penerima Kuasa, Ketua Komisi Pemilihan Umum,

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)

(dst. ….)

jdih.kpu.go.id
- 27 -

N. Contoh Laporan Akhir


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjelaskan mengenai kronologi dan/atau landasan hukum Penyelesaian
Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu yang sedang dihadapi
dan/atau ditangani.
B. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
Penyelesaian Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu yang
sedang dihadapi dan/atau ditangani.
C. Sistematika Laporan
Berisi format, susunan, dan urutan pembahasan dalam laporan
Penyelesaian Pelanggaran Administratif/Sengketa Proses Pemilu yang
sedang dihadapi dan/atau ditangani.

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Tahapan Persiapan
1. Tahapan/Kegiatan: (Nama Tahapan/Kegiatan)
Rincian Tanggal Anggaran yang
No Peserta Output
Kegiatan Kegiatan dibutuhkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2. Dst.

B. Tahapan Penyelenggaraan
1. Tahapan/Kegiatan: (Nama Tahapan/Kegiatan)
Rincian Tanggal Anggaran yang
No Peserta Output
Kegiatan Kegiatan dibutuhkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2. Dst.
Penjelasan pengisian kolom:
Kolom (1) : Diisi nomor urut.
Kolom (2) : Diisi dengan nama kegiatan yang dilaksanakan.
Kolom (3) : Diisi dengan tanggal kegiatan yang dilaksanakan.
Kolom (4) : Disi dengan jumlah anggaran yang digunakan pada pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Kolom (5) : Diisi dengan nama pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Kolom (6) : Diisi dengan hasil pelaksanaan kegiatan.

BAB III EVALUASI KEGIATAN


Memuat analisis mendalam antara perencanaan, realisasi kegiatan, hambatan, dan
alternatif solusi serta langkah pencegahan dalam Penyelesaian Pelanggaran
Administratif atau Sengketa Proses Pemilu. Bab ini juga dapat menjelaskan mengenai
inovasi (hal yang memudahkan) yang dilakukan dalam Penyelesaian Pelanggaran
Administratif atau Sengketa Proses Pemilu yang telah dilaksanakan, sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan bagi satuan kerja lainnya.

BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan yang merupakan hasil kegiatan Penyelesaian Pelanggaran
Administratif atau Sengketa Proses Pemilu yang sudah dilaksanakan. Selain
kesimpulan juga dapat disampaikan rekomendasi mengenai saran dan pendapat
hukum untuk menyempurnakan pengaturan berkenaan dengan Penyelesaian
Pelanggaran Administratif atau Sengketa Proses Pemilu tersebut.

jdih.kpu.go.id
jdih.kpu.go.id

Anda mungkin juga menyukai