Tugas Propsal Ustad
Tugas Propsal Ustad
JUDUL
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan Nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam GBHN Tahun 1993 “Pendidikan nasional bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas,
kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta
sehat jasmani dan rohani” (Sri Banun Muslim, 2008 : 7 ). Oleh karena itu mutu pendidikan
dibutuhkan tenaga pendidik yang professional, seperti yang tertera dalam UU RI No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidik merupakan tenaga professional
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan” sehingga tujuan yang terdapat dalam
Undang- Undang Dasar 1945 dan GBHN 1993 dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Dalam Undang- undang No. 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
diikuti oleh Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992, disempurnakan menjadi Peraturan
Pemerintah No. 39 Tahun 2000 Tentang Sistem Tenaga Kependidikan merupakan salah satu
38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kredit. Dalam SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 188 Tahun
1996 dengan tegas dinyatakan bahwa Pengawas Sekolah diangkat dari Kalangan Guru.
Berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang telah disebutkan diatas, maka dapat
difahami keberadaan Pengawas saat ini dan yang akan datang. Mengingat jabatan Pengawas
merupakan jabatan yang strategis, maka tidak sembarangan guru dapat menduduki jabatan
tersebut.
kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan. Penanggung jawab proses belajar mengajar didalam kelas adalah guru, karena
gurulah yang langsung memberikan bimbingan dan latihan kepada siswa. Dalam upaya
mencapai tujuan tersebut guru tentunya memiliki seperangkat yang kemampuan yang
professional. Oleh karena itu, profesionalisme guru sebagai tenaga kependidikan perlu
ditingkatkan agar mampu mengelola kelas dengan baik dan mampu memberikan bimbingan
Profesionalisme adalah “ide, aliran atau pendapat suatu profesi yang harus dilaksanakan
profesi guru berfungsi dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pekerjaan professional berbeda
dengan pekerjaan lain karena mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian kepada
Dalam buku Pendidikan Guru, Oemar Hamalik ( 2002 : 8 ) Guru adalah “suatu
jabatan professional yang memiliki peranan dan kompetensi professional”. Sedangkan dalam
UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini pada jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” ( Zainal Aqib,2009 : 23). Jadi guru
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang
dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus mampu mamikirkan dan membuat perencanaan
dengan seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya. Guru harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar,
bertindak sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan lingkungan belajar
mengajar yang kondusif dan efektif . Disamping itu juga guru dituntut agar mampu
mengorganisasikan kelas, menggunakan metode belajar yang berfariasi, maupun sikap dan
dalam istilah pendidikan disebut Pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang sangat berat, serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan
kemajuan sekolah keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka membantu dan
membantu para guru dengan memberikan bimbingan dan dukungan agar guru dapat
sebagai objek penelitian tentang “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Terhadap
Profesionalisme Guru”.
2.1. Menurut peneliti Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam sangat strategis dalam
meningkatkan kompetensi dan professional guru sehingga sangat menarik untuk diteliti dan
sepengetahuan penulis belum ada yang mempublikasikannya, dan kedepannya bisa dijadikan
rujukan untuk memperoleh informasi tentang peranan pengawas pendidikan agama Islam
2.2. Kurangnya minat masyarakat memasukkan putera puterinya ke lembaga pendidikan agama
karena sebagian masyarakat masih menganggap madrasah adalah alternatif terahir dalam
menyekolahkan putera puterinya karena menganggap mutu pendidikan agama masih dibawah
lembaga pendidikan umum, dari opini masyarakat tersebut peneliti merasa tergugah untuk
menelusuri tentang peranan pengawas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan mutu
pendidikan di madrasah.
3. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
3.1. Bagaimana peranan pengawas pendidikan agama Islam terhadap pembinaan profesionalisme
guru di MTs NW Samawa Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran
2010/2011 ?
3.4. Apa solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam pembinaan profesionalisme guru di
2010/2011?
4. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini sangat perlu menentukan tujuan, karena setiap pekerjaan yang
tidak ditentukan tujuannya tidak akan mencapai sasaran yang tepat dan jelas. Oleh karena itu
4.3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru
2010/2011.
5. Kegunaan Penelitian
Agama Islam Terhadap Profesionalisme Guru ini diharapkan untuk dapat diperoleh manfaat
5.1. Kegunaan Teoritis yaitu dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan informasi dalam upaya menambah dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan,
terutama sekali tentang peranan pengawas pendidikan agama Islam terhadap pembinaan
profesionalisme guru.
5.2. Kegunaan Praktis yaitu dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi
semua fihak yang bergelut di bidang pendidikan baik bagi pengawas maupun guru-guru di
MTs NW Samawa, dan di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat sebagai
ransangan agar ikut serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan
agama.
C. KAJIAN PUSTAKA
Banyak orang yang membicarakan tentang merosotnya mutu pendidikan akan tetapi
dilain fihak banyak pula yang menandaskan perlu dan pentingnya pembaharuan pendidikan
dan pengajaran, tetapi sedikit sekali yang membicarakan tentang konsep-konsep pemecahan
masalah dalam perbaikan pendidikan dan pengajaran. Guru-guru membutuhkan orang lain
melaksanakan proses belajar mengajar dan dalam menilai hasil belajar anak. Mereka juga
mengharapkan bantuan dalam hal memecahkan masalah jabatan maupun masalah pribadi.
Semua masalah ini membutuhkan bantuan pemecahan dari seseorang yang mempunyai
kelebihan. Orang yang berfungsi memberikan bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir
kearah suasana belajar mengajar yang lebih baik, orang yang dibutuhkan guru-guru dalam
menyelesaikan masalah ini adalah supervisor atau pengawas. “Pengawas adalah sekelompok
dalam Keputusan Menteri Agama No. 381 tahun 1999 Pengawas Pendidikan Agama adalah
“Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk pengawasan pendidikan
agama disekolah dan madrasah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi
teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar
Jadi Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah “Pegawai negeri sipil dari lingkungan
Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang penuh terhadap
madrasah dengan melakukan penilaian dan pembinaan dari segi tehnis pendidikan dan
administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah”
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat difahami bahwa tugas pokok pengawas
pendidikan agama Islam mencakup dua lembaga yang berbeda yaitu pengawasan di sekolah
Seperti yang dikutip Zainal Aqib dalam PP RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 39 Ayat 2 yang berbunyi: Kriteria minimal untuk menjadi
2.1. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan
yang diawasi,
Pengawas memiliki tugas dan tanggung jawab yang strategis dalam mengembangkan
formal ) yang memberikan supervisi akademik dan manajerial, bukan saja sebagai supervisor
pendidikan namun pengawas juga sebagai konselor dan motivator agar dapat menciptakan
suasana kondusif dalam proses belajar mengajar di sekolah, madrasah, dan pondok pesantren
serta meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan pimpinan
pondok pesantren serta para stafnya menuju terselenggaranya pendidikan yang bermutu.
Melihat pentingnya peranan pengawas tersebut, ibarat ujung tombak pengawas harus mampu
kependidikan kepada sekolah, madrasah dan pondok pesantren serta dengan kompetensi dan
professional yang dimiliki dapat mewarnai dan menciptakan iklim kondusif dalam
Kini tugas yang diamanatkan pemerintah kepada pengawas pendidikan agama islam
amatlah berat karena berkaitan dengan berbagai kebijakan baru pemerintah yang
kurikulum dengan segala aspeknya di sekolah dan madrasah, masalah peningkatan mutu
pendidikan yang harus terus dipacu bagi para penyelenggara pendidikan dengan dengan
segala bentuk pembinaannya juga masalah penanaman nilai-nilai akhlaq mulia terhadap
peserta didik melalui pembinaan agama yang semakin intensif berkaitan dengan pengaruh
arus globalisasi dengan segala dampak budaya negatifnya, serta masalah terciptanya
kerukunan umat beragama yang dimulai dari peserta didik agar mempunyai sikap solidaritas
yang tinggi sebagai implementasi nilai-nilai demokrasi seutuhnya yang sedang dibangun.
“Supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru dalam rangka meningkatkan
mutu, proses dan hasil pendidikan. Sedangkan supervisi manajerial adalah bantuan
profesional kepada kepala madrasah dan pimpinan pondok pesantren serta seluruh stafnya
dalam meningkatkan mutu pengelolaan penyelenggaraan pendidikan” ( Depag. RI, 2008 : 3 ).
Surya Darma dalam Jurnalnya ( 2008 : 3 ) bahwa dalam melaksanakan supervisi
1. Patner/mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan
di sekolah/madrasah binaannya,
sekolah/madrasah binaannya,
sekolah/madrasah.
hal:
1. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
3. Pomposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan yang diperlukan
6. Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam merefleksikan hasil-
hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas
pokoknya di sekolah/madrasah
dan
8. User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala sekolah dalam
1. Administrasi kurikulum,
2. Administrasi keuangan,
5. Administrasi kesiswaan,
pengawasan, pembinaan dan pengembangan serta pelaporan. Oleh sebab itu peran yang harus
dimainkan seorang pengawas pendidikan sekolah, madrasah dan pondok pesantren adalah
sebagai mitra guru dan kepala sekolah sekaligus sebagai pelopor, inovator, kolabolator,
Agar semua tugas dan peranan tersebut bisa dilaksanakan seperti yang diharapkan,
profesi dan pengembangan diri para pengawas tergabung dalam satu wadah kelompok kerja
yaitu Kelompok Kerja Pengawas ( Pokjawas ) bernaung pada kementrian Agama. Sekalipun
sudah tergabung dalam pokjawas masih banyak terjadi ketidak berdayaan dalam melakukan
berbagai aktivitas organisasi dan pembinaan peningkatan kompetensi dan profesi, sehingga
terjadi kelambanan bahkan ketertinggalan informasi dan komunikasi dan dinamisasi yang
pengembangan diri serta kiprah para pengawas pendidikan agama Islam, perlu adanya
perhatian dan pembinaan yang berkelanjutan dari pihak berwenang terhadap wadah
organisasi yang telah ada, seperti pokjawas yang ada disetiap Kantor Kementrian Agama
kabupaten maupun ditingkat provinsi agar dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas
pendidikan agama Islam dalam membina guru- guru agama Islam di sekolah, madrasah dan
manajerial” ( Zainal Aqib 2009 : 48 ). Oleh karena itu setiap pengawas wajib memiliki
Hal-hal pokok yang berkaitan dengan tehnis pendidikan adalah kurikulum, proses
belajar mengajar, evaluasi, keterpaduan pendidikan agama Islam dengan mata pelajaran lain.
3.2. Kurikulum
Kurikulum yang dimaksud dalam konteks ini adalah kurikulum yang berlaku secara
nasional saat ini. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berorientasi dan mengacu
pada taksonomi tujuan pendidikan,seperti yang dikemukakan oleh S. Bloom yang mencakup
“domain kognitif,domain psikomotorik dan domain apektif” ( prof. Dr. Piet A Sahertian,
2008 : 29 ). Pengawas Pendidikan Agama Islam harus menguasai kurikulum tersebut secara
rinci. Hal ini sangat penting, karena atas dasar kurikulum itulah para pengawas melakukan
pembinaan teknis edukatif, tanpa menguasai kurikulum akan sangat sulit dalam melakukan
Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah kegiatan interaksi dua arah antara guru
dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dikatakan belajar mengajar karena dalam interaksi tersebut terjadi pengaruh timbal balik,
artinya bukan hanya siswa yang belajar dari gurunya, tetapi guru juga banyak belajar dari
kegiatan tersebut. Dengan kata lain guru dan siswa merupakan dua komponen yang
menentukan dalam kegiatan belajar mengajar disamping komponen- komponen yang lain
tertanam nilai-nilai agamis dalam setiap gerak dan tindakannya. Pendekatan ini dapat
3.3.2. Pendekatan pembiasaan adalah pendekatan yang dilakukan dengan jalan memberikan
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan, baik yang bersifat berbentuk
gerakan maupun ucapan, seperti gerakan sholat maupun ucapan-ucapan kalimat yang dibaca
3.3.3. Pendekatan rasional adalah pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan rasio peserta
didik. Jalan yang ditempuh untuh mengasah rasio peserta didik antara lain dengan tanya
jawab, diskusi baik secara individual maupun kelompok. Pengembangan rasio ini
SWT, baik yang terdapat dalam alam semesta maupun dalam ayat-ayat Al- Qur’an.
3.3.4. Pendekatan emosional adalah pendekatan yang digunakan untuk menggugah perasaan/emosi
siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini
diharapkan perasaan keagamaan siswa bertambah kuat dan keyakinannya tentang keberadaan
3.3.5. Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang menekankan pada segi manfaatnya dalam
kehidupan siswa sesuai dengan perkembangan psikologis dan kemampuan berfikirnya, baik
3.3.6. Pendekatan keimanan adalah landasan dari semua pendekatan yang disubutkan diatas, artinya
semua pendekatan tersebut diarahkan pada penanaman dan peningkatan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT, baik yang berbentuk pengetahuan, keterampilan atau sikap
dalam kehidupan sehari-hari, karena hal inilah yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan
yang tepat akan turut menentukan efektifitan dan efisiensi pembelajaran. Mengingat situasi
dan kondisi sarana sekolah yang berbeda satu sama lain dan juga beragamnya kemampuan
guru-guru dalam mengajar, maka guru perlu memilih sendiri metode-metode mengajar yang
akan digunakan. “Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan
berikut :
2. Metode yang dipilih disesuaikan dengan sarana atau fasilitas yang ada
3. Metode yang dipilih dapat dikembangkan sesuai dengan perubahan yang diperkirakan
Pada dasarnya metode yang digunakan merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, oleh karena itu harus diusahakan agar penggunaan metode pembelajaran
disesuaikan dengan hal-hal yang disebutkan diatas dengan prinsip memberikan materi kepada
siswa semudah mungkin dan diusahakan pula agar materi yang diberikan dengan cara yang
Selain menggunakan metode pembelajaran yang tepat guru juga harus menggunakan
strategi yang tepat dalam mengajar, Oliva mengemukakan “strategi mengajar bisa
pelajaran atau menyebarkan poko-pokok pelajaran dalam proses pengajaran yang melibatkan
keaktifan guru dan siswa” ( Sri Banun , 2009 : 129 ). Jadi dalam kegiatan belajar mengajar
disamping menggunakan pendekatan dan metode yang tepat, guru juga diharapkan mampu
3.4. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, kerena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan
proses penetapan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian
didik.Penilaian terhadap aspek kognitif mencakup semua unsur pokok pendidikan agama
Islam, sedang untuk aspek apektif lebih ditekankan pada pokok akhlak dan keimanan dan
untuk aspek psikomotorik lebih ditekankan pada materi ibadah, khususnya cara wudlu’ dan
keterampilan dan sikap yang memadai. Kemampuan lain yang harus dikuasai oleh guru
sebagai evaluator adalah kemampuan dalm memahami tehnik evaluasi, baik tes maupun
nontes yang meliputi jenis masing-masing tehnik. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh
evaluator adalah perlunya melakukan penilaian secara adil agar penilaian tersebut bisa lebih
objektif.
dan evaluasi dapat dilakukan oleh pengawas dengan melakukan wawancara dengan kepala
sekolah, pengamatan kelas, observasi dokumen, diskusi dengan guru tentang masalah proses
yang tertera dalam Jurnal Direktur Tenaga Kependidikan Surya Darma ( 2008 : 4 ) adalah
1. Administrasi kurikulum,
2. Administrasi keuangan,
5. Administrasi kesiswaan,
administratif merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh pengawas, bila tidak
maka kehadiran pengawas tidak akan membwa pengaruh apapun dalam meningkatkan
profesionalisme guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
sekolah beserta seluruh stafnya agar dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan
tanggung jawabnya pengawas harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih unggul
baik,memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses
yang baik. Menurut M. Ngalim Purwanto ( 2005 : 85 ) “Disamping harus memiliki ilmu
menjalankan fungsinya dengan baik,seorang supervisor harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat
sepeti berikut :
4.1. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada dibawah
pengawasannya.
4.2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan
4.3. Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang tehnik-tehnik kepengawasan, terutama
human relation.
4.4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati.Berkemauan keras, rajin
5. Profesionalisme Guru
profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi
tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Jadi profesionalisme adalah
seseorang yang bekerja terampil dalam profesinya dan mampu mengembangkan profesi dan
keterampilannya sekalipun keterampilan tersebut merupakan produk dari minat belajar dan
pembiasaan.
Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang
sehari-hari menangani benda hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai
karakteristik yang masing-masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru menjadi lebih berat
mengalami stagnasi. Jadi jelaslah profesi guru harus didukung oleh ilmu atau teori yang
memberikan konsepsi yang teoritis ilmu pendidikan. Demikian juga untuk menjadi guru yang
profesional memerlukan waktu,pendidikan dan latihan yang lama, mulai dari pendidikan
dasar untuk taraf sarjana ditambah dengan pendidikan profesional. “Guru yang profesional
adalah mereka yang memiliki mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan
Syaefuddin Saud ( 2009 : 49 ) mengemukakan bahwa “Guru yang Profesional adalah guru
yang memiliki kompetensi ( pengetahuan, Keterampilan dan prilaku ) yang harus dimilki,
seseorang yang memiliki pengetahuan serta mampu mengembangkan profesinya sebagai guru
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan anak didik. Dengan demikian seorang
Sebelum menguraikan tentang tugas dan tanggung jawab seorang guru, terlabih
dahulu perlu untuk menguraikan siapa yang dimaksud dengan guru, Guru adalah:“suatu
jabatan professional yang memiliki peranan dan kompetensi professional”. Jadi guru
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang
Jadi guru adalah seseorang yang menyebabkan orang lain mengetahui atau mampu
melaksanakan sesuatu atau yang memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada orang
lain. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru bukan hanya memberikan ilmu
pengetahuan kepada murid-mudridnya didepan kelas saja tetapi guru merupakan tenaga
Mengenai pelaksanaan tugas selaku seorang guru harus didukung dengan perasaan
bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya, yaitu mempersiapkan masa depan bangsa,
walaupun banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya.
Guru dalam mengahadapi tantangan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, sudah
mengelola pelajaran dan meningkatkan wawasan dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi
yang setiap hari berkembang terus, hal ini diperlukan sekali dalam rangka peningkatan
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, maka ada beberapa pendapat para
ahli pendidikan mengenai tugas dan tanggung jawab seorang guru dan pendapat para ahli
tentang tugas dan tanggung jawab guru ternyata bervariasi tergantung kepada cara
memandang atau persepsi tentang tugas dan tanggung jawab guru.diantaranya yaitu :
3. Guru sebagai pengajar, pendidik dan juga agen pembaharuan dan pembangunan
masyarakat
4. Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik profesional dengan bidang keahlian
6. Bertindak atau memberikan pelayanan sebagai manusia sumber dalam daerah pelajaran
7. Mengembangkan file sumber kurikulum dalam daerah pelajaran tertentu dan mengajar
8. Memelihara hubungan dengan orang tua murid dan memberikan komentar atau laporan.
Dari beberapa pendapat para ahli pendidikan diatas mengenai tugas seorang guru
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa secara umum seorang guru itu bertugas mengajar
dan mendidik yang direalisasikan melalui perencanaan, proses pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
Perbedaan yang penulis lihat dari pendapat diatas yaitu bahwa pendapat pertama
menekankan pada kegiatan mengajar dan tentunya mengajar yang efektif. Dimana mengajar
yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa siswa belajar yang efektif pula. Mengajar
3. Mengelola kelas
Sedangkan pendapat yang kedua selain mengajar, mendidik dan melatih anak didik
guru professional juga berkewajiban memberikan contoh kepada timnya. Jadi tugas dan
tanggung jawab guru secara umum antara lain yaitu : mendidik, mengajar, membimbing,
Kompetensi professional diatas merupakan profil dan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang guru, kompetensi ini dikembangkan berdasarkan analisis tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh guru. Melalui pengembangan kompetensi profesi dan juga guru
dituntut agar menguasai akademis secara serasi dengan kemampuan mengajar. Hal ini perlu
karena seorang guru diharapkan mampu mengambil keputusan yang mengandung akademis
Dari beberapa uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab
seorang guru pada masa sekarang ini adalah sangat kompleks, karena disamping
tugas`mengajar juga melakukan tugas bimbingan maupun tugas administrasi yang merupakan
tugas dan tanggung jawab professional, oleh karenanya, seorang guru memerlukan dukungan
ilmu keguruan yang melandasi pelaksanaan operasional tugas dan tanggung jawabnya dimana
tugas keguruan bukanlah tugas yang dapat dilakukan secara amatir atau dengan cara trial dan
eror. Jadi seorang guru dituntut agar bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab secara
professional guna meningkatkan prestasi belajar siswa agar menjadi kader-kader bangsa yang
Ciri-ciri tersebut dapat digunakan sebagai kreteria atau tolak ukur keprofesioanalan
guru. Selanjutnya kreteria ini akan berfungsi ganda yaitu: untuk mengukur sejauh mana guru-
guru di Indonesia ini telah memenuhi kreteria professional dan untuk dijadikan titik tujuan
Menurut Robert W. Richey yang dikutip Arikunto ( Udin Syaefuddin Saud, 2009 :
15 ) mengemukakan bahwa cirri dan syarat suatu profesi antara lain yaitu:
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan
pribadi
2. Seorang pekerja professional, secara aktif memerlukan waktu ang panjang mempelajari
4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi,
8. Memandang profesi suatu karier hidup ( a live career ) dan menjadi seorang anggota yang
permanen.
4. Suatu profesi yang dikatakan telah memiliki otonomi kalau orang itu dapat mengatur
dirinya sendiri dan dapat mengontrol fungsinya sebagai orang bertanggung jawab secara ilmu
pengetahuan
dilakukan karena pengulangan-pengulangan atau pembiasaan. Lapangan kerja ini tidak dapat
2. Lapangan pekerjaan ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan member konsesi
3. Lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang lama, berupa
pendidikan dasar (basic education) untuk tarap sarjana ditambah dengan pendidikan
serta utuh dan mempribadi. Dengan demikian seorang guru/ pendidik yang professional
adalah seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang professional,
memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta di dalam mengkomunikasikan usaha
Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status seseorang di
dalam suatu organisasi.Peranan pengawas dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Suatu
tugas yang dilaksanakan memberi status dan fungsi pada seseorang. Dalam berfungsi
nampaknya bagi seorang pengawas terlihat jelas peranannya. Sesuai dengan pengertian dari
supervisi maka peranan pengawas ialah membantu dan memberi suport kepada guru-guru
dalam melaksanankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Peranan pengawas dalam
hal ini adalah menciptakan suasana yang bisa membuat guru-guru merasa aman dan bebas
dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab.
Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila seorang pengawas menganut faham
demokrasi. Kebanyakan guru-guru seolah-olah mengalami tanpa inisiatif dan daya kreatif
karena pengawas dalam berinteraksi dan interelasi human relation yang dikembangkan
guru-guru.
pengawasan )”.
sebagai supervisor adalah kegiatan melaksanakan supervisi yang meliputi supervisi akademik
pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru (perorangan atau kelompok) melalui
pendekatan dialog, bimbingan, nasihat dan konsultasi dalam nuansa kemitraan yang
profesional.
lain;supervisor/mensuparvisi,evaluator/menilai,counselor/menyuluh,motivator/memotifasi,
konsultan/menasehati.
Dilihat dari sifat kerjanya ada empat jenis peranan pengawas pendidikan yaitu
“Pengawasan yang bersifat korektif, Pengawasan yang bersifat preventif, Pengawasan yang
keseluruhan usaha. Bertolak dari pendirian ini, maka jelaslah bahwa pekerjaan seorang
pengawas yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan akan mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tujuan. Kesalahan-kesalahan dalam setiap pekerjaan sering kali terjadi
contohnya seperti salah ucapan, keliru berbicara, salah dalam penggunaan istilah. Sebagai
pengawas perlu menyadari bahwa mencari kesalahan orang lain sangat bertentangan dengan
tujuan pengawasan. Perbuatan ini akan menimbulkan akibat ketidak puasan kedua belah
pihak baik guru maupun pengawas itu sendiri. Selain itu guru tidak akan berubah dan
berkembang akan tetapi akan timbul sikap yang menentang atau acuh tak acuh.
menempatkan setiap persoalan dan kekurangan pada tempatnya dalam seluruh proses
pendidikan dan pengajaran. Apabila persoalan persoalan itu sangat penting dan butuh
perhatian dan penanganan dari pengawas maka pengawas berkewajiban membantu dan
menyusun dan merencanakan tata kerja yang konstruktif menuju kearah peningkatan
Dalam hal ini pengawas berperan guru-guru pada persoalan yang mungkin akan
dihadapi pada masa yang akan datang. Ini bertujuan untuk menekan sekecil mungkin efek-
efek yang mungkin terjadi dan sekaligus membantu guru-guru untuk mempersiapkan diri bila
pandangan kemasa depan, ia dapat menyusun rencana kerja yang sitematis dan dapat
dilibatkan.
Pengawasan yang besifat preventif ini akan membantu guru dalam menjaga loyalitas
dan membantu guru meningkatkan profesionalime sebab guru akan merasa pengawas telah
merasa siapmenghadapi situasi baru dan opti,is dalam melihat masa depan bahwa tugas yang
juga bukan hanya usaha perbaikan. Lebih baik pengawasan diarahkan kepada tugas-tugas
yang bersifat konstruktif. Pengawasan yang bersifat konstruktif pada hakekatnya erat sekali
bagi pengawas adalah ia sendiri meninjau masalah dari segi pendidikan. Baik pengawas
maupun guru-guru wajib memandang masa depan lebih banyak dari masa lampau. Prosedur
kesalahan. Tidak ada guru yang tidak mempunyai kesalahan. Dari kesalahan-kesalahan inilah
problema. Dengan banyaknya problema-problema yang dihadapi memberikan kreasi baru dan
pengawas dalam hal ini harus melihatnya dari segi konstruktif. Guru-guru lebih senang dan
lebih giat bekerja dalam situasi perkembangan yang sehat daripada mereka menderita
kelumpuhan paedagogis.
konstruktif hanya terletak dalam aksentuasinya yaitu kebebasan yang lebih besar. Kebebasan
menghasilkan suatu ide. Pada pengawasan kreatif lebih ditekankan pada kebebasan agar
guru-guru dengan kemampuanya berpikirnya dapat mencapai hasil dengan lebih efektif.
dikutip (Sahertian, 1991: 37) bahwa tujuan utama dari semua supervisi dalam kelas ialah
“memberi kebebasan guru-guru, kebebasan terhadap prosedur-prosedur yang pasti dan kaku,
perintah-perintah yang terten sejauh mungkin agar guru-guru menjadi seorang yang kritis dan
kreatif. Pendek kata guru-guru diberi kebebasan dalam batas-batas keterikatan untuk
mengembangkan daya kreasi dan daya karya, sehingga tugas pengawasan hanya memberi
rangsangan untuk menimbulkan daya kreatif guru-guru. Namun demikian selalu dipelihara
kerjasama yang erat dan harmonis maka kerjasama di dalam melaksanakan tugas harus selalu
dipupuk.
D. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
penulis pilih agar dapat memperoleh keterangan-keterangan yang detil dan mendalam
prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif,berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller ( 1986 : 9 )
penelitian Kualitatif adalah Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya”( Lexi Maleong,
1997 : 3).
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan
1.2. Untuk memudahkan perhatian penulis pada masalah-masalah yang akan diteliti.
1.3. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulis akan lebih kreatif dalam mengumpulkan
data dan informasi di lapangan karena dapat memanfaatkan nalar dalam memecahkan
masalah yang dihadapi,disamping itu juga dapat mengembangkan hasil penelitian yang
2. Kehadiran Peneliti
karena peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci dan sukaligus sebagai pengumpul data
utama. Hal ini dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan tanpa
persiapan terlebih dahulu maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian
terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusia yang dapat
berhubungan dengan responden atau obyek utama, dan hanya manusialah yang mampu
Didalam pengumpulan data , peneliti melibatkan diri dalam kehidupan subyek yang
diteliti dan harus berusaha menciptakan hubungan akrab dengan subyek yang diteliti,agar
data yang diperoleh betul-betul valid. Kehadiran peneliti di tempat penelitian harus terbuka
dan menjelaskan maksud penelitian yang dilakukannya kepada subyek yang diteliti, sehingga
peneliti dapat lebih bebas bertindak untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa sebelum memulai penelitian terlebih dahulu
peneliti harus meminta izin penelitian kepada lembaga yang berwenang , sehingga penelitian
3. Sumber Data
Karena dalam penelitian ini bersifat kualitatif , sumber datanya bersifat purposive
sampling dimana sampling diambil bukan dari populasi melainkan sesuai dengan tujuan
penelitian. Dalam sampel purposive peneliti cenderung memilih respondens yang dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data serta mengetahui masalah secara mendalam. Dengan
demikian penetapan responden bukan ditentukan oleh pemikiran bahwa refresentatif terhadap
Adapun yang menjadi responden adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam, Kepala
langsung. Dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk
instrument pengamatan.
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman
Metode observasi ini peneliti gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan
fenomena sosial di lingkungan MTs NW Samawa. Dalam hal ini peneliti mengamati proses
peneliti gunakan adalah observasi partisipatif dimana peneliti melibatkan diri dan berbaur dan
Arikunto, 2006 : 155 ). Interviu ini digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.
mengetahui dan memahami tentang serta bagaimana peranan Pengawas Pendidikan Agama
Islam dalam membina profesionalisme guru di MTs NW Samawa. Adapun yang akan di
wawancara adalah :
Adapun hal-hal yang perlu diwawancarai adalah berkaitan dengan Peranan Pengawas
dapat memberikan keterangan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan seperti program
Samawa, seperti persiapan mengajar guru dan catatan-catatan lain yang terkait dengan
“Menurut Patton ( 1980:268) Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan suatuan uraian dasar”( Lexy J.
Maleong, 1991:103).
Setelah data itu semua terkumpul maka data tersebut dianalisis diolah, dalam hal ini
5.1. Metode Induksi yaitu cara menganilisis data dengan mengambil kesimpulan dari
5.2. Metode deduksi yaitu suatu cara menganalisis data dengan mengambil atau menarik
6. Keabsahan Data
Tujuan dari kredibilitas data ini adalah membuktikan apa yang diamati peneliti sesuai
dengan kenyataan yang terdapat didalamnya, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang
Kemudian dalam menganalisis data tersebut berangkat dari sesuatu yang bersifat
khusus menuju penjelasan yang bersifat umum. Dalam arti lain menganalisisa data yang
terkumpul peneliti dengan menggunakan data yang diperoleh dari observasi dan kemudian
tringulasi, pembahasan dengan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negativ, dan
pengecekan anggota”.
Dari tujuh tehnik yang dikedepankan oleh Meleong tersebut di atas, penulis hanya
akan menggunakan empat cara, hal ini disebabkan dengan fokus dan tujuan penelitian yaitu
7. Sistematika Pembahasan
3. Rumusan masalah
4. Tujuan penelitian
5. Kegunaan penelitian
Bab II, membahas tentang pandangan teori atau kajian pustaka yang terdiri dari:
1. Desain Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Sumber Data
4. Tehnik Pengumpulan Data
5. Tehnik analisis data
6. Keabsahan data
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, 1996.Jakarta : Dirjen Pendidikan tinggi
Depdikbud. Rineka Cipta,
Rohani Ahmad, Drs., Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, 1995,Jakarta : Rineka Cipta
Soekamto dan Winataputra, Teori Belajar dan Metode – Metode Pembelajaran 1997.
Jakarta :Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan dan Kebudayaan ,
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 2005, Bandung : Remaja Rosdakarya,