Anda di halaman 1dari 34

A.

JUDUL

PERANAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


TERHADAP PROFESIONALISME GURU DI MTs NW SAMAWA
KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA TAHUN PELAJARAN
2010/2011

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan Nasional adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam GBHN Tahun 1993 “Pendidikan nasional bertujuan

untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas,

kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta

sehat jasmani dan rohani” (Sri Banun Muslim, 2008 : 7 ). Oleh karena itu mutu pendidikan

Nasional perlu ditingkatkan. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas tentunya

dibutuhkan tenaga pendidik yang professional, seperti yang tertera dalam UU RI No. 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidik merupakan tenaga professional

yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan” sehingga tujuan yang terdapat dalam

Undang- Undang Dasar 1945 dan GBHN 1993 dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.

Dalam Undang- undang No. 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

diikuti oleh Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992, disempurnakan menjadi Peraturan

Pemerintah No. 39 Tahun 2000 Tentang Sistem Tenaga Kependidikan merupakan salah satu

landasan konstitusional bagi pengembangan Pengawasan Pendidikan Agama. Disamping

peraturan tersebut, dikeluarkan peraturan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


dengan Kepala Badan Administrasi Keuangan No. 118 Tahun 1996 No. 0322/0/1996 dan No.

38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan

Angka Kredit. Dalam SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 188 Tahun

1996 dengan tegas dinyatakan bahwa Pengawas Sekolah diangkat dari Kalangan Guru.

Berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang telah disebutkan diatas, maka dapat

difahami keberadaan Pengawas saat ini dan yang akan datang. Mengingat jabatan Pengawas

merupakan jabatan yang strategis, maka tidak sembarangan guru dapat menduduki jabatan

tersebut.

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan

kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk mewujudkan tercapainya tujuan

pendidikan. Penanggung jawab proses belajar mengajar didalam kelas adalah guru, karena

gurulah yang langsung memberikan bimbingan dan latihan kepada siswa. Dalam upaya

mencapai tujuan tersebut guru tentunya memiliki seperangkat yang kemampuan yang

dipersiapkan melalui program kependidikan sehingga mampu menjadi guru yang

professional. Oleh karena itu, profesionalisme guru sebagai tenaga kependidikan perlu

ditingkatkan agar mampu mengelola kelas dengan baik dan mampu memberikan bimbingan

dan latihan kepada siswa agar tercapai tujuan pendidikan tersebut.

Dalam Jurnal Al- Marhalah Menjadi Guru Yang Profesional,Tumadi,( 2008 : 3 )

Profesionalisme adalah “ide, aliran atau pendapat suatu profesi yang harus dilaksanakan

dengan professional dengan mengacu kepada norma-norma profesionalisme”. Dalam

pengertian profesionalisme tersirat adanya suatu keharusan memiliki kemampuan agar

profesi guru berfungsi dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pekerjaan professional berbeda

dengan pekerjaan lain karena mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian kepada

masyarakat. Kemampuan untuk mengembangkan dan mendemonstrasikan prilaku bukan


sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu melainkan penggabungan dan

aplikasi suatu keterampilan.

Dalam buku Pendidikan Guru, Oemar Hamalik ( 2002 : 8 ) Guru adalah “suatu

jabatan professional yang memiliki peranan dan kompetensi professional”. Sedangkan dalam

UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah

“Pendidik professional yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini pada jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” ( Zainal Aqib,2009 : 23). Jadi guru

memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang

dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus mampu mamikirkan dan membuat perencanaan

dengan seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas

mengajarnya. Guru harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar,

bertindak sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan lingkungan belajar

mengajar yang kondusif dan efektif . Disamping itu juga guru dituntut agar mampu

mengorganisasikan kelas, menggunakan metode belajar yang berfariasi, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

Dalam meningkatkan profesionalisme, guru dapat dibimbing oleh supervisor yang

dalam istilah pendidikan disebut Pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab

yang sangat berat, serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan

kemajuan sekolah keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka membantu dan

membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas pembelajaran guru mata

pelajaran, khususnya mata pelajaran agama Islam di lingkungan sekolah-sekolah yang

bernaung pada Kementerian Agama. Dalam melaksanakan tugasnya pengawas berkewajiban

membantu para guru dengan memberikan bimbingan dan dukungan agar guru dapat

melaksanakan tugasnya, baik sebagai pendidik maupun pengajar.


Berangkat dari latar belakang diatas peneliti tertarik menjadikan MTs NW Samawa

sebagai objek penelitian tentang “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Terhadap

Profesionalisme Guru”.

2.Alasan Memilih Judul

Adapun alasan penulis mengangkat judul tersebut adalah sebagai berikut:

2.1. Menurut peneliti Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam sangat strategis dalam

meningkatkan kompetensi dan professional guru sehingga sangat menarik untuk diteliti dan

sepengetahuan penulis belum ada yang mempublikasikannya, dan kedepannya bisa dijadikan

rujukan untuk memperoleh informasi tentang peranan pengawas pendidikan agama Islam

terhadap profesionalisme guru.

2.2. Kurangnya minat masyarakat memasukkan putera puterinya ke lembaga pendidikan agama

karena sebagian masyarakat masih menganggap madrasah adalah alternatif terahir dalam

menyekolahkan putera puterinya karena menganggap mutu pendidikan agama masih dibawah

lembaga pendidikan umum, dari opini masyarakat tersebut peneliti merasa tergugah untuk

menelusuri tentang peranan pengawas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan mutu

pendidikan di madrasah.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

3.1. Bagaimana peranan pengawas pendidikan agama Islam terhadap pembinaan profesionalisme

guru di MTs NW Samawa Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran

2010/2011 ?

3.2. Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan profesionalisme guru di MTs NW Samawa Kecamatan

Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011 ?


3.3. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaan profesionalisme guru di MTs NW

Samawa Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011 ?

3.4. Apa solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam pembinaan profesionalisme guru di

MTs NW Samawa Kecamata Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran

2010/2011?

4. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini sangat perlu menentukan tujuan, karena setiap pekerjaan yang

tidak ditentukan tujuannya tidak akan mencapai sasaran yang tepat dan jelas. Oleh karena itu

penelitian ini bertujuan untuk :

4.1. Mengetahui peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam terhadap pembinaan

profesionalisme guru di MTs NW Samawa Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa

Tahun Pelajaran 2010/2011.

4.2. Mengetahui bentuk-bentuk pembinaan profesionalisme guru di MTs NW Samawa

Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2010/2011.

4.3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru

di MTs NW Samawa Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran

2010/2011.

5. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang dapat diperoleh mengenai Peranan Pengawas Pendidikan

Agama Islam Terhadap Profesionalisme Guru ini diharapkan untuk dapat diperoleh manfaat

secara teoritis maupun praktis yaitu:

5.1. Kegunaan Teoritis yaitu dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan informasi dalam upaya menambah dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan,
terutama sekali tentang peranan pengawas pendidikan agama Islam terhadap pembinaan

profesionalisme guru.

5.2. Kegunaan Praktis yaitu dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi

semua fihak yang bergelut di bidang pendidikan baik bagi pengawas maupun guru-guru di

MTs NW Samawa, dan di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat sebagai

ransangan agar ikut serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan

agama.

C. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Pengawas Pendidikan Agama Islam

Banyak orang yang membicarakan tentang merosotnya mutu pendidikan akan tetapi

dilain fihak banyak pula yang menandaskan perlu dan pentingnya pembaharuan pendidikan

dan pengajaran, tetapi sedikit sekali yang membicarakan tentang konsep-konsep pemecahan

masalah dalam perbaikan pendidikan dan pengajaran. Guru-guru membutuhkan orang lain

yang membantu dalam menjalankan kewajibannya. Mereka membutuhkan pengalaman dalam

melaksanakan proses belajar mengajar dan dalam menilai hasil belajar anak. Mereka juga

mengharapkan bantuan dalam hal memecahkan masalah jabatan maupun masalah pribadi.

Semua masalah ini membutuhkan bantuan pemecahan dari seseorang yang mempunyai

kelebihan. Orang yang berfungsi memberikan bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir

kearah suasana belajar mengajar yang lebih baik, orang yang dibutuhkan guru-guru dalam

menyelesaikan masalah ini adalah supervisor atau pengawas. “Pengawas adalah sekelompok

jabatan fungsional yang bertugas memonitoring, membimbing dan membina kehidupan

lembaga persekolahan” (. Nadjamuddin S. Baropo, 2009 : 11 ). Sebagaimana yang tertuang

dalam Keputusan Menteri Agama No. 381 tahun 1999 Pengawas Pendidikan Agama adalah

“Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab

dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk pengawasan pendidikan
agama disekolah dan madrasah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi

teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar

dan menengah”( Depag. RI, 2008:1 ).

Jadi Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah “Pegawai negeri sipil dari lingkungan

Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang penuh terhadap

pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan di

madrasah dengan melakukan penilaian dan pembinaan dari segi tehnis pendidikan dan

administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah”

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat difahami bahwa tugas pokok pengawas

pendidikan agama Islam mencakup dua lembaga yang berbeda yaitu pengawasan di sekolah

umum dan pengawasan di madrasah.

2. Kriteria Menjadi Pengawas

Seperti yang dikutip Zainal Aqib dalam PP RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, Pasal 39 Ayat 2 yang berbunyi: Kriteria minimal untuk menjadi

pengawas satuan pendidikan meliputi:

2.1. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-

kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan

yang diawasi,

2.2. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan,

2.3. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.

3. Tugas dan Tanggung jawab Pengawas Pendidikan Agama Islam

Pengawas memiliki tugas dan tanggung jawab yang strategis dalam mengembangkan

pendidikan dan pengajaran. Perananan pengawas dalam melaksannakan tugas-tugas


kependidikan dan pembelajaran di sekolah, madrasah, dan pondok pesantren ( formal dan non

formal ) yang memberikan supervisi akademik dan manajerial, bukan saja sebagai supervisor

pendidikan namun pengawas juga sebagai konselor dan motivator agar dapat menciptakan

suasana kondusif dalam proses belajar mengajar di sekolah, madrasah, dan pondok pesantren

serta meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan pimpinan

pondok pesantren serta para stafnya menuju terselenggaranya pendidikan yang bermutu.

Melihat pentingnya peranan pengawas tersebut, ibarat ujung tombak pengawas harus mampu

menghujamkan mata tombak sebagai perantara berbagai kebijakan pemerintah tentang

kependidikan kepada sekolah, madrasah dan pondok pesantren serta dengan kompetensi dan

professional yang dimiliki dapat mewarnai dan menciptakan iklim kondusif dalam

pembelajaran dan kemapanan satuan pendidikan.

Kini tugas yang diamanatkan pemerintah kepada pengawas pendidikan agama islam

amatlah berat karena berkaitan dengan berbagai kebijakan baru pemerintah yang

berhubungan dengan masalah-masalah kependidikan dan pengajaran untuk menerapkan

kurikulum dengan segala aspeknya di sekolah dan madrasah, masalah peningkatan mutu

pendidikan yang harus terus dipacu bagi para penyelenggara pendidikan dengan dengan

segala bentuk pembinaannya juga masalah penanaman nilai-nilai akhlaq mulia terhadap

peserta didik melalui pembinaan agama yang semakin intensif berkaitan dengan pengaruh

arus globalisasi dengan segala dampak budaya negatifnya, serta masalah terciptanya

kerukunan umat beragama yang dimulai dari peserta didik agar mempunyai sikap solidaritas

yang tinggi sebagai implementasi nilai-nilai demokrasi seutuhnya yang sedang dibangun.

Pengawas pendidikan agama Islam melaksanakan fungsi supervisi pendidikan baik

supervisi akademik maupun supervisi manajerial.

“Supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru dalam rangka meningkatkan
mutu, proses dan hasil pendidikan. Sedangkan supervisi manajerial adalah bantuan
profesional kepada kepala madrasah dan pimpinan pondok pesantren serta seluruh stafnya
dalam meningkatkan mutu pengelolaan penyelenggaraan pendidikan” ( Depag. RI, 2008 : 3 ).
Surya Darma dalam Jurnalnya ( 2008 : 3 ) bahwa dalam melaksanakan supervisi

akademik, pengawas sekolah/madrasah hendaknya memiliki peranan khusus sebagai:

1. Patner/mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan

di sekolah/madrasah binaannya,

2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di

sekolah/madrasah binaannya,

3. Konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah binaannya,

4. Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah/madrasah, dan

5. Motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di

sekolah/madrasah.

Sasaransupervisi akademik yang dilakukan pengawas yaitu membantu guru dalam

hal:

1. Merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan,


2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan,
3. Menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan,
4. Memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran/bimbingan,
5. Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik,
6. Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
7. Memberikan bimbingan belajar pada peserta didik,
8. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
9. Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan atau
bimbingan,
10. Memanfaatkan sumber-sumber belajar,
11. Mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik,
model,pendekatan dan sebagainya) yang tepat dan berdaya guna.
Sedangkan dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah

memiliki peranan khusus sebagai:

1. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah;


2. Programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi,tujuan, dan

program pendidikan di sekolah/madrasah;

3. Pomposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan yang diperlukan

untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di sekolah/madrasah;

4. Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan

program pengawasan berikutnya di sekolah/madrasah;

5. Builder yaitu: membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen) dan

administrasi sekolah/madrasah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di

sekolah/madrasah dan membina guru dan kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan

bimbingan konseling di sekolah/madrasah;

6. Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam merefleksikan hasil-

hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas

pokoknya di sekolah/madrasah

7. Observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah/madrasah;

dan

8. User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala sekolah dalam

menyiapkan akreditasi sekolah.

Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah/madrasah dan tenaga

kependidikan di sekolah di bidang administrasi sekolah/madrasah yang meliputi:

1. Administrasi kurikulum,

2. Administrasi keuangan,

3. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan,

4. Administrasi tenaga kependidikan,

5. Administrasi kesiswaan,

6. Administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat


7. Administrasi persuratan dan pengarsipan.

Kegiatan yang dilaksanakan pengawas baik pada supervisi akademik maupun

supervisi manajerial adalah melakukan pemantauan/monitoring, penilaian, penilaian,

pengawasan, pembinaan dan pengembangan serta pelaporan. Oleh sebab itu peran yang harus

dimainkan seorang pengawas pendidikan sekolah, madrasah dan pondok pesantren adalah

sebagai mitra guru dan kepala sekolah sekaligus sebagai pelopor, inovator, kolabolator,

motivator, penilai, pembimbing, peneliti dan konsultan pendidikan.

Agar semua tugas dan peranan tersebut bisa dilaksanakan seperti yang diharapkan,

maka pengawas perlu meningkatkan pengembangan dirinya. Dalam upaya meningkatkan

profesi dan pengembangan diri para pengawas tergabung dalam satu wadah kelompok kerja

yaitu Kelompok Kerja Pengawas ( Pokjawas ) bernaung pada kementrian Agama. Sekalipun

sudah tergabung dalam pokjawas masih banyak terjadi ketidak berdayaan dalam melakukan

berbagai aktivitas organisasi dan pembinaan peningkatan kompetensi dan profesi, sehingga

terjadi kelambanan bahkan ketertinggalan informasi dan komunikasi dan dinamisasi yang

berkaitan dengan kebijakan- kebijakan baru tentang pendidikan dan pengajaran di

sekolah,Madrasah dan pondok pesantren. Untuk mengoptimalkan tugas dan peranan,

pengembangan diri serta kiprah para pengawas pendidikan agama Islam, perlu adanya

perhatian dan pembinaan yang berkelanjutan dari pihak berwenang terhadap wadah

organisasi yang telah ada, seperti pokjawas yang ada disetiap Kantor Kementrian Agama

kabupaten maupun ditingkat provinsi agar dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas

pendidikan agama Islam dalam membina guru- guru agama Islam di sekolah, madrasah dan

pondok pesantren sehingga tercapainya mutu pendidikan yang lebih baik.

Tugas pengawas adalah “melaksanakan pengawasan Akademik dan pengawasan

manajerial” ( Zainal Aqib 2009 : 48 ). Oleh karena itu setiap pengawas wajib memiliki

kemampuan yang professional dalam dua bidang tersebut.


3.1. Bidang Tehnis Pendidikan

Hal-hal pokok yang berkaitan dengan tehnis pendidikan adalah kurikulum, proses

belajar mengajar, evaluasi, keterpaduan pendidikan agama Islam dengan mata pelajaran lain.

3.2. Kurikulum

Kurikulum yang dimaksud dalam konteks ini adalah kurikulum yang berlaku secara

nasional saat ini. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berorientasi dan mengacu

pada taksonomi tujuan pendidikan,seperti yang dikemukakan oleh S. Bloom yang mencakup

“domain kognitif,domain psikomotorik dan domain apektif” ( prof. Dr. Piet A Sahertian,

2008 : 29 ). Pengawas Pendidikan Agama Islam harus menguasai kurikulum tersebut secara

rinci. Hal ini sangat penting, karena atas dasar kurikulum itulah para pengawas melakukan

pembinaan teknis edukatif, tanpa menguasai kurikulum akan sangat sulit dalam melakukan

pembinaan kepada guru.

3.3. Proses Belajar Mengajar

Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah kegiatan interaksi dua arah antara guru

dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dikatakan belajar mengajar karena dalam interaksi tersebut terjadi pengaruh timbal balik,

artinya bukan hanya siswa yang belajar dari gurunya, tetapi guru juga banyak belajar dari

kegiatan tersebut. Dengan kata lain guru dan siswa merupakan dua komponen yang

menentukan dalam kegiatan belajar mengajar disamping komponen- komponen yang lain

seperti materi, metode dan tujuan.

Pendidikan agama Islam menggunakan berbagai macam pendekatan, antara lain

pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan rasonal, pendekatan emosional

dan pendekatan keimanan.


3.3.1. Pendekatan Pengalaman adalah yang dilakukan dengan cara pemberian pengalaman

keagamaan kepada siswa untuk mengalami sendiri berbagai kegiatan keagamaan,sehingga

tertanam nilai-nilai agamis dalam setiap gerak dan tindakannya. Pendekatan ini dapat

diberikan secara sendiri-sendiri maupun kelompok.

3.3.2. Pendekatan pembiasaan adalah pendekatan yang dilakukan dengan jalan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan atau memperlihatkan kemampuannya dalm

melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan, baik yang bersifat berbentuk

gerakan maupun ucapan, seperti gerakan sholat maupun ucapan-ucapan kalimat yang dibaca

dalam gerakan sholat.

3.3.3. Pendekatan rasional adalah pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan rasio peserta

didik. Jalan yang ditempuh untuh mengasah rasio peserta didik antara lain dengan tanya

jawab, diskusi baik secara individual maupun kelompok. Pengembangan rasio ini

dimaksudkan rasio yang berkaitan dengan ayat-ayat ( tanda-tanda ) kebesaran Allah

SWT, baik yang terdapat dalam alam semesta maupun dalam ayat-ayat Al- Qur’an.

3.3.4. Pendekatan emosional adalah pendekatan yang digunakan untuk menggugah perasaan/emosi

siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini

diharapkan perasaan keagamaan siswa bertambah kuat dan keyakinannya tentang keberadaan

agama Allah semakin mantap.

3.3.5. Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang menekankan pada segi manfaatnya dalam

kehidupan siswa sesuai dengan perkembangan psikologis dan kemampuan berfikirnya, baik

kemampuan kognitif, apektif maupun kemampuan psimotorik.

3.3.6. Pendekatan keimanan adalah landasan dari semua pendekatan yang disubutkan diatas, artinya

semua pendekatan tersebut diarahkan pada penanaman dan peningkatan keimanan dan

ketaqwaan kepada Allah SWT, baik yang berbentuk pengetahuan, keterampilan atau sikap
dalam kehidupan sehari-hari, karena hal inilah yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan

dan pengajaran di sekolah-sekolah.

Disamping memperhatikan masalah pendekatan, guru juga harus memperhatikan

metodologi pengajaran yang akan digunakankarena dengan penggunaan metode pengajaran

yang tepat akan turut menentukan efektifitan dan efisiensi pembelajaran. Mengingat situasi

dan kondisi sarana sekolah yang berbeda satu sama lain dan juga beragamnya kemampuan

guru-guru dalam mengajar, maka guru perlu memilih sendiri metode-metode mengajar yang

akan digunakan. “Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan

aktivitas dan kreativitas peseta didik” ( E. Mulyasa, 2010 : 107 ).

Jadi dalam memilih metode pembelajaran hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Metode yang dipilih disesuaikan dengan tujuan dan materi

2. Metode yang dipilih disesuaikan dengan sarana atau fasilitas yang ada

3. Metode yang dipilih dapat dikembangkan sesuai dengan perubahan yang diperkirakan

4. Metode yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan guru

5. Metode yang dipilih harus mampu mendorong siswa aktif

Pada dasarnya metode yang digunakan merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran, oleh karena itu harus diusahakan agar penggunaan metode pembelajaran

disesuaikan dengan hal-hal yang disebutkan diatas dengan prinsip memberikan materi kepada

siswa semudah mungkin dan diusahakan pula agar materi yang diberikan dengan cara yang

menyenangkan dan menarik minat belajar peserta didik.

Selain menggunakan metode pembelajaran yang tepat guru juga harus menggunakan

strategi yang tepat dalam mengajar, Oliva mengemukakan “strategi mengajar bisa

didefinisikan sebagai prosedur atau perangkat prosedur untuk menyampaikan sumber

pelajaran atau menyebarkan poko-pokok pelajaran dalam proses pengajaran yang melibatkan
keaktifan guru dan siswa” ( Sri Banun , 2009 : 129 ). Jadi dalam kegiatan belajar mengajar

disamping menggunakan pendekatan dan metode yang tepat, guru juga diharapkan mampu

menerapkan strategi yang tepat.

3.4. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, kerena

melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti

apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan

setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan

proses penetapan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran dalam aspek kognitif,apektif maupun psikomotorik oleh peserta

didik.Penilaian terhadap aspek kognitif mencakup semua unsur pokok pendidikan agama

Islam, sedang untuk aspek apektif lebih ditekankan pada pokok akhlak dan keimanan dan

untuk aspek psikomotorik lebih ditekankan pada materi ibadah, khususnya cara wudlu’ dan

sholat yang benar serta membaca Al- Qur’an.

Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang memadai. Kemampuan lain yang harus dikuasai oleh guru

sebagai evaluator adalah kemampuan dalm memahami tehnik evaluasi, baik tes maupun

nontes yang meliputi jenis masing-masing tehnik. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh

evaluator adalah perlunya melakukan penilaian secara adil agar penilaian tersebut bisa lebih

objektif.

Kegiatan pengawasan edukatif yang mencakup kurikulum, proses belajar mengajar

dan evaluasi dapat dilakukan oleh pengawas dengan melakukan wawancara dengan kepala

sekolah, pengamatan kelas, observasi dokumen, diskusi dengan guru tentang masalah proses

belajar mengajar dan evaluasi dalam rangka pembinaan.

3.5. Bidang Tehnis Administratif


Hal pokok yang menjadi tugas pengawas yang berkaitan dengan tehnis administratif

yang tertera dalam Jurnal Direktur Tenaga Kependidikan Surya Darma ( 2008 : 4 ) adalah

untuk membantu kepala sekolah/madrasah dan tenaga kependidikan di sekolah di bidang

administrasi sekolah/madrasah yang meliputi:

1. Administrasi kurikulum,

2. Administrasi keuangan,

3. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan,

4. Administrasi tenaga kependidikan,

5. Administrasi kesiswaan,

6. Administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat

7. Administrasi persuratan dan pengarsipan.

Dalam melaksanakan tugas ini pengawas harus mempunyai tehnik-tehnik yang

efektif,Kemampuan profesional pengawas dalam bidang tehnis edukatif dan tehnis

administratif merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh pengawas, bila tidak

maka kehadiran pengawas tidak akan membwa pengaruh apapun dalam meningkatkan

profesionalisme guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Jadi secara garis besarnya tugas pokok seorang pengawas yaitu:

1. Melaksanakan pengawasan akademik yaitu pembinaan terhadap guru agar dapat

meningkatkan mutu proses pembelajaran, pembinaan dan hasil belajar siswa.

2. Melaksanakan pengawasan manajerial dengan memberikan pembinaan kepada kepala

sekolah beserta seluruh stafnya agar dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan

pada sekolah yang dibinanya.

Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan seorang pengawas yaitu:

1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan

2. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah yang dibinanya


3. Pengawas harus meningkatkan kemampuannya karena untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya pengawas harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih unggul

dari guru dan kepala sekolah yang dibinanya.

4. Ciri-ciri Pengawas Yang Baik

Seorang pengawas/supervisor yang baik, hendaknya memiliki pribadi guru yang

baik,memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses

pendidikan, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relition

yang baik. Menurut M. Ngalim Purwanto ( 2005 : 85 ) “Disamping harus memiliki ilmu

administrasi dan memahami fungsi-fungsi admnistrasi dengan sebaik-baiknya untuk

menjalankan fungsinya dengan baik,seorang supervisor harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat

sepeti berikut :

4.1. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada dibawah

pengawasannya.

4.2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan

dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.

4.3. Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang tehnik-tehnik kepengawasan, terutama

human relation.

4.4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati.Berkemauan keras, rajin

bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah digariskan/disusun”.

5. Profesionalisme Guru

5.1. Pengertian Profesionalisme Guru

Sebelum lebih lanjut menjelaskan tentang profesionalisme guru terlebih dahulu

dijelaskan tentang profesionalisme. menurut Tumadi, ( 2008 : 3 ) Profesionalisme adalah


“ide, aliran atau pendapat suatu profesi yang harus dilaksanakan dengan professional dengan

mengacu kepada norma-norma profesionalisme”. Profesionalisme bukan sekedar

pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan

profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi

tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Jadi profesionalisme adalah

seseorang yang bekerja terampil dalam profesinya dan mampu mengembangkan profesi dan

keterampilannya sekalipun keterampilan tersebut merupakan produk dari minat belajar dan

pembiasaan.

Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang

sehari-hari menangani benda hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai

karakteristik yang masing-masing tidak sama. Pekerjaaan sebagai guru menjadi lebih berat

tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya

mengalami stagnasi. Jadi jelaslah profesi guru harus didukung oleh ilmu atau teori yang

memberikan konsepsi yang teoritis ilmu pendidikan. Demikian juga untuk menjadi guru yang

profesional memerlukan waktu,pendidikan dan latihan yang lama, mulai dari pendidikan

dasar untuk taraf sarjana ditambah dengan pendidikan profesional. “Guru yang profesional

adalah mereka yang memiliki mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan

berbagai kapasitasnya sebagai pendidik” ( Sabaruddin. 2010 : 8 ). Sedangkan menurut Udin

Syaefuddin Saud ( 2009 : 49 ) mengemukakan bahwa “Guru yang Profesional adalah guru

yang memiliki kompetensi ( pengetahuan, Keterampilan dan prilaku ) yang harus dimilki,

dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah

seseorang yang memiliki pengetahuan serta mampu mengembangkan profesinya sebagai guru

sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan anak didik. Dengan demikian seorang

guru/pendidik yang profesional adalah seorang yang memiliki ilmu pengetahuan,


keterampilan dan sikap yang profesional, yang mampu mengembangkan profesinya sebagai

guru yang profesional.

5.2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Sebelum menguraikan tentang tugas dan tanggung jawab seorang guru, terlabih

dahulu perlu untuk menguraikan siapa yang dimaksud dengan guru, Guru adalah:“suatu

jabatan professional yang memiliki peranan dan kompetensi professional”. Jadi guru

memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang

dilaksanakan. Oleh karena itu” (Oemar Hamalik,2002 : 8)

Jadi guru adalah seseorang yang menyebabkan orang lain mengetahui atau mampu

melaksanakan sesuatu atau yang memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada orang

lain. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru bukan hanya memberikan ilmu

pengetahuan kepada murid-mudridnya didepan kelas saja tetapi guru merupakan tenaga

profesional yang dapat menjadikan siswa mampu merencanakan,mengumpulkan dan

menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Mengenai pelaksanaan tugas selaku seorang guru harus didukung dengan perasaan

bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya, yaitu mempersiapkan masa depan bangsa,

walaupun banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya.

Guru dalam mengahadapi tantangan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, sudah

seharusnya meningkatkan kualitas dirinya dengan jalan meningkatkan keprofesionalan dalam

mengelola pelajaran dan meningkatkan wawasan dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi

yang setiap hari berkembang terus, hal ini diperlukan sekali dalam rangka peningkatan

sumber daya manusia Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, maka ada beberapa pendapat para

ahli pendidikan mengenai tugas dan tanggung jawab seorang guru dan pendapat para ahli
tentang tugas dan tanggung jawab guru ternyata bervariasi tergantung kepada cara

memandang atau persepsi tentang tugas dan tanggung jawab guru.diantaranya yaitu :

Dalam buku Pengembangan Profesi Guru, Udin Syaefuddin Saud, ( 2008 : 40 )

merumuskan tugas dan tanggung jawab guru antara lain:

1. Guru sebagai pengajar

2. Guru sebagai pengajar dan juga pendidik

3. Guru sebagai pengajar, pendidik dan juga agen pembaharuan dan pembangunan

masyarakat

4. Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik profesional dengan bidang keahlian

lain selain kependidikan

Dalam buku Pendidikan Guru Oemar Hamalik ( 2008 : 28 ) mengemukakan tugas

seorang guru professional antara lain yaitu

1. Bertindak sebagai model bagi para anggota lainnya.

2. Merangsang pemikiran dan tindakan

3. Memimpin perencanaan dalam mata pelajaran atau daerah pelajaran tertentu.

4. Memberikan nasihat kepada executive teacher sesuai dengan kebutuhan tim.

5. Membina/memelihara literature professional dalam daerah pelajarannya.

6. Bertindak atau memberikan pelayanan sebagai manusia sumber dalam daerah pelajaran

tertentu dengan referensi pada in-service, training dan pengembangan kurikulum.

7. Mengembangkan file sumber kurikulum dalam daerah pelajaran tertentu dan mengajar

kelas-kelas yang paling besar.

8. Memelihara hubungan dengan orang tua murid dan memberikan komentar atau laporan.

9. Bertindak sebagai pengajar dalam timnya.

Dari beberapa pendapat para ahli pendidikan diatas mengenai tugas seorang guru

maka penulis dapat menyimpulkan bahwa secara umum seorang guru itu bertugas mengajar
dan mendidik yang direalisasikan melalui perencanaan, proses pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran.

Perbedaan yang penulis lihat dari pendapat diatas yaitu bahwa pendapat pertama

menekankan pada kegiatan mengajar dan tentunya mengajar yang efektif. Dimana mengajar

yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa siswa belajar yang efektif pula. Mengajar

yang efektif ini memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mengusai bahan pelajaran

2. Mengelola program belajar mengajar, meliputi: merumuskan tujuan instruksional,

mengenal dan dapat menggunakan prosedur intruksional yang tepat.

3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media dan sumber

5. Menggunakan landasan-landasan pendidikan

6. Mengelola interkasi-interaksi belajar belajar mengajar

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran

8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan disekolah

9. Mengenal dan menyelenggrakan adminstrasi sekolah penelitian pendidikan guna keperluan

pengajaran (Subroto : 1997 : 5)

Sedangkan pendapat yang kedua selain mengajar, mendidik dan melatih anak didik

guru professional juga berkewajiban memberikan contoh kepada timnya. Jadi tugas dan

tanggung jawab guru secara umum antara lain yaitu : mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Kompetensi professional diatas merupakan profil dan kemampuan dasar yang harus

dimiliki oleh seorang guru, kompetensi ini dikembangkan berdasarkan analisis tugas-tugas

yang harus dilakukan oleh guru. Melalui pengembangan kompetensi profesi dan juga guru

dituntut agar menguasai akademis secara serasi dengan kemampuan mengajar. Hal ini perlu
karena seorang guru diharapkan mampu mengambil keputusan yang mengandung akademis

dan praktis secara kependidikan.

Dari beberapa uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab

seorang guru pada masa sekarang ini adalah sangat kompleks, karena disamping

tugas`mengajar juga melakukan tugas bimbingan maupun tugas administrasi yang merupakan

tugas dan tanggung jawab professional, oleh karenanya, seorang guru memerlukan dukungan

ilmu keguruan yang melandasi pelaksanaan operasional tugas dan tanggung jawabnya dimana

tugas keguruan bukanlah tugas yang dapat dilakukan secara amatir atau dengan cara trial dan

eror. Jadi seorang guru dituntut agar bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab secara

professional guna meningkatkan prestasi belajar siswa agar menjadi kader-kader bangsa yang

kuat dan trampil, pintar, beriman dan bertaqwa.

5.3. Ciri-Ciri Guru yang profesioanl

1. Mempunyai komitmen pada proses belajar siswa

2. Menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkannya.

3. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya.

4. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya yang

memungkinkan mereka untuk meningkatkan profesionalismenya.

Ciri-ciri tersebut dapat digunakan sebagai kreteria atau tolak ukur keprofesioanalan

guru. Selanjutnya kreteria ini akan berfungsi ganda yaitu: untuk mengukur sejauh mana guru-

guru di Indonesia ini telah memenuhi kreteria professional dan untuk dijadikan titik tujuan

yang akan mengarahkan segala upaya menuju profesionalisasi guru.

5.4. Ciri dan Syarat-syarat Profesi

Menurut Robert W. Richey yang dikutip Arikunto ( Udin Syaefuddin Saud, 2009 :

15 ) mengemukakan bahwa cirri dan syarat suatu profesi antara lain yaitu:
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan

pribadi

2. Seorang pekerja professional, secara aktif memerlukan waktu ang panjang mempelajari

konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

3. Memiliki kualifikasi untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti

perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.

5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi

6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi,

serta kesejahteraan anggotanya’

7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian’

8. Memandang profesi suatu karier hidup ( a live career ) dan menjadi seorang anggota yang

permanen.

Sedangkan menurut chandler yang dikutip Sahertian(1992; 11) mengemukakan ciri

mengajar sebagai suatu profesi sebagai berikut:

1. Hakekat suatu profesi adalah mengutamakan layanan sosial

2. Suatu profesi dilandasi dengan memiliki sejumlah pengetahuan yang sistematis

3. Suatu profesi derajat otonomi yang tinggi

4. Suatu profesi yang dikatakan telah memiliki otonomi kalau orang itu dapat mengatur

dirinya sendiri dan dapat mengontrol fungsinya sebagai orang bertanggung jawab secara ilmu

pengetahuan

5. Suatu profesi yang umumnya menyadari pertumbuhan terus menerus.

Profesioanlisme dibidang pendidikan mendapat pengakuan karena tiga alasan:


1. Lapangan kerja keguruan atau pendidikan bukan merupakan lapangan kerja ritin yang

dilakukan karena pengulangan-pengulangan atau pembiasaan. Lapangan kerja ini tidak dapat

dilaksanakan berdasarfkan amatirisme, akan tetapi berdasarkan perencanaan yang mantap

serta manajemen yang memperhitungkan komponen-komponen sistemnya.

2. Lapangan pekerjaan ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan member konsesi

teoritis ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya

3. Lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang lama, berupa

pendidikan dasar (basic education) untuk tarap sarjana ditambah dengan pendidikan

professional. (Roestyah,NK, 1986 : 172)

Setiap spesialisasi tenaga kependidikan perlu berkualifikasi professional, berimbang

serta utuh dan mempribadi. Dengan demikian seorang guru/ pendidik yang professional

adalah seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang professional,

mampu dan setia mengembangkan profesinya menjadi anggota professional pendidikan,

memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta di dalam mengkomunikasikan usaha

pengembangan profesi dan berkerja sama dengan profesi yang lain.

6. Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Profesionaisme Guru.

Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status seseorang di

dalam suatu organisasi.Peranan pengawas dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Suatu

tugas yang dilaksanakan memberi status dan fungsi pada seseorang. Dalam berfungsi

nampaknya bagi seorang pengawas terlihat jelas peranannya. Sesuai dengan pengertian dari

supervisi maka peranan pengawas ialah membantu dan memberi suport kepada guru-guru

dalam melaksanankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Peranan pengawas dalam

hal ini adalah menciptakan suasana yang bisa membuat guru-guru merasa aman dan bebas

dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab.
Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila seorang pengawas menganut faham

demokrasi. Kebanyakan guru-guru seolah-olah mengalami tanpa inisiatif dan daya kreatif

karena pengawas dalam berinteraksi dan interelasi human relation yang dikembangkan

seorang pengawas bersifat mematikan kemungkinan-kemungkinan perkembangan profesi

guru-guru.

DirekturTenaga Kependidikan Vol. 3 Surya Dharma ( 2008 : 2 ) mengemukakan

bahwa “peranan umum pengawas sekolah/madrasah adalah sebagai: observer ( pemantau ),

supervisor,evaluator ( pengevaluasi ) pelaporan, dan successor ( penindak lanjut hasil

pengawasan )”.

Peraranan sebagai pemantau adalah mengawasi kegiatan belajar mengajar, Peranan

sebagai supervisor adalah kegiatan melaksanakan supervisi yang meliputi supervisi akademik

dan supervisi manajerial.Peranan sebagai pengevaluasi/evaluator pelaporan adalah kegiatan

pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang,dan jenis pendidikan sebagai bentuk

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Jadi yang menjadi peranan utamanya

adalah mengkaji, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan mutu proses

pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru (perorangan atau kelompok) melalui

pendekatan dialog, bimbingan, nasihat dan konsultasi dalam nuansa kemitraan yang

profesional.

Menurut Zanal Aqib ( 2009 : 50 ) peranan pengawas pendidikan antara

lain;supervisor/mensuparvisi,evaluator/menilai,counselor/menyuluh,motivator/memotifasi,

konsultan/menasehati.

Dilihat dari sifat kerjanya ada empat jenis peranan pengawas pendidikan yaitu

“Pengawasan yang bersifat korektif, Pengawasan yang bersifat preventif, Pengawasan yang

bersifat konstruktif dan Pengawasan yang bersifat kreatif” ( Sahertian, 1981 : 32 ).


6.1. Pengawasan yang bersifat Korektif

Suatu kekurangan harus diartikan sebagai penemuan kearah perbaikan dalam

keseluruhan usaha. Bertolak dari pendirian ini, maka jelaslah bahwa pekerjaan seorang

pengawas yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan akan mengakibatkan kegagalan

dalam mencapai tujuan. Kesalahan-kesalahan dalam setiap pekerjaan sering kali terjadi

contohnya seperti salah ucapan, keliru berbicara, salah dalam penggunaan istilah. Sebagai

pengawas perlu menyadari bahwa mencari kesalahan orang lain sangat bertentangan dengan

tujuan pengawasan. Perbuatan ini akan menimbulkan akibat ketidak puasan kedua belah

pihak baik guru maupun pengawas itu sendiri. Selain itu guru tidak akan berubah dan

berkembang akan tetapi akan timbul sikap yang menentang atau acuh tak acuh.

Permasalahan penting yang perlu disadari oleh pengawas adalah bagaimana

menempatkan setiap persoalan dan kekurangan pada tempatnya dalam seluruh proses

pendidikan dan pengajaran. Apabila persoalan persoalan itu sangat penting dan butuh

perhatian dan penanganan dari pengawas maka pengawas berkewajiban membantu dan

membimbing guru-guru dalam menyelesaikan persoalan tersebut agar kedepannya dapat

menyusun dan merencanakan tata kerja yang konstruktif menuju kearah peningkatan

profesionalisme yang lebih baik.

6.2. Pengawasan yang bersifat Preventif

Dalam hal ini pengawas berperan guru-guru pada persoalan yang mungkin akan

dihadapi pada masa yang akan datang. Ini bertujuan untuk menekan sekecil mungkin efek-

efek yang mungkin terjadi dan sekaligus membantu guru-guru untuk mempersiapkan diri bila

menghadapi suatu masalah. Merupakan suatu kebijakan bila pengawas mempunyai

pandangan kemasa depan, ia dapat menyusun rencana kerja yang sitematis dan dapat

dipertaanggung jawabkan. Dalam penyusunan rencana ini sebaiknya guru-guru ikut

dilibatkan.
Pengawasan yang besifat preventif ini akan membantu guru dalam menjaga loyalitas

dan membantu guru meningkatkan profesionalime sebab guru akan merasa pengawas telah

mempercayai guru-guru tersebut mampu melanjutkan dan meningkatkan kemampuan dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya secara profesional. Dengan demikian guru-guru

merasa siapmenghadapi situasi baru dan opti,is dalam melihat masa depan bahwa tugas yang

diterimanya akan memberi harapan dalam perkembangan profesinya.

6.3. Pengawasan yang bersifat Konstruktif

Pengawasan yang di lakukan oleh pengawas bukanlah merupakan suatu kesalahan

juga bukan hanya usaha perbaikan. Lebih baik pengawasan diarahkan kepada tugas-tugas

yang bersifat konstruktif. Pengawasan yang bersifat konstruktif pada hakekatnya erat sekali

hubungannya dengan pengertian pendidikan yang sesungguhnya. Permulaan yang terbaik

bagi pengawas adalah ia sendiri meninjau masalah dari segi pendidikan. Baik pengawas

maupun guru-guru wajib memandang masa depan lebih banyak dari masa lampau. Prosedur

yang sehat adalah mengembangkan pertumbuhan lebih banyak daripada memindahkan

kesalahan. Tidak ada guru yang tidak mempunyai kesalahan. Dari kesalahan-kesalahan inilah

mereka dapat memperbaiki diri dan memperoleh kecakapan dan kesanggupan.

Sekolah-sekolah terkenal dan baik bukanlah karena gurunya tidak mempunyai

problema. Dengan banyaknya problema-problema yang dihadapi memberikan kreasi baru dan

pengawas dalam hal ini harus melihatnya dari segi konstruktif. Guru-guru lebih senang dan

lebih giat bekerja dalam situasi perkembangan yang sehat daripada mereka menderita

kelumpuhan paedagogis.

6.4. Pengawasan yang bersifat Kreatif

Perbedaan antara pengawasan yang berkreatif dengan pengawasan yang bersifat

konstruktif hanya terletak dalam aksentuasinya yaitu kebebasan yang lebih besar. Kebebasan
menghasilkan suatu ide. Pada pengawasan kreatif lebih ditekankan pada kebebasan agar

guru-guru dengan kemampuanya berpikirnya dapat mencapai hasil dengan lebih efektif.

Dalam hubunganya dengan kebebasan ini Cubbberley pernah mengemukakan yang

dikutip (Sahertian, 1991: 37) bahwa tujuan utama dari semua supervisi dalam kelas ialah

“memberi kebebasan guru-guru, kebebasan terhadap prosedur-prosedur yang pasti dan kaku,

perintah-perintah yang terten sejauh mungkin agar guru-guru menjadi seorang yang kritis dan

kreatif. Pendek kata guru-guru diberi kebebasan dalam batas-batas keterikatan untuk

mengembangkan daya kreasi dan daya karya, sehingga tugas pengawasan hanya memberi

rangsangan untuk menimbulkan daya kreatif guru-guru. Namun demikian selalu dipelihara

kerjasama yang erat dan harmonis maka kerjasama di dalam melaksanakan tugas harus selalu

dipupuk.

D. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan secara kualitatif ini

penulis pilih agar dapat memperoleh keterangan-keterangan yang detil dan mendalam

mengenai Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembinaan Profesionalisme

Guru-guru di MTs NW Samawa.

“Bogdan dan Taylor ( 1975 : 5 ) mendefinisikan Metodologi Kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif,berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller ( 1986 : 9 )

penelitian Kualitatif adalah Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya”( Lexi Maleong,

1997 : 3).
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan

informasi dalam bentuk kata-kata atau keterangan-keterangan dengan tidak memerlukan

perhitungan. Alasan penggunaan penelitian kualitatif adalah :

1.1. Untuk memberikan batas latar belakang penelitian.

1.2. Untuk memudahkan perhatian penulis pada masalah-masalah yang akan diteliti.

1.3. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulis akan lebih kreatif dalam mengumpulkan

data dan informasi di lapangan karena dapat memanfaatkan nalar dalam memecahkan

masalah yang dihadapi,disamping itu juga dapat mengembangkan hasil penelitian yang

mendukung keabsahan data yang didapatkan di lokasi penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti di lapangan adalah mutlak diperlukan

karena peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci dan sukaligus sebagai pengumpul data

utama. Hal ini dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan tanpa

persiapan terlebih dahulu maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian

terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusia yang dapat

berhubungan dengan responden atau obyek utama, dan hanya manusialah yang mampu

memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.

Didalam pengumpulan data , peneliti melibatkan diri dalam kehidupan subyek yang

diteliti dan harus berusaha menciptakan hubungan akrab dengan subyek yang diteliti,agar

data yang diperoleh betul-betul valid. Kehadiran peneliti di tempat penelitian harus terbuka

dan menjelaskan maksud penelitian yang dilakukannya kepada subyek yang diteliti, sehingga

peneliti dapat lebih bebas bertindak untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa sebelum memulai penelitian terlebih dahulu

peneliti harus meminta izin penelitian kepada lembaga yang berwenang , sehingga penelitian

dapat dilakukan dengan leluasa dan sesuai prosedur.

3. Sumber Data

Karena dalam penelitian ini bersifat kualitatif , sumber datanya bersifat purposive

sampling dimana sampling diambil bukan dari populasi melainkan sesuai dengan tujuan

penelitian. Dalam sampel purposive peneliti cenderung memilih respondens yang dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data serta mengetahui masalah secara mendalam. Dengan

demikian penetapan responden bukan ditentukan oleh pemikiran bahwa refresentatif terhadap

populasinya melainkan responden harus refresentatif terhadap informasi yang diperlukan.

Adapun yang menjadi responden adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam, Kepala

Sekolah dan guru-guru MTs NW Samawa.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan sebagai berikut:

4.1. Metode Observasi

“Metode observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan

langsung. Dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman

gambar, rekaman suara” ( Suharsimi Arikunto, 2006 : 157) .

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk

menyebut jenis observasi, yaitu:

1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan

instrument pengamatan.
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman

sebagai instrument pengamatan. ( Suharsimi Arikunto, 2006 : 157) .

Metode observasi ini peneliti gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan

fenomena sosial di lingkungan MTs NW Samawa. Dalam hal ini peneliti mengamati proses

kegiatan Pengawas Pendidikan Agama Islam serta bagaimana peranannya terhadap

pembinaan profesionalisme guru-guru yang ada di MTs NW Samawa. Observasi yang

peneliti gunakan adalah observasi partisipatif dimana peneliti melibatkan diri dan berbaur dan

ikut aktif dengan aktivitas subyek penilitian.

4.2. Metode Wawancara ( Interviu )

Interviu/wawancara/kuensioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara/interviewer untuk memperoleh informasi dari terwawancara”( Suharsimi

Arikunto, 2006 : 155 ). Interviu ini digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang.

Sehubungan dengan penelitian ini peneliti akan mewawancarai orang-orang yang

mengetahui dan memahami tentang serta bagaimana peranan Pengawas Pendidikan Agama

Islam dalam membina profesionalisme guru di MTs NW Samawa. Adapun yang akan di

wawancara adalah :

1. Pengawas MTs NW Samawa

2. Kepala MTs NW Samawa

3. Guru-guru di MTs NW Samawa

Adapun hal-hal yang perlu diwawancarai adalah berkaitan dengan Peranan Pengawas

Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan profesionalisme Guru-guru di MTs NW Samawa.

4.3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah penyelidikan terhadap benda-benda tertulis seperti

”buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-paraturan, notulen rapat, catatan

harian”( Suharsimi Arikunto, 2006 : 158 ),


Metode dokumentasi ini penelitian gunakan untuk mengumpulkan data tertulis yang

dapat memberikan keterangan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan seperti program

Pengawas guru agama islam dalam membina profesionalisme guru-guru di MTs NW

Samawa, seperti persiapan mengajar guru dan catatan-catatan lain yang terkait dengan

pembinaan professionalisme guru di MTs NW Samawa.

5. Tehnik Analisis Data

“Menurut Patton ( 1980:268) Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan suatuan uraian dasar”( Lexy J.

Maleong, 1991:103).

Setelah data itu semua terkumpul maka data tersebut dianalisis diolah, dalam hal ini

penulis menggunakan metode sebagai berikut:

5.1. Metode Induksi yaitu cara menganilisis data dengan mengambil kesimpulan dari

permasalahan-permasalahan yang bersifat khusus ke yang bersifat umum.

5.2. Metode deduksi yaitu suatu cara menganalisis data dengan mengambil atau menarik

kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang bersifat khusus.

6. Keabsahan Data

Tujuan dari kredibilitas data ini adalah membuktikan apa yang diamati peneliti sesuai

dengan kenyataan yang terdapat didalamnya, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang

kenyataan sebenarnya ada atau terjadi.

Kemudian dalam menganalisis data tersebut berangkat dari sesuatu yang bersifat

khusus menuju penjelasan yang bersifat umum. Dalam arti lain menganalisisa data yang

terkumpul peneliti dengan menggunakan data yang diperoleh dari observasi dan kemudian

data itu dipergunakan sebagai dasar pembahasan selanjutnya.


Menurut Maleong (1991 : 175 ), “Untuk memperoleh keabsahan temuan-temuan

dapat dilakukan dengan jalan perpanjangan keikutsertaan, observasi yang mendalam,

tringulasi, pembahasan dengan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negativ, dan

pengecekan anggota”.

Dari tujuh tehnik yang dikedepankan oleh Meleong tersebut di atas, penulis hanya

akan menggunakan empat cara, hal ini disebabkan dengan fokus dan tujuan penelitian yaitu

memperpanjang kehadiran peneliti dilapangan, pembahasan dengan sejawat, observasi yang

mendalam dan kecukupan referensi.

7. Sistematika Pembahasan

Untuk sistematika pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengetengahkan

gambaran pembahasan secara garis besarnya yaitu:

Bab I, membahas tentang pendahuluan yang berisikan tentang pokok- pokok

pembahasan penelitian yang terdiri dari :

1. Latar belakang masalah

2. Alasan memilih judul

3. Rumusan masalah

4. Tujuan penelitian

5. Kegunaan penelitian

Bab II, membahas tentang pandangan teori atau kajian pustaka yang terdiri dari:

1. Pengertian Pengawas Pendidikan Agama Islam


2. Kriteria Menjadi Pengawas.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas Pendidikan Agama Islam
4. Ciri ciri Pengawas yang baik
5. Profesionalisme Guru
6. Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam

Pembinaan Profesionalisme Guru


Bab III, membahas tentang metode penelitian yang dipakai peneliti antara lain:

1. Desain Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Sumber Data
4. Tehnik Pengumpulan Data
5. Tehnik analisis data
6. Keabsahan data

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad,Prof.Dr.,Media Pembelajaran,2003, Jakarta : PT Radja Grafindo Persada

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, 1996.Jakarta : Dirjen Pendidikan tinggi
Depdikbud. Rineka Cipta,

Mulyasa, E, Dr., M.Pd., Menjadi Guru Profesional, 2005.Bandung : Remaja Rosdakarya,

Rohani Ahmad, Drs., Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, 1995,Jakarta : Rineka Cipta

Soekamto dan Winataputra, Teori Belajar dan Metode – Metode Pembelajaran 1997.
Jakarta :Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan dan Kebudayaan ,

Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 2005, Bandung : Remaja Rosdakarya,

Winkel,W.S. Psikologi Pengajaran, 1991,Jakarta : Grasindo,

Muslimin Ibrahim, Prof.,M.Pd., dkk., Pembelajaran Kooperatif,2000, Surabaya : Pusat


Sains dan Matematika Sekolah Program pasca Sarjana UNESA University Press.

Anda mungkin juga menyukai