Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI

PADA KASUS HEMOFILIA

Dosen pengampu :

Ns. Tina Muzaenah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 15

Bintang Setya Nugroho 2211020300

Titas Verbrita Ermayanti 2211020304

Putri Nur Assyifa 2211020311

Gita Novia Asrinadiva 2211020315

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada tim dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler
yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi.

Kami menyadari, bahwa laporan ini yang telah kami buat jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca penulis guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik
lagi di masa yang akan datang.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Purwokerto, 28 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................................4
1.2 TUJUAN PENULISAN.......................................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................................................6
2.1 DEFINISI.............................................................................................................................................6
2.2 EPIDEMIOLOGI.................................................................................................................................7
2.3 ANATOMI...........................................................................................................................................8
2.4 ETIOLOGI.........................................................................................................................................14
2.5 MANIFESTASI KLINIK..................................................................................................................15
2.6 PATOFISIOLOGI.............................................................................................................................16
2.7 PATHWAY........................................................................................................................................17
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................................................17
2.9 PENATALAKSANAAN...................................................................................................................19
2.10 DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL.................................................................................20
2.11 RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................24
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Di antara lebih dari 6.000 penyakit manusia yang disebabkan oleh cacat gen tunggal ( Jackson M,
et., al. 2018), defisiensi protein koagulasi dalam plasma merupakan hal yang sangat penting bagi
ahli hematologi, karena dapat menyebabkan kecenderungan perdarahan seumur hidup dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi jika tidak ditangani dengan baik. Defisiensi koagulasi yang
diturunkan merupakan penyakit langka menurut definisi yang diadopsi di Amerika Serikat (kurang
dari 200.000 kasus secara nasional) dan Eropa (kurang dari 5 kasus per 10.000 orang pada populasi
umum). Hemofilia adalah penyakit langka yang relevan secara klinis: hemofilia A (HA), yang
diakibatkan oleh defisiensi atau disfungsi faktor koagulasi VIII (FVIII), dan hemofilia B (HB) dari
faktor IX (FIX). Keduanya disebabkan oleh mutasi pada gen yang terletak pada kromosom X
sehingga sebagian besar menyerang laki-laki, dengan gejala perdarahan yang kira-kira sebanding
dengan derajat defisiensi faktor dalam plasma. Lokasi utama terjadinya perdarahan spontan adalah
sendi dan otot, yang jika tidak ditangani secara adekuat, akan menyebabkan kerusakan kronis pada
sistem muskuloskeletal yang mengakibatkan cacat dan kecacatan parah. Selain itu, trauma dan
intervensi bedah disertai dengan pendarahan yang tidak terkontrol (Khosla N, Valdez R. A. 2018).

Laporan terbaru mengenai distribusi hemofilia di seluruh dunia3 menunjukkan bahwa kejadian
hemofilia lebih sering terjadi dibandingkan perkiraan sebelumnya: 17,1 kasus per 100.000 laki-laki
dengan HA untuk semua derajat defisiensi FVIII, 3,8 kasus per 100.000 HB, dengan prevalensi 6
per 100.000 untuk HA dan 1,1 per 100.000 untuk kasus HB dengan defisiensi faktor plasma
lengkap, sehingga fenotip klinisnya lebih parah ( Tabel 1 ) (Iorio A, Stonebraker JS, Chambost H.
2019). Gangguan koagulasi yang diturunkan jauh lebih jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh cacat
pada gen yang mengkode faktor lain, seperti fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, X, XI dan XIII.
Gen yang rusak diwariskan dengan pola pewarisan autosomal resesif sehingga mempengaruhi kedua
jenis kelamin dengan kecepatan yang sama. Tingkat prevalensi pada populasi umum berkisar antara
1 kasus per 500.000 untuk defisiensi faktor VII yang lebih sering terjadi dan 1 dari 2-3 juta untuk
defisiensi protrombin dan faktor XIII yang paling langka ( Tabel 1 ) (Palla R, Peyvandi F, Shapiro
AD. 2015).
Tabel 1. Prevalensi defisiensi protein koagulasi yang diturunkan serta gen dan kromosom pengkode
yang sesuai.

1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
sistem hematologi dengan penyakit hemofilia
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis
dari hemofilia
b. Mahasiswa mampu untuk melakukan tindakan pengkajian pada kasus hemofilia
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan prioritas
pada klien penyakit hemofilia
d. Mahasiswa mampu menyuaun intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah dibuat pada klien penyakit hemofilia
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada kasus hemofilia sesuai intervensi yang
telah disusun
f. Mahasiswa mampu melakukan tindakan evaluasi dan dokumentasiyang telah
dilaksanakan pada kasus hemofilia
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI

Dari beberapa literatur, diperoleh beberapa pengertian hemofilia diantaranya yaitu :


a. Hemofilia adalah suatu kelainan perdarahan akibat kekurangan salah satu faktor pembekuan
darah. Perdarahan dapat terjadi di sendi, otot, intrakanial dan berbagai organ interna lainya
(Scott & Raffini, 2015).
b. Hemofilia adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi salah satu
protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah. Protein ini disebut sebagai
faktor pembekuan darah. Ini adalah penyakit yang diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya
(Emergency Nurses Association, 2017).
c. Hemofilia adalah gangguan koagulasi herediter akibat terjadinya mutasi atau cacat genetik
pada kromosom X. Kerusakan kromosom ini menyebabkan penderita kekurangan faktor
pembeku darah sehingga mengalami gangguan pembekuan darah. Dengan kata lain, darah
pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Hemofilia
dibagi menjadi dua yaitu, hemofilia A dan hemofilia B (Agasani, Widiastuti 2019).
d. Hemofilia merupakan kecenderungan untuk mengalami pembekuan darah yang abnormal
(diathesis hemoragis) yang bersifat herediter akibat defisiensi faktor VIII koagulasi
(antihemophilic globulin) dan faktor IX dalam plasma. Hemofilia A sering dijumpai dengan
cakupan 80-85% dan sisanya adalah hemofilia B (Acharya, 2016).
e. Hemofilia adalah kelainan langka yang rumit untuk didiagnosis dan ditangani. Pedoman
berbasis bukti ini menawarkan rekomendasi praktis mengenai diagnosis dan penatalaksanaan
umum hemofilia, serta penatalaksanaan komplikasi termasuk masalah muskuloskeletal,
inhibitor, dan infeksi yang ditularkan melalui transfusi. Dengan menyusun pedoman ini,
Federasi Hemofilia Dunia bertujuan untuk membantu penyedia layanan kesehatan yang ingin
memulai dan/atau mempertahankan program perawatan hemofilia, mendorong harmonisasi
praktik di seluruh dunia dan, jika rekomendasi tidak memiliki bukti yang memadai,
merangsang penelitian yang tepat (Srivastava et al., 2013).

Dari beberapa literatur dapat disimpulkan bahwa hemofilia adalah gangguan pada sistem
hematologi dimana darah dalam tubuh menggumpal atau tidak bisa membeku secara normal.
Hemofilia dibagi menjadi 3 yaitu (Susanti & Andre, 2016) :
 Hemofilia berat, apabila aktivitas faktor bekuan <1% dengan tanda dan gejala
perdarahan spontan sejak bayi dan hemothrosis spontan secara sering
 Hemofilia sedang, karena aktivitas faktor bekuan 1-5% dengan tanda dan gejala
perdarahan sekunder akibat trauma dan terkadang hemathrosis spontan
 Hemofilia ringan, apabila faktor bekuan 6-40% dengan tanda gejala perdarahan
sekunder akibat trauma atau operasi dan jarang perdarahan spontan

2.2 EPIDEMIOLOGI

Angka insiden hemofilia A berkisar 1:5.000 –10.000 kelahiran bayi laki – laki dan merupakan
85-90% dari seluruh kasus hemofilia, sedangkan sisanya sekitar 10-15% adalah hemofilia B.
Insiden hemofilia B diperkirakan 1:30.000 pada laki – laki. Berdasarkan survey terbaru
diperkirakan terdapat sekitar 400.000 kasus hemofilia di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Federation of Hemophilia (WFH) pada tahun
2016, terdapat 1465 orang penderita hemofilia A, 194 orang penderita hemofilia B dan 295 orang
penderita hemofilia yang belum ditentukan jenisnya. Penelitian terbaru pada tahun 2018
diperkirakan terdapat sekitar 25.000 dari jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa di Indonesia.
Namun, menurut data dari Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI), hingga
Desember tahun 2018 tercatat terdapat 2.098 pasien hemofilia, sehingga besar kemungkinan
masih banyak pasien hemofilia yang belum terdiagnosis dan tercatat.

Kasus hemofilia A lebih sering dijumpai dibandingkan dengan kasus hemofilia B, yaitu berturut-
turut mencapai 80-85% dan 10-15% tanpa memandang ras, geografi, dan keadaan social
ekonomi. Mutasi gen secara spontan diperkirakan mencapai 20-30% yang terjadi pada pasien
tanpa riwayat keluarga.
Penderita hemofilia di Indonesia yang teregistrasi di HMHI Jakarta tersebar hanya pada 21
provinsi dengan jumlah penderita 895 orang, jumlah penduduk Indonesia sekisar 217.854.000
populasi, prevalensinya 4,1/1 juta populasi. Hal ini menunjukan masih tingginya angka
undiagnosed hemofilia di Indonesia. Angka prevalensi hemofilia di Indonesia masih sangat
bervariasi sekali, beberapa kota besar di Indoneisa seperti DKI Jakarta, Medan, Bandung, dan
Semarang angka prevalensinya lebih tinggi (digilib. usu. Ac.id, 2006).
2.3 ANATOMI FISIOLOGI

Di dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah akan
mengalir pada saluran-saluran panjang yang dikenal dengan sebagai pembuluh darah. Ada
beberapa jenis pembuluh darah, antara lain pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Arteri dan
vena merupakan pembuluh darah berukuran besar sedangkan pembuluh darah yang lain
berukuran lebih kecila yang dikenal sebagai kapiler. Perdarahan terjadi apabila pembuluh darah
pecah sehingga menyebabkan darah mengalir ke luar pembuluh darah. Secara alami, ketika
pembuluh darah pecah, pembuluh darah akan menyempit untuk memperlambat laju perdarahan,
setelah itu salah satu jenis sel darah yang dikenal dengan keping darah (trombosit) akan
berkumpul di tempat yang terluka dan membentuk gumpalan yang menyumbat agar darah
berhenti. Setelah itu faktor-faktor pembekuan darah yang terdapat dalam plasma darah
membentuk benang-benang halus (jaringan fibrin) yang memperkuat sumbatan sehingga darah
berhenti.

Anatomi fisiologi darah manusia menurut (Bima, 2013)


1.Pengertian
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi
yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Darah memiliki warna merah
yang berasal dari kandungan oksigen dan karbon dioksida di dalamnya. Adanya oksigen dalam
darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme di dalam tubuh.
2. Karakteristik Darah
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuknya) tertahan dan berada
dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dan lebih kental dari pada air yaitu memiliki
berat jenis 1,0411,067 dengan temperatur 380C dan PH 7,37-7,45. Warna darah bervariasi dari
merah terang sampai merah tua kebiruan, tergantung pada kadar oksigen yang di bawa sel darah
merah. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel
darah (darah padat). Jumlah darah pada tubuh orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 dari berat
badan atau sekitar 4-5 liter. Jumlah darah tersebut pada setiap orang berbeda-beda. Tergantung
kepada umur, ukuran tubuh, dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa pada tubuh.

3. Komponen Darah
a. Sel darah 45 % dari volume darah
b. Plasma 55% dari volume darah
1. Air (90-92 %) : sebagai pelarut, absorbsi dan pelepasan panas
2. Protein ( 3%) :
a). Albumin : dihasilkan di hati berfungsi mempertahankan tekanan osmotik agar
normal (25 mmHg)
b). Globulin : berfungsi untuk respon imun. Berisi serum darah (Cairanyang tidak
mengandung unsur fibrinogen). Protein dalam serum inilah yang bertindak
sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen).
c). Fibrinogen ; berfungsi untuk pembekuan darah.
3. Mineral 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium
dan zat besi)
4. Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol,gliserin dan
asam amino)
5. Zat hasil produksi sel, meliputi : hormon , enzim , antibodi
6. Zat hasil sisa metabolisme, meliputi : urea ,asam ureat
7. Gas-gas pelepasan, meliputi : O2, CO2 ,N2
8. Sel Darah :
a. Eritrosit
Merupakan bagian utama dari sel darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar
atau stroma, berisi massa hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein kompleks
terdiri atas protein, globin dan pigmen hem (mengandung besi). Jadi besi penting
untuk Hb. Kebutuhan besi pria dan wanita berbeda karena pria hanya kehilangan
1 mg besi/hari sedangkan wanita kehilangan sampai 20 mg besi selama
menstruasi normal. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin
(pigmen empedu).
Fungsi sel darah merah antara lain :
1. Sel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh
2. Berfungsi dalam penentuan golongan darah.
3. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh
b. Leukosit
Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah,
tetapi jumlahnya lebih kecil. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000
– 9000 sel/cc darah. Jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda
asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk
adanya infeksi. Lekopeni (berkurangnya jumlah leukosit sampai di bawah 6000
sel/cc darah), Lekositosis (Bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal di atas
9000 sel/cc darah).
Fungsi sel darah putih antara lain :
1. Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera
2. Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya
3. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu, benang
jahitan (catgut), dll dengan cara yang sama.
c. Trombosit
Fungsinya yaitu memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka apabila terdapat luka dan darah tidak segera
membeku sehingga timbul pendarahan yang terus menerus. Trombosit lebih dari
300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Di dalam trombosit terdapat banyak
sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti
Haemophilic Factor) Þ Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak
mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili.

Darah merupakan cairan ekstraseluler yang terletak dalam saluran yakni pembuluh darah, yang
terdiri atas pembuluh darah dan sel darah. Darah memiliki fungsi pertama, sebagai transportasi
pernapasan, dimana sebagian besar oksigen diangkat oleh eritrosit dari alveoli ke organ atau
jaringan tubuh, dan karbondioksida diangkut oleh jaringan oleh plasma darah menuju alveoli
paru. Fungsi kedua, sebagai transportasi zat makanan, mineral, vitamin, elektrolit, dan air dari
gastrointestinal menuju hati melalui proses metabolisme, baru kemudian ke organ atau jaringan
tubuh lain. Funsi ketiga, teransport metabolit atau hasil sisa yakni zat yang tidak digunakan
dikirim ke ginjal untukselanjutnya dikeluarkan melalui urine. Fungsi keempat, sebagai
transportasi hasil suatu jaringan atau organ seperti hormon yang dihasilkan oleh kelenjar akan
diangkut oleh darah. Demikian juga hasil metabolisme di hati diangkut oleh plasma menuju ke
organ yang membutuhkan. Fungsi kelima, sebagai pembentuk antibodi yang dilakukan oleh
plasma sel dan limfosit, leukosit yang berperan dalam fagositosis. Fungsi keenam, berperan alam
mempertahankan keseimbangan asam dan basa, juga sebagai transportasi bahan-bahan yang
diberikan melalui cairan yang lewat aliran darah. Dan fungsi ketujuh, sebagai hemostasis yang
terletak pada plasma darah. Proses hemostasis ini merupakan upaya untuk mempertahankan
hilangnya darah akibat kerusakan pembuluh darah atau pecah. Proses homeostasis melalui
berbagai tahap, yakni tahap vascular, koagulasi, serta pembersihan dan rekonstruksi.
1. Tahap vascular
Tahap ini merupakan tahap awal dari kerusakan pembuluh darah, dapat terjadi
vasokontriksi lokal dan retraksi, kemudian trombosit akan mengadakan agregasi,
aglutinasi berperan atau akan lisis dan mengeluarkan bahan untuk proses homeostasis
seperti serotonin. Kemudian, rusaknya pembuluh darah menyebabkan masuknya
tromboplastin jaringan yang dapat mempercepat proses koagulasi. Demikian juga darah
yang rusak di sekitar akan membantu mengurangi pendarahan yang selanjutnya.
2. Tahap koagulasi
Pada tahap koagulasi,faktor pembekuan dan zat yang menghambat koagulasi atau
antikoagulan berperan dan terjadi keseimbangan. Proses koagulasi terdiri atas tiga tahap.
Diawali dengan proses pembentukan aktifator protrombin, perubahan protrombin
menjadi trombin. Dan perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
3. Tahap pembersihan dan rekonstruksi.
Merupakan tahap akhir dalam proses hemostasis berupa proses fibrinolisis dan
pembentukan jaringan baru pada jaringan yang mengalami kerusakan.

4. Mekanisme Pembekuan
Bahan yang turut serta dalam mekanisme pembekuan factor pembekuan dan diberi nama dengan
angka romawi I sampai XIII, kecuali V. factor-faktor tersebut ialah faktor I (fibrinogen), II
(protrombin), III (tromboplastin), IV (kalsium dalam bentuk ion), V (proaseleran, factor labil),
VII (prokonverin, faktor stabil), VIII (AHG = Antihemophilic Globulin), IX (PTC = Plasma
Thromboplastin Antecedent), XII (hageman), dan XIII (faktor stabilitas febrin). Mekanisme
pembekuan dibagi menjadi dalam 3 tahap dasar yaitu:
1. Pembentukan tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut tromboplastogenesis,
dimulai dengan trombosit, terutama faktor trombosit III dan faktor pembekuan lain
dengan pembentukan kolagen. Faktor pembekuan tersebut adalah faktor IV, V, VIII, IX,
X, XI, XII kemudian faktor III dan VII.
2. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplastin, faktor IV, V,
VII dan X.
3. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator trombin, faktor trombosit I dan
II.Hemostatis yang baik berlangsung dalam batas waktu tertentu sehingga tidak hanya
terbentuk tromboplastin, trombin dan fibrin saja yang penting, tetapi juga lama
pembentukan masing-masing zat. Secara keseluruhan, mekanisme pembentukan
mempunyai 2 fenomena dasar untuk jangka waktu berlangsungnya proses tersebut, yaitu
tahap permulaan yang lambat disusul tahap autokatalitik yang sangat cepat. Trombin
memegang peranan yang penting pada tahap yang cepat, di samping itu trombin
menyebabkan trombosit menjadi lebih sehingga mudah melepaskan faktor trombosit dan
meninggikan aktivitas tromboplasmin (Ngastiyah, 1997).
5. Mekanisme Fibrinolitik
Sistem fibrinolitik merupakan rangkaian yang fibrinnya dipecahkan oleh plasmin
(fibrinolisin) menjadi produk-produk degradasi fibrin, menyebabkan hancurnya bekuan.
Diperlukan beberapa interaksi untuk mengubah protein plasma spesifik inaktif di dalam
sirkulasi menjadi enzim fibrinolitik plasmin aktif. Protein dalam bersikulasi (proaktivator
plasminogen), dengan adanya enzim-enzim kinase seperti streptokinase, stafilokinase, kinase
jaringan, serta faktor VIIa, dikatalisasi menjadi aktivator plasminogen. Dengan adanya
enzim-enzim tambahan, seperti urokinase, maka aktivator-aktivator mengubah palsminogen,
suatu protein plasma yang sudah bergabung dalam bekuan fibrin, menjadi plasmin. Kemudian
plasmin memecahkan fibrin dan fibrinogen menjadi fragmen-fragmen (produk degradasi
fibrin/ fibrinogen) yang mengganggu aktivitas trombin, fungsi trombosit, dan polimerisasi
fibrin, menyebabkan hancurnya bekuan.
Dalam keadaan normal sistem fibrinolitik darah memegang peranan penting untuk
mempertahankan sistem pembuluh darah bebas dari gumpalan fibrin, dan merupakan
pelengkap sistem pembekuan

2.4 ETIOLOGI

Hemofilia diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahanya. Hemofilia mungkin ringan, sedang,


atau berat, semua tergantung pada tingkat faktor pembekuan dalam darah. Tiga bentuk utama
hemofilia meliputi :
a. Hemofilia A : disebabkan oleh kurangnya faktor pembekuan darah VIII
b. Hemofilia B : disebabkan oleh kekurangan faktor IX
c. Hemofilia C : beberapa dokter menggunakan istilah ini untuk merujuk pada
kurangnya faktor pembekuan IX
Hemofilia terjadi karena adanya defisiensi atau gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan.
Hemofilia disebabkan karena seseorang anak kekurangan faktor pembekuan VIII untuk hemofilia
tipe A dan faktor XI untuk hemofilia B (Kurniawan Dkk, 2015). Selain penyebab utama tersebut,
secara umum penyebab hemofilia antara lain sebagai berikut :
a. Faktor keturunan atau genetik
Hemofilia merupakan penyakit genetik yang berarti dibawa ketika orang tua
memiliki pembawa hemofilia, maka anak akan berisiko tinggi mengidap hemofilia

b. Kurangnya Zat Pembeku Darah

Penyebab kedua dari hemophilia ini adalah kurangnya zat pembeku darah. Apabila
seorang anak mengalami hemophilia tetapi tidak memiliki garis keturunan kelainan
hemophilia, maka kemungkinan hemophilia disebabkan oleh kurangnya zat pembeku
darah. Zat pembeku darah adalah jenis zat besi yang dapat didapatkan dari:
 Makanan yang mengandung zat besi, seperti kacang-kacangan, biji-bijian b.
Buah yang mengandung vitamin B seperti alpukat
 Makanan yang mengandung vitamin B seperti tempe, tahu, susu, kedelai
 Makanan lain seperti cabai merah dan hijau

c. Kurangnya protein yang berperan dalam proses pembekuan darah Protein juga
penting untuk proses pembekuan darah yaitu bertugas untuk mempercepat dan
melancarkan proses pembekuan darah. Protein tersebut dilambangkan dengan angka
romawi I sampai XIII. Ke 13 faktor ini merupakan factor penting dalam berjalannya
proses pembekuan darah. Kekurangan salah satu factor ini dapat menyebabkan
hemophilia dan sulit terjadinya proses pembekuan darah
2.5 MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik yang sering terjadi adalah perdarahan terutama pada sendi lutut, siku, bahu,
dan pergelangan kaki (hamartrosis) yang dapat terjadi secara akut yang ditandai dengan nyeri dan
bengkak serta keterbatasan gerak sendi. Apabila tidak diobati secara adekuat dapat menjadi
kronik dan walaupun ditangani dengan baik tetap menyebabkan artritis kronok yang dapat berupa
kerusakan sendi permanen, disebut dengan artropati hemofilia. Tanda perdarahan yang sering
dijumpai yaitu beruba hemartrosis, hematom subkutan/intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakarnial, epistaksis, dan hematuria. Manifestasi perdarahan yang timbul bervariasi
dari ringan, sedang dan berat. Dapat berupa perdarahan spontan yang berat, kelainan pada sendi,
nyeri menahun, perdarahan pasca trauma atau tindakan medis ekstraksi gigi atau operasi. Tanpa
pengobatan sebagian besar penderita hemofilia meninggal pada masa anak-anak. Tanda dan
gejala pada anak dengan hemofilia (Yoshua & Vincentius, 2013) :
 Memar dan luka ringan
 Perdarahan yang berkepanjangan akibat luka, ekstraksi gigi atau operasi
 Perdarahan ke jaringan lunak, otot, atau kapsul sendi
 Epistaksis
 Hematuria
 Syok karena kehilangan darah banyak
 Perubahan status mental, sakit kepala parah dan koma jika terjadi

2.6 PATOFISIOLOGI

Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan yang
letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap
pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana
tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada
hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan
pembekuan, di awali ketika seseorang berusia ±3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak
maka akan terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal.
Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu
saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh) → darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah
mengerut/ mengecil → Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada
pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman
penutup luka tidak terbentuk sempurna → darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh →
perdarahan (normalnya: Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang-benang
fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh)

Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif X-linked dari pihak ibu.
Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan komponen yang diperlukan
untuk pembekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi bila konsentrasi
faktor VIII dan IX plasma antara 1% dan 5% dan hemofilia ringan terjadi bila konsentrasi plasma
antara 5% dan 25% dari kadar normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan
hebatnya defisiensi faktor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai dengan perdarahan kambuhan,
timbul spontan atau setelah trauma yang relatif ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di
dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha. Otot yang paling sering
terkena adalah heksor lengan bawah, gastroknemius dan ilipsoas. Karena kemajuan dalam bidang
pengobatan, hampir semua pasien hemofilia diperkirakan dapat hidup normal.

2.7 PATHWAY

DNA

Kekurangan faktor VII dan IX ↔ Faktor ekonomi kurang
↓ ↓
Mengalami trauma (tumpul, tajam) Penurunan berat badan
↓ ↓
Perdarahan lama
Defisit nutrisi

Perdarahan gigi
Resiko syok ↓
Perawatan gigi menurun

Defisit perawatan diri



Infeksi
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium
1 Pada pasien baru (belum tegak diagnosis hemofilia) dengan klinis perdarahan, perlu
dilakukan pemeriksaan skrining hemostasis untuk mencari kemungkinan penyebabnya,
yaitu hitung trombosit, masa perdarahan (Bleeding Time = BT), masa protrombin
(Prothrombin Time = PT) dan masa tromboplastin parsial teraktivasi (Activated Partial
Thromboplastin Time = aPTT). Pemeriksaan PT pada populasi pasien tanpa riwayat
gangguan perdarahan menunjukkan pemanjangan pada 6,6% sampel, dan APTT pada
7,1% sampel (LoE 1b). Pemeriksaan Clotting Time (CT) dapat digunakan apabila aPTT
tidak tersedia (LoE 4), namun mengingat pemeriksaan clotting time kurang sensitif, maka
pemeriksaan ini hanya dianjurkan pada keadaan fasilitas yang sangat terbatas/tidak
memungkinkan dilakukan pemeriksaan APTT dalam waktu dekat. Pemeriksaan CT
hendaknya dilakukan dengan teknik yang benar dan tidak ada riwayat transfusi darah
sebelum pemeriksaan dikerjakan.
2 Jika dijumpai pemanjangan APTT maka evaluasi ulang menggunakan assay yang
berbeda perlu dilakukan sebelum mixing studies (LoE 4). Mixing studies merupakan
prosedur sederhana, yang dapat dikerjakan untuk menginvestigasi hasil penapisan
abnormal, terutama jika dijumpai pemanjangan APTT dan/atau PT. Pada mixing study
plasma pasien dicampurkan 1:1 dengan plasma normal. Jika dijumpai perbaikan waktu
koagulasi maka penyebabnya adalah defisiensi faktor pembekuan, akan tetapi jika tidak
dijumpai perbaikan waktu koagulasi maka inhibitor faktor koagulasi, atau gangguan pada
jalur koagulasi (contoh lupus antikoagulan, penggunaan heparin) perlu dipikirkan (LoE
4).
3 Untuk memastikan diagnosis hemofilia dan membedakan hemofilia A dengan hemofilia
B perlu dilakukan assay faktor VIII dan IX, dengan catatan individu yang diperiksa tidak
sedang dalam terapi faktor pembekuan. Apabila tidak tersedia reagen untuk assay faktor
VIII dan IX, untuk kepentingan tata laksana awal dapat dilakukan mixing studies untuk
membedakan hemofilia A dengan hemofilia B, namun pemeriksaan factor assay tetap
harus dilakukan untuk mengetahui derajat berat-ringannya hemofilia sesuai kadar faktor
VIII/IX.
4 Pengambilan darah dilakukan oleh flebotomis terlatih pada vena di fossa cubiti dengan
jarum ukuran 19 – 21 gauge untuk orang dewasa dan untuk anak dan bayi ukuran 22 – 23
gauge.
5 Pemeriksaan koagulasi sebaiknya segera dikerjakan karena beberapa faktor koagulasi
bersifat labil. APTT harus dikerjakan dalam 4 jam setelah pengambilan darah, assay F
VIII harus dikerjakan dalam 2 jam setelah pengambilan darah karena F VIII bersifat labil.
Jika tes koagulasi tidak dapat dikerjakan dalam waktu yang diperbolehkan plasma dapat
disimpan beku pada suhu -20oC yang bisa tahan sampai 2 minggu atau -70oC tahan
sampai 6 bulan. Pada saat akan dilakukan pemeriksaan, sampel beku harus diinkubasi
pada suhu 37oC selama 5 menit.
6 Pemeriksaan kadar faktor pembekuan untuk diagnosis pasti hemofilia dikerjakan
menggunakan teknik one stage assay dan chromogenic assay (LoE 4).
b. Pemeriksaan Radiologi
1. USG, pengembangan protokol USG HEAD-US (Deteksi Artropati Dini Hemofilia
dengan Ultrasound) oleh Martinoli dkk pada tahun 2013 untuk mendeteksi perubahan
dini pada artropati hemofilik memberikan cara cepat untuk melakukan dan
memungkinkan skrining penuh terhadap 6 sendi yang paling sering terkena dalam
satu penelitian
2. CT, massa yang berkembang pada pasien hemofilia dapat dievaluasi dengan
pemindaian tomografi komputer (CT), yang baik untuk menentukan pseudotumor,
baik yang terjadi di jaringan lunak, di tulang kortikal, atau di rongga meduler (lihat
gambar berikut). Perdarahan jaringan lunak yang menyebabkan gangguan
neurovaskular juga dapat dievaluasi dengan modalitas ini. Secara khusus, patologi
pada tulang, seperti pseudotumor tulang, terlihat jelas dengan CT scan. Perubahan
jaringan lunak lebih baik terlihat dengan MRI dibandingkan dengan CT scan.
3. MRI, cecara keseluruhan, modalitas pencitraan terbaik adalah MRI, karena teknik ini
menggabungkan resolusi spasial yang sangat baik dengan kemampuan mendeteksi
pendarahan jaringan perangkat lunak pada tahap awal. Skala MRI untuk mengukur
status pengiriman pada pasien hemofilia meliputi skala extended magnetic resonance
imaging (eMRI), skala MRI International Prophylaxis Study Group (IPSG), dan
Colorado Adult Joint Assessment Scale (CAJAS)

2.9 PENATALAKSANAAN

1. Pada hemofilia A pengobatan dilakukan dengan meningkatkan kadar faktor anti hemofilia
sehingga perdarahan berhenti. Factor anti hemofili terdapat di dalam plasma orang sehat tetapi
mudah rusak bila disimpan di dalam darah sehingga untuk menghentikan perdarahan pada
hemofili A perlu ditranfusikan plasma segar. Penatalaksanaan secara umum perlu dihindari
trauma, pada masa bayi lapisi tempat tidur dan bermain dengan busa. Awasi anak dengan ketat
saat belajar berjalan. Saat anak semakin besar perkenalkan denga aktivitas fisik yang tidak
beresiko trauma. Hindari obat yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat mencetuskan
perdarahan (seperti : aspirin). Therapy pengganti dilakukan dengan memberikan kriopresipitat
atau konsentrat factor VIII melalui infus.

2. Pada hemofili B perlu ditingkatkan kadar factor IX atau thromboplastin. Thromboplastin tahan
disimpan dalam bank darah sehingga untuk menolong hemofilia B tidak perlu tranfusi plasma
segar. Bila ada perdarahan dalam sendi harus istirahat di tempat tidur dan dikompres dengan
es. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi aspirin (biasanya 3-5 hari perdarahan dapat
dihentikan) lalu diadakan latihan gerakan sendi bila otot sendi sudah kuat dilatih berjalan.
Penatalaksanaannya sama dengan hemofilia A. Therapy pengganti dilakukan dengan
memberikan Fresh Frozen Plasma (FFP) atau konsentrat factor IX. Cara lain yang dapt dipakai
adalah pemberian Desmopresin (DD AVP) untuk pengobatan non tranfusi untuk pasien
dengan hemofili ringan atau sedang.

2.10 DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL

1) Risiko syok berhubungan dengan perdarahan aktif dibuktikan dengan perdarahan aktif
dibuktikan dengan TD 100/70 mmHg, Nadi 105x/menit, perdarahan aktif digusi, HB
awal masuk 4,9 mg/dl.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi dibuktikan dengan BB 43 kg, TB
160cm, IMT 16,7 (berat badan kurang), HB awal masuk 4,9 mg/dl.
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan perdarahan lama dibuktikan dengan
perdarahan aktif di gusi, tidak menggosok gigi selama perdarahan, leukosit 14.000

2.11 RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

1. Risiko syok (D.0039) Tingkat syok (L.03032) Pencegahan syok (I.02068)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi


3x24 jam diharapkan tingkat syok menurun dengan
kriteria hasil :  Monitor status
kardiopulmonal
 Monitor status
a. perdarahan menurun oksigen
 Monitor status cairan
b. pucat menurun
Terapeutik
c. frekuensi nadi membaik
 Berikan oksigen
d. tekanan darah sistolik dan diastolik membaik untuk
mempertahankan
satursi oksigen >94%
 Pasang jalur iv, jika
perlu

Edukasi

 Jelaskan
penyebab/faktor
risiko syok
 Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
menghindari tekanan
atau gesekan yang
kuat pada area
perdarahan

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian iv, jika
perlu
 Kolaborasi
pemberian transfusi
darah, jika perlu
 Kolaborasi
pemberian
antiinflamasi, jika
perlu

2. Defisit nutrisi Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)


(D.0019)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam diharapkan status nutrisi membaik dengan
kriteria hasil :  Identifikasi status
nutrisi
a. berat badan membaik  Identifikasi alergi
dan intoleransi
b. indeks masa tubuh membaik makanan
 Identifikasi makanan
c. frekuensi makan membaik
yang disukai
d. nafsu makan membaik  Identifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
 Monitor asupan
makanan
 Monitor berat badan

Terapeutik

 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein

Edukasi

 Ajarkan diet yang


diprogramkan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu

3. Defisit perawatan diri Perawatan diri (L.11103) Perawatan mulut (I.11356)


(D.0109)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam diharapkan perawatan diri meningkat
dengan kriteria hasil :  Identifikasi kondisi
oral (mis.luka, karies
a. verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri gigi, plak, sariawan,
tumor)
b. mempertahankan kebersihan diri  Monitor kebersihan
c. mempertahankan kebersihan mulut mulut, lidah dan gusi

Terapeutik

 Pilih sikat gigi sesuai


dengan kondisi
pasien
 Fasilitasi menyikat
gigi secara mandiri
 Sikat gigi minimal 2
kali sehari

Edukasi

 Jelaskan prosedur
tindakan pada pasien
dan keluarga

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Ada seorang pasien bernama An. S berusia 21 tahun datang kerumah sakit pada tanggal 20 September
2021 dengan keluhan gusi dan gigi berdarah. Pasien mengatakan gusi dan giginya berdarah secara tiba-
tiba sejak 6 hari yang lalu. Gigi pasien tampak kuning dan ada bercak darah kering, gusi tampak berdarah.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak menggosok gigi selama 6 hari karena ada perdarahan di
gusinya, wajah terlihat pucat, tampak memar di siku kanan, mukosa oral kering, BB 43 Kg, TB 160 cm,
Hb 4,9 saat awal masuk rumah sakit. Ibu pasien mengatakan saat bayi terjadi perdarahan aktif dibekas
suntikan, ternyata faktor pembekuan darah sangat kurang sehingga darah sangat lama untuk berhenti.
Sebelumnya An. S sudah pernah dirawat di RS Dirgahayu dan RS SMC. An S tidak memiliki riwayat
alergi makanan ataupun obat-obatan.

PENGKAJIAN FUNGSIONAL GORDON

FIKES UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

PENGKAJIAN DATA DASAR

Nama Mahasiswa : Kelompok 15


Tempat Praktik : RPA

Tanggal Pengkajian : 20 September 2021

A. Identitas Diri Klien


Nama : An. S

Tempat/Tanggal Lahir : Samarinda, 16 Februari 2000

Umur : 21 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : perempuan

Pendidikan : -

Suku : Bugis/Indonesia

Pekerjaan : karyawan toko

Tanggal Masuk RS : 20 September 2021

Sumber Informasi : Tn. B

Status Perkawinan : Belum Menikah

Lama Bekerja : 6 bulan

Alamat : Jln. Merdeka No. 05 RT 89

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain-lain): Orang tua (Ayah)

Pekerjaan : Buruh dipelabuhan

Pendidikan : Tidak bersekolah

Alamat : Jln. Merdeka No. 05 RT 89

B. Riwayat Kesehatan Klien


1. Keluhan utama
Pasien mengatakan gusi dan gigi berdarah
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan gusi dan gigi berdarah secara tiba – tiba sejak 6 hari yang lalu, gigi tampak
kuning dan ada bercak darah kering, gusi
tampak berdarah, pasien mengatakan tidak gosok gigi selama 6 hari karena perdarahan di
gusinya, wajah tampak pucat, conjungtiva anemis, tampak memar di siku kanan, mukosa oral
kering, BB 43 Kg, TB 160 cm, HB 4,9 saat awal masuk dan naik menjadi 11,5 setelah diberikan
transfusi darah PRC 2 kolf.

3. Riwayat penyakit dahulu


1. Penyakit waktu kecil
Ibu pasien mengatakan pasien memiliki riwayat hemofilia sejak bayi dan pertama kali
diketahui saat imunisasi hepatitis B terjadi perdarahan aktif di bekas suntikan sehingga dokter
melakukan pemeriksaan darah dan didapatkan hasil bahwa factor pembekuan darah sangat
kurang sehingga daragh sangat lama untuk berhenti. Dari tes inilah pasien di diagnosa
hemofilia dengan melihat kakak pertama dari pasien juga mengalami sakit yang sama.
2. Pernah di rawat di Rs
Pasien mengatakan pernsh di rawat di RS Dirgahayu, sering keluar masuk RS dan di RS
SMC sudah 2kali rawat inap. Pada awal rawat inap di RS SMC tidak terjadi perubahan
dengan kondisinya sehingga saat pasien memiliki keluhan yang berulang seperti perdarahan
dan pusing, pasien berobat kembali ke RS SMC.

4. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hemofilia juga yaitu anak
pertamanya (kakak An.F), nenek pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus, ibu
pasien memiliki riwayat maag, bapak pasien memiliki keterbatasan dalam komunikasi dan
mendengar sejak kecil.

Genogram :
C. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
( Pola fungsional Gordon merupakan pengkajian yang terintegrasi , dimana pada setiap pola
sudah meliputi hasilpengkajian fisik-bio-psiko-dan spritual ).

1. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan


Riwayat medis sebelumnya: hemofilia

Penyakit: hemofilia

Pembedahan: -

Riwayat penyakit kronis: -

Riwayat imunisasi: ()Tetanus, () Pneumonia, () Influenza, () MMR, () Polio (I-IV), ()
Hepatitis B

Merokok: () tidak merokok, (-) sudah berhenti merokok, (-) sebungkus/hari 1-2 bungkus/hari >
2 bungkus/ hari

Meminum alkohol: Jumlah/jenis (-), Tanggal terakhir meminum alkohol (-), Frekuensi
penggunaan alkohol (-)

Obat-obatan (resep/non resep): (-)

Frekuensi Dosis
Nama obat Dosis
penggunaan terakhir

(-)
(-)

(-)

Riwayat alergi : (-)

Persepsi tentang kesehatan: (-) baik, () sedang, (-) buruk

Kebiasaan manajemen kesehatan:

Berolahraga secara teratur : () iya, (-) tidak

Mengikuti aturan pengobatan sesuai resep : () iya, (-) tidak

Kewaspadaan: ( - ) menggunakan pengaman tempat tidur (siderails), ( - ) restraints, ()


keamanan kondisi di tempat kerja dan di rumah

Kesimpulan dari data Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan, yang akan dilanjutkan
untuk dirumuskan pada analisa data : Pasien sudah memiliki riwayat penyakit hemofilia sejak
kecil, tidak memiliki alergi, teratur berolahraga

2. Pola nutrisi dan metabolik


TB: 160 cm, BB: 43 kg, IMT: 13,8 (kurang)

Fluktuasi (turun dan naiknya) BB 6 bulan terakhir mengalami defisit

Jenis diet/pembatasan: () biasa, (-) rendah garam, (-) diabetes, (-) suplemen lainnya

Napsu makan: (-) normal (-) meningkat, () menurun, (-) penurunan cita rasa

Intoleransi terhadap makanan: Tidak ada intoleransi terhadap makanan

Makan: () sendiri, (-) dengan bantuan

Kondisi mulut: (-) kuning kemerahan, (-) inflamasi, () lembab, (-) kering, (-) lesi/ulserasi, gigi
lengkap tidak ada yang berlubang.

Menggunakan cairan intravena : () jenis cairan futrolit 1600cc/jam dan transfusi PCR 2 kolf

Lokasi insers : (-) Menggunakan sonde (NGT), (-) Menggunakan Gastrostomi (-)

Kondisi kulit :
Warna : () pucat, (-) keabu-abuan, (-) merah jambu, (-) jaundice, (-) sianosis, (-)
kemerahan

Suhu : () hangat, (-) dingin, (-) panas

Kelembaban : () kering, (-) lembab, (-) lembab dan dingin, (-) diaphoresis

Edema : (-) pitting (skala: +) / (-) non pitting

Turgor : () baik (elastis), (-) buruk (tidak elastis)

Pruritus tidak ada, keutuhan lengkap tidak ada cacat

Memar/lesi, jelaskan (ukuran, lokasi) : ada memar disiku sebelah kanan

Suhu tubuh: 36,9˚C

Kesimpulan dari data Pola nutrisi dan metabolik, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskan pada
analisa data : wajah pasien terlihat pucat, mukosa oral kering, IMT 13,8 (kurang)

3. Pola eliminasi
Kebiasaan buang air besar (BAB) [jelaskan]:

Frekuensi : 1 kali/hari (BAB paling akhir tanggal 19 September 2023 )

Konsistensi : Lembek

Warna : Kuning

Jumlah : Normal

Masalah : (-) konstipasi, (-)diare, (-)inkontinensia

Kebiasaan buang air kecil (BAK)[jelaskan]:

Warna : kuning

Kejernihan : Jernih agak keruh

Jumlah : Normal

Masalah : Tidak ada permasalahan


Inkontinensia : (-) iya () tidak

Penggunaan alat bantu : (-) kateter sementara (intermittent), (-) kateter menetap
(indwelling), (-) kateter eksternal, (-) celana inkontinensia
(incontinent briefs)

Ostomi : Tidak mengalami ostomi

Inspeksi abdomen : () simetri, (-) rata, (-), bulat (-) obesitas

Auskultasi abdomen : () bunyi usus normal 10x/menit

Palpasi abdomen : Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan

Distensi (jelaskan) : Tidak ada distensi

Kesimpulan dari data Pola eleminasi, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskan pada analisa data :
pasien mengatakan BAK lancar, tidak ada nyeri saat BAK, BAB lancar frekuensi 1x/hari dengan
warna kuning dan tidak ada perdarahan saat BAB

4. Pola aktivitas dan olahraga


Muskuloskeletal: (-) tremor, (-) atrofi, (-) pembengkakan

Kemampuan perawatan diri:

0 = independen 1 = dengan bantuan alat 2 = dengan bantuan orang lain

3 = dengan bantuan orang lain dan alat 4 = tergantung/tidak dapat melakukan


Skala
Aktivitas sehari-hari
0 1 2 3 4

Makan 

Mandi 

Berpakaian 

Toileting 

Pindah dari tempat tidur 

Transferring 

Ambulating 

Naik tangga 

Berbelanja 

Memasak 

Pemeliharaan rumah tangga 

Alat bantu: (-) tidak ada, (-) kruk, (-) pengaman tempat tidur, (-) walker, (-) traksi/penyanggah,
(-) lain-lain

Gaya berjalan: () normal, (-) terbatas

Range of motion (ROM): () normal, ( - ) terbatas

Postur: () normal, (-) kifosis, (-) lordosis, (-) skoliosis

Deformitas: (-) ada, () tidak ada

Amputasi (-), prostesis (-)

Pengkajian perkembangan fisik: () normal, (-) abnormal

Kardiovaskuler
Denyut nadi (DN): () teratur, (-) tidak teratur, (-) kuat, () lemah, () DN radial, (-) DN apical

Tekanan darah: 100/70 mmHg, (berdiri) 115/70 mmHg, (berbaring) 100/70 mmHg, (duduk)
110/70 mmHg

Ekstremitas:

Suhu rabaan: (-) dingin, () hangat, (-) panas

Capillary refill: () < 3 detik, (-) > 3 detik, (-) cepat, () lambat

Homan’s sign: () negatif, (-) positif

Kuku: () normal, (-) menebal

Distribusi rambut pada ekstremitas: () normal, (-) abnormal

Denyut nadi: () teraba, (-) mennggunakan doppler

Claudication: (-) ada, (-) tidak ada

Pernapasan

Inspeksi dada: () simetris, (-) asimetris

Frekuensi pernapasan: 20 kali/menit, kedalaman () dangkal, (-) dalam, teratur (), tidak teratur
(-)

Batuk: (-) kering, () produktif

Auskultasi dada: (-) crackles, (-) ronchi, (-) friction rub, (-) wheezing

Lain-lain: (-) selang dada, (-) trakeostomi

Kesimpulan dari data Pola aktifitas dan olahraga, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskan pada
analisa data : terdapat memar di siku kanan, pasien masih bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa
dibantu alat/dibantu orang lain.

5. Pola istirahat dan tidur


Kebiasaan tidur:

Lama : 7 jam malam hari


Waktu tidur : 22.00 sampai dengan 05.00

Merasakan dapat beristirahat sesudah tidur () iya, (-) tidak, terbangun sepanjang malam (-)
iya, () tidak

Metode yang digunakan untuk tidur : minum obat (-), minum air hangat (-), kebiasaan ()
dengan mendengarkan musik

Kesimpulan dari data pola istirahat dan tidur, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskaan pada
analisa data : pasien tidak mengalami gangguan tidur

6. Pola kognitif dan persepsi


Tingkat kesadaran: () sadar penuh, (-) letargi/lesu, (-) mengantuk, (-) stupor, (-) koma

Mood (subjektif): (-) senang, () tenang, (-) cemas, (-) ketakutan

Afek (objektif): (-) kagetan, (-) marah, () sedih, (- ) santai, (-) memuakkan, (-) takut, (-)
datar, (-) tumpul, (-)sempurna

Tingkat orientasi: () orang, (-) tempat, (-) wakatu, (-) orang terdekat

Memori:

jangka pendek () baik, (-) terganggu,

jangka panjang () baik, (-)terganggu

Pupil: () isokor, (-) anisokor

Refleks terhadap cahaya langsung/tidak langsung: () segera, (-) lambat

Refleks: () normal, (-) tidak ada refleks (skala +, ++, +++)

Kekuatan menggenggam: Kanan () kuat, (-) lemah ; Kiri () kuat, (-) lemah

Mendorong/menarik: Kanan () kuat, (-) lemah ; Kiri () kuat, (-) lemah

Lain-lain: (-)

Nyeri (PQRST):

Menyangkal adanya nyeri


Pencetus/Propocative (P): nyeri karena memar siku disebelah kanan

Pereda/Meringankan/Palliative (P): nyeri karena memar di siku kanan

Quality (Q)/Seperti apa nyeri dirasakan: nyeri tekan

Quantity (Q)/Frekuensi: nyeri hilang timbul

Radiasi (R): nyeri hanya pada siku kanan saja

Region (R): di siku kanan

Severity/Scale (S)/Keparahan/Skala/Intensitas: (Skala 0 – 10) : 4

Timing (T)/Seberapa sering dan kapan terjadinya nyeri: nyeri terasa saat di sentuh

Panca indera:

Lapang pandang: () dalam batas normal, (-) menggunakan kaca mata, (-) menggunakan lensa
kontak, (-) buta

Prostesis: (-) mata buatan (kiri/kanan)

Pendengaran: () dalam batas normal, (-) terganggu (kiri/kanan), (-) tuli (kiri/kanan), (-)
menggunakan alat bantu dengar, (-) tinnitus, (-) ada pengeluaran cairan dari telinga

Sentuhan: () dalam batas normal, (-) abnormal

Penciuman: () dalam batas normal, (-) abnormal

Kemampuan untuk :

Berkomunikasi : Bahasa yang digunakan dengan Bahasa Indonesia yang baik, dapat membaca
dengan jelas dan artikulasi baik

Kemampuan membuat keputusan (subjektif): () mudah, (-) terganggu sebagian, (-) sulit

Kesimpulan dari data Pola kognitif dan persepsi, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskan pada
analisa data : Pasien memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang kuat dan
tampak kooperatif saat ditanya perawat

7. Pola persepsi diri dan konsep diri


Penampilan: () tenang, (-) cemas, (-) menolak, (-) gelisah, () berpenampilan/berpakaian
sesuai dan rapih

Tingkat kecemasan:

Subjektif (Skala 0-10) Skala : 0

Objektif : (-) wajah kemerahan, (-) perubahan volume suara, (-) perubahan kualitas suara

(gemetar/ragu-ragu), (-) ketegangan otot (menggenggam tinju santai/mulut terkunci)

Bahasa tubu (jelaskan): (-)

Kontak mata: ada

Menjawab pertanyaan: () segera, (-) ragu-ragu

Pandangan terhadap diri sendiri (subjektif): [ ] positif [  ] netral [ ] kadang-kadang negatif

Tingkat pengontrolan terhadap situasi (subjektif): skala 6

Tingkat keasertifan (subjektif): skala 5

Citra tubuh (subjektif): (Bagaimana pendapat pasien tentang perubahan struktur atau fungsi tubuh
karena penyakit ()tidak ada perubahan, (-) tidak tahu pasti, (-) ada perubahan

Kesimpulan dari data pola persepsi diri dan konsep diri, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskan
pada analisa data : tidak ada perubahan, pasien tampak tenang dan pasien menerima penyakit
yang dialaminya dengan ikhlas

Pola peran dan berhubungan (relationship)

Dengan siapa pasien tinggal: (-) sendirian, () bersama dengan orangtua

Menikah: () belum, (-) anak tidak ada

Keluarga terdekat: ayah

Pekerjaan: buruh dipelabuhan

Status pekerjaan: () karyawan, (-) pekerja paruh waktu, (-) pekerja tetap, (-) pensiunan, (-) tidak
bekerja
Sistem pendukung: (-)pasangan, (-) tetangga/teman, () keluarga berdekatan

Interaksi keluarga (jelaskan): sangat baik

Tanyakan kepada pasien tentang:

Bagaiamana perhatiannya (concern) tentang penyakit : pasien menyerahkan semuanya kepada


Allah dan terus berdoa untuk diberi kesembuhan

Apakah ketika dirawat di rumah sakit menyebabkan perubahan peran yang bermakna : peranya
berubah namun tidak bermakna

Aktivitas sosial: () aktif, (-) terbatas, (-) tidak ada

Aktif berpartisipasi dalam hal apa : pasien tampak kooperatif dan menjawab semua pertanyaan
dari perawat dengan riang tanpa rasa malu

Perasaan kenyamanan dalam situasi social (subjektif): () nyaman, (-) idak nyaman

Kesimpulan dari data pola peran dan berhubungan (relationship), yang akan dilanjutkan untuk
dirumuskan pada analisa data : Ibu pasien mengatakan bahwa pasien adalah sosok yang periang
dan persepsi pasien terhadap penyakitnya adalah tidak perlu mengkhawatirkan penyakitnya,
cukup berhati-hati dan tetap waspada

8. Pola seksualitas dan reproduksi


Perempuan:

HPHT: G:-P:-A:-

Menopause: (-) iya, () belum

Kontrasepsi: (-) iya, () tidak

Perdarahan vagina: (-) iya, , () tidak

Riwayat penyakit menular seksual: , (-) ada , () tidak ada

Laki-laki:

Riwayat masalah prostat: ( ) ada, ( ) tidak ada

Riwayat pengeluran dari penis (penile discharge), perdarahan, lesi ( ) ada, ( ) tidak ada
Pemeriksaan protat terakhir: ( )

Riwayat penyakit menular seksual: ( ) ada, ( ) tidak ada

Apakah masalah-masalah di atas berpengaruh terhadap fungsi seksual?

Apa yang menjadi perhatian (concern) seksual saat ini?

Kesimpulan dari data Pola seksualitas dan reproduksi, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskan
pada analisa data : Pasien sudah mengalami menstruasi, belum menikah, dan tidak memiliki
gangguan di sistem reproduksi

9. Pola koping dan toleransi stres


Tanda-tanda stres berlebihan (menangis, meremas-remas tangan, mengepalkan tinju) jelaskan :
ibu pasien mengatakan bahwa sang anak adalah orang yang periang dan tidak terlihat stress

Tanyakan kepada pasien tentang:

Cara utama mengatasi stress : (-)

Hal yang menjadi perhatian berkaitan dengan hospitalisasi/penyakit (finansial, perawatan diri): (-)

Apakah pernah mengalami kehilangan (loss) dalam satu tahun terakhir: (-) iya, () tidak

10. Pola nilai-nilai dan keyakinan


Agama: () Islam, (-) Kristen, (-) Protestan, (-) Katolik, (-) Hindu, (-) Budha,

(-)Yahudi

Tanyakan kepada pasien tentang:

Keterbatasannya dalam menjalankan agama: tidak ada

Praktik beragamanya: sholat 5 waktu, berpuasa, mengaji

Perhatiannya (concern) berkaitan dengan kemampuannya mempraktikkan kewajiban agamanya:


() ada, (-) tidak ada : selalu sholat 5 waktu dan rutin berpuasa

Kesimpulan dari data Pola koping dan toleransi stress, yang akan dilanjutkan untuk dirumuskan
pada analisa data : Pasien adalah sosok yang patuh dengan ajaran islam dan menjauhi larangan-
larangan Allah
11. Pemeriksaan penunjang :

a. Laboratorium :
1. Tanggal 20 september 2021
No. Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai Normal
1. Hemoglobin 4,9 13,2-17,3 mg/dl
2. Hematokrit 17,8 40,0-52,0%
3. Leukosit 8,9 4.500-11.000/uL
4. Trombosit 373.000 150.000-350.000
5. Rapid Antigen Negatif Negatif

2. Tanggal 21 september 2021

No. Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai Normal

1. Hemoglobin 8 13,2-17,3 mg/dl

2. Hematokrit 26,6 40,0-52,0%

3. Leukosit 14 4.500-11.000/uL

4. Trombosit 284.000 150.000-350.000

b. Pengobatan program terapi dan cairan


1) Infus futrolit 1600cc/jam
2) Injeksi octanate jika perdarahan aktif 2x1, jika tidak ada perdarahan 1x tiap jam 10.00
3) Transfusi PRC 2 kolf, 1 kolf/12 jam pre furosemide 1 amp (durasi transfusi 3 jam)

c. Hasil pemeriksaan diagnostik: (-)

III. Patofisiologi/pathways berdasarkan kasus:

DNA

Kekurangan faktor VII dan IX ↔ Faktor ekonomi kurang
↓ ↓
Mengalami trauma (tumpul, tajam) Penurunan berat badan
↓ ↓
Perdarahan lama
Defisit nutrisi

Perdarahan gigi
Resiko syok ↓
Perawatan gigi menurun

Defisit perawatan diri



Infeksi
IV. ANALISIS DATA

Nama Klien : An. S Tanggal masuk : 20 september 2021

Ruangan :7 Tanggal Pengkajian : 20 september-22 september 2021

Diagnosa Medis : hemofilia

DATA SUBJEKTIF DAN ETIOLOGI MASALAH


DATA OBJEKTIF KEPERAWATAN

1. Data subjektif Risiko syok dibuktikan dengan Risiko syok (D.0039)


perdarahan yang lama
 Pasien mengatakan
gusi berdarah sejak 6
hari yang lalu, pusing,
nyeri siku kanan
 Ibu pasien mengatakan
bahwa pasien memiliki
riwayat hemofilia
sejak kecil

Data objektif :

 Wajah terlihat pucat


 Konjungtiva anemis
 Mukosa oral kering
 Tampak perdarahan di
gusi
 TD 100/70mmHg
 Nadi 105x/menit
 RR 20x/menit
 Suhu 36,9 C
 Memar disiku kanan
 HB awal 4,9

2. Data subjektif Defisit nutrisi berhubungan Defisit Nutrisi (D.0019)


dengan faktor ekonomi (finansial
Ibu pasien mengatakan kurang mencukupi) dibuktikan
keluarganya merupakan
dengan berat badan kurang
keluarga yang sangat
sederhana dengan kondisi
ekonomi keluarga yang hampir
kurang, ayahnya bekerja
sebagai buruh pelabuhan, dan
ibunya sebagai iburumah
tangga. Keluarga dapat
memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari tetapi dengan menu
seadanya. Keluarga sangat
jarang mkan daging atau
makanan yang nilai jualnya
cukup tinggi. Pasien sudah
berhenti minum susu formuka
sejak usia 5 tahun. Pasien
mengalami penurunan nafsu
makan karena terdapat
perdarahan pada gusi.

Data objektif :

 BB : 27 kg
 TB : 140 cm
 IMT : 13,7 (berat
badan kurang)
 Memiliki riwayat
hemofilia
 Perdarahan aktif di
gusi
 Membran mukosa
kering
 Konjungtiva anemis
 Wajah tampak pucat

3. Data subjektif : Defisit perawatan diri Defisit Perawatan Diri


berhubungan dengan penurunan (D.0109)
Pasien mengatakan perdarahn motivasi/minat dibuktikan
terus-menerus di gusi sejak 6
dengan pasien tidak menggosok
hari yang lalu
gigi selama perdarahan
Data objektif :

 Pasien tidak
menggosok gigi
selama perdarahan
 Gigi tampak kuning
bercampur kemerahan
 Leukosit awal
sebanyak 8.900
 Trombosit awal
373.000
Prioritas Diagnosa Keperawatan

1) Risiko syok dibuktikan dengan perdarahan lama


2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi (finansial kurang mencukupi) dibuktikan
dengan berat badan kurang
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/minat dibuktikan dengan pasien
tidak menggosok gigi selama perdarahan
4)
V. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. S Tanggal masuk : 20 september 2021

Ruangan :7 Tanggal Pengkajian : 20 september 2021

Diagnosa Medis : hemofilia

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN

1. Risiko syok Tingkat syok (L.03032) Pencegahan syok (I.02068) Pencegahan syok
dibuktikan dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi Observasi
perdarahan lama
selama 3x24 jam diharapkan tingkat syok
menurun dengan kriteria hasil :  Monitor status  Untuk
Data subjektif kardiopulmonal
• Pasien mengatakan mengetahui
Tujuan awal target  Monitor status
gusi berdarah sejak 6 fungsi dan
oksigen
hari yang lalu, Perdarahan 2 5  Monitor status status organ
pusing, nyeri siku cairan vital
Pucat 2 5
kanan  Untuk
Terapeutik mengetahui
• Ibu pasien Tekanan 2 5
mengatakan bahwa darah status oksigen
 Berikan oksigen
pasien memiliki sistolik  Untuk
untuk
riwayat hemofilia mempertahankan mengetahui
Tekanan 2 5
sejak keciL. darah satursi oksigen kebutuhan
diastolik >94% cairan tubuh
Data objektif :  Pasang jalur iv, jika
Frekuensi 2 5 perlu Terapeutik
• Wajah terlihat pucat
nadi
• Konjungtiva anemis Edukasi  Untuk
• Mukosa oral kering memenuhi
• Tampak perdarahan  Jelaskan
penyebab/faktor kebutuhan
di gusi Keterangan
risiko syok oksigen dalam
• TD 100/70mmHg mencegah
1) Meningkat  Jelaskan tanda dan
• Nadi 105x/menit gejala awal syok syok
2) Cukup meningkat
• RR 20x/menit  Anjurkan  Untuk
3) Sedang
• Suhu 36,9 C memperbanyak mempercepat
4) Cukup menurun
• Memar disiku kanan asupan cairan oral
5) Menurun penghantaran
• HB awal 4,9  Anjurkan
obat
menghindari
Keterangan
tekanan atau
Edukasi
gesekan yang kuat
1) Memburuk
pada area
2) Cukup memburuk  Untuk
perdarahan
menambah
3) Sedang Kolaborasi pengetahuan
4) Cukup membaik mengenai syok
 Kolaborasi
5) Membaik  Untuk
pemberian iv, jika
perlu mengetahui
 Kolaborasi tanda gejala
pemberian transfusi syok
darah, jika perlu  Untuk
 Kolaborasi memenuhi
pemberian kebutuhan
antiinflamasi, jika
cairan
perlu
 Untuk
menjaga area
perdarahan

Kolaborasi

 Mengontrol
kebutuhan
sirkulasi darah
 Untuk
mengatasi
perdarahan
 Untuk
memberikan
obat terapi
berupa
octanate

2. Defisit nutrisi Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi Observasi


berhubungan dengan (I.03119)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Untuk
faktor ekonomi
selama 3x24 jam diharapkan status nutrisi Observasi mengetahui
(finansial kurang membaik dengan kriteria hasil :
mencukupi)  Identifikasi status kebutuhan
dibuktikan dengan nutrisi makanan
berat badan kurang  Identifikasi alergi pasien
dan intoleransi  Untuk
Data subjektif : makanan mengetahui
 Identifikasi makanan yang
Ibu pasien makanan yang
dihindari
mengatakan disukai
pasien
keluarganya  Identifikasi
kebutuhan kalori  Untuk
merupakan keluarga
dan jenis nutrien mengetahui
yang sangat
 Monitor asupan makanan yang
sederhana dengan
kondisi ekonomi makanan disukai pasien
keluarga yang hampir  Monitor berat  Untuk
Tujuan awal target badan
kurang, ayahnya memenuhi
bekerja sebagai buruh Berat badan 2 5 Terapeutik kebutuhan
pelabuhan, dan nutrisi pasien
ibunya sebagai ibu Indeks masa 2 5  Sajikan makanan  Untuk
rumah tangga. tubuh secara menarik dan mengidentifika
Keluarga dapat suhu yang sesuai
Frekuensi 2 5 si kekurangan
memenuhi kebutuhan  Berikan makanan
makan dan kebutuhan
tinggi serat untuk
makan sehari-hari makanan
Nafsu makan 2 5 mencegah
tetapi dengan menu konstipasi  Untuk
seadanya dan kadang  Berikan makanan memberikan
hanya makan 1x/hari. tinggi kalori dan informasi
Keluarga sangat Keterangan : tinggi protein tentang
jarang makan daging kebutuhan diet
1) Memburuk Edukasi
atau makanan yang 2) Cukup memburuk
nilai jualnya cukup 3) Sedang  Ajarkan diet yang Terapeutik
tinggi. Pasien sudah 4) Cukup membaik diprogramkan
5) Membaik  Untuk
berhenti minum susu
Kolaborasi mernarik
formuka sejak usia 5
pasien agar
tahun. Pasien  Kolaborasi dengan
bisa makan
mengalami ahli gizi untuk
penurunan nafsu  Untuk
menentukan jumlah
makan karena memperlancar
kalori dan jenis
terdapat perdarahan proses
nutrien yang
pada gusi. pencernaan
dibutuhkan, jika
Data objektif :  Untuk
perlu
membuat
• BB : 27 kg kebutuhan
• TB : 140 cm nutrisi
• IMT : 13,7 (berat menjadi
badan kurang) efektif
• Memiliki riwayat
hemofilia Edukasi
• Perdarahan aktif di
 Untuk
gusi
memperbaiki
• Membran mukosa
kebutuhan
pucat
nutrisi

Kolaborasi

 Diet yang
tepat untuk
menurunkan
maslah
kebutuhan
nutrisi

3. Defisit perawatan diri Perawatan diri (L.11103) Perawatan mulut (I.11356) Observasi
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi  Untuk
penurunan
selama 3x24 jam diharapkan perawatan mengetahui
motivasi/minat diri meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi kondisi
dibuktikan dengan oral (mis.luka, perdarahan di
pasien tidak karies gigi, plak, gusi dan gigi
menggosok gigi saat sariawan, tumor)  Untuk
tujuan awal target  Monitor kebersihan memberi rasa
perdarahan
mulut, lidah dan nyaman di
Verbalisasi 1 5
Data subjektif : gusi mulut
keinginan
Pasien mengatakan melakukan Terapeutik
perdarahn terus- perawatan diri Terapeutik
menerus di gusi sejak  Pilih sikat gigi
Mempertahankan 1 5 sesuai dengan  Untuk mrnjaga
6 hari yang lalu.
kebersihan mulut kondisi pasien area
Data objektif :  Fasilitasi menyikat perdarahan
Leukosit 1 4
gigi secara mandiri  untuk
• Pasien tidak
Perdarahan di 1 5  Sikat gigi minimal mengajarkan
menggosok gigi 2 kali sehari
mulut pasien mandiri
selama perdarahan
• Gigi tampak kuning Edukasi  untuk
bercampur kebersihan
Keterangan warna kuning :  Jelaskan prosedur mulut agar
kemerahan tindakan pada
• Leukosit awal tidak bau dan
1) Menurun pasien dan keluarga
masuk sebanyak membuat
2) Cukup menurun
8.900 nyaman
3) Sedang
4) Cukup meningkat Edukasi
5) Meningkat
 untuk
memberikan
pemahaman
mengenai apa
saja tindakan
yang
dilakukan

VI. CATATAN KEPERAWATAN


Nama Klien : An. S Tanggal masuk : 20 september 2021

Ruangan :7 Tanggal Pengkajian : 20 september-22 september 2021

Diagnosa Medis : hemofilia

Paraf
NO Hari/tgl/ Diagnosa Implementasi dan
waktu Keperawatan Nama
1. 20 September Risiko Syok Observasi Titas
2021  Memonitor status kardiopulmonal
Evaluasi
07.30-07.45 TD: 100/70, Nadi 105x/m , RR: 20, pasien sedikit
pusing, wajah tampak pucat, conjungtiva anemis
 Memonitor saturast oksigen
Evaluasi : Saturasi pasien 99.100% tanpa oksiger
tambahan
 Memonitor status cairan
Evaluasi : CRI 2 detik, turgor kult elastis, mukosa
oral kering, pasien terpasang infus futrolit 1600 cc/
24 jam, minun 700cc/hari
Terapeutik
07.45-08.00  Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen > 94 %
Evaluasi : Tidak terpasang oksigen pada pasien,
saturasi 99-%
 Memasang jalur IV
Evaluasi : Pasien terpasang infus futrolit 1600
cc/jam
Edukasi
 Menjelaskan landa dan gejala awal syok
08.00-08.20
Evaluasi : pasien memahami tanda dan gejala
awal syok dan akan segera melapor ke perawat jika
ada tanda dan gejala awal
syok
 Menjelaskan penyebab/faktor risiko syok
Evaluasi : pasien memahami penyebab/faktor
risiko syok
 Menganjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Evaluasi : Pasien mengatakan anak minum 1/2
botol aqua ukuran besar per hari
 Menganjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
Evaluasi : Pasien mengatakan akan meningkatkan
asupan makanan untuk mengurangiadanya resiko
perdarahan
Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian IV
08.20-08.30 Evaluasi : Terpasang futrolit 1600 cc/jam
 Berkolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan
Evaluasi : Pemberian obat Octanate 2x1
 Berkolaborasi pemberian Tranfusi
Evaluasi : pasien telah mendapat tranfusi PRC 2
kolf, HB 8 mg/dl setelah tranfusi
2. 20 September Defisit Nutrisi Observasi
2021  Mengidentifikasi status nutrisi
10.00-10.30 Evaluasi : Indeks IMT 16,7 (sangat kurang), Berat
dan tinggi 43 kg dan 160 cm
 Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makanan
Evaluasi : Tidak ada alergi dan intoleransi
makanan
 Mengidentifikasi makanan yang disukai
Evaluasi : Pasien mengatakan suka makan telur
dan kue bolu
 Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
Evaluasi : Kebutuhan kalori untuk 21 tahun 1400
kkal
 Memonitor asupan makanan
Evaluasi : Setiap harinya pasien menghabiskan 1
porsi makanan dari RS
 Memonitor berat badan
Evaluasi : BB 43 Kg
Terapeutik
 Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
10.30-10.45 Evaluasi : memberikan makanan dalam kondisi
hangat dan berkuah
 Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Evaluasi : disiapkan sesuai dengan anjuran ahli
gizi
 Mengajarkan diet yang di programkan
Evaluasi : pasien memahami diet yang di
programkan
Kolaborasi
 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan iumlah kalori dan jenis
nutrient
10.50-11.00
yang dibutuhkan
Evaluasi : Sesuai dengan Anjuran ahli gizi Gizi
TKTP (Tinggi Kalori dan tinggi protein)
3. 20 september Defisit Observasi
2021 Perawatan Diri  Mengidentifikasi kondisi oral
15.00-15.15 Evaluasi : Kondisi gusi masih terdapat adanya
perdarahan
 Memonitor kebersihan mulut, lidah dan
gusi
Evaluasi : Pasien tidak berani untuk sikat gigi
karena takut perdarahan, gigi tampak kuning dan
terdapat darah kering menempel di gigi, mulut
berbau
18.30-18.45 Terapeutik
 Memilih sikat gigi sesuai dengan kondisi
pasien
Evaluasi : Pasien belum menyikat gigi selama 6
hari karena perdarahan gusi
 Memfasilitasi menyikat gigi secara mandiri
Evaluasi : pasien menyikat gigi ditemani dengan
perawat
 Memberikan air dingin untuk berkumur
Evaluasi : Pasien mengatakan berkumur
dengan air dingin sebelum dan sesudah menyikat
gigi
 Membersihkan seluruh area mulut dengan
lembut dan perlahan
Evaluasi : mulut dibersihkan dengan lembut dan
perlahan agar tidak terjadi perdarahan, gusi tidak
terlalu di sentuh untuk mencegah perdarahan
berulang
Edukasi
 Menjelaskan prosedur tindakan pada
pasien dan keluarga
19.00-19.10
Evaluasi : pasien dan keluarga memahami
 Berkolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan sebelum melakukan perawatan
mulut
Evaluasi : Pemberian obat Octanate 2x1
1. 21 September Risiko Syok Observasi Titas
2021  Memonitor status kardiopulmonal
09.00-09.20 Evaluasi : TD: 90/70 Nadi 100x/m RR:
19x/menit, akral hangat, tidak ada pusing, HB 8,
wajah pucat, conjungtiva anemis
 Memonitor saturasi oksigen
Evaluasi : Saturasi pasien 99-100%
 Memunitor status cairan
Evaluasi : CRT < 2 detik, turgor kulit elastis,
mukosa oral sedikit lembab, terpasang infus futrolit
1600 cc/24 jam, pasien minum 600 cc/hari
Edukasi :
 Menganjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
10.00-10.20 Evaluasi : pasien mengatakan anak minum air
putih 600 cc/hari
 Menganjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K
Evaluasi : pasien mengatakan tetap untuk
meningkatkan asupan makanan untuk mengurangi
resiko perdarahan
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian IV
Evaluasi : Terpasang futrolit 1600 cc/jam
11.00-10.10
 Mengkolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan
Evaluasi : Pemberian obat Octanate 2x1, gusi
masih berdarah tetapi tidak banyak, memar mulai
berkurang, telah di berikan tindakan rest dan ice
pada siku kanan

2. 21 September Defisit Nutrisi Observasi :


2021  Mengidentifikasi status nutrisi
10.40-10.505 Evaluasi : IMT 16,7 (sangat kurang) , Berat dan
tinggi 43 kg dan 160 cm
 Memonitor asupan makanan
Evaluasi : pasien menghabiskan 1 porsi
makanan dan menghabiskan snack berupa puding
dan bubur sumsum dari RS
 Memonitor berat badan
Evaluasi : BB 43 kg
13.00-13.15 Terapeutik
 Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Evaluasi : memberikan makanan dalam kondisi
hangat dan berkuah
 Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Evaluasi : disiapkan sesuai dengan anjuran ahli
gizi, pasien makan besar 3x/hari dan selingan snack
2x/hari
14.00-14.15 Kolaborasi
 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Evaluasi : Sesuai dengan Anjuran a hli gizi Gizi
TKTP (Tinggi Kalori dan tinggi protein)

3. 21 September Defisit Observasi


2021 Perawatan Diri  Mengidentifikasi kondisi oral
15.00-15.15 Evaluasi : Kondisi mulut mash terdapat adanya
Perdarahan
 Memonitor kebersian mulut, lidah dan gusi
Evaluasi : mukosa oral sedikit lembab, gigi tampak
kuning dengan darah kering menempel di gigi,
mulut berbau, bibir pucat, lidah kotor, gusi berdarah
sedikit
Terapeutik
15.40-15.55  Memilih sikat gigi sesuai dengan kondisi
pasien
Evaluasi : perawat memberikan sikat gigi bayi
untuk pasien
 Memfasilitasi menyikat gigi secara
mandiri
Evaluasi : menemani pasien ke kamar mandi dan
mengarahkan cara menyikat gigi
 Memberikan air dingin untuk berkumur
Evaluasi : Pasien berkumur dengan air dingin
sebelum dan setelah menyikat gigi
 Membersihkan seluruh area mulut dengan
lembut dan perlahan
Evaluasi : mulut dibersihkan dengan lembut dan
perlahan agar tidak terjadi perdarahan, area gusi
tidak di bersihkan secara maksimal untuk mencegah
perdarahan
Edukasi :
 Menjelaskan prosedur tindakan pada pasien
dan keluarga
16.20-16.30 Evaluasi : pasien memahami cara menyikat gigi
saat gusi mash mengalami perdarahan, pasien
mengatakan mulut lebih terasa segar
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan sebelum melakukan perawatan
16.30-16.40 mulut
Evaluasi : obat Octanate diberikan sebelum
pasien menyikat gigi untuk
mengontrol perdarahan
1. 22 September Risiko Syok Observasi : Titas
2021  Memonitor status kardiopulmonal
08.40-08.55 Evaluasi : TD: 110/80 mmHg Nadi 100 x/m
RR :19x/m, akral hangat, wajah pucat,
conjungtiva merah muda, gusi tidak
ada perdarahan
 Memonitor saturasi oksigen
Evaluasi : Saturasi pasien 99-100%
 Memunitor status cairan
Evaluasi : CRT < 2 detik, turgor kulit elastis,
mukosa oral lembab, terpasang infus
futrolit 1600 cc/24 jam, pasien
minum air putih 700 cc/24 jam,
BAK lancar
Edukasi
09.30-09.40  Menganjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Evaluasi : Orang tua mengatakan anak minum
700cc/24 jam
 Menganjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
Evaluasi : pasien mengatakan akan tetap
meningkatkan asupan makanan untuk mengurangi
adanya resiko perdarahan
Kolaborasi
10.10-10.25
 Berkolaborasi pemberian IV
Evaluasi : Terpasang futrolit 1600 cc/jam
 Mengkolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan
Evaluasi : Pemberian obat Octanate 1x pada
jam 10.00 pagi karena tidak ada perdarahan, memar
di siku kanan berkurang, telah diberikan tindakan
rest dan ice

2. 22 September Defisit Nutrisi Observasi :


2022  Mengidentifikasi status nutrisi
11.00-11.20 Evaluasi : IMT 16,7 (kurang) , Berat dan tinggi 43
kg dan 160 cm
 Memonitor asupan makanan
Evaluasi : pasien menghabiskan 1 porsi
makanan dan snack berupa bubur sumsum dari RS,
tidak ada muntah atau mual
 Memonitor berat badan
Evaluasi : Hari pertama dan kedua 43 kg, Hari
ketiga 43,7 Kg
Terapeutik :
 Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Evaluasi : memberikan makanan dalam kondisi
hangat dengan di tambah ice cream
 Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Evaluasi : disiapkan sesuai dengan anjuran ahli
gizi, pasien makan besar sebanyak 3x
dan snack sebanyak 2x per hari
14.30-14.40 Edukasi
 Mengajarkan diet yang di programkan
Evaluasi : pasien memahami diet yang di
programkan
16.00-16.10
Kolaborasi
 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Evaluasi : Sesuai dengan Anjuran ahli gizi Gizi
TKTP (Tinggi Kalori dan tinggi protein)

3. 22 September Defisit Observasi


2021 Perawatan Diri  Mengidentifikasi kondisi oral
17.00-17.15 Evaluasi : Kondisi oral tidak ada perdarahan
 Memonitor kebersihan mulut, lidah dan
gusi
Evaluasi : gigi kuning berkurang, tidak ada sisa
darah kering yang menempel pada gigi, mulut tidak
berbau, lidah bersih, mukosa oral lembab, tidak ada
perdarahan gusi
18.30-18.40 Terapeutik
 Memilih sikat gigi sesuai dengan kondisi
pasien
Evaluasi : pasien memiliki sikat gigi bayi
 Memfasilitasi menyikat gigi secara mandiri
Evaluasi : perawat menemani pasien menyikat
mandi dan mengarahkannya, menyedikan air kumur
yang dingin
 Memberikan air dingin untuk berkumur
Evaluasi : Pasien berkumur dengan air dingin
sebelum dan sesudah menyikat gigi
 Membersihkan seluruh area mulut dengan
lembut dan perlahan
Evaluasi : mulut dibersihkan dengan lembut dan
perlahan agar tidak terjadi perdarahan, gusi tidak
terlalu di sentuh untuk mencegah perdarahan
berulang
Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian bat pengontrol
20.00-20.10 perdarahan sebelum melakukan perawatan
mulut
Evaluasi : Pemberian obat Octanate 1x saja yaitu
jam 10.00 pagi sebelum menyikat gigi
VII. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. S Tanggal masuk RS : 20 september 2021

Ruangan :7 Tanggal Pengkajian : 20 september-22 september 2021

Diagnosa Medis : hemofilia

PARAF
DAN
NO HARI/TGL/WAKTU DIAGNOSA EVALUASI NAMA

1. 20 September 2021 Risiko Syok DS : Pasien mengatakan sedikit pusing Titas

DO : ku sedang, kesadaran composmentis, mukosa oral


kering, turgor kulit elastis, SPO2 99%, wajah tampak pucat,
conjungtiva anemis, pasien sudah mendapatkan transfusi
darah 2 kolf, HB awal 4,9 kemudian meningkat menjadi 8
mg/dl setelah transfusi, tamapak memar disiku kanan, gusi
masih mengalami perdarahan, tampak darah kering
menempel di gigi, CRT<2 detik, TD : 100/70 mmHg, Nadi:
105x/menit, RR: 20x/menit, Suhu 36,9

Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Pendarahan 2 5 3

Pucat 2 5 3

Tekanan darah Sistolik 2 5 3

Tekanan darah diastolik 2 5 3

Frekuensi nadi 2 5 4

Assesment : Masalah risiko syok belum teratasi

Planning : Intervensi dilanjutkan

• Memonitor status kardiopulmonal

• Memonitor saturasi oksigen

• Memunitor status cairan

• Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral


• Menganjurkan meningkatkan

asupan makanan dan vitamin K

• Kolaborasi pemberian IV

• Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan

Defisit Data Subjektif : pasien mengatakan dapat menghabiskan 1


Nutrisi porsi makan siang beserta snack yang diberikan dan tidak
mual

Data Objektif : ku sedang, kesadaran composmentis, pasien


tampak menghabiskan 1 porsi makanann, tidak muntah, BB
45kg, TB 160 cm, IMT 13,8 (kurang), diet pasien TKTP,
pasien suka makan telur dan bolu

Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Berat badan 2 5 2

Indeks masa tubuh 2 5 2

Frekuensi makan 2 5 3

Nafsu makan 2 5 3

Assesment : Masalah defisit nutrisi belum teratasi

Planning : Intervensi dilanjutkan

• Mengidentifikasi status nutrisi

• Memonitor asupan makanan

• Memonitor berat badan

• Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

• Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

• Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan

TKTP (Tinggi Kalori dan tinggi protein)


Data subjektif : pasien mengatakan tidak menyikat gigi
selama 6 hari karena gusi berdarah

Data objektif : ku sedang, kesadaran composmentis, mukosa


Defisit oral masih kering, gusi tampak berdarah, gigi berwarna
perawatan kuning dengan sisa darah kering menempel di gigi, mulut
diri bau, leukosit 14.000

Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Verbalisasi keinginan 1 5 2
melakukan perawatan diri

Mempertahankan 1 5 2
kebersihan mulut

leukosit 1 5 2

Pendarahan mulut 1 5 2

Assesment : Masalah defisit perawatan diri belum teratasi

Planning : Intervensi dilanjutkan

• Mengidentifikasi kondisi oral

• Memonitor kebersian mulut, lidah dan gusi

• Memilih sikat gigi sesuai dengan kondisi pasien

• Memfasilitasi menyikat gigi secara mandiri

• Memberikan air dingin untuk berkumur

•Membersihkan seluruh area mulut dengan lembut dan


perlahan

• Menjelaskan prosedur tindakan pada pasien dan keluarga

• Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan sebelum


melakukan perawatan mulut
2. 21 September 2021 Risiko syok Data subjektif : pasien mengatakan tidak pusing dan gusi
masih berdarah

Data objektif : ku sedang, kesadaran composmentius, akral


hangat, mukosa oral sedikit lembab, gusi masih tampak ada
darahnya namun tidak banyak, CRT<2 detik, memar di siku
kanan berkurang, terpasang infus futrolit 1600 cc/24 jam,
pasien minum air putih 600cc/24 jam, HB 8mg/dl, wajah
tampak pucat, conjungtiva anemis, TD 90/70 mmHg, Nadi
100x/menit, RR 19x/menit

Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Pendarahan 3 5 4

Pucat 3 5 4

Tekanan darah Sistolik 3 5 3

Tekanan darah diastolik 3 5 3

Frekuensi nadi 4 5 4

Assesment : Masalah risiko syok teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

• Memonitor status kardiopulmonal

• Memonitor saturasi oksigen

• Memunitor status cairan

• Menganjurkan memperbanyak asupancairan oral

• Menganjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin


K

• Berkolaborasi pemberian IV

• Mengkolaborasi pemberian obat pengontrol perdaraha

Data subjektif : pasien mengatakan dapat menghabiskan 1


Defisit nutrisi porsi makanan dan snack berupa bubur sumsum dan puding
dari RS

Data objektif : ku sedang, kesadaran composmentis, BB


45kg, TB 160 cm, IMT 13,8 (masih kurang), pasien makan
besar 3x/hari dan selingan sanck 2x/sehari

Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Berat badan 2 5 3

Indeks masa tubuh 2 5 3

Frekuensi makan 3 5 4

Nafsu makan 3 5 4

Assesment : Masalah defisit nutrisi teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

•Mengidentifikasi status nutrisi

•Memonitor asupan makanan

•Memonitor berat badan

•Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

•Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

•Mengajarkan diet yang di programkan

•Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan

Data subjektif : pasien mengatakan telah memahami cara


menyikat gigi yang benar meskipun gusi masih sering
berdarah, pasien merasa mulut terasa lebih segar

Data objektif : ku sedang, kesadaran composmentis, pasien


Defisit
telah menyikat gigi, gigi tidak ada perdarahan aktif selama
perawatan
menyikat gigi, mulut tidak bau lagi, gigi kuning berkurang,
diri
darah kering tidak ada lagi menempel di gigi, lidah bersih,
leukosit 14.000
Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Verbalisasi keinginan 2 5 3
melakukan perawatan diri

Mempertahankan 2 5 3
kebersihan mulut

leukosit 2 5 3

Pendarahan mulut 2 5 3

Assesment : Masalah defisit perawatan diri teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

• Mengidentifikasi kondisi oral

• Memonitor kebersihan mulut, lidah dan gusi

•Memilih sikat gigi sesuai dengan kondisi pasien

•Memfasilitasi menyikat gigi secara mandiri

• Memberikan air dingin untuk berkumur

• Membersihkan seluruh area mulut dengan lembut dan


perlahan

• Berkolaborasi pemberian bat pengontrol perdarahan


sebelum melakukan perawatan mulut
3. 22 September 2023 Risiko syok Data objektif : pasien mengatakan gusi tidak lagi berdarah,
badan terasa lebih segar

Data objektif : ku sedang, kesadaran composmentis, gusi


tidak berdarah, pemberian obat octanate 1x saja, akral
hangat, wajah pucat, conjungtiva merah muda, CRT<2 detik,
memar di siku kanan berkurang, mukosa oral sudah lembab,
turgor kulit elastis, pasien terpasang futrolit 100cc/24 jam,
pasien minum air putih 700cc/24 jam, BAK lancar, TD
110/80 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 19x/menit, SPO2 99-
100%

Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Pendarahan 4 5 5

Pucat 4 5 4

Tekanan darah Sistolik 3 5 5

Tekanan darah diastolik 3 5 5

Frekuensi nadi 4 5 5

Assesment : Masalah risiko syok teratasi

Planning : Intervensi dipertahankan dan dilanjutkan di rumah

Data subjektif : pasien mengatakan menghabiskan 1 porsi


makanan dan snack berupa bubur sumsum dan gandum, tidak
mual
Defisit
Data objektif : ku sedang, kesadaran composmentis, mukosa
nutrisi
oral lembab, turgor kulit elastis, pasien tampak
menghabiskan 1 porsi makanan dan snack berupa bubur
sumsum dan gandum, tidak muntah, pasien makan besar
3x/hari dan selingan snqck 2x/sehari, BB naik 46kg, TB
160cm, IMT 13,8
Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Berat badan 3 5 1

Indeks masa tubuh 3 5 1

Frekuensi makan 4 5 5

Nafsu makan 4 5 5

Assesment : Masalah defisit nutrisi teratasi

Planning : Intervensi dipertahankan dan dilanjutkan dirumah

Data subjektif : pasien mengatakan dapat menyikat gigi


secara mandiri dengan langkah-langkah yang telah diajarkan
Defisit
Data objektif : ku sedang, kesadaran composmentis, gigi
perawatan
tidak ada perdarahan aktif selama menyikat gigi, mulut tidak
diri
bau lagi, gigi kuning sedikit, lidah bersih tidak ada
perdarahan di gusi, darah kering tidak ada lagi menempel di
gigi, leukodit 1400, dan tidak ada pemeriksaan selanjutnya

Kriteria Hasil Awal Target Hasil

Verbalisasi keinginan 3 5 5
melakukan perawatan diri

Mempertahankan 3 5 5
kebersihan mulut

leukosit 3 5 4

Pendarahan mulut 3 5 5

Assesment : Masalah defisit perawatan diri teratasi

Planning : Intervensi dipertahankan dan dilanjutkan dirumah


DAFTAR PUSTAKA

Agasani, F., & Windiastuti, E. (2019). Kualitas Hidup Anak dengan Hemofilia di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo. 21(6), 73-80.

Bima,Muhammad Arryanugrah.2013 Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. Yogyakarta :


Bhafanan Publishin.

Emergency Nurses Association, (2017). Competencies for Nurse Practitioners in Emergency Care.
Emergency Nurses Association, pp.1-18.

Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Susanto, Michael, Andre Kurniawan. (2016).Hemofilia. Ilmu Penyakit dalam. Fakultas Kedokteran
Universitas Pelita Harapan.

Yoshua, Vincentius, Engeline Angliadi. (2013). Rehabilitasi Medik pada hemophilia Fakultas Kedokteran
Universitas SamRatulangi Manado.

Jackson M, Marks L, May GHW, Wilson JB. (2018). The genetic basis of disease. Essays Biochem.
62(5):643-723. PubMed|https://doi.org/10.1042/EBC20170053|Google Scholar

Khosla N, Valdez R. A. (2018). Compilation of national plans, policies and government actions for rare
diseases in 23 countries. Intractable Rare Dis Res. 7(4):213-222. Google Scholar

Iorio A, Stonebraker JS, Chambost H. (2019). Establishing the prevalence and prevalence at birth of
hemophilia in males: a meta-analytic approach using national registries. Ann Intern Med.
171:540-546. Google Scholar

Palla R, Peyvandi F, Shapiro AD. (2015). Rare bleeding disorders: diagnosis and treatment. Blood.
125(13):2052-2061. PubMed|https://doi.org/10.1182/blood-2014-08-532820|Google Scholar

Anda mungkin juga menyukai