Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP KADAR


ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS SIULAK
MUKAI KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2022

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

LANDIA VIRONIKA
NIM : 2002097

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG

44

PROPOSAL

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP KADAR


ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS SIULAK
MUKAI KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2022
Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

LANDIA VIRONIKA
NIM : 2002097

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP KADAR


ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS SIULAK
MUKAI KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2022

Proposal Penelitian

Oleh :
LANDIA VIRONIKA
NIM : 2002097

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan pada sidang Ujian Proposal
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza
Saintika Padang pada tanggal ​ ​Juli 2022

Pembimbing I ​ ​ ​ ​ Pembimbing II

(Ns. Rhona Sandra, M.Kep) ​ (Ns. Putri Minas Sari, M.Kep)


Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(Ns. Weni Sartiwi, S.Kep, M.Kep)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan
bimbinganNya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul
“Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia Di
Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten Kerinci Tahun 2022”. Shalawat serta
salam peneliti sampaikan pula pada junjungan baginda Rassulullah SAW beserta
para sahabat beliau yang telah menyampaikan risalah sehingga peneliti menjadi
orang yang tercerahkan dalam nikmat iman Islam.
Proposal penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di STIKES SYEDZA SAINTIKA
Padang. Pada saat menyusun proposal penelitian ini peneliti banyak mendapatkan
bimbingan, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terimah kasih kepada yang terhormat
Ibu Ns. Rhona Sandra, M.Kep selaku pembimbing I dalam penyusunan proposal
ini. Ibu Ns. Putri Minas Sari, M.Kep selaku pembimbing II dalam penyusunan
proposal ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof DR. H. Syamsul Amar, M.Si Pembina Yayasan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumatra Barat.
2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep, MM Ketua STIKES SYEDZA
SAINTIKA Padang.
3. Ibu Dr. Ns. Weni Sartiwi, M.Kep Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang.
4. Ibu Hj. Efridawati Ali, SKM sebagai Kepala Puskesmas Siulak Mukai
yang telah mengizinkan dan membantu peneliti dalam pengambilan
data di Puskesmas Siulak Mukai.
5. Bapak/Ibu penguji proposal yang telah memberikan masukan dan saran
demi kesempurnaan proposal peneliti.
6. Bapak/ Ibu staf dosen pengajar Jurusan Ilmu Keperawatan STIKES
SYEDZA SAINTIKA Padang.
7. Seluruh rekan Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
SYEDZA SAINTIKA Padang yang telah banyak membantu dalam
penyusunan proposal ini.
8. Keluarga tercinta yang telah memberi dukungan dan motivasi selama
penyusunan proposal ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya dalam penulisan dan penyusunan
proposal ini banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, wawasan dan
kemampuan peneliti. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangatlah peneliti harapkan demi mencapai kesempurnaan
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Padang, Juli 2022

​ PENULIS

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ​ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ​ ii
KATA PENGANTAR ​ iii
DAFTAR ISI ​ v
DAFTAR TABEL ​ vii
DAFTAR BAGAN ​ viii
DAFTAR GAMBAR ​ ix
DAFTAR LAMPIRAN ​ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ​ 1
B. Rumusan Masalah ​ 6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum ​ 7
2. Tujuan Khusus ​ 7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti ​ 7
2. Bagi Puskesmas ​ 8
3. Bagi Institusi Pendidikan ​ 8
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ​ 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ​ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Lanjut Usia (Lansia)
1. Definisi Lanjut Usia ​ 9
2. Batasan Lanjut Usia ​ 9
3. Tipe lansia ​ 10
4. Ciri-ciri Lanjut Usia ​ 11
5. Tugas Perkembangan Lansia ​ 11
6. Proses menua (aging Proces) ​ 12
7. Teori-teori Proses Menua ​ 12
8. Permasalah yang Terjadi pada Lansia ​ 13
9. Perubahan fisik/biologis yang lazim pada usia 14
lanjut ​
B. Asam Urat
1. Definisi ​ 19
2. Etiologi ​ 20
3. Patofisiologi ​ 20
4. Manifestasi Klinis 23
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Arthritis Goat 24
6. Kadar Asam Urat 25
7. Penatalaksanaan 26
8. Pengukuran Kadar Asam Urat Darah 31

C. Senam Ergonomis
1. Definisi 32
2. Manfaat Senam Ergonomis 33
3. Teknik Dasar Senam Ergonomis 34
D. Kerangka Teori ​ 43

BAB
METODOLOGI PENELITIAN
III
A. Jenis dan Desain Penelitian ​ 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ​ 45
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi ​ 45
2. Sampel ​ 45
D. Etika Penelitian ​ 47
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data ​ 49
2. Teknik Pengumpulan Data ​ 49
3. Instrumen Penelitian ​ 50
F. Teknik Pengolahan Data ​ ​ 51
G. Analisa Data
1. Analisa Univariat ​ 52
2. Analisa Bivariat ​ 52
H. Kerangka Konsep ​ 52
I. Hipotesis ​ 53
J. Defenisi Operasional ​ 53
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Penggolongan Batas Usia Lanjut menurut WHO 10

Tabel 3.1 Definisi Operasional ​ 53

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Gerakan berdiri sempurna 35
Gambar 2.2 ​ 36
Gambar 2.3 Gerakan lapang dada ​ 38
Gambar 2.4 Gerakan tunduk syukur ​ 39
Gambar 2.5 Gerakan duduk perkasa ​ 40
Gambar 2.6 Gerakan duduk membakar ​ 42
Gerakan berbaring pasrah ​

DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 Pathway Arthritis Gout ​ 22
Skema 2.2 Kerangka Teori ​ 43
Skema 3.1 Konsep Penelitian ​ 44
Skema 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ​ 53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penulisan Proposal


Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Format Persetujuan
Lampiran 4 Lembar Observasi

x

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan suatu fase kehidupan yang akan dialami oleh setiap
manusia seperti halnya penuaan. Secara individu pengaruh proses penuaan
menimbulkan berbagai masalah fisik, biologis, mental maupun sosial ekonominya
(Kemenkes RI, 2013). Lansia akan mengalami penurunan, kelemahan,
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit, perubahan lingkungan,
hilangnya mobilitas dan ketangkasan serta perubahan fisiologis yang terkait dengan
usia (Maryam, 2013 dalam Pradyka dkk, 2020).
Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit salah satunya seperti peningkatan
kadar asam urat (hiperurisemia). Hal ini disebabkan oleh menurunnya fungsi kerja
ginjal sehingga mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat dalam tubulus ginjal
dalam bentuk urin. Selain itu, akibat proses penuaan terjadi penurunan produksi
enzim urikinase sehingga pembuangan asam urat menjadi terhambat (Fatimah,
2017).
Penyakit asam urat atau biasa dikenal dengan Athritis Gout merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam
tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Arthritis Gout termasuk
suatu penyakit degeneratif yang menyerang persendian dan sering dialami oleh
lansia (Damayanti, 2012).
World Health Organization (WHO) 2017, prevalensi Arthritis Gout di
dunia sebanyak 34,2%. Arthritis Gout sering terjadi di negara maju seperti
Amerika. Prevalensi Arthritis Gout di Negara Amerika sebesar 26,3% dari
total penduduk. Peningkatan kejadian Arthritis Gout tidak hanya terjadi di
negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang,
salah satunya di Negara Indonesia.
Penduduk Indonesia juga banyak mengalami asam urat. Usia 55-64
tahun sebesar 45,0%, usia 65–74 tahun sebesar 51,9%, serta usia ≥75 tahun
54,8% sedangkan pada usia diatas 34 tahun sebesar 35% yang membuat
Indonesia menjadi negara ke-4 terbesar di dunia yang penduduknya
mengalami asam urat (Saragih dkk, 2020). Data Riskesdas tahun 2018,
prevalensi penyakit asam urat di Indonesia mengalami peningkatan.
Prevalensi penyakit asam urat berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di
Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7% jika dilihat dari
karakteristik umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 (54,8%). Penderita
wanita juga lebih banyak (8,46%) dibandingkan dengan pria (6,13%).
Angka kejadian asam urat di Provinsi Jambi menempati peringkat 16
dari semua Provinsi yang ada di Indonesia yaitu, 22,3% Tahun 2016
(Riskesdas, 2016). Suatu survei epidemiologik yang dilakukan di Provinsi
Jambi terhadap 4683 sampel berusia 15-45 tahun, didapatkan Prevalensi
artritis gout sebesar 24,3%. Jumlah kunjungan penderita gout di Puskesmas
Tahun 2015 mencapai 3245 penderita dari semua Puskesmas di Jambi, tahun
2016 mengalami peningkatan 21.04% menjadi 4507 penderita. Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit persendian di Provinsi Jambi khususnya di
Jambi Kota masih cukup tinggi (Riskesdas Provinsi Jambi, 2016). Menurut
data yang diperoleh dari Dinas kesehatan Provinsi Jambi penyakit goat
arthritis pada penduduk usia lebih dari 15 tahun di Provinsi Jambi tahun
2018, penderita goat arthritis sebanyak 10,5% (Putri Ghea dkk, 2021)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci (2017)
didapatkan bahwa jumlah penderita penyakit rheumatoid arthritis mencapai
4.048 jiwa. Data tahun 2021 didapatkan bahwa dari 21 puskesmas yang ada
di Kabupaten Kerinci, Puskesmas Siulak Mukai termasuk peringkat lima
besar puskesmas dengan jumlah pasien yang menderita rheumatoid arthritis
sebanyak 714 kasus pada akhir tahun 2021 (Dinas Kesehatan Kabupaten
Kerinci, 2021).
Di Puskesmas Siulak Mukai selama beberapa tahun terakhir penyakit
arthritis selalu masuk sepuluh penyakit terbanyak yang ditemukan di Wilayah
Kerja Puskesmas Siulak Mukai. Data penyakit arthritis maupun rheumatoid
arthritis tahun 2020 sebanyak 1.105 kasus, kemudian pada tahun 2021 masih
termasuk sepuluh penyakit terbanyak yaitu sebanyak 714 kasus. Data terakhir
yakni mulai bulan Januari sampai Mei tahun 2022 sudah ditemukan sebanyak
437 kasus arthritis maupun rheumatoid arthritis (Puskesmas Siulak Mukai,
2022).
Arthritis Gout dapat mengakibatkan kekakuan, inflamasi, rasa sakit dan
pembengkakan pada tulang, tendon, otot, ligamen dan sendi. Kenyamanan lansia
dalam beraktivitas sehari-hari dapat mengganggu akibat rasa nyeri yang
ditimbulkan. Aktivitas yang dimaksud antara lain makan, minum, berjalan, mandi,
buang air kecil dan buang air besar dan aktivitas lainnya. Lansia mampu melakukan
aktivitas fisik secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain merupakan nilai dari
kemandirian lansia. Resiko komplikasi yang tinggi akibat dari gout seperti nefropati
asam urat dan urolitis. Sehingga lansia perlu diupayakan untuk dipertahankan yaitu
bersifat pola hidup sehat, pengobatan dan perawatan serta upaya lainnya (Chania,
Henita, 2020).
Menurut Fitriana (2015) dalam Erman (2021), penanganan pada gout
Arthritis dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi dengan pemberian NSAID, allopurinol, probenesid dan sulfinpyrazone,
corticosteroid, dan obat pirai. Obat tersebut berfungsi sebagai penghilang rasa sakit,
melindungi fungsi ginjal, dan menurunkan kadar asam urat. Lansia mengalami
penurunan fungsi tubuh sehingga pemberian terapi farmakologis dapat menghasilkan
efek yang kurang baik bagi kesehatan lansia dengan berbagai penurunan fungsi
tubuh. kontraindikasi dan ketergantungan pada obat-obatan harus diminimalkan
penggunaan pada terapi farmakologis, maka untuk mengurangi dan mencegah angka
kejadian gout dilakukan terapi secara non farmakologis (Chania Henita, 2020).
Terapi secara non farmakologis dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan relaksasi, meningkatkan intakecairan, kompres air hangat, diet rendah purin
dan olahraga. Olahraga merupakan cara efektif untuk menurunkan kadar asam urat.
Olahraga yang bisa dilakukan lansia salah satunya adalah senam ergonomik. Senam
ergonomik merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik
pernafasan tersebut mampu memberikan pijatan pada jantung akibat dari naik
turunnya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah
ke jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh. Sehingga memperlancar pengangkatan
sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal dan usus
besar untuk dikeluarkan dalam bentuk urin dan feses (Wratsongko, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Erman, dkk (2021) yang berjudul
pengaruh senam ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Merdeka Kota Palembang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan signifikan rata-rata kadar asam urat sebelum dan sesudah
dilakukan Senam Ergonomis p-value = 0,001. Rata-rata beda kadar asam urat
kelompok intervensi sebelum dan setelah intervensi sebesar sebesar 1,34
mg/dl dan kontrol sebesar 0,107 mg/dl.
Berdasarkan hasil penelitian Purba, dkk (2021) yang berjudul
pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan kadar asam urat pada lanjut
usia di Desa Pematang Kuing Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara
menyatakan ada pengaruh senam ergonomic terhadap penurunan kadar asam
urat Pada Lanjut Usia Di Desa Pematang Kuing Kecamatan Sei Suka
Kabupaten Batu Bara dengan nilai p-value = 0,000. Rata-rata pre test pada
lanjut usia tingkat kadar asam urat 7,19 sedangkan nilai rat-rata post test
sebesar 5,56.
Berdasarkan hasil survey awal peneliti pada tanggal 6-8 Juni 2022
terhadap lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai didapatkan bahwa
dari 10 orang lansia yang diwawancara, 8 dari 10 orang lansia mengatakan
bahwa mereka menderita penyakit asam urat sudah sejak lama, mereka juga
mengatakan merasa nyeri pada persendian tulang yang membuat mereka
susah dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan sudah berbagai macam
upaya telah mereka lakukan agar kadar asam urat kembali normal mulai dari
meminum obat-obatan kimia, jamu dan juga obat-obatan herbal. Dari 10
orang pasien yang diwawancara semua pasien mengatakan belum pernah
mendengar tentang senam ergonomis dan belum pernah melakukannya.
Survey awal peneliti terhadap beberapa orang perawat di Puskesmas Siulak
Mukai didapatkan bahwa perawata mengatakan di Puskesmas Siulak Mukai
belum pernah melaksanakan senam ergonomis terhadap lansia.
Berdasarkan data dan masalah di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian tantang “Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap
Kadar Asam Urat Pada Lansia Di Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten
Kerinci Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh senam
ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia Di Puskesmas Siulak Mukai
Kabupaten Kerinci Tahun 2022.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap kadar
asam urat pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai
Kabupaten Kerinci Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus ​
a. Mengetahui karakteristik responden Di Wilayah Kerja Puskesmas
Siulak Mukai Kabupaten Kerinci Tahun 2022
b. Mengetahui rata-rata kadar asam urat sebelum dan sesudah senam
ergonomis pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Di
Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten Kerinci Tahun
2022.
c. Mengetahui pengaruh senam ergonomis pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai
Kabupaten Kerinci Tahun 2022.
d. Mengetahui perbedaan rata-rata kadar asam urat kelompok kontrol dan
kelompok intervensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai
Kabupaten Kerinci Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
dalam menganalisis suatu masalah melalui penelitian serta menerapkan
ilmu yang telah didapat khususnya tentang penatalaksanaan asam urat
secara non farmakologis pada pengaruh senam ergonomis terhadap kadar
asam urat pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai
Kabupaten Kerinci Tahun 2022.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan atau wacana bagi petugas kesehatan yang
bertanggung jawab dalam program lansia di Puskesmas Siulak Mukai
mengenai penatalaksanaan asam urat secara non farmakologis dengan
pemberian senam ergonomis.
3. Bagi Institut Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepustakaan untuk meningkatkan dan
pengembangan pendidikan serta ilmu pengetahuan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya
mengenai penatalaksanaan pada pasien dengan kadar asam urat yang
tinggi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis
terhadap kadar asam urat pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak
Mukai Kabupaten Kerinci Tahun 2022. Penelitian ini direncanakan pada
bulan Juni-Agustus 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai, sedangkan sampel adalah lansia
yang memiliki kadar asam urat tinggi yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Siulak Mukai, yang diambil dengan cara Purposive Sampling yaitu sebanyak
20 orang yang terdiri dari 10 orang untuk kelompok kontrol dan 10 orang
untuk kelompok intervensi. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar pencatatan dan alat pengukur kadar asam urat. Data
diolah secara manual dan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan Uji Independent Sampel T-Test.

x

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia (Lansia)
1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan kelompok manusia yang memasuki tahap
akhir kehidupannya. Pada kelompok lanjut usia ini terjadi proses penuaan
yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan yang sering
didapat berupa menurunnya kemampuan hidup serta meningkatnya kepekaan
individu (Turana, dkk 2013).
Lanjut usia merupakan proses akhir kehidupan dan ditandai dengan
adanya gangguan adaptasi terhadap tekanan lingkungan sekitarnya dan bukan
merupakan suatu penyakit. Proses menua dimulai dari sejak lahir dan terjadi
terus menerus secara alamiah dan dialami oleh semua makhluk hidup
(Fatimah, 2017).
2. Batasan Lanjut Usia
Ketetapan seseorang dianggap lanjut usia sangat bervariasi karena
setiap negara memiliki kriteria dan standar yang berbeda. Di Indonesia
seseorang disebut lansia apabila iatelah memasuki atau mencapai usia 60
tahun lebih (Nugroho, 2009 dalam Fatimah, 2017).
WHO menggolongkan batasan lanjut usia menjadi empat sesuai
tabel berikut ini :

Tabel 2.1
Penggolongan Batasan Usia Lanjut Menurut WHO

No Golongan Lansia Usia/Umur


1 Usia Pertengahan (Middle Age) 45-59 tahun
2 Lanjut Usia (Eldery) 60-74 tahun
3 Lanjut Usia Tua (Old) 75-90 tahun
4 Sangat Tua (Very Old) >90 tahun

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia


dikelompokkan menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan
risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah Kesehatan)
3. Tipe Lansia
Tipe lansia tergantung pada kakrakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Padila, 2013).
Tipe tersebut diantaranya adalah :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah dan
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Menggantikan kegiatan yag hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menantang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,
dan banyak menuntut
d. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh
4. Ciri-ciri Lanjut Usia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia
sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai
akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia
dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik
c. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut
dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas
dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk
terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk.
5. Tugas perkembangan lasia
Menurut Padila (2013) kesiapan lansia untuk beradaptasi terhadap
tugas perkembangan lansia dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada
tahap sebelumnya. Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian kehidupan sosial/masyarakat secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiaan dan kematian pasangan.
6. Proses Menua (Aging Proces)
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua adalah proses sepanjang hidup yang tidak
hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimula sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamia yang berarti seseorang
telah memulai tahap-tahap kehidupan yang neonatus, toddler, pra school,
school, remaja, ewasa, dan lansia. Tahapan berbeda ini dimulai baik secara
biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
7. Teori-teori Proses Menua
Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana
proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, dan tidak
ada satu faktorpun yang di temukan dalam mencegah proses menua.
Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda), tetapi telah
menunujukan kekurangan yang mencolok. Adapun orang yang tergolong
lanjut usia penampilannya masih sehat, bugar, badan tegap, akan tetapi
meskipun demikian harus di akui bahwa ada berbagai penyakit yang sering di
alami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat,
dimensia senilis, sakit ginjal (Padila, 2013).
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak di kemukakan, namun
tidak semuanya bisa di terima. Teori-teori itu dapat di golongkan dalam dua
kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial
(Padila, 2013).
8. Permasalahan yang terjadi pada lansia
Menurut Sunaryo (2016) berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia,antara lain
a. Permasalahan umum
1) Makin besar jumplah lansia yang berada di bawah garis
kemiskinan
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industry
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional
pelayanan lanjut usia
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia
b. Permasalahan khusus
1) Berlangsunya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun social.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lanjut.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistic.
6) Adanya dampak negative dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
9. Perubahan fisik / biologis yang lazim pada usia lanjut
a. Perubahan biologis
Menurut Padila tahun 2013, usia lanjut mengalami perubahan
biologis sebagai berikut :
1) Perubahan dan konsekuensi fisiologis usian lanjut pada sistem
kardiovaskuler
a) Elastis dinding aorta menurun.
b) Perubahan miokard, atrofi menurun.
c) Lemak sub endocard menurun, fibrosis, menebal, sclerosis.
d) Katup jantung mudah fibrosis dan klasifikasi (kaku).
e) Peningkatan jaring ikat pada Sa Node.
2) Perubahan dan konsekuensi fisiologis usian lanjut pada sistem
gastroistestinal
a) Terjadi atropi mukosa.
b) Atropi dari sel kelenjar, sel pariental, dan sel chief akan
menyebabkan sekresi asam lambung, pasien dan faktor
intrinsik berkurang.
c) Ukuran lambung pada lansia menjadi kecil, sehingga daya
tampung makanan menjadi lebih berkurang.
3) Perubahan dan konsekuensi fisiologis usian lanjut pada sistem
respiratori :
a) Perubahan seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks
batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan
kemampuan perlindungan pada sistem pulmonal.
b) Perubahan anotomis sperti penurunan komplians paru dan
dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja
pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun.
c) Atrofi otot-otot pernafasan dan penururn kekuatan otot-otot
pernapasan pada lansia.
4) Perubahan dan konsekuensi fisiologis usian lanjut pada sistem
muskuloskeletal :
a) Penurunan kekuatan otot yang di sebabkan oleh penurunan
massa otot (atropi otot).
b) Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak
terjadi pada ekstremitas bawah.
c) Sel otot yang mati di gantikan oleh jaringan ikat dan lemak.
d) Kekuatan atau jumlah daya yang di hasilkan oleh otot menurun
dengan bertambahnya usia.
e) Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40%
antara usia 30 sampai 80 tahun.
b. Perubahan fisik
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan biologis, tetapi juga fisik (Azizah dan
Lilik M, 2011). Perubahan fisik yang terjadi adalah sebagai berikut :
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi
tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi..
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang
tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi
lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi
rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang:
berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan
lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot:
perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung
dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah
massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi
sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan
lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke
paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun
(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki
testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
B. Asam Urat
1. Definisi
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme dari purin yang
berbentuk nucleoprotein, yakni salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat pada inti sel-sel tubuh. Asam urat juga merupakan senyawa yang
memiliki sifat sangat sulit larut di dalam air, yang disebut juga dengan
senyawa semi solid. Dengan istilah uric acid dan rumusan kimia C5H4N405,
asam urat diproduksi ketika tubuh memecah zat yang disebut purin
(Rahmatul, 2015).
Asam urat terjadi akibat mengkonsumsi zat purin secara berlebih.
Pada kondisi normal zat purin tidak berbahaya. Apabila zat tersebut sudah
berlebihan di dalam tubuh, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat purin
sehingga zat tersebut mengkristal menjadi asam urat yang menumpuk di
persendian. Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup akibat proses
metabolise utama yaitu proses kimia dalam inti sel yang berfungsi menunjang
kelangsungan hidup (Ari Wulandari, 2016).
Arthritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi
karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi
sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang
kurang dari ginjal. (Sya’diyah, 2018)
Arthritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu arthritis akut. Arthritis akut disebabkan karena reaksi
inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat
monohidrat. (Sya’diyah, 2018)
2. Etiologi
Menurut Setiyohadi (2006) dalam (Komariah, 2015), berdasarkan
penyebabnya, penyakit gout di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Penyakit gout primer
​ ​Penyebabnya belum diketahui secara pasti, hal ini
dicurigai berkaitan dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme di dalam tubuh yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi asam urat, atau bisa
juga diakibatkan karena berkurangnya produksi asam urat tersebut di
dalam tubuh.
b. Penyakit gout sekunder
​ ​Meningkatnya produksi asam urat dipengaruhi oleh pola
makan atau diet yang tidak terkontrol, yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi seperti (jeroan,
melinjo). Purin merupakan senyawa organik yang menyusun asam
nukleat dan termasuk kelompok asam amino yang merupakan unsur
pembentukan protein.
3. Patofisiologi
Banyak Faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout.
Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat
dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa
fase secara berurutan. (Sya’diyah, 2018)
a. Presipitasi kristal monosodium urat
​ ​Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringa bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para artikuler misalnya bursa, tendon, dan
selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negative akan dibungkus (coate)
oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
​ ​Pembentukan kristal menghasilkan factor kemotaksis
yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi
fagositosis kristal oleh leukosit.
c. Fagositosis
​Kristal di fagositosis oleh leukosit membentuk fagolisosom
dan akhirnya membran vakuala disekeliling kristal Bersatu dan
membrane Leukositik lisosom.
d. Kerusakan lisosom
​ ​Terjadi kerusakan lisosom, sesudah selaput protein
dirusak terjadi ikatan hydrogen antara permukaan kristal membrane
lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membrane dan pelepasan
enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.

e. Kerusakan sel
​ ​Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom
dilepaskan kedalam cairan synovial, yang menyebabkan kenaikan
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan. (Sya’diyah, 2018)
Skema 2 1. Pathway Arthritis Gout
(Sya’diyah, 2018)
4. Manifestasi Klinis
Penyakit asam urat tidak terjadi begitu saja, tetapi membutuhkan
waktu cukup lama dan melewati beberapa tahap perkembangan penyakit
asam urat (Sari, 2018)
a. Tahap Asimtomatik
​ ​Tahap awal yang Ketika terjadi peningkatan kadar asam
urat dalam darah (hiperurisemia) Tanpa disertai gejala lain, bahkan hingga
bertahun-tahun. Karena tanpa gejala , biasanya tahap ini disadari oleh
penderita Ketika mereka melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur
kadar asam urat. Pada tahap ini kelebihan asam urat dapat di atasi tanpa
bantuan obat, melainkan dengan menerapkan gaya hidup sehat termasuk
perubahan pola makan rendah purin.
b. Tahap Akut
​ ​Tahap akut adalah tahap setelah asimtomatik. Artinya,
pada tahap ini tingginya kadar asam urat dalam darah telah mengalami
penumpukan dan pembentukan kristal di persendian. Tahap ini disertai
dengan gejala seperti nyeri mendadak pada sendi. Bahkan, dapat
menyerang lebih dari satu sendi.
c. Tahap Interkritikal
​ ​Tahap Interkritikal adalah tahap jeda dari tahap akut.
Artinya, pada tahap ini tidak ada serangan nyeri, bahkan hingga 6 bulan
atau 2 tahun. hal ini membuat penderita sering menganggap bahwa
penyakit asam urat telah sembuh dan kebanyakan dari mereka mulai tidak
menjaga gaya hidup dan pola makan.
d. Tahap Kronis
​ ​Tahap paling parah dari penyakit asam urat. Pada tahap ini
timbul gejala berupa nyeri pada sendi di sertai bengkak dan benjolan
(Tofi). Tofi merupakan manifestasi klinis dari kristal asam urat yang
tertimbun dalam sendi atau jaringan lunak yang sudah sangat lama dan
banyak. Nyeri pada tahap ini menetap dan terjadi terus menerus.
5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Artritis Gout
Gout dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang meliputi seperti
genetik, usia, jenis kelamin, asupan makanan dan kalori, latihan fisik dna
kelelahan, obat-obatan tertentu (diuretik, aspirin dosis rendah), gangguan
kesehatan seperti sindrom metabolik, hipertensi, obesitas sentral,
hipertrigliserida maupun gagal ginjal kronik (Weaver, 2010). Faktor-faktor
tersebut dapat mengganggu proses produksi, ekskresi maupun kedua proses
sehingga kadar asam urat dalam tubuh tidak bisa dikendalikan dengan baik.
Hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gout
arthtritis dan tindakan preventif terhadap faktor-faktor tersebut.
a. Usia
​ ​Penyakit asam urat timbul karena proses penuaan,
khususnya pada wanita yang sudah memasuki masa menopause yaitu usia
45 – 60 tahun. Pada usia seperti ini, penyakit gout lebih banyak terjadi
Penyakit gout biasa menyerang pada laki-laki usia 30 – 40 tahun. Semakin
tua umur laki-laki, maka kekerapan penyakit asam urat semakin tinggi
(Kertia, 2009).
b. Faktor Keturunan (genetik)
​ ​Riwayat keluarga dekat yang menderita gout (faktor
keturunan) yang mempertinggi risiko (esensial). Tentunya faktor genetik
ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian
menyebabkan seseorang menderita gout. Adanya riwayat asam urat dalam
keluarga membuat risiko terjadinya asam urat menjadi semakin tinggi.
c. Jenis kelamin
​ ​Laki-laki lebih berisiko terhadap penyakit gout, sedangkan
pada perempuan persentasenya lebih kecil dan baru muncul setelah
menopause. Kadar asam urat laki-laki cenderung meningkat sejalan
dengan peningkatan usia (pubertas). Pada perempuan, peningkatan itu
dimulai sejak saat menopause. Gout cenderung dialami laki- laki, sebab
pada perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu
pembuangan asam urat lewat urin.
6. Kadar Asam Urat
Kadar asam urat normal menurut tes enzimatik maksimum 6,0
mg/dl, sedangkan pada teknik biasa, nilai normalnya maksimum 7,0 mg/dl.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui standar
normal itu, penderita dimungkinkan mengalami gout. Kadar asam urat normal
pada pria dan perempuan berbeda, kadar asam urat normal pada pria antara
3,0mg/dl – 7,0 mg/dl dan pada perempuan 2,50 mg/dl - 6,0 mg/dl (Sudoyo,
2006) dalam (Komariah, 2015)
7. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan penyakit asam urat adalah meringankan
gejala dan menurunkan kadar asam urat dalam darah, serta mencegah
serangan datang Kembali. Penanganan penyakit asam urat dapat dilakukan
dengan menggunakan terapi farmakologi dan non farmakologi.
a. Terapi farmakologi
​ ​Terapi pengobatan asam urat biasanya di mulai dengan
penggunaan obat dosis rendah, lalu dosisnya akan dinaikkan secara
perlahan dalam beberapa waktu. Dalam menjalani terapi pengobatan ini,
sebaiknya penderita tidak berhenti tiba-tiba. Penderita harus
menyelesaikan terapi pengobatan hingga batas waktu yang di tentukan
oleh dokter.
Terdapat 3 jenis obat yang biasa di gunakan pada terapi obat
penyakit asam urat yaitu,
1) Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS)
Berfungsi mengurangi rasa nyeri, mengurangi panas tubuh, dan
mengurangi peradangan. Obat-obatan yang termasuk jenis ini di
antaranya indometasin, ibuprofen, diclofenac, etoricobix, aspirin,
dan naproxen. OAINS mempunyai efek samping pada saluran
pencernaan

2) Kolkisin
Obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan
pembengkakan. Obat ini biasanya diberikan jika OAINS kurang
mampu meredakan gejala penyakit asam urat. Kolkisin biasanya
jarang menimbulkan efek samping. Jika di konsumsi dengan dosis
tinggi dapat menimbulkan efek samping berupa mual, sakit perut
dan diare.
3) Obat Kortikosteroid
Obat kortikosteroid berfungsi sebagai anti radang. Obat ini
biasanya diresepkan oleh dokter jika OAINS dan kolkisin tidak
dapat meredakan gejala penyakit asam urat. Obat kortikosteroid
jarang menimbulkan efek samping jika di konsumsi dalam waktu
singkat dengan dosis rendah. Akan tetapi, efek samping berupa
lemas otot, kenaikan berat badan, kulit memar dan penipisan tulang
dapat terjadi jika obat ini digunakan dalam waktu lama dengan
dosis tinggi.
4) Probenesid
Probenesid merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan
kadar asam urat dengan cara meningkatkan kemampuan ginjal
untuk membuangnya. Obat ini kemungkinan dapat menimbulkan
efek samping berupa ruam kulit, risiko penyakit batu ginjal, sakit
kepaa, dan gangguan pada saluran pencernaan seperti sakit perut.
Obat ini tidak di anjurkan bagi penderita gangguan fungsi ginjal.
5) Sulpifirazon
Sulpifirazon merupakan obat yang digunakan untuk meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine, dengan cara menghambat
penyerapan Kembali (Reabsorbsi) asam urat melalui tubulus
proksimal. Obat ini kemungkinan dapat menimbulkan efek
samping berupa gangguan pada saluran pencernaan, anemia,
leukopenia(rendahnya jumlah sel darah putih), dan agranulositosis
(Kondisi akut dari leukopenia). Obat ini tidak di anjurkan bagi
penderita yang memiliki Riwayat tukak lambung dan gangguan
fungsi ginjal.
6) Urikostatik
Obat ini bertujuan mengurangi metabolisme purin menjadi asam
urat di dalam tubuh. Salah satu contoh obat urikostatik yaitu
Inhibitor xanthine Oxidiase (IXO). Salah satu obat asam urat yang
termasuk golongan IXO yaitu Allopurinol yang berfungsi
menurunkan jumlah asam urat dengan cara menghambat enzim
yang bertugas mengubah purin menjadi asam urat. Obat ini
kemungkinan dapat menimbulkan efek samping berupa sakit
kepala, gangguan pencernaan, diare dan ruam kulit.
b. Terapi Nonfarmakologis
1) Olahraga
Olahraga merupakan salah satu Langkah untuk mengatasi penyakit
asam urat, terutama bagi pasien bertubuh gemuk. Jika memiliki
tubuh yang gemuk, makan sendi-sendi tubuh bagian bawah akan
mendapatkan beban lebih besar. Pasien asam urat yang mengalami
gangguan pada sendi sering kali kesulitan Ketika melakukan
Gerakan olahraga. Namun ada beberapa olahraga yang cocok untuk
pasien asam urat yaitu
2) Jalan cepat
Berjalan cepat masih jarang dilakukan oleh masyarakat. Mereka
lebih sering berlari daripada berjalan cepat. Menurut penelitian,
berjalan cepat merupakan Gerakan olahraga yang sesuai untuk
semua kelompok umur. Berjalan cepat tidak terlalu mengeluarkan
energi banyak jika dibandingkan dengan berlari, namun Gerakan
ini tidak terlalu membebani sendi sehingga baik di terapkan oleh
pasien asam urat. Berjalan cepat juga baik untuk jantung dan
menurunkan kolesterol-kolesterol jahat.
3) Berenang
Umumnya pasien asam urat di sarankan berenang oleh dokter
karena saat di dalam air, tubuh akan terasa lebih ringan sehingga
beban sendi juga akan berkurang. Selain menjalankan olahraga,
kita jga membantu meringankan penyakit yang diderita. Dengan
berendam di dalam air, sendi-sendi tubuh akan lebih rileks dan
sendi-sendi tubuh juga akan lebih kuat.

4) Senam ringan
Olahraga selanjutnya yang cocok untuk penderita asam urat adalah
senam ringan. Senam adalah sekumpulan Gerakan yang dapat
menyegarkan tubuh. Biasanya senam ini terdiri dari pemanasan,
gerak utama, dan pendinginan. Gerakan dalam senam umumnya
mudah dan semua bagian tubuh bergerak. Oleh karena itu sangat
cocok untuk penderita asam urat
5) Tindakan rehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk pemulihan.
Pada penderita asam urat, rehabilitasi bermanfaat untuk
mengurangi rasa nyeri sehingga pasien dapat Kembali menjalankan
aktivitas sehari-hari. Terapi rehabilitasi diantaranya dapat dilakuan
dengan mengistirahatkan sendi, terapi dingin, terapi panas, dan
terapi arus listrik
6) Tanaman herbal
Awalnya, banyak orang yang tidak percaya dengan penggunaan
tanaman herbal sebagai obat asam urat. Namun saat ini perlahan-
lahan masyarakat mulai mencobanya. Masyarakat beranggapan
bahwa pengobatan dengan tanaman herbal lebih praktis, murah,
serta bisa dilakukan sendiri.
Adapun tanaman herbal yang dipercaya sebagai obat asam urat,
a) Kumis Kucing
b) Daun sendok
c) Daun Salam
d) Sambiloto
e) Seledri
8. Pengukuran Kadar Asam Urat Darah
a. Alat dan Bahan
1) Kapas alkohol
2) Lanset dan jarum lanset steril
3) 1 set alat pengukur kadar asam urat
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Alat pengukur kadar asam urat disiapkan dengan memasang stik
pengukur kadar asam urat pada alat dan memasang jarum lanset
steril pada blood lanset.
2) Ujung jari responden yang akan diperiksa disterilkan dengan
menggunakan kapas alkohol.
3) Ujung jari responden yang sudah disterilkan ditusuk menggunakan
lanset hingga mengeluarkan darah secukupnya.
4) Darah yang keluar kemudian ditempelkan pada stik yang sudah
dipasang pada alat hingga meresap ke dalam stik.
5) Alat akan mendeteksi kadar asam urat dalam 20 detik.
6) Sambil menunggu hasil, usap jari responden yang sudah ditusuk
menggunakan kapas.
7) Setelah hasil keluar, catat angka yang ditampilkan pada layar alat
pengukur. (Fatimah, 2017)
C. Senam Ergonomis
1. Definisi
Gerakan senam ergonomik adalah gerakan yang mengoptimalkan
posisi tubuh pada ruang kerja dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan
kelelahan. Posis tubuh tersebut antara lain posisi tulang belakang, posisi
penglihatan (jarak dan pencahayaan), posisi jangkauan (berdiri atau duduk),
keselarasan tangan kanan dan kiri dan posisi benda kerja sehingga diperoleh
kenyamanan dan produktivitas yang tinggi (Wratsongko, 2015).
Senam ergonomik adalah suatu teknik senam untuk mengembalikan
atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf serta aliran darah,
memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan,
keringat, termoregulasi, pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam
laktat, Kristal oksalat, kesegaran tubuh dan imunitas. Senam ergonomik
merupakan senam yang gerakan dasarnya terdiri atas lima gerakan yang
masing-masing memiliki manfaat berbeda tetapi saling terkait satu sama
lainnya (Wratsongko, 2015).
Gerakan dalam senam ergonomik adalah gerakan yang efektif,
efisien dan logis karena rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak
yang dilakukan oleh manusia sejak dahulu yaitu deviasi gerakan shalat.
Senam dapat langsung membuka, membersihkan dan mengaktifkan seluruh
sistem-sistem tubuh seperti kardiovaskular, perkemihan dan sistem
reproduksi (Wratsongko, 2006).
Gerakan senam ergonomik merupakan perpaduan aktivitas otot dan teknin
pernafasan. Setiap gerakan senam diawali dengan menarik nafas dan
2. Manfaat Senam Ergonomis
Manfaat utama dari Gerakan senam ergonomis ialah menarik ujung-
ujung urat saraf, mengembalikan posisi saraf, memberi tekanan lebih ke
pembuluh darah halus di kepala, mensirkulasi oksigen melalui aliran darah ke
otak, mengaktifkan kelenjar keringat, system pemanas tubuh, dan system
saraf lainnya. Gerakan senam ergonomik sangat efektif dalam memelihara
Kesehatan karena gerakannya sangat anatomis, simple, dan tidak berbahaya
sehingga dapat dilakukan oleh semua orang dari anak-anak sampai orang tua
(Putri, 2021).
Melakukan senam ergonomis secara rutin, minimal selama 2
minggu, akan melatih tubuh untuk melakukan Gerakan fisik sehingga dapat
diperoleh manfaat seperti :
a. Meningkatkan kekuatan otot dan efektivitas fungsi jantung mencegah
pengeras pembuluh arteri, serta melancarkan system pernapasan.
b. Selain dapat menghindari obesitas, senam ergonomis juga dapat
mencegah dan mengobati berbagai penyakit karena saat melakukan
senam ergonomis terjadi penurunan kadar glukosa darah.
c. Menambah elastisitas /kelenturan jaringan yang sering menyebabkan
penyakit arthritis (radang sendi). Banyaknya pergerakan pada sendi
akan menambah produksi pelicin pada jaringan penghubung.
d. Membantu memperlambat turunnya massa tulang karena saat Latihan
berlangsung, otot-otot melakukan Gerakan menarik atau
berkontraksi
(Putri, 2021).
3. Teknik Dasar Senam Ergonomis
Sebelum melakukan gerakan inti senam ergonomis, lakukanlah lebih
dahulu pemanasan dengan melakukan peregangan untuk menghindari
terjadinya kontraksi/cedera otot. Peregangan dapat dilakukan dengan cara
berikut :
a. Mendongakkan kepala ke atas dan kebawah (kepala jangan di putar
360 derajat)
b. Kepala di tolehkan kekanan dan kekiri
c. Bahu di putar kedepan dan kebelakang
d. Badan dimiringkan kekanan dan kekiri
e. Selanjutnya tangan di angkat ke atas dan di putar kebelakang. Saat
tangan diatas kaki dijinjitkan dan Tarik napas sambal mengecilkan
perut. Saat tangan sampai di depan dada napas dilepaskan dan kaki
di tegakkan. Lakukan Gerakan ini minimal 50 kali.
Setelah selesai melakukan pemanasan, teruskanlah dengan
melakukan Gerakan dasar senam ergonomis berikut menurut Sagiran (2019),
a. Gerakan pembuka : Berdiri sempurna
1) Cara : Berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tubuh rileks,
tangan di depan dada, telapak tangan kanan di atas telapak
tangan kiri menempel di dada, dengan jair-jari sedikit meregang.
Posisi kaki meregang sehingga mengangkang kira-kira selebar
bahu, telapak dan jari-jari kaki mengarah lurus ke depan.

Gambar 2.1 Gerakan Berdiri Sempurna


Sumber : Sagiran (2019)

2) Pernafasan : diatur serileks mungkin sehingga tidak terlalu dalam


dan cepat. Bila baru selesai dari suatu kegiatan atau pekerjaan,
maka dengan posisi ini nafas diatur sampai benar-benar rileks,
jantung juga tidak berdegup kencang, baru kemudian memulai
senam dengan gerakan-gerakan berikutnya
3) Frekuensi : cukup 30-60 detik. Gerakan ini yang penting sudah
mengantarkan ke kondisi yang rileks.
4) Manfaat : Posisi demikian akan membuat punggung lurus,
sehingga akan memperbaiki bentuk tubuh, jantung bekerja
normal, begitu juga dengan paru-paru, punggung dan tulang
punggung lurus dan seluruh organ dalam keadaan normal.
Postur yang salah pada saat aktivitas sehari-hari akan diperbaiki
pada saat melakukan gerakan ini.
b. Gerakan Lapang Dada
1) Cara : dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan menjuntai ke
bawah, kemudian dimulai dengan gerakan memutar lengan.
Tangan diangkat lurus kedepan, lalu keatas, terus ke belakang,
dan kembali menjuntai kebawah. Satu putaran, disambung
dengan putaran berikutnya sehingga seperti baling-baling. Posisi
kaki dijinjitkan- diturunkan, mengikuti irama gerakan tangan.

Gambar 2.2 Gerakan Lapang Dada


Sumber : Sagiran (2019)

2) Pernafasan : pola nafas dengan sendirinya akan mengikuti


gerakan putaran lengan. Pada saat tangan di atas, tulang-tulang
rusuk saling meregang, ikut terangkat bagian depannya sehingga
rongga dada akan berada dalam ukuran paling lebar, tekanan
udara nafas di dalam menjadi negatif, udara segar dari luar
mengalir masuk. Sedangkan pada saat tangan bergerak ke
belakang dan turun, rongga dada kembali mengecil, udara akan
keluar.
3) Frekuensi : untuk senam, gerakan ini dilakukan 20 kali putaran.
Satu gerakan butuh waktu 3 detik, sebagai gerakan aerobik.
Keseluruhan 20 kali putaran akan selesai dalam waktu 1 menit.
4) Manfaat : Akan mengaktifkan fungsi organ, karena sekuruh
sistem saraf menarik titik-titik kesehatan yang tersebar di
seluruh tubuh. sehingga tubuh akan terasa segar dan adanya
tambahan energi.
c. Gerakan Tunduk Syukur
1) Cara : dimulai dengan mengangkat tangan lurus ke atas,
kemudian tangan membungkuk, tangan kemudian meraih mata
kaki, dipegang kuat, tarik, cengkeram seakan-akan mau
mengangkat tubuh. Posisi kaki tetap seperti semula. Pada saat
itu kepala mendongak dan pandangan diarahkan ke depan.
Setelah itu kembali ke posisi berdiri dengan lengan menjuntai.
2) Pernafasan : Nafas di tahan di dada, lalu dibuang saat kembali ke
posisi berdiri. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum
melanjutkan gerakan.

Gambar 2.3 Gerakan Tunduk Syukur


Sumber : Sagiran (2019)
3) Frekuensi : gerakan kedua ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali
gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk jeda
nafas. Keseluruhan 5 kali gerakan dalam waktu 4 menit.
4) Manfaat : gerakan ini adalah gerakan memasok oksigen ke
kepala dan mengembalikan posisi tulang punggung supaya
tegak. Gerakan ini akan melonggarkan otot-otot punggung
bagian bawah, paha, dan betis.
e. Gerakan Duduk Perkasa
1) Cara: jatuhkan kedua lutut ke lantai, posisi kedua telapak kaki
tegak berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke depan. Tangan
mencengkeram pergelangan kaki. Mulai gerakan seperti mau
sujud tetapi kepala mendongak, pandangan kedepan, jadi dagu
hampir menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu tahanan
nafas) kemudian kembali ke posisi duduk perkasa.

Gambar 2.4 Gerakan Duduk Perkasa


Sumber : Sagiran (2019)

2) Pernafasan : sesaat sebelum melakukan gerakan sujud, ambil


nafas dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang
nafas sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai,
masih menyimpan kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir
ini nafas ditahan di dada, selama mungkin. Jangan coba bernafas
normal pada posisi ini, karena akan ada rasa nyeri di sekat
rongga badan. Nafas dibuang saat kembali ke posisi duduk.
Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum melanjutkan gerakan.
3) Frekuensi : gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali
gerakan selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk
nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam
waktu 4 menit.
4) Manfaat : gerakan saat sujud ini akan membuat otot dada dan
sela iga menjadi kuat , sehingga rongga dada menjadi lebih
besar dan paru-paru akan berkembang dengan baik dan dapat
menghirup oksigen lebih banyak. Menambah aliran darah ke
bagian atas tubuh, terutama kepala, mata, telinga, hidung serta
paru-paru.
f. Gerakan Duduk Membakar
1) Cara : dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki dihamparkan
ke belakang, sehingga kita duduk beralaskan telapak kaki
(bersimpuh; duduk sinden). Tangan berada di pinggang. Mulai
gerakan seperti akan sujud tetapi kepala mendongak, pandangan
ke depan, dan dagu hampir menyentuh lantai. Setelah beberapa
saat (satu tahanan nafas).

Gambar 2.5 Gerakan Duduk Membakar


Sumber : Sagiran (2019)

2) Pernafasan : sesaat sebelum memulai gerakan akan sujud, ambil


nafa dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang
nafas sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai
kita masihmenyimpan kira-kira separuh nafas. Pada posisi
terakhir ini nafas ditahan di dada sekuatnya. Nafas dibuang saat
kembali ke posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali
sebelum melanjutkan gerakan.
3) Frekuensi : gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali
gerakan selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk
nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam
waktu 4 menit.
4) Manfaat : gerakan ini untuk memperkuat otot pinggang dan
memperkuat ginjal, sujud dengan posisi duduk pembakaran atau
dengan alas punggung kaki akan membakar lemak dan racun
dalam tubuh.
g. Gerakan Berbaring Pasrah
1) Cara : dari posisi duduk pembakaran, rebahkan tubuh ke
belakang.Ini gerakan paling berat meskipun terlihat sepele.
Berbaring pada tungkai pada posisi menekuk di lutut. Ini harus
hati-hati, mungkin harus dengan cara bertahap. Jika sudah
rebah, tangan diluruskan ke atas kepala, ke samping kanan-kiri
maupun ke bawah menempel badan. Pada saat itu tangan
memegang betis, tarik seperti mau bangun, dengan rileks, kepala
bisa didongakkan dan digerak- gerakkan ke kanan-kiri..
Gerakkan ini cukup satu kali tetapi dipertahankan selama
beberapa menit sekuatnya.

Gambar 2.6 Gerakan Berbaring Pasrah


Sumber : Sagiran (2019)

2) Pernafasan : nafas dibiarkan mengalir dengan sendirinya, karena


ini gerakan relaksasi terakhir, sekaligus memaksimalkan
kelenturan tubuh.
3) Frekuensi : gerekan ini sebaiknya dilakukan minimal 5 menit
Sudah termasuk gerakan kepala dan leher serta ayunan tangan
ke atas, samping maupun bawah. Sekali lagi, jangan terlalu
memaksakan diri, baik rebahnya maupun bangunnya.
4) Manfaat : gerakan ini bermanfaat untuk memperkuat otot-otot
bagian bawah dan bermanfaat untuk diet

D. Kerangka Teori
Skema 2.2
Kerangka Teori
Sumber (Sagiran (2012), Komariah (2015) dalam Putri, (2021))

x

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
​Pada penelitian ini menggunakan design Quasy Experiment
dengan rancangan penelitian pre-post test with control groups design, yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap kadar asam
urat pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten
Kerinci Tahun 2022.
Penelitian Quasy Experiment ini merupakan salah satu bentuk
desain penelitian eksperimen yang memanipulasi variabel bebas ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat, belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil analisa data
berdasarkan rancangan penelitian ini dapat menggambarkan pengaruh senam
ergonomis yang diukur dengan membandingkan skor rata-rata post test
kelompok kontrol dan post test kelompok intervensi.

​ ​

Skema 3.1
Konsep Penelitian

Keterangan :
KP ​: Kelompok Perlakuan
KK ​: Kelompok Kontrol
O1 ​: Kadar asam urat post test kelompok kontrol
O2 ​: Kadar asam urat post test kelompok Perlakuan/Intervensi
X ​: Intervensi (senam ergonomis)

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak
Mukai. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni-
Agustus 2022.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan individu dengan karakteristik khas
yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (Siswanto, et, al., 2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang memiliki kadar asam
urat >7,0 mg/dL untuk pria dan >6,0 mg/dL untuk wanita selama tiga bulan
terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai yang berjumlah 34 orang.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil secara Purposive Sampling
yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri oleh peneliti, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Uma Sekaran (2017), untuk penelitian eksperimen
sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10
sampai dengan 20 elemen. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang
yang terdiri dari 10 orang untuk kelompok kontrol dan 10 orang untuk
kelompok intervensi.
Dengan criteria sampel sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi (Kriteria yang layak di teliti)
1) Bersedia menjadi responden
2) Lansia yang berusia 45 - 59 tahun.
3) Lansia yang memiliki kadar asam urat >7,0 mg/dL untuk pria dan
>6,0 mg/dL untuk wanita.
b. Kriteria Eksklusi
1) Lansia dengan kadar asam urat di atas normal yang memiliki
penyakit jantung, mengalami fraktur atau sakit berat yang harus
dirawat di rumah sakit.
2) Lansia yang mengalami sesak nafas saat beraktifitas.
3) Lansia yang mengalami inflamasi otot, tulang atau sendi yang
berat.
4) Lansia yang memiliki kelemahan fisik (cedera).
5) Lansia yang tidak kooperatif (tidak mengikuti proses penelitian
sampai selesai).
D. Etika Penelitian
Nursalam (2013) berpendapat bahwa secara umum prinsip etik dalam
penelitian atau pengumpulan data dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Prinsip manfaat (Beneficence)
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan
subjek dalam bentuk apa pun.
c. Resiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan
yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prisip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to selfdetermination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai
hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun
tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure)
c. Informed consent
Pada informed consent juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh
hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan
dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)
Kadar Asam
dan rahasia (confidentiality).
Urat

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini didapat melalui responden
yaitu orang yang dijadikan objek penelitian sebagai sarana mendapatkan
informasi ataupun data. Penumpukan Asamdigunakan
Instrumen yang Urat adalah observasi dan
pengambilan data secara langsungPada Sendikepada responden dengan cara
melakukan senam ergonomis.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pencatatan dan pelaporan yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci dan data dari
Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten Kerinci Tahun 2019 sampai tahun
2022 meliputi data-data jumlah lansia dengan kadar asam urat tinggi
selama lima tahun terakhir.
2. Teknik Pengumpulan Data GOUT ARTHRITIS
Peneliti terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian ke Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Kerinci setelah mendapatkan izin
penelitian selanjutnya peneliti membawa surat izin tersebut ke Puskesmas
Perawatan Siulak Mukai Kabupaten Kerinci.
Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya peneliti menjelaskan
kepada responden tentang
Nyeri, maksud
Bengkak,dan tujuan penelitian.
Kesemutan dan pegal Sebelum melakukan
intervensi berupa senam Linu, kemerahan
ergonomis padaresponden
pada sendi yang terlebih dahulu peneliti
memberikan Informed Consent. Hal terkena
ini sebagai persetujuan dari keterlibatan
dan perlindungan terhadap kerahasiaan data yang diberikan. Peneliti
mengukur kadar asam urat pasien.
Pada hari pertama penelitian, tahap pelaksanaan dimulai dengan
mengkaji kembali kondisi klien, menjelaskan prosedur yang akan
dilaksanakan kepada klien, peneliti mengukur kadar asam urat kelompok
kontrol dan juga kelompok intervensi, kemudian melaksanakan senam
ergonomis, peneliti melakukan intervensi terhadap kelompok interensi senam
ergonomis sesuai dengan SOP yang telah disiapkan sebelumnya kepada
Penetalaksanaan
responden, non farmakologi
intervensi senam ergonomis diberikan Penatalaksanaan farmakologis
sebanyak 7 kali terhitung:
:
dari hari kedua sampai hari ke delapan, jadi totalObat-obatan
pemberianseperti : NSAIDs
intervensi yaitu
✓ Diet
7x dalampurin
satu minggu (Pradyka, 2018). Lakukan allupurinol,
monitor urikosurik,
respon klienkolkisin
selamadan
✓ Intake cairan (air Putih) herbal
tindakan. Pada hari ke delapan peneliti mengukur kembali kadar asam urat
✓ Olahraga
post (Senam
test pasien. Senam ergonomis ini akan diberikan 1 kali dalam sehari
selama
Ergonomis
1 minggu. Pada hari terakhir penelitian, peneliti kembali mengukur
kadar asam urat post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam pengumpulan data responden adalah Alat Tes Kadar
Asam Urat ( Easy Touch) yang digunakan untuk mengukur kadar asam urat
pre test dan post test, dan lembar observasi untuk mencatat hasil pengukuran
kadar asam urat pre test dan post test.
Memperlancar aliran darah
kolateral di tungkaiData
F. Teknik Pengolahan bawah dan
membakar lemak dan racun
Menurut Notoatmodjo (2010) proses pengolahan data melalui tahap-
dalam tubuh (asam urat,
tahap sebagai berikut :
kolesterol, gula darah, asam
1. Menyunting dataoxalate)
laktat, kristal (editing)
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan data pada
penelitian ini apakah data sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Bila
belum lengkap, peneliti segera melengkapi pada saat penelitian.

2. Mengkode data (coding)


Merupakan kegiatan pemberian kode atau merubah data yang berupa
huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan pengkodean
adalah untuk memudahkan analisis data dan mempercepat pemasukan data.
Kode data akan dibuat sesuai dengan hasil pemeriksaan kadar asam urat
responden.
3. Memasukkan data (entriy)
Memasukkan data-data yang berhubungan dengan variabel
penelitian ke dalam komputer.
4. Memeriksa kembali (Cleaning)
Data sudah dilakukan pengecekan dan data tidak ada kesalahan.
5. Pentabulasian (Tabulating)
Memasukkan data dari hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai
kriteria yang digunakan pada penelitian.

G. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan komputer, adapun analisa
data yang digunakan adalah :
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel penelitian yaitu variabel independen (pemberian
senam ergonomis) dan variabel dependen (kadar asam urat sebelum dan
sesudah intervensi)
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan
Independent Sample T-Test, dengan syarat sebagai berikut :
a. Data harus terdistribusi normal
Sebelum melakukan analisa data perlu di lakukan uji kenormalan
data dengan memakai uji kolmogorov smirnov, karena data yang
terkumpul berupa interval/ratio.
b. Sampel harus independen (bebas).
Independent Samples T-Test menggunakan dua kelompok yang
saling independent (bebas), sehingga tidak ada keterkaitan antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
b. Data harus sejenis atau homogen.
c. Uji ini dilakukan dengan jumlah data yang sedikit.
Jika data tidak memenuhi syarat uji Independent Samples T-Test di
atas maka uji yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik yaitu Uji
Mann Whitney

H. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat dibuat kerangka konsep
sebagai berikut :

Variabel Independen ​ ​ ​ ​ ​Variabel


Dependen

Skema 3.2 Kerangka Konsep Penelitian


Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat
Pada Lansia Di Puskesmas Siulak Mukai
Kabupaten Kerinci Tahun 2022

I. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
Ha : Ada Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat Pada
Lanisa Di Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten Kerinci Tahun 2022
H0 : Tidak Ada Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat Pada
Lanisa Di Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten Kerinci Tahun 2022

J. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia
Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kabupaten Kerinci
Tahun 2022

Defenisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel
Independen
1. Senam Gerakan SOP Pemberian Senam Ordinal
Ergonomis kombinasi dari Senam intervensi Ergonomis
gerakan otot
KK Ergonomis Senam sudah O
dan gerakan Ergonomis diberikan 1x1
pernafasan. dalam sehariTest
Post
KPdari
Terdiri X O2
enam gerakan Intervensi Post Test
yang akan di
berikan pada
kelompok
perlakuan.
Variabel
Dependen
2. Kadar Asam Ukuran atau Alat Lembar Laki – laki Ordinal
Urat sebelum jumlah kadar pengukur Observasi >7,0 mg/dl
dan sesudah asam urat kadar hasil
intervensi dalam darah asam urat pengukuran Perempuan >
seseorang darah Kadar 6,0 mg/dl.
sebelum dan merk Easy Asam Urat
sesudah Touch
intervensi /
perlakuan
yang
dinyatakan
dalam mg/dl
darah.

x

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Chania, Henita., (2020)., Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Kadar


Asam Urat Pada Lansia Dengan Gout. Karya Ilmiah Akhir. Program Studi
Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Damayanti, D. (2012). Mencegah dan Mengobati Asam Urat. Araska,


Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, (2022), Laporan Tahunan Dinas Kesehatan


Kabupaten Kerinci.

Erman, dkk., (2021)., Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat
Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Kota Palembang. Jurnal
Keperawatan Merdeka (JKM), Volume 1 Nomor 2, November 2021. Page
232-239

Fatimah, N. (2017). Efektifitas Senam Ergonomik terhadap Penurunan Kadar


Asam Urat pada Lanjut Usia dengan Arthritis Gout. Skripsi. Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar.

Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Sekretariat


Jendral Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Sekretariat


Jendral Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kertia, N. (2009). Asam Urat. Yogyakarta: Kartika Media

Komariah, A. (2016). Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat


Pada Lansia Dengan Gout di Pos Binaan Terpadu Kelurahan Pisangan
Ciputan Timur.

Maryam. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Trans Info Media, Jakarta.

Notoatmodjo, S., (2010), Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Rineka Cipta,


Jakarta.

Nursalam., (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis, SalembaMedika. Jakarta.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika.


Pradyka, dkk., (2022), Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Pada Lanjut Usia Dengan Gout Artritis di UPT Panti Sosial
Rehabilitasi Lanjut Usia Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya. Program
Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura.

Purba, dkk., (2021)., Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Penurunan Kadar


Asam Urat Pada Lanjut Usia Di Desa Pematang Kuing Kecamatan Sei Suka
Kabupaten Batu Bara. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik Vol. 4 No. 1.
page 9 - 16

Puskesmas Siulak Mukai, (2022), Laporan Tahunan Puskesmas Siulak Gedang


Kecamatan Gunung Kerinci Kabupaten Kerinci.

Putri, Ghea dkk., (2021). Pengaruh Pemberian Kompres Bubuk Jahe Merah
Terhadap Nyeri Pada Lansia Dengan Gout Arthtritis. Research of Education
and Art Link in Nursing Journal. Volume 4, No. 1 April, 2021 Page 50-57

Riskesdas, (2016), Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2016. Kementerian
Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sagiran. (2019). Mukjizat Gerakan Sholat. Edisi ke-2. Jakarta : Qultum Media

Saragih, M. Gultom, R., & Sipayung, R (2020). Penanganan Asam Urat Dengan
Latihan Senam Ergonomik Pada Lansia Di Kelurahan Gaharu Kecamatan
Medan Timur. Amaliah Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 172-
175.

Sari, Y. N. I. (2018). Berdamai Dengan Asam Urat (Sari (ed.); Pertama). Jakarta:
Tim Bumi Medika

Sekaran, Uma., (2017), Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Research Methods


for Business), Buku 1 Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.

Siswanto., Susila., Suyanto., (2017), Metodologi Penelitian Kombinasi Kualitatif


Kuantitatif Kedokteran dan Kesehatan, Bossscript, Klaten.

Sya'diyah, Hidayatus. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi.


Sidoarjo: Indomedia Pustaka

Wratsongko, M. (2015). Senam Ergonomik dan Senam Getar. Jakarta: Gramedia

Wratsongko, M. (2014). Mukjizat Gerakan Shalat & Rahasia 13 Unsur Manusia


Sehat Tanpa Obat Kimia untuk Generasi Unggul Berbudi Luhur. Jakarta :
Mizania. Diakses pada Tanggal 24 Juni 2022.

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIULAK MUKAI
KABUPATEN KERINCI TAHUN 2022
No Kegiatan Bulan
Mei Juni Juli Agustus September
1 Memilih masalah penelitian
2 Mengajukan Judul Penelitian
3 Menyusun Proposal Penelitian
4 Konsultasi Proposal
5 Seminar Proposal
6 Perbaikan Proposal
7 Pelaksanaan Penelitian
8 Penyusunan hasil penelitian dan konsultasi
9 Ujian hasil penelitian dan perbaikan
10 Penyerahan skripsi
Pembimbing I Pembimbing II Padang, Juli 2022
Peneliti

(Ns. Rhona Sandra, M.Kep) (Ns. Putri Minas Sari, M.Kep) LANDIA VIRONIKA

x

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak................
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
​Nama ​ ​: LANDIA VIRONIKA
NIM ​ ​: 2002097
Alamat ​: Desa Mukai Pintu Kec. Siulak Mukai Kab. Kerinci
Adalah mahasiswa STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang bermaksud
mengadakan
Senampenelitian
Ergonomis dengan judul “Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap
Kadar Asam Urat Pada Lansia Di Puskesmas Siulak Mukai Kadar Kabupaten
Asam Urat
Kerinci Tahun 2022”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
Bapak/Ibu selaku responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab
pertanyaan yang disediakan dengan sejujurnya sesuai dengan yang Bapak/Ibu
ketahui.
Demikianlah, atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu sebagai responden
saya ucapkan terima kasih.
Siulak Mukai, ​Juli
2022

​ ​ ​ ​ ​ ​ (Landia Vironika)

Lampiran 3

FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama ​ ​:
Alamat ​:
menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswa STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang yang bernama
Landia Vironika dengan judul penelitian “Pengaruh Senam Ergonomis
Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia Di Puskesmas Siulak Mukai
Kabupaten Kerinci Tahun 2022”.
Saya menyadari penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan terhadap saya, dan jawaban atau informasi yang saya berikan adalah
yang sebenarnya sesuai dengan yang saya ketahui tanpa ada tekanan dari pihak
manapun.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Siulak Mukai, ​Juli 2022


​ ​ ​ ​ ​ ​Responden

​ ​ ​ ​ ​ ​ ( Yosi
Marli ​ ​)

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA LANSIA DI PUSKESMAS SIULAK MUKAI
KABUPATEN KERINCI TAHUN 2022

Karakteristik Responden
1. Kode Responden ​ ​:
2. Nama ​ ​ ​ ​:
3. Umur ​ ​ ​ ​:
4. Jenis Kelamin ​ ​ ​: L / P
5. Tingkat Pendidikan ​ ​: ​1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan ​ ​ ​: ​1. Pegawai Negeri
2. Karyawan Swasta
3. Wiraswasta
4. Petani
KELOMPOK KONTROL
Pemberian
Kadar Asam Urat Kadar Asam Urat
No Hari/Tanggal Senam KET
Pre Test Post Test
Ergonomis

1
2
3
4
5
6
7

LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA LANSIA DI PUSKESMAS SIULAK MUKAI
KABUPATEN KERINCI TAHUN 2022

Karakteristik Responden
1. Kode Responden ​ ​:
2. Nama ​ ​ ​ ​:
3. Umur ​ ​ ​ ​:
4. Jenis Kelamin ​ ​ ​: L / P
5. Tingkat Pendidikan ​ ​: ​1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan ​ ​ ​: ​1. Pegawai Negeri
2. Karyawan Swasta
3. Wiraswasta
4. Petani
KELOMPOK INTERVENSI
Pemberian
Kadar Asam Urat Kadar Asam Urat
No Hari/Tanggal Senam KET
Pre Test Post Test
Ergonomis

2
3
4
5
6
7

Anda mungkin juga menyukai