Anda di halaman 1dari 14

TES WAWANCARA

1. Visi Misi FK UNSRI


Visi:
Menjadi Fakultas Kedokteran Terkemuka di Asia Tenggara yang Berbasis Pendidikan, Penelitian
dan Pelayanan di Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan pada Tahun 2025.

Misi:
1) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan di bidang Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan sesuai dengan standar internasional berbasis kearifan lokal
2) Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian di bidang Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan yang berkualitas sehingga dapat dikenali dan diaplikasikan dalam pengembangan
ilmu di tingkat nasional dan internasional
3) Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat
sebagai pusat rujukan di bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan
4) Menyelenggarakan dan mengembangkan mutu sistem manajemen dan tata kelola yang
efisien dan berkualitas

2. Visi Misi RSMH


Visi:
Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional yang Mandiri dan Terpercaya.

Misi:
1) Menyelenggarakan standarisasi Pelayanan , Pendidikan, dan Penelitian.
2) Meningkatkan SDM yang Unggul dan Berbudaya Kerja.
3) Menyelenggarakan Produktifitas dan Efisiensi
4) Menjalin Kemitraan dengan Jaringan Bisnis Rumah Sakit secara Komprehensif dan
Berkelanjutan.

3. Motto RSMH : kepuasan dan kesembuhan anda merupakan kebahagiaan kami


4. Akreditasi FK UNSRI
Terakreditasi A

5. Akreditasi RSMH
 Akreditasi Nasional Paripurna oleh SNARS tahun 2015
 JCI (joint commission internasional ) Januari tahun 2017
6. Nama Pimpinan dan Ketua Prodi RSMH
a. Rektor Universitas Sriwijaya : Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE
b. Nama Dekanat FK Unsri
Dekan : dr. Syarif Husin M.S
Wakil dekan I : Dr. dr. Irfanuddin, SpKO, M.Pd.Ked
Wakil Dekan II : Dr. dr. H. Muhammad Irsan Saleh, M.Biomed
Wakil Dekan III : dr. Hertanti Indah Lestari, SpA(K)
c. Nama Direksi RSMH
Direktur Utama : dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS
Direktur Medik dan Keperawatan: dr. Marta Hendry, Sp.U(K), MARS
Direktur Keuangan & Barang Milik Negara: Bp. Ekwanto, SE, Ak, MM
Direktur Umum, SDM, dan Pendidikan : dr. Msy. Rita Dewi Mustika, Sp.A (K), MARS
Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum : Bp. Ekwanto, SE, Ak, MM
Ketua Komite Medik : dr. H. Rizal Sanif, SpOG (K), MARS, PhD
d. Nama ketua PRODI
Ketua Bagian : dr. Hj. Mediarty, Sp.PD.,K-HOM.,FINASIM
KPS Sp1 : dr. Nova Kurniati, SpPD., K-AI.,FINASIM
KPA Sp2: Dr. dr.Taufik Indrajaya, Sp.PD.,KKV.,FINASIM
KSM : dr. Zulkhair Ali

7. Pengetahuan tentang STR


 Surat Tanda Registrasi (STR), merupakan dokumen hukum/tanda bukti tertulis
bagi dokter dan dokter spesialis bahwa yang bersangkutan telah mendaftarkan diri dan telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan serta telah diregistrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia.
 Teregistrasi : Pencatatan resmi terhadap dokter yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan
telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk melakukan
tindakan profesinya.
 STR berlaku 5 tahun.
 Terdapat di UU no 29 th 2004 pasal 29 :
 dokter wajib punya STR
 STR diterbitkan KKI
 STR didapat jika memenuhi persyaratan
8. Pengetahuan tentang SIP
 SIP adalah bukti tertulis yang diberikan dinkes kab atau kota setempat kepada dokter yang
telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
 Praktik kedokteran: rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan.

9. Hal yang bikin DO


 Narkoba
 Selingkuh
 Melakukan tindakan kriminal, misalnya mencuri
 Mencemarkan nama baik intitusi
 Mengalami penyakit yang tidak memungkinkan melanjutkan pendidikan
 Mendapat Surat Peringatan 3 kali
 Melakukan pelanggaran berat, diputuskan dengan Rapat Komite Medik

10. Definisi Informed Consent


Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
Berisi tentang diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran:
 tujuan tindakan kedokteran yang akan dilakukan
 alternatif tindakan lain dan risikonya
 risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
 prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
 perkiraan pembiayaan

11. Pengetahuan Pelayanan Prima


Melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada pasien sehingga menimbulkan
rasa puas.

Definisi Pelayanan Prima


Pelayanan terbaik yang diberikan oleh karyawan RS untuk memenuhi/bahkan melampaui harapan
pengguna jasa rumah sakit.

Unsur unsur melayani prima sebagaimana dimaksud dengan pelayanan umum, sesuai keputusan
Menpan No. 81/1993, yaitu:
 Kesederhanaan,
 Kejelasan dan Kepastian,
 Keamanan,
 Keterbukaan,
 Efisien,
 Ekonomis,
 Keadilan yang merata,
 Ketepatan waktu.

Dalam instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.828/MENKES/VII/1999 tentang


Pelaksanaan Pelayanan Prima Bidang Kesehatan, dijelaskan bahwa:
Berdasarkan aspek – aspek kesederhanaan, kejelasan, kepribadian, keamanan, efisiensi, ekonomis,
keadilan, ketepatan waktu, kebersihan, kinerja dan juga sikap perilaku, maka pelaksanaan pelayanan
prima bidang kesehatan perlu memperhatikan hal–hal sebagai berikut :
 Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk yang mudah
dipahami dan diperoleh pada setiap tempat / lokasi pelayanan sesuai dengan kepentingannya
menyangkut prosedur / tata cara pelayanan, pendaftaran, pengambilan sample atau hasil
pemeriksaan, biaya / tarif pelayanan serta jadwal / waktu pelayanan.
 Setiap aturan tentang prosedur / tata cara / petunjuk seperti yang tersebut diatas harus
dilaksanakan secara tepat, konsisten, konsekuen sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
 Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur secara jelas setiap persyaratan
yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan harus mudah diperoleh dan berkaitan
langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak menambah beban masyarakat penerima
pelayanan.
 Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang mudah dilihat /
dijumpai pada setiap tempat pelayanan. Saran yang masuk harus selalu dipantau dan
dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan atau tindak lanjut dalam rangka upaya perbaikan dan
peningkatan mutu pelayanan.
 Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwenang atau
kompeten, mampu terampil dan professional sesuai spesifikasi tugasnya. Setiap pelaksanaan
pemberian pelayanan dan hasilnya harus dapat menjamin perlindungan hukum dan dapat
dijadikan alat bukti yang sah.
 Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis
pelayanan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dalam
pelaksanaannya.
 Biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhitungkan
kemampuan masyarakat. Hendaknya diupayakan untuk mengatur mekanisme pungutan biaya
yang memudahkan pembayarannya dan tidak menimbulkan biaya tinggi. Pengendalian dan
pengawasan pelaksanaannya harus dilaksanakan dengan cermat, sehingga tidak terdapat
titipan pungutan oleh instansi lain.
 Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan adil, tidak membedakan status
social masyarakat. Cakupan / jangkauan pelayanan diupayakan seluas mungkin dengan
distribusi yang merata.
 Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan harus selalu dijamin
melalui pelaksanaan pembersihan secara rutin dan penyediaan fasilitas pembuangan sampah /
kotoran secukupnya sesuai dengan kepentingannya.
 Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan serta
berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan
yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup.
 Menyapa dan memberi salam kepada pasien
 Ramah dan senyum manis kepada pasien
 Cepat dan tepat waktu dalam bertindak
 Mendengar dengan sabar dan aktif keluhan pasien
 Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
 Terangkan apa yang anda lakukan
 Jangan lupa mengucapkan terima kasih
 Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan
 Mengingat nama pelanggan

12. Pengetahuan Kode Etik


1) Kerahasiaan Rekam Medis
PERMENKES NO. 269/MENKES/PER/III/2008
 Rekam medis adalah catatan kondisi kesehatan pasien, pengobatan, rencana tindakan
dan terapi pasien yang harus terjamin kerahasiaannya.
 Penjelasan isi dari RM hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien
dengan izin tertulis pasien peraturan perundang undangan. (pasal 11 ayat 1)
 Tidak perlu persetujuan pasien bila untuk kepentingan Negara. (BPJS; menurut
Permenkes terbaru).

2) Kerahasiaan teman sejawat


 KODEKI
Pasal 14: setiap dokter memperlakukan TS sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Pasal 15: setiap dokter tidak boleh mengambil pasien dr TS , kecuali dengan
persetujuan atau dengan prosedur yang etis.
Penjelasan: Secara etis bila ada pasien yang sudah pernah ditangani TS lain
sebelumnya, dokter tsb harus memberi tau terlebih dahulu dokter sebelumnya.

13. Sumpah Dokter


Demi ALLAH saya bersumpah bahwa :

1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.


2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan
martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya.
5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan
perikemanusiaan, sekalipun diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis
penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang
selayaknya.
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan
diri saya

14. Pengetahuan tentang hukum kedokteran


a. STR  merupakan dokumen hukum/tanda bukti tertulis yang dikeluarkan KKI
bagi dokter dan dokter spesialis yang telah terregistrasi.
b. SIP  bukti tertulis yang diberikan dinkes kab atau kota setempat kepada dokter yang telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
c. Jumlah tempat praktek
Permenkes 2007 pasal 4
SIP dokter diberikan max 3 tempat praktek, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik
pemerintah, swasta, maupun praktek perorangan.
3 tempat dapat berada dalam 1 kab /kota atau kab/kota lain baik dari provinsi yg sama
maupun provinsi lain.
d. Kondisi apa dokter terkait hukum perdata /pidana
 Aspek Hukum Perdata (prinsip ganti rugi)
Contoh: bila dokter lupa informed consent padahal px dan dokter dalam keadaan sadar ,
lalu dokter melakukan kesalahan atau kealpaan kecil (culpa levis) yang merugikan px
sanksi PERDATA
 Aspek Hukum Pidana (prinsip penganiayaan)
Contoh : bila tidak ada informed consent lalu didapatkan kesalahan besar (culpa lata) 
dokter dituntut karena melakukan penganiayaan. PIDANA

15. Pengetahuan Patient Safety


a. Mengapa perlu informed consent
Permenkes 290/2008: Informed consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh px atau keluarganya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran yang akan dilakukan kepada px tsb.

Kegunaan informed consent: Memberikan perlindungan terhadap pasien dan perlindungan


hukum terhadap dokter terhadap suatu kegagalan yang bersifat negative.

UU No. 29/2004 Pasal 45: setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter
terhadap px,harus mendapat persetujuan.

Permenkes 585/1989: dalam memberikan informasi kpd px atau keluarga kehadiran perawat
atau paramedic lain sebagai saksi sangat penting.

b. Bagaimana jika kondisi px tidak sadar


 Permenkes 290/2008 Pasal 4 ayat 1 : dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa
pasien dan mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
 Pasal 4 ayat 3: Penjelasan sesegera mungkin diberikan kepada px setelah px sadar /pada
keluarga px.

c. Apa saja yang perlu diperhatikan agar keselamatan px terjamin


Patient safety:
Suatu system yang membuat asuhan px di RS menjadi lebih aman dengan cara mencegah
terjadinya cidera yang diakibatkan oleh suatu tindakan (commission) atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya diambil.(omission)
Patient Safety Goals
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication)
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,dan tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Tujuan:
1. Tercipta budaya keselamatan px di RS
2. Meningkatkan akuntabilitas RS terhadap px dan masyarakat
3. Menurunkan KTD di RS
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.

16. Pengetahuan Pelayanan Prima


Melakukan pelayanan kepada pasien yang sesuai dengan standar kualitas untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan pasien sehingga menimbulkan rasa puas dan meningkatkan kepercayaan
kepada rumah sakit.

17. FIVE STARS DOCTOR


 Case Provider
 Decision Maker
 Community Leader
 Communicator
 Manager

18. Malpraktik
Kesalahan/Kelainan yang dilakukan tenaga Kesehatan dalam melaksanakan profesi yang tidak sesuai
dengan standar dan prosedur operasional, sehungga pasien menderita luka berat, cacat, atau
meninggal dunia.

19. Penyimpangan ETIK Kedokteran


 Indikator medik tidak jelas.
 Tindakan medik yang menyimpang dari pedoman baku.
 Pasien tidak diberitahukan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Persetujuan tindakan medik tidak dibuat.

20. Kewajiban dokter.


a. Mengamalkan sumpah dokter.
b. Melaksanakan standar profesi.
c. Kebebasan dan kemandirian profesi.
d. Memberi surat keterangan sesudah memeriksa sendiri.
e. Menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati hak sejawat & nakes lain.
f. Jujur terhadap pasien dan sejawat.
g. Melindungi hidup manusia insani.
h. Memperhatikan kepentingan masyarakat dan semua aspek.
i. Tulus ikhlas menerapkan ilmu, merujuk bila tidak mampu.
j. Merahasikan tentang pasien.
k. Memberikan pertolongan darurat.
l. Memberlakukan sejawat seperti dia sendiri ingin diperlakukan
m. Memelihara kesehatannya.
n. Mengikuti perkembangan IPTEK DOK.

21. Larangan untuk dokter


 Memuji diri sendiri
 Perbuatan untuk atau nasihat yang melemahkan daya tahan pasien.
 Mengumumkan & menerapkan Teknik yang belum jelas kebenarannya.
 Melepaskan kemandirian profesi karena pengaruh sesuatu.

22. HAK Pasien


 Memperoleh informasi mengenai tata tertib & peraturan yang berlaku di RS.
 Memperoleh informasi tentang hak & kewajiban pasien.
 Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
 Memperoleh layanan Kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi & SOP.
 Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi.
 Menganjurkan pengaduan atas kualitas pelayanan yang di dapatkan.
 Memilih dokter & kelas perawatan sesuai dengan keinginan & peraturan RS.
 Meminta konsultasi penyakit yang diderita kepada dokter lain.
 Mendapatkan privasi & kerahasiaan penyakit yang di derita.
 Mendapatkan informasi yang meliputi tata cara Tindakan medis,
tujuan Tindakan, alternative Tindakan, resiko dan komplikasi serta prognosis.
 Memberikan persetujuan/menolak atas Tindakan yang dilakukan.
 Didampingi keluarga dalam keadaan klinis.
 Menjalakan ibadah sesuai agamanya.

23. SYARAT REKAM MEDIS


a. Accurate (cermat)
RM menjadi dasar informasi dan informasi tersebut selanjutnya menjadi dasar dari
pengambilan keputusan
b. Brief (singkat, pendek)
Tetapi harus dapat :
 Memberi informasi lengkap mengenai identitas pasien
 Menunjukkan diagnosa dan terapi
 Mencatat semua hasil pemeriksaan dan tindakan
c. Clear (jelas)
RM sebagai sarana komunikasi

24. Akreditasi Rumah Sakit SNARS Edisi 1


ARK : Akses RS dan Kontinuitas Pelayanan
AP : Assesmen Pasien
PAP : Pelayanan dan Asuhan Pasien
PAB : Pelayanan Anestesi dan Bedah
HPK : Hak Pasien dan Keluarga
MKE : Manajemen dan komunikasi dan Edukasi
PPI : Pencegahan dan pengendalian Infeksi
MIRM : Manajemen Informasi dan Rekam Medis
SKP : Sasaran dan Keselamatan Pasien
PKPO : Pelayanan Kefarmasian dan Pelayanan Obat
PMKP : Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
TKRS : Tata Kelola Rumah Sakit
MFK : Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
KKS : Kompetensi dan Kewenangan Staf
PROGNAS : Program Nasional ( Geriatri, TB Dots, HIV, Ponek, PPRA).
Akreditasi SNARS Edisi 1
paripurna 3 th sekali
madya 1 th sekali
pratama 1 th sekali

Keputusan Akreditasi
Rumah Sakit Pendidikan
Tidak lulus akreditasi
 Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang di survei mendapat nilai kurang dari 60
%
 Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi
dari surveior dilaksanakan.
Akreditasi tingkat dasar
 Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16 bab yang di survei hanya 4
bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai
minimal 80 % dan 12 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %
Akreditasi tingkat madya
 Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 16 bab yang di survei ada 8
bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai
minimal 80 % dan 8 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %

Akreditasi tingkat utama


 Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16 bab yang di survei ada 12
bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan mendapat nilai
minimal 80 % dan 4 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %
Akreditasi tingkat paripurna
 Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 16 bab yang di survei
semua bab mendapat nilai minimal 80 %

Status akreditasi berlaku selama tiga tahun kecuali ditarik oleh KARS. Status akreditasi berlaku surut
sejak hari pertama pelaksanaan survei rumah sakit atau saat survei ulang. Pada akhir tiga tahun siklus
akreditasi rumah sakit, rumah sakit harus melaksanakan survei ulang untuk perpanjangan status
akreditasi.

Fungsi Akreditasi
untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar akreditasi.
25. Akreditasi JCI
Elemen Penilaian
I. Standar-standar Yang Berfokus Pasien
a. Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP) / International Patient Safety Goals
(IPSG)
b. Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan (APKP) / Access to Care and
Continuity of Care (ACC)
c. Hak Pasien dan Keluarga (HPK) / Patient and Family Rights (PFR)
d. Asesmen Pasien (AP) / Assessment of Patients (AOP)
e. Perawatan Pasien (PP) / Care of Patients (COP)
f. Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB) / Anesthesia and Surgical Care (ASC)
g. Manajemen dan Penggunaan Obat-obatan (MPO) / Medication Management and Use
(MMU)
h. Penyuluhan Pasien dan Keluarga Pasien (PPKP) / Patient and Family Education (PFE)

II. Standar-standar Manajemen Organisasi Pelayanan Kesehatan


a. Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) / Quality Improvement and Patient
Safety (QPS)
b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)/ Prevention and Control of Infections (PCI)
c. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah (TKKA) / Governance, Leadership, and Direction
(GLD)
d. Manajemen dan Keamanan Fasilitas (MKF) / Facility Management and Safety (FMS)
e. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) / Staff Qualifications and Education (SQE)
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) / Management of Communication and
Information (MCI)

 Apa hubungan JCI dengan The Joint Commission?


JCI adalah versi internasional dari The Joint Commission (USA); Misi JCI adalah
memperbaiki kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan di masyarakat internasional.
 Apa maksud dan tujuan inisiatif akreditasi JCI?
Akreditasi JCI adalah berbagai inisiatif yang dirancang untuk menanggapi meningkatnya
kebutuhan seluruh dunia akan sebuah sistem evaluasi berbasis standar di bidang perawatan
kesehatan.
Tujuannya adalah untuk menawarkan kepada masyarakat internasional proses objektif untuk
mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang berbasis standar.
Dengan demikian diharapkan program ini akan menstimulasi perbaikan yang berkelanjutan
dan terus-menerus dalam organisasi-organisasi pelayanan kesehatan lewat penerapan
standarstandar konsensus internasional, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien
(International Patient Safety Goals), didukung oleh pengukuran data sebagai tambahan untuk
standar bagi rumah sakit yang terdapat di edisi keempat ini, JCI juga telah mengembangkan
standar dan program akreditasi sebagai berikut:
 Rawat Jalan (Ambulatory Care)
 Laboratorium Klinik (Clinical Laboratories)
 Pusat Pelayanan Primer (Primary Care Center)
 Perawatan Berkelanjutan (The Care Continuum; perawatan di rumah, hidup dengan
dibantu, perawatan jangka panjang, perawatan di rumah sakit hingga ajal menjemput)
 Pelayanan Transportasi Medik (Medical Transport Organization) JCI juga menawarkan
sertifikasi program perawatan klinis, seperti program untuk perawatan stroke, perawatan
jantung, atau penggantian sendi.

Program akreditasi JCI didasarkan pada kerangka kerja standar internasional yang
disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Semua akreditasi JCI dan program sertifikasi bercirikan
sebagai berikut:
 Standar konsensus internasional, dikembangkan dan dikelola oleh sebuah gugus tugas
internasional, dan disetujui Dewan internasional, yang merupakan dasar program
akreditasi.
 Filosofi yang mendasari standar didasarkan pada prinsip manajemen bermutu yang terus-
menerus diperbaiki mutunya.
 Proses akreditasi ini dirancang untuk mengakomodasi faktor hukum, agama, dan/atau
faktor budaya di sebuah negara tertentu. Meski standar yang ditetapkan bersifat seragam
demi harapan tinggi untuk keselamatan dan kualitas perawatan pasien, proses akreditasi
juga mempertimbangkan sejauh mana kondisi khas negara tertentu dapat memenuhi
harapan tinggi tersebut.
 Tim survei lapangan dan penentuan agenda survei akan bervariasi tergantung pada besar-
kecilnya organisasi pelayanan kesehatan dan jenis layanan yang diberikan. Sebagai
contoh, sebuah organisasi multispesialis raksasa mungkin memerlukan survei empat atau
lima hari oleh dokter, perawat, dan administrator, sementara rumah sakit dengan 50
tempat tidur dan spesialisasi di satu bidang mungkin hanya memerlukan survei lebih
pendek dengan tim yang lebih kecil.
 Akreditasi JCI ini dirancang agar absah, dapat dipercaya, dan objektif. Berdasarkan
analisis hasil survei, keputusan akreditasi akhir dibuat oleh komite akreditasi
internasional.
26. 6 langkah cuci tangan

27. 5 moment cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai