Anda di halaman 1dari 26

BAB 2:

PERPINDAHAN KALOR DAN


KENYAMANAN TERMAL

Kompetensi:
• Mampu memahami konsep perpindahan kalor
• Mampu menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kaitannya
dengan bangunan
• Mampu menganalisis kondisi kenyamanan termal dalam suatu
bangunan.

Subbab:
2.1. Perpindahan kalor
2.2. Psikrometri
2.3. Kenyamanan termal

2. 1
2. 1
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Kalor dan Temperatur

 Kalor: bentuk energi [J] yang terkandung sebagai gerak molekuler atau
yang muncul sebagai radiasi elektromagnetik dalam ruang.
 Temperatur: gejala kemunculan kalor dalam suatu substansi atau zat [K].
 Kalor jenis: besarnya kalor yang diperlukan untuk meningkatkan
temperatur (1 K) suatu satuan massa (1 kg) zat [J/(kg·K)].
 Kalor jenis air ≈ 4176 J/(kg·K).
 Kalor laten: besarnya kalor yang diserap satu satuan massa (1 kg) zat pada
perubahan fase padat menjadi cair atau cair menjadi→ gas [J/kg].
 Kalor laten air pada fase padat menjadi cair ≈ 335 kJ/kg.
 Kalor laten air pada fase cair menjadi gas ≈ 2261 kJ/kg.

Aliran Kalor
 Aliran kalor umumnya dinyatakan dalam:
⚫ Laju aliran kalor (atau fluks kalor): Q [W]
⚫ Densitas fluks kalor: dQ /dA [W/m2]
 Aliran kalor dapat terjadi dalam tiga cara:
⚫ Konduksi
⚫ Konveksi
⚫ Radiasi

2. 2
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Konduksi

 Konduksi: proses perpindahan kalor melalui medium padat yang saling


kontak.
 Konduktivitas (k [W/(m·K)]): densitas aliran kalor pada benda padat setebal
1 m yang menghasilkan perbedaan temperatur sebesar 1 K.
 Nilai k ialah properti termal khas (karakteristik) dari suatu material.
 Pada praktiknya, nilai k seringkali harus dikoreksi dengan faktor koreksi κ
yang tergantung keadaan penggunaan (berkisar antara 0,1 dan 0,4),
sebagaimana pada tabel berikut.
kdesain = ktabel (1 + κ)

Material Penggunaan κ
Polistirena Di antara lapisan beton 0,42
Di antara lapisan dinding bata 0,10
Dengan celah udara (rongga) 0,30
Dengan lapisan semen 0,25
Wol mineral Di antara lapisan dinding bata 0,10
Poliuretana Dengan celah udara (rongga) 0,15 *1)

 Jika suatu material homogen dengan ketebalan b [m] memiliki konduktivitas k,


maka material tersebut memiliki resistansi termal R [m2·K/W]
R = b/k
 Jika suatu selubung tersusun dari sejumlah n material yang masing-masing
memiliki resistansi termal R1, R2, …, Rn; maka resistansi termal total (dari
udara ke udara) (Rtot [m2·K/W]) dari selubung tersebut ialah:
n bj
Rtot = Rso + R1 + R2 + ... + Rn + Rsi = Rso + Rsi + 
j =1 kj
dengan Rsi dan Rso berturut-turut ialah
resistansi termal dari lapisan udara di
sekitar permukaan luar dan dalam selubung.

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 3
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Konduksi

 Dikenal pula parameter konduktansi termal C [W/(m2·K)], yaitu kebalikan


dari resistansi termal dari suatu material.
C = 1/R
 Lazim pula digunakan parameter transmitansi termal total (U [W/(m2·K)]),
yaitu densitas aliran kalor yang menghasilkan beda temperatur antara
permukaan luar dan dalam sebesar 1 K; yaitu kebalikan dari Rtot.
U = 1/Rtot
 Laju aliran kalor konduksi Q
Qcond
cond
[W]
pada selubung dengan luas penampang A
pada keadaan tunak ialah:
Qcond = UAT = UA(To − Ti )

Contoh:
Diketahui suatu selubung terdiri dari dinding bata 220 mm (k = 0,84
W/(m·K)), semen 15 mm (k = 0,6 W/(m·K)). Resistansi permukaan dalam
dan luar (Rsi = 0,14 dan Rso = 0,06 m2·K/W. Tentukan transmitansi total
selubung dalam keadaan tunak.

Solusi:
Resistansi termal total pada selubung:
b1 b2
Rtot = Rsi + R1 + R2 + Rso = Rsi +
+ + Rso
k1 k2
 0, 220 0,015 
=  0,14 + + + 0,06  m 2 K/W
 0,84 0,6 
Transmitansi termal total pada selubung:
1
U= = 2,054 W/(m 2  K)
Rtot

2. 4
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Konveksi

 Konveksi: proses perpindahan kalor dari suatu permukaan ke permukaan


lain melalui fluida yang berpindah; melibatkan perpindahan massa.
 Besarnya kalor yang dipindahkan tergantung dari koefisien konveksi (hc
[W/(m2·K)]) yang nilainya juga tergantung dari banyak hal, antara lain
kecepatan aliran, arah aliran, jenis fluida, dsb.
 Menurut hukum pendinginan Newton, laju aliran kalor konveksi Qconv [W]
di sekitar suatu permukaan seluas A dengan temperatur Ts [K] dapat
dinyatakan sebagai:
Qconv = hA(Ts − T )
u∞, u∞,
⚫ T∞: temperatur udara bebas pada T∞ T∞
keadaaan tunak [K]
u0, Ts

 Di sekitar suatu bangunan, konveksi dapat terjadi secara: *1)

⚫ Alami (gaya apung): diakibatkan beda densitas (Δρ)


pada fluida, dalam hal ini udara.
⚫ Paksa (tekanan angin): diakibatkan gaya eksternal
(misalnya kipas) yang menimbulkan aliran udara
dengan kecepatan tertentu.
⚫ Campuran antara alami dan paksa. *2)

Konveksi alami Konveksi paksa

T tinggi T rendah

T rendah T tinggi

*1) https://www.slideshare.net/msg15/forced-convection
*2) https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=4171508
*3) https://www.simscale.com/blog/2017/01/active-and-passive-cooling/

2. 5
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Konveksi

 Aliran udara alami lazimnya disebabkan oleh beda tekanan, di mana udara
mengalir dari daerah bertekanan lebih tinggi (P[+]) ke daerah bertekanan
lebih rendah (P[–]).
 Beda tekanan secara alami di sekitar bangunan dapat terjadi karena dua hal:
⚫ Ventilasi silang
⚫ Efek cerobong

Konveksi Alami: Ventilasi Silang


 Terjadi ketika terdapat bukaan
pada dua sisi yang berseberangan
dalam suatu bangunan yang
terpapar angin.
 Pada sisi haluan angin terdapat
medan bertekanan tinggi (P[+]),
sedangkan pada sisi buritan angin
terdapat medan bertekanan rendah (P[–]),
sehingga menimbulkan aliran udara dari haluan ke buritan.
 Tekanan angin pw [Pa] dengan kecepatan v [m/s], pada udara dengan
densitas ρ [kg/m3] diberikan oleh:
pw = ½ ρ v2
 Pada permukaan bangunan, tekanan angin harus dikalikan dengan
koefisien tekanan CpW = 0,5~0,8 pada sisi haluan dan CpL = –0,3 ~ –0,5 pada
sisi buritan. Beda tekanan angin yang timbul ialah:
Δpw = pw (CpW – CpL)
 Laju aliran volumeVV [m3/s] yang terjadi pada bukaan seluas A [m2]:
V  0,827  c e A pw
⚫ ce: berkisar antara 0,1 (hanya ada 1 bukaan) dan 1 (terdapat 2 bukaan
berseberangan dengan luas yang sama, tanpa penghalang dalam ruang).
 Ventilasi silang ialah strategi yang disukai dan populer di wilayah tropis,
karena pada umumnya tidak terdapat perbedaan temperatur yang
signifikan antara udara luar dan dalam ruang.

2. 6
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Konveksi Alami: Efek Cerobong

 Terjadi ketika udara di dalam suatu ruang memiliki temperatur lebih tinggi
daripada udara luar, serta terdapat bukaan berupa lubang masuk dan keluar
yang berbeda ketinggian pada ruang tersebut.
 Lazim ditemui pada saat musim dingin di
wilayah non-tropis: di dalam bangunan dengan
bukaan pada dua sisi berseberangan yang
berbeda ketinggian, udara yang lebih hangat
dari dalam ruang akan bergerak naik menuju
bukaan yang lebih tinggi. Kemudian udara luar
yang lebih dingin akan mengisi tempat di sekitar
bukaan yang lebih rendah.
 Dalam bangunan yang dilengkapi dengan cerobong
asap, beda tekanan antara bukaan yang rendah
(jendela biasa) dan bukaan yang tinggi (lubang
keluar pada ujung atas cerobong) menjadi lebih
besar, sehingga menimbulkan aliran udara
dengan kecepatan yang cukup tinggi.
 Efek cerobong ini pada umumnya tidak dikehendaki dan dapat dihindari
dengan memasang insulasi pada selubung untuk meminimalkan infiltrasi.

 .
Beda tekanan dalam cerobong Δp [Pa] bergantung pada densitas udara luar
dan dalam (ρo dan ρi [kg/m3]), percepatan gravitasi g (≈ 9,81 m/s2), serta beda
ketinggian h [m] antara titik tengah lubang masuk dan lubang keluar.
Δp = (ρo – ρi)gh
 Densitas udara kering pada temperatur dan tekanan standar (0°C dan 100
kPa) ialah 1,2754 kg/m3, sedangkan densitas udara kering [kg/m3] pada
sembarang temperatur mutlak T [K] dan tekanan atmosfer patm [Pa] ialah:
patm
 p ,T =
RspecT
⚫ Rspec: konstanta gas spesifik untuk udara kering ≈ 287,06 J/(kg·K).

2. 7
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Konveksi Alami: Efek Cerobong

 Dengan asumsi tekanan atmosfer sebesar 101 325 Pa, maka beda tekanan
dalam cerobong (Δp) dapat ditulis kembali sebagai berikut:
 1 1
p = 3462  h  − 
 To Ti 
 Laju aliran volume V [m3/s] yang terjadi pada
bukaan seluas A [m2] dapat ditaksir:

V  0,827  A p

 Pada wilayah tropis yang beriklim hangat,


beda temperatur antara udara luar dan dalam
ruang lazimnya tidak terlalu besar, sehingga Δp
yang terjadi cenderung kecil untuk menimbulkan aliran
udara akibat efek cerobong.
 Meskipun demikian, ketika udara dalam cerobong
jauh lebih dingin daripada udara luar, dapat terjadi
aliran udara turun dari ujung atas cerobong menuju
ke bukaan yang terletak di bawahnya.

Contoh:
Suatu bangunan memiliki bukaan pada dua sisi fasad yang berseberangan,
masing-masing seluas 3 m2. Jika kecepatan angin pada sisi haluan sebesar 3
m/s, taksirlah laju aliran volume yang melalui kedua bukaan. Anggap CpW =
0,8 dan CpL = –0,4, serta temperatur udara 20°C.
Solusi:
Dengan asumsi tekanan atmosfer 101 325 Pa, T = 20°C = 298 K
→ densitas udara ρ ≈ 1,20 kg/m3.
Beda tekanan angin yang timbul pada kecepatan v = 3 m/s:
Δpw = pw (CpW – CpL) = 0,5(1,20 kg/m3)(3 m/s)2 (0,8 – (–0,4)) = 6,48 Pa.
Laju aliran volume pada bukaan:
V  0,827  c e A pw = (0,827)(1)(3 m 2 ) 6, 48 Pa = 6,32 m 3 /s

2. 8
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Radiasi
 Radiasi: proses perpindahan kalor (gelombang elektromagnetik) dari
permukaan yang lebih panas ke permukaan yang lebih dingin, tanpa
memerlukan medium.
 Radiasi termal umumnya berupa gelombang inframerah (700 ~ 10000 nm),
yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
⚫ IR pendek: 700 ~ 2300 nm
⚫ IR panjang: 2300 ~ 10000 nm

 Properti radiasi pada material dinyatakan


dengan reflektansi (ρ), absorptansi (α), dan
emisivitas (ε).
 Pada permukaan tak tembus cahaya:
ρ+α=1
 Menurut Hukum Stefan-Boltzmann, kalor
yang diradiasikan suatu benda hitam per luas
permukaan sebanding dengan pangkat empat
dari temperaturnya T [K].
Qrad =  AT 4
⚫ σ: konstanta Stefan-Boltzmann
(≈ 5,670373 × 10−8 W·m–2 K–4).

 Pada kasus selain benda hitam dengan


emisivitas ε yang bernilai antara 0 dan 1 *1)
(ε dari benda hitam = 1):
Qrad =  AT 4
 Jika terdapat dua permukaan sejajar yang masing-masing memiliki luas A
serta temperatur mutlak T1 dan T2 (T1 > T2) serta emisivitas ε1 dan ε2, maka
banyaknya kalor radiasi yang berpindah di antara keduanya ialah:
 T 4  T 4  1 1 1
Qrad =  ef  A  1  −  2  
4
; = + −1
 100   100    ef 1 2

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 9
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor

Radiasi

Contoh:
Suatu kawat filamen berdiameter 1 mm sepanjang 30 cm dipanaskan hingga
bertemperatur 3000 K. Tentukan total daya yang diradiasikan kawat
tersebut!
Jika kawat yang sama hanya dipanaskan hingga 2000 K, tentukan total daya
yang diradiasikannya!

Solusi:
Luas permukaan kawat dianggap berbentuk selubung silinder:

A  2 rL = 2 (5  10−4 m)(0,3 m) = 9, 42  10 −4 m 2
Anggap kawat bersifat seperti benda hitam ideal (ε = 1):

Qrad =  A T 4  (9, 42  10−4 m 2 )(1)(5,67  10−8 W  m −2 K −4 )(3000 K) 4


= 4326 W
Jika T2 = 2000 K:
4
Qrad1 T4 4326 W  3000 
= 14 → = 
Qrad2 T2 Qrad2  2000 
→ Qrad2 = (4326 W)(2/3) 4 = 854 W

2. 10
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri

Psikrometri

 Teknik pengukuran properti fisis dan termodinamis dari campuran gas-uap,


khususnya udara.
 Besaran-besaran psikrometri:
⚫ Temperatur bola kering (DBT [°C]): temperatur udara bebas,
tanpa mempertimbangkan radiasi dan kandungan uap air.
⚫ Temperatur bola basah (WBT [°C]): temperatur udara pada
keadaan jenuh, yaitu pada saat terjadi evaporasi
(penguapan) 100%. Dapat diukur menggunakan psikrometer
sling yang salah satu ujungnya dibasahi kemudian diputar
sehingga penunjukannya stabil (tercapai evaporasi 100%).
⚫ Temperatur titik embun (DPT [°C]): temperatur udara
terendah yang diperlukan untuk mencapai kondisi jenuh
dengan proses kondensasi (pengembunan).
⚫ Rasio kelembapan (HR) atau kelembapan mutlak (AH)
[g/kg]): rasio massa kandungan uap air [g atau kg] dalam
1 kg udara kering. *1)

⚫ Kelembapan relatif (RH [%]): rasio tekanan uap air (pv [Pa])
pada suatu keadaan terhadap tekanan uap air pada kondisi jenuh (pvs [Pa]);
atau rasio HR pada suatu keadaan terhadap HR yang dapat tercapai pada
kondisi jenuh (HRsat).
pv HR
RH =  100% =  100%
pvs HR sat
⚫ Entalpi h [kJ/kg]: kandungan kalor dalam udara, relatif terhadap DBT 0°C
dan kelembapan 0.
⚫ Volume jenis V [m3/kg]: volume yang ditempati 1 kg udara pada tekanan
normal.

 Seluruh besaran psikrometri tersebut dapat diplot dan dibaca pada karta
psikrometrik, misalnya yang diterbitkan oleh Asosiasi Insinyur Tata Udara
dan Refrigerasi Amerika (ASHRAE), atau oleh sumber-sumber lainnya.
 Dengan hanya mengetahui dua besaran psikrometri pada suatu keadaan,
maka besaran-besaran psikrometri yang lain dapat diketahui dari karta
psikrometrik.

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 11
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri

Karta Psikrometrik

 Ilustrasi garis-garis atau kurva-kurva yang menghubungkan besaran-besaran


psikrometri yang bernilai sama pada karta psikrometrik:
⚫ DBT [garis vertikal] dan
HR (atau AH) [garis horizontal] ⚫ h [garis miring]

*1) *1)

⚫ WBT [garis miring] ⚫ V [garis miring]

*1) *1)
⚫ RH [kurva]

*1)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 12
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri

Karta Psikrometrik

 Contoh karta psikrometrik untuk elevasi 0 mdpl, satuan SI:

*1)
Contoh:
Jika diketahui suatu keadaan udara dengan DBT = 25°C dan RH = 50% (titik
hitam pada gambar di atas), maka melalui karta psikrometrik dapat
diperkirakan besaran-besaran lain pada keadaan yang sama sebagai berikut:
⚫ WBT ≈ 17,8°C (tarik garis dari titik tersebut sejajar garis WBT, sehingga
memotong kurva saturasi (RH 100%)).
⚫ DPT ≈ 14°C (tarik garis dari titik tersebut sejajar garis HR, sehingga
memotong kurva saturasi (RH 100%)).
⚫ HR = 0,010 kg/kg (dapat dibaca langsung)
⚫ h ≈ 50,2 kJ/kg (tarik garis dari titik tersebut sejajar garis entalpi (RH 100%)).
⚫ V ≈ 0,86 m3/kg (taksir garis sejajar garis V yang terdekat)

*1) https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=2803863

2. 13
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri

Karta Psikrometrik

 Karta psikrometrik dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai


peristiwa pengolahan atau pengkondisian udara, antara lain:
⚫ Pemanasan sensibel: peningkatan DBT pada tingkat AH yang sama.

⚫ Pendinginan sensibel: penurunan DBT pada tingkat AH yang sama.

*1)

⚫ Humidifikasi: penurunan DBT diiringi peningkatan AH dan RH


sekaligus, pada tingkat entalpi yang sama.

*1)

⚫ Dehumidifikasi: pendinginan sensibel sampai dengan RH 100% (dengan


kata lain, tercapai DPT), dilanjutkan dengan penurunan DBT sepanjang
kurva saturasi (RH 100%).

*1)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 14
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Kesetimbangan Termal
 Menurut Standar ANSI/ASHRAE 55 (2017), kenyamanan termal dapat
didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang menggambarkan kepuasan
terhadap lingkungan termal yang dinilai melalui evaluasi subjektif.
 Secara fisiologis, kenyamanan termal berkaitan erat dengan kesetimbangan
neraca kalor pada tubuh manusia.
 Kesetimbangan termal tubuh manusia dapat dimodelkan sebagai jumlah
dari kalor Q yang masuk dan keluar akibat sejumlah mekanisme
perpindahan kalor sebagai berikut:

Qs = Qcond  Qconv  Qrad − Qevap + Qmet −Qevap


+Qmet
⚫ cond: konduksi +Qrad
⚫ conv: konveksi
rad: radiasi Qconv

Qcond −Qrad
⚫ evap: evaporasi
⚫ met: metabolisme

*1)

 Jika total neraca kalor Qs = 0, maka tercapai kesetimbangan termal pada


tubuh, sehingga temperatur Ttubuh = 37°C (± 0,5°C)= 37°C.
 Jika Qs > 0, maka neraca kalor tubuh meningkat, sehingga Ttubuh > 37°C,
sehingga tubuh akan berkeringat.
 Jika Qs < 0, maka neraca kalor tubuh menurun, sehingga Ttubuh < 37°C
serta tubuh akan gemetar.

ASHRAE (2017). ANSI/ASHRAE Standard 55-2017, Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy.
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 15
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Kenyamanan Termal

 Terdapat sejumlah faktor, khususnya ditinjau dari aspek lingkungan fisis,


personal, dan lain-lain, yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal yang
dirasakan oleh manusia, antara lain:
⚫ Faktor lingkungan fisis:

 Temperatur udara

 Kecepatan udara

 Kelembapan

 Radiasi

⚫ Faktor personal

 Laju metabolisme (aktivitas)

 Pakaian

 Kondisi kesehatan

 Aklimatisasi (adaptasi terhadap iklim)

⚫ Faktor lain-lain

 Makanan dan minuman

 Bentuk tubuh

 Lemak dalam tubuh

 Usia

 Jenis kelamin *1)

 Faktor radiasi dapat dinyatakan dengan temperatur radian rata-rata (MRT)


yang dapat diukur dengan termometer globe berbentuk bola hitam.
 Pada kondisi aliran udara dengan kecepatan v:
MRT = GT (1 + 2,35v1/2) – 2,35 DBT·v1/2
 Pada kondisi nyaman: |DBT – MRT| ≤ 3 K.
 Relasi antara DBT dan MRT:
⚫ Pada iklim hangat, digunakan indikator temperatur lingkungan (EnvT):

EnvT = 2/3MRT + 1/3DBT


⚫ Pada iklim sejuk, digunakan indikator temparatur resultan kering (DRT):

DRT = 1/2MRT + 1/2DBT

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 16
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Metabolisme dan Insulasi

 Laju metabolisme tubuh manusia (M) dinyatakan dalam satuan met: 1 met =
58,15 W/m2 luas permukaan tubuh manusia yang bersangkutan.
 Secara umum, luas permukaan tubuh manusia (AD [m2]) bermassa M [kg]
dan tinggi h [m] ialah:
AD = 0,202 M0,425 h0,725
 Luas permukaan tubuh orang dewasa ≈ 1,7 m2, sehingga 1 met akan
menghasilkan Q = 100 W.
 Nilai met juga tergantung dari aktivitas orang
yang bersangkutan, contoh:
⚫ 0,8 met: tidur

⚫ 1 met: duduk santai

⚫ 4 met: bermain tenis

⚫ 8 met: berlari cepat.

 Insulasi pakaian (Iclo) dinyatakan dalam satuan clo,


yang menggambarkan nilai transmitansi termal
U = 6,45 W/(m2·K) (atau R = 0,155 m2·K/W)
pada seluruh permukaan tubuh.
 Insulasi pakaian yang dikenakan seseorang ialah
total dari insulasi masing-masing pakaian. *1)
n
I cl,tot =  I cl,i
i =1

 Contoh:
⚫ 0,5 clo: kaus dan celana pendek;
⚫ 1 clo: setelan jas lengkap (jas,
kemeja, celana kantor);
⚫ 3,5 clo: pakaian musim dingin.

*1)

*1) http://www.blowtex-educair.it/DOWNLOADS/Thermal%20Comfort.htm

2. 17
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Temperatur Efektif

 Temperatur efektif (ET): temperatur udara jenuh dalam keadaan diam (v ≤ 0,1
m/s) yang pada kondisi tanpa radiasi akan memberi persepsi kenyamanan
termal yang sama dengan kondisi udara yang dimaksud.
 Nilai ET bergantung pada:
⚫ temperatur bola kering (DBT),
⚫ temperatur bola basah (WBT),
⚫ kelembapan relatif (RH), serta
⚫ kecepatan aliran v dari udara.
 Kombinasi DBT, WBT atau RH, dan v yang berbeda-beda dapat menghasilkan
ET yang sama, sehingga menimbulkan persepsi kenyamanan termal yang
sama, meskipun parameter fisis termal yang terukur tidaklah sama.
 Contoh: ET = 27°C dapat tercapai pada kondisi:
DBT [°C] RH [%] v [m/s]
27 100 ≤ 0,1
29 70 0,2
31 40 0,4
32 30 0,6
33 27 1,0

 Pada keadaan udara jenuh (RH = 100%, DBT = WBT) dan diam (v ≤ 0,1 m/s),
ET bernilai sama dengan DBT. Jika RH menurun, untuk nilai DBT dan v yang
sama, ET akan menurun pula.
 Pada suatu nilai DBT, kenaikan RH cenderung menghasilkan kenaikan ET,
sehingga wilayah beriklim lembap cenderung terasa lebih panas daripada
wilayah beriklim kering, meskipun DBT yang terukur sama.
 Untuk menurunkan ET pada keadaan udara yang lembap, maka v perlu
ditingkatkan, misalnya dengan membangkitkan konveksi paksa.

2. 18
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Temperatur Efektif

 Untuk menaksir nilai ET pada berbagai


kondisi termal, dapat digunakan karta
atau nomogram sebagai berikut
(Koenigsberger dkk., 1974), yang
berlaku untuk insulasi pakaian sebesar
1 clo.
 Nilai ET dapat dibaca dari
perpotongan garis yang
menghubungkan DBT (atau GT) [°C]
dan WBT [°C], dengan garis yang
menunjukkan kecepatan udara [m/s].
 Berdasarkan karta tersebut, rentang
nilai ET yang optimum atau
disarankan untuk memenuhi kriteria
kenyamanan termal digambarkan
sebagai daerah yang diarsir di tengah
karta, yaitu berkisar di antara 22 dan
*1)
27°C, dengan nilai v ≤ 1,5 m/s.
 ET yang sesuai untuk kondisi tropis di
Indonesia (Mom dkk., 1947):
⚫ Sejuk-nyaman: 20,5 ~ 22,8°C

⚫ Nyaman optimal: 22,8 ~ 25,8°C

⚫ Hangat-nyaman: 25,8 ~ 27,1°C

*2)

*1) Koenigsberger, O.H., Ingersoll, T.G., Mayhew, A., Szokolay, S.V. (1974). Manual of Tropical Housing and Building.
Addison-Wesley Longman.
*2) Mom, C.P., Wiesebron, J.A., Courtice, R., Kip, C.G. (1947). The application of the effective temperature
scheme to the comfort zone in the Netherlands Indies. Chronica Naturae.

2. 19
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Temperatur Efektif Terstandardisasi

 Temperatur efektif terstandardisasi (SET): temperatur lingkungan (imajiner)


dengan RH 50% dalam keadaan diam (v ≤ 0,1 m/s) dengan laju metabolisme
dan insulasi pakaian penghuni yang standar untuk kondisi udara yang
dimaksud (misalnya 1 met, 0,6 clo).
 Pasangan met dan clo yang distandarkan:
Metabolisme Insulasi
[met] [clo]
1 0,60
1,25 0,57
2 0,39
3 0,26
4 0,19

 Nilai SET dapat ditaksir menggunakan data besaran-besaran psikrometri


yang diplot pada karta psikrometrik versi Szokolay (2008).
 Garis isotermik SET (miring) tepat berpotongan dengan garis isotermik DBT
(vertikal) pada kurva RH = 50%.
 Contoh: pada DBT = 25°C, garis SET
= 25°C tepat berpotongan dengan
kurva RH = 50% dan HR = 10 g/kg
(uap air dalam udara kering),
sebagaimana ditunjukkan dengan
titik hitam pada gambar.
 Pada DBT ≤ 14°C, garis isotermik
SET berimpit dengan garis DBT,
yaitu vertikal; sedangkan pada
DBT > 14°C, garis isotermik SET
memiliki gradien yang semakin
landai.
 Koefisien kemiringan garis SET dapat ditaksir sebagai berikut:
DBT
= 0,023(SET − 14)
HR
DBT dan SET dalam satuan °C, serta HR dalam satuan g/kg (uap air dalam
udara kering).

2. 20
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Temperatur Efektif Terstandardisasi

Contoh:
Tentukan nilai DBT yang bersesuaian dengan SET = 25°C, pada keadaan
HR = 0 g/kg; dan 15 g/kg.

Solusi:
Untuk SET = 25°C, Δ(DBT) / Δ(HR) = 0,023(25 – 14)°C tiap g/kg
= 0,253°C tiap g/kg.
Karena pada HR = 10 g/kg, nilai
DBT = 25°C (titik hitam pada
gambar), maka pada HR = 0 g/kg,
garis SET 25°C berpotongan dengan
DBT = 25°C + (10 – 0)(0,253°C)
= 27,53°C ;
ditunjukkan dengan titik kelabu
gelap pada gambar.
Pada HR = 15 g/kg, garis SET 25°C
berpotongan dengan
DBT = 25°C + (10 – 15)(0,253°C)
= 23,735°C ;
ditunjukkan dengan titik kelabu
cerah pada gambar.

 Prosedur yang sama dapat pula dilakukan untuk nilai-nilai SET yang
bukan kelipatan lima seperti contoh di atas, di mana garis SET yang
bersangkutan tidak digambarkan secara spesifik pada karta.

2. 21
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Temperatur Netral

 Temperatur netral (Tn): nilai median dari temperatur yang ‘disukai’ oleh
subjek dalam suatu populasi.
 Temperatur netral tergantung pada temperatur luar ruang rata-rata pada
suatu bulan (To,av), yang menunjukkan bahwa persepsi kenyamanan termal
bersifat adaptif, yaitu selalu disesuaikan dengan faktor-faktor lingkungan;
karena tubuh manusia bersifat homeotermik, yaitu memiliki sejumlah
mekanisme penyesuaian termal secara fisiologis.
 Pada lingkungan yang panas, tubuh akan menjalankan vasodilatasi:
peningkatan laju aliran darah menuju kulit sehingga memperbesar disipasi
kalor dari kulit ke lingkungan.
 Pada lingkungan yang dingin, tubuh akan menjalankan vasokonstriksi:
penurunan laju aliran darah menuju kulit sehingga memperkecil disipasi
kalor dari kulit.
 Hubungan antara Tn dan To,av [°C] bersifat linear dan telah diusulkan oleh
berbagai peneliti, misalnya oleh Humphreys (1978):
Tn = 11,9 + 0,534To,av [°C]
 Berdasarkan hasil penelitian yang komprehensif dari de Dear dkk. (1997),
yang bersesuaian dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Auliciems (1981),
diusulkan hubungan antara Tn dan To,av [°C] sebagai berikut:
Tn = 17,8 + 0,31To,av [°C]
 Rentang dari temperatur netral yang bersesuaian dengan 90% keberterimaan
ialah Tn ± 2,5°C, sehingga nilai minimum dan maksimum Tn yang berterima:
Tn,min = 17,8 + 0,31To,av – 2,5 [°C]
Tn,max = 17,8 + 0,31To,av + 2,5 [°C]

Auliciems, A. (1981). Towards a psycho-physiological model of thermal perception. International Journal of


Biometeorology, 25: 109-122.
de Dear, R.J., Brager, G., Cooper, D., (1997). Developing an Adaptive Model of Thermal Comfort and Preference. Final
Report on ASHRAE RP-884. Macquarie University, Sydney.
Humphreys, M.A. (1978). Outdoor temperatures and comfort indoors. Building Research and Practice, 6: 92-105.

2. 22
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Temperatur Netral

 Zona kenyamanan termal dapat digambarkan pada karta psikrometrik


dengan berupa bidang segiempat dengan ketentuan sebagai berikut:
 Sisi kiri dan kanan segiempat ialah garis isotermik SET minimum dan SET
maksimum, yang masing-masing bernilai sama dengan Tn,min dan Tn,max.
Pada DBT > 14°C, kemiringan garis SET yang berbeda tidaklah sama,
sehingga kedua sisi miring ini umumnya tidak saling sejajar.
 Sisi atas dan bawah segiempat ialah garis HR minimum dan maksimum
yang masing-masing bernilai 4 dan 12 g/kg (Szokolay, 2008). Kedua sisi ini
selalu horizontal dan saling sejajar.

Contoh:
Diketahui To,av di suatu lokasi pada
suatu bulan ialah 23°C. Rentang Tn
yang berterima ialah:
17,8 + 0,31(23°C) ± 2,5°C, sehingga:
Tn,min = SETmin = 22,4°C,
Tn,max = SETmax = 27,4°C.
Zona kenyamanan termal pada
karta psikrometrik dapat
digambarkan dengan
menghubungkan garis SET 22,4°C,
garis SET 27,4°C, HR = 4 dan 12 g/kg,
sebagaimana diilustrasikan oleh
daerah yang diarsir.

Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 23
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Temperatur Netral

 Zona kenyamanan termal bergantung pada To,av di lokasi yang bersangkutan,


yang nilainya dapat berubah mengikuti musim dan cuaca.
 Pada wilayah tropis, variasi To,av setiap bulan cenderung kecil, sehingga zona
kenyamanan termal yang terbentuk relatif tidak berubah sepanjang tahun.
 Pada wilayah non-tropis, To,av pada musim dingin boleh jadi berbeda
signifikan daripada To,av pada musim panas, sehingga zona kenyamanan
termal yang terbentuk pada bulan-bulan musim dingin akan berbeda dengan
yang terbentuk pada bulan-bulan musim panas.
 Pada kondisi Tn yang rendah (< 15°C), zona kenyamanan termal yang
terbentuk dapat ‘bertabrakan’ dengan kurva saturasi (RH = 100%), sehingga
daerah segiempat yang terbentuk akan terpancung pada sudut kiri atas,
mengikuti kurva saturasi.

Contoh:

Darwin Budapest
(Aw, tropis): (Dfb, non-tropis):

Musim Musim Musim Musim


dingin panas dingin panas

*1)

*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.

2. 24
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Indeks PMV dan PPD

 Predicted Mean Vote (PMV): indeks prediksi rata-rata penilaian subjektif


terhadap kenyamanan termal pada suatu lingkungan; –3 (dingin) ~ +3
(panas), yang pertama kali diusulkan oleh Fanger (1970).
 Model PMV dikembangkan dengan menggunakan prinsip kesetimbangan
kalor dan data eksperimen yang dikumpulkan di dalam ruang iklim
terkendali dalam keadaan termal tunak.
 Model PMV secara umum dapat diterapkan pada bangunan dengan sistem
tata udara (AC), sedangkan model adaptif seperti temperatur netral (Tn)
lebih sesuai untuk diterapkan pada bangunan tanpa sistem tata udara.
 Kondisi ideal atau berterima dari PMV: –0,5 ~ +0,5 (ada pula yang
mengusulkan –1 ~ +1), di mana 0 berarti keadaan netral secara termal.
PMV Sensasi termal
–3 Dingin
–2 Sejuk
–1 Agak sejuk
0 Netral
+1 Agak hangat
+2 Hangat
+3 Panas
 Selain PMV, Fanger (1970) juga mengusulkan indeks Predicted Percentage of
Dissatisfied (PPD): persentase subjek yang merasa tidak puas terhadap
kenyamanan termal pada suatu lingkungan; dengan nilai 5~100%.
 Hubungan antara PPD dan PMV ialah:
PPD [%] = 100 – 95 exp(–0,03353 PMV4 – 0,2179 PMV2)
PPD [%] PMV [-]
5 0
6 ±0,2
8 ±0,35
10 ±0,5
15 ±0,7
20 ±0,8
30 ±1,1
40 ±1,3
60 ±1,7 *1)

Fanger, P.O. (1970). Thermal Comfort. Danish Technical Press. Copenhagen.


*1) http://www.blowtex-educair.it/DOWNLOADS/Thermal%20Comfort.htm

2. 25
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal

Indeks PMV dan PPD

 Nilai PPD tidak pernah mencapai kurang dari 5%, artinya dalam kondisi
yang paling ideal (PMV = 0) sekalipun, diprediksi tetap ada sekurang-
kurangnya 5% subjek pada populasi yang merasakan ketidaknyamanan
secara termal.
 Menurut Standar 55 ASHRAE (2017), suatu keadaan lingkungan dianggap
nyaman secara termal jika sekurang-kurangnya 80% dari subjek (penghuni
ruang) merasa puas; dengan kata lain, PPD ≤ 20%.
 Meskipun populer, model PMV/PPD memiliki akurasi prediksi yang
cenderung rendah (Cheung dkk., 2019). Berdasarkan data survei yang
digunakan untuk menyusun basis data kenyamanan termal global
ASHRAE (Földváry Ličina dkk., 2018), didapati bahwa akurasi PMV
dalam memprediksi sensasi termal penghuni hanya 34%, yang berarti
bahwa sensasi termal dapat diprediksi dengan benar dalam satu dari tiga
kali kesempatan.
 Akurasi model PMV/PPD juga sangat bervariasi dan bergantung pada
jenis strategi ventilasi, bangunan, dan iklim pada lokasi yang
bersangkutan, sehingga penggunaan indeks PMV/PPD perlu dilakukan
dengan cermat agar selalu sesuai dengan konteks yang ditinjau.

ASHRAE (2017). ANSI/ASHRAE Standard 55-2017, Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy.
Cheung, T., Schiavon, S., Parkinson, T., Li, P., Brager, G. (2019). Analysis of the accuracy on PMV – PPD model
using the ASHRAE Global Thermal Comfort Database II. Building and Environment 153, 205-217.
Földváry Ličina V., Cheung, T., Zhang, H., dkk. (2018) Development of the ASHRAE Global Thermal Comfort
Database II. Building and Environment 142, 502-512.

2. 26

Anda mungkin juga menyukai