2-PerpindahanKalor KenyamananTermal OK
2-PerpindahanKalor KenyamananTermal OK
Kompetensi:
• Mampu memahami konsep perpindahan kalor
• Mampu menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kaitannya
dengan bangunan
• Mampu menganalisis kondisi kenyamanan termal dalam suatu
bangunan.
Subbab:
2.1. Perpindahan kalor
2.2. Psikrometri
2.3. Kenyamanan termal
2. 1
2. 1
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Kalor: bentuk energi [J] yang terkandung sebagai gerak molekuler atau
yang muncul sebagai radiasi elektromagnetik dalam ruang.
Temperatur: gejala kemunculan kalor dalam suatu substansi atau zat [K].
Kalor jenis: besarnya kalor yang diperlukan untuk meningkatkan
temperatur (1 K) suatu satuan massa (1 kg) zat [J/(kg·K)].
Kalor jenis air ≈ 4176 J/(kg·K).
Kalor laten: besarnya kalor yang diserap satu satuan massa (1 kg) zat pada
perubahan fase padat menjadi cair atau cair menjadi→ gas [J/kg].
Kalor laten air pada fase padat menjadi cair ≈ 335 kJ/kg.
Kalor laten air pada fase cair menjadi gas ≈ 2261 kJ/kg.
Aliran Kalor
Aliran kalor umumnya dinyatakan dalam:
⚫ Laju aliran kalor (atau fluks kalor): Q [W]
⚫ Densitas fluks kalor: dQ /dA [W/m2]
Aliran kalor dapat terjadi dalam tiga cara:
⚫ Konduksi
⚫ Konveksi
⚫ Radiasi
2. 2
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Konduksi
Material Penggunaan κ
Polistirena Di antara lapisan beton 0,42
Di antara lapisan dinding bata 0,10
Dengan celah udara (rongga) 0,30
Dengan lapisan semen 0,25
Wol mineral Di antara lapisan dinding bata 0,10
Poliuretana Dengan celah udara (rongga) 0,15 *1)
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 3
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Konduksi
Contoh:
Diketahui suatu selubung terdiri dari dinding bata 220 mm (k = 0,84
W/(m·K)), semen 15 mm (k = 0,6 W/(m·K)). Resistansi permukaan dalam
dan luar (Rsi = 0,14 dan Rso = 0,06 m2·K/W. Tentukan transmitansi total
selubung dalam keadaan tunak.
Solusi:
Resistansi termal total pada selubung:
b1 b2
Rtot = Rsi + R1 + R2 + Rso = Rsi +
+ + Rso
k1 k2
0, 220 0,015
= 0,14 + + + 0,06 m 2 K/W
0,84 0,6
Transmitansi termal total pada selubung:
1
U= = 2,054 W/(m 2 K)
Rtot
2. 4
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Konveksi
T tinggi T rendah
T rendah T tinggi
*1) https://www.slideshare.net/msg15/forced-convection
*2) https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=4171508
*3) https://www.simscale.com/blog/2017/01/active-and-passive-cooling/
2. 5
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Konveksi
Aliran udara alami lazimnya disebabkan oleh beda tekanan, di mana udara
mengalir dari daerah bertekanan lebih tinggi (P[+]) ke daerah bertekanan
lebih rendah (P[–]).
Beda tekanan secara alami di sekitar bangunan dapat terjadi karena dua hal:
⚫ Ventilasi silang
⚫ Efek cerobong
2. 6
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Terjadi ketika udara di dalam suatu ruang memiliki temperatur lebih tinggi
daripada udara luar, serta terdapat bukaan berupa lubang masuk dan keluar
yang berbeda ketinggian pada ruang tersebut.
Lazim ditemui pada saat musim dingin di
wilayah non-tropis: di dalam bangunan dengan
bukaan pada dua sisi berseberangan yang
berbeda ketinggian, udara yang lebih hangat
dari dalam ruang akan bergerak naik menuju
bukaan yang lebih tinggi. Kemudian udara luar
yang lebih dingin akan mengisi tempat di sekitar
bukaan yang lebih rendah.
Dalam bangunan yang dilengkapi dengan cerobong
asap, beda tekanan antara bukaan yang rendah
(jendela biasa) dan bukaan yang tinggi (lubang
keluar pada ujung atas cerobong) menjadi lebih
besar, sehingga menimbulkan aliran udara
dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Efek cerobong ini pada umumnya tidak dikehendaki dan dapat dihindari
dengan memasang insulasi pada selubung untuk meminimalkan infiltrasi.
.
Beda tekanan dalam cerobong Δp [Pa] bergantung pada densitas udara luar
dan dalam (ρo dan ρi [kg/m3]), percepatan gravitasi g (≈ 9,81 m/s2), serta beda
ketinggian h [m] antara titik tengah lubang masuk dan lubang keluar.
Δp = (ρo – ρi)gh
Densitas udara kering pada temperatur dan tekanan standar (0°C dan 100
kPa) ialah 1,2754 kg/m3, sedangkan densitas udara kering [kg/m3] pada
sembarang temperatur mutlak T [K] dan tekanan atmosfer patm [Pa] ialah:
patm
p ,T =
RspecT
⚫ Rspec: konstanta gas spesifik untuk udara kering ≈ 287,06 J/(kg·K).
2. 7
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Dengan asumsi tekanan atmosfer sebesar 101 325 Pa, maka beda tekanan
dalam cerobong (Δp) dapat ditulis kembali sebagai berikut:
1 1
p = 3462 h −
To Ti
Laju aliran volume V [m3/s] yang terjadi pada
bukaan seluas A [m2] dapat ditaksir:
V 0,827 A p
Contoh:
Suatu bangunan memiliki bukaan pada dua sisi fasad yang berseberangan,
masing-masing seluas 3 m2. Jika kecepatan angin pada sisi haluan sebesar 3
m/s, taksirlah laju aliran volume yang melalui kedua bukaan. Anggap CpW =
0,8 dan CpL = –0,4, serta temperatur udara 20°C.
Solusi:
Dengan asumsi tekanan atmosfer 101 325 Pa, T = 20°C = 298 K
→ densitas udara ρ ≈ 1,20 kg/m3.
Beda tekanan angin yang timbul pada kecepatan v = 3 m/s:
Δpw = pw (CpW – CpL) = 0,5(1,20 kg/m3)(3 m/s)2 (0,8 – (–0,4)) = 6,48 Pa.
Laju aliran volume pada bukaan:
V 0,827 c e A pw = (0,827)(1)(3 m 2 ) 6, 48 Pa = 6,32 m 3 /s
2. 8
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Radiasi
Radiasi: proses perpindahan kalor (gelombang elektromagnetik) dari
permukaan yang lebih panas ke permukaan yang lebih dingin, tanpa
memerlukan medium.
Radiasi termal umumnya berupa gelombang inframerah (700 ~ 10000 nm),
yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
⚫ IR pendek: 700 ~ 2300 nm
⚫ IR panjang: 2300 ~ 10000 nm
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 9
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.1: Perpindahan Kalor
Radiasi
Contoh:
Suatu kawat filamen berdiameter 1 mm sepanjang 30 cm dipanaskan hingga
bertemperatur 3000 K. Tentukan total daya yang diradiasikan kawat
tersebut!
Jika kawat yang sama hanya dipanaskan hingga 2000 K, tentukan total daya
yang diradiasikannya!
Solusi:
Luas permukaan kawat dianggap berbentuk selubung silinder:
A 2 rL = 2 (5 10−4 m)(0,3 m) = 9, 42 10 −4 m 2
Anggap kawat bersifat seperti benda hitam ideal (ε = 1):
2. 10
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri
Psikrometri
⚫ Kelembapan relatif (RH [%]): rasio tekanan uap air (pv [Pa])
pada suatu keadaan terhadap tekanan uap air pada kondisi jenuh (pvs [Pa]);
atau rasio HR pada suatu keadaan terhadap HR yang dapat tercapai pada
kondisi jenuh (HRsat).
pv HR
RH = 100% = 100%
pvs HR sat
⚫ Entalpi h [kJ/kg]: kandungan kalor dalam udara, relatif terhadap DBT 0°C
dan kelembapan 0.
⚫ Volume jenis V [m3/kg]: volume yang ditempati 1 kg udara pada tekanan
normal.
Seluruh besaran psikrometri tersebut dapat diplot dan dibaca pada karta
psikrometrik, misalnya yang diterbitkan oleh Asosiasi Insinyur Tata Udara
dan Refrigerasi Amerika (ASHRAE), atau oleh sumber-sumber lainnya.
Dengan hanya mengetahui dua besaran psikrometri pada suatu keadaan,
maka besaran-besaran psikrometri yang lain dapat diketahui dari karta
psikrometrik.
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 11
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri
Karta Psikrometrik
*1) *1)
*1) *1)
⚫ RH [kurva]
*1)
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 12
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri
Karta Psikrometrik
*1)
Contoh:
Jika diketahui suatu keadaan udara dengan DBT = 25°C dan RH = 50% (titik
hitam pada gambar di atas), maka melalui karta psikrometrik dapat
diperkirakan besaran-besaran lain pada keadaan yang sama sebagai berikut:
⚫ WBT ≈ 17,8°C (tarik garis dari titik tersebut sejajar garis WBT, sehingga
memotong kurva saturasi (RH 100%)).
⚫ DPT ≈ 14°C (tarik garis dari titik tersebut sejajar garis HR, sehingga
memotong kurva saturasi (RH 100%)).
⚫ HR = 0,010 kg/kg (dapat dibaca langsung)
⚫ h ≈ 50,2 kJ/kg (tarik garis dari titik tersebut sejajar garis entalpi (RH 100%)).
⚫ V ≈ 0,86 m3/kg (taksir garis sejajar garis V yang terdekat)
*1) https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=2803863
2. 13
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.2: Psikrometri
Karta Psikrometrik
*1)
*1)
*1)
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 14
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Kesetimbangan Termal
Menurut Standar ANSI/ASHRAE 55 (2017), kenyamanan termal dapat
didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang menggambarkan kepuasan
terhadap lingkungan termal yang dinilai melalui evaluasi subjektif.
Secara fisiologis, kenyamanan termal berkaitan erat dengan kesetimbangan
neraca kalor pada tubuh manusia.
Kesetimbangan termal tubuh manusia dapat dimodelkan sebagai jumlah
dari kalor Q yang masuk dan keluar akibat sejumlah mekanisme
perpindahan kalor sebagai berikut:
*1)
ASHRAE (2017). ANSI/ASHRAE Standard 55-2017, Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy.
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 15
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Kenyamanan Termal
Temperatur udara
Kecepatan udara
Kelembapan
Radiasi
⚫ Faktor personal
Pakaian
Kondisi kesehatan
⚫ Faktor lain-lain
Bentuk tubuh
Usia
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 16
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Laju metabolisme tubuh manusia (M) dinyatakan dalam satuan met: 1 met =
58,15 W/m2 luas permukaan tubuh manusia yang bersangkutan.
Secara umum, luas permukaan tubuh manusia (AD [m2]) bermassa M [kg]
dan tinggi h [m] ialah:
AD = 0,202 M0,425 h0,725
Luas permukaan tubuh orang dewasa ≈ 1,7 m2, sehingga 1 met akan
menghasilkan Q = 100 W.
Nilai met juga tergantung dari aktivitas orang
yang bersangkutan, contoh:
⚫ 0,8 met: tidur
Contoh:
⚫ 0,5 clo: kaus dan celana pendek;
⚫ 1 clo: setelan jas lengkap (jas,
kemeja, celana kantor);
⚫ 3,5 clo: pakaian musim dingin.
*1)
*1) http://www.blowtex-educair.it/DOWNLOADS/Thermal%20Comfort.htm
2. 17
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Temperatur Efektif
Temperatur efektif (ET): temperatur udara jenuh dalam keadaan diam (v ≤ 0,1
m/s) yang pada kondisi tanpa radiasi akan memberi persepsi kenyamanan
termal yang sama dengan kondisi udara yang dimaksud.
Nilai ET bergantung pada:
⚫ temperatur bola kering (DBT),
⚫ temperatur bola basah (WBT),
⚫ kelembapan relatif (RH), serta
⚫ kecepatan aliran v dari udara.
Kombinasi DBT, WBT atau RH, dan v yang berbeda-beda dapat menghasilkan
ET yang sama, sehingga menimbulkan persepsi kenyamanan termal yang
sama, meskipun parameter fisis termal yang terukur tidaklah sama.
Contoh: ET = 27°C dapat tercapai pada kondisi:
DBT [°C] RH [%] v [m/s]
27 100 ≤ 0,1
29 70 0,2
31 40 0,4
32 30 0,6
33 27 1,0
Pada keadaan udara jenuh (RH = 100%, DBT = WBT) dan diam (v ≤ 0,1 m/s),
ET bernilai sama dengan DBT. Jika RH menurun, untuk nilai DBT dan v yang
sama, ET akan menurun pula.
Pada suatu nilai DBT, kenaikan RH cenderung menghasilkan kenaikan ET,
sehingga wilayah beriklim lembap cenderung terasa lebih panas daripada
wilayah beriklim kering, meskipun DBT yang terukur sama.
Untuk menurunkan ET pada keadaan udara yang lembap, maka v perlu
ditingkatkan, misalnya dengan membangkitkan konveksi paksa.
2. 18
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Temperatur Efektif
*2)
*1) Koenigsberger, O.H., Ingersoll, T.G., Mayhew, A., Szokolay, S.V. (1974). Manual of Tropical Housing and Building.
Addison-Wesley Longman.
*2) Mom, C.P., Wiesebron, J.A., Courtice, R., Kip, C.G. (1947). The application of the effective temperature
scheme to the comfort zone in the Netherlands Indies. Chronica Naturae.
2. 19
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
2. 20
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Contoh:
Tentukan nilai DBT yang bersesuaian dengan SET = 25°C, pada keadaan
HR = 0 g/kg; dan 15 g/kg.
Solusi:
Untuk SET = 25°C, Δ(DBT) / Δ(HR) = 0,023(25 – 14)°C tiap g/kg
= 0,253°C tiap g/kg.
Karena pada HR = 10 g/kg, nilai
DBT = 25°C (titik hitam pada
gambar), maka pada HR = 0 g/kg,
garis SET 25°C berpotongan dengan
DBT = 25°C + (10 – 0)(0,253°C)
= 27,53°C ;
ditunjukkan dengan titik kelabu
gelap pada gambar.
Pada HR = 15 g/kg, garis SET 25°C
berpotongan dengan
DBT = 25°C + (10 – 15)(0,253°C)
= 23,735°C ;
ditunjukkan dengan titik kelabu
cerah pada gambar.
Prosedur yang sama dapat pula dilakukan untuk nilai-nilai SET yang
bukan kelipatan lima seperti contoh di atas, di mana garis SET yang
bersangkutan tidak digambarkan secara spesifik pada karta.
2. 21
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Temperatur Netral
Temperatur netral (Tn): nilai median dari temperatur yang ‘disukai’ oleh
subjek dalam suatu populasi.
Temperatur netral tergantung pada temperatur luar ruang rata-rata pada
suatu bulan (To,av), yang menunjukkan bahwa persepsi kenyamanan termal
bersifat adaptif, yaitu selalu disesuaikan dengan faktor-faktor lingkungan;
karena tubuh manusia bersifat homeotermik, yaitu memiliki sejumlah
mekanisme penyesuaian termal secara fisiologis.
Pada lingkungan yang panas, tubuh akan menjalankan vasodilatasi:
peningkatan laju aliran darah menuju kulit sehingga memperbesar disipasi
kalor dari kulit ke lingkungan.
Pada lingkungan yang dingin, tubuh akan menjalankan vasokonstriksi:
penurunan laju aliran darah menuju kulit sehingga memperkecil disipasi
kalor dari kulit.
Hubungan antara Tn dan To,av [°C] bersifat linear dan telah diusulkan oleh
berbagai peneliti, misalnya oleh Humphreys (1978):
Tn = 11,9 + 0,534To,av [°C]
Berdasarkan hasil penelitian yang komprehensif dari de Dear dkk. (1997),
yang bersesuaian dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Auliciems (1981),
diusulkan hubungan antara Tn dan To,av [°C] sebagai berikut:
Tn = 17,8 + 0,31To,av [°C]
Rentang dari temperatur netral yang bersesuaian dengan 90% keberterimaan
ialah Tn ± 2,5°C, sehingga nilai minimum dan maksimum Tn yang berterima:
Tn,min = 17,8 + 0,31To,av – 2,5 [°C]
Tn,max = 17,8 + 0,31To,av + 2,5 [°C]
2. 22
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Temperatur Netral
Contoh:
Diketahui To,av di suatu lokasi pada
suatu bulan ialah 23°C. Rentang Tn
yang berterima ialah:
17,8 + 0,31(23°C) ± 2,5°C, sehingga:
Tn,min = SETmin = 22,4°C,
Tn,max = SETmax = 27,4°C.
Zona kenyamanan termal pada
karta psikrometrik dapat
digambarkan dengan
menghubungkan garis SET 22,4°C,
garis SET 27,4°C, HR = 4 dan 12 g/kg,
sebagaimana diilustrasikan oleh
daerah yang diarsir.
Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 23
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Temperatur Netral
Contoh:
Darwin Budapest
(Aw, tropis): (Dfb, non-tropis):
*1)
*1) Szokolay, S.V. (2008). Introduction to Architectural Science: The Basis of Sustainable Design, 2 nd ed. Architectural
Press.
2. 24
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
2. 25
Catatan Kuliah TF3202 Fisika Bangunan
Bagian I: Termal
Bab 2: Perpindahan Kalor dan Kenyamanan Termal
Subbab 2.3: Kenyamanan Termal
Nilai PPD tidak pernah mencapai kurang dari 5%, artinya dalam kondisi
yang paling ideal (PMV = 0) sekalipun, diprediksi tetap ada sekurang-
kurangnya 5% subjek pada populasi yang merasakan ketidaknyamanan
secara termal.
Menurut Standar 55 ASHRAE (2017), suatu keadaan lingkungan dianggap
nyaman secara termal jika sekurang-kurangnya 80% dari subjek (penghuni
ruang) merasa puas; dengan kata lain, PPD ≤ 20%.
Meskipun populer, model PMV/PPD memiliki akurasi prediksi yang
cenderung rendah (Cheung dkk., 2019). Berdasarkan data survei yang
digunakan untuk menyusun basis data kenyamanan termal global
ASHRAE (Földváry Ličina dkk., 2018), didapati bahwa akurasi PMV
dalam memprediksi sensasi termal penghuni hanya 34%, yang berarti
bahwa sensasi termal dapat diprediksi dengan benar dalam satu dari tiga
kali kesempatan.
Akurasi model PMV/PPD juga sangat bervariasi dan bergantung pada
jenis strategi ventilasi, bangunan, dan iklim pada lokasi yang
bersangkutan, sehingga penggunaan indeks PMV/PPD perlu dilakukan
dengan cermat agar selalu sesuai dengan konteks yang ditinjau.
ASHRAE (2017). ANSI/ASHRAE Standard 55-2017, Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy.
Cheung, T., Schiavon, S., Parkinson, T., Li, P., Brager, G. (2019). Analysis of the accuracy on PMV – PPD model
using the ASHRAE Global Thermal Comfort Database II. Building and Environment 153, 205-217.
Földváry Ličina V., Cheung, T., Zhang, H., dkk. (2018) Development of the ASHRAE Global Thermal Comfort
Database II. Building and Environment 142, 502-512.
2. 26