Anda di halaman 1dari 30

ANGKATAN UDARA REPUBLIK INDONESIA DI

YOGYAKARTA DALAM MELAWAN AGRESI MILITER


BELANDA I DAN II TAHUN 1947-1949

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Penulisan Skripsi
pada Program Studi Pendidikan Sejarah

oleh
Anas Alfian
NIM 1951200005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA


SUKOHARJO

2023
PERSETUJUAN

Judul Proposal : Angkatan Udara Repbulik Indonesia di Yogyakarta dalam


melawan Agresi Militer Belanda I dan II Tahun 1947-1949
Nama : Anas Alfian
NIM : 1951200005
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
telah disetujui Dosen Pembimbing untuk diajukan sebagai syarat penulisan skripsi
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo
Pada hari :
Tanggal :

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Ira Pramudawardhani, S.S.,M.Pd. Andriyanto, S.S.,M.Pd.


NIPY. NIPY.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Fauzi Rachman, S.Pd., M.Pd.


NIPY. 198404042015041108

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini. Penulisan proposal skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam penulisan skripsi pada
Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dari berbagai pihak, tidak mungkin untuk dapat menyusun proposal skripsi
ini dengan baik karena keterbatasan penulis.

Sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi mahasiswa Strata Satu
untuk membuat sebuah karya ilmiah skripsi tingkat akhir sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Namun, sebelum membuat karya ilmiah
berupa skripsi sangat diwajibkan bagi mahasiswa untuk membuat proposal skripsi
yang menjadi persyaratan awal untuk melakukan penelitian.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa hasil penulisan proposal skripsi ini


memiliki banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penulisannya. Hal ini
tidak lain disebabkan dari keterbatasan yang ada, baik dari penulis sendiri maupun
dari literatur-literatur yang agak sulit dicari.

Sukoharjo, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9
A. Kajian Teoritis ............................................................................................. 9
B. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 15
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 15
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 16
C. Sumber Data .............................................................................................. 17
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 19
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 20
F. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedatangan Jepang ke Indonesia dengan menyebarkan Propaganda 3A yang
terdiri dari: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Pemimpin
Asia serasa memberikan angin segar bagi bangsa Indonesia. Dibawah pimpinan dari
seorang Kaisar Hirohito, Jepang menjadi negara Adikuasa dikawasan Asia Timur
sampai dengan Asia Tenggara sehingga Indonesia tak lepas dari genggaman
penjajahan Negara yang berjuluk Matahari Terbit tersebut. Jepang melakukan
mobilisasi diberbagai bidang sosial-ekonomi untuk mengeskploitasi sumber daya
alam bangsa Indonesia, tujuan Jepang melakukan mobilisasi adalah mengerahkan
rakyat Indonesia dalam berbagai bidang, sehingga diharapkan oleh Jepang dapat
membantu dan mendukung Jepang dalam Perang Asia Timur.

Rakyat Indonesia menyambut kedatangan awal Jepang di Indonesia dengan


baik ketika Jepang dipandang sebagai pembebas dari penjajahan asing. Rakyat
Indonesia juga percaya bahwa Mesias akan datang penyelamat dari penjajahan
bangsa barat sesuai dengan ramalan “Jayabaya” (Jefri Rieski Triyanto, 2021:2).

Jepang juga mendirikan organisasi politik seperti Putera (Pusat Tenaga


Rakyat), Jawa Hokokai, Gerakan 3A, Masyumi, Tonarigumi, dan Chuo Sangi In.
Melalui organisasi tersebut, Jepang juga membentuk Romusha. Romusha adalah
kerja paksa yang diperlakukan tidak manusiawi dan dipaksa bekerja
membangun rel kereta api, pertambangan, konstruksi pertahanan dan wilayah
pendudukan Jepang lainnya di Asia Tenggara (Ricklefs, 1989:418-419).

Selain mendirikan organisasi politik, Jepang menghimpun seluruh pemuda


bangsa Indonesia untuk membentuk organisasi militer dan paramiliter seperti PETA
(Tentara Pembela Tanah Air) yang dibentuk oleh Jepang untuk mempertahankan
seluruh wilayah dimana anggota PETA ditugaskan. Diperlukan juga HEIHO
adalah prajurit pembantu yang bertugas sebagai buruh di tentara Jepang. Beberapa

1
organisasi kepemudaan tingkat desa yang dibentuk adalah SEINENDAN yang
misinya mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah
airnya dari serangan Sekutu. KEIBODAN adalah organisasi untuk
mendukungan tugas polisi yang didirikan Jepang.

Setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan


Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang mengalami kerusakan yang
sangat parah hingga menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945. Bangsa Indonesia tidak melewatkan kesempatan ini untuk mendeklarasikan
kemerdekaan. Masa pendudukan Jepang yang relatif singkat di Indonesia dari tahun
1942 hingga 1945 dikatakan lebih brutal daripada kolonialisme di era Belanda,
dengan banyak orang Indonesia dipaksa kerja paksa bahkan kehilangan
nyawa tanpa bayaran serta layanan kesehatan dan kebutuhan pokok yang tidak
memadai semata-mata hanya karena kepentingan Jepang di Perang Asia Timur.

Tersebarnya berita tentang penyiaran kabar penyerahan tanpa bersyarat


Jepang kepada Amerika kemudian disusul pidato Kaisar Hirohito bahwa Jepang
mengakhiri perlawanan menjadi kabar gembira bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada
saat itu juga tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir menemui Sukarno untuk
mendesak supaya segera memproklamasikan kemerdekaan di radio atas nama
rakyat Indonesia. Pada akhirnya naskah proklamasi dapat diselesaikan setelah
melalui berbagai pembicaraan. Proklamasi dibacakan di Pegangsaan Timur 56
Jakarta pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi. Berita proklamasi segera menyebar
ke seluruh nusantara dan dunia melalui radio dan surat kabar (A.H Nasution,
1997:205-208). Setelah dibacakannya Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 oleh
Soekarno, maka secara resmi lahir Negara Republik Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Jepang membubarkan PETA dan HEIHO,


menandai dimulainya pembentukan Tentara Nasional Indonesia oleh PPKI. 22
Agustus 1945 Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI)
dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk. Pada tanggal 23 Agustus 1945,
Presiden Republik Indonesia (Sukarno) menyampaikan kepada rakyat Indonesia:

2
“Saya berharap kepada kamu sekalian, hai prajurit–prajurit bekas PETA,
HEIHO, dan Pelaut serta pemuda-pemuda lain, untuk sementara waktu,
masuklah dan bekerjalah pada Badan Keamanan Rakyat. Percayalah nanti
akan datang saatnya kamu dipanggil untuk menjadi prajurit dalam Tentara
Kebangsaan Indonesia” (Loth Botahala, 2016:1-2).

Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia merasa membutuhkan suatu


organisasi keamanan negara. Untuk itu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) mengadakan sidang pada tanggal 23 Agustus 1945 dan menghasilkan
keputusan untuk membentuk 3 unsur perjuangan rakyat, yaitu Komite Nasional
Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat
(BKR). BKR sendiri bertujuan untuk menjamin keamanan dan ketertiban umum.
Bukan hanya sekedar “penjaga”, melainkan Korps Pejuang Bersenjata yang
memelopori roda perjuangan serta memimpin perebutan kekuasaan pemerintahan
sipil dan militer dari tangan Jepang (Trihadi, 1971:1).

Inggris yang mewakili sekutu datang ke Indonesia mengambil alih


kekuasaan yang ditinggalkan Jepang, dan membuat keadaan mulai tidak stabil,
namun Belanda memanfaatkannya untuk kembali menguasai Indonesia. Sementara
itu, di bawah desakan para pejuang untuk membentuk Tentara Nasional Indonesia
yang resmi, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan No. 6
tanggal 5 Oktober 1945 tentang Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat, berbunyi:

“untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu


Tentara Keamanan Rakyat”.

Maklumat ini disusul dengan Pengumuman Pemerintah tanggal 7 Oktober 1945,


berbunyi:

“Ini hari telah dilakukan pembentukan Tentara Kebangsaan di salah satu


daerah di Jakarta dengan maksud untuk menyempurnakan kekuatan
Republik Indonesia” (Loth Botahala, 2016:2).

3
September 1945, kedatangan Inggris ke Indonesia adalah sebagai wakil
sekutu, berstatus sebagai pemenang Perang Dunia II yang tergabung dalam AFNEI.
Tujuan kedatangan Inggris ke Indonesia adalah membebaskan tawanan perang dan
melucuti senjata milik Jepang, sementara Belanda datang kembali untuk menguasai
Indonesia. Pendaratan Inggris di Surabaya pada mulanya diterima dengan baik oleh
rakyat Indonesia namun, dengan kembalinya Belanda yang membonceng tentara
Inggris memicu terjadinya pemberontakan antara pemuda-pemuda Indonesia untuk
menggelorakan semangat perjuangan dalam mengusir penjajahan kembali.

Dengan demikian hal yang mutlak harus segera dilakukan adalah dengan
mengambil alih dan menguasai senjata serta peralatan militer dari tangan Jepang
(Riyanto Joko Arm Letkol, 2015:6-7). Pemuda-pemuda bangsa Indonesia yang
telah tergabung bersama dengan PETA, HEIHO, KEIGUN dan Barisan Pelopor
telah menyiapkan tenaganya untuk masuk ke dalam TKR. Pemuda-pemuda TKR
telah dilengkapi dengan persenjataan serta mendapatkan pembekalan guna dapat
mempertahankan kemerdekaan dari kembalinya penjajahan Inggris dan Belanda.

Gerakan ini dilakukan sebagai langkah awal pemebentukan komponen


utama dalam kekuatan pertahanan nasional Republik Indonesia dengan
memanfaatkan situasi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Jepang. Seluruh
elemen rakyat bergerak secara bersama-sama di berbagai wilayah Indonesia
terutama daerah bekas jajahan Jepang. Para pejuang merebut semua aset militer
tentara Jepang yang ditinggalkan dan mulai menguasai lapangan udara yang
dulunya digunakan sebagai tempat para pasukan sekutu dalam melancarkan
serangan udara ke berbagai wilayah di Indonesia untuk melawan para pejuang
kemerdekaan.

Dalam perebutan kekuasaan dari pasukan Jepang, pejuang Indonesia


awalnya merebut lapangan udara Pandan Wangi (Lumajang), Panasan (Solo),
Jatiwangi (Cirebon) dan Ciberum (Tasikmalaya). Setelah berhasil mengambil alih
berbagai pangkalan udara, para pejuang mengalih fungsikan menjadi Markas Besar
Angkatan Udara, dan memanfaatkan semua pesawat Jepang yang tersisa, serta
mengirimkan para pejuang ke berbagai wilayah Indonesia untuk melakukan

4
perlawanan, terutama terhadap pangkalan udara yang masih dikuasai Jepang. (Elma
Octavia Puspita Dewi, 2017:884-885). Kemudian di Yogyakarta, pangkalan udara
Maguwo menjadi sasaran bagi para pejuang untuk merebut dan menjadikan markas
militer bagi angkatan udara di Yogyakarta. Sesuai dengan nama desa tempatnya
berada yaitu Kapanewon Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pada bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya
dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang di
pimpin oleh Bapak Umar Slamet.

Pangkalan Udara Adisutjipto merupakan titik tolak lahirnya AURI. Di


Yogyakarta dengan Pangkalan Udara Adisutjipto (dahulu Maguwo) lahirlah apa
yang disebut Markas Tertinggi TKR Jawatan Penerbangan yang kelak menjadi TNI
Angkatan Udara. Di Lanud Adisutjipto dilakukan penerbangan yang pertama oleh
Laksamana Muda Udara Agustinus Adisutjipto dengan pesawat beridentitas
“Merah Putih” melingkar dibagian belakang kiri dan kanan pesawat dengan
mempergunakan pesawat latih “Cureng” bekas peninggalan Tentara Jepang. Lanud
Adisutjipto juga menjadi tempat pertama didirikannya Sekolah Penerbang oleh
Laksamana Muda Udara Agustinus Adisutjipto, tujuan utama dari didirikannya
Sekolah Penerbang Maguwo, adalah mendidik pemuda rakyat Indonesia dan
menghasilkan penerbang-penerbang pejuang dalam waktu yang sesegera mungkin.

Berdasarkan Surat Edaran Pemerintah No. 2/SD/1946 tanggal 7 Januari


1946, pemerintah mengubah nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara
Keselamatan Rakyat, yang mulai berlaku pada tanggal 8 Januari 1946. Tujuannya
untuk memperluas peran keamanan dalam mempertahankan kemerdekaan dan
menjaga keamanan rakyat Indonesia. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada
tanggal 26 Januari 1946, pemerintah mengeluarkan surat keputusan No. 4/SD/1946
tentang perubahan nama TKR menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) dengan
tujuan menyelenggarakan angkatan bersenjata sesuai dengan ketentuan
internasional mengembangkan standar militer (Loth Botahala, 2016:2-3).

5
Pada tahun 1946, kembalinya Belanda ke Indonesia menimbulkan banyak
konflik dan pemberontakan antar kedua belah pihak. Berbagai jalur diplomatik
digunakan agar penyerangan tersebut dapat dicegah, namun upaya tersebut tidak
membuahkan hasil. Upaya perundingan dengan nama Perjanjian Lingarjati berhasil
dilakukan, namun pada tahun 1947 Belanda kembali menginvasi berbagai wilayah
Indonesia, mengakibatkan pertumpahan darah kembali terjadi.

Serangan Belanda tersebut dikenal dengan Agresi Militer Belanda yang


terjadi di tahun 1947-1949 di wilayah Sumatera, Jawa dan Madura. Beberapa
perlawanan dilakukan oleh para pejuang maupun Tentara Republik Indonesia salah
satunya adalah Angkatan Udara Republik Indonesia yang bermarkas di Yogyakarta.

Berdasarkan latar belakang tersebut, begitu penting melihat kembali ke


belakang tentang bagaimana perjuangan yang telah Angkatan Udara Republik
Indonesia lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan, semangat juang dan
pengorbanan-pengorbanan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis untuk
menangkatnya sebagai penelitian skripsi yang berjudul: “Angkatan Udara Repbulik
Indonesia di Yogyakarta dalam melawan Agresi Militer Belanda I dan II Tahun
1947-1949”.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan di atas didukung oleh beberapa
pertanyaan, yang dalam penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah terbentuknya Angkatan Udara Republik Indonesia di
Yogyakarta ?
2. Latar Belakang terjadinya Agresi Militer Belanda I dan II pada Tahun 1947-
1949 ?
3. Keterlibatan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Agresi Militer
Belanda I dan II di Yogyakarta pada Tahun 1947-1949 ?
4. Apa dampak dari perlawanan yang telah dilakukan terhadap kedudukan
Angkatan Udara Republik Indonesia di Yogyakarta ?

6
C. Tujuan Penelitian
Selain permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pembentukan Angkatan Udara


Republik Indonesia di Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui latar belakang Agresi Militer Belanda I dan II pada tahun
1947-1949.
3. Untuk mengkaji keterlibatan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam
melawan Agresi Militer Belanda I dan II di Yogyakarta pada Tahun 1947-
1949.
4. Untuk mengetahui dampak dari perlawanan terhadap kedudukan Angkatan
Udara Republik Indonesia di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian
Dari kajian Angkatan Udara Republik Indonesia di Yogyakarta dalam
Melawan Agresi Militer Belanda I dan II Tahun 1947-1949, diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini mampu menambah wawasan bagi pembaca tentang
peristiwa Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Agresi Militer
Belanda I dan II, tentang bagaimana perjuangan AURI dalam melawan dan
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajahan
Belanda.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Penelitian ini menjadi tolak ukur untuk mengetahui kemampuan
penulis dalam merekonstruksi peristiwa sejarah dalam bentuk karya ilmiah.

7
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini bisa memberikan gambaran tentang peristiwa yang
dialami oleh Angkatan Udara Republik Indonesia. Penulisan skripsi
digunakan sebagai karya ilmiah untuk membantu meningkatkan wawasan
masyarakat umum tentang Angkatan Udara Republik Indonesia di
Yogyakarta dalam Melawan Agresi Militer Belanda I dan II Tahun 1947-
1949.

c. Bagi Pembaca
Penelitian ini akan menjadi referensi bagi pembaca untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Angkatan Udara Republik
Indonesia di Yogyakarta dalam Melawan Agresi Militer Belanda I dan II
Tahun 1947-1949. Serta menambah wawasan bagaimana perjuangan yang
dilakukan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia pada tahun 1947-1949
dalam melawan dan mempertahankan kemerdekaan dari dominasi penjajah.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis
1. Perlawanan

Istilah perlawanan berarti pertentangan, perjuangan, atau perbuatan


melawan. Menurut (Ernes et al., 2020) perang (war) berbeda dengan pertempuran
(battle). Apabila pertempuran umumnya menggunakan senjata mematikan dan
sudah tentu merupakan urusannya tentara, perang tidak harus menggunakan senjata
dan itu adalah urusannya negara, bukan hanya urusannya tentara. Oleh karena itu,
perlawanan juga bisa disebut sebagai pertempuran.

Dalam hal ini rakyat Indonesia melakukan perlawanan-perlawanan terhadap


Belanda. Rakyat Indonesia di daerah masing-masing ingin mempertahankan
kemerdekaan yang telah diraih (Novianti, 2021). Para rakyat tidak mau dan tidak
sudi apabila Belanda merebut kembali wilayah di Indonesia yang telah merdeka.
Dengan penuh semangat hingga titik darah penghabisan, semua itu dilakukan rakyat
Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan. Sebab sudah tidak terhindarkan
ledakan pertempuran yang terjadi di hampir seluruh Jawa maka Indonesia tidak
mampu menghadapi pasukan Belanda dengan kekuatan yang begitu besar dan
dilengkapi dengan teknologi persenjataan yang maju dan memadai, maka pilihan
untuk menghadapi kekuatan Belanda tersebut yaitu dengan menjalankan taktik.

2. Agresi Militer

Agresi militer salah satu peristiwa penting dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Agresi tersebut dilakukan pasca-kemerdekaan (Mahardika, 2022).
Dalam (Hidayat & Siswanta, 2022; Mahardika, 2022) menyampaikan bahwa agresi
militer dimulai pada pertengahan 1947-1948. Agresi tersebut diluncurkan ke
berbagai wilayah di Indonesia.

9
Agresi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai makna
penyerangan, perasaan marah, atau tindakan kasar. Sedangkan, militer berarti
tentara. Maka, agresi militer ialah penyerangan oleh tentara dalam suatu negara ke
negara lain dengan maksud tujuan tertentu. Seperti halnya yang dilakukan oleh
Belanda terhadap bangsa Indonesia. Tepat pada tanggal 27 Juli 1947 Belanda
melakukan perang kemerdekan pertama yaitu agresi militer I dan tidak melakukan
peperangan senjata akan tetapi dengan melakukan blokade di pinggir-pinggir
perairan (Permana, 2020; Seruni et al., 2021). Kemudian agresi militer Belanda II
terjadi pada 19 Desember 1948. Dalam aksi tersebut banyak pimpinan dari
Indonesia yang ditawan, dengan ditawannya pimpinan-pimpinan politik tersebut
maka membuat pemerintahan seakan-akan lumpuh (Novianti, 2021).

Belanda melancarkan invasi untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang


sebelumnya dikuasai, khususnya daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam,
terutama minyak. Namun, untuk menutupi niat ini di mata masyarakat
internasional, Belanda menyebut Agresi sebagai tindakan ‘polisionil’ dan
menyatakan bahwa tindakan ini sebagai persoalan internal (Mahardika, 2022). Tak
hanya itu agresi tersebut dilakukan karena adanya kegagalan pelaksanaan
perundingan Linggarjati yang dipandang tidak sejalan dengan apa yang diinginkan
Belanda. Belanda menganggap bahwa Indonesia belum mampu dan belum
sepenuhnya dianggap memiliki pemerintahan yang berdaulat (Novianti, 2021).

Menurut (Hidayat & Siswanta, 2022) tujuan dari agresi militer Belanda I
ialah mengepung wilayah ibu kota Republik Indonesia dan menghapus kedaulatan
Republik Indonesia. Sedangkan, agresi militer II dilakukan Belanda dengan tujuan
untuk menghancurkan kedaulatan Indonesia melalui penyerangan di Yogyakarta
sebagai ibu kota negara.

10
3. Kolonial

Kolonial berasal dari kata koloni yaitu tanah jajahan atau tempat yang
dikuasai penjajah. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono,
2008:740) kolonial adalah “berhubungan atau berkenaan dengan sifat-sifat
jajahan”. Kolonial juga berkaitan dengan kata kolonialisme.

Menurut Hadiwijoyo (2013:216) kolonialisme adalah “suatu ajaran atau


sistem yang berarti senang mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah
yang dimiliki negara tersebut”. Kolonialisme adalah “paham atau pandangan untuk
melaksanakan penjajahan” (Fatmah, 2017:99). Kolonialisme berasal dari bahasa
Latin, yaitu kata “Colonia (pertanian, pemukiman) yang berarti penaklukkan serta
penguasaan atas tanah dan harta penduduk asli oleh kaum pendatang”(Sutrisno,
2004:9).

Kolonialisme bermaksud memaksakan satu bentuk pemerintahan diatas


sebuah wilayah atau negeri lain (tanah jajahan) atau satu usaha untuk mendapatkan
sebuah wilayah baik melalui paksaan atau dengan cara damai. Usaha untuk
mendapatkan wilayah biasanya melalui penaklukkan. “Pada mulanya Belanda
membeli barang dagangan dari penguasa lokal, untuk memastikan pasokan barang
dapat berjalan lancar kemudian mulai ada campur tangan dalam urusan
pemerintahan dengan penguasa setempat dan biasanya Belanda akan berusaha
menjadikan wilayah tersebut sebagai tanah jajahan” (Hakim. 2016:25).

Jadi, dapat di simpulkan bahwa kolonial ialah penjajah, sedangkan koloni


adalah tanah jajahan atau daerah yang dikuasai penjajah, serta kolonialisme
merupakan paham atau pandangan untuk melaksanakan penjajahan. Penaklukan
serta penguasaan di suatu negara oleh negara lain yang bertujuan untuk memperluas
daerah serta merogoh keuntungan dari negara takklukan.

11
4. Perang Kemerdekaan

Perang secara umum artinya suatu kontak kekerasaan antara dua pihak yang
berlainan. Perang secara sempit ialah kondisi hukum yang sama-sama
memungkinkan dua golongan bermusuhan menjalankan konfrontasi dengan
kekuatan bersenjata. Perang ialah tindakan yang tidak bermoral, serta secara sosial
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Perang juga merupakan tindakan anarkis dan
kriminal meskipun tindakan tersebut disahkan oleh negara yang melaksanakan
perang. Perang ialah pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih.

Kemerdekaan merupakan keadaan dimana suatu bangsa atau negara yang


sistem pemerintahannya diatur oleh bangsanya sendiri tanpa terdapat campur
tangan dari negara lain. Kemerdekaan suatu negara sangat erat kaitannya
menggunakan kedaulatan terhadap wilayah teritorial negara. Makna asal
kemerdekaan yang sesungguhnya adalah ketika masyarakat merdeka dalam segala
hal tidak hanya merdeka dari penjajah tetapi juga bebas mengatur dalam segala
aspek kehidupan mengenai ekonomi, sosial, keamanan, ketahanan pangan dan lain-
lain.

Perang Kemerdekaan 1945-1949 atau disebut Revolusi Fisik yakni periode


penuh gejolak, ledakan kekerasan, konflik sosial, perjuangan politik, dan segala
sesuatu yang menyebabkan krisis politik yang membawa distintregrasi orde sosial
lama dan merombak struktur kekuasaannya sehingga akhirnya melahirkan orde
sosial politik baru (Tashadi, 2000:136).

Pada masa ini masing-masing daerah di Indonesia mengalami dampaknya,


terutama daerah yang dianggap penting salah satunya adalah Yogyakarta yang pada
tanggal 4 Januari 1946 resmi dijadikan ibu kota negara. Penetapan menjadi pusat
pemerintahan Republik Indonesia pertanda bahwa para pejuang Yogyakarta disebut
paling tepat untuk diberi tanggung jawab mempertahankan kemerdekaan.

12
5. Perjuangan

Perjuangan berasal dari kata juang sebagai kata kerja berarti laga, lawan,
kelahi, perang merebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga. Perjuangan memiliki
arti dalam bidang politik dan pemerintahan, perjuangan dapat menyatakan nama
seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Perjuangan
adalah perkelahian merebut sesuatu dengan peperangan (Sugono, 2008:1152).

Perjuangan adalah upaya untuk mencapai apa yang diharapkan dari


kehormatan dan kebaikan. Pada masa penjajahan, perjuangan adalah segala usaha
yang dilakukan dengan pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk memperoleh
atau mencapai kemerdakan. Sementara itu awal kemerdekaan, perjuangan
dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan memiliki arti yang
sangat luas, sehingga apa yang dilakukan para pahlawan Nasional merupakan
peristiwa dalam perjuangan bangsa Indonesia (Susanto Tirtoprojo, 1982:7).

B. Kerangka Berfikir
Perjuangan yang dilakukan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam
melawan Belanda adalah bentuk kekecewaan Republik terhadap Perjanjian
Linggarjati dan Perjanjian Renville. Sikap Indonesia atas kekecewaan tersebut
adalah membentuk kekuatan militer terdiri dari Angkatan Udara, Angkatan Laut,
dan Angkatan Darat bertugas untuk melakukan serangan balasan terhadap Belanda.

Perjuangan yang dilakukan terjadi diberbagai daerah yang dikuasai Belanda


kembali, dengan menggunakan perlatan tempur yang tersedia. Dengan
dilanggarnya perjanjian tersebut Indonesia melakukan perlawanan dalam berbagai
lintas udara dan menunjukkan bahwa Indonesia masih mempunyai Angkatan Udara
yang kuat.

13
Sejarah Berdirinya AURI di
Yogyakarta

Pengkhianatan
Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Renville

Agresi Militer Belanda I Agresi Militer Belanda II


1947 1948-1949

Perjanjian Perlawanan Perlawanan Perjanjian Roem-


Renville AURI AURI Royen

Dampak Perlawanan Terhadap Kedudukan AURI di Yogyakarta

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara


Mandala Yogyakarta dan Monumen Perjuangan TNI-AU Ngoto sebagai obyek
penelitian, penelitian ini menggunakan studi pustaka dan sumber-sumber litelatur
yang terkait. Dalam penelitian yang berjudul Angkatan Udara Republik Indonesia
di Yogyakarta dalam Melawan Agresi Militer Belanda I dan II Tahun 1947-1949
penulis melakukan pengumpulan data melalui studi pustaka. Adapun perpustakaan
yang digunakan sebagai berikut:

1. Perpustakaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta.


2. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Serta menggunakan akses Jurnal Nasional.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini


yaitu mulai dari disetujuinya judul skripsi pada bulan Februari 2023, sampai dengan
selesainya penulisan skripsi ini yaitu bulan Juli 2023. Terbilang dari penyetujuan
judul oleh pembimbing skripsi sampai dengan selesainnya penelitian ini. Adapun
jadwal operasionalnya adalah sebagai berikut:

15
Bulan
No. Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Pengajuan Judul xxx
2. Penyusunan Proposal xxx xxx
3. Konsultasi Proposal xxx xxx
4. Seminar Proposal xxx
5. Revisi Proposal xxx xxx
6. Pengumpulan Data
7. Penyusunan Skripsi
8. Konsultasi Skripsi
9. Ujian Skripsi
Revisi Skripsi dan
10.
Penyerahan Dokumen

Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian

B. Metode Penelitian
Metode adalah tata cara yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dan sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode merupakan suatu
hal yang menyangkut masalah-masalah serta cara kerja untuk memahami objek
yang menjadi sarana ilmu bersangkutan. Berdasarkan pendapat (Koentjaraningrat,
1997:1), metode adalah jalan untuk menyelesaikan suatu masalah, dan sehubungan
dengan karya ilmiah, maka metode adalah suatu hal yang menyangkut masalah-
masalah serta cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
bersangkutan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,


mendiskripsikan, dan memaparkan perjuangan Angkatan Udara Republik
Indonesia dalam memukul mundur pasukan Belanda di Yogyakarta pada Agresi
Militer Belanda tahun 1947-1949. Mengingat peritiwa yang menjadi pokok
penelitian adalah peristiwa di masa lampau sehingga metode yang digunakan

16
adalah metode Historis. Dengan metode sejarah penulis mencoba merekonstruksi
kembali suatu peristiwa di masa lampau sehingga dapat menghasilkan historiografi
sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Penelitian dengan judul Angkatan Udara Republik Indonesia Di Yogyakarta


Dalam Melawan Agresi Militer Belanda I Dan II. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode historis.

Berikut adalah prosedur penelitian sejarah yang dilakukan oleh penulis:

1. Heuristik, yaitu tahapan awal dalam penelitian sejarah dengan cara


mengumpulkan bahan-bahan atau sumber-sumber sejarah yang digunakan
sebagai rujukan dalam proses penelitian. Terdapat dua sumber sejarah, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder.
2. Verifikasi atau kritik sumber merupakan tahap ke dua dalam penelitian
sejarah yang bertujuan untuk melihat keaslian dari sumber-sumber yang
ditemukan, kritik sumber ada 2 yaitu kritik intern dan kritik ekstern.
3. Interpretsi, yaitu kemampuan penulis dalam menafsirkan sumber-sumber
yang telah diverifikasi keasliannya. Penafsiran harus dilakukan dengan
kaidah-kaidah yang sesuai dengan penulisan sejarah, yang kemudian akan
menghasilkan jawaban dari rumusan-rumusan masalah yang telah dibuat
oleh penulis.
4. Historiografi, merupakan tahap akhir atau disebut juga sebagai penulisan
sejarah. Dalam tahapan ini, rangkaian fakta hasil penafsiran kemudian
dituangkan dalam sebuah tulisan sejarah.

C. Sumber Data
Sumber data adalah data-data yang dikumpulkan yang sejenis atau setipe
dengan penelitian yang akan ditulis (Kuntowijiyo, 2001:3). Sumber data dibedakan
menjadi dua, yaitu sumber data primen dan sumber data sekunder.

Sedangkan menurut Kuntowijoyo (2001:3), sumber yang dikumpulkan


harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Sumber sejarah dapat dilihat

17
dari bahannya, terdiri atas dua macam: Dokumen atau tertulis, tidak tertulis atau
artefac, dan sosiofac. Sumber tertulis itu dapat berupa surat- surat, notulen rapat,
kontrak kerja dan sebagainya. Untuk artefac dapat berupa foto peninggalan,
peralatan atau sebuah bangunan yang dapat dijadikan sumber.

Sumber data sejarah adalah segala sesuatu yang secara langsung maupun
tidak langsung yang menceritakan tentang sebuah kenyataan atau kegiatan manusia
yan terjadi dimasa lalu (Helius Sjamsudin, 1994:2).

a. Sumber Primer
Sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ilmiah
ini adalah berupa:
1. Buku berjudul Sejarah TNI Angkatan Udara Indonesia Jilid I yang
diterbitkan Subdisjarah Diswatpersau pada tahun 2004.
2. Buku tulisan Dra. Irna H.N. Hadi Soewito berjudul Awal
Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950 yang
terbit pada tahun 2008.

b. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ilmiah
ini adalah:
1. Buku karangan Dede Nasrudin berjudul Palagan Maguwo dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia 1945-1949 yang
terbit pada tahun 2019.
2. Skripsi tulisan dari Yuto Nugroho yang berjudul Peran Angkatan
Udara Republik Indonesia di Maguwo Dalam 1945-1948 yang
ditulis pada tahun 1993.
3. E-Jurnal yang ditulis oleh Purniyawati yang berjudul Agresi Militer
Belanda I 21 Juli 1947 yang ditulis pada tahun 2006.
4. E-Jurnal yang ditulis oleh Reza Ade Christian yang berjudul Agresi
Militer Belanda I dan II (Periode 1947-1949) Dalam Sudut Pandang
Hukum Internasional yang ditulis pada tahun 2011.

18
D. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang ditemukan penulis adalah sumber data sekunder.
Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka. Penulis mengumpulkan
data-data yang relevan dengan rumusan masalah dengan cara membaca dan
mengumpulkan arsip-arsip atau dokumen, membaca surat kabar dan majalah, buku-
buku literatur. Dengan teknik ini maka peneliti mengadakan kunjungan
keperpustakaan guna mendapatkan buku-buku sumber yang relevan dengan
penelitian yang sedang dilakukan, karena salah satu hal yang perlu dilakukan dalam
persiapan penelitian ialah memanfaatkan dengan maksimal sumber informasi yang
terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia.

Terdapat dua sumber data yang dalam proses penelitian, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Namun penulis tidak menggunakan sumber
primer dalam melakukan penelitian. Penulis hanya menggunakan sumber data
sekunder, penulis menemukan “Skripsi tulisan dari Yuto Nugroho yang berjudul
Peran Angkatan Udara Republik Indonesia di Maguwo Dalam 1945-1948 yang
ditulis pada tahun 1993”.

Dalam proses penelitian langkah-langkah yang digunakan penulis dalam


mengumpulkan data sebagai berikut:

1. Mencari dan mengumpulkan buku-buku, artikel internet atau jurnal yang


relevan dengan topik masalah yang sedang diteliti.
2. Membaca dan mencatat data-data atau sumber-sumber yang sesuai dengan
dengan topik penelitian. Sumber data bisa berasal dari sumber primer
maupun sumber sekunder.
3. Mencatat dan menfotocopy sumber data yang relevan dengan topik yang
sedang diteliti.

19
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah gabungan penelitian lapangan (field research), dan
penelitian perpustakaan (library research), dimana penulis fokus pada bahan literasi
perpustakaan dan sumber tertulis sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka
penelitian dan memperdalam kajian teoritis (Shamad, Irhash, A, 2003:7-13).

Menurut Helius Syamsuddin (1996:89) Teknik analisis data sejarah adalah


analisis data sejarah yang menggunakan kritik sumber sebagai metode penilaian
sumber yang digunakan dalam penulisan sejarah.

Guna menghindari adanya pembiasan masalah, maka data-data yang sudah


terkumpul dianalisa langsung berdasarkan konteks permasalahannya. Dalam
penelitian ini, teknik analisis sejarah digunakan sebagai teknik analisis data.
Menurut Kuntowijoyo yang dikutip Dudung Abdurrahman (1999:64), interpretasi
atau penafsiran sejarah sering disebut dengan analisis sejarah.

Setelah melakukan analisis data, maka ditemukan fakta (Kuntowijoyo,


2001:104). Fakta merupakan bagian terpenting yang tidak dapat dipisahkan dalam
penelitian sejarah, karena fakta adalah bahan utama yang dijadikan sumber oleh
sejarawan untuk menyusun historiografi atau cerita sejarah. Fakta tersebut
merupakan hasil pemikiran sejarawan sehingga fakta-fakta yang ada sangat
mungkin mengandung subjektivitas. Subjektivitas peneliti sangat erat
rangkulannya, namun peneliti berusaha agar karya ini menjadi objektif dengan
mencarisebanyak mungkin teori- teori dan bukti-bukti atau sumber-sumber yang
mendukung penelitian. Teori, bukti, dan sumber-sumber itu terlebih dahulu melalui
tahap kritik atau verifikasi atau uji keabsahan sumber (Kuntowijoyo, 2001:101).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa


interpretasi tema pada penelitian ini, dengan pengumpulan data yang sesuai dengan
tema pada penelitian ini, yang dapat dicari dengan Teknik studi pustaka. Setelah
diperoleh data -data mengenai peristiwa tersebut, Langkah selanjutnya adalah
tahapan seleksi terhadap data yang relevan dan dapat digunakan pada penelitian ini.
Langkah seleksi dilakukan untuk mempermudah adanya proses kritik terhadap

20
sumber yang ada. Kritik dilakukan dengan cara membandingkan dengan sumber
data yang satu dengan sumber yang lainnya, kemudian dilanjutkan dengan
interpretasi untuk menafsirkan makna yang saling berhubungan dari satu fakta
dengan yang lain.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian awal yaitu persiapan
pembuatan proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Karena penelitian ini
menggunakan metode historis, maka ada empat tahap yang harus dipenuhi. Empat
langkah itu terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Prosedur
penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Heuristik Kritik Interpretasi Historiografi

Keterangan:

1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani yang artinya meperoleh. Dalam
pengertiannya yang lain adalah suatu teknik yang membantu kita untuk
mencari jejak-jejak sejarah. Heuristik disini merupakan kegiatan
menghimpun jejak-jejak masa lampau yang dikenal dengan data sejarah.
Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang ditulis. Data
sejarah yang terkumpul dikelompokan berdasarkan jenis sumber sejarah.
Dengan demikian heuristik adalah kegiatan pengumpulan jejak-jejak
sejarah atau dengan kata lain kegiatan mencari sumber sejarah.
Pada tahap ini, peneliti mencoba mencari dan menemukan sumber
tertulis berupa buku dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian.
Sumber tertulis primer, dalam format surat kabar dan majalah; dan sumber

21
sekunder berupa buku dan literatur yang diperoleh dari berbagai
perpustakaan. Namun tidak semua tempat yang dikunjungi terdapat sumber
yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diambil. Berikut daftar
beberapa buku yang peneliti dapatkan pada tempat penelitian tersebut:

a. Perpustakaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta,


peneliti menemukan beberapa buku yang berhubungan dengan Agresi
Militer Belanda dan TNI AU beberapa buku tersebut yang berjudul
“Palagan Maguwo dalam mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia 1945-1949” (2019) dan “Awal Kedirgantaraan di Indonesia:
Perjuangan AURI 1945-1950” (2008).

b. E-Jurnal, peneliti menemukan beberapa jurnal dari rujukan internet


diantaranya berasal dari Universitas Indonesia dan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Beberapa jurnal tersebut berjudul “Agresi Militer
Belanda I dan II (Periode 1947-1949) Dalam Sudut Pandang Hukum
Internasional” dan “Agresi Militer Belanda I 21 Juli 1947”.

2. Kritik
Kritik sumber adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk
menentukan validitas dan reliabilitas sumber sejarah melalui kritik eksternal
dan internal (Kuntowijoyo, 2005:100). Kritik terhadap sumber sejarah
adalah kegiatan menyeleksi, menseleksi, menelaah, mengidentifikasi,
mengevaluasi dan membandingkan sumber sejarah untuk digunakan dalam
penulisan sejarah. Mencari kelemahan dan kelebihan dari data yang
diperoleh dan memberikan solusi dalam penulisan sejarah. Kritik sumber
terdiri dari dua tahap, yaitu kritik ekstern dan kritik intern.

a. Kritik Intern
Kritik intern berfokus pada kredibilitas sumber sejarah, apakah
cerita, isi, dan peristiwa dapat diandalkan dan dapat memberikan

22
informasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini kritik intern dilakukan
dengan cara membandingkan isi suatu sumber dengan isi sumber lain
(surat kabar dan buku), apakah sumber tersebut sesuai dengan kenyataan
dan apakah sumber tersebut relevan, relevan dengan topik penelitian
atau tidak.

b. Kritik Ekstern
Kritik ekstern adalah kritik terhadap keaslian sumber (otensitas)
berkenaan dengan aspek fisik dari sumber yang ditemukan, seperti:
bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa,
huruf dan aspek bentuk lainnya. Dalam penelitian ini kritik ekstern
dilakukan dengan melihat tanggal, bulan, tahun pembuatan dan ejaan
pada sumber tersebut.

3. Interpretasi
Interpretasi mencoba merangkum beberapa fakta diperoleh dari
sumber-sumber sejarah dan, bersama dengan teori, fakta digabungkan
menjadi interpretasi yang komprehensif, sehingga dapat disebut sebagai
suatu bentuk analisis (Abdurrahman,1999:64).
Dalam kajian ini, interpretasi dilakukan dengan menghubungkan
atau mengkaitkan satu sumber sejarah dengan sumber sejarah lainnya untuk
mengidentifikasi hubungan sebab akibat dari peristiwa masa lalu yang
menjadi obyek penelitian. Kemudian sumber tersebut diinterpretasikan,
diberikan makna, dan ditemukan makna yang sebenarnya, sehingga makna
tersebut dapat dipahami setelah dilakukan penalaran yang logis berdasarkan
objek penelitian yang diteliti. Fakta yang terkandung dalam sumber sejarah
harus dibandingkan dan tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dengan demikian,
fakta sejarah atau sintesis sejarah muncul dari aktivitas kritik sumber dan
interpretasi.

23
4. Historiografi
Historigrafi merupakan langkah terakhir dalam penulisan sejarah.
Langkah ini merupakan kegiatan menyusun fakta sejarah menjadi suatu
kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Dalam tahap
ini diperlukan imajinasi historis yang baik sehingga dapat mengkaitkan
fakta satu dengan fakta yang lainnya sehingga menjadi kajian yang utuh
sistematis, serta komunikatif. Historiografi adalah tahapan akhir penulisan
untuk menyajikan fakta dalam bentuk tulisan. Penyajian penulisan dalam
bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1) Pengantar, (2) Hasil Penelitian,
(3) Simpulan.
Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah untuk
menyampaikan fakta sejarah dalam bentuk penulisan sejarah berdasarkan
bukti berupa sumber-sumber data sejarah yang dikumpulkan, dikritik,
diinterpretasi, dan historiografi dalam penelitian ini diwujudkan dalam
bentuk karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Angkatan Udara
Republik Indonesia di Yogyakarta dalam Melawan Agresi Militer
Belanda I dan II Tahun 1947-1949”.

24
DAFTAR PUSTAKA

A. H. Nasution, “Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I”, (Bandung:


Disjarah-AD & Angkasa, 1977).

Ayub Karami. 2017. “Sekolah Penerbang Maguwo Di Yogyakarta Tahun 1945-


1947” e-Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta. (Yogyakarta: Prodi Pendidikan Sejarah FIS
UNY).

Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana


Ilmu

Erma Octavia Puspita Dewi. 2017. ”Lembaga Pendidikan Penerbangan Angkatan


Udara Yogyakarta Tahun 1945-1965”, Avatara: e-Journal Pendidikan
Sejarah, Volume 5, No. 3.

Ernes, Prakoso, L. Y., & Risman, H. (2020). Strategi perang semesta melalui
pemberdayaan fungsi hubungan masyarakat tentara nasional indonesia
angkatan udara. Jurnal Strategi Perang Semesta, 6(2), 208–233.

Fajar Permadi. 2019. “Peran Angkatan Udara Dalam Perang Kemerdekaan


Indonesia 1945-1950”. Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (Yogyakarta: Jurnal Prodi Ilmu
Sejarah Vol. 4 No. 2).

Hidayat, R., & Siswanta. (2022). Peran dapur umum dalam mendukung perjuangan
masyarakat dusun kemusuk pada agresi militer belanda ii 1949.
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4(1), 30–40.

Jefri Rieski .T, ”Mobilisasi Bangsa Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang
untuk Kepentingan Perang Asia Timur Raya Tahun 1942-1945, Istoria:
Jurnal Pendidikan Dan Sejarah, Volume 17, No 1, Maret 2021.

Koentjaningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

25
Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya.

Loth Botahala. 2016. “Mengulas Kembali Sejarah TNI”. Seminar Hut TNI, Kodim
1622/Alor, 4 Oktober 2016.

Mahardika, M. D. G. (2022). Agresi militer belanda di wilayah batu pujon 1947-


1948: sebuah kajian sejarah lokal. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah,
11(1), 71–83.

Novianti, U. H. (2021). Perlawanan rakyat probolinggo dalam menumpas agresi


militer belanda 1947-1949. Historiography: Journal of Indonesian History
and Education, 1(1), 104–120.

Permana, R. Y. (2020). Suatu strategi mempertahankan kemerdekaan republik


indonesia tahun 1948-1949. Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidiikan Dan
Humaniora, 4(2), 82–91. https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e-ISSN

Riyanto Joko Arm Letkol. 2015. “Lintasan Sejarah Tanggal 5 Oktober Sebagai
hari lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI)”, Wira, vol. 56 No. 40.

Sjamsuddin, H. 1996. Metode Sejarah. Jakarta: DEPDIKBUD, Proyek Pendidikan


Tenaga Akademik.

TNI Angkatan Udara 2015. Sejarah TNI Angkatan Udara. Diakses pada 29 Maret
2023. https://tni-au.mil.id/sejarah-tni-angkatan-udara/

TNI Angkatan Udara. 29 Juli 1947: Rasa Bangga dan Duka. Diakses pada 27 Maret
2023. https://tni-au.mil.id/portfolio/29-juli-1947-rasa-bangga-dan-duka/

Trihadi, “Sedjarah Perkembangan Angkatan Udara.” (Jakarta: Departemen


Pertahanan-Keamanan Pusat Sedjarah ABRI, 1971).

Tashadi (dkk), Keterlibatan Ulama DIY Pada Masa Perang Kemerdekaan Periode
1945-1949, (Jakarta: Depdiknas, 2000), hlm.136.

26

Anda mungkin juga menyukai