Proposal Tesis
Proposal Tesis
34/B/MPPN/VII/2020)”.
Oleh :
FAISHAL ADITAMA
NPM : 5621220009
0
DAFTAR ISI
................................................................................................................................. 0
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 2
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 2
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................ 11
D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................................................... 11
BAB II ...................................................................................................................... 13
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI .................................................................... 13
A. Kajian Pustaka ........................................................................................................ 13
B. Kerangka Konseptual............................................................................................... 13
C. Teori ....................................................................................................................... 15
BAB III ..................................................................................................................... 20
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 20
A. Sifat atas Jenis Penelitian ........................................................................................ 20
B. Pendekatan Masalah ............................................................................................... 22
C. Tekhnik Pengumpulan Data ..................................................................................... 23
D. Teknik Penyajian Data ............................................................................................. 24
E. Teknik Analisa Data ................................................................................................. 25
BAB IV ..................................................................................................................... 26
SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................................................ 26
Bab I .............................................................................................................................. 26
Pendahuluan .................................................................................................................. 26
Bab II ............................................................................................................................. 26
Tinjauan Pustaka Tentang Notaris Dan Kuasa Hukum Di Indonesia .................................. 26
Bab III ............................................................................................................................ 26
Hasil Penelitian .............................................................................................................. 26
Bab IV ............................................................................................................................ 27
Penutup ......................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, diperlukan bukti-bukti tertulis yang bersifat otentik yang dibuat oleh pemegang
jabatan tertentu. Salah satu jabatan tersebut adalah Notarisyang menjalankan profesinya
dalam pelayanan hukum kepada masyarakat. Oleh karena itu seharusnya notaris yang
membuat akta otentik harus dapat memberikan perlindungan dan jaminan demi
Notariat yang telah ada sejak tahun 1860, bukanlah merupakan lembaga baru di
Indonesia. Notaris berasal dari perkataan Notaries, yang pada zaman Romawi, diberikan
Notaris adalah “seorang pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu
peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam
suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan
grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta tersebut oleh suatu
1
Diakses pada https://estyindra.weebly.com/mkn-journal/sejarah-notariat, pada
tanggal 28Agustus 2019, pukul 19.13 WIB.
2
peraturan umum tidak juga ditugaskan atau diserahkan kepada pejabat atauorang lain”.2
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No.
M.01-HT.03.01 Tahun 2006, tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan dan
Pemindahan, dan Pemberhentian Notaris, dalam Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan
notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
otentik yang pembuktiannya sah dan tertinggi di pengadilan. Hal ini telah diatur dalam
Jabatan Notaris perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan umum. Tugas inti dari
seorang notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik hubungan–hubungan hukum
antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa notaris didukung oleh fakta empiris
2
G.H.S Lumban Tobing,Peraturan Jabatan Notaris,Cetakan ke-5, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1999), hlm.31
3
Yudha Pandu, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Jabatan Notaris dan PPAT,
Jakarta, Indonesia Legal Center Publishing, 2009, hlm.2.
4
Sunaryati Hartono, Upaya Menyusun Hukum Ekonomi Indonesia Pasca Tahun 2003,
SeminarPembangunan Hukum Nasional VIII, BPHN Departemen Kehakiman dan Ham RI, 2003,
hlm 227.
3
Pada literatur ilmu pemerintahan dan ilmu hukum sering ditemukan istilah
pula sebaliknya.5
undangan yaitu UUJN. Dengan adanya UUJN maka seharusnya notaris yang diangkat dan
diberhentikan oleh negara dapat memberikan kepastianhukum bagi masyarakat saat ini.
berpedoman pada peraturan tersebut. Selain UUJN, notaris juga memiliki pedoman lain
yang dibuat oleh organisasinya sendiri setelah dibentuknya suatu perhimpunan yang
Perubahan Kode Etik Notaris I.N.I yang ditetapkan di Bandung, pada tanggal 29-30
Mei 2015 merupakan perubahan yang terakhir untuk peraturan ini yang memuat
Notaris dapat dikenakan sanksi apabila terbukti telah melakukan pelanggaran atas
ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Kode Etik Notaris. Penerapan sanksi atas
5
diakses dari
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/be7a53a0177af59aa7212a2e8860a7f0.pdf,
diunduh padatanggal 23 Desember 2019, Pukul 04.20 WIB.
4
lebih lanjut mengingat sanksi tersebut dijatuhkan oleh Organisasi Profesi Notaris dan
tentu berbeda dengan sanksi yang diberikan oleh Majelis Pengawas Notaris yang telah
Perihal etika profesi dari jabatan notaris menurut E. Sumaryono ada beberapa alasan
terwujudnya suatu Kode Etik Notaris merupakan bagian penting, mengingat arti
Jabatan notaris sebagai jabatan profesi hukum yang memberikan jasa kepada
masyarakat dalam pembuatan akta, harus mematuhi suatu norma atau standarisasi di
dalam pelaksanaan tugas, kewenangan, dan kewajibannya. Notaris dituntut untuk tetap
menjaga perilaku, martabat dan kehormatan sebagai pejabat umum mengingat pentingnya
peranan dan kedudukan notaris dalam masyarakat. Peranan notaris selain sebagai bagian
dari komponen profesi hukum, juga penegak hukum sesuai dengan kewenangan dan
“Dengan alasan adanya tanggung jawab notaris kepada masyarakat, maka haruslah
dijamin adanya pengawasan dan pembinaan yang terus menerus agar tugas notaris kepada
masyarakat, maka haruslah dijamin adanya
6
E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 35-36.
5
pengawasan dan pembinaan yang terus menerus agar tugas notaris selalu sesuai dengan
kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan
kewenangan atau kepercayaan yang diberikan”.7
umum wajib berada dalam pengawasan suatu lembaga yang netral dan mandiri atau
independen.
Pengawasan terhadap notaris dalam UUJN dilakukan oleh Menteri dan dalam
disebut MPN), berdasarkan Pasal 1 angka (6) UUJN, yang berbunyi sebagai berikut:
“Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik
Indonesia (untuk selanjutnya disebut PP No. 9 Tahun 2005), menerangkan bahwa pada
notaris adalah Menteri Hukum dan HAM yang dalam pelaksanaannya membentuk Majelis
Pengawas Notaris.
Selain Majelis Pengawas Notaris, untuk menjadikan kinerja notaris lebih baik lagi,
7
Winanto Wiryomartani, Tugas dan Kewenangan Majelis Pengawasan Notaris, (Makalah,
disampaikan pada acara Kongres Ikatan Notaris Indonesia, pada tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar
6
Kehormatan Notaris yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan dan
pemeriksaan atas pelanggaran kode etik organisasi yang tidak mempunyai kaitan langsung
dengan masyarakat atau sifatnya hanya antar notaris saja. Sedangkan Majelis Pengawas
menjatuhkan sanksi terhadap notaris. Tiap majelis dan dewan pengawas mempunyai
dan Majelis Pengawas Pusat. Wewenang Majelis Pengawas Daerah diatur dalam UUJN,
Peraturan Menteri Hukum dan HAM dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Tahun
2004.
MPN) berdasarkan UUJN, dapat dikatakan bersifat preventif dan represif,karena telah
memiliki aturan yang jelas, yang juga bertujuan untuk menjaga agar para notaris dalam
tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku, tidak melanggar sumpah
jabatan, dan tidak melanggar NormaKode Etik Profesinya. Kegiatan pengawasan tidak
hanya bersifat preventif, tetapijuga bersifat represif, dengan memberikan penindakan atas
7
Berdasarkan peraturan pada Pasal 17 UUJN, terdapat hal-hal yang dilarangbagi
sambilan” sebagai Advokat (Pengacara). Padahal sudah jelas dalam Pasal 17 huruf (e)
UUJN melarang notaris merangkap jabatan sebagai advokat. Larangan dalam ketentuan
ini sudah dijelaskan dalam Pasal 3 huruf (g) UUJN, yang mengatur syarat untuk dapat
diangkat sebagai notaris tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat,
atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh Undang-Undang dilarang untuk di
rangkap dengan jabatan notaris. Pada praktiknya di lapangan masih banyak pelanggaran
notaris yang melakukan rangkap jabatan dan pelanggaran kode etik profesi, seperti pada
contoh kasus yang yang menjerat Irsan Haenudi Akif, S.H., M.Kn. Sebagai Notaris
8
Indonesia (a), Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, UUJN No. 2/2014, Pasal
17.
8
Berkedudukan di Sulawesi Tenggara, Irsan Haenudin merupakan notaris aktif yang
Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. No. AHU-00244.AH.02.01 Tahun 2016 Tanggal 29
Maret 2016.
memanggil dan memeriksa Irsan Haerudin, pada tanggal 04 September 2019 yang
Timur. 09.19 Tahun 2019, dan ditemukan fakta -fakta hukum sebagai berikut:
a. Bahwa Pada hari Rabu, tanggal 24 Juli 2019, notaris atas nama irsan Haerudin
Akif, S.H., M.Kn., telah disumpah dan dilantik oleh ketua pengadilan tinggi
b. Bahwa pada tanggal 24 juli 2019 Notaris Irsan Haerudin Akif, S.H., M.Kn., (pada
tanggal yang sama dengan tanggal pelantikannya sebagai advokat) Notaris Irsan
Haerudin Akif, S.H., M.Kn., mengajukan cuti kepada peradin untuk jangka waktu
35 tahun
c. Bahwa menurut Notaris Irsan Haerudin Akif, S.H., M.Kn., yang dimaksud
rangkap jabatan Notaris dan advokat ialah ketika menjalankan kedua profesi
e. Bahwa Notaris Irsan Haerudin Akif, S.H., M.Kn., telah menjabat sebagai notaris
f. Bahwa pada saat pengajuan berkas di Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara untuk
9
dilantik dan disumpah, Notaris Irsan Haerudin Akif, S.H., M.Kn., Mencantumkan
g. Bahwa Notaris Irsan Haerudin Akif, S.H., M.Kn., menyesal dan minta maaf atas
h. Bahwa, Notaris Irsan Haerudin Akif, S.H., M.Kn., mengakui telah disumpahj dan
dilantik sebagai Advokat pada tanggal 24 Juli 2019 di Kendari oleh ketua
Berdasarkan uraian kasus Notaris Irsan Haerudin Akif, S.H., M.Kn., di atas,
34/B/MPPN/VII/2020)”.
10
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan Penelitian
Wilayah dan Majelis Pengawas Wilayah Pusat Notaris yang rangkap jabatan
berlaku.
D. MANFAAT PENELITIAN
mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan serta bagi penulis
bahan kepustakaan bagi penelitian yang berkaitan dengan judul dan permasalahan
yang akan dibahas dalam tesis ini. Disamping itu diharapakan pula dalam
11
dan kenotariatan.
pemikiran secara umum dan berguna sebagai bahan masukkan bagi notaris dan para
jabatan. Sebagaimana yang terdapat dalam Pasal17 dan Pasal 73 ayat 1 huruf a, b,
12
BAB II
A. Kajian Pustaka
dilakukan oleh para peneliti hukum. Dalam sub bab ini, peneliti ingin menunjukkan
beberapa diantara kajian relevan. Tujuannya adalah untuk membantu peneliti menemukan
apa kontribusi penelitian ini terhadap pembahasan tema majelis pengawas wilayah notaris
B. Kerangka Konseptual
Pada penulisan Tesis ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara lebih terperinci,
lainnya. Penjelasan ini dimaksudkan agar pembaca memiliki pemahaman yang sama
hal ini adalah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia) untuk mengesahkan dan
13
menyaksikan berbagai surat perjanjian, surat wasiat, akta, dan sebagainya.9
masyarakat”. Pasal 1 angka 1 UUJN merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 1868
2. Kode Etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan
tentang hal itu dan berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota
perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris,
termasuk di dalamnya para pejabat sementara notaris, notaris pengganti pada saat
menjalankan jabatan.
3. Akta Otentik adalah tulisan atau akta yang dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Cet ke-3, (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka,1990), hlm. 618.
10
R. Soebekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2010), hlm. 26.
14
4. Majelis Pengawas Notaris adalah menurut Pasal 1 angka 6 UUJN menetapkan
lembaga pengawasan
Advokat (selanjutnya disebut UUA) pasal 1 Butir (1), menyatakan bahwa advokatialah
orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun diluar pengadilan
advokat berkewajiban menegakan hukum dan keadilan. Undang- Undang advokat telah
6. Tanggung Jawab adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apayang
C. Teori
1. Teori Kewenangan
11
Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Ghalia Indonesia, 2005).
15
tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang utamanya ditetapkan
Wewenang secara umum diartikan sebagai kekuasaan untuk melakukan semua tindakan
perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan
mandat13:
wewenang pemerintah yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-
131
undangan. Disini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang baru. Ini berarti
bersumber dari undang – undang dalam arti materil. Sehingga tampak jelas bahwa
kewenangan yang didapat melalui atribusi oleh organ pemerintah adalah kewenangan
asli, karena kewenangan itu langsung dari Perundang – Undangan (UUD 1945).
Dengan kata lain, atribusi berarti timbulnya kewenangan baru yang sebelumnya
12
Ateng Syarifudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan
Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, (Bandung: Universitas Parahyangan), hlm. 22.
13
Phillipus M. Hadjon, Makalah Tentang Wewenang, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1986), hlm. 20.
16
b. Kewenangan delegasi, pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah
ada oleh pejabat umum, badan atau jabatan tata usaha Negara yang telah yang
atau jabatan tata usaha Negara lainnya.132Dengan kata pelimpahan, ini berarti adanya
dilimpahkan itu.
c. Mandat, pemberian wewenang oleh organ pemerintahan kepada organ lain untuk
untuk membuat keputusan atas nama pejabat tata usaha negara yang memberi
tetap berada ditangan pemberi mandat, hal ini dapat dilihat dari kata atas nama.
14
Phillipus M. Hadjon, Op.,Cit., hlm. 21.
17
Dengan demikian, semua akibat hukum yang ditimbulkan oleh adanya keputusan
Menurut pendapat Gustav Radbruch sebagaimana dikutip oleh Salim H.S menentukan ada
4 (empat) hal mendasar yang erat kaitannya dengan kepastian hukum, yaitu:
a. Hukum itu bersifat positif yakni artinya hukum itu dibuat dalam bentuk undang-undang
tertulis.
b. Hukum itu harus berdasarkan pada apa yang benar-benar terjadi di lapangan atau di
masyarakat.
c. Hukum harus diungkapkan secara jelas dan gamblang sehingga menghindari adanya
hukum adalah “kepastian tentang hukum itu sendiri”. Kepastian hukum merupakan
15
DR.H. SALIM HS, SH, M.S dan ERLIES SEPTIANA NURBANI, SH, LLM.,
Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), hlm 196.
16
H. Salim Hs, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 306.
18
hukum positif itu kurang adil”.17
Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai identitas, yaitu
sebagai berikut: 18
1) Asas kepastian hukum (rechtmatigheid). Asas ini meninjau dari sudut yuridis.
2) Asas keadilan hukum (gerectigheit). Asas ini meninjau dari sudut filosofis, dimana
keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan pengadilan.
3) Asas kemanfaatan hukum (zwechmatigheid atau doelmatigheid atau utility
17
Ibid.
18
Ibid
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian normatif dan sifat dari penelitian ini deskriptif analitik
atau metode yang tujuannya untuk menggambarkan mengenai objek yang diteliti melalui
data atau sampel yang telah terkumpul. Menurut Soerjono Soekanto mendefinisikan
penelitian hukum normatif, adalah penelitian hukum yang dilakukandengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder belaka. Ada tiga bahan hukum yang digunakan pada
Bahan Hukum Primer Bahan-bahan hukum primer terdiri atas perundang- undangan,
putusan hakim.20 Dalam menjawab rumusan masalah dan memenuhi tujuan penelitian.
Penulis menggunakan berbagai bahan utama seperti putusan- putusan dan buku-buku.
Putusan pengadilan dan buku-buku yang penulis gunakan sebagai bahan utama yaitu :21
1. Undang-Undang
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, UI Press, 2010), hlm. 11.
20
Ibid
21
ibid
20
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Bugerlijk Weboek), Diterjemahkan oleh R.
Notaris.
2. Peraturan Pemerintah
Adapun peraturan pemerintah yang digunakan dalam tesis ini, antara lain :
a. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 25
b. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan
c. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
Notaris
21
Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum ini bersifat sebagai pendukung, dalam arti
dirumuskan untuk menunjang validitas dan reliabilitas data primer. Adapun data sekunder
a. Buku-buku
b. Jurnal
B. Pendekatan Masalah
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum
normatif memiliki kegunaan baik secara praktis maupunakademis. Bagi penelitian untuk
kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti
atau regulasi dengan undang-undang. Hasil dari telah tersebut merupakan suatu argumen
22
Sunaryanti Hartono, Penelitian Hukum Indonesia pada Akhr ke-20, (Bandung: Alumni, 1994),
hlm. 101.
22
untuk memecahkan isu yang dihadapi.23 Pendekatan Perundang-undangan (statue
mengetahui mekanisme jika notaris tersebut melanggar kode etik, dan undang -undang
Dalam penulisan tesis ini sebagai penelitian ilmiah diperlukan sekumpulan data informasi
yang diharapkan lengkap dan menunjang, sehingga menjadi dasar dalam pembahasan
permasalahan yang telah dirumuskan. Dalam hal ini penulis melakukanpengambilan data
melalui:
adalah:
23
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Depok: Rajawali
Pers, 2018),hlm. 164.
23
Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan
b. Penelitian Kepustakaan
Suatu teknik pengambilan dan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara penelitian
kepustakaan adalah meneliti untuk mendapatkan landasan teoritis dari hukum positif di
Indonesia berupa teori-teori dan pendapat para ahli atau pakar sebagai informasi yang
Menyajikan sekumpulan data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk uraian
yang disusun secara sistematis dan logis yang memungkinkan adanya penarikan
kesimpulan. Sistematis adalah keseluruhan data yang diperoleh akan dihubungkan satu
dengan yang lainnya, kemudian disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti
sehingga merupakan kesatuan yang utuh. Terkait dengan tesis ini adalah menyajikan data
24
E. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisa data kualitatif tersebut, penulis menggunakan empat tahapan, yaitu :
a. Collection, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari bahan yang terkumpul terkait
Undang-undang Jabatan Notaris maupun buku yang berkaitan dengan Profesi Notaris,
karya ilmiah seperti jurnal yang membahas tentang Profesi Notaris, Kode Etik Notaris,
b. Reduksi, yaitu memilik data pokok tentang Notaris yang melakukan rangkap jabatan, yang
diperlukan dalam penyusunan penelitian, sehingga jelas arah pembahasan dan alurnya.
c. Display, yaitu memasukkan hasil reduksi data yang dilakukan dalam bentukuraian singkat
25
BAB IV
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan karya ilmiah ini, maka sistematika penulisan mengenai pokok bab dan
Bab I
Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan ini yang di dalamnya berisikan tentang pemaparan mengenai latar
Bab II
Tinjauan Pustaka Tentang Notaris Dan Kuasa Hukum Di Indonesia
Dalam bab tinjauan pustaka ini berisikan tentang kajian bahan pustaka dan konsep yang
terkait dengan penulisan karya ilmiah ini, serta penjelasan mengenai rumusan suatu
definisi atau peristilahan yang dapat dimasukkan kerangka operasional yang dapat
tentang Profesi Notaris, Kewajiban dan Larangan Notaris, Majelis Pengawas Notaris,
Sanksi Notaris, Kuasa Hukum Sebagai Profesi Hukum, Mekanisme notaris yang
Bab III
Hasil Penelitian
Di dalam bab ini membahas perihal hasil penelitian masalah dan pembahasan mengenai
26
Analisis hasil penelitian terhadap putusan Majelis Pengawas Wilayah dan Majleis
Pengawas Pusat Notaris yang Menjatuhkan Sanksi terhadap Notaris yang melakukan
Rangkap Jabatan.
Bab IV
Penutup
Dalam bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang peneliti
27
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang
Notaris.
_______, Peraturan Menteri hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
_______, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
______, Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
Pengawas Notaris.
Buku-Buku
28
Sunaryati Hartono, Upaya Menyusun Hukum Ekonomi Indonesia Pasca Tahun
2003, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, BPHN Departemen
Kehakiman dan Ham RI, 2003
DR.H. SALIM HS, SH, M.S dan ERLIES SEPTIANA NURBANI, SH, LLM.,
Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi. (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014),
H. Salim Hs, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan
Disertasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013),
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Depok: Rajawali
Pers, 2018).
29
Sujamto. Aspek Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
1993.
Sinaga, V. Harlen Sinaga. Dasar-Dasar Profesi Advokat. Jakarta: Erlangga, 2011.
Setiawan R. Hak Ingkar dari Notaris dan Hubungannya dengan KUHP (suatu
kajian uraian yang disajikan dalam Kongres INI di Jakarta). Jakarta: Balai
Pustaka. 1995.
30
LAMPIRAN
31