Jurnal Pengaruh PKL Terhadap Kualitas Koridor Jalan
Jurnal Pengaruh PKL Terhadap Kualitas Koridor Jalan
Naskah diajukan pada: 25 April 2022 Naskah revisi akhir diterima pada: 24 Maret 2023
Abstrak
Fenomena keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang semakin bertumbuh pesat, terutama di
sepanjang koridor-koridor jalan perkotaan, memberikan dampak yang cukup signifikan pada perilaku
pengguna jalan hingga kualitas koridor jalannya itu sendiri, baik dampak positif maupun negatif.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan secara detail pengaruh dari dampak yang
ditimbulkan dari keberadaan PKL di koridor jalan terhadap kualitas ruang koridor jalannya itu
sendiri. Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan dan mengeksplorasi secara detail fenomena
dan masalah yang terjadi di lokasi studi. Data yang didapat melalui observasi dan wawancara akan
dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode analisis yang didukung dengan
diagram dan gambar yang relevan. Luaran dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang positif maupun negatif dari keberadaan PKL terhadap kualitas koridor jalan, dilihat dari aspek
kenyamanan pengguna jalan (sirkulasi, iklim, bentuk furniture, kebersihan, kebisingan, keamanan,
hingga keindahan).
Kata-kata kunci: Pedagang Kaki Lima, Pengguna Jalan, Kualitas Ruang, Koridor Jalan
Abstract
The phenomenon of street vendors overgrowing, especially along urban street corridors, has a
significant impact on the behavior of street users to the quality of the street corridor itself, with both
positive and negative effects. This research was conducted to explain in detail the impact arising
from the presence of street vendors in the street corridor, as well as the implications for street users
and the quality of the street corridor itself. Qualitative methods are used to explain and explore in
detail the phenomena and problems that occur at the study site. Data obtained through observation
and interviews will be analyzed using descriptive analysis methods, namely analytical methods
supported by relevant diagrams and pictures. The output of this study shows that there are positive
and negative influences from the presence of street vendors on the quality of street corridors, seen
1
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
from the aspects of street user comfort (circulation, climate, furniture, cleanliness, noise, safety, to
beauty).
1. Pendahuluan
Pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Semarang dua tahun terakhir semakin marak
dan menjamur dari pada lima atau sepuluh tahun ke belakang. Hal ini ditengarahi karena terbatasnya
lapangan pekerjaan di sektor formal (Yanuasri & Sunaryo, 2015), sehingga membuat masyarakat
berupaya untuk menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berdagang kaki lima. PKL dapat
dijumpai di berbagai sudut koridor jalan di Kota Semarang baik di jalan utama, maupun di jalan
alternatif. Keberadaan PKL tersebut bersifat temporer, simple dan flexible (Sustiana & Widihardjo,
2012), karena PKL dapat dengan mudah membuka dan menutup lapak dagangannya dan berpindah
dari tempat satu ke tempat yang lain. Tempat-tempat yang biasa dihinggapi para PKL antara lain
ruang-ruang yang tidak terdesain khusus untuk mereka seperti pedestrian, bahu jalan, bahkan badan
jalan (Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2018),
sehingga menyebabkan ruang-ruang tersebut beralih fungsi menjadi aktivitas pedagang kaki lima dan
menghalangi fungsi asli dari ruang tersebut yaitu untuk pejalan kaki dan pengguna kendaraan.
Terlihat bahwa keberadaan PKL seringkali terabaikan dalam penataan ruang di suatu wilayah
(Yanuasri & Sunaryo, 2015) dan fenomena ini menjadi seakan lumrah dijumpai, padahal perlu
adanya penanganan serius dari pihak-pihak terkait untuk dapat menertibkan para PKL tersebut
supaya dapat berdagang di tempat yang seharusnya.
Fenomena keberadaan PKL telah dijelaskan di banyaknya penelitian dan masalah-masalah
yang timbul dari keberadaan PKL di berbagai lokasi studi dengan pembahasan dari berbagai disiplin
ilmu, seperti dari segi sosial, ekonomi, kesehatan, pariwisata, hingga perencanan ruang dan kota.
Pedestrian yang merupakan elemen penting dalam perancangan kota (Sirvani, 1985) kerap menjadi
objek penelitian karena fungsinya yang seharusnya sebagai pemisah antara jalur kendaraan dan
pejalan kaki (Danisworo, 1991) menjadi ruang baru untuk pedagang kaki lima hingga kantong parkir
liar (Wahyudi & Abidin, 2017). Pedestrian yang disalahfungsikan mengakibatkan lebar jalan
semakin sempit dan menambah kemacetan di sepanjang koridor jalan. Selain itu, keselamatan
pengguna jalan menjadi terancam karena mereka yang seharusnya berjalan di jalur pedestrian
menjadi tersingkirkan dan menggunakan jalur kendaraan untuk berjalan. Hal ini membuat pejalan
kaki dan kendaraan berjarak sangat dekat dan memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini
menimbulkan kenyamanan pejalan kaki dan pengguna kendaraan menjadi terganggu (Mberu &
Purbadi, 2018) karena hak mereka dalam menggunakan jalan direnggut oleh fungsi lain.
Dampak lain yang terjadi dari keberadaan PKL adalah limbah yang tidak terkontrol sehingga
berakibat pada berkurangnya jaminan kebersihan dan Kesehatan bagi pengguna jalan (Sustiana &
Widihardjo, 2012). Kenyamanan visual juga terganggu karena kondisi fisik ruang yang tidak terawat
dan tidak tertata. Meskipun dari segi non fisik, keberadaan PKL memiliki peran yang besar dalam
meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat (Yanuasri & Sunaryo, 2015).
Selain itu ruang-ruang yang terbentuk menjadi produktif dan aktif dikunjungi masyarakat, sehingga
membuat lokasi yang ditinggali PKL dikenal masyarakat yang lebih luas. Hal ini membuat lokasi
tersebut menjadi strategis dan berpotensi untuk PKL yang berjualan akan semakin banyak, seperti
yang terlihat pada penggal koridor Jalan Kertanegara dan Jalan Hayam Wuruk di Kota Semarang.
Berada di pusat Kota Semarang dan memiliki lokasi yang strategis (dekat dengan fasilitas umum,
perkantoran, universitas, dsb), koridor jalan ini dimanfaatkan oleh banyaknya PKL untuk berjualan
barang dagangannya. Hingga saat ini, koridor jalan tersebut tidak pernah sepi dan selalu ada
2
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
pengunjung yang datang. Meskipun kondisi non fisik berdampak positif namun dampak negatif dari
kondisi fisik masih tetap mempengaruhi kualitas ruang dari kedua koridor jalan tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan
pengaruh dari dampak yang ditimbulkan dari keberadaan PKL di koridor jalan terhadap kualitas
ruang koridor jalannya itu sendiri. Kualitas ruang di dalam sebuah ruang perkotaan adalah factor
yang sangat penting, karena di dalamnya terdapat elemen karakter, fungsi interaksi social, fungsi
ekonomi, tempat berkreasi dan apresiasi (Darmawan, 20015). Elemen-elemen tersebut bila dikemas
dengan penataan ruang yang baik maka kualitas ruangnya pun akan baik. Berbanding terbalik apabila
dikemas dengan penataan ruang yang buruk atau justru sama sekali tidak tertata, maka kualitas ruang
yang dihasilkan juga akan buruk. Untuk dapat mengetahui kualitas ruang di koridor Jalan Hayam
Wuruk dan Jalan Kartanegara Kota Semarang, perlu dilakukan identifikasi kondisi fisik berdasarkan
kriteria kualitas visual. Kemudian dikorelasikan dengan hasil identifikasi kenyamanan pengguna
jalan. Dengan demikian akan didapat pengaruh apa saja yang menyebabkan terbentuknya kondisi
fisik/visual yang terjadi sedemikian rupa di kedua koridor jalan tersebut.
2. Metode
Metode kualitatif dilakukan pada penelitian ini untuk mengeksplorasi fenomena dan masalaha
yang terjadi di lokasi studi untuk didapatkan penyebab dari masalah yang timbul. Penelitian
dilakukan di koridor Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Kertanegara. Kedua koridor jalan ini dipilih
karena keduanya berada di pusat Kota Semarang yang lokasinya sangat strategis untuk
diberlangsungkannya kegiatan perdagangan. Tidak sedikit PKL yang menganggap lokasi ini
potensial untuk mereka berjualan, karena lokasinya yang berada di dekat universitas, perkantoran,
sekolah, permukiman warga, hingga terkoneksi dengan fasilitas umum dan penunjang lainnya.
Dengan demikian PKL semakin hari semakin memadati kawasan ini untuk melangsungkan kegiatan
perdagangan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa objek penelitian ini adalah kualitas visual, serta
kenyamanan pengguna jalan, sedangkan subjek penelitiannya adalah PKL serta pengguna jalan itu
sendiri, baik pejalan kaki dan pengguna kendaraan.
Data yang dikumpulkan antara lain data primer dan sekuder. Data primer diperoleh dengan
langsung datang ke lokasi studi dengan melakukan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan
untuk melihat secara langsung aktivitas kegiatan keseharian yang dilakukan oleh objek
amatan/fenomena (Kriyantono, 2008). Wawancara dengan pedagang, pembeli, pejalan kaki, serta
pengendara kendaraan juga dilakukan untuk melengkapi data observasi yang telah dilakukan. Dari
sisi pedagang, peneliti ingin menggali alasan mengapa mereka menggelar dagangan di koridor Jalan
Hayam Wuruk dan Jalan Kertanegara. Dari sisi pembeli, peneliti ingin menggali alasan mengapa
mereka suka membeli barang dagangan di kawasan ini. Dari sisi pejalan kaki, peneliti ingin
mengetahui apakan keberadaan PKL mengganggu aktivitas berjalan kaki mereka atau tidak. Dari sisi
pengguna kendaraan yang melintas, peneliti juga ingin mengetahui apakah keberadaan PKL yang
mengakibatkan banyak kendaraan yang parkir hingga memakan badan jalan mengganggu aktivitas
menyetir mereka atau tidak.
Waktu pelaksanaan observasi dan wawancara dilaksanakan kurang lebih selama 1 (satu) bulan,
dimulai dari pukul 6.00 dimana PKL baru menggelar lapak sampai 22.00 waktu dimana PKL
menutup lapak. Selain data primer, data sekunder berupa studi literatur yang membahas mengenai
keberadaan PKL dan kualitas ruang kota juga diperlukan untuk menguatkan temuan yang ada di
lokasi studi. Data didapat dengan Batasan yang ditentukan peneliti yaitu menggunakan delapan
faktor yang mempengaruhi kenyamanan menurut Hakim dan Utomo (2003) antara lain sirkulasi,
iklim, kebisingan, aroma atau kebersihan, bentuk bentuk elemen furniture, keamanan, dan
keindahan. Data yang telah didapatkan akan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu
metode analisis yang didukung dengan diagram dan gambar yang relevan. Analisis yang akan
3
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
didapat antara lain berupa korelasi antara kondisi fisik dengan kenyamanan pengguna jalan. Dengan
demikian akan didapatkan pengaruh keberadaan PKL di sepanjang koridor jalan terhadap kualitas
ruang koridor jalan itu sendiri. Secara detail, alur penelitian ini dapat terlihat pada diagram berikut
ini.
4
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
Hayam wuruk dan Kertanegara berupa pedagang makanan berat dan ringan, aneka jenis minuman,
mainan, buah-buahan, dan lain sebagainya. PKL menggelar dagangan menggunakan gerobak, tenda,
dan mobil bak terbuka. Walaupun sudah ada lokasi yang dikhususkan untuk PKL berjualan, namun
luas area tidak mampu menumpang semua PKL yang berjualan, sehingga PKL menempati jalur
pedestrian dan sisi pinggir badan jalan.
6
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
1.
2.
3.
7
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
PKL di Jalan Hayam Wuruk terhitung cukup banyak yaitu sekitar 28 pedagang, dan
dimungkinkan akan terus bertambah. Jadwal PKL berjualan juga tidak menentu, terkadang hari ini
buka, keesokan harinya tidak buka. Selain itu ada PKL baru yang hari ini berjualan, keesokan
harinya berpindah ke lokasi yang lain, sehingga angka tersebut cukup tinggi untuk sebuah ruas jalan
yang aktif dilalui kendaraan dan pejalan kaki. Pejalan kaki dan pengguna kendaraan menjadi penentu
kenyamanan ruang yang ada di Jalan Hayam Wuruk, mengingat lebar jalan yang tidak terlalu besar,
serta faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi seperti kebisingan, kebersihan, keamanan,
keindahan, dsb. Berdasarkan wawancara dengan sekitar 50 responden yang melintas maupun yang
singgah di koridor jalan tersebut, didapatkan informasi yang dikorelasikan dengan kriteria
kenyamanan pengguna jalan dan disajikan pada tabel 1 berikut ini.
9
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
PKL di Jalan Kertanegaran terhitung tidak sebanyak PKL di Jalan Hayam Wuruk, yaitu kurang
lebih sekitar 16 PKL, karena rata-rata pedagang di koridor jalan ini sudah memiliki toko yang tetap,
sehingga tidak tergolong pedagang kaki lima. Selain itu koridor ini lebih didominasi restoran
komersil dan kafe yang berkelas menengah ke atas. Meskipun demikian, peminat PKL di Jalan
Kartanegara tidak kalah banyaknya dengan PKL yang ada di Jalan Hayam Wuruk. Namun bedanya
adalah lebar jalan di Jalan Kartanegara lebih lebar dari lebar jalan di Jalan Hayam Wuruk. Begitu
juga lebar pedestriannya, sehingga kemacetan di di jalan Kartanegara tidak begitu sering terjadi,
tidak seperti di Jalan Hayam Wuruk. Berdasarkan wawancara dengan sekitar 50 responden yang
melintas maupun yang singgah di koridor jalan tersebut, didapatkan informasi yang dikorelasikan
dengan kriteria kenyamanan pengguna jalan dan disajikan pada tabel 2 berikut ini.
Berdasarkan analisa kenyamanan pengguna kedua koridor jalan Hayam wuruk dan Jalan
Kertanegara terhadap keberadaan PKL, terlihat bahwa PKL merubah Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan fungsi pedestrian yang seharusnya berfungsi sebagai jalur pejalan kaki. PKL yang
menempati pedestrian dan badan jalan mengganggu aktivitas baik pejalan kaki dan pengendara
kendaraan. Seperti di Koridor Jalan Hayam Wuruk, lebar jalan dan pedestrian yang terbatas tidak
dapat menampung PKL yang sedemikian banyaknya. Parkir kendaraan liar di pedestrian dan badan
jalan menambah kepadatan dan penyempitan lebar jalan. Penyempitan ini menjadi area yang tidak
nyaman bagi pengendara kendaraan yang melintas, dikarenakan bisa menyebabkan area menjadi
rawan kecelakaan. Dengan demikian ruas-ruas jalan tersebut tidak nyaman dan aman bagi pengguna
jalan, dilihat dari kriteria-kriteria yang telah disebutkan pada tabel 1 dan tabel 2. Berikut adalah
gambar 5 yang menjelaskan fenomena keberadaan PKL terhadap aktivitas pengguna jalan.
11
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
12
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
Gambar 6. Pengaruh Keberadaan PKL Pada Koridor Jalan Hayam Wuruk Dan Kertanegara
Sumber: Analisa Penulis, 2022
Permasalahan terkait PKL di Indonesia cenderung lebih berdampak negatif daripada positif.
Kualitas ruang menjadi salah satu dampak yang diakibatkan keberadaan PKL. Keberadaan PKL
menjadi baik apabila berada di ruang yang tepat atau terdesain khusus untuk PKL seperti contohnya
foodcourt atau galeri kuliner, seperti yang dilakukan IAIN Syekh Nurjati yang membangun
foodcourt di area kampus IAIN (Fanny, 2021). Hal ini dilatarbelakangi karena tidak tertatanya PKL
di sekitar Kawasan kampus IAIN yang kerap menimbulkan kemacetan dan kecelakaan. Dengan
demikian dibangun 15 ruang lapak untuk nantinya dapat dimanfaatkan para PKL. Dukungan sangat
diperlukan supaya dapat merealisasikan solusi tersebut, baik dari pemerintah maupun non
pemerintah, seperti IAIN yang bekerjasama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk
mewujudkan foodcourt tersebut. dengan terbangunnya foodcourt tersebut, tentu kualitas ruang atau
koridor jalan sebelumnya menjadi lebih baik dan rapi, karena para PKL telah ditertibkan. Demikian
juga para PKL yang sudah dipindahkan ke area foodcourt kualitas ruangnya menjadi lebih baik
karena penataan PKL sudah lebih tertata. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menata kondisi fisik
sebuah koridor perkotaan maka dapat mengubah kualitas ruang koridor itu menjadi lebih baik.
Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas ruang perkotaan antara
lain membuat peraturan perundang-undangan, misalnya melalui Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). Hal ini tentu perlu ada peran pemerintah di daerah yang kondisi fisiknya terdampak.
Semua aturan sudah sesuai undang-undangnya dan ada ruang yang mewadahi kegiatan PKL maka
PKL tidak perlu takut untuk melakukan kegiatan perdagangan di ruang yang sudah ditentukan.
Dengan demikian fungsi asli pedestrian sebagai tempat pejalan kaki dapat kembali seperti sedia kala.
Penghijauan dan peremajaan koridor jalan dapat lebih meningkatkan kualitas ruang kota. apabila
kondisi PKL disepanjang koridor jalan menarik maka akan membuat kualitas visual ruang koridor
juga menarik, namun apabila kondisi PKL rendah tidak akan berdampak banyak pada kualitas visual
ruang (Mutiarawati & Sukmajati, 2017). Selain itu perlu aturan yang lebih detail misalnya pedestrian
mana yang diizinkan untuk diberikan ruang activity support, waktu operasional yang jelas, serta
tanggungjawab ruang activity support untuk merawat ruang yang telah diberikan. Adanya peraturan
yang jelas juga harus sejalan dengan pelaksanannya di lapangan, walau peraturan sudah jelas
melarang masih banyak yang melanggar dan dibiarkan begitu saja tanpa adanya sanksi yang dapat
membuat jera.
13
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
4. Kesimpulan
Koridor Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Kertanegara yang terletak di kawasan kampus Undip
Pleburan Kota Semarang merupakan dua dari banyakan koridor jalan yang kualitasnya menurun
karena terdampak dari keberadaan PKL. Kualitas ruang kedua koridor jalan ini menjadi tidak baik
dan menimbulkan citra yang juga tidak baik karena keberadaan PKL yang menjamur di sepanjang
koridor jalan. Koridor jalan yang seharusnya memiliki kualitas yang baik dan terkesan mewah,
menjadi menurun karena berbagai factor yang mengganggu kenyamanan pengguna jalan, baik
pejalan kaki maupun pengendara bermotor. Pejalan kaki akan dirugikan baik dari segi keamanan
maupun kenyamanan pada saat melintasi koridor jalan. Untuk menghindari kerugian di berbagai
pihak, perlu adanya pergerakan untuk menertibkan PKL tersebut. Tentu perlu adanya upaya dan
dukungan baik dari pemerintah maupun non pemerintah untuk dapat merealisasikan penertiban ruang
PKL tersebut. Dengan menata kondisi fisik ruang PKL di sebuah kawasan maka kualitas ruang yang
tercipta akan lebih baik dari sebelumnya.
Penelitian ini memberikan kontribusi pada bidang ilmu perancangan kota, arsitektur, serta
multidisplin lain yang terkait. Penting bagi sebuah kawasan khususnya sebuah koridor jalan untuk
memperhatikan kualitas ruang koridor jalannya. Untuk dapat mengetahui kualitas ruang sebuah
koridor jalan maka dapat dilakukan studi kenyamanan ruang dari pengguna jalannya itu sendiri.
Dengan demikian akan didapat pemaknaan yang berkorelasi pada kualitas ruang koridor jalan yang
diamati. Namun penelitian ini hanya mengamati pengaruh keberadaan PKL terhadap kualitas koridor
jalan Hayam Wuruk dan Jalan Kertanegara. Hasil penelitian belum tentu dapat digeneralisasikan
pada keberadaan PKL di tempat lain. Oleh karena itu, penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk lebih
memperkaya penelitian ini sehingga dapat menjadi solusi yang optimal dalam meningkatkan kualitas
ruang di sebuah koridor jalan.
6. Daftar Acuan
Alisjahbana. (2006). Marginalisasi Sektor Informal https://www.google.com/maps/@-
Perkotaan. Surabaya: ITS Press. 6.9959397,110.4245897,456m/data=!3m1!1e3
Carolina, A. (2007). Pengaruh Keberagaman Activity Hakim, R., & Utomo, H. (2003). Komponen
Support Terhadap Terbentuknya Image Koridor Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta:
(Pratesis) Studi Kasus Koridor Jalan Prof. Bumi Aksara.
Sudharto. (Thesis ed.). Semarang: Universitas Kriyantono, R. (2008). Teknik Praktis Riset
Diponegoro. Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Danisworo, M. (1991). Teori Perancangan Urban. Group.
Bandung: Program Studi Perancangan Arsitektur Manning, C., & Effendi, T. N. (1996). Urbanisasi,
Pasca Sarjana ITB. Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota.
Darmawan, E. (20015). Ruang Publik dan Kualitas Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ruang Kota. Seminar Nasional PESAT 2005 (pp. Mberu, Y. B., & Purbadi, Y. D. (2018). Makna Ruang
35-43). Jakarta: Universitas Gunadarma. Jalan di Kota Lama Kupang menurut Pengguna
Fanny. (2021, Juni 24). Tertibkan PKL Depan Kampus, Ruang Pedangan Informal dan Formal. ARTEKS
IAIN Bangun Foodcourt. Retrieved from Kabar Jurnal Teknik Arsitektur, 3(1), 79 ,
Cirebon: https://info.syekhnurjati.ac.id/wp- DOI:10.30822/artk.v3i1.161.
content/uploads/2021/10/Terbitkan-PKL-Depan- Modjo, M. I. (2020). Memetakan Jalan Penguatan
Kampus-IAIN-Bangun-Foodcourt.pdf Ekonomi Pasca Pandemi. Jurnal Perencanaan
Googlemaps. (2022). google.com/maps. Retrieved Pembangunan: The Indonesian Journal of
Maret 9, 2022, from
14
Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 10, No. 1, Tahun 2023 (E-ISSN 2550-1194)
15