Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SOSIOLOGI DAKWAH
“Dakwah dalam prespektif sosiologis dan urgensi dakwah dalam masyarakat “

Disusun Oleh :

Azzahra Putri (221105031319)

Davina Nazwa (221105030888)

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

KOMUNUKASI PENYIARAN ISLAM ( REG D )

Jl. Sholeh Iskandar, RT. 01 / RW. 10 , Kedungbadak, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor

E-mail : humas@uika-bogor.ac.id Web : uika-bogor.ac.id


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya sehingga
makalah yang berjudul “Dakwah dalam prespektif sosiologis dan urgensi dakwah dalam
masyarakat” ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Sosiologi Dakwah. Dalam
makalah ini membahas tentang Dakwah dalam sudut pandang social.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekan dalam kehidupan sehari – hari.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Falizar Rivani S.Sos.I., MA.Si
selaku Dosen dari Mata kuliah Sosiologi Dakwah, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman – teman yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data – data dalam
pembuatan makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

A . Pengertian Sosiologi Dakwah.................................................................................................2


B . Dakwah dalam Perspektif Sosiologi.......................................................................................3
C . Teori Sosiologi Sebagai Perspektif.........................................................................................4
D . Urgensi Dakwah Dalam Masyarakat....................................................................................5

BAB III PENUTUP......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam perspektif sosiologi, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah fakta
sosial. Sebagai suatu fakta sosial, karenanya agama dipelajari oleh sosiolog dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Disiplin ilmu yang dipergunakan oleh sosiolog dalam
mempelajari masyarakat beragama disebut sosiologi agama. Dalam perspektif sosiologi,
agama juga dipandang sebagai sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial
tertentu. Perilaku sosial tersebut menurut Sinti Binti AZ yang berkaitan dengan pengalaman
manusia, baik sebagai individu maupun kelompok, sehingga, setiap perilaku yang
diperankannya akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya.
Perilaku individu dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang didasarkan pada
nilai-nilai ajaran agama yang menginternalisasi sebelumnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud Dakwah ?
2. Bagaimana Dakwah dalam Perspektif Sosiologi ?
3. Apa Urgensi Dakwah dalam Masyarakat ?

1.3 TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian Dakwah
2. Menjelaskan Dakwah dalam Perspektif Sosiologi.
3. Memberi tahu pembaca tentang Urgensi Dakwah dalam Masyarakat.

BAB II

1
1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SOSIOLOGI DAKWAH

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang
Mempelajari masyarakat.Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam
buku Yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857).
Walaupun Banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai
ilmu pengetahuan Tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang
mempunyai hubungan, memiliki Kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi
hendak mempelajari masyarakat, perilaku Masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan
mengamati perilaku kelompok yang Dibangunnya.

Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang Tersusun


dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau
Umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai
organisasi Politik, ekonomi, sosial. Dakwah secara bahasa (etimologi) adalah seruan,
panggilan, undangan atau do’a. Sedangkan secara istilah (terminologi) dakwah adalah
Upaya mengajak ke jalan Allah (Islam) Secara komprehensif (seimbang), baik dengan lisan,
tulisan, maupun perbuatan yang bertujuan Agar Islam terealisasi (terwujud) melalui
perilaku individu, keluarga, masyarakat, untuk Mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
serta untuk mewujudkan khairul ummah (masyarakat Madani).

Sosiologi Dakwah adalah Ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dengan


Menggunakan metode – metode yang mencakup individu, keluarga, suku bangsa, negara,
dan Berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial, supaya berlandaskan al-Quran dan As-
sunnah untuk Mewujudkan Islam sehingga terwujud khairul ummah (masyarakat madani).

2
B. DAKWAH DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Dakwah dalam perspektif sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji upaya pemecahan
masalah dakwah dengan pendekatan sosiologi. Kemudian yang dimaksud aspek sosiologi
dakwah adalah masyarakat, karena dalam kegiatan dakwah terdapat hubungan dan pergaulan
sosial yaitu hubungan antara pelaku dakwah dengan mitra dakwah. Sehubungan dengan itu
perlu dikemukakan bahwa dalam pranata, kelompok sosial, dan proses sosial terdapat
hubungan sosial atau secara teknis disebut interaksi sosial. Dari hasil interaksi sosial tersebut
masyarakat harus dapat mengembangkan dan membentuk tingkah laku yang kemudian
tumbuh, berkembang, dan mengembangkan sistem dakwah. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa dakwah dalam perspektif sosiologi menekankan pada kajian hubungan
antara semua persoalan pokok dalam proses dakwah dan proses sosial (masyarakat).

Objek dakwah dalam perspektif sosiologi sama dengan objek sosiologi yaitu masyarakat.
Dalam hal ini mad'u dilihat dari perspektif hubungan antar manusia, proses-proses yang
timbul, dan dampak dari hubungan tersebut. Dakwah dianggap bagian penting dari
pemikiran masyarakat, sehingga sosiologi diharapkan memiliki peran penting dalam
pemikiran dakwah. Tugas dakwah menurut sosiologi adalah menjaga keharmonisan
kehidupan masyarakat dan mendorong kemajuan masyarakat, hal ini sesuai dengan tujuan
dakwah itu sendiri, kemaslahatan umat atau kemajuan masyarakat (Syamsuddin, 2013).

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT. Dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 11. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:

‫َلٗه ُمَع ِّقٰبٌت ِّم ْۢن َبْي ِن َيَدْي ِه َو ِم ْن َخ ْلِفٖه َيْح َفُظْو َنٗه ِم ْن َاْم ِر ِهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيَغِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح ّٰت ى ُيَغ ِّيُرْو ا َم ا ِبَاْنُفِسِهْۗم َو ِاَذ ٓا َاَر اَد ُهّٰللا ِبَقْو ٍم ُس ْۤو ًء ا َفاَل َم َر َّد َل ٗه ۚ َوَم ا َلُهْم‬
‫ِّم ْن ُد ْو ِنٖه ِم ْن َّواٍل‬

Artinya: “Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran


dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri
mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar-Ra‘d
[13]:11).

Dalam Hasyiyah Shawi disebutkan, dalam ayat ini Allah SWT mengisyaratkan bahwa Dia
(Allah) tidak mengubah keadaan suatu bangsa yang sebelumnya memperoleh kesenangan
dan kemakmuran menjadi kesengsaraan, kecuali bangsa itu sendiri yang mengubahnya,

3
dengan berbuat zalim atau membiarkan seseorang berbuat zalim. Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Nabi Muhammad SAW.
Bersabda: “Jika manusia melihat orang yang zalim dan tidak menindaknya, maka sangat
mungkin Allah akan menurunkan hukuman atas mereka semua.”

Penjelasan ini bisa dikaitkan dengan latar belakang sosial politik negara Iran, ketika Ali
Syari’ati merumuskan pandangan sosiologisnya. Pemerintahan Syah Reza yang dianggap
tirani tentu tidak mau dibiarkan begitu saja, agar kondisi bangsa tidak berujung pada
kesengsaraan. Itulah alasan yang mendasari mengapa faktor internal merupakan faktor
penting dalam perubahan sosial yang dirumuskan oleh Ali Syari’ati.

C. TEORI SOSIOLOGI SEBAGAI PRESPEKTIF


Teori Sosiologi sebagai Perspektif Penulis menganggap bahwa untuk mempelajari ilmu
pengetahuan –terutama di dalam ilmu sosial, humaniora dan agama- dapat diungkap dari
empat hal, yaitu: definisi, paradigma, metodologi dan teori-teorinya. Definisi akan
memberikan batasan tentang apa kajiannya baik obyek formal maupun material, luas
cakupannya atau ruang lingkupnya. Paradigma untuk memahami tentang apa yang menjadi
subject matter of science atau apa yang menjadi subyek kajian keilmuannya. Metodologi
memberikan gambaran tentang bagaimana mengembangkan ilmu dimaksud ke depan, dan
teori menggambarkan apa yang sudah dihasilkan dalam konsep, proposisi dan teori ilmu
dimaksud dan bagaimana mengembangkan teori tersebut ke depan.
Teori ialah proposisi tentative atau hubungan antar konsep yang dapat diuji secara empiris.
Jadi setiap teori merupakan relasi antar konsep. Meskipun penjelasan ini lebih mengacu
kepada pengertian teori berdasarkan penelitian kuantitatif, yang mengideakan bahwa setiap
teori mestilah memiliki dua konsep atau lebih, tetapi sesungguhnya bisa juga dijadikan
sebagai rujukan di dalam konsepsi pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif seringkali tidak menghasilkan teori dalam konteks sebagaimana hasil
pengujian kuantitatif –dari teori ke teori- tetapi sebenarnya bisa menghasilkan konsepsi,
tipologi atau kategori sosial yang memiliki kesamaan dengan konsep proposisi. Jika
konsepsi, atau tipologi biasanya dicirikan dengan propertais atau ciri khas yang melekat
pada tipologi tersebut, sehingga memungkinkan untuk dikaji ulang dalam ruang yang lain.
Sebagai contoh, dari penelitian kualitatif kajian Endang Turmudzi tentang Perubahan
Kepemimpinan Kyai di Jawa Timur, maka digunakanlah tipologi Kyai Kampung, Kyai
Panggung, Kyai Politik dan sebagainya.
Prajarta Dirdjasanjoto misalnya menemukan Kyai Langgar, Kyai Pesantren dengan ciri yang
melekat pada masing-masing. Nur Syam dalam penelitian Tarekat Petani dengan perspektif
Fenomenologi menemukan konsep Kanoman dan Kasepuhan.

4
5
Lalu di dalam penelitian lainnya, Nur Syam menemukan konsep Islam Kolaboratif yaitu
Islam yang bertemu dan berdialog dengan budaya lokal dalam cultural space, sehingga
mengkonfigurasikan Islam yang khas. Kajian ini menolak Geertz tentang Islam sinkretik
atau Islam yang bercampur baur dalam satu melting pot, sehingga tidak dikenal lagi warna
Islamnya. Tetapi mengembangkan gagasan Woodward tentang Islam akulturatif, yaitu Islam
yang berdialog dengan budaya lokal sehingga menghasilkan Islam yang bercorak
khas.Sebagai contoh dalam penelitian kuantitatif, maka misalnya bisa diambil gambaran
sebagaimana penelitian PM Laksono yang menemukan proposisi, bahwa pengambilan
keputusan dalam suatu perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh factor internal, tetapi juga oleh
faktor eksternal. Teori ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan tidak hanya
ditentukan oleh factor internal. Lalu, penelitian Amaluddin, bahwa tidak selamanya
kemiskinan menyebabkan polarisasi sosial untuk menolak teori yang menyatakan bahwa
kemiskinan selalu berpengaruh terhadap polarisasi sosial.

D. URGENSI DAKWAH DALAM MASYARAKAT

1.Urgensi Dakwah Dalam Islam


Urgensi yaitu kata dasar dari ‘urgen’ mendapat akhiran ‘I’ yang berarti sesuatu yang jadi
bagian atau yang memegang peran utama atau unsur sangat penting. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) menyebut urgensi adalah keharusan yang mendesak atau hal yang sangat
penting.
Dari segi etimologi, dakwah yaitu berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk masdar
dari kata “‫ دعا”” يدعو‬dan “‫ "دعوة‬yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak.
Dalam hal ini, dakwah merupakan upaya menyeru menuju jalan Allah, agar masyarakat
menerima syariat Islam dan mengamalkannya, yang pada akhirnya mereka akan selamat dunia
dan akhirat. Surah Yunus ayat 25:
‫َو َيۡه ِد ۡى َم ۡن َّيَشٓاُء ِاٰل ى ِصَر اٍط ُّم ۡس َتِقۡي ٍم‬

“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-
Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”

Pengertian yang merujuk ke dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa esensi dakwah
tiada lain untuk mengajak manusia menuju arah kebahagiaan yaitu surga dengan
mengarahkan manusia dari jaan yang sesat menuju jalan yang diridhai Allah.
Jika ditinjau dari segi terminologi, berikut saya kutipkan beberapa pengertian dakwah yang
relevan dengan pengertian yang terjadi yaitu kehidupan yang sekarang ini sebagai mana
dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut: Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safe'i:

6
“Dakwah adalah kumpulan dari segala rekayasa dan rekadaya untuk mengubah segala bentuk
penyembahan kepada selain Allan menuju keyakinan tauhid, mengubah semua jenis
kehidupan yang timpang tindih di kehidupan yang lempang, yang penuh dengan ketenangan
batin, dan kesejahteraan lahir berdasarkan nilai-nilai Islam.”
Amrullah Achmad:
“Dakwah adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan, mengubah struktur
masyarakat dan budaya dari kedzoliman ke arah keadilan, kebodohan ke arah
kemajuan/kecerdasan, kemiskinan ke arah kemakmuran, keterbelakangan ke arah kemajuan
yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak
kemanusiaan.”
Jadi berdakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada Allah SWT dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dengan harapan agar objek dakwah yang kita dakwahi beriman kepada
Allan SWT dan mengingkari thagut (semua yang di abdi selain Allah) sehingga mereka keluar
dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Selain itu, Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “Ilmu” dan kata “Islam”, sehingga
menjadi “Ilmu dakwah” dan Ilmu Islam” atau ad-dakwah al-Islamiyah. Oarang yang
berdakwah disebut dai (juru dakwah), sedangkan obyek dakwah disebut mad’u.Setiap dakwah
hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di
akha yang diridai oleh Allah.Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya
dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.

2. Keutamaan Dakwah dan Metode Dakwah


Keutamaan Dakwah Adalah Sebagai Berikut:
1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasulalaihimussalam)
2. Dakwah adalah Ahsanu A’mal( Amal yang Terbaik)
3. Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para da’I akan memperoleh balasan
yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim)
4. Dakwah dapat menyelamat kan kita dari azab Allah swt (An-Naja tu minal Azab)
5. Dakwah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah Metode Dakwah

7
3. Jenis-Jenis Dakwah
Terdapat beberapa jenis dakwah yang dilakukan :
1. Dakwah fardiah yakni metode dakwah yang dilakukan seseorang ke pada orang lain
(satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas.

2. Dakwah ammah yakni jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan saya dia
lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan tujuan menanamkan pengaruh kepada
mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khutbah (pidato).

3. Dakwah bil-Lisan yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan
(ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).

4. Dakwah bil-haal yakni dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini di
maksud kan agar si penerima dakwah (mad'u) mengikuti sang dai. Berdakwah dengan
perbuatan memiliki pengaruh yang besar padayd. Di era multimedia ini, umat Muslim pun
bisa berdakwah bit-tadwin (melalui tulisan), baik dengan menulis di koran, internet,
majalah, buletin atau melalui buku. Rasulullah SAW juga mengingatkan agar dakwah
dilakukan dengan cara yang arif dan bijaksana.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu Dakwah merupakan ilmu agama, sebagaimana ilmu tarbiyah, ilmu ushuluddin, Ilmu
syariah, ilmu tafsir, ilmu hadits dan sebagainya. Ilmu dakwah bukan hanya ilmu Deskriptif
atau ideografis, akan tetapi ilmu pengetahuan profetik, yaitu ilmu pengetahuan yang
Membicarakan apa dan bagaimana seharusnya masyarakat Islam itu mewujud. Dalam
kerangka pengembangan ilmu dakwah maka yang bisa dilakukan adalah dengan
Mengembangkan keilmuannya melalui integrasi ilmu, yaitu dengan menempatkan dakwah
Sebagai realitas atau fakta yang dikaji dengan menggunakan berbagai pendekatan keilmuan
lain, misalnya sosiologi, psikhologi, komunikasi dan sebagainya. Dengan demikian akan
Terwujud ilmu dalam corak sosiologi dakwah, psikologi dakwah, komunikasi dakwah dan
Sebagainya. Paradigma ilmu dakwah yang dapat dikembangkan adalah paradigma factor,
system, Developmentalisme, interpretif dan partisipatoris. Ada banyak teori di dalam
sosiologi yang Bisa digunakan sebagai perspektif. Namun yang penulis bahas ini adalah
teori-teori sosial Klasik yang memiliki cakupan luas, sehingga sangat memungkinkan untuk
diterapkan dalam Penelitian dan pengkajian dakwah. Tentu sudah terdapat sekian banyak
perkembangan baru di Dalam teori-teori ilmu sosial yang tentu saja merupakan derivasi dari
grand theory yang sudah Ada. Tugas berikutnya ialah merumuskan relasi antara teori-teori
baru dalam ilmu sosial untuk Kepentingan mengembangkan teori dakwah. Tugas
akademisi, terutama para dosen adalah memberikan teori yang mudah dipahami dan
dipelajari seihingga dapat dijalankan.

9
3.2 SARAN
Dalam perkembangan zaman tantangan dalam berdakwah sangat berat maka solusi untuk
dakwah dalam masyarakat di zaman ini setidaknya ada tiga hal yang harus terpenuhi.
1. humanisasi
Yang berarti dakwah harus memberi kontribusi terhadap nilai-nilai Manusiawi dengan
lingkungannya.
2. Liberasi
yaitu serangkaian kegiatan yang Dilakukan dalamrangka membebaskan manusia dari
Keterbelengguan berpikir, kebodohan, keterbelakangan, Kemiskinan, dan nilai-nilai negatif dari
struktur sosiokultural yang Kacau.
3. Penyebaran melalui media masa cetak dan terutama media elektronik harus
ditingkatkan.
Media elektronik dapatmenjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.

10
DAFTAR PUSTAKA
[1] Syamsuddin. (2013). Sosiologi Dakwah (1 ed.). Makassar: Alauddin University Pers.
[2] (jakarta: Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah,
(2010).
[3] 6 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (jakarta: Bulan Bintang, (1986).h.7
[4] Mohammad Amaluddin, Kemiskinan dan Polarisasi Sosial: Studi Kasus di Desa
Bulugede, Kabupaten Kendal Jawa Tengah, (Jakarta: UI Press, 1987).

iii

Anda mungkin juga menyukai