Makalah Sosiologi Dakwah
Makalah Sosiologi Dakwah
SOSIOLOGI DAKWAH
“Dakwah dalam prespektif sosiologis dan urgensi dakwah dalam masyarakat “
Disusun Oleh :
Jl. Sholeh Iskandar, RT. 01 / RW. 10 , Kedungbadak, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya sehingga
makalah yang berjudul “Dakwah dalam prespektif sosiologis dan urgensi dakwah dalam
masyarakat” ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Sosiologi Dakwah. Dalam
makalah ini membahas tentang Dakwah dalam sudut pandang social.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekan dalam kehidupan sehari – hari.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Falizar Rivani S.Sos.I., MA.Si
selaku Dosen dari Mata kuliah Sosiologi Dakwah, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman – teman yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data – data dalam
pembuatan makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian Dakwah
2. Menjelaskan Dakwah dalam Perspektif Sosiologi.
3. Memberi tahu pembaca tentang Urgensi Dakwah dalam Masyarakat.
BAB II
1
1
PEMBAHASAN
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang
Mempelajari masyarakat.Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam
buku Yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857).
Walaupun Banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai
ilmu pengetahuan Tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang
mempunyai hubungan, memiliki Kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi
hendak mempelajari masyarakat, perilaku Masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan
mengamati perilaku kelompok yang Dibangunnya.
2
B. DAKWAH DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI
Dakwah dalam perspektif sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji upaya pemecahan
masalah dakwah dengan pendekatan sosiologi. Kemudian yang dimaksud aspek sosiologi
dakwah adalah masyarakat, karena dalam kegiatan dakwah terdapat hubungan dan pergaulan
sosial yaitu hubungan antara pelaku dakwah dengan mitra dakwah. Sehubungan dengan itu
perlu dikemukakan bahwa dalam pranata, kelompok sosial, dan proses sosial terdapat
hubungan sosial atau secara teknis disebut interaksi sosial. Dari hasil interaksi sosial tersebut
masyarakat harus dapat mengembangkan dan membentuk tingkah laku yang kemudian
tumbuh, berkembang, dan mengembangkan sistem dakwah. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa dakwah dalam perspektif sosiologi menekankan pada kajian hubungan
antara semua persoalan pokok dalam proses dakwah dan proses sosial (masyarakat).
Objek dakwah dalam perspektif sosiologi sama dengan objek sosiologi yaitu masyarakat.
Dalam hal ini mad'u dilihat dari perspektif hubungan antar manusia, proses-proses yang
timbul, dan dampak dari hubungan tersebut. Dakwah dianggap bagian penting dari
pemikiran masyarakat, sehingga sosiologi diharapkan memiliki peran penting dalam
pemikiran dakwah. Tugas dakwah menurut sosiologi adalah menjaga keharmonisan
kehidupan masyarakat dan mendorong kemajuan masyarakat, hal ini sesuai dengan tujuan
dakwah itu sendiri, kemaslahatan umat atau kemajuan masyarakat (Syamsuddin, 2013).
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT. Dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 11. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
َلٗه ُمَع ِّقٰبٌت ِّم ْۢن َبْي ِن َيَدْي ِه َو ِم ْن َخ ْلِفٖه َيْح َفُظْو َنٗه ِم ْن َاْم ِر ِهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيَغِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح ّٰت ى ُيَغ ِّيُرْو ا َم ا ِبَاْنُفِسِهْۗم َو ِاَذ ٓا َاَر اَد ُهّٰللا ِبَقْو ٍم ُس ْۤو ًء ا َفاَل َم َر َّد َل ٗه ۚ َوَم ا َلُهْم
ِّم ْن ُد ْو ِنٖه ِم ْن َّواٍل
Dalam Hasyiyah Shawi disebutkan, dalam ayat ini Allah SWT mengisyaratkan bahwa Dia
(Allah) tidak mengubah keadaan suatu bangsa yang sebelumnya memperoleh kesenangan
dan kemakmuran menjadi kesengsaraan, kecuali bangsa itu sendiri yang mengubahnya,
3
dengan berbuat zalim atau membiarkan seseorang berbuat zalim. Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Nabi Muhammad SAW.
Bersabda: “Jika manusia melihat orang yang zalim dan tidak menindaknya, maka sangat
mungkin Allah akan menurunkan hukuman atas mereka semua.”
Penjelasan ini bisa dikaitkan dengan latar belakang sosial politik negara Iran, ketika Ali
Syari’ati merumuskan pandangan sosiologisnya. Pemerintahan Syah Reza yang dianggap
tirani tentu tidak mau dibiarkan begitu saja, agar kondisi bangsa tidak berujung pada
kesengsaraan. Itulah alasan yang mendasari mengapa faktor internal merupakan faktor
penting dalam perubahan sosial yang dirumuskan oleh Ali Syari’ati.
4
5
Lalu di dalam penelitian lainnya, Nur Syam menemukan konsep Islam Kolaboratif yaitu
Islam yang bertemu dan berdialog dengan budaya lokal dalam cultural space, sehingga
mengkonfigurasikan Islam yang khas. Kajian ini menolak Geertz tentang Islam sinkretik
atau Islam yang bercampur baur dalam satu melting pot, sehingga tidak dikenal lagi warna
Islamnya. Tetapi mengembangkan gagasan Woodward tentang Islam akulturatif, yaitu Islam
yang berdialog dengan budaya lokal sehingga menghasilkan Islam yang bercorak
khas.Sebagai contoh dalam penelitian kuantitatif, maka misalnya bisa diambil gambaran
sebagaimana penelitian PM Laksono yang menemukan proposisi, bahwa pengambilan
keputusan dalam suatu perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh factor internal, tetapi juga oleh
faktor eksternal. Teori ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan tidak hanya
ditentukan oleh factor internal. Lalu, penelitian Amaluddin, bahwa tidak selamanya
kemiskinan menyebabkan polarisasi sosial untuk menolak teori yang menyatakan bahwa
kemiskinan selalu berpengaruh terhadap polarisasi sosial.
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-
Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”
Pengertian yang merujuk ke dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa esensi dakwah
tiada lain untuk mengajak manusia menuju arah kebahagiaan yaitu surga dengan
mengarahkan manusia dari jaan yang sesat menuju jalan yang diridhai Allah.
Jika ditinjau dari segi terminologi, berikut saya kutipkan beberapa pengertian dakwah yang
relevan dengan pengertian yang terjadi yaitu kehidupan yang sekarang ini sebagai mana
dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut: Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safe'i:
6
“Dakwah adalah kumpulan dari segala rekayasa dan rekadaya untuk mengubah segala bentuk
penyembahan kepada selain Allan menuju keyakinan tauhid, mengubah semua jenis
kehidupan yang timpang tindih di kehidupan yang lempang, yang penuh dengan ketenangan
batin, dan kesejahteraan lahir berdasarkan nilai-nilai Islam.”
Amrullah Achmad:
“Dakwah adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan, mengubah struktur
masyarakat dan budaya dari kedzoliman ke arah keadilan, kebodohan ke arah
kemajuan/kecerdasan, kemiskinan ke arah kemakmuran, keterbelakangan ke arah kemajuan
yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak
kemanusiaan.”
Jadi berdakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada Allah SWT dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dengan harapan agar objek dakwah yang kita dakwahi beriman kepada
Allan SWT dan mengingkari thagut (semua yang di abdi selain Allah) sehingga mereka keluar
dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Selain itu, Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “Ilmu” dan kata “Islam”, sehingga
menjadi “Ilmu dakwah” dan Ilmu Islam” atau ad-dakwah al-Islamiyah. Oarang yang
berdakwah disebut dai (juru dakwah), sedangkan obyek dakwah disebut mad’u.Setiap dakwah
hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di
akha yang diridai oleh Allah.Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya
dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
7
3. Jenis-Jenis Dakwah
Terdapat beberapa jenis dakwah yang dilakukan :
1. Dakwah fardiah yakni metode dakwah yang dilakukan seseorang ke pada orang lain
(satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas.
2. Dakwah ammah yakni jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan saya dia
lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan tujuan menanamkan pengaruh kepada
mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khutbah (pidato).
3. Dakwah bil-Lisan yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan
(ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).
4. Dakwah bil-haal yakni dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini di
maksud kan agar si penerima dakwah (mad'u) mengikuti sang dai. Berdakwah dengan
perbuatan memiliki pengaruh yang besar padayd. Di era multimedia ini, umat Muslim pun
bisa berdakwah bit-tadwin (melalui tulisan), baik dengan menulis di koran, internet,
majalah, buletin atau melalui buku. Rasulullah SAW juga mengingatkan agar dakwah
dilakukan dengan cara yang arif dan bijaksana.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu Dakwah merupakan ilmu agama, sebagaimana ilmu tarbiyah, ilmu ushuluddin, Ilmu
syariah, ilmu tafsir, ilmu hadits dan sebagainya. Ilmu dakwah bukan hanya ilmu Deskriptif
atau ideografis, akan tetapi ilmu pengetahuan profetik, yaitu ilmu pengetahuan yang
Membicarakan apa dan bagaimana seharusnya masyarakat Islam itu mewujud. Dalam
kerangka pengembangan ilmu dakwah maka yang bisa dilakukan adalah dengan
Mengembangkan keilmuannya melalui integrasi ilmu, yaitu dengan menempatkan dakwah
Sebagai realitas atau fakta yang dikaji dengan menggunakan berbagai pendekatan keilmuan
lain, misalnya sosiologi, psikhologi, komunikasi dan sebagainya. Dengan demikian akan
Terwujud ilmu dalam corak sosiologi dakwah, psikologi dakwah, komunikasi dakwah dan
Sebagainya. Paradigma ilmu dakwah yang dapat dikembangkan adalah paradigma factor,
system, Developmentalisme, interpretif dan partisipatoris. Ada banyak teori di dalam
sosiologi yang Bisa digunakan sebagai perspektif. Namun yang penulis bahas ini adalah
teori-teori sosial Klasik yang memiliki cakupan luas, sehingga sangat memungkinkan untuk
diterapkan dalam Penelitian dan pengkajian dakwah. Tentu sudah terdapat sekian banyak
perkembangan baru di Dalam teori-teori ilmu sosial yang tentu saja merupakan derivasi dari
grand theory yang sudah Ada. Tugas berikutnya ialah merumuskan relasi antara teori-teori
baru dalam ilmu sosial untuk Kepentingan mengembangkan teori dakwah. Tugas
akademisi, terutama para dosen adalah memberikan teori yang mudah dipahami dan
dipelajari seihingga dapat dijalankan.
9
3.2 SARAN
Dalam perkembangan zaman tantangan dalam berdakwah sangat berat maka solusi untuk
dakwah dalam masyarakat di zaman ini setidaknya ada tiga hal yang harus terpenuhi.
1. humanisasi
Yang berarti dakwah harus memberi kontribusi terhadap nilai-nilai Manusiawi dengan
lingkungannya.
2. Liberasi
yaitu serangkaian kegiatan yang Dilakukan dalamrangka membebaskan manusia dari
Keterbelengguan berpikir, kebodohan, keterbelakangan, Kemiskinan, dan nilai-nilai negatif dari
struktur sosiokultural yang Kacau.
3. Penyebaran melalui media masa cetak dan terutama media elektronik harus
ditingkatkan.
Media elektronik dapatmenjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.
10
DAFTAR PUSTAKA
[1] Syamsuddin. (2013). Sosiologi Dakwah (1 ed.). Makassar: Alauddin University Pers.
[2] (jakarta: Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah,
(2010).
[3] 6 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (jakarta: Bulan Bintang, (1986).h.7
[4] Mohammad Amaluddin, Kemiskinan dan Polarisasi Sosial: Studi Kasus di Desa
Bulugede, Kabupaten Kendal Jawa Tengah, (Jakarta: UI Press, 1987).
iii