Kelompok 1 Manusia Dan Agama
Kelompok 1 Manusia Dan Agama
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Manusia dan Agama“ ini tepat pada waktunya.
Selain itu, makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
penyusunan makalah. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terimakasih kepada:
1. Dosen Pendidikan Agama Islam Bapak Cecep Munawar Holil S.Ag yang
mana bersedia membingbing kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua penulis yang selalu memberi dukungann kepada penulis.
3. Rekan-rekan kelompok 1 yang mau berkerjasama dalam menyelesaikan
makalah ini,
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Dengan ini kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Agama#cite_note-3
3
dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang
memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka
mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh)
dengan itu semua.
BAB II
PEMBAHASAN
5. Bagus Takwin, Psikologi Naratif Membaca Manusia Sebagai Kisah, Yogyakarta: 2007,hlm 4
6. Hardono Hadi, Jati Diri Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 1996, hlm. 33
7. Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 33
8. Ibid., hlm. 39
9. Suparman Syukur, Etika Religius, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 231
5
12. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162
8
13. Parsudi Suparlan, (ed.), Pengetahuan Budaya, Ilmu-ilmu Sosial dan Pengkajian Masalah-Maslah Agama,
(Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Agama Balitbang Agama) 1982), h. 18.
14. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya II, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 7-8.
9
15. Ibid., h. 8.
16. Hakim & Mubarak, Metodologi, h. 38.
17. Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Vol. IV (Kairo: Mat}ba’at Musthafa Mahmud, 1353/1950), h. 159.
18. Abu al-`A’la al-Mawdudi mengidentifikasi mujaddidun yang beredar di kalangan Islam sampai abad
kesembilan Hijriyah sebagai berikut: 1) `Umar b. Abd al-`Aziz, 2) Imam Abu Hanifah, 3) Imam Malik, 4) Imam
Shafi’i, 5) Imam Ahmad b. Hanbal, 6) Imam Ghazali, 7) Ibn Taymiyah, dan 8) Shaykh Ahmad Shirhindi. Lihat
Abu al`A’la alMawdudi, A Short History of the Revivalist Movement in Islam, terj. alAsh’ari (Lahore: Islamic
Publications Limited, 1981), 45-81. Sementara itu, merespon hadith tentang pembaruan di atas, Saiful Jazil
juga berhasil mengidentifikasi mujaddidun itu secara berurutan abadnya sebagaimana berikut: Umar b. `Abd
al-`Aziz (abad ke-1), Imam Shafi’i (ke-2), Ibn Surayj (ke-3), Abu Hamid al-Asfarayini (ke-4), al-Ghazali (ke-5),
Fakhr al-Din al-Razi (ke-6), Ibn Daqiq al-`Id (ke-7), Siraj al-Din al-Bulqayni (ke-8), Jalal al-Din al-Suyuti (ke-
10
Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa term “agama” tidak
bisa dirumuskan batasan-batasan atau pengertiannya secara umum.
Sebab, sebagaimana ditegaskan para perennialis (filosof perenial), bahwa
semua agama itu memiliki the common vision (pesan dasar yang sama),
yaitu sikap tunduk kepada Yang Maha Mutlak, walaupun bentuk
formalnya berbeda-beda. Keberadaan ini memungkinkan para ahli untuk
dapat menjelaskan aspek pengertian umum yang menjadi titik temu dari
berbagai ragam agama. Dalam kaitan ini, ada dua sudut pengertian
mengenai agama, baik secara kebahasaan (etimologis) maupun istilah
(terminologis).
9), Shams al-Din al-Ramli (ke-10), `Abd al-Qadir al-`Aydrus (ke11), Ahmad al-Dayrabi (ke 12) dan `Abdullah
al-Sharqawi (ke-13). Lihat Saiful Jazil, “Pemikiran Modern tentang Pembaharuan Hukum Islam,” Nizamia,
Vol.1, No. 2, (1998), h. 57
19. Al-Mawdudi, A Short History, hal. 33-34; Jainuri, “Landasan Teologis,” h. 40
11
21. Lihat John O. Voll, “Renewal and Reform in Islamic History: Tajdid and Islah,” dalam ed. John L. Esposito,
Voices of Resurgent Islam (New York & Oxford: Oxford University Press, 1983), h. 33.
22. Roland Robertson, ed., Agama: dalam Analisa dan Intrepretasi Sosiologis, terj: Achmad Fedyani Saifuddin
dari judul aslinya: Sociology of Religion, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. v-vi.
13
3. Bentuk-bentuk Agama
Pertama, agama kebudayaan (cultural religions) atau juga disebut
agama tabi‟i atau agama ardli, yaitu agama yang bukan berasal
dari Tuhan dengan jalan diwahyukan, tetapi merupakan hasil
proses antropologis, yang terbentuk dari adat istiadat dan
selanjutnya melembaga dalam bentuk agama formal.
Kedua, agama samawi atau agama wahyu (revealed religions),
yaitu agama yang diwahyukan dari Tuhan melalui malaikat-Nya
kepada utusan-Nya yang dipilih dari manusia. Agama samawi ini
juga disebut dienul haq, (QS. 43:27,33) dan disebut juga agama
yang full fledged, yaitu agama yang mempunyai Nabi dan Rasul,
mempunyai kitab suci, dan mempunyai umat. Secara historis,
penerapan agama wahyu ini dapat diberikan kepada agama yang
mengajarkan adanya wahyu, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam.
23. Bid’ah adalah penambahan dalam peribadatan yang awalnya tidak pernah dipraktekkan oleh Nabi
Muhammad saw. Di sini ada bid’ah hasanah (yang terdapat unsur anjuran) dan bid’ah sayyi’ah (yang
terdapat unsur dosa). Sedangkan khurafat adalah kepercayaan tambahan yang dianggap menyimpang dari
ajaran dasar agama Islam.
14
Spiritualisme
Spiritualisme adalah agama penyembah sesuatu (zat) yang gaib
yang tidak nampak secara lahiriah, yaitu sesuatu yang memang
tidak dapat dilihat dan tidak dapat berbentuk. Bagian ini terinci lagi
dalam beberapa kelompok:
24. Roland Robertson, ed., Agama: dalam Analisa dan Intrepretasi Sosiologis, terj: Achmad Fedyani Saifuddin
dari judul aslinya: Sociology of Religion, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. v-vi.
15
25. Bisa dilihat dalam Neil Muider, Kepribadian Jawa, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1980), h. 20.
16
Fitrah Manusia. Dalam konteks hal ini di antara ayat al- Qur’an dalam
surat ar- Rum ayat 30 bahwa ada potensi fitrah beragama yang
terdapat pada manusia. Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa insan
adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa
yang tidak diketahuinya. Manusia insan secara kodrati sebagai
ciptaan Tuhan yang sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk
lainnya sudah dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan
memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga
dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi. Mereka diharapkan mampu
mengintegrasikan antara pengamalan ibadah dengan makna esensial
ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-
hari, seperti pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap toleran
dan saling menghormati, tidak suka menyakiti atau menghujat orang
lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyapu
padukan antara nilai-nilai ibadah mahdlah dengan ibadag ghair
mahdlah dalam rangka membangun negara yang subuh makmur dan
penuh pengampunan Allah SWT.
Dalam setiap diri manusia selalu ada pertanyaan yang selalu muncul
dalam dirinya yaitu “dari mana saya datang?”, “apa yang terjadi ketika
saya sudah mati?”. Pertanyaan- pertanyaan ini yang mengakibatkan
manusia selalu mencari jawabannya. Mencari jawaban dan selalu ingin
tahu merupakan fitrah manusia yaitu hal yang sudah ada dan berdasar
19
di dalam hidup manusia. Para ahli teologi Islam mengatakan bahwa fitrah
adalah satu hal yang dibekalkan Allah kepada setiap manusia.
Karenanya, ciri-ciri sesuatu yang bersifat fitri adalah tidak dipelajari, ada
pada semua manusia, tidak terkurung oleh batas-batas teritorial dan
masa, dan tidak akan pernah hilang.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikologi dan sosial
yang memilki dua predikat status dihadapan Allah sebagai Hamba Allah
dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah, mengatur alam dan
mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu
sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada
sunnnatullah. Rasa agama dan perilaku agama (agama dan kehidupan
beragama merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan
istilah lain merupakan “fitrah” manusia.
3.2. Saran
Demikian penyusunan makalah ini, agar kiranya dapat bermanfaat
bagi para pembaca khususnya bagi diri penulis sendiri. Saran dan kritik
dari pembaca akan selalu penulis terima untuk penulisan makalah
selanjutnya yang lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama THE EVERYTHING WORLD'S RELIGIONS
BOOK: EXPLORE THE BELIEFS, TRADITIONS AND CULTURES OF ANCIENT AND MODERN
RELIGIONS, PAGE 1 KENNETH SHOULER – 2010
OXFORD DICTIONARIES MYTHOLOGY, RETRIEVED: 9 SEPTEMBER 2012
Lihat John O. Voll, “Renewal and Reform in Islamic History: Tajdid and Islah,”
dalam ed. John L. Esposito, Voices of Resurgent Islam, New York & Oxford:
Oxford University Press, 1983
Sociology of Religion, (Jakarta: Rajawali, 1988).
Neil Muider, Kepribadian Jawa, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1980.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada).
21