Anda di halaman 1dari 9

Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)

ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PERENCANAAN OBAT DENGAN Berdasarkan Peraturan Menteri


MENGGUNAKAN METODE KONSUMSI DI Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI Puskesmas, untuk mendukung pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional, fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama harus
Agus Sulistyorini terakreditasi, dengan salah satu komponen
(Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri) penilaian adalah pelayanan obat, sehingga
diperlukan manajemen pengelolaan obat
yang baik untuk menjaga mutu obat.
Ketersediaan obat harus mencukupi di unit
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas.
ABSTRAK Salah satu sarana atau fasilitas yang
diperlukan dalam pelayanan kesehatan
Obat memegang peran yang penting kepada masyarakat secara optimal adalah
dalam pelayanan kesehatan karena obat perlunya daya dukung berupa ketersediaan
merupakan salah satu sarana untuk obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
meningkatkan derajat kesehatan. (PKD) agar sesuai dengan kebutuhan. Obat
Berdasarkan data pendahuluan diketahui untuk PKD biasa dikenal dengan istilah Obat
masih banyaknya obat di Kabupaten Kediri Publik dan Perbekalan Kesehatan
dalam kondisi stagnant (93,48%).Dari 19 Kabupaten/Kota. Dalam rangka memenuhi
UPTD Puskesmas yang disurvei ternyata kebutuhan obat publik perlu dilakukan upaya
belum melakukan penghitungan rencana perencanaan yang akurat dan reliabel guna
kebutuhan obat dengan baik (tidak memenuhi kebutuhan obat publik di wilayah
menghitung waktu tunggu, obat kadaluarsa, kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
dan safety stock). Salah satu faktor pada umumnya dan Dinas Kesehatan
penyebab kondisi obat stagnant menurut Kabupaten Kediri pada khususnya.
Renie & Pudjirahardjo (2013) adalah Berdasarkan data di UPTD Gudang
perencanaan yang tidak tepat. Untuk itu Farmasi dan Alat Kesehatan Kabupaten
dalam penelitian ini akan menyusun Kediri tahun 2014, ada 244 jenis obat diluar
perencanaan kebutuhan obat dengan obat program, reagen laboratorium, obat
melakukan penghitungan kebutuhan obat di gigi, dan perbekalan kesehatan. Jenis obat
Kabupaten Kediri. Penelitian ini merupakan terdiri dari obat program yang merupakan
penelitian observasional dengan dropping dari Kementerian Kesehatan RI
menggunakan metode cross sectional melalui Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
terhadap data pada lembar permintaan dan Timur dan obat hasil pengadaan oleh Dinas
laporan pemakaian obat (LPLPO) UPTD Kesehatan Kabupaten Kediri. Jenis obat
Puskesmas dan juga melakukan wawancara yang dianalisis berasal dari hasil perolehan
mendalam kepada pengelola obat pengadaan oleh Dinas Kesehatan
Puskesmas maupun Dinas Kesehatan. Kabupaten Kediri. Keseluruhan jenis obat
Penghitungan rencana kebutuhan obat tersebut dikelompokkan dengan metode
dilakukan dengan menggunakan metode ABC menjadi tiga kelompok.
konsumsi kemudian disajikan dalam bentuk Menurut Heizer dan Render (2015) yang
tabel dan dideskripsikan. Berdasarkan hasil dimaksud kelompok barang A adalah jenis
penghitungan rencana kebutuhan obat barang yang memiliki volume uang
kelompok A diketahui bahwa hanya 48,07% tahunannya tinggi yang menyerap dana
jenis obat yang dibutuhkan dengan sekitar 70% dari jumlah dana keseluruhan.
membutuhkan anggaran sebesar Rp Pengelompokan ini bertujuan untuk
1.438.594.203,-. memberikan prioritas pengawasan terhadap
kelompok obat yang memiliki nilai tinggi dan
Kata Kunci: sering pemakaiannya. Prioritas pengawasan
Metode Konsumsi, Perencanaan Obat, dilakukan untuk mencegah terjadinya
Ketersediaan Obat. kekurangan stok, kelebihan stok, dan
kerusakan atau kehilangan.
Tingkat ketersediaan obat terbagi
menjadi 3 kategori yaitu stagnant, buffer, dan
stockout. Dikatakan stagnant jika sisa stock
melebihi safety stock dan lead time.
Dikatakan buffer jika sisa stok ≤ safety stock

112 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

dan lead time. Dikatakan stockout jika sisa menurut Quick et.al (2012) stok obat yang
stok adalah 0. Berdasarkan data kosong (stockout) akan menyebabkan
penghitungan obat menurut analisis ABC, terganggunya pelayanan kesehatan. Untuk
kelompok obat A di UPTD Gudang Farmasi itu masalah yang diangkat dalam penelitian
dan Alat Kesehatan dan UPTD Puskesmas ini adalah terjadinya kondisi obat stagnant
Kabupaten Kediri tahun 2014 sebagian secara rerata sebesar 31% dan stockout
besar dalam kondisi stagnant yaitu 93,48%. sebesar 21% di UPTD Puskesmas
Sedangkan kondisi obat yang menjadi buffer Kabupaten Kediri pada Tahun 2014.
hanya sebesar 6,52%. Pengelolaan obat Salah satu faktor penyebab kondisi obat
yang baik dapat menyediakan obat yang stagnant menurut Renie& Pudjirahardjo
tepat jumlah dan jenis dan menghindarkan (2013) adalah perencanaan yang tidak tepat.
dari kondisi stagnant maupun stockout. Penelitian mengenai perencanaan obat di
Pengelolaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri belum pernah dilakukan
Kabupaten Kediri belum terlaksana dengan sehingga berdasarkan data masalah diatas
baik karena tidak dapat menjaga stok obat peneliti ingin mengetahui perencanaan obat
pada kondisi optimum, sehingga timbul di Kabupaten Kediri dengan membuat
kondisi obat stagnant. simulasi penghitungan perencanaan obat
Jika dijabarkan per puskesmas, dari 37 dengan menggunakan metode konsumsi.
puskesmas di wilayah Kabupaten Kediri Hasilnya diharapkan dapat digunakan oleh
mengalami kondisi obat yang beragam. Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri sebagai
Setiap puskesmas masih ditemukan obat dasar perencanaan obat periode
kelompok A dalam kondisi stagnant dan selanjutnya.
stockout. Rerata kondisi obat kelompok A
pada 37 Puskesmas Kabupaten Kediri yang METODE PENELITIAN
mengalami stagnant sebanyak 31%, buffer
48%, dan stockout 21%. Jika ditinjau berdasarkan jenis
Berdasarkan data tersebut dapat pendekatan penelitian yang digunakan,
disimpulkan bahwa masih terjadinya kondisi maka penelitian ini merupakan penelitian
obat stagnant dan stockout sehingga dapat observasional karena pengumpulan
mengganggu proses pelayanan kepada data/informasi tanpa dilakukan intervensi
pasien serta dapat menghambat pencapaian atau perlakuan pada populasi, dengan
target kegiatan yang telah ditentukan. rancangan sebagai penelitian deskriptif. Data
Sebanyak 37 UPTD Puskesmas melakukan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
permintaan obat ke UPTD Gudang Farmasi data pengelolaan obat pada tahun 2014 dan
dan Alat Kesehatan setiap 3 bulan sekali. 2015.
Permintaan obat Puskesmas dihitung Lokasi penelitian dilakukan di Dinas
berdasarkan stok optimum obat yang Kesehatan Kabupaten Kediri. Waktu
tersedia di Puskesmas. penelitian dimulai pada bulan Januari-Maret
Berdasarkan hasil wawawancara dengan 2016. Pengumpulan data dilakukan selama
pengelola obat di 19 UPTD Puskesmas satu bulan yaitu bulan Maret 2016.
diperoleh data bahwa selama ini dalam Populasi pada penelitian ini adalah UPTD
melakukan perencanaan obat menggunakan Puskesmas Kabupaten Kediri sebesar 37
metode konsumsi yaitu dengan UPTD Puskesmas, dan sampelnya dalah
menggunakan data pemakaian obat tahun seluruh populasi yaitu seluruh UPTD
sebelumnya. Metode konsumsi memiliki Puskesmas Kabupaten Kediri. Teknik
beberapa tahapan penghitungan pengumpulan yang digunakan adalah studi
diantaranya: penghitungan rata-rata dokumentasi yaitu melakukan penelusuran
pemakaian obat, penghitungan sisa stok, data sekunder Lembar permintaan dan
penghitungan kekosongan obat, laporan pemakaian obat seluruh puskesmas
penghitungan waktu tunggu, dan serta data laporan pengelolaan obat di
penghitungan safety stock. Dari 19 UPTD UPTD Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan.
Puskesmas yang disurvey didapatkan data Sedangkan data primer diperoleh dengan
bahwa semua puskesmas tidak melakukan wawancara mendalam ke staf seksi Farmasi
penghitungan waktu kekosongan dan dan Penyehatan Makanan dan Minuman.
penghitungan waktu tunggu. Penghitungan Tahapan penelitian yang dilakukan
kebutuhan obat yang kurang akurat adalah melakukan penelusuran data LPLPO
menyebabkan kelebihan atau kekurangan selama tahun 2014 dan tahun 2015;
stok obat. menghitung pemakaian rata-rata per bulan;
Menurut Abadi (2014) stok obat berlebih menghitung waktu tunggu (Lead Time);
(overstock/stagnant) sangat berpotensi menghitung safety stock; dan menghitung
menjadi obat kadaluarsa. Hal ini akan sisa stok. LPLPO ditelusuri di UPTD Gudang
menimbulkan kerugian material. Sedangkan Farmasi dan Alat Kesehatan. Tahapan

113 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

penelitian ini didasarkan pada langkah- obat adalah metode ABC. Metode ABC
langkah dalam penghitungan kebutuhan obat menggambarkan tingkat konsumsi obat per
dengan menggunakan metode konsumsi. tahun hanya diwakili oleh sejumlah kecil
Instrumen yang digunakan dalam obat. Sebagai contoh, dari pengamatan
penelitian ini berupa tabel penghitungan terhadap pengadaan obat dijumpai bahwa
kebutuhan obat berdasarkan metode sebagian besar dana obat (70%) digunakan
konsumsi, tabel penghitungan kelompok untuk pengadaan 10% dari jenis/item obat
obat berdasarkan analisis ABC, dan tabel yang paling banyak digunakan, sedangkan
penghitungan ketersediaan obat. Selain itu sisanya sekitar 90% jenis/item obat
dalam melakukan wawancara mendalam menggunakan dana sebesar 30%. Metode
digunakan instrumen panduan pertanyaan ABC membagi kelompok obat ke dalam tiga
untuk wawancara. Teknik yang digunakan bagian yaitu kelompok obat A, kelompok
dalam analisis data adalah dengan obat B, dan kelompok obat C.Berikut
menggunakan tabel penghitungan dijelaskan tentang kelompok ABC.
kebutuhan obat dengan menggunakan Data yang digunakan dalam analisis ABC
metode konsumsi. ini adalah data obat tahun 2015. Data obat
yang dianalisis merupakan data obat diluar
HASIL PENELITIAN obat program, obat gigi, reagen
laboratorium, dan perbekalan kesehatan.
Perencanaan kebutuhan obat di Dinas Pemisahan data obat mempunyai tujuan
Kesehatan Kabupaten Kediri dilakukan agar pengelompokkan obat berdasarkan
melalui koordinasi dengan tim perencanaan analisis ABC tidak bias dengan data obat
obat dan perbekalan kesehatan kabupaten. lain yang memiliki investasi besar akan tetapi
Selain itu perencanaan kebutuhan obat juga tidak menunjukkan kebutuhan obat pasien.
didasarkan pada usulan perencanaan Misalnya obat program merupakan obat
puskesmas. Pada tahun 2015 tim perencana yang digunakan untuk mensukseskan
obat dan perbekalan kesehatan bertemu 1 program kesehatan pemerintah misalnya
kali untuk membahas pengadaan obat tahun vitamin A, Albendazol tablet 200mg. Besar
2015. kecilnya jumlah pemakaian obat program
Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas tidak tergantung pada besar kecilnya jumlah
Kesehatan Kabupaten Kediri No.188/1848/ pasien akan tetapi tergantung pada besar
418.48/2015 Tim perencanaan obat dan kecilnya jumlah kasus yang ingin ditangani.
perbekalan kesehatan terdiri dari Kepala Berdasarkan hasil penelitian dengan
Bidang Pelayanan Medik Dasar dan menggunakan metode ABC terhadap jenis
Kefarmasian, Kepala Seksi Kefarmasian dan dan jumlah obat yang dimiliki oleh Dinas
Penyehatan Makanan Minuman, Kepala Kesehatan Kabupaten Kediri seperti yang
Bidang Kesga Dan Gizi, Kepala Bidang P2P, tercantum pada tabel 1.
Kepala Bidang Promkes dan PL, Kepala
Seksi Kesehatan Khusus, Kepala Seksi Tabel 1. Pengelompokkan obat dengan
Pencegahan Penyakit Menular Langsung, menggunakan analisis ABC berdasarkan
Kepala Pengamatan Penyakit dan Imunisasi, jumlah item obat dan besarnya biaya di
Kepala Seksi Anak, Remaja, dan Usia Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun
Lanjut, Kepala Seksi JPKM, Kepala UPTD 2015
Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan, dan
Kelompok Jumlah Biaya (Rp) Persen- Persen-
Staf Seksi Kefarmasian dan Penyehatan Item tase tase
Makanan Minuman. Obat Item Biaya
Sebelum tim perencana terbentuk, A 52 2.889.616.823 21 70
pelaksanaan perencanaan obat dilakukan B 53 829.635.333 22 20
oleh seksi Farmakmin. Dengan memberikan C 139 418.512.865 57 10
surat permintaan usulan data obat dari Jumlah 244 4.137.765.021 100 100
puskesmas maupun pemegang program
dinas kesehatan tanpa melalui pertemuan. Berdasarkan analisis ABC tersebut
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terlihat bahwa dari 244 jenis obat sebanyak
dinyatakan bahwa dalam melakukan 52 yang termasuk dalam kelompok A (21%)
perencanaan obat (penghitungan kebutuhan dengan biaya sebesar Rp 2.889.616.823
obat) didasarkan pada metode konsumsi. (70%). Obat yang termasuk kelompok A
merupakan obat yang menghabiskan
Mengidentifikasi tingkat pemakaian anggaran sekitar 70% tetapi memiliki
dengan menggunakan metode ABC presentase item yang paling
kecil.Pengendalian obat kelompok A dapat
Pada penelitian ini metode yang dilakukan melalui penyiapan anggaran,
digunakan untuk mengetahui persediaan penyimpanan obat yang baik dan distribusi

114 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

obat yang baik, serta pemantauan mutu obat (Lead Time); (3) Menghitung stok pengaman
yang baik. (Safety Stock); (4) Menghitung stok akhir;
Untuk mengetahui pengelolaan yang dan (5) Menghitung total kebutuhan obat
obat yang baik dapat dilihat dari tingkat
ketersediaan obat yang ada. Berikut Rumus:
disajikan data tentang tingkat ketersediaan A = (B+C+D) - E
obat kelompok A pada tabel 2.
Keterangan:
Tabel 2. A = Rencana Pengadaan
Tingkat Ketersediaan Obat di Dinas B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2015 C = Buffer Stock (10%-20%)
D = Lead time 3-6 bulan
Tingkat Jumlah Persentase E = Sisa Stok
Ketersediaan
Stagnant 42 81% Mempersiapkan daftar nama obat yang
Buffer 10 19% akan dihitung
Stockout 0 0
Jumlah 52 100% Daftar nama obat yang akan dihitung
kebutuhannya adalah daftar nama obat
Tingkat ketersediaan obat pada tabel 3 kelompok A. Berdasarkan hasil
dihitung berdasarkan sisa stok yang ada di penghitungan klasifikasi jenis obat dengan
UPTD Puskesmas dan UPTD Gudang menggunakan metode ABC diperoleh bahwa
Farmasi dibandingkan dengan safety stock item obat yang termasuk ke dalam kategori
dan lead time. Safety stock dihitung untuk A sejumlah 52 jenis seperti yaag tercantum
mencegah terjadinya kejadian diluar dugaan pada tabel 1 dan 2. Jenis obat kelompok A
seperti perubahan pola penyakit. Sedangkan yaitu (1) Amoksisilin Kapsul 500 mg; (2)
lead time merupakan jumlah obat yang Parasetamol Tablet 500 mg; (3) Albendazol
dihitung selama masa tunggu dari mulai suspensi 200 mg/5 ml; (4) Ringer Laktat
pengadaan sampai dengan penerimaan Larutan Infus Steril ; (5) Obat Batuk Hitam (
obat. Jika dihitung safety stock dan lead time O.B.H ) Cairan; (6) Piridoksin HCL Tablet 10
di Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri setara mg; (7) Obat Flu Kombinasi (Alpara); (8)
dengan 6 kali rata-rata pemakaian. Ibuprofen Tablet 400 mg; (9) Vitamin B
Perencanaan obat di Kabupaten Kediri Komplek Tablet; (10) Fitomenadion ( Vit. K 1
dilakukan 2 kali yaitu pertama perencanaan ) Inj. 10 mg/ml - 1 ml; (11) Sianokobalamin
obat digunakan untuk memperoleh anggaran (Vit.B12) Tablet 50 mcg; (12) Antalgin (
obat. Perencanaan obat yang kedua metampiron ) Tablet 500 mg; (13) Serum
dilakukan sebelum proses pengadaan obat. Anti Bisa Ular Polivalen Inj. 5 ml ( ABU I );
Data yang digunakan pada perencanaan (14) Asam Mefenamat Tablet 500 mg; (15)
pertama adalah data pemakaian obat tahun Eritromisin Tablet 500 mg; (16) Kalium
2014 sedangkan data yang digunakan pada Diklofenak Tablet 50, (17) Antasida DOEN
perencanaan kedua adalah data pemakaian Tablet Kombinasi; (18) Deksametason
obat tahun 2015. Tablet 0.5 mg; (19) Amoksisilin Sirup Kering
Pada penelitian ini perencanaan obat 125 mg/5 ml; (20) Ibuprofen Tablet 200 mg;
dengan menggunakan metode konsumsi (21) Anti Bakteri DOEN, Salep Kombinasi;
merupakan perencanaan obat yang (22) Kalsium Laktat (Kalk) Tablet 500 mg;
dilakukan untuk memperoleh anggaran obat (23) Triamcinolone Acetonide 1 mg; (24)
sehingga data yang digunakan untuk Oksitosin Injeksi 10 IU/ml - 1 ml; (25)
menyusun perencanaan adalah data Antasida DOEN II suspensi; (26)
pemakaian obat tahun 2014 dan jenis obat Parasetamol Drops; (27) Sefotaksim Injeksi
yang dihitung dalam penelitian ini adalah 1 g; (28) Amoksisilin Kapsul 250 mg; (29)
jenis obat kelompok A.. Klorfeniramin Maleat (CTM) Tablet 4 mg;
(30) Multivitamin tablet; (31) Siprofloksasin
Perencanaan kebutuhan obat dengan Tablet 500 mg; (32) Tiamfenikol Kapsul 500
metode konsumsi mg; (33) Kaptopril Tablet 25 mg; (34)
Glukosa Larutan Infus 10 % Steril (Produk
Langkah yang dilakukan dalam lokal); (35) Natrium Diklofenak Tablet 50 mg;
penghitungan kebutuhan obat berdasarkan (36) Betahistin Mesilat Tablet 6 mg; (37)
metode konsumsi adalah: (1) Tramadol Kapsul 50 mg; (38) Parasetamol
Mempersiapkan daftar obat yang akan Sirup 120 mg/5 ml; (39) Fluphenazine
dihitung; (2) Menghitung pemakaian rata-rata Decanoate 25mg/ml; (40) Kotrimoksasol
per bulan; (3) Menghitung waktu tunggu Suspensi; (41) Sulfasetamid Natrium Tetes
Mata 15%; (42) Serum Anti Tetanus Inj.

115 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

1.500 IU/Ampul ( A.T.S ); (43) Gliseril Kediri sampai dengan tahun 2015 tidak
Guayakolat Tablet 100 mg; (44) Sefadroxil dapat melakukan pengadaan obat sendiri,
Kapsul 250 mg; (45) Ambroxol sirup 15 sehingga selama ini obat di UPTD
mg/ml; (46) Tiamfenikol sirup kering 125 mg Puskesmas diperoleh dengan melakukan
/ 5 ml; (47) Metronidasol Tablet 250 mg; (48) permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Fitomenadion ( Vit. K ) Tablet Salut 10 mg; Kediri. Pada tahun 2016 UPTD Puskemas
(50) Difenhidramin HCL Inj. 10 mg/ml - 1 ml; dapat melakukan pembelian obat dengan
(51)Ampisillin Serbuk Injeksi i.m/i.v 1000 menggunakan dana kapitasi BPJS.
mg/ml; dan (52) Hidrokortison Krim 2.5 %. Proses pengadaan membutuhkan waktu
sekitar 3 bulan dari mulai pembuatan
Menghitung rata-rata pemakaian obat per Kerangka Acuan Kerja (KAK) sampai
tahun dengan penerimaan obat. Pengadaan obat
selama ini dilakukan 1 tahun sekali. Dinas
Dalam menghitung rata-rata pemakaian Kesehatan memulai pengadaan rata-rata
obat per tahun diperlukan data pemakaian pada tribulan 4 dikarenakan anggaran yang
obat kelompok A selama tahun 2014 digunakan untuk pengadaan obat masih
kemudian dibagi 12 bulan. Penggunaan data melalui proses Perubahan Anggaran
obat tahun 2014 dikarenakan perencanaan Kegiatan (PAK) yang baru disahkan menjadi
kebutuhan obat tahun 2016 dilaksanakan DPA sekitar bulan september tahun berjalan.
pada tahun 2015 sesuai dengan kegiatan Sampai saat ini obat hasil proses
perencanaan yang dilakukan oleh Dinas pengadaan dari Dinas Kesehatan
Kesehatan Kabupaten Kediri. Sehingga rata- didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan
rata obat yang digunakan adalah rata-rata puskesmas. UPTD Puskesmas Kabupaten
pemakaian obat tahun 2014. Rata-rata Kediri belum dapat melakukan pengadaan
pemakaian obat dhitung dengan obat sendiri karena keterbatasan kompetensi
mempertimbangkan waktu kekosongan obat. SDM pengadaan (tidak ada pejabat
Berdasarkan data (laporan pemakaian pengadaan) sehingga dalam mencukupi
dan lembar permintaan obat) LPLPO tahun kebutuhan obat, UPTD Puskesmas
2014 diketahui bahwa ada obat pada melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan
kategori A yang yang mengalami Kabupaten Kediri.
kekosongan. Jenis obat Albendazol 200 mg Berdasarkan uraian diatas dapat
suspensi mengalami kekosongan obat disimpulkan bahwa lama waktu tunggu obat
selama 1 bulan.Waktu kekosongan obat adalah 3 bulan. Masing-masing jenis obat
digunakan untuk menghitung perkiraan dalam kelompok obat A dihitung waktu
pemakaian obat selama terjadi kekosongan tunggu 3 bulan kemudian dikalikan rata-rata
obat sehingga diperoleh rata-rata pemakaian pemakaian. Hasil penghitungan waktu
yang sesuai dengan kenyataan yaitu dengan tunggu dapat dilihat pada kolom D pada
mengestimasi jumlah pemakaian obat tabel 4.
disamakan dengan rata-rata pemakaian obat
bulan berikutnya. Kemudian dihitung lagi Menghitung stok pengaman (Safety
rata-rata pemakaian obat dan dikalikan 12 Stock)
untuk mengetahui jumlah pemakaian selama
1 tahun. Penghitungan stok pengaman dilakukan
Berdasarkan data awal diketahui bahwa dengan menggunakan rumus yaitu (Quick et
seluruh UPTD Puskesmas di Kabupaten al., 2012):
Kediri tidak memperhitungkan waktu
kekosongan obat sehingga data jumlah total Rumus:
pemakaian obat hanya mengacu pada obat Ss = Ca x Lt
yang memiliki stok. Sehingga data
pemakaian obat yang telah dihitung selama Keterangan:
1 tahun tidak mencerminkan pemakaian obat Ss= Safety stock
yang sebenarnya. Hal ini yang akan Ca=rata-rata pemakaian per bulan
menimbulkan ketidakkuratan dalam Lt= Lead Time
penghitungan perencanaan obat.
Berdasarkan rumus di atas dapat
Menghitung waktu tunggu (Lead Time) dianalisis bahwa dalam melakukan
penghitungan stok pengaman harus
Dalam menghitung waktu tunggu harus diketahui nilai waktu tunggu masing-masing
mengetahui kapan pelaksanaan pengadaan jenis obat. Dalam uraian sebelumnya
dan kapan obat diterima oleh UPTD Gudang dinyatakan bahwa waktu tunggu obat di
Farmasi dan Alat Kesehatan Kabupaten Kabupaten Kediri membutuhkan waktu 3
Kediri. UPTD Puskesmas di Kabupaten bulan mulai dari pengadaan sampai dengan

116 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Tabel 3. Penghitungan Kebutuhan Obat Tahun 2016 Berdasarkan Metode Konsumsi


Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri

117 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

penerimaan obat. Sehingga nilai safety stock metode konsumsi diketahui bahwa dari 52
setara dengan nilai lead time yaitu 3 kali jenis obat yang ada di kelompok A tidak
rata-rata pemakaian obat. Hasil semua obat perlu dilakukan pengadaan.
penghitungan safety stock dapat dilihat pada Jenis obat yang perlu diadakan ada 25 jenis
kolom C pada tabel 4. obat yaitu Echinacea purpurea 250mg,
Albendazol suspensi 200 mg/5 ml, Obat
Menghitung Stok Akhir Batuk Hitam (O.B.H) Cairan, Obat Flu
Kombinasi (Alpara), Fitomenadion (Vit. K 1)
Stok akhir adalah jumlah obat yang ada Inj. 10 mg/ml - 1 ml, Antalgin (metampiron)
di akhir periode. Penghitungan kebutuhan Tablet 500 mg, Serum Anti Bisa Ular
obat harus menghitung stok akhir di Polivalen Inj. 5 ml (ABU I), Eritromisin Tablet
sarana pelayanan kesehatan secara akurat. 500 mg, Kalium Diklofenak Tablet 50 mg,
Sisa stok dihitung tidak hanya sisa stok yang Deksametason Tablet 0.5 mg, Ibuprofen
ada di UPTD Gudang Farmasi dan Alat Tablet 200 mg, Triamcinolone Acetonide 1
Kesehatan akan tetapi juga sisa stok yang mg, Oksitosin Injeksi 10 IU/ml - 1 ml,
ada di seluruh Puskesmas. UPTD Sefotaksim Injeksi 1 g, Klorfeniramin Maleat
Puskesmas yang ada di Kabupaten Kediri (CTM) Tablet 4 mg, Multivitamin tablet,
sebanyak 37 UPTD Puskesmas. Tiap UPTD Tiamfenikol Kapsul 500 mg, Betahistin
Puskesmas dihitung sisa stok kemudian Mesilat Tablet 6 mg, Tramadol Kapsul 50
dijumlah dengan sisa stok yang ada di UPTD mg, Serum Anti Tetanus Inj. 1.500 IU/Ampul
Gudang Farmasi dan Alat kesehatan (A.T.S), Gliseril Guayakolat Tablet 100 mg,
Kabupaten Kediri. Hasilnya tercantum pada Sefadroxil Kapsul 250 mg,Tiamfenikol sirup
tabel 4 pada kolom E. kering 125 mg / 5 ml, Fitomenadion (Vit. K)
Data sisa stok dapat diperoleh dari Tablet Salut 10 mg, dan Hidrokortison Krim
Laporan Pemakaian dan Lembar permintaan 2,5 %.
Obat (LPLPO) yang dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Kediri. Sisa stok pada PEMBAHASAN
LPLPO dihitung setiap bulan. Sehingga
untuk mendapatkan sisa stok di akhir tahun Prinsip metode konsumsi adalah
dapat dilihat kolom sisa stok pada bulan menghitung kebutuhan obat tahun yang
Desember. akan datang berdasarkan pola pemakaian
atau pola konsumsi obat tahun lalu (Quick,
Menghitung total kebutuhan obat et.al, 2012). Metode ini menunjukkan
kelompok A Tahun 2016 berdasarkan gambaran banyaknya jenis dan jumlah obat
metode konsumsi yang digunakan oleh semua unit pelayanan
tertentu untuk mengobati kasus penyakit
Dalam menghitung jumlah total selama periode waktu tertentu, misalnya
kebutuhan obat kelompok A tahun 2016 setahun sekali.
dengan menggunakan metode konsumsi Metode ini dapat digunakan secara
rumus yang digunakan adalah: efektif apabila tersedia data penggunaan
obat dari tahun ke tahun tersedia secara
Rumus: lengkap dan konsumsi di unit pelayanan
A = (B+C+D)-E
bersifat konstan dan tidak fluktuatif. Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2010) dalam
Keterangan: melakukan penghitungan kebutuhan obat
A= Rencana Kebutuhan dengan metode konsumsi ada hala-hal yang
B= Pemakaian rata-rata x12 bulan harus diperhatikan. Hal tersebut antara lain:
C= Safety Stock pengumpulan dan pengolahan data; analisa
D= Lead Time data untuk infromasi dan evaluasi;
E= Sisa Stok penghitungan perkiraan kebutuhan obat; dan
penyesuaian jumlah kebutuhan obat dnegan
Rencana kebutuhan obat seperti yang alokasi dana.
tercantum pada tabel 3 dihitung dengan Keakuratan data pemakaian obat
menjumlahkan pemakaian total obat (dengan menurut Rumbai et.al., (2015) dipengaruhi
mempertimbangkan waktu kekosongan obat) oleh beberapa faktor yaitu: (a) Kurangnya
kolom B dengan safety stock pada kolom C, tenaga farmasi khususnya Apoteker yang
lead time pada kolom D dan dikurangi sisa terlatih menyebabkan pekerjaan kefarmasian
stok yang ada di kolom E. Dan hasilnya terganggu. Pengatahuan petugas pengelola
diperoleh rencana kebutuhan obat tahun obat tentang manajemen pengelolaan obat
2016 seperti yang tercantum pada kolom A. menjadi tidak baik. Hal ini dapat
Berdasarkan hasil penghitungan mempengaruhi keakuratan data sehingga
kebutuhan obat dengan menggunakan menyebabkan perencanaan kebutuhan obat

118 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

menjadi tidak tepat; (b) Kegiatan koordinasi Lima Ratus Sembilan Puluh Empat Ribu Dua
dan monitoring dari atasan selama Ratus Tiga Rupiah).
pelaksanaan kegiatan perencanaan Metode konsumsi memiliki kelebihan
kebutuhan dapat memotivasi petugas diantaranya tidak membutuhkan data
pengelola obat untuk menyelesaikan morbiditas dan standar pengobatan,
perencanaan kebutuhan secara maksimal penghitungan lebih sederhana, dan dapat
dan bertanggungjawab. Koordinasi dan diandalkan jika pencatatan baik. Kekurangan
monitoring dapat membantu petugas metode konsumsi yaitu tidak dapat dijadikan
pengelolaan obat dalam melaksanakan dasar pengkajian penggunaan obat, tidak
perencanaan dan kebutuhan obat dengan dapat diandalkan jika terjadi perubahan pada
baik dan tepat. Selain itu juga dapat pola penyakit karena metode ini hanya
meningkatkan rasa tangung jawab untuk mengacu pada pemakaian obat sebelumnya.
membuat daftar perencanaan kebutuhan
obat di dinas kesehatan yang nantinya KESIMPULAN DAN SARAN
didistribusikan ke puskesmas sesuai
instruksi yang disampaikan oleh dinas Kesimpulan
kesehatan.
Menurut penelitian Setyowati (2003) Rencana kebutuhan obat dihitung
dinyatakan bahwa seringkali dalam berdasarkan pemakaian rata-rata obat,
menghitung kebutuhan obat sisa stok yang safety stock, lead time, dan sisa stok. Lead
ada di UPTD Puskesmas tidak time Kabupaten Kediri berdasarkan lama
diperhitungkan. Sehingga hal ini mengurangi waktu proses pengadaan sampai dengan
keakuratan penghitungan kebutuhan obat penerimaan obat membutuhkan waktu 3
yang akhirnya dapat menyebabkan obat bulan sehingga dalam penghitungan lead
stagnant. time yaitu 3 kali rata-rata pemakaian. Begitu
Meskipun kelompok obat A merupakan juga dengan safety stock di Kabupaten
kelompok obat membutuhkan pengawasan Kediri sebesar 3 kali rata permakaian rata-
lebih intensif dibandingkan dengan kelompok rata. Berdasarkan hasil penghitungan
obat B maupun C tidak berarti bahwa setiap rencana kebutuhan obat tahun 2016
jenis obat dalam kelompok A perlu dilakukan diketahui bahwa dari 52 jenis obat kelompok
pengadaan. Harus dilihat kondisi sisa stok A hanya 25 jenis obat atau sebesar 48,07%
masing-masing jenis obat. Sehingga rencana yang perlu dilakukan pengadaan. Besar
pengadaan obat hanya untuk jenis obat yang anggaran yang diperlukan untuk pengadaan
memang diperlukan sehingga stok obat tetap obat kelompok A sebesar Rp
optimal. 1.438.594.203,-.
Berdasarkan hasil penghitungan
kebutuhan obat diketahui bahwa lead time Saran
obat selama 3 bulan dan safety stock
sebanyak 3 bulan. Kegunaan menghitung Untuk memperoleh perencanaan
stok pengaman dalam merencanakan kebutuhan obat di Kabupaten Kediri yang
kebutuhan obat adalah sebagai antisipasi akurat dilakukan seluruh langkah-langkah
terhadap kejadian diluar dugaan misalnya dalam penghitungan kebutuhan obat sesuai
adanya Kejadian Luar Biasa (KLB), dan dengan harus mempertimbangkan lama
kenaikan angka kunjungan pasien ke kekosongan per jenis obat. Sedangkan untuk
puskesmas. Sehingga dapat mencegah peneliti lainnya diperlukan penelitian lebih
terjadinya obat kosong (stockout) yang dapat lanjut tentang perencanaan obat dengan
mengganggu pelayanan obat kepada pasien metode kombinasi misalnya metode
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). konsumsi dan morbiditas sehingga diperoleh
Hasil penghitungan diketahui bahwa jenis ketepatan perencanaan mendekati
obat pada kelompok A sebanyak 27 item kebutuhan.
obat tidak perlu dilakukan pengadaan karena
stoknya mencukupi hingga akhir tahun. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa jumlah
anggaran obat yang dibutuhkan untuk Abadi, Muhammad., 2014. Analisis Dasar
pengadaan obat kelompok A dihitung Hukum, Kebijakan, dan Peraturan
dengan mengalikan jumlah rencana Penanganan Obat Overstock di UPT
kebutuhan obat dengan harga satuan di Farmasi dan Alat Kesehatan Kota
setiap jenis obat. Hasilnya didapatkan bahwa Yogyakarta, Tesis, Universitas
anggaran yag dibutuhkan untuk pengadaan Gajahmada.
obat sebanyak Rp 1.438.594.203 (Satu Arinda Silvania, L. H. S., 2012. Evaluasi
Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Kesesuaian Antara Perencanaan Dan
Realisasi Penerimaan Obat. Jurnal

119 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 3, Juli 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Manajemen dan Pelayanan Kesehatan, Pelayanan Farmasi, Vol. 2, No. 2, Juni


Volume 2 No.2 , pp. 90-94. 2012, hal 102-107.
Depkes RI., 2002. Pedoman Supervisi dan West. D., 2009. Purchasing and Inventory
Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Management. In S.P. Desselle and D.P.
Kesehatan. Direktorat Jenderal Agarrick (Ed). Pharmacy Management
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Essenstials for All Practice Settings (2nd
Kesehatan Jakarta: Departemen Ed) (p.285-389) New York: The Mc Graw
Kesehatan RI. Hill Compay.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.,
2013. Standar Puskesmas. Surabaya:
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
Heizer, J. & Render, B., 2015. Manajemen
Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Kementerian Kesehataan RI., 2010. Materi
Pelatihan Kefarmasian di Puskesmas.
Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Direktrorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan
No.328/MENKES/IX/2013 tentang
Formularium Nasional.
Mellen, R.C. & Pudjirahardjo, W.J., 2013.
Faktor Penyebab dan Kerugian Akibat
Stockout dan Stagnant Obat di Unit
Logistik RSU Haji Surabaya. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 1,
pp.99-107
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 48 Tahun 2013 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat
dengan Prosedur E-purchasing
berdasarkan E-catalogue.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas.
Quick, J. D., Embrey, M., Dukes, G. &
Musungu, S., 2012. Managing Access To
Medicines and Other Health
Technologies. USA: Management
Science For Health.
Rumbay, I.N., Kanduo, G.D. & Soleman, T.,
2015. Analisis Perencanaan Obat di
Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Tenggara. JIKMU, 5, pp.469-78.
Setyowati, J.D.& Purnomo, W., 2004.
Analisis Kebutuhan Obat Dengan Metode
Konsumsi Dalam Rangka Memenuhi
Kebutuhan Obat Di Kota Kediri. Jurnal
Administrasi Kebijakan Kesehatan. V(02):
188-195.
Suciati. S. Adisasmito.W. Analisis
Perencanaan Obat BerdasarkanABC
Indeks Krirtis Di Instalasi Farmasi. Jurnal
Manajemen PelayananKesehatan. 2006;
09 : 19-26.
Tiekha K, Achmad F, Satibi., 2012.Evaluasi
Pengelolaan Obat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2008, 2009,
dan 2010.Jurnal Manajemen dan

120 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Anda mungkin juga menyukai