Anda di halaman 1dari 149

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344924159

Aplikasi Metode Riset : Praktek Penelitian Kualitatif, Kuantitatif & Mix


Methods

Book · June 2020

CITATIONS READS

3 5,619

1 author:

Agus Subagyo
Universitas Jenderal Achmad Yani
41 PUBLICATIONS 60 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Agus Subagyo on 28 October 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si.

APLIKASI METODE RISET:


PRAKTIK PENELITIAN
KUALITATIF, KUANTITATIF &
MIX METHODS

Inteligensia Media
2020

i
APLIKASI METODE RISET: PRAKTIK PENELITIAN KUALITATIF,
KUANTITATIF, DAN MIX METHODS

Penulis:
Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si.

ISBN: 978-623-7374-73-2

Copyright © Juni, 2020


Ukuran : 15,5 cm x 23 cm ; Hal: xii + 136

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak dalam bentuk apapun tanpa ijin tertulis dari pihak penerbit.

Cover: Rahardian Tegar Lay Out: Nur Saadah

Edisi I, 2020

Diterbitkan pertama kali oleh Inteligensia Media


Jl. Joyosuko Metro IV/No 42 B, Malang, Indonesia
Telp./Fax. 0341-588010
Email: inteligensiamedia@gmail.com

Anggota IKAPI No. 196/JTI/2018

Dicetak oleh PT. Cita Intrans Selaras


Wisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 Malang
Telp. 0341-573650
Email: intrans_malang@yahoo.com

ii
Pengantar Penulis . . .

Dalam pustaka metode penelitian sosial, banyak sekali buku-


buku yang mengangkat tentang metodologi penelitian, baik kualitatif,
kuantitatif dan metode kombinasi. Buku-buku tersebut menjelaskan
tentang paradigma penelitian yang di dalamnya terdapat filosofi
penelitian dilihat dari berbagai aspek, tahapan, prosedur, skema,
maupun grand desain penelitian. Semua hal yang berhubungan
dengan penelitian telah dikupas oleh para peneliti, penulis dan dosen
dalam berbagai buku yang menjadi hasil karyanya masing-masing.
Akan tetapi, dalam pandangan penulis, masih sangat jarang buku-
buku metode penelitian sosial yang membedah teknis dan prosedur
penelitian secara lebih aplikatif, praktis dan disertai dengan contoh-
contoh konkret. Umumnya, buku-buku metode penelitian sosial yang
terbit selama ini lebih bersifat normatif, definitif, dan abstrak. Tanpa
disertai contoh-contoh riil, sehingga sulit dipahami oleh para peneliti
pemula, dosen muda, maupun mahasiswa yang sedang menyusun
skripsi, tesis dan disertasi.

iii
Padahal, dalam membahas seluk-beluk metode penelitian sosial,
sangat perlu didukung dengan pemberian contoh-contoh riil yang
dapat menjadi gambaran bagi pembaca tentang semua ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan metode penelitian sosial. Tanpa
contoh-contoh yang diberikan, ketika pembaca membaca buku-buku
metode penelitian sosial, tidak akan mendapatkan bayangan dan
gambaran nyata dari apa yang dibaca. Sehingga berakibat pada
pemahaman yang salah, keliru dan melenceng dari apa yang
dimaksudkan oleh penulis buku tersebut.
Sederhananya, buku-buku metode penelitian sosial yang beredar
saat ini masih menggunakan bahasa dewa-dewa, sehingga sulit
membumi. Bahasanya sangat tinggi, abstrak dan berada di awang-
awang, yang tidak down to earth. Sebagai contoh misalnya, dalam buku
metode penelitian yang beredar saat ini, pasti dibahas tentang apa itu
masalah, dengan hanya digambarkan intinya bahwa masalah adalah
adanya kesenjangan antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das
sein (apa yang senyatanya). Narasi tentang masalah hanya berhenti
pada pengertian saja, tanpa didukung dengan narasi tentang contoh
kasus atau contoh-contoh yang menunjukkan adanya masalah atau
kesenjangan antara das sollen dan das sein.
Hal ini tentu membuat pembaca mengalami kebingungan dan
meraba-raba tentang apa itu masalah. Apabila tanpa disertai dengan
contoh-contoh riil, yang berakibat pada pembaca menerawang,
menebak dan menerka-nerka sendiri tentang apa itu masalah.
Pembaca saat ini sudah pada taraf ingin mengetahui contoh kasus yang
lebih aplikatif dan praksis. Daripada sekedar memberikan narasi yang
bersifat normatif, teoritis dan text books semata. Karena sudah banyak
buku yang membahas ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan
metode penelitian yang bersifat text books, sehingga dibutuhkan
buku-buku metode penelitian sosial yang berisi contoh- contoh
konkret, riil, dan praktis.
Buku ini ditulis sesuai dengan kebutuhan pembaca yang
membutuhkan berbagai contoh yang bersifat aplikatif dan praktis
sehingga mudah dimengerti, dipahami dan dikuasai oleh semua
sidang pembaca. Buku ini justru lebih menitikberatkan pada contoh-
contoh empiris tentang apa itu masalah penelitian, bagaimana menulis

iv
latar belakang, bagaimana merumuskan masalah, bagaimana menulis
kerangka teoretis/tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, dan lain-
lain. Sehingga pada akhirnya pembaca dapat dengan mudah mencerna
dan menelaah berbagai seluk beluk tentang penelitian dan menulis
laporan penelitian sebagai karya yang bersifat ilmiah.
Latar belakang penulisan buku ini adalah pada saat penulis diberi
amanah oleh Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat
(Seskoad) Bandung untuk mengajar mata kuliah Metodologi Riset
sejak 2016 sampai dengan sekarang. Penulis memfokuskan pengajaran
pada materi mix methods sejak itu, sehingga sebagian besar isi buku
ini merupakan bahan kuliah atau materi ajar untuk para Perwira Siswa
(Pasis) sejak Pendidikan Reguler (Dikreg) Ke- 54, 55, 56, 57 Seskoad
Bandung.
Meskipun penulis sejak tahun 2002 telah menjadi pengajar non
organik Seskoad Bandung, namun untuk mengampu materi pelajaran
metodologi riset baru mulai tahun 2016. Sehingga penulis sangat
mengetahui kebutuhan para Pasis Seskoad dalam menulis karya
ilmiah, khususnya karya tulis militer (Karlismil), semacam skripsi,
tesis, atau disertasi. Pada umumnya, ternyata kebutuhannya adalah
pemberian contoh-contoh yang aplikatif dan praktis. Para Pasis lebih
cenderung memerlukan buku-buku metode penelitian sosial yang
memberikan porsi pada contoh-contoh yang banyak. Sehingga di
benak mereka, ada gambaran tentang berbagai aspek dan serba-serbi
metode penelitian sosial.
Ditambah lagi dengan ketika penulis berdiskusi dengan
mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jenderal Achmad Yani (FISIP Unjani) Cimahi. Jelas sekali tertangkap
keinginan dari mereka yang menghendaki kehadiran sebuah buku
metode penelitian sosial yang langsung menguraikan tentang contoh-
contoh kasus yang aplikatif dan praktis. Karena menurut mereka, telah
banyak buku-buku metode penelitian sosial yang sifatnya definitif.
Namun tanpa didukung oleh contoh-contohnya. Masyarakat kampus
maupun lembaga pendidikan militer ternyata menuntut adanya buku
yang aplikatif, praktis dan disertai contoh- contoh, yang saat ini
tentunya masih sangat jarang dan terbatas.

v
Penulisan buku ini dapat terselesaikan dengan lancar, karena
adanya bantuan dari berbagai pihak terkait, baik dukungan pemikiran,
sharing ilmu pengetahuan, masukan dan bahkan kritikan dari kolega.
Semua itu datang dari sejawat maupun mitra diskusi lainnya. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Komandan Seskoad beserta Wakil
Komandan Seskoad, para Direktur, para Kadep dan semua jajaran di
lingkungan Seskoad yang telah memberikan amanah kepada penulis
untuk mengampu mata pelajaran metodologi riset, khususnya materi
mix methods. Sehingga penulis terdorong untuk menyusun buku ini
sampai selesai. Para Pasis Seskoad yang selama ini banyak
memberikan pertanyaan kritis, masukan konstruktif dan diskusi
efektif selama proses perkuliahan berlangsung, penulis aturkan terima
kasih banyak.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Yudi Rusfiana,
S.IP., M.Si (Dosen IPDN Jatinangor) dan Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,
M.Si (Dosen FISIP Unikom Bandung) yang telah menjadi partner atau
mitra dalam teaching team di Seskoad selama ini. Kepada rektor Unjani,
Mayjen TNI Purn. Witjaksono M.Sc., NSS, beserta jajarannya, yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk aktif mengajar di Seskoad.
Meskipun harus mengorbankan waktu di Unjani, penulis sampaikan
banyak terima kasih atas toleransi dan dispensasinya selama ini.
Kepada semua civitas akademika Fisip Unjani, tempat penulis
dibesarkan dan bersama-sama membangun Fisip Unjani dengan
penuh kekeluargaan dan keharmonisan, penulis mengucapkan terima
kasih.
Tidak lupa, terakhir namun istimewa, penulis sepenuh hati
mengucapkan terima kasih kepada istriku tercinta, Erlin Wulandari,
S.IP., beserta putri-putriku tersayang, Latisya Aurelly Anindia
Subagyo dan Davina Valerie Queensha Subagyo, yang telah dengan
sabar, tabah dan tegar mendampingi penulis dalam meniti karier
sebagai dosen. Pun selalu mendukung apa yang penulis lakukan demi
pekerjaan dan melaksanakan kegiatan tri dharma perguruan tinggi di
kampus. Sebagai suami dan ayah, penulis akan selalu berupaya
sepenuhnya untuk membahagiakan istri tercinta dan putri-putriku
tersayang. Doa yang selama ini tercurah setiap detik, akan menjadi

vi
energi dan kekuatan bagi penulis untuk terus berkarya di dunia
pendidikan tinggi.
Penulis yakin bahwa kehadiran buku ini sangat dinantikan oleh
masyarakat pembaca, kalangan peneliti dan dunia akademik, yang
mendambakan buku-buku metode penelitian sosial fleksibel dan
luwes disertai contoh-contoh konkret dan empiris. Prospek buku ini
sangat menjanjikan, karena jarang sekali format dan isi buku yang
berbeda dengan arus mainstream buku-buku metode penelitian sosial
yang pernah terbit. Sehingga pasti akan diminati oleh sidang pembaca
di tengah kalangan akademik dan dunia peneliti, yang selama ini
menginginkan buku-buku metode penelitian sosial yang to the point,
menukik contoh-contoh dan mengupas secara praktis serta aplikatif.
Manfaat setelah membaca buku ini adalah pembaca langsung
mengerti, memahami, menguasai dan menjiwai teknis, praktik dan
cara menulis laporan penelitian dalam format ilmiah, sistematis,
metodologis. Namun tetap renyah dibaca, enak dilihat dan mudah
dianalisis.
Terakhir, buku ini masih jauh dari sempurna. Kritik, saran dan
masukan kritis, membangun dan konstruktif, sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan isi buku ini di masa mendatang. Semoga buku ini
dapat memperkaya khazanah pustaka buku-buku metode penelitian
sosial dan mampu memberikan pencerahan kepada sidang pembaca
sekalian.

Cimahi, Mei 2020


Agus Subagyo

vii
Pengantar Penerbit . . .

Perkembangan zaman senantiasa menghendaki perkembangan


pengetahuan. Bahkan sejak zaman pencerahan sekalipun, tak ada
kemajuan kiranya jika tak beriringan langsung dengan perubahan
corak berpikir masyarakat Eropa kala itu. Dan, tak ada pengetahuan
apalagi perkembangan terhadapnya, apabila dinamika pengetahuan
terkungkung dalam stagnasi yang membatasi perkembangan dan
pembaruan terus-menerus atas cara manusia menanggapi dan
memahami realitas.
Untuk berkembang, dinamika pengetahuan idealnya hadir
melalui dialektika aksi dan refleksi. Ada upaya berkesinambungan
untuk memperbarui terus-menerus pengetahuan, entah masa lampau
yang masih diyakini sebagai kebenaran, ataupun pengetahuan-
pengetahuan baru yang muncul belakangan. Itu semua takkan lahir
dengan hanya duduk-duduk belaka, ia seharusnya muncul lewat
kompleksitas penelitian terhadap subyek-obyek yang diteliti. Segala
yang diyakini mesti diuji, apakah realitas mengafirmasinya, atau justru

viii
sebaliknya. Alhasil, dalam dunia akademik, kerja-kerja penelitian
memerankan posisi penting, jika tidak paling penting dalam
kompleksitas aktivitas hari-harinya.
Namun, kerja-kerja ini bukan hal mudah dan dapat dilakukan
semua orang, sekalipun kalangan cerdik cendekia sekalipun. Sering
kali kerumitan penyusunan penelitian menjadi tembok kokoh yang
menghadang. Sebab, penelitian yang baik adalah proses yang lahir dari
penyusunan terstruktur dan sistematis, ilmiah dan obyektif, serta
bersandar pada kaidah-kaidah tertentu. Karena itulah, pemahaman
utuh terhadapnya sangat diperlukan oleh siapa pun yang hendak
bergelut dalam aktivitas ini, baik peneliti, dosen, mahasiswa dan
khalayak rakyat luas.
Buku ini lahir atas dasar itu, bertujuan memberikan logika umum
dan gambaran proses penelitian dengan bahasa sederhana dan mudah
dipahami. Di dalamnya juga dipaparkan contoh konkret bagaimana
menyusun penelitian yang baik dari awal hingga akhir, baik kualitatif,
kuantitatif dan mix methods. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat
luas bagi khalayak luas, khususnya mereka yang bergelut dengan
kerja-kerja penelitian.

Selamat Membaca

ix
Daftar Isi

Pengantar Penulis … iii


Pengantar Penerbit … viii
Daftar Isi … x

Bab 1: Pendahuluan … 1
A. Problematika Menyusun Penelitian … 1
B. Keterbatasan Dalam Penelitian … 2
C. Etika Dalam Penelitian … 4
D. Referensi atau Khazanah Pustaka Dalam Penelitian … 5

Bab 2: Fenomena atau Masalah dalam Penelitian … 7


A. Apa itu Masalah? … 7
B. Contoh Fenomena atau Masalah dalam Penelitian Kuantitatif … 8
C. Contoh Fenomena atau Masalah dalam Penelitian Kualitatif … 12
D. Contoh Fenomena atau Masalah dalam Penelitian Mix Methods …
16

Bab 3: Permasalahan dan Persoalan dalam Penelitian … 19


A. Membedah Permasalahan dan Persoalan … 19
B. Contoh Permasalahan dan Persoalan … 20

Bab 4: Teori dan Konsep Dalam Penelitian … 37


A. Menelaah Teori dan Konsep ... 37
B. Contoh Teori dan Konsep dalam Penelitian Kuantitatif ... 38
C. Contoh Teori dan Konsep dalam Penelitian Kualitatif ... 40

x
Bab 5: Definisi Operasional atau Operasionalisasi Variabel
dalam Penelitian ... 43
A. Meneropong Definisi Operasional ... 43
B. Contoh Definisi Operasional ... 45

Bab 6: Penelitian Terdahulu Dalam Penelitian ... 52


A. Mengupas Penelitian Terdahulu ... 52
B. Contoh Kasus Penelitian Terdahulu ... 53

Bab 7: Alur atau Kerangka Pemikiran dalam Penelitian ... 58


A. Memahami Alur Pemikiran atau Kerangka Pemikiran ... 58
B. Contoh Alur atau Kerangka Pemikiran ... 59

Bab 8: Garis Besar Kerangka Penelitian Kualitatif ... 84


A. Menganalisis Kerangka Penelitian Kualitatif ... 84
B. Contoh Kerangka Penelitian Kualitatif ... 85

Bab 9: Garis Besar Kerangka Penelitian Kuantitatif ... 92


A. Menganalisis Kerangka Penelitian Kuantitatif ... 92
B. Contoh Kerangka Penelitian Kuantitatif ... 93

Bab 10: Garis Besar Kerangka Penelitian Mix Methods ... 101
A. Mendeskripsikan Kerangka Penelitian Mix Methods ... 101
B. Model Kerangka Penelitian Mix Methods ... 102

Daftar Pustaka ... 132


Biodata Penulis ... 134

xi
xii
- BAB 1 -
PENDAHULUAN

A. Problematika Menyusun Penelitian


Salah satu problematika yang dihadapi oleh para mahasiswa
adalah ketika akan menyusun penelitian, baik dalam bentuk skripsi,
tesis, maupun disertasi untuk kepentingan persyaratan kelulusan,
maupun para dosen atau peneliti yang mengalami kesulitan dalam
menyusun proposal penelitian untuk diajukan dalam program hibah
dari lembaga pemerintah dan pihak ketiga lainnya. Masalah ini sudah
menjadi rahasia umum di kalangan dunia akademik dan banyak
menjadi perbincangan di komunitas perguruan tinggi.
Ada sebagian besar mahasiswa yang terhambat dalam proses
kecepatan lulus di perguruan tinggi karena menghadapi kendala
berupa penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi. Bahkan, banyak
mendengar di media massa, khususnya media sosial, dimana ada
mahasiswa yang bunuh diri karena tidak tahan dengan pengerjaan
skripsi maupun tugas akhir lainnya yang dipersyaratkan oleh
kampusnya. Tidak sedikit pula yang terkena DO (drop out) karena
habis masa studi hanya karena tidak selesai mengerjakan tugas
akhirnya, termasuk yang tidak lulus karena gagal dalam membuat
tugas akhir dan proses pembimbingan dengan dosennya masing-
masing.
Masalah terbesar yang dihadapi para mahasiswa adalah mereka
telah memahami dan menguasai tentang prosedur dan tahapan
penelitian, namun mereka kesulitan dalam menuangkan ide, gagasan,
dan pemikirannya ke dalam bentuk tulisan yang sistematis dan

1
metodologis, karena menulis dalam skripsi, tesis, dan disertasi pasti
dibebani oleh aturan maupun kaidah atau selingkung dari masing-
masing kampus yang relatif berbeda. Hal ini karena di kelas, para
mahasiswa jarang diberikan contoh atau jarang diberikan praktik oleh
para dosen. Dosen hanya menjejali mahasiswa dengan teori-teori, yang
sifatnya definitif, menggunakan bahasa dewa, susah membumi.
Akhirnya para mahasiswa tidak mendapatkan gambaran riil dan
praktik nyata penelitian berupa contoh-contoh konkret tentang
tahapan penelitian. Konsekuensi logisnya adalah para mahasiswa
kurang berpengalaman dalam menulis, meneliti, mengkaji, dan
menganalisis dalam tahapan penelitian, baik dalam menentukan judul,
menemukan fenomena, merumuskan masalah, memilih teori atau
konsep, dan mengaplikasikan teori atau konsep dalam instrumen
penelitian, baik angket/kuesioner, panduan wawancara, dan
pedoman observasi.
Akibat lebih jauhnya adalah tugas akhir berupa skripsi, tesis,
maupun disertasi yang dibuat tidak sesuai dengan kaidah penelitian,
tidak ada sambungan antar bab, salah secara metodologi, keliru dalam
substansi, sehingga tidak menghasilkan apa-apa pada hasil
penelitiannya, yang pada akhirnya tidak melahirkan novelty atau
kebaruan penelitian, karena memang state of the art yang tidak
memenuhi kaidah yang telah ditentukan. Bahkan, bisa saja penelitian
yang dilakukan sudah pernah diteliti oleh orang lain sebelumnya,
sehingga yang terjadi adalah pengulangan penelitian, yang tidak
menghasilkan penelitian yang bermutu, dan kurang berguna bagi
mozaik perkembangan ilmu pengetahuan maupun tidak bermanfaat
bagi rekomendasi kebijakan.

B. Keterbatasan Dalam Penelitian


Setiap orang yang melakukan proses dan kegiatan penelitian,
pasti menghadapi keterbatasan, yang tentunya akan mempengaruhi
tahapan penelitian yang dilakukannya. Keterbatasan ini dipastikan
dihadapi oleh semua orang yang bergerak di bidang penelitian, tidak
terkecuali dosen, peneliti, dan mahasiswa. Apalagi mahasiswa yang
dalam melakukan kegiatan penelitian, baik penelitian dalam bentuk

2
skripsi, tesis maupun disertasi pasti dihadapkan pada keterbatasan,
kendala, dan hambatan.
Dalam dunia penelitian, terdapat tiga masalah keterbatasan dalam
penelitian, yakni masalah klasik, masalah teknis, dan masalah
substansi. Masalah klasik dalam penelitian meliputi: 1) waktu
penelitian, yakni umumnya proses penelitian dibatasi waktu
penelitian yang singkat, pendek, dan cepat, misalnya skripsi, tesis,
disertasi yang mana mahasiswa dituntut harus cepat lulus karena
semester berjalan sudah akan berakhir maupun penelitian dari
pemerintah atau pihak ketiga yang sangat dibatasi oleh waktu karena
kaitan dengan sistem dan mekanisme pertanggungjawaban anggaran;
2) biaya penelitian, yakni umumnya proses penelitian menghadapi
kendala dana/biaya/anggaran yang serba minim dan terbatas; 3)
energi penelitian, yaitu umumnya proses penelitian menghadapi
rintangan berupa energi/tenaga/kekuatan peneliti yang serba
terbatas.
Masalah teknis dalam penelitian mencakup: 1) perijinan
penelitian, artinya proses perijinan yang rumit, komplek, sulit dan
berbelit-belit sehingga kesulitan mengakses dan mendapatkan data
lapangan menjadi kendala yang umum dihadapi peneliti, khususnya
penelitian yang mengambil tema/judul yang bersifat rahasia atau
sensitive, yang pada akhirnya mempengaruhi proses, tahapan, dan
hasil penelitian; 2) independensi penelitian, artinya masih ada
penelitian yang dilakukan atas pesanan pihak tertentu yang tentunya
hasil penelitian yang diperoleh harus sesuai dengan keinginan pihak
yang membiayai penelitian tersebut; 3) status peneliti, artinya status
peneliti yang menduduki posisi atau profesi tertentu akan sangat
mempengaruhi proses, tahapan, mekanisme dan hasil penelitian.
Masalah substansi dalam penelitian terdiri dari: 1) Tingkat
Pengetahuan Peneliti, dimana tingkat pengetahuan, pemahaman, dan
pendalaman peneliti terhadap tema/topik/judul penelitian yang
diangkat sangat mempengaruhi hasil penelitian dan ketajaman
analisisnya; 2) tingkat penguasaan metodologi peneliti, yang mana
metodologi penelitian yang dipergunakan oleh peneliti sangat
mempengaruhi kadar, kualitas dan mutu hasil penelitiannya; 3) Latar
belakang peneliti, dimana latar belakang peneliti, seperti agama, etnis,

3
ras, suku, afiliasi kepartaian, da nasal daerah dari peneliti sangat
mempengaruhi hasil penelitian, khususnya pemihakan apabila antara
peneliti dan yang diteliti ada kaitan dan hubungannya.

C. Etika Dalam Penelitian


Dalam khazanah penelitian, ada yang namanya etika penelitian,
yang harus dipatuhi, ditaati dan dijalankan oleh semua komunitas
penelitian, baik dosen, peneliti maupun mahasiswa. Etika penelitian
merupakan tuntunan, tata laku, tata cara, dan tata tindak bagi para
peneliti dalam melaksanakan semua tahapan dan proses penelitian,
agar supaya penelitian yang dihasilkannya sesuai dengan kaidah
penelitian dan norma penelitian yang berlaku. Etika penelitian
mengajarkan tentang pantas tidak pantas, patut tidak patut, dan etis
tidak etis bagi peneliti dalam melakukan proses penelitian, baik dalam
pengumpulan data, pengolahan data, maupun analisis data.
Salah satu etika penelitian yang harus diperhatikan adalah
masalah plagiarisme. Plagiarisme adalah menyontek, menjiplak, copy
paste, maupun menyalin persis hasil penelitian sendiri atau hasil
penelitian orang lain tanpa menyebutkan sumber referensi atau
sumber kutipannya, sehingga hasil penelitian orang lain tersebut
diklaim sebagai hasil penelitiannya sendiri. Kasus-kasus plagiat/
plagiarisme saat ini marak terjadi baik dalam penelitian skripsi, tesis,
maupun disertasi, sehingga harus dicermati dan diwaspadai.
Di tengah era teknologi informasi, internet, media sosial, dan
serba online, maka banyak sekali tugas-tugas kuliah berupa paper,
makalah, resensi buku, resensi film, maupun tulisan jurnal yang dibuat
oleh para mahasiswa dengan asal comot dan asal copy paste tanpa
menyebutkan sumber kutipan dari referensi mana, yang tentunya hal
ini merupakan tindakan plagiat yang sangat dilarang dalam etika
penelitian. Tindakan plagiat/plagiarisme merupakan tindakan yang
sangat dilarang keras dan merupakan semacam “dosa besar” yang
tidak bisa diampuni dalam dunia akademik, dunia ilmiah, dan dunia
pendidikan, sehingga harus ditaati dan dipatuhi untuk nilai-nilai etika
penelitian.

4
Di samping itu, dalam kenyataan sehari-hari, sering dijumpai saat
ini dimana para mahasiswa dalam menyusun skripsi, tesis, dan
disertasi melakukan kesalahan teknis, kesalahan sepele, kesalahan
pengetikan, yang kadangkala berakibat fatal. Kesalahan teknis yang
remeh temeh sering dilakukan mahasiswa, mulai dari salah ketik, typo,
keliru dalam penulisan sumber referensi, sumber pustaka, kutipan
baik foot note, end note, maupun running note, dan lain-lain. Kesalahan
ringan kedengarannya namun banyak terjadi akibat perilaku
mahasiswa saat ini yang cenderung cuek dan kurang memperhatikan
aspek teknis dan kaidah penulisan/selingkung masing-masing,
sehingga bisa berakibat fatal pada makna, arti, maupun pemahaman
bagi para pembaca.

D. Referensi atau Khazanah Pustaka Dalam Penelitian


Dalam belantara pustaka penelitian, banyak sekali buku-buku
yang telah terbit di berbagai took buku maupun di berbagai
perpustakaan di seluruh Indonesia tentang metodologi penelitian, baik
metode penelitian kuantitatif, kualitatif, maupun mix methods. Buku-
buku tersebut sudah sangat lengkap membahas tentang filosofi,
hakekat dan epistemologi dari kegiatan penelitian. Bahkan dikaitkan
pula antara metode penelitian dengan filsafat ilmu yang mendasari
dari munculnya kegiatan penelitian dan juga berbagai pendekatan
penelitian ditinjau dari aspek sosial humaniora.
Namun demikian, sampai dengan saat ini, dalam pandangan
penulis, belum banyak atau dapat dikatakan, masih sangat sedikit
khazanah pustaka, buku, maupun referensi yang membahas tentang
metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan mix methods yang lebih
aplikatif, lebih praktis, lebih ke arah contoh, dan fokus ke praktik,
sehingga berakibat pada masih kurangnya pemahaman para
mahasiswa untuk mendapatkan penggambaran detail dan terperinci
tentang aplikasi metode kualitatif, kuantitatif, dan mix methods.
Menurut pengamatan dan pengalaman penulis ketika berinteraksi
dan berdiskusi dengan para mahasiswa, mereka menghadapi
kesulitan dalam mempraktikkan metode penelitian yang mereka
peroleh dari dosen dan membaca buku-buku metode penelitian.

5
Mereka tidak banyak mendapatkan narasi dan uraian detail dan
contoh-contoh tahapan penelitian maupun kunci-kunci utama dalam
penelitian, sehingga yang terjadi adalah ketika dihadapkan pada
penulisan skripsi, maka mereka ekstra kerja keras belajar lagi tentang
tahapan penelitian.
Salah satu penyebabnya adalah karena buku-buku yang ditulis
oleh para ilmuwan belum banyak yang membahas tentang aplikasi
teknis penulisan penelitian. Buku-buku yang ada masih bersifat
umum, belum memberikan contoh konkret, masih terbatas definisi,
pengertian, dan kandungan dalam penelitian, belum diuraikan
tentang contoh-contoh aplikatif, misalnya contoh “masalah”, contoh
“fenomena”, contoh “pertanyaan penelitian”, contoh “aplikasi teori
yang dipergunakan”, dan contoh “menjabarkan teori dan konsep
dalam variabel, dimensi, indikator, serta pertanyaan, baik dalam
angket maupun wawancara”.
Padahal, mahasiswa sangat membutuhkan buku-buku metode
penelitian sosial yang aplikatif, praktis, praksis, dan berupa contoh-
contoh, agar supaya mereka tidak mengira-ngira, menerawang, dan
menaksir sendiri tanpa adanya contoh-contoh yang jelas. Buku ini
menawarkan contoh-contoh dalam menulis maupun dalam
melakukan penelitian, khususnya dalam menulis proposal penelitian
maupun dalam membuat laporan akhir penelitian. Buku ini
diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada para mahasiswa
tentang prosedur, mekanisme, tahapan, dan etika penelitian, di tengah
minimnya khazanah pustaka tentang aplikasi dan praktik metode
penelitian yang masih minim dan terbatas.

6
- BAB 2 -
FENOMENA ATAU MASALAH
DALAM PENELITIAN

A. Apa Itu Masalah?


Dalam dunia metode riset, pertanyaan pertama yang selalu
diungkapkan oleh seorang dosen kepada mahasiswa, seorang
pembimbing kepada muridnya, seorang promotor kepada
promovendusnya, penguji kepada mahasiswa yang diujinya, adalah
apa masalah yang diangkat dalam penelitian ini? Seringkali para
mahasiswa, peneliti, maupun orang-orang yang menyusun skripsi,
tesis, maupun disertasi kebingungan untuk menemukenali masalah,
mengidentifikasi masalah, dan merumuskan masalah, baik dalam
bentuk pertanyaan maupun pernyataan.
Masalah yang dianggap sebagai fenomena, gejala, atau peristiwa
yang mendorong para peneliti atau mahasiswa melakukan penelitian
merupakan cikal bakal atau titik awal yang mendorong adanya suatu
riset, penelitian maupun pengkajian. Tanpa adanya masalah, maka
penelitian sepertinya kurang afdol dan absah jika dilakukan. Karena
penelitian, riset, dan kajian dilakukan oleh peneliti dan mahasiswa
dalam rangka menyelesaikan masalah, mengetahui sebab-sebab
masalah, dan akar masalah, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai
rekomendasi kebijakan maupun sebagai alternative bagi pihak terkait
dalam mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya.
Umumnya, narasi dan uraian masalah dituangkan dalam latar
belakang penelitian yang diuraikan secara sistematis, ilmiah, dan

7
runtut, sehingga menggambarkan bahwa gejala, fenomena, dan
peristiwa yang terjadi merupakan sebuah masalah yang harus
diselesaikan, yang harus dicari jawabannya, dan yang harus dianalisis
melalui sebuah kegiatan penelitian, riset, maupun kajian. Masalah
merupakan situasi dan kondisi yang bersifat problematis, dilematis,
dan dialektis yang dinarasikan sebagai kesenjangan antara kondisi saat
ini dan kondisi yang diharapkan, ketimpangan antara harapan dan
kenyataan, pertentangan antara yang ideal dan riil, dan
ketidakcocokan antara das sollen (yang seharusnya, yang semestinya)
dan das sein (yang seadanya, yang senyatanya, yang sesungguhnya).
Dalam praktiknya, para mahasiswa, dosen dan peneliti, seringkali
menghadapi keadaan dimana sulit menemukan masalah, mengenali
masalah, dan mengidentifikasi masalah. Banyak laporan kajian,
laporan penelitian, dan hasil akhir riset, yang dilakukan tidak
menggambarkan apa masalahnya, mengapa diangkat judul penelitian
seperti itu, dan kurang mampu mengkaitkan antara judul, latar
belakang, dan masalahnya. Ini merupakan pekerjaan berat bagi setiap
dosen, peneliti, dan mahasiswa yang sulit sekali menemukan masalah,
sehingga nantinya berakibat pada hasil penelitian yang kadangkala
tidak sesuai dengan masalah yang diangkat.
Dalam kaitan ini, sangat penting bagi para dosen, peneliti,
maupun mahasiswa untuk mengetahui apa itu masalah, bagaimana
menemukan masalah, dan bagaimana pula melukiskan masalah di
latar belakang penelitian, sehingga para pembaca yang membaca hasil
penelitian tersebut dapat mengetahui dan memahami tentang masalah
yang diangkat dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu, akan
diuraikan contoh-contoh masalah, baik masalah dalam penelitian
kualitatif, kuantitatif, dan mix methods, dalam beberapa sub bagian
berikut ini.

B. Contoh Fenomena atau Masalah Dalam Penelitian Kuantitatif


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Pengaruh Perilaku Bermain Game online Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Kelas XI SMAN 1 Kota Cimahi”

8
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Perkembangan game online sangat mempengaruhi aktivitas
keseharian kalangan remaja di sekolah. Para siswa SMA umumnya
banyak menghabiskan waktu untuk bermain game online. Fakta ini
sangat memprihatinkan mengingat seharusnya anak-anak SMA
menghabiskan waktu untuk kegiatan yang positif, seperti belajar,
olahraga, diskusi kelompok, mengerjakan PR, maupun kegiatan
ekstrakurikuler lainnya. Dalam perspektif sosiologis dan psikologi,
anak yang terlalu sering main game online akan menjadi pribadi
yang egois, individualis, dan egosentris.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan pada
tanggal 1 – 3 April 2019 di Kelas XI SMAN 1 Kota Cimahi, ditemukan-
lah dua permasalahan. Pertama, sebagian besar waktu anak-anak
siswa Kelas XI SMAN 1 Kota Cimahi dipergunakan untuk bermain
game online setiap harinya. Kedua, motivasi belajar siswa Kelas XI
SMAN 1 Kota Cimahi masih sangat rendah, terbukti dari masih
banyaknya sebagian besar siswa bercanda, tertawa-tawa, berisik,
berbicara dengan temannya, malas-malasan, dan bermain gadget.
Kedua permasalahan tersebut tentunya akan menjadi kendala
dan hambatan dalam pencapaian tujuan pembelajaran, baik pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, pada siswa Kelas XI
SMAN 1 Kota Cimahi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian
dengan judul berikut ini: “Pengaruh Perilaku Bermain Game online
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMAN 1 Kota Cimahi”.
Perumusan Masalah (Bab I):
Adakah pengaruh perilaku bermain game online terhadap motivasi
belajar siswa kelas XI SMAN 1 Kota Cimahi?
atau
Seberapa besar pengaruh perilaku bermain game online terhadap
motivasi belajar siswa kelas XI SMAN 1 Kota Cimahi?
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Pengaruh Fasilitas Kerja terhadap Produktivitas Personil Babinsa
di Satuan Kodim X”

9
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Dalam perspektif sistem pertahanan semesta, Babinsa
merupakan ujung tombak dalam melakukan cegah dini, tangkal
dini, peringatan dini terhadap berbagai ancaman yang potensial di
tengah masyarakat. Babinsa diperlukan untuk kepentingan
pendataan cepat, lapor cepat, dan temu cepat dalam rangka
mengendus berbagai aksi separatisme, terorisme, dan lain-lain yang
membahayakan keutuhan NKRI. Babinsa yang tersebar di berbagai
desa/kelurahan merupakan mata dan telinga TNI AD dalam
menangkal setiap ancaman.
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian yang dilakukan
pada tanggal 6 - 8 Mei 2019 di Kodim X, ditemukan dua fenomena.
Pertama, sebagian besar personil Babinsa tidak memiliki kendaraan
(motor) dinas sehingga jalan kaki ketika berkunjung ke masyarakat,
seragam yang lusuh, hand phone yang belum smart phone, fasilitas
kantor yang masih numpang di balai desa/ kelurahan dengan ATK
yang minim. Kedua, produktivitas personil Babinsa masih sangat
rendah, dimana frekuensi anjangsana ke masyarakat hanya sekali
dalam seminggu, laporan rutin situasi ke atasan via media sosial
(line & WA) jarang karena pulsa terbatas/habis, dan laporan
tertulis juga jarang dilakukan, serta pendataan potensi wilayah
masih terbatas/kurang detail.
Kedua fenomena tersebut sudah pasti akan menjadi rintangan
dalam menciptakan kewaspadaan nasional dan ketahanan wilayah
dalam rangka terwujudnya sistem pertahanan semesta. Oleh karena
itu, layak untuk dilakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh
Fasilitas Kerja Terhadap Produktivitas Personil Babinsa di Satuan
Kodim X”.
Perumusan Masalah (Bab I):
Adakah pengaruh fasilitas kerja terhadap produktivitas personil
Babinsa di Satuan Kodim X?
atau
Seberapa besar pengaruh fasilitas kerja terhadap produktivitas
personil Babinsa di Satuan Kodim X?

10
3. Contoh Kasus Tiga
Judul:
“Pengaruh Kompetensi Tenaga Pendidik (Gadik) terhadap Minat
Belajar Siswa di Pusdik X”
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Dalam khazanah pendidikan militer, terdapat 10 komponen
pendidikan yang harus dipenuhi agar terwujud tujuan dan capaian
pembelajaran. Salah satu komponen dari 10 komponen pendidikan
tersebut adalah tenaga pendidik (Gadik). Gadik menempati posisi
penting dalam proses penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan TNI AD. Gadik berfungsi memberikan pengajaran,
pelatihan, pendidikan, dan keteladanan bagi siswa agar supaya
siswa memiliki standar keahlian dan kecakapan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil studi literatur (berupa telaah terhadap
dokumen ospdik) pra penelitian yang dilakukan pada tanggal 10 -
12 Mei 2019 di Pusdik X, ditemukan dua fakta. Pertama, sebagian
Gadik minim jam terbang/rekam jejak penugasan di Lemdik,
tingkat pendidikan umum belum semuanya minimal S1,
penguasaan materi pelajaran kurang, cara mengajar yang
monoton/doktriner, dan slide paparan yang kurang menarik.
Kedua, minat belajar siswa masih sangat rendah, dimana siswa
kurang tertarik membaca, sebagian mengantuk, ada yang bercanda,
tertawa, gaduh, dan keluar masuk kelas pura-pura kencing ke toilet.
Kedua fakta tersebut jelas sekali akan menjadi hambatan dalam
tujuan pembelajaran yang bermutu dan berkualitas. Hal ini
merisaukan karena capaian pembentukan siswa yang cakap dan
kompeten akan mengalami rintangan. Oleh karena itu, sangat cocok
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kompetensi
Tenaga Pendidik (Gadik) terhadap Minat Belajar Siswa di Pusdik X”.
Perumusan Masalah (Bab I):
Adakah pengaruh kompetensi Tenaga Pendidik (Gadik) terhadap
minat belajar siswa di Pusdik X?

11
atau
Seberapa besar pengaruh kompetensi Tenaga Pendidik (Gadik)
terhadap minat belajar siswa di Pusdik X?

C. Contoh Fenomena atau Masalah Dalam Penelitian Kualitatif


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Implementasi Kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi Di
Universitas X”
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. Peraturan
Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pasal 97 menyatakan bahwa
kurikulum perguruan tinggi dikembangkan dan dilaksanakan
berbasis kompetensi (KBK). Tujuan pendidikan tinggi adalah
mencapai tingkatan kompetensi tertentu, baik kompetensi utama,
kompetensi pendukung, maupun kompetensi lainnya. Setiap
perguruan tinggi wajib menerapkan KBK.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pra penelitian
yang dilakukan pada tanggal 20 - 22 April 2019 di Universitas X,
ditemukan permasalahan, antara lain: Di beberapa Prodi/Jurusan
masih enggan menerapkan KBK, masih ada pro kontra antar dosen
dalam penerapan KBK, modul/bahan ajar belum direvisi sesuai
dengan KBK, masih ada sebagian dosen yang menginginkan
kurikulum lama, dan buku panduan akademik belum disesuaikan
dengan KBK. Ditambah lagi dengan profil lulusan yang belum
mencerminkan kompetensi dan belum dipikirkan bukti kompetensi
lulusan, misalnya dengan penerbitan sertifikat kompetensi yang
bekerjasama dengan asosiasi profesi.
Serangkaian permasalahan di atas tentunya menggambarkan
bahwa implementasi KBK di Universitas X kurang optimal. Hal ini
tentunya harus dicari akar permasalahan dan penyebab kurang

12
optimalnya implementasi KBK di universitas X beserta solusi/
upaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalkannya. Oleh
karena itu, sangat relevan untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Implementasi Kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Universitas X”.
Perumusan Masalah (Bab I):
Mengapa implementasi kebijakan kurikulum berbasis kompetensi
di Universitas X kurang optimal?
atau bisa ditambahkan pertanyaan
Bagaimana upaya mengoptimalkan implementasi kebijakan
kurikulum berbasis kompetensi di Universitas X?
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Peran Dandim Dalam Meningkatkan Sinergitas TNI-Polri di
Kodim X”
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Dalam perspektif keamanan nasional, TNI dan Polri
merupakan garda penjaga NKRI yang harus saling bersatu,
bekerjasama, solid, dan sinergi. Sinergitas antara TNI dan Polri
merupakan sebuah keharusan dan keniscayaan karena keduanya
ibarat “kakak dan adik” yang semestinya hidup rukun, penuh
kekeluargaan dan keharmonisan, dalam menjaga Pancasila, UUD
NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Sinergitas antara TNI
dan Polri harus tercermin dalam setiap kegiatan dan operasi baik di
tingkat/level pimpinan tinggi (Panglima TNI – Kapolri) sampai
dengan level terendah (Babinsa – Bhabinkamtibmas).
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi pra
penelitian yang dilakukan pada tanggal 23 - 25 April 2019 di
wilayah Kodim X, didapatkan fenomena/permasalahan kurang
optimalnya sinergi antara personil Kodim X dengan Polres Y, yang
dibuktikan dengan fakta: hampir tidak kegiatan bersama antara
Kodim dengan Polres, sebagian besar personil Kodim dan Polres
kurang saling mengenal, tidak ada ucapan selamat ulang tahun TNI
oleh Polres, demikian pula tidak ada ucapan selamat ulang tahun

13
bhayangkara/Polri dari Kodim, kegiatan olahraga bersama, makan
bersama, operasi bersama, jarang dilakukan kedua belah pihak.
Fakta atau fenomena di atas tentunya menjadi gambaran
kurang optimalnya sinergitas antara TNI dan Polri di Kodim X.
Posisi dan kedudukan Dandim sebagai komandan satuan
kewilayahan TNI AD menjadi penting untuk diteliti, mengingat
dalam organisasi TNI AD, gerak laju satuan maupun arah kebijakan
satuan Kodim, sangat ditentukan oleh peran Dandim. Di Kodim X,
Dandim dilantik tiga bulan yang lalu (23 Januari 2019). Oleh karena
itu, sangat strategis untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Peran Dandim Dalam Meningkatkan Sinergitas TNI-Polri Di
Kodim X”.
Perumusan Masalah (Bab I):
Bagaimana peran Dandim dalam meningkatkan sinergitas TNI-
Polri di Kodim X?
atau bisa ditambahkan pertanyaan
Apa saja kendala yang dihadapi oleh Dandim dalam meningkatkan
sinergitas TNI-Polri di Kodim X?
3. Contoh Kasus Tiga
Judul:
“Kerjasama Kodim X dengan BPBD Kabupaten Y Dalam
Penanggulangan Bencana Alam”
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Secara geografis, wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke, sangat rawan mengalami bencana alam, seperti gunung
meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran hutan/lahan,
tanah longsor, maupun bencana alam lainnya. Pemerintah telah
membentuk BNPB di tingkat pusat dan BPBD di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota, untuk menanggulangi bencana alam. Dalam
praktiknya, setiap terjadi bencana alam, TNI bersama-sama dengan
BNPB, BPBD, Polri, Tagana, dan unsur masyarakat lainnya
melakukan langkah evakuasi dan penyelamatan korban. Dalam
konteks TNI AD, sudah semestinya/seharusnya antara TNI AD
beserta satuan jajaran di bawahnya (Kodim) dan BNPB beserta

14
satuan jajaran di bawahnya (BPBD) bekerjasama dalam
penanggulangan bencana alam, baik pada tahapan pra bencana
alam, selama bencana alam, dan pasca bencana alam.
Berdasarkan hasil studi literatur melalui internet pra penelitian
yang dilakukan pada tanggal 26 - 28 April 2019 di wilayah Kodim
X atau Kabupaten Y, diperoleh data/fenomena kerawanan wilayah
dari ancaman bencana, karena kondisi existing wilayah ada gunung
berapi, lembah, bukit, sungai, dan pantai. Bencana alam yang sering
terjadi dari kondisi existing tersebut adalah gunung meletus, tanah
longsor, banjir, gempa bumi, dan tsunami. Tidak jarang terjadi
korban meninggal dunia, harta benda yang hancur, serta fasilitas
umum serta fasilitas sosial yang rusak, sehingga menghambat
proses pembangunan daerah.
Fenomena tersebut tentunya menunjukkan betapa rawannya
wilayah di Kodim X atau Kabupaten Y sehingga diperlukan
langkah mitigasi bencana maupun berbagai persiapan dalam
menghadapi bencana. BPBD di Kabupaten Y diberi amanat oleh UU
No 24 Tahun 2007 untuk Penanggulangan Bencana Alam. Kodim
memiliki amanat dalam UU 34 Tahun 2004 Tentang TNI, khususnya
Pasal OMSP (membantu pemerintah dalam penanggulangan
bencana alam). Kodim X dan BPBD Kabupaten Y sangat vital
kedudukannya dalam upaya menanggulangi bencana alam. Oleh
karena itu, sangat penting ditetapkan penelitian dengan judul:
“Kerjasama Kodim X dengan BPBD Kabupaten Y Dalam
Penanggulangan Bencana Alam”.
Perumusan Masalah (Bab I):
Bagaimana kerjasama Kodim X dengan BPBD Kabupaten Y dalam
penanggulangan bencana alam?
atau bisa ditambahkan pertanyaan
Apa saja kendala yang dihadapi Kodim X dengan BPBD Kabupaten
Y dalam penanggulangan bencana alam?

15
D. Contoh Fenomena atau Masalah Dalam Penelitian Mix Methods
1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Budaya Kerja Prajurit di
Korem X”
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Dalam perspektif organisasi, faktor kepemimpinan menempati
posisi yang sangat krusial untuk tercapainya tujuan organisasi.
Arah organisasi akan dibawa kemana sangat bergantung pada
pemimpin organisasi. Demikian pula yang terjadi pada organisasi
TNI AD, seperti Mabes TNI AD, Kodam, Korem, Kodim, dan
Koramil. Organisasi Korem dipimpin oleh seorang Danrem yang
menjadi komandan untuk mengawaki, mengelola dan memimpin
organisasi Korem. Danrem harus mampu mengelola sumber daya
organisasi, menciptakan keteladanan, dan memberikan
perintah/petunjuk yang jelas kepada semua anak buah agar supaya
tercipta budaya kerja yang profesional, cepat, dan transparan. Baik
dan buruknya budaya kerja personil di Korem sangat ditentukan
oleh kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang Danrem.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Y
dengan menggunakan penelitian kuantitatif, diperoleh hasil
penelitian atau temuan bahwa variabel kepemimpinan mencapai
70% dan variabel budaya kerja mencapai 79%. Sedangkan, Variabel
Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap budaya kerja di
Korem X, dengan tingkat keterpengaruhan mencapai 75%. Artinya,
kepemimpinan Danrem sangat determinan dalam menciptakan
budaya kerja di Korem X.
Sementara itu, penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
Universitas Z hasilnya berbeda, dimana kepemimpinan Danrem
sangat buruk, tidak menampilkan sikap keteladanan kepemim-
pinan, gaya memimpin yang otoriter, suka marah-marah, menjaga
jarak dengan anak buah, serta kurang memperhatikan kesulitan
anak buah. Hal ini berimplikasi pada budaya kerja yang jelek,
dimana antar anak buah saling berprasangka negative, perilaku
mencari muka di depan Danrem, rasa takut jika Danrem datang,

16
saling menggosipkan Danrem di belakang, dan anak buah tidak
betah berada di kantor.
Kedua kegiatan penelitian di lokasi penelitian yang sama,
dengan waktu yang sama, namun metodenya berbeda (kuantitatif
dan kualitatif), sehingga hasilnya berbeda. Oleh karena itu, sangat
penting dilakukan penelitian dengan menggunakan metode
campuran/metode kombinasi/mix methods, dengan judul: “Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Budaya Kerja Prajurit di Korem X”.
Perumusan Masalah (Bab I):
1. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap budaya kerja
prajurit di Korem X? (Pertanyaan Kuantitatif).
2. Mengapa faktor kepemimpinan berpengaruh dominan terhadap
budaya kerja prajurit di Korem X? (Pertanyaan Kualitatif).
Atau pertanyaan lain:
3. Mengapa faktor kepemimpinan kurang berpengaruh dominan
terhadap budaya kerja prajurit di Korem X? (Pertanyaan
Kualitatif).
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Analisis Kinerja Dosen di Pusdik X”
Latar Belakang Masalah (Bab 1):
Di lingkungan lembaga pendidikan (Lemdik) TNI AD, posisi
Dosen (Tenaga Pendidik/Gadik) sangat menentukan keberhasilan
penyelenggaraan operasional pendidikan. Dosen yang rajin,
disiplin, loyal, berintegritas dan memiliki komitmen tinggi
terhadap pendidikan dan peserta didik merupakan modal dasar
yang harus dijunjung tinggi. Dosen yang ada di Pusdik-Pusdik TNI
AD adalah ujung tombak dalam mentransfer ilmu pengetahuan
kepada peserta didik. Kinerja dosen di setiap Pusdik TNI AD harus
terus ditingkatkan agar supaya mampu menciptakan mutu,
kualitas, dan prestasi peserta didik yang professional dan sesuai
standar yang ditetapkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga
Penelitian Y dengan menggunakan penelitian kualitatif, diperoleh

17
hasil penelitian atau temuan bahwa kinerja Dosen di Pusdik X
sangat buruk yang dibuktikan dengan dosen jarang ditempat,
materi ajar kuno/tidak up to date, LT tidak dikoreksi, soal ujian itu-
itu saja, sering terlambat masuk kelas, slide paparan tidak menarik,
dan jawaban atas pertanyaan peserta didik kurang memuaskan,
sehingga menimbulkan complain dari peserta didik.
Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Lembaga
Penelitian Z, yang menerapkan metode kuantitatif, menunjukkan
hal yang berbeda dan bahkan bertolak belakang. Hasil penelitian
kuantitatif menemukan data angka/prosentase indeks kinerja
dosen di Pusdik X sangat baik, yakni Indeks Kinerja Disiplin: 84%,
Indeks Kinerja Kapabilitas: 88%, dan Indeks Kinerja Komitmen:
90%.
Penelitian lembaga penelitian Z dan Y dilakukan ditempat/
lokasi yang sama, dengan waktu yang relatif sama, tetapi metode
penelitiannya berbeda, ternyata menghasilkan temuan penelitian
yang berbeda, bertentangan, dan bahkan bertolak belakang. Oleh
karena itu, sangat dibutuhkan penelitian dengan menggunakan
metode campuran/metode kombinasi/mix methods, dengan judul:
“Analisis Kinerja Dosen di Pusdik X”.
Perumusan Masalah (Bab I):
1. Bagaimana kinerja dosen di Pusdik X? (Pertanyaan Kualitatif).
Jika jawabannya kinerja dosen ‘tidak optimal”, maka
pertanyaannya:
2. Mengapa kinerja dosen di Pusdik X tidak optimal? (Pertanyaan
Kualitatif).
Jika jawabannya kinerja dosen ‘sangat optimal”, maka
pertanyaannya:
3. Mengapa kinerja dosen di Pusdik X sangat optimal? (Pertanyaan
Kualitatif).
Setelah itu, baru pertanyaan:
4. Apakah faktor pendorong/faktor penyebab yang ditemukan
(misalnya: faktor renumerasi) berpengaruh dominan terhadap
kinerja dosen di Pusdik X?

18
- BAB 3 -
PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
DALAM PENELITIAN

A. Membedah Permasalahan dan Persoalan


Dalam dunia akademik, khususnya di lingkungan perguruan
tinggi, antara permasalahan dan persoalan, umumnya tidak terlalu
dipersoalkan, khususnya dalam sistematika penulisan skripsi, tesis,
maupun disertasi. Dalam sistematika penulisan/selingkung di
perguruan tinggi, permasalahan dan persoalan cenderung disatukan
menjadi beberapa istilah maupun diksi, antara lain: pokok
permasalahan, permasalahan, masalah. Permasalahan tersebut
biasanya diidentifikasi, dibatasi, dan dirumuskan, sehingga dalam
sistematika penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, kemudian muncul
sub bab tentang identifikasi masalah, ruang lingkup/pembatasan
masalah, dan perumusan masalah.
Bahkan, dalam beberapa ilmuwan maupun peneliti, masih banyak
yang memperdebatkan antara “perumusan masalah” dan “rumusan
masalah”, dimana satu pihak menyampaikan bahwa yang benar
adalah “perumusan masalah”, namun pihak lain menyatakan bahwa
yang benar adalah “rumusan masalah”, dengan berbagai dalil,
argumentasi dan alasan ilmiah. Namun, jika dilihat dari isi dari
perumusan masalah maupun rumusan masalah dalam setiap
penelitian yang dibuat ternyata isinya adalah uraian dan narasi baik
dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Memang dalam dunia

19
riset, terdapat kesepakatan bahwa masalah itu harus dirumuskan, bisa
dengan pertanyaan maupun bisa juga dalam bentuk pernyataan.
Terlepas dari perdebatan antar para dosen, peneliti maupun
ilmuwan metodologi penelitian tentang hal di atas, di dalam dunia
militer, khususnya di lingkungan lembaga pendidikan (lemdik) TNI
dan Polri, terdapat pemisahan antara permasalahan dan persoalan.
Permasalahan merupakan pertanyaan umum yang bersifat general,
mewadahi semua aspek masalah, yang diambilkan dari kalimat dalam
substansi judul penelitian. Sedangkan persoalan merupakan
pertanyaan terperinci, yang merupakan jabaran dari pertanyaan dalam
permasalahan. Persoalan merupakan pertanyaan yang lebih focus,
menjurus, detail, dan terperinci, yang menurunkan atau menguliti atau
menjabarkan dari pertanyaan umum dalam permasalahan. Untuk
mengetahui lebih detail tentang permasalahan dan persoalan, maka
akan diuraikan dalam bentuk contoh-contoh berikut ini:

B. Contoh Permasalahan dan Persoalan


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Optimalisasi Penerapan Nilai-nilai HAM pada Anggota Sabhara
di Polres X Guna Mendukung Pengamanan Unjuk Rasa Anarkis
Dalam Rangka Terwujudnya Kepercayaan Masyarakat”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana mengoptimalisasikan penerapan nilai-nilai HAM pada
anggota sabhara di Polres X, yang mampu mengamankan unjuk
rasa anarkis, sehingga dapat terwujud kepercayaan masyarakat?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana kemampuan sumber daya manusia (man) dalam
mengoptimalkan penerapan nilai-nilai HAM pada anggota
sabhara di Polres X?
b. Bagaimana dukungan sumber daya anggaran (money) dalam
mengoptimalkan penerapan nilai-nilai HAM pada anggota
sabhara di Polres X?

20
c. Bagaimana dukungan sumber daya sarana prasarana (material)
dalam mengoptimalkan penerapan nilai-nilai HAM pada
anggota sabhara di Polres X?
d. Bagaimana metode (methods) yang diterapkan dalam
mengoptimalkan penerapan nilai-nilai HAM pada anggota
sabhara di Polres X?
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Optimalisasi Pengadaan Harwat Ranmor Dinas di Polresta Bekasi
Kota Guna Meningkatkan Profesionalisme Pelaksanaan Tugas
Dalam Rangka Terwujudnya Pelayanan Prima”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana optimalisasi pengadaan Harwat Ranmor dinas di
Polresta Bekasi Kota guna meningkatkan profesionalisme
pelaksanaan tugas dalam rangka terwujudnya pelayanan prima?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana tahapan perencanaan dalam pengadaan Harwat
Ranmor dinas di Polresta Bekasi Kota?
b. Bagaimana tahapan pengorganisasian dalam pengadaan Harwat
Ranmor dinas di Polresta Bekasi Kota?
c. Bagaimana tahapan pelaksanaan dalam pengadaan Harwat
Ranmor dinas di Polresta Bekasi Kota?
d. Bagaimana tahapan pengendalian dalam pengadaan Harwat
Ranmor dinas di Polresta Bekasi Kota?
3. Contoh Kasus Tiga
Judul:
“Optimalisasi Penanganan Laka Lantas Guna Mengurangi Fatalitas
Korban Kecelakaan Dalam Rangka Terwujudnya Kamseltibcar
Lantas”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana optimalisasi penanganan laka lantas di Polres
Majalengka, yang mampu mengurangi fatalitas kecelakaan,
sehingga kamseltibcar lantas dapat terwujud?

21
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana kemampuan sumber daya organisasi (personil dan
metode) Sat lantas Polres Majalengka dalam menangani laka
lantas sehingga mampu mengurangi fatalitas korban
kecelakaan?
b. Bagaimana kerjasama (komunikasi, koordinasi, kolaborasi) sat
lantas Polres Majalengka dengan instansi lintas sektoral dalam
menangani laka lantas sehingga mampu mengurangi fatalitas
korban kecelakaan?
4. Contoh Kasus Empat
Judul:
“Optimalisasi Peran Kabag Sumda Dalam Sosialisasi Penerimaan
Anggota Polri di Polres X Guna Mendukung Percepatan Pemberian
Informasi pada Masyarakat Dalam Rangka Terwujudnya
Transparansi Publik”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana mengoptimalisasikan peran Kabag Sumda dalam
sosialisasi penerimaan anggota Polri di Polres X, yang mampu
mempercepat pemberian informasi pada masyarakat, sehingga
dapat terwujud transparansi publik??
Persoalan/Pokok-pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana peran Kabag Sumda dalam tahapan perencanaan
sosialisasi penerimaan anggota Polri di Polres X?
b. Bagaimana peran Kabag Sumda dalam tahapan
pengorganisasian sosialisasi penerimaan anggota Polri di Polres
X?
c. Bagaimana peran Kabag Sumda dalam tahapan pelaksanaan
sosialisasi penerimaan anggota Polri di Polres X?
d. Bagaimana peran Kabag Sumda dalam tahapan pengendalian
sosialisasi penerimaan anggota Polri di Polres X?

22
5. Contoh Kasus Lima
Judul:
“Optimalisasi Pelaksanaan Operasi Mantap Praja di Polres X Guna
Mendukung Pengamanan Pilkada Serentak Dalam Rangka
Terwujudnya Harkamtibmas”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana optimalisasi pelaksanaan operasi Mantap Praja di Polres
X, yang dapat mendukung pengamanan pilkada serentak, sehingga
dapat terwujudnya harkamtibmas?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana pendekatan operasional kepolisian (preemtif,
preventif dan represif/penindakan) di Polres X dalam
meningkatkan pelaksanaan Operasi Mantap Praja guna
mendukung pengamanan pilkada serentak?
b. Bagaimana manajemen operasional kepolisian (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian) di Polres X
dalam meningkatkan pelaksanaan Operasi Mantap Praja guna
mendukung pengamanan pilkada serentak?
6. Contoh Kasus Enam
Judul:
“Optimalisasi Kinerja Bhabinkamtibmas di Polres X Guna
Mencegah Penyakit Masyarakat Dalam Rangka Terwujudnya
Harkamtibmas”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana optimalisasi kinerja bhabinkamtibmas di Polres X, yang
dapat mencegah penyakit masyarakat, sehingga dapat terwujudnya
harkamtibmas?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana dukungan sumber daya organisasi (personil,
anggaran, sarana prasarana, metode) sat binmas Polres X dalam
meningkatkan kinerja bhabinkamtibmas guna mencegah
penyakit masyarakat?
b. Bagaimana dukungan operasional (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian) sat binmas

23
Polres X dalam meningkatkan kinerja bhabinkamtibmas guna
mencegah penyakit masyarakat?
7. Contoh Kasus Tujuh
Judul:
“Optimalisasi Sinergitas Satlantas Polres X dengan Dinas
Perhubungan Guna Menciptakan Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL)
Dalam Rangka Terwujudnya Kamseltibcar lantas”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana optimalisasi sinergitas Satlantas Polres X dengan Dinas
Perhubungan, yang dapat menciptakan Kawasan Tertib Lalu Lintas
(KTL), sehingga dapat terwujudnya kamseltibcar lantas?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana kemampuan (pengetahuan, keterampilan, sikap/
perilaku) personil sat lantas Polres X dalam menciptakan
Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL)?
b. Bagaimana sinergitas (komunikasi, koordinasi, kolaborasi)
Polres X dengan Dinas Perhubungan dalam menciptakan
Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL)?
8. Contoh Kasus Delapan
Judul:
“Optimalisasi Pengelolaan Anggaran Operasional Lantas Berbasis
Kinerja Guna Meningkatkan Pelayanan Masyarakat Dalam Rangka
Terwujudnya Kepercayaan Masyarakat di Polres X”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana optimalisasi pengelolaan anggaran operasional lantas
berbasis kinerja guna mendukung pelayanan masyarakat dalam
rangka terwujudnya kepercayaan masyarakat?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana fungsi perencanaan anggaran dalam pengelolaan
anggaran operasional lantas berbasis kinerja di Polres X?
b. Bagaimana fungsi pencairan anggaran dalam pengelolaan
anggaran operasional lantas berbasis kinerja di Polres X?

24
c. Bagaimana fungsi pertanggungjawaban keuangan dalam
pengelolaan anggaran operasional lantas berbasis kinerja di
Polres X?
d. Bagaimana fungsi pembuatan laporan keuangan dalam
pengelolaan anggaran operasional lantas berbasis kinerja di
Polres X?
9. Contoh Kasus Sembilan
Judul:
“Optimalisasi Perawatan Personil Guna Meningkatkan Motivasi
Kinerja Anggota Dalam Rangka Terwujudnya Polri yang
Profesional, Bermoral dan Modern”
Permasalahan (Bab I):
Mengapa proses perawatan personil masih belum sepenuhnya
optimal, sehingga kurang mampu meningkatkan motivasi kinerja
anggota, yang pada akhirnya mempengaruhi terwujudnya postur
Polri yang bersih dan profesional?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Bagaimana proses pemeliharaan jasmani personil di tingkat
Polres?
b. Bagaimana proses pemeliharaan rohani personil di tingkat
Polres?
c. Bagaimana proses pemeliharaan kesejahteraan personil di
tingkat Polres?
10. Contoh Kasus Sepuluh
Judul:
“Implementasi Sismenas Dalam Pembangunan Nasional Guna
Peningkatan Pendidikan Politik Dalam Rangka Ketahanan
Nasional”
Permasalahan (Bab I):
Mengapa Sismenas dalam pembangunan nasional belum
terimplementasikan secara optimal sehingga mempengaruhi
pendidikan politik, yang pada akhirnya berdampak pada
ketahanan nasional?

25
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Pokok Persoalan 1:
“Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang Kurang
Harmonis”
Hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan
Sismenas dalam konteks pembangunan nasional adalah masih
adanya kenyataan hubungan antara pemerintah pusat dan
daerah yang kurang harmonis khususnya di era desentralisasi
dan otonomi daerah. Masih ada Pemda Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang enggan menjalankan kebijakan
pembangunan ekonomi nasional dari Pusat dan ada pula Bupati
dan Walikota yang tidak patuh terhadap Gubernur.
b. Pokok Persoalan 2:
“Masih Maraknya Praktik Korupsi yang Terjadi di Elemen
Pemerintahan”
Hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan
Sismenas dalam konteks pembangunan nasional adalah masih
adanya kenyataan di lapangan dimana masih marak praktik
korupsi yang terjadi di berbagai elemen pemerintahan, baik di
tingkat Pusat (kementerian, badan negara, lembaga negara) dan
di tingkat daerah (provinsi, kabupaten, kota) sehingga
mengganggu jalannya proses pembangunan. Praktik korupsi di
lingkungan birokrasi pemerintahan juga berkaitan dengan
DPRD dan partai politik sehingga seperti lingkaran setan.
c. Pokok Persoalan 3:
“Masih Tingginya Ego Sektoral Dalam Penyelenggaraan
Pembangunan Nasional”
Hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan
Sismenas dalam pembangunan nasional adalah adanya
kenyataan dimana masih tinggi ego sektoral di setiap lembaga,
badan dan kementerian sehingga menyebabkan sulitnya
kerjasama dan koordinasi antar instansi lintas sektoral. Masing-
masing lembaga, kementerian, dan badan pemerintahan
mementingkan kepentingan lembaganya tanpa memperhatikan

26
kepentingan nasional sehingga mempengaruhi proses
penyelenggaraan pembangunan nasional.
11. Contoh Kasus Sebelas
Judul:
“Implementasi Kewaspadaan Nasional Terhadap Ideologi Liberal
Guna Meningkatkan Etika Politik Dalam Rangka Ketahanan
Nasional”
Permasalahan (Bab I):
Mengapa kewaspadaan nasional terhadap ideologi liberal belum
terimplementasikan secara optimal sehingga mempengaruhi etika
politik, yang pada akhirnya berdampak pada ketahanan nasional?
Persoalan/Pokok-pokok Persoalan (Bab I):
a. Pokok Persoalan 1:
“Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman ideologi
liberal”
Hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan
kewaspadaan nasional adalah masih rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap ancaman ideologi liberal. Masyarakat
Indonesia masih belum menyadari bahwa nilai-nilai
individualisme, konsumerisme, hedonisme dan kapitalisme
merupakan wajah lain dari liberalisme yang masuk melalui arus
globalisasi yang di dalamnya terdapat pasar bebas dan
perdagangan bebas. Nilai-nilai gotong royong, musyawarah
mufakat, dan tenggang rasa telah terkikis oleh nilai-nilai
liberalisme global barat.
b. Pokok Persoalan 2:
“Lemahnya sosialisasi ideologi Pancasila Kepada Masyarakat”
Hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan kewas-
padaan nasional masih lemahnya sosialisasi dan internalisasi
ideologi Pancasila kepada masyarakat. Para elit politik dan para
penyelenggara negara sibuk dengan kepentingan pribadi,
kepentingan kelompok dan kepentingan partainya sendiri tanpa
mementingkan kepentingan nasional sehingga ideologi
Pancasila kurang dapat dimasyarakatkan di tengah kehidupan

27
sehari-hari. Akibatnya, ideologi Pancasila terasa seolah-olah
“kurang laku” di tengah masyarakat dan justru ideologi liberal
yang pelan tapi pasti merasuk dalam kehidupan masyarakat.
c. Pokok Persoalan 3:
“Belum diberdayakannya Forum Kewaspadaan Dini
Masyarakat (FKDM) di setiap daerah”
Hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan
kewaspadaan nasional adalah belum diberdayakannya FKDM
di setiap daerah. Daerah yang sudah membentuk FKDM
cenderung kurang memberdayakan lembaga tersebut sebagai
wadah untuk melahirkan kewaspadaan nasional. Sementara itu,
masih ada beberapa daerah yang belum membentuk FKDM
sehingga berakibat pada lemahnya kewaspadaan nasional
terhadap ideologi liberal.
12. Contoh Kasus Duabelas
Judul:
“Aktualisasi Penyelenggaraan Pemilu Guna Mengoptimalisasi
Pendidikan Politik Masyarakat Dalam Rangka Ketahanan
Nasional”.
Permasalahan (Bab I):
Mengapa penyelenggaraan Pemilu belum diaktualisasikan secara
optimal sehingga mempengaruhi pendidikan politik masyarakat,
yang pada akhirnya berimplikasi pada ketahanan nasional?
Persoalan/Pokok-pokok Persoalan (Bab I):
a. Pokok Persoalan 1:
“Masih tingginya berbagai pelanggaran dan tindak pidana
Pemilu”
Hambatan yang dihadapi dalam mengaktualisasikan
penyelenggaraan Pemilu adalah masih banyaknya berbagai
pelanggaran, penyimpangan dan tindak pidana Pemilu yang
terjadi seperti money politics, politik uang, black campaign, curi
start dalam kampanye, manipulasi DPT fiktif, manipulasi suara,
dan provokasi massa untuk melakukan tindakan anarkis.

28
b. Pokok Persoalan 2:
“Masih lemahnya kemampuan penyelenggara Pemilu”
Hambatan yang dihadapi dalam mengaktualisasikan
penyelenggaraan Pemilu adalah masih lemahnya kemampuan
para penyelenggara pemilu dimana masih ada indikasi oknum
anggota KPU/KPUD yang tidak netral, memihak salah satu
calon, dan tidak memahami aturan perundang-undangan
Pemilu. Para pengawas Pemilu (Panwaslu) juga masih ada
sebagian kecil yang tidak memerankan fungsi pengawasan
penyelenggaraan Pemilu.
c. Pokok Persoalan 3:
“Masih rendahnya budaya politik masyarakat”
Hambatan yang dihadapi dalam mengaktualisasikan penyeleng-
garaan Pemilu adalah masih rendahnya budaya politik
masyarakat terhadap nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia,
dan pengetahuan tentang kepemiluan sehingga mudah untuk
diprovokasi atau dimobilisir oleh kekuatan politik tertentu
untuk melakukan tindakan anarkis dan dibayar oleh calon
tertentu agar supaya memilih kepada calon tertentu sehingga
pilihannya dalam Pemilu tidak sesuai dengan hati nurani.
13. Contoh Kasus Tigabelas
Judul:
“Strategi Pengembangan Demokrasi Guna Pembangunan Nasional
Dalam Rangka Ketahanan Nasional”
Permasalahan (Bab I):
Mengapa pengembangan demokrasi dewasa ini belum berjalan
secara optimal sehingga mempengaruhi proses penyelenggaraan
pembangunan nasional, yang pada akhirnya berdampak pada
ketahanan nasional?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Pokok Persoalan 1:
“Masih adanya konflik antar elit politik”

29
Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan demokrasi di
Indonesia adalah adanya konflik antar elit politik yang
mengemuka di berbagai media massa sehingga mempengaruhi
dinamika politik. Masing-masing elit politik mementingkan
kepentingan jangka pendek, mengutamakan kepentingan
partainya semata tanpa adanya memprioritaskan kepentingan
bangsa, negara dan masyarakat.
b. Pokok Persoalan 2:
“Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat “
Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan demokrasi di
Indonesia adalah masih rendahnya pendidikan politik
masyarakat sehingga demokrasi hanya dipahami sebagai
kebebasan tanpa disadari adanya rule of law yang membatasi
kebebasan tersebut. Atas nama demokrasi, maka sebagian
masyarakat melakukan berbagai aksi kekerasan, anarkisme dan
radikalisme menolak kebijakan pemerintah dan menolak semua
yang tidak mereka kehendaki tanpa adanya upaya musyawarah
yang santun dan beretika.
c. Pokok Persoalan 3:
“Masih belum berjalannya fungsi partai politik”
Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan demokrasi di
Indonesia adalah masih belum berjalannya fungsi partai politik
dimana partai politik hanya mengejar kekuasaan dan materi
semata tanpa memperjuangkan kepentingan rakyat. Akhirnya,
banyak anggota dan pengurus partai politik terkena berbagai
kasus korupsi, penyuapan dan gratifikasi sehingga mencoreng
nama partai politik itu sendiri.
14. Contoh Kasus Empat Belas
Judul:
“Pemberdayaan Wilayah Laut Teritorial Guna Mendukung
Pembangunan Nasional Dalam Rangka Ketahanan Nasional”.
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana pemberdayaan wilayah laut teritorial guna mendukung
pembangunan nasional dalam rangka ketahanan nasional?

30
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Pokok Persoalan 1:
“Lemahnya koordinasi instansi/lembaga/badan terkait dalam
menangani wilayah laut”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam memberdayakan
wilayah laut teritorial adalah masih lemahnya koordinasi dan
komunikasi antara lembaga, badan, dan departemen terkait
dalam menangani wilayah laut Indonesia. Lembaga-lembaga
yang kompeten menangani wilayah laut, seperti Departemen
Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah, TNI AL, Polairud,
dan lain-lain masih terkesan berjalan sendiri-sendiri sehingga
setiap program dan kegiatan yang dijalankan bersifat sektoral
dan kurang bersinergis. Padahal, koordinasi antar lembaga
pemerintah sangat penting dalam menangani wilayah perairan
Indonesia.
b. Pokok Persoalan 2:
“Maraknya kejahatan transnasional di Perairan Indonesia”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam memberdayakan
wilayah laut teritorial adalah muncul dan maraknya kejahatan
transnasional (transnational crime) seperti illegal fishing, bajak
laut, penyelundupan melalui laut, dan kejahatan laut lainnya
sehingga membuat kondisi stabilitas wilayah lautan Indonesia
menjadi kurang aman bagi para nelayan dan pelayaran sehingga
pengelolaan potensi laut menjadi terhambat dan terkendala.
Berbagai kejahatan transnasional tersebut apabila tidak segera
ditangani akan berakibat pada perekonomian masyarakat
Indonesia yang banyak bersumber dari potensi laut.
c. Pokok Persoalan 3:
“Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah yang tidak sinkron dalam
mengelola potensi kekayaan laut”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam memberdayakan
wilayah laut teritorial adalah seringkali bertabrakannya
kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
pengelolaan potensi kekayaan laut Indonesia. Di era otonomi
daerah saat ini, pemerintah daerah menggenjot PAD dengan

31
menerbitkan berbagai ijin kepada para pengusaha untuk
mengeksploitasi kekayaan laut tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap keamanan nasional dan kedaulatan
negara. Ekspor pasir laut yang berasal dari Pulau Nipah ke
Singapura yang dilakukan oleh para pengusaha dari Provinsi
Kepri merupakan contoh nyata, sedangkan pemerintah pusat
tidak dapat berbuat banyak karena tiadanya kewenangan
mencampuri urusan pemerintah daerah di era otonomi daerah.
d. Pokok Persoalan 4:
“Munculnya penyakit Amnesia Geografi”
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam memberdayakan
wilayah laut teritorial adalah masih melekatnya penyakit
amnesia geografi yang menjangkiti sebagian besar pengambil
kebijakan dan masyarakat Indonesia. Penyakit lupa dan tidak
menyadari wilayahnya merupakan negara kepulauan yang
terdiri dari lautan sehingga kebijakan yang dibuat tidak pernah
memprioritaskan pada aspek laut. Prioritas kebijakan yang
selama ini diambil dan ditetapkan adalah menekankan pada
aspek darat. Slogan seperti “negara maritim, “negeri bahari”,
dan “nenek moyangku seorang pelaut”, hanyalah jargon yang
sering diucapkan, namun kurang dihayati, dijiwai dan
diterapkan dalam setiap kebijakan pemerintah yang dibuat.
15. Contoh Kasus Lima Belas
Judul:
“Optimalisasi Peran Asean Guna Meningkatkan Investasi dan
Perdagangan Dalam Rangka Pembangunan Nasional”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana optimalisasi peran ASEAN guna meningkatkan
investasi dan perdagangan dalam rangka pembangunan nasional?
Persoalan/Pokok-Pokok Persoalan (Bab I):
a. Pokok Persoalan 1:
“Belum diimplementasikannya AEC (ASEAN Economy Community)
secara konsisten”.

32
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya
mengoptimalisasikan peran ASEAN adalah bahwa negara-
negara ASEAN kurang konsisten dalam mengimplementasikan
butir-butir yang tertuang dalam AEC/ASEAN Economy
Community/Komunitas Ekonomi ASEAN, yang intinya menyata-
kan akan meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi,
khususnya investasi dan perdagangan, menggagas mata uang
bersama di wilayah Asia Tenggara, dan saling membantu antar
negara ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas dan
pasar bebas. Negara-Negara ASEAN masih mementingkan
kepentingan nasional masing-masing dalam mengimplemen-
tasikan AEC dan mengabaikan kepentingan regional.
Akibatnya, peran ASEAN dalam meningkatkan perekonomian
kawasan menjadi terkendala.
b. Pokok Persoalan 2:
“Kebijakan investasi dan perdagangan masing-masing negara ASEAN
yang beragam/berbeda-berbeda”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya
mengoptimalisasikan peran ASEAN adalah adanya kebijakan
nasional masing-masing negara di bidang investasi dan
perdagangan yang berbeda/beragam/bertentangan antar
negara-negara ASEAN. Ada negara ASEAN yang menerapkan
kuota impor yang terbatas, ada negara ASEAN yang sangat
tinggi menetapkan kebijakan tarif/bea masuk barang-barang
impor, dan ada pula negara ASEAN masih cenderung menutup
diri terhadap investasi langsung/FDI/Foreign Direct Investment.
Kebijakan ekonomi masing-masing negara ASEAN yang
beragam dan bahkan bertentangan ini tentunya menghambat
ASEAN untuk mengoptimalkan perannya dalam meningkatkan
perdagangan dan investasi.
c. Pokok Persoalan 3:
“Kondisi ekonomi masing-masing negara ASEAN yang tidak sama”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya meng-
optimalisasikan peran ASEAN adalah ketidaksamaan kondisi
ekonomi negara-negara ASEAN, dimana ada negara yang kaya

33
dan ada pula negara yang relatif miskin. Singapura dan Brunei
Darusalam merupakan negara ASEAN yang paling kaya,
disusul dengan Malaysia, Philipina, Indonesia dan Thailand.
Namun ada pula negara yang relatif miskin, seperti
Burma/Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja. Kondisi
ekonomi negara-negara ASEAN yang berbeda ini tentunya
menjadi kendala ASEAN dalam meningkatkan investasi dan
perdagangan karena kepentingan antara negara yang kaya dan
yang miskin tentunya berbeda dalam melihat perekonomian
kawasan.
d. Pokok Persoalan 4:
“ASEAN bukan organisasi regional yang bersifat mengikat dan ketat”
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya
mengoptimalisasikan peran ASEAN adalah bahwa ASEAN
merupakan asosiasi yang tidak bersifat mengikat, tidak ketat,
sangat longgar, dan tidak pernah mencantumkan sanksi dalam
setiap deklarasi atau kesepakatan yang dibuat, sehingga
pelaksanaan suatu kesepakatan yang dibuat menjadi tumpul.
ASEAN bukan seperti UNI Eropa (organisasi regional di wilayah
Eropa Barat yang ketat, permanen, dan mengikat), sehingga
setiap kebijakan ekonomi yang dibuat dan disepakati oleh
negara-negara-negara ASEAN seringkali dilanggar oleh
anggotanya masing-masing. Mereka berdalih bahwa
pelanggaran terhadap kesepakatan ekonomi tersebut karena
lebih mementingkan kepentingan nasional dibandingkan
kepentingan regional.
16. Contoh Kasus Enam Belas
Judul:
“Meningkatkan Kinerja Diplomasi RI dan Profesionalisme
TNI/Polri Guna Mendorong “Global Peace And Security” Dalam
Rangka Memelihara Stabilitas Nasional”
Permasalahan (Bab I):
Bagaimana meningkatkan kinerja diplomasi RI dan profesionalisme
TNI/Polri guna mendorong “global peace security” dalam rangka
memelihara stabilitas nasional?

34
Persoalan/Pokok-pokok Persoalan (Bab I):
a. Pokok Persoalan 1:
“Masih lemahnya kualitas Diplomat RI”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya
meningkatkan kinerja diplomat RI adalah kualitas para
Diplomat RI yang masih perlu mendapatkan perhatian. Masih
ada sebagian Diplomat RI yang disebar di berbagai negara di
dunia kurang paham terhadap bahasa, budaya, adat istiadat,
sistem politik dan ekonomi dari negara yang ditempati.
Kemampuan negosiasi, lobi dan persuasi yang dimiliki oleh para
Diplomat RI masih kurang profesional dan kompeten. Hal ini
diperparah lagi dengan adanya pengangkatan Duta Besar yang
tidak didasarkan pada kompetensi, melainkan pertimbangan
politis atau sudah menjadi slogan di tengah masyarakat bahwa
jabatan duta besar merupakan “jabatan buangan”.
b. Pokok Persoalan 2:
“Masih lemahnya koordinasi antara Deplu dan Dephan”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya
meningkatkan kinerja diplomat RI dan profesionalisme
TNI/Polri adalah masih lemahnya koordinasi dan komunikasi
antara Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan.
Departemen Luar Negeri sebagai ujung tombak diplomasi dan
politik luar negeri RI masih lemah untuk melakukan koordinasi
dengan Departemen Pertahanan yang mengelola pertahanan
negara dan TNI sebagai alat pertahanan negara. Deplu tidak
menyadari adanya adagium yang menyatakan bahwa “Militer
sama dengan Diplomat”. Artinya, dalam keadaan damai
diplomatlah yang berperang, dan dalam keadaan perang,
militerlah yang berperang”.
c. Pokok Persoalan 3:
“Masih lemahnya pemberdayaan defense diplomacy”.
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya
meningkatkan kinerja diplomat RI dan profesionalisme
TNI/Polri adalah pemberdayaan defense diplomacy yang masih
lemah. Dalam defense diplomacy, TNI/Polri berperan penting

35
dalam memainkan peran di kancah politik internasional.
Namun, karena kemampuan TNI/Polri kurang diberdayakan
sehingga mengalami keterbatasan alustsista dan anggaran, telah
menyebabkan defense diplomacy RI mengalami ketumpulan
peran. Defense diplomacy kurang mampu mendukung diplomasi
dan politik luar negeri Indonesia sehingga menyebabkan banyak
negara lain yang “berani” menantang Indonesia dengan
mengusik wilayah kedaulatan RI, khususnya di wilayah
perbatasan.
d. Pokok Persoalan 4:
“Adanya politik luar negeri RI yang cenderung ke Barat”
Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya
meningkatkan kinerja diplomat RI dan profesionalisme TNI/
Polri adalah adanya kecenderungan orientasi politik luar negeri
Indonesia yang ke Barat. Memang diakui secara yuridis dan
normatif bahwa politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif.
Namun, dalam praktiknya banyak pihak mengatakan bahwa
ada kecenderungan ke Barat (AS dan Uni Eropa), sehingga
dinilai kurang memprioritaskan kepada kawasan Timur Tengah
dan Amerika Latin. Ada penilaian bahwa Bangsa Indonesia
didikte oleh AS dan seolah-olah “membeo” terhadap keinginan
dan intervensi AS, khususnya mengenai masalah pelanggaran
HAM dan penanganan OPM. Diplomasi RI terhadap negara-
negara Barat dinilai kurang tegas sehingga menjadi kendala
dalam meningkatkan kinerja diplomasi RI.

36
- BAB 4 -
TEORI DAN KONSEP
DALAM PENELITIAN

A. Menelaah Teori dan Konsep


Teori dan konsep merupakan alat analisis dan pisau analisis yang
dapat dijadikan sebagai pedoman, panduan, maupun koridor dalam
menjawab perumusan masalah. Setiap perumusan masalah harus
dianalisis, dijawab dan dibuktikan melalui data, fakta dan informasi yang
akurat dan sahih. Teori dan konsep berperan sebagai “kaca mata” yang
dapat dipergunakan oleh peneliti melakukan analisa atas permasalahan
yang muncul sehingga teori dan konsep dapat pula dijadikan sebagai alat
bantu dalam menganalisis permasalahan dan persoalan.
Ada kalanya banyak peneliti, dosen, dan mahasiswa kebingungan
untuk mencari teori dan konsep apa yang dipergunakan untuk
menganalisis permasalahan maupun menjawab perumusan masalah.
Teori dan konsep harus dipilih secara tepat dan cermat, karena akan
menentukan jawaban dan analisisnya, apakah tepat atau tidak tepat,
apakah sahih atau tidak sahih. Pemilihan teori dan konsep yang tidak
tepat, dan bahkan salah memilih teori atau konsep, maka akan berakibat
fatal dalam menjawab perumusan masalah yang ditetapkan sebelumnya.
Teori dan konsep harus dicari, dipilah, dipilih, dan ditetapkan
melalui proses yang panjang mengingat teori dan konsep akan
menuntun peneliti dalam menjawab permasalahan dan persoalan,
sehingga salah menggunakan teori dan konsep, maka akan berpotensi
salah dalam analisis dan pembuktiannya. Oleh karena itu, para dosen,

37
peneliti, dan mahasiswa harus melakukan berbagai langkah untuk
membaca secara mendalam berbagai literatur dan pustaka tentang
teori-teori dan konsep-konsep terkait sehingga akan mampu
mengungkap permasalahan, memetakan persoalan, dan menganalisis
pembuktian secara sistematis dan metodologis. Dalam kaitan ini, teori
dan konsep bukan hanya “ornamen”, bukan pemanis, dan bukan
pelengkap, melainkan sebagai alat analisis, alat bantu, dan pisau
analisis, yang diaplikasikan untuk menjawab perumusan masalah.
Teori dan konsep harus mampu dijabarkan menjadi variabel,
dimensi, dan indikator, yang nantinya akan memudahkan dalam
membuat instrumen penelitian, seperti pedoman wawancara maupun
kuesioner atau angket. Instrumen riset merupakan alat yang dipakai
untuk menjaring data sehingga sangat penting untuk menyusun
instrumen riset agar supaya tidak melenceng dari judul dan
perumusan masalah. Dengan demikian, instrument riset harus
berbasis pada teori dan konsep (based on theory/based on concept), yang
termanifestasikan melalui variabel, dimensi, dan indikator. Untuk
mengetahui aplikasi teori dan konsep dalam penelitian, maka akan
diuraikan dalam contoh-contoh di bawah ini.

B. Contoh Teori dan Konsep Dalam Penelitian Kuantitatif


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pamen TNI Dalam
Mendukung Tugas Sebagai Military observer PBB”
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Teori/Konsep Kompetensi (Variabel Independen/Bebas, X)
Uraiannya tentang pengertian kompetensi, unsur kompetensi,
jenis kompetensi, faktor yang mempengaruhi kompetensi, dan
upaya meningkatkan kompetensi, dll.
b. Teori/Konsep Kinerja (Variabel Dependen/Terikat, Y)
Uraiannya tentang pengertian kinerja, unsur kinerja, jenis
kinerja, faktor yang mempengaruhi kinerja, dan upaya
meningkatkan kinerja, dll.

38
c. Teori/Konsep Military observer (Variabel Outcome)
Uraiannya tentang pengertian military observer, unsur military
observer, jenis military observer, dasar hukum military observer
tugas military observer, dan fungsi military observer, dll.
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja di
Koramil 0922/Cimahi”.
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Teori/Konsep Budaya Organisasi (Variabel Independen/Bebas, X)
Uraiannya tentang pengertian budaya organisasi, unsur budaya
organisasi, jenis budaya organisasi, faktor yang mempengaruhi
budaya organisasi, dan upaya meningkatkan budaya organisasi,
dll.
b. Teori/Konsep Produktivitas Kerja (Variabel Dependen/Terikat, Y)
Uraiannya tentang pengertian produktivitas kerja, unsur
produktivitas kerja, jenis produktivitas kerja, faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja, dan upaya meningkatkan
produktivitas kerja, dll.
3. Contoh Kasus Tiga
Judul:
“Pengaruh Disiplin Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Personil di Batalyon Infanteri Para Raider 305/Kostrad”.
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Teori/Konsep Disiplin Kerja (Variabel Independen/Bebas, X1)
Uraiannya tentang pengertian disiplin kerja, unsur disiplin kerja,
jenis disiplin kerja, faktor yang mempengaruhi disiplin kerja,
dan upaya meningkatkan disiplin kerja, dll.
b. Teori/Konsep Motivasi Kerja (Variabel Independen/Bebas, X2)
Uraiannya tentang pengertian motivasi kerja, unsur motivasi
kerja, jenis motivasi kerja, faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja, dan upaya meningkatkan motivasi kerja, dll.

39
c. Teori/Konsep Kinerja Personil (Variabel Dependen/Terikat, Y)
Uraiannya tentang pengertian kinerja, unsur kinerja, jenis
kinerja, indikator kinerja, faktor yang mempengaruhi kinerja,
dan upaya meningkatkan kinerja, dll.

C. Contoh Teori dan Konsep Dalam Penelitian Kualitatif


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Di
Kodim 0608/Cianjur”.
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Teori/Konsep Implementasi Kebijakan (Teori Utama)
Uraiannya tentang pengertian implementasi kebijakan, unsur
implementasi kebijakan, jenis implementasi kebijakan, faktor
yang mempengaruhi implementasi kebijakan, dll.
b. Teori/Konsep Pemberdayaan (Teori Pendukung)
Uraiannya tentang pengertian pemberdayaan, unsur pember-
dayaan, jenis pemberdayaan, faktor yang mempengaruhi
pemberdayaan, dll.
c. Teori/Konsep Wilayah (Teori Pendukung)
Uraiannya tentang pengertian wilayah, unsur wilayah, jenis
wilayah, aspek wilayah, kriteria wilayah, dll.
d. Teori/Konsep Pertahanan (Teori Pendukung)
Uraiannya tentang pengertian pertahanan, unsur pertahanan,
jenis pertahanan, aspek pertahanan, kriteria pertahanan,
komponen pertahanan, strategi pertahanan, dll.
e. Teori/Konsep Pemberdayaan Wilayah Pertahanan (Teori
Pendukung)
Uraiannya tentang pemberdayaan wilayah pertahanan, unsur
pemberdayaan wilayah pertahanan, jenis pemberdayaan
wilayah pertahanan, indikator pemberdayaan wilayah
pertahanan, faktor yang mempengaruhi pemberdayaan wilayah

40
pertahanan, dan upaya meningkatkan pemberdayaan wilayah
pertahanan, dll.
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Sinergi Kodim 0611/Garut dengan Polres Garut Dalam
Mendeteksi Aksi Terorisme di Tengah Masyarakat “.
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Teori/Konsep Sinergi (Teori Utama)
Uraiannya tentang pengertian sinergi, unsur sinergi, jenis
sinergi, faktor yang mempengaruhi sinergi, dll.
b. Teori/Konsep Terorisme (Teori Pendukung)
Uraiannya tentang pengertian terorisme, unsur terorisme, jenis
terorisme, penyebab terorisme, ideologi terorisme, ciri terorisme,
faktor yang mempengaruhi terorisme, dll.
c. Teori/Konsep Masyarakat (Teori Pendukung)
Uraiannya tentang pengertian masyarakat, unsur masyarakat,
jenis masyarakat, aspek masyarakat, karakter masyarakat,
kriteria masyarakat, strata masyarakat, klasifikasi masyarakat,
dll.
3. Contoh Kasus Tiga
Judul:
“Peran Dandim Dalam Meningkatkan Sinergi Kominda untuk
Menanggulangi Aksi Separatisme di Kodim 1702/JWY”.
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Teori/Konsep Peran (Teori Utama)
Uraiannya tentang pengertian peran, unsur peran, jenis peran,
faktor yang mempengaruhi peran, dll.
b. Teori/Konsep Sinergi (Teori Pendukung)
Uraiannya tentang pengertian sinergi, unsur sinergi, jenis
sinergi, faktor yang mempengaruhi sinergi, dll.

41
c. Teori/Konsep Separatisme (Teori Pendukung)
Uraiannya tentang pengertian separatisme, unsur separatisme,
jenis separatisme, penyebab separatisme, ideologi separatisme,
ciri separatisme, faktor yang mempengaruhi separatisme, dll.

42
- BAB 5 -
DEFINISI OPERASIONAL ATAU
OPERASIONALISASI VARIABEL
DALAM PENELITIAN

A. Meneropong Definisi Operasional


Definisi operasional atau operasionalisasi variable merupakan
salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang sangat penting
untuk menjabarkan teori dan konsep yang masih bersifat abstrak ke
dalam jabaran yang bersifat konkret, sampai dengan ke item
pertanyaan, baik dalam angket/kuesioner maupun dalam pedoman
wawancara. Operasionalisasi variabel atau definisi operasional adalah
upaya yang dilakukan oleh penelitian untuk mengurai teori dan
konsep ke dalam tahapan penentuan variabel, menguraikan dimensi,
dan menentukan indikator, untuk kemudian dijadikan sebagai dasar
dalam membuat angket maupun pedoman wawancara.
Artinya, pertanyaan-pertanyaan dalam angket maupun pedoman
wawancara didasarkan pada teori, konsep, variabel, dimensi, dan
indikator. Pertanyaan dalam angket dan pedoman wawancara tidak
muncul tiba-tiba, tidak datang sekonyong-konyong, maupun tidak
berdasarkan perasaan maupun sekehendak hati para peneliti,
melainkan didasarkan pada indikator penelitian yang sahih dan
sistematis. Angket dan pedoman wawancara merupakan jaring yang
dapat dipergunakan peneliti untuk mencari data sebagai alat untuk
membuktikan atau pun menjawab perumusan masalah, sehingga

43
dibutuhkan ketelitian dan pengalaman peneliti untuk mengkonversi
indikator penelitian ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang tertuang
dalam angket dan pedoman wawancara.
Selama ini, para peneliti masih kesulitan dalam menjabarkan
definisi operasional maupun operasionalisasi variabel, sehingga
pertanyaan dalam angket maupun pedoman wawancara seringkali
lepas dan keluar dari judul maupun perumusan masalah, yang
akhirnya data yang terjaring merupakan data yang kadangkala tidak
sesuai yang dibutuhkan maupun tidak terkait dengan argumentasi
maupun pembuktian dan jawaban atas perumusan masalah.
Akhirnya, analisis dan pembahasan dalam penelitiannya menjadi
tidak sahih, tidak kredibel, dan dipertanyakan hasil penelitiannya.
Memang ada argumentasi yang menyatakan bahwa wawancara
bisa dibagi dalam 2 jenis, yakni wawancara terstruktur dan wawancara
tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah pedoman wawancara
yang ditulis dan dituangkan dalam kertas ataupun tulisan sebagai
panduan bagi peneliti dalam melakukan wawancara dengan informan
dan narasumber. Sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan
pertanyaan yang tidak perlu tertuang dalam kertas atau tulisan,
dimana peneliti dianggap sudah mumpuni, pertanyaan ada di otak
peneliti, dan langsung disampaikan ke informan atau narasumber
tanpa adanya pedoman wawancara yang tertulis.
Namun demikian, dalam proses pembelajaran kepada para
mahasiswa, seorang dosen harus mampu memberikan pembelajaran
yang sistematis kepada para mahasiswanya dimana wawancara
terstruktur harus dikedepankan dan diprioritaskan dibandingkan
wawancara tidak terstruktur, mengingat wawancara terstruktur akan
mampu membantu para peneliti ketika berhadapan dengan informan
dan narasumber apabila lupa atas pertanyaan penelitian maupun
sebagai panduan agar supaya proses wawancara terfokus, tidak
melebar kemana-mana, sehingga tujuan wawancara bisa tercapai
secara cepat, tepat, efektif, dan efisien. Berikut ini akan diuraikan
contoh-contoh definisi operasional atau operasionalisasi variabel yang
dapat menjadi gambaran bagi para peneliti, dosen, dan mahasiswa
dalam melakukan penelitian.

44
B. Contoh Definisi Operasional
1. Contoh Kasus Satu
Berikut ini adalah contoh definisi operasional atau operasionalisasi
variabel sebagai patokan dalam menyusun angket/kuesioner:

Variabel Dimensi Indikator Angket/Kuesioner


Pembangunan Partisipasi 1. Aksi 1. Setujukah anda
Politik Politik demonstrasi/ dengan adanya
unjuk rasa aksi
demonstrasi/
unjuk rasa
damai.
2. Masyarakat 2. Setujukah anda
menggunakan ketika
hak pilih dalam masyarakat
pilkada, pileg, menggunakan
pilpres hak pilih dalam
pilkada, pileg,
dan pilpres.
3. Kebebasan 3. Setujukah anda
mendirikan dengan adanya
ormas/LSM kebebasan
masyarakat
mendirikan
Ormas/LSM.
Integrasi 1. Gejala 1. Setujukah anda
Politik disintegrasi dengan adanya
bangsa gejala
disintegrasi
bangsa.
2. Gerakan 2. Setujukah anda
Separatisme dengan adanya
gerakan
separatisme di
tengah
masyarakat
3. Referendum/jaj 3. Setujukah anda
ak pendapat dengan
ide/gagasan
referendum/
jajak pendapat
di daerah.

45
Variabel Dimensi Indikator Angket/Kuesioner
Efektivitas 1. Pelayanan 1. Setujukah anda
Pemerin- publik dengan
tahan pelayanan
publik yang
cepat, tepat,
transparan,
murah, dan
akuntabel.
2. Kebijakan publik 2. Setujukah anda
dengan
kebijakan
publik yang
berpihak pada
masyarakat
banyak.
3. Komitmen 3. Setujukah anda
pemerintah dengan
komitmen
pemerintah
yang tinggi
dalam
menjalankan
roda
pemerintahan.

2. Contoh Kasus Dua


Berikut ini adalah contoh definisi operasional atau operasionalisasi
variabel sebagai patokan untuk menyusun pedoman wawancara:

Variabel Dimensi Indikator Pedoman Wawancara


Pembangunan Partisipasi 1. Aksi 1. Apakah ada aksi
Politik Politik demonstrasi/ demonstrasi/
unjuk rasa unjuk rasa?
Kapan? Mengapa?
Dimana? dll.
2. Masyarakat 2. Apakah
menggunakan masyarakat
hak pilih dalam menggunakan hak
pilkada, pileg, pilih dalam
pilpres pilkada, pileg, dan
pilpres? Mengapa
golput? Mengapa

46
Variabel Dimensi Indikator Pedoman Wawancara
menggunakan hak
pilih? dll.
3. Kebebasan 3. Apakah ada
mendirikan kebebasan
ormas/LSM masyarakat
mendirikan
Ormas/LSM?
Berapa jumlah
Ormas? Berapa
jumlah LSM? dll.
Integrasi 1. Gejala 1. Apakah ada gejala
Politik disintegrasi disintegrasi
bangsa bangsa? Mengapa?
Dimana? dll.
2. Gerakan 2. Apakah ada
Separatisme gerakan
separatisme di
tengah
masyarakat?
Mengapa? Kapan?
Dimana? dll.
3. Referendum/ 3. Apakah ada
jajak pendapat ide/gagasan
referendum/jajak
pendapat di
daerah? Mengapa?
Apa
kepentingannya?,
dll.
Efektivitas 1. Pelayanan 1. Bagaimana
Pemerinta publik pelayanan publik
han yang dijalankan
pemerintah? Baik?
Buruk? dll.
2. Kebijakan 2. Bagaimana
publik kebijakan publik
dibuat? Apa
Melibatkan
masyarakat?
Apakah ada
pembukaan ruang
publik? dll.
3. Komitmen 3. Bagaimana
pemerintah komitmen
pemerintah dalam

47
Variabel Dimensi Indikator Pedoman Wawancara
menjalankan roda
pemerintahan?
Tinggi? Rendah?
Sebutkan
contohnya? dll.

3. Contoh Kasus Tiga


Berikut ini adalah operasionalisasi variabel/definisi operasional
dalam penelitian kualitatif, dalam disiplin ilmu hubungan
internasional:

Variabel Dimensi Indikator


Kerjasama Confidence  Kunjungan Antar Menhan
Indonesia - Korea Building Measures Kedua Negara
Selatan dalam  Kunjungan Antar Pejabat
bidang Militer Kedua Negara
pertahanan untuk Defense  Pembelian Alutsista TNI
mendukung Capabilities Melalui Kredit Ekspor
pemenuhan MEF  Pertukaran Perwira dan
TNI Latihan Militer Bersama
Defense Industry  Kerjasama strategis dalam
produksi senjata
 Kerjasama strategis dalam
litbang senjata
 Pemberian lisensi dan investasi
dalam industri pertahanan

4. Contoh Kasus Empat


Berikut ini adalah operasionalisasi variabel/definisi operasional
dalam penelitian kualitatif, dalam disiplin ilmu hubungan
internasional:

Variabel Dimensi Indikator


Kepentingan Kepentingan  Memperluas Akses Minyak di
Nasional Amerika Ekonomi Eropa Timur
Serikat Dalam  Memperluas Pasar Ke Eropa
Perluasan Timur

48
Variabel Dimensi Indikator
Keanggotaan Kepentingan  Memperkuat persekutuan di
Nato ke Eropa Pertahanan Eropa Timur
Timur  Membangun Buffer Zone di
Eropa Timur

Kepentingan  Memperluas Ideologi Liberal di


Ideologi Eropa Timur
 Mempersempit Ruang gerak
Sosialisme di Eropa Timur

Kepentingan  Memblokade Tumbuhnya Rusia


Tata Sebagai Super Power Dunia
Internasional  Membendung Pengaruh Rusia
di Kawasan Regional Eropa

5. Contoh Kasus Lima


Berikut ini adalah operasionalisasi variabel/definisi operasional
dalam penelitian kualitatif, dalam disiplin ilmu hubungan
internasional:

Variabel Dimensi Indikator

Kepentingan Kepentingan Ekonomi Menguasai Minyak Libya


Amerika Serikat Kepentingan Menjadikan Libya Akses
Dalam Invasi Pertahanan Masuk Militer di Kawasan
Militer Ke Libya Afrika Utara
Kepentingan Ideologi Menjadikan Libya Sebagai
Negara Islam Liberal/
Moderat
Kepentingan Tata Membendung Pengaruh
Internasional/Regional Rusia dan China di Afrika
Utara

6. Contoh Kasus Enam


Berikut ini adalah operasionalisasi variabel/definisi operasional
dalam penelitian kualitatif, dalam disiplin ilmu hubungan
internasional:

49
Variabel Dimensi Indikator
Dukungan Financial Assistance  Memberikan bantuan dana
Amerika Serikat untuk pengayaan uranium
Terhadap  Mengucurkan dana untuk
Pengembangan pengembangan Rudal
Program Nuklir Berhulu Ledak Nuklir
Israel Technical Assistance  Mengirimkan Tenaga Ahli
Nuklir Ke Israel
 Menyelenggarakan
Pelatihan Teknis Pengem-
bangan Senjata Nuklir

7. Contoh Kasus Tujuh


Berikut ini adalah operasionalisasi variabel/definisi operasional
dalam penelitian kualitatif, dalam disiplin ilmu hubungan
internasional:

Variabel Dimensi Indikator


Pembangunan Kesejahteraan/  Membangun pusat-pusat
Wilayah Prosperity Pertumbuhan di Wilayah
Perbatasan Perbatasan
 Membentuk kelembagaan
pengelola wilayah
perbatasan
 Mengalokasikan skema
anggaran pengembangan
wilayah perbatasan yang
berasal dari dana APBN,
APBD, dan investasi (PMA/
PMDN)
 Membangun infrastruktur
dan sarana prasarana guna
menunjang akses ke wilayah
perbatasan
Keamanan/Security  Penambahan jumlah per-
sonil di wilayah perbatasan
 Pembangunan Pos
Pengamanan Perbatasan
 Pembangunan satuan di
Wilayah Perbatasan
 Gelar Operasi Perbatasan
Bersama/Gabungan.

50
8. Contoh Kasus Delapan
Berikut ini adalah operasionalisasi variabel/definisi operasional
dalam penelitian kualitatif, dalam disiplin ilmu pemerintahan dan
kebijakan publik:

Variabel Dimensi Indikator

Variabel 1. Komunikasi a. Kejelasan isi kebijakan


Bebas: b. Kemampuan menyampaikan isi
Implementasi kebijakan
Kebijakan c. Media rapat untuk
Administrasi menyampaikan pesan
Kependudukan d. Umpan balik dari komunikan
(X)
2. Sumber- a. Kualitas SDM
sumber b. Kuantitas SDM
c. Dukungan fasilitas kerja

3. Sikap a. Komitmen
Pelaksana b. Kerjasama

4. Struktur a. Kemudahan prosedur


Birokrasi b. Kewenangan dalam bekerja
c. Tanggung jawab kerja

Variabel 1. Penentuan a. Pengumpulan data kependuduk-


Terikat: tolok ukur an
Pengendalian b. Pengelolaan data kependudukan
Penduduk (Y) c. Penetapan format-format

2. Membanding- a. Jadwal penilaian atas hasil kerja


kan kondisi b. Membandingkan hasil kerja
lapangan dengan rencana kerja
dengan tolok c. Penilaian hasil kerja
ukur

3. Melakukan a. Penegakan hukum


koreksi atau b. Penyempurnaan administratif
perbaikan-
perbaikan

51
- BAB 6 -
PENELITIAN TERDAHULU DALAM
PENELITIAN

A. Mengupas Penelitian Terdahulu


Jika berbicara tentang penelitian terdahulu, maka yang terbayang
di pikiran para peneliti atau mahasiswa adalah State Of The Art (SOTA)
dan Research Novelty (RN).
SOTA adalah posisi penelitian anda dalam peta penelitian sejenis
topik/tema/judul penelitian anda. SOTA merupakan kedudukan
penelitian yang anda angkat/anda teliti diantara mozaik penelitian
yang fokusnya sama dengan penelitian anda.
Analoginya adalah ketika anda ingin meneliti tentang Kota
Bandung, maka anda harus menunjukkan Kota Bandung di atas
peta/atlas dunia, dimana Kota Bandung berada di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Barat di Negara Indonesia, Indonesia masuk di Benua Asia, dan
Asia terletak di Planet Bumi.
RN adalah kebaruan penelitian atau temuan penelitian yang
belum pernah ditemukan oleh peneliti lain. RN juga sering disebut
dengan orisinalitas penelitian/keaslian penelitian sehingga tidak ada
unsur plagiarisme. RN bermanfaat untuk mendeteksi apakah
penelitian yang anda dilakukan, pernah atau sudah diteliti
sebelumnya oleh peneliti lain di dunia.
SOTA akan mendorong terwujudnya RN. Artinya, kegiatan
peneliti dalam melakukan SOTA secara baik, komprehensif dan

52
integral akan mampu menghasilkan RN yang original. Kebaruan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sangat bergantung pada
kegiatan dan langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan SOTA
(melihat, membaca, menelaah, dan menganalisis penelitian terdahulu
yang sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain).
Kegiatan SOTA ini biasanya dengan melihat, buku, jurnal,
maupun laporan penelitian di berbagai perpustakaan maupun dengan
bantuan website internet, yang di dalamnya dapat browsing pada
lembaga-lembaga pengindeks jurnal ilmiah dunia.

B. Contoh Penelitian Terdahulu


1. Contoh Kasus Satu4
Judul:
“Analisis Manfaat Buah Nanas bagi Penderita Kanker”
Penelitian Terdahulu (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Peneliti A, melakukan penelitian tentang “Analisis Warna Buah
Nanas”, pada tahun 1940.
b. Peneliti B, melakukan penelitian tentang “Analisis Kulit Buah
Nanas”, pada tahun 1945.
c. Peneliti C, melakukan penelitian tentang “Analisis Daun Pohon
Nanas”, pada tahun 1950.
d. Peneliti D, melakukan penelitian tentang “Perkembangan Akar
Pohon Nanas”, pada tahun 1960.
e. Peneliti E, melakukan penelitian tentang “Pertumbuhan Buah
Nanas”, pada tahun 1965.
f. Peneliti F, melakukan penelitian tentang “Telaah Menanam
Pohon Nanas”, pada tahun 1970.
g. Peneliti G, melakukan penelitian tentang “Khasiat Kulit Nanas
bagi Penderita Penyakit Kulit”, pada tahun 1990.
h. Peneliti H, melakukan penelitian tentang “Bahaya Buah Nanas
bagi Kandungan/Wanita Hamil”, pada tahun 2000.

4 Contoh kasus tentang penelitian buah nanas ini hanya sekedar ilustrasi contoh semata,
tidak merepresentasikan penelitian tentang nanas yang sebenarnya, karena hanya sebagai
contoh saja sehingga hanya bersifat fiktif untuk memudahkan penjelasan dan pemahaman
tentang penelitian terdahulu.

53
i. Peneliti I, melakukan penelitian tentang “Larangan Makan
Nanas bagi Penderita Penyakit Maag”, pada tahun 2010.
j. Peneliti J, melakukan penelitian tentang “Ancaman Buah Nanas
bagi Saluran Pencernaan Manusia”, pada tahun 2015.
Penelitian Terdahulu dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
NAMA
NO JUDUL PENELITIAN TAHUN
PENELITI
1 Peneliti A Analisis Warna Buah Nanas 1940
2 Peneliti B Analisis Kulit Buah Nanas 1945
3 Peneliti C Analisis Daun Pohon Nanas 1950
4 Peneliti D Perkembangan Akar Pohon Nanas 1960
5 Peneliti E Pertumbuhan Buah Nanas 1965
6 Peneliti F Telaah Menanam Pohon Nanas 1970
7 Peneliti G Khasiat Kulit Nanas bagi Penderita 1990
Penyakit Kulit
8 Peneliti H Bahaya Buah Nanas bagi Kandungan/ 2000
Wanita Hamil
9 Peneliti I Larangan Makan Nanas bagi Penderita 2010
Penyakit Maag
10 Peneliti J Ancaman Buah Nanas bagi Saluran 2015
Pencernaan Manusia

Catatan Penting:
 SOTA: Dalam khazanah ilmu pengetahuan tentang per-nanas-an, belum
pernah diteliti tentang “Analisis Manfaat Buah Nanas bagi Penderita Kanker”.
 RN: Oleh karena itu, dapat dipastikan dan dijamin bahwa penelitian tentang
“Analisis Manfaat Buah Nanas bagi Penderita Kanker”, merupakan penelitian
baru, riset terbaru, yang belum pernah diteliti oleh peneliti lain di dunia,
sehingga kebaruan penelitian atau temuan penelitian ini nantinya menjadi
sesuatu yang original tanpa adanya plagiarisme.
 Orisinalitas penelitian/keaslian penelitian inilah yang nantinya penelitian ini
akan menyumbang atau memiliki kontribusi terhadap bangunan ilmu
pengetahuan tentang “buah nanas”.
 Ke depan, peneliti lain yang akan meneliti tentang dunia per-nanas-an, harus
merujuk kepada penelitian anda ini, khususnya dikutip sebagai rujukan di sub
bab “penelitian terdahulu”.

54
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Analisis Evaluasi UU No 34 Tahun 2004 Tentang TNI”
Penelitian Terdahulu (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Peneliti A, melakukan penelitian tentang “Analisis Proses
Pembuatan UU TNI”, pada tahun 2005.
b. Peneliti B, melakukan penelitian tentang “Telaah Proses Tarik
Menarik Kepentingan Dalam Formulasi UU TNI”, pada tahun
2006.
c. Peneliti C, melakukan penelitian tentang “Implementasi UU TNI
dari Perspektif Militer”, pada tahun 2010.
d. Peneliti D, melakukan penelitian tentang “Pelaksanaan Pasal-
Pasal Krusial Dalam UU TNI dari Perspektif Sipil”, pada tahun
2014.
Penelitian Terdahulu dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
NAMA
NO JUDUL PENELITIAN TAHUN
PENELITI
1 Peneliti A Analisis Evaluasi UU No 34 Tahun 2004 2005
Tentang TNI
2 Peneliti B Telaah Proses Tarik Menarik Kepentingan 2006
Dalam Formulasi UU TNI
3 Peneliti C Implementasi UU TNI Dari Perspektif 2010
Militer
4 Peneliti D Pelaksanaan Pasal-Pasal Krusial Dalam UU 2014
TNI Dari Perspektif Sipil

Catatan Penting:
 SOTA: Dalam khazanah ilmu pengetahuan tentang UU TNI, belum pernah
diteliti tentang “Analisis Evaluasi UU No 34 Tahun 2004 Tentang TNI”.
 Dalam Perspektif Kebijakan Publik, terdapat tiga tahapan kebijakan publik,
yakni: formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.
 Peneliti A dan B: Meneliti UU TNI dari Tahapan Formulasi Kebijakan.
 Peneliti C dan D: Meneliti UU TNI dari Tahapan Implementasi Kebijakan.

55
 Sedangkan tahapan Evaluasi Kebijakan belum ada yang meneliti, sehingga
layak untuk diteliti dan ditetapkan judul penelitian: “Analisis Evaluasi UU No. 34
Tahun 2004 Tentang TNI”.
 RN: Oleh karena itu, dapat dipastikan dan dijamin bahwa penelitian tentang
“Analisis Evaluasi UU No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI”, merupakan penelitian
baru, riset terbaru, yang belum pernah diteliti oleh peneliti lain di dunia,
sehingga kebaruan penelitian atau temuan penelitian ini nantinya menjadi
sesuatu yang original tanpa adanya plagiarisme.
 Orisinalitas penelitian/keaslian penelitian inilah yang nantinya penelitian ini
akan menyumbang atau memiliki kontribusi terhadap bangunan ilmu
pengetahuan tentang “UU TNI”.
 Ke depan, peneliti lain yang akan meneliti tentang UU TNI, harus merujuk
kepada penelitian anda ini, khususnya dikutip sebagai rujukan di sub bab
“penelitian terdahulu”.
3. Contoh Kasus Tiga
Judul:
“Pengaruh Pengelolaan Perpustakaan Terhadap Minat Baca Pasis
Dikreg 57 Seskoad”
Penelitian Terdahulu (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Peneliti A, melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Kompetensi Dosen Terhadap Mutu Lulusan Seskoad”, pada
tahun 2013.
b. Peneliti B, melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Kepemimpinan Satuan Terhadap Prestasi Pasis Seskoad”, pada
tahun 2014.
c. Peneliti C, melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kurikulum
Pendidikan Terhadap Motivasi Belajar Pasis Seskoad”, pada
tahun 2015.
d. Peneliti D, melakukan penelitian tentang “Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Minat Belajar Pasis Seskoad”, pada tahun
2016.
e. Peneliti E, melakukan penelitian tentang “Pengaruh Academic
Atmosphere dan Motivasi Belajar Terhadap Kualitas Lulusan
Pasis”, pada tahun 2018.

56
Penelitian Terdahulu Dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
NAMA
NO JUDUL PENELITIAN TAHUN
PENELITI
1 Peneliti A Pengaruh Kompetensi Dosen terhadap 2013
Mutu Lulusan Seskoad
2 Peneliti B Pengaruh Kepemimpinan Satuan terhadap 2014
Prestasi Pasis Seskoad
3 Peneliti C Pengaruh Kurikulum Pendidikan terhadap 2015
Motivasi Belajar Pasis Seskoad
4 Peneliti D Pengaruh Budaya Organisasi terhadap 2016
Minat Belajar Pasis Seskoad
5 Peneliti E Pengaruh Academic Atmosphere dan 2018
Motivasi Belajar terhadap Kualitas Lulusan
Pasis

Catatan Penting:
 SOTA: Dalam khazanah ilmu pengetahuan dan penelitian tentang lembaga
pendidikan “Seskoad”, belum pernah diteliti tentang “Pengaruh Pengelolaan
Perpustakaan Terhadap Minat Baca Pasis Dikreg 57 Seskoad”.
 RN: Dengan demikian, dapat dipastikan dan dijamin bahwa penelitian tentang
“Pengaruh Pengelolaan Perpustakaan terhadap Minat Baca Pasis Dikreg 57
Seskoad”, merupakan penelitian baru, riset terbaru, yang belum pernah diteliti
oleh peneliti lain di dunia, sehingga kebaruan penelitian atau temuan penelitian
ini nantinya menjadi sesuatu yang original tanpa adanya plagiarisme.
 Orisinalitas penelitian/keaslian penelitian inilah yang nantinya penelitian ini
akan menyumbang atau memiliki kontribusi terhadap bangunan ilmu
pengetahuan tentang “Lembaga Pendidikan Seskoad”.
 Ke depan, peneliti lain yang akan meneliti tentang Lembaga Pendidikan
Seskoad, harus merujuk kepada penelitian anda ini, khususnya dikutip sebagai
rujukan di sub bab “penelitian terdahulu”.

57
- BAB 7 -
ALUR ATAU KERANGKA PEMIKIRAN
DALAM PENELITIAN

A. Memahami Alur Pemikiran atau Kerangka Pemikiran


Setiap penelitian, baik dalam bentuk itu skripsi, tesis, disertasi,
maupun dalam bentuk laporan penelitian lainnya, termasuk penelitian
hibah dari pemerintah maupun lembaga internasional lainnya, pasti
meminta adanya sub bab kerangka pemikiran atau alur pemikiran.
Kerangka pemikiran ini merupakan model yang menggambarkan dan
memetakan kegiatan penelitian dari awal sampai dengan akhir,
sehingga dapat terpetakan gambaran penelitian dari awal sampai
akhir secara singkat, padat dan jelas.
Kerangka pemikiran umumnya dalam bentuk model yang
terilustrasikan dalam bulat, kotak, panah (bulkonah), yang
menggambarkan pokok-pokok pemikiran, substansi penelitian, hasil
penelitian, sampai dengan output dan outcome penelitian. Setelah
digambarkan model kerangka pemikiran, baru kemudian model
tersebut dinarasikan atau dibunyikan dalam kata, kalimat dan narasi
yang sistematis, sehingga membentuk semacam cerita dari awal
sampai akhir penelitian, dengan narasi yang singkat, padat, dan
sistematis, sehingga pembaca langsung dapat menangkap dan
memahami garis besar penelitian. Hal ini banyak dilakukan dalam
penelitian yang bersifat kualitatif.

58
Untuk penelitian kuantitatif, lazimnya, model kerangka
pemikiran dibuat dalam bentuk model juga, namun lebih sederhana,
dimana model kerangka pemikiran menggambarkan dua variabel,
yakni variabel bebas/variabel independen dan variabel terikat/
variabel dependen, beserta dimensi, dan indikatornya. Kedua variabel
ini dihadapkan untuk mengetahui sebab akibat atau derajat
keterpengaruhannya antara variabel bebas dan variabel terikat.
Model kerangka pemikiran memang bermacam-macam, yang
intinya menggambarkan garis besar penelitian maupun inti penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Model kerangka pemikiran yang baik
adalah model kerangka pemikiran yang mampu memetakan substansi
penelitian sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh semua
pembaca, tentang alur kegiatan penelitian dari awal sampai dengan
akhir. Untuk mengetahui contoh-contoh alur pemikiran/ kerangka
pemikiran dalam penelitian, akan diuraikan di bawah ini.

B. Contoh Alur atau Kerangka Pemikiran


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Peran Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Dalam
Penanggulangan Perdagangan Manusia di Provinsi Jawa Barat”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Perdagangan manusia merupakan masalah yang menjadi
perhatian luas tidak hanya di Asia tetapi juga di dunia.
Perdagangan manusia terjadi tidak hanya menyangkut di dalam
negara Indonesia saja yaitu perdagangan antarpulau, tetapi juga
perdagangan manusia di luar negara Indonesia dimana terjadi
perdagangan manusia di negara-negara lainnya. Oleh karenanya
bahwa fenomena perdagangan manusia menjadi suatu kejahatan
transnasional yang terorganisir. Berbagai faktor yang dapat
mendukung terjadinya perdagangan manusia, baik dari faktor
ekonomi, sosial, pendidikan dan budaya. Indonesia menjadi salah
satu negara yang menjadi fenomena human trafficking di Indonesia
menjadi permasalahan yang menarik bagi berbagai pihak,

59
khususnya pihak-pihak yang ingin terlibat di dalam upaya
mengatasi masalah tersebut. Yang menarik lagi bahwa dalam
sejarah bangsa Indonesia, fenomena perdagangan manusia pernah
ada melalui perbudakan atau penghambaan di masa sistem
pemerintahan feodal dalam bentuk kerajaan. Beberapa daerah di
Jawa Barat terkenal menjadi pemasok perempuan untuk
diperdagangkan dari semenjak zaman kerajaan hingga saat ini,
yaitu Indramayu, Karawang, Kuningan.
Berbagai pihak telah ikut serta di dalam menanggulangi
permasalahan perdagangan manusia, baik pihak pemerintah,
organisasi/LSM maupun masyarakat. Dalam penelitian ini, salah
satu pihak yang hirau terhadap permasalahan perdagangan
manusia yaitu International Organization for Migration (IOM) yang
merupakan organisasi internasional dengan keanggotaan negara-
negara di dunia. IOM bergerak di bidang migrasi dengan empat
lingkup kegiatan, yaitu migrasi dan pembangunan, pemfasilitasan
migrasi, pengaturan migrasi, dan penanganan migrasi paksa,
situasi darurat dan pasca krisis. Kegiatan lintas sektor IOM antara
lain memajukan hukum migrasi internasional, debat dan acuan
kebijakan, perlindungan hak-hak migran, migrasi dan kesehatan,
dan dimensi jender dalam migrasi.
Kegiatan IOM di Indonesia telah ada sejak tahun 1979 yang
bermula saat penanganan migran Vietnam di Tanjung Pinang, Riau
pada 1979. Serangkaian bantuan IOM berlanjut dengan penyediaan
perawatan, pemeliharaan dan bantuan pemulangan sukarela bagi
para pengungsi Timor Timur. Hingga tahun 2013, Indonesia
tercatat sebagai anggota IOM dengan status keanggotaan sebagai
negara pengamat dalam dewan IOM. Fenomena maraknya human
trafficking di Indonesia mendorong IOM untuk memberikan
hirauannya dalam mengatasi permasalahan human trafficking,
khususnya di Provinsi Jawa Barat. Migrasi yang terjadi dengan
berbagai bentuk kegiatan telah menjadi sarana bagi kegiatan
perdagangan manusia di Provinsi Jawa Barat dengan bermotifkan
pencarian tenaga kerja di berbagai sektor pekerjaan.

60
Peranan IOM sebagai suatu organisasi internasional dapat
dianalisis melalui tiga bentuk aktivitas, diantaranya sebagai
problem solver, yaitu untuk menyelesaikan masalah-masalah
internasional yang ada atau untuk mencari jalan keluar atas segala
masalah yang terjadi. Peran lainnya yaitu terhadap diri sendiri atau
organisasi internasional itu sendiri, hal yang juga mempengaruhi
adalah dampak segala aktivitasnya bagi keberadaan organisasi
tersebut. Peran berikutnya yaitu sebagai legislator yang menjadi
sumber peraturan terhadap tindakan-tindakan kolektif. Dalam hal
ini, organisasi tersebut dapat membuat aturan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Untuk melihat peran dari suatu lembaga atau
organisasi, maka dapat dianalisis melalui teori peran dalam ilmu
sosial. Suatu lembaga atau organisasi dapat berperan dalam aspek
inventarisasi sebagai suatu bentuk pendataan dan analisa,
koordinasi sebagai suatu bentuk sinergi dari berbagai unsur,
regulasi dalam hal menyusun yurisdiksi yang mencakup kebijakan
dan strategi, dan evaluasi yang meliputi setiap usaha untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan
kegiatan untuk dapat mengetahui kekurangan maupun kelebihan
sebagai bahan untuk pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan
berikutnya.

61
Gambar Kerangka Pemikiran

2. Contoh Kasus Dua


Judul:
“Peran TNI AD Dalam Menanggulangi Aksi Terorisme di
Indonesia”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Globalisasi telah melahirkan isu terorisme yang telah menjadi
isu global sehingga mempengaruhi hubungan internasional.
Sebagai negara yang tidak lepas dari globalisasi, maka Indonesia
terkena imbas dari aksi terorisme yang melanda seluruh negara
Indonesia. Dalam kaitan ini, terorisme telah mengancam

62
kedaulatan negara dan persatuan bangsa sehingga diperlukan
upaya untuk menanggulangi aksi terorisme di Indonesia.
Sebagai komponen bangsa, TNI AD berperan besar dalam
mengamankan kedaulatan negara dari ancaman terorisme. TNI AD
bertanggungjawab untuk memerangi aksi terorisme sebagaimana
amanat pasal 7 UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI dalam kaitannya
dengan operasi militer selain perang (OMSP). TNI AD harus
membantu pemerintah dalam menanggulangi aksi terorisme.
Peran TNI AD dalam menanggulangi aksi terorisme di era
reformasi diwujudkan dengan peran koordinasi, kooperasi dan
kolaborasi. Peran koordinasi meliputi koordinasi Dengan Instansi
Pemerintah (Pusat dan Daerah), Koordinasi Dengan Unsur
Masyarakat (Tomas, Toga, Todat), Koordinasi Dengan Ormas
Keagamaan dan LSM. Peran kooperasi mencakup memberikan
Informasi Intelijen Kepada Instansi Terkait, Menempatkan Personil
Dalam Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Peran
kolaborasi meliputi Melakukan Operasi Perbantuan Kepada Polri
dan Melakukan latihan anti teror dengan negara lain.

63
Gambar Model Kerangka Pemikiran

3. Contoh Kasus Tiga


Judul:
“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di
Kodim 0819/Pasuruan”
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Dalam perspektif kebijakan, suatu kebijakan harus disusun,
ditetapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara rutin. Tahapan
implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting
dalam sebuah tahapan kebijakan, dimana sebagus apapun

64
kebijakan dibuat, apabila tidak dilaksanakan secara konsisten,
maka tidak akan berhasil secara efektif dan efisien kebijakan
tersebut. Suatu kebijakan yang diimplementasikan harus
dikendalikan secara ketat sehingga akan berhasil dilaksanakan
secara konsisten, cermat dan jelas.
Implementasi kebijakan pemberdayaan wilayah pertahanan di
Kodim 0819/Pasuruan merupakan salah satu contoh yang diangkat
dalam penelitian ini dimana akan dilihat keberhasilan kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan yang diselenggarakan oleh
Kodim 0819/Pasuruan diimplementasikan secara konsisten. Oleh
karena itu, dalam konteks penelitian ini, dipergunakan pisau
analisis teori analisis kebijakan yang dicetuskan oleh George
Edward III yang menyatakan bahwa faktor penentu keberhasilan
implementasi kebijakan adalah ditentukan oleh aspek komunikasi,
sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.
Dalam kaitan ini, penulis ingin mengkaitkan antara faktor-
faktor yang mendorong implementasi kebijakan pemberdayaan
wilayah pertahanan di Kodim 0819/Pasuruan dikaitkan dengan
teori analisis kebijakan yang dibuat oleh Edward III dimana
kebijakan yang berhasil sangat dipengaruhi oleh bagaimana
mengkomunikasikan kebijakan yang dibuat kepada para aparat
pelaksana di lapangan, bagaimana sumber daya yang dimiliki
diberdayakan untuk mendukung implementasi kebijakan tersebut,
bagaimana sikap, komitmen, dan kejujuran para pelaksana
terhadap implementasi kebijakan, dan bagaimana dukungan SOP
dan aturan di bawahnya dalam mengimplementasikan kebijakan
tersebut.
Melalui teori implementasi kebijakan yang dicetuskan oleh
Edward III, maka diharapkan dapat menjadi perangkat analisis
yang ampuh dan mujarab dalam menganalisis dan menelaah
tentang keberhasilan implementasi kebijakan pemberdayaan
wilayah pertahanan di Kodim 0819/Pasuruan. Fokus analisis akan
diarahkan untuk mencari jawab atas pertanyaan tentang apa saja
faktor yang mendorong keberhasilan implementasi kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di Kodim 0819/Pasuruan.
Dengan mengetahui tentang faktor apa saja yang mendorong

65
keberhasilan implementasi kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan di Kodim 0819/Pasuruan beserta peluang dan kendala
yang dihadapinya, maka akan dapat dijadikan sebagai gambaran
kebijakan selanjutnya.
Gambar Kerangka Pemikiran

4. Contoh Kasus Empat


Judul:
“Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pembangunan
Wilayah Perbatasan Darat Indonesia-Malaysia di Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan proposisi sebagai berikut: Kebijakan Pemerintah
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh aktor-

66
aktor/pelaksana kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu dan
dilaksanakan dalam urutan waktu tertentu. Komponen dalam
proses pelaksanaan kebijakan adalah meliputi idealized policy,
implementing organization, target groups, dan environmental factors.
Idealized policy, dengan indikator kebijakan pemerintah daerah
mudah dilaksanakan dan adanya penerapan kebijakan pemerintah
daerah secara konsisten. Implementing organization, dengan
indikator: Adanya keinginan untuk melaksanakan kebijakan
pemerintah daerah dan Jumlah aparat pelaksana memadai. Target
groups, dengan indikator: Adanya sasaran yang jelas dari
pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah dan Adanya kerjasama
dari objek kebijakan. Environmental factors, dengan indikator adanya
dukungan sosial terhadap pelaksanaan kebijakan, adanya
dukungan dari pihak terkait, adanya dukungan masyarakat dalam
pelaksanaan kebijakan, adanya dukungan dana dalam pelaksanaan
kebijakan.
Adapun hambatan dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan
wilayah perbatasan adalah hambatan politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan keamanan, dan tata ruang. Sedangkan upaya
yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut adalah
dengan koordinasi, komunikasi dan komitmen antar pihak terkait.
Secara sederhana, kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut:

67
Gambar Kerangka Pemikiran

5. Contoh Kasus Lima


Judul:
“Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Studi Di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat)”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Dalam perspektif perencanaan partisipatif, proses perencanaan
pembangunan akan mendapatkan kebijakan pembangunan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan kondisi
riil yang dihadapi masyarakat apabila melibatkan sebanyak
mungkin masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan untuk menyepakati kebijakan
pembangunan setiap tahunnya. Tingkat partisipasi masyarakat
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan masukan dan usulan dari

68
semua komponen masyarakat tentang pembangunan apa yang
ideal dibutuhkan dan diharapkan oleh semua lapisan masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam proses musrenbang di
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat adalah salah satu
contohnya. Musrenbang adalah salah satu mekanisme yang
ditetapkan oleh aturan perundang-undangan untuk mempertemu-
kan antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga dapat
berdiskusi, berdialog dan menyepakati berbagai perencanaan
pembangunan yang sesuai dengan aspirasi, kepentingan dan
kebutuhan masyarakat di Kecamatan Lembang. Proses
Musrenbang Kecamatan Lembang dilakukan setiap tahun dengan
mengundang semua stakeholder baik dari jajaran pemerintah
kecamatan, pemerintahan desa, maupun semua komponen
masyarakat di wilayah Kecamatan Lembang. Oleh karena itu,
dalam konteks penelitian ini, dipergunakan pisau analisis teori
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dikemukakan
oleh Josef Riwu Kaho yang menyatakan bahwa partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan dapat dilihat dari:
Tingkat kehadiran dalam musrenbang, Keaktifan mengemukakan
masukan/saran/usul, Keterlibatan menetapkan konsep rencana,
dan Keterlibatan memberi persetujuan pada rencana; dan juga teori
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dikemukakan
oleh Sunarti yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan dapat dilihat dari faktor internal (berupa
pendidikan, pekerjaan, penghasilan), dan faktor eksternal (berupa
peran pemerintah daerah dan peran DPRD).
Dalam kaitan ini, penulis ingin menganalisis proses partisipasi
masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan
(Musrenbang) di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat,
dilihat dari tingkat kehadiran dalam musrenbang, Keaktifan
mengemukakan masukan/saran/usul, keterlibatan menetapkan
konsep rencana, dan keterlibatan memberi persetujuan pada
rencana. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan
pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Lembang Kabupaten

69
Bandung Barat, dilihat dari faktor internal (berupa pendidikan,
pekerjaan, penghasilan), dan faktor eksternal (berupa peran
pemerintah daerah dan peran DPRD).
Untuk memperjelas konteks penelitian ini, maka akan
diuraikan kerangka pemikiran berikut ini:

Gambar Kerangka Pemikiran

6. Contoh Kasus Enam


Judul:
“Analisis Potensi Ancaman Proxy War terhadap NKRI”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Dalam perspektif ancaman pertahanan dan keamanan, potensi
ancaman bisa berbentuk ancaman militer dan ancaman non militer.
Ancaman militer berupa ancaman yang terwujud dalam aksi
peperangan fisik, kekuatan militer, alutsista dan invasi asing secara
langsung, sedangkan ancaman non militer merupakan ancaman
non fisik yang melibatkan berbagai aspek kehidupan dan bisa pula
menggunakan pihak lain sebagai alat untuk menguasai, menginvasi
dan mendominasi suatu Negara tanpa sadar, bersifat halus, dan
mematikan.

70
Sebagai negara yang sangat melimpah sumber daya alamnya,
berada di wilayah equator dan garis khatulistiwa, Indonesia
menjadi primadona dan daya tarik yang sangat besar bagi Negara-
negara lain untuk masuk dan menguasai sumber daya alam
Indonesia, khususnya sumber energi dan kekayaan alam lainnya.
Hal ini tentunya menjadi potensi ancaman bagi Indonesia
mengingat Negara-negara lain berupaya untuk mengejar energi
dan memburu sumber daya alam ke wilayah Indonesia. Negara-
negara lain ketika akan menghancurkan dan menguasai Indonesia
untuk mendapatkan energi dan kekayaan alam menggunakan
sarana lain, berupa penggunaan pihak tertentu sebagai pemeran
pengganti untuk masuk menguasai sumber daya alam Indonesia.
Inilah yang kemudian disebut sebagai proxy war yang berpotensi
mengancam kedaulatan NKRI.
Dalam kaitan ini, penulis ingin mencari jawab atas pertanyaan
bagaimana potensi ancaman proxy war terhadap NKRI, yang
kemudian dikaitkan dengan langkah-langkah apa saja yang harus
dilakukan untuk menangkal ancaman proxy war terhadap NKRI.
Teori analisis yang dipergunakan adalah dengan menggunakan
kerangka “konsep ancaman” yang di dalamnya terdapat ancaman
militer dan ancaman non militer. Adapun kerangka pemikiran yang
dibuat penulis adalah berikut ini:

71
Gambar Kerangka Pemikiran

7. Contoh Kasus Tujuh


Judul:
“Efektivitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Efektivitas Musrenbang Kecamatan dipahami dengan cara
mengukur sampai sejauh mana orang-orang yang ada dalam
organisasi Kecamatan dalam upaya mencapai tujuan Musrenbang.
Dilaksanakannya Musrenbang tingkat Kecamatan bertujuan
untuk menghasilkan hal-hal sebagai berikut: Kesepakatan tentang
program, Kesepakatan tentang kegiatan, Kesepakatan tentang

72
alokasi biaya untuk kegiatan, dan Kesepakatan tentang Delegasi
Masyarakat yang akan terlibat dalam Musrenbang di Tingkat
Kabupaten/Kota.
Efektivitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Kecamatan dapat dilihat dengan cara mengukur pencapaian tujuan
akhir Musrenbang, yaitu: (1) Merumuskan rancangan awal RKP
(Rencana Kerja Pembangunan) yang memuat skala prioritas
pembangunan, alokasi anggaran indikatif, alokasi dana Desa serta
usulan kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD
Kabupaten, Provinsi, Dana Pusat dan sumber pendanaan lainnya;
(2) Mendapatkan rincian rancangan awal kerangka anggaran yang
merupakan rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang
perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan;
(3) Mendapatkan rincian rancangan awal kerangka regulasi yang
merupakan rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong
partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk
mencapai tujuan pembangunan.
Daftar skala prioritas yang berisi tentang program/kegiatan
Desa sebagai hasil Musrenbang Desa diusung oleh delegasi Desa
untuk disampaikan di Musrenbang tingkat Kecamatan.
Efektivitas Musrenbang Kecamatan berkaitan dengan tugas
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kecamatan sebagai
organisasi pemerintah yang mempunyai peran fungsional dalam
pelayanan, administrasi, pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
Efektivitas Musrenbang yang dilaksanakan oleh Kecamatan
outputnya berupa dokumen perencanaan pembangunan, maka bila
Musrenbang Kecamatan tidak efektif akan berkaitan dengan
pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan
tersebut.
Kerangka pemikiran mengenai efektivitas Kecamatan dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan dapat digambarkan pada
gambar sebagai berikut:

73
Gambar Kerangka Pemikiran

8. Contoh Kasus Delapan


Judul:
“Implementasi Kebijakan Pengendalian Penyakit Hewan di
Kabupaten Bandung Barat”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Dalam perspektif kebijakan, suatu kebijakan harus disusun,
ditetapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara rutin. Tahapan
implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting
dalam sebuah tahapan kebijakan, dimana sebagus apapun
kebijakan dibuat, apabila tidak dilaksanakan secara konsisten,
maka tidak akan berhasil secara efektif dan efisien kebijakan
tersebut. Suatu kebijakan yang diimplementasikan harus
dikendalikan secara ketat sehingga akan berhasil dilaksanakan
secara konsisten, cermat dan jelas.

74
Implementasi kebijakan pengendalian penyakit hewan di
Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu contoh yang
diangkat dalam penelitian ini dimana akan dilihat bagaimana
kebijakan pengendalian penyakit hewan yang diselenggarakan oleh
Dinas Peternakan dan Perikanan Pemda Kabupaten Bandung Barat
diimplementasikan secara konsisten. Oleh karena itu, dalam
konteks penelitian ini, dipergunakan pisau analisis teori analisis
kebijakan yang dikemukakan oleh George Edward III yang
menyatakan bahwa faktor penentu keberhasilan implementasi
kebijakan adalah ditentukan oleh aspek komunikasi, sumber daya,
disposisi, dan struktur birokrasi.
Dalam kaitan ini, penulis ingin mengkaitkan antara faktor-
faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengendalian
penyakit hewan di Kabupaten Bandung Barat dikaitkan dengan
teori analisis kebijakan yang dibuat oleh Edward III dimana
kebijakan yang berhasil sangat dipengaruhi oleh bagaimana
mengkomunikasikan kebijakan yang dibuat kepada para aparat
pelaksana di lapangan, bagaimana sumber daya yang dimiliki
diberdayakan untuk mendukung implementasi kebijakan tersebut,
bagaimana sikap, komitmen, dan kejujuran para pelaksana
terhadap implementasi kebijakan, dan bagaimana dukungan SOP
dan aturan di bawahnya dalam mengimplementasikan kebijakan
tersebut.
Selanjutnya, akan dianalisis pula tentang peluang dan kendala
yang dihadapi dalam implementasi kebijakan pengendalian
penyakit hewan di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan
pendapat dari Muhadjir Darwin. Peluang yang dapat diambil dan
dimanfaatkan dalam implementasi kebijakan pengendalian
penyakit hewan di Kabupaten Bandung Barat adalah dukungan
masyarakat pemilik hewan, dukungan pemerintah pusat
(Kementerian Pertanian dan Disnakan Pemprov Jabar), dan
dukungan komunitas pelaku usaha di bidang kesehatan/obat/
farmasi. Adapun kendala yang dihadapi dalam implementasi
kebijakan pengendalian penyakit hewan di Kabupaten Bandung
Barat adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat pemilik
hewan, kondisi sosial budaya di tengah masyarakat, dan kondisi

75
sosial politik di lingkungan pemerintahan daerah Kabupaten
Bandung Barat.
Melalui teori implementasi kebijakan yang dicetuskan oleh
Edward III, maka diharapkan dapat menjadi perangkat analisis
yang ampuh dan mujarab dalam menganalisis dan menelaah
tentang Implementasi kebijakan pengendalian penyakit hewan di
Kabupaten Bandung Barat. Fokus analisis akan diarahkan untuk
mencari jawab atas pertanyaan tentang apa saja faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan pengendalian penyakit
hewan di Kabupaten Bandung Barat. Di samping itu, akan
diarahkan pula untuk menemukenali pertanyaan peluang dan
kendala yang dihadapi dalam Implementasi kebijakan
pengendalian penyakit hewan di Kabupaten Bandung Barat.
Berikut ini akan diuraikan model kerangka pemikiran:

Gambar Kerangka Pemikiran

76
9. Contoh Kasus Sembilan
Judul:
“Implementasi Kebijakan Pengelolaan Wilayah Perbatasan di
Kabupaten Nunukan”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Dalam perspektif kebijakan, suatu kebijakan harus disusun,
ditetapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara rutin. Tahapan
implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting
dalam sebuah tahapan kebijakan, dimana sebagus apapun
kebijakan dibuat, apabila tidak dilaksanakan secara konsisten,
maka tidak akan berhasil secara efektif dan efisien kebijakan
tersebut. Suatu kebijakan yang diimplementasikan harus
dikendalikan secara ketat sehingga akan berhasil dilaksanakan
secara konsisten, cermat dan jelas.
Implementasi kebijakan pengelolaan wilayah perbatasan di
Kabupaten Nunukan merupakan salah satu contoh yang diangkat
dalam penelitian ini dimana akan dilihat bagaimana kebijakan
pengelolaan kawasan perbatasan yang diselenggarakan oleh
Pemda Kabupaten Nunukan diimplementasikan secara konsisten.
Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini, dipergunakan pisau
analisis teori analisis kebijakan yang dicetuskan oleh George
Edward III yang menyatakan bahwa faktor penentu keberhasilan
implementasi kebijakan adalah ditentukan oleh aspek komunikasi,
sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.
Dalam kaitan ini, penulis ingin mengkaitkan antara faktor-
faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengelolaan
wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan dikaitkan dengan teori
analisis kebijakan yang dibuat oleh Edward III dimana kebijakan
yang berhasil sangat dipengaruhi oleh bagaimana
mengkomunikasikan kebijakan yang dibuat kepada para aparat
pelaksana di lapangan, bagaimana sumber daya yang dimiliki
diberdayakan untuk mendukung implementasi kebijakan tersebut,
bagaimana sikap, komitmen, dan kejujuran para pelaksana
terhadap implementasi kebijakan, dan bagaimana dukungan SOP

77
dan aturan di bawahnya dalam mengimplementasikan kebijakan
tersebut.
Selanjutnya, akan dianalisis pula tentang peluang dan kendala
yang dihadapi dalam implementasi kebijakan pengelolaan wilayah
perbatasan di Kabupaten Nunukan. Peluang yang dapat diambil
dalam pengelolaan wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan
adalah dukungan masyarakat, dukungan pemerintah pusat,
dukungan komunitas bisnis/dunia usaha, dan kerjasama lintas
sektoral. Adapun kendala yang dihadapi dalam pengelolaan
wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan adalah keterbatasan
sumber daya manusia, anggaran, dan sarana prasarana.
Melalui teori implementasi kebijakan yang dicetuskan oleh
Edward III, maka diharapkan dapat menjadi perangkat analisis
yang ampuh dalam menganalisis dan menelaah tentang
implementasi kebijakan pengelolaan wilayah perbatasan di
Kabupaten Nunukan. Fokus analisis akan diarahkan untuk mencari
jawab atas pertanyaan tentang apa saja faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan pengelolaan wilayah perbatasan di
Kabupaten Nunukan. Di samping itu, akan diarahkan pula untuk
menemukenali pertanyaan peluang dan kendala yang dihadapi
dalam implementasi kebijakan pengelolaan wilayah perbatasan di
Kabupaten Nunukan.
Untuk lebih jelasnya maka berikut ini akan diuraikan model
kerangka pemikiran dalam bentuk gambar sebagai berikut:

78
Gambar Kerangka Pemikiran

10. Contoh Kasus Sepuluh


Judul:
“Sinergi Kodim 1611/Tarakan dengan Pemda Kota Tarakan dan
Polresta Tarakan untuk Memelihara Situasi Kondusif pada
Pelaksanaan Pilkada Serentak dan Pemilu Serentak”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Wilayah Kota Tarakan merupakan wilayah yang sangat
strategis karena menjadi pusat bisnis, pusat industri dan pusat
perekonomian terbesar di Provinsi Kalimantan Utara, menjadi
parameter perekonomian di Provinsi Kalimantan Utara, dan
menjadi motor penggerak atau lokomotif aktivitas utama ekonomi,
bisnis dan pariwisata di Provinsi Kalimantan Utara. Sumber daya

79
alam yang melimpah, khususnya Minyak menjadi motor penggerak
dan urat nadi perekonomian wilayah Kalimantan Utara pada
umumnya dan Kota Tarakan pada khususnya.
Namun demikian, dibalik kekayaan alam yang melimpah ini
terkandung potensi kerawanan konflik sosial. Wilayah Kota
Tarakan rawan terjadinya konflik sosial, konflik SARA dan konflik
lainnya sebagai akibat dari aktivitas politik, pemerintahan dan
demokrasi, berupa Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu Serentak 2019.
Terlebih lagi pernah terjadi konflik sosial dan kerusuhan massal
yang terjadi pada tanggal 27 September 2010 yang memakan korban
nyawa dan harta benda serta gelombang pengungsi antara suku
Tidung (pribumi) dengan suku Bugis (suku pendatang). Hal ini
tentu menjadi perhatian dan skala prioritas untuk di deteksi,
dicegah dan ditangggulangi, sehingga konflik sosial yang potensial
terjadi dapat diantisipasi dan dapat dicegah seminimal mungkin,
agar supaya kehidupan masyarakat dan kenyamanan masyarakat
dapat terjamin dan terlindungi.
Sebagai satuan komando kewilayahan yang membawahi
wilayah wilayah Kota Tarakan, Kodim 0907/Tarakan memiliki
tugas dan tanggungjawab untuk membantu pemerintah dan
pemerintah daerah Kota Tarakan dan Polresta Tarakan untuk
memelihara situasi kondusif pada pelaksanaan Pilkada Serentak
2018 dan Pemilu Serentak 2019. Upaya membantu pemerintahan di
daerah merupakan amanah dalam UU No. 34 Tahun 2004 Tentang
TNI, khususnya Pasal 7, ayat 2, butir 9, sehingga diperlukan sinergi
antara Kodim 1611/Tarakan dengan Pemda Kota Tarakan dan
Polresta Tarakan untuk memelihara situasi kondusif pada
pelaksanaan pilkada serentak dan pemilu serentak, melalui
komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi, baik dalam tahap
pencegahan konflik, penghentian konflik, maupun pemulihan
pasca konflik. Selain itu, akan dilihat pula hambatan yang dihadapi
oleh Kodim 0907/Tarakan dalam melaksanakan kerjasama/sinergi
dengan Pemda Kota Tarakan dan Polresta Tarakan dalam
memelihara situasi kondusif pada pelaksanaan pilkada serentak
2018 dan pemilu serentak 2019.

80
Selanjutnya, agar supaya lebih memahami kerangka berpikir
dalam penelitian ini, maka akan digambarkan dalam bentuk
gambar tentang kerangka pemikiran ini sebagai berikut:
Gambar Kerangka Pemikiran

11. Contoh Kasus Sebelas


Judul:
“Sinergi Kodim 1611/Badung dengan Pemda Kabupaten Badung
Dalam Menanggulangi Bencana Alam”.
Alur/Kerangka Pemikiran (Bab 2):
Wilayah Kabupaten Badung merupakan wilayah yang sangat
strategis karena menjadi pusat pariwisata di Provinsi Bali, menjadi
etalase dan gerbang utama masuk ke Pulau Bali, dan menjadi
aktivitas utama ekonomi, bisnis dan pariwisata di Pulau Dewata.
Keelokan dan keindahan wilayah Kabupaten Badung menjadi daya
tarik bagi wisatawan nusantara dan wisatawan asing untuk

81
berkunjung, berlibur dan berwisata sehingga menarik pendapatan
dan peningkatan perekonomian wilayah Bali.
Namun demikian, dibalik keindahan, keelokan dan keajaiban
Pula Dewata ini terkandung potensi kerawanan bencana alam.
Wilayah Kabupaten Badung rawan bencana banjir, tanah longsor,
gempa bumi, tsunami, dan kebakaran. Hal ini tentu menjadi
perhatian dan skala prioritas untuk ditanggulangi, sehingga
bencana alam yang terjadi dapat diantisipasi dan dapat dicegah
seminimal mungkin, agar supaya kehidupan pariwisata dan
kenyamanan masyarakat dapat terjamin dan terlindungi.
Sebagai satuan komando kewilayahan yang membawahi
wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Kodim 1611/
Badung memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membantu
pemerintah dan pemerintah daerah Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar untuk menanggulangi bencana alam. Upaya membantu
menanggulangi bencana alam merupakan amanah dalam UU No 34
Tahun 2004 Tentang TNI, khususnya Pasal 7, ayat 2, butir 12,
sehingga diperlukan sinergi antara Kodim 1611/Badung dengan
Pemda Kabupaten Badung untuk menanggulangi bencana alam,
baik dalam tahap pra bencana, saat bencana, maupun pasca
bencana. Selain itu, akan dilihat pula hambatan yang dihadapi oleh
Kodim 1611/Badung dalam melaksanakan kerjasama/sinergi
dengan Pemda Kabupaten Badung dalam menanggulangi bencana
alam.
Selanjutnya, agar supaya lebih memahami kerangka berpikir
dalam penelitian ini, maka akan digambarkan dalam bentuk
gambar tentang kerangka pemikiran ini sebagai berikut:

82
Gambar Kerangka Pemikiran

83
- BAB 8 -
GARIS BESAR KERANGKA PENELITIAN
KUALITATIF

A. Menganalisis Kerangka Penelitian Kualitatif


Dalam diskusi ilmiah tentang metodologi, seringkali
diperbincangkan oleh para peneliti, dosen dan mahasiswa bahwa
penelitian kualitatif lebih menekankan pada analisis makna dibalik
angka, makna dibalik data, dan makna dibalik peristiwa/
fenomena/gejala. Data dalam penelitian kualitatif tidak berupa angka,
melainkan kata, kalimat, dan narasi yang sistematis, yang
menggambarkan sebuah peristiwa, gejala, dan fenomena dengan
analisis teori dan konsep tertentu. Tidak ada uji statistik, uji matematik,
dan uji variabel di dalam penelitian kualitatif, karena lebih
menekankan pada makna dibalik angka dan makna dibalik data.
Di kalangan mahasiswa, banyak yang menyatakan bahwa
penelitian kualitatif umumnya sangat mudah dalam proses membuat
proposal penelitian, namun setelah ke lapangan untuk mencari,
mengolah, dan menganalisis data, akan mengalami kesulitan karena
membutuhkan waktu yang lama. Berbeda dengan penelitian
kuantitatif, yang umumnya dirasakan mahasiswa adalah lama dan
rumit di awal pembuatan proposal penelitian, namun sangat mudah
dan tidak terlalu lama saat mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisis data lapangan.

84
Sebenarnya, secara hakiki, baik penelitian kualitatif maupun
penelitian kuantitatif, sama-sama sulit, sama-sama ada kelemahan dan
kekurangan, dan sama-sama memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, maka muncul penelitian mix methods yang
menggabungkan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif,
untuk memastikan kelemahan penelitian kualitatif dilengkapi oleh
penelitian kuantitatif, dan sebaliknya. Intinya, penelitian kualitatif
memiliki mazhab yang berbeda dengan penelitian kuantitatif.
Oleh karena itu, agar supaya pembaca lebih konkret dan lebih
mudah memahami penelitian kualitatif, maka akan diuraikan contoh-
contoh garis besar penelitian kualitatif, yang dapat menjadi gambaran
dan pemahaman bagi semua pihak apabila ingin mendalami tentang
langkah-langkah dalam penelitian kualitatif.

B. Contoh Kerangka Penelitian Kualitatif


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Peran Komunitas Intelijen Daerah Dalam Mewujudkan
Kondusifitas Keamanan di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara”
Perumusan Masalah (Bab I):
Bagaimana peran Kominda dalam mewujudkan kondusifitas
keamanan di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara?
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
Teori peran yang diperkenalkan oleh Stewart, yang menyatakan
bahwa peran suatu organisasi dapat diwujudkan dalam peran
membuat mampu (enabling), memperlancar (facilitating),
berkonsultasi (consulting), bekerjasama (collaborating), membimbing
(mentoring), dan mendukung (supporting).
Desain Penelitian (Bab 3):
Penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara dan dokumentasi/literatur.
Pembahasan (Bab 4):
a. Peran Kominda Kota Tomohon dalam membuat mampu
(enabling)

85
b. Peran Kominda Kota Tomohon dalam memperlancar
(facilitating)
c. Peran Kominda Kota Tomohon dalam berkonsultasi (consulting)
d. Peran Kominda Kota Tomohon dalam bekerjasama
(collaborating)
e. Peran Kominda Kota Tomohon dalam membimbing (mentoring)
f. Peran Kominda Kota Tomohon dalam mendukung (supporting)
Pedoman Wawancara:
a. Peran Enabling
 Bagaimana peran anda sebagai pimpinan Kominda dalam
meningkatkan kemampuan sumber daya personil Kominda
guna meningkatkan kondusifitas keamanan di Kota
Tomohon?
 Bagaimana peran anda sebagai pimpinan Kominda dalam
meningkatkan kemampuan sumber daya sarana prasarana
Kodim guna meningkatkan kondusifitas keamanan di Kota
Tomohon?
 Bagaimana peran anda sebagai pimpinan Kominda dalam
meningkatkan kemampuan sumber daya anggaran Kominda
guna meningkatkan kondusifitas keamanan di Kota
Tomohon?
 Bagaimana peran anda sebagai pimpinan Kominda dalam
meningkatkan kemampuan sumber daya sismet/piranti
lunak Kominda guna meningkatkan kondusifitas keamanan
di Kota Tomohon?
b. Peran Facilitating
 Bagaimana upaya yang anda lakukan dalam memperlancar
koordinasi dan komunikasi antar unit kerja/satuan dalam
meningkatkan kondusifitas keamanan di Kota Tomohon?
Jelaskan?
 Bagaimana upaya yang anda lakukan dalam memperlancar
koordinasi dan komunikasi antara Kominda dengan instansi
lintas sektoral guna meningkatkan kondusifitas keamanan di
Kota Tomohon? Jelaskan?

86
c. Peran Consulting
 Apakah anda menyediakan sarana konsultasi bagi staf dan
bawahan dalam meningkatkan kondusifitas keamanan di
Kota Tomohon? Jelaskan?
 Bagaimana anda memberikan arahan, direktif, dan solusi
kepada staf dan bawahan yang meminta solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan
kondusifitas keamanan di Kota Tomohon? Jelaskan?
d. Peran Collaborating
 Apakah anda memberikan arahan dan dorongan kepada
anggota untuk melakukan kerjasama dengan sesama anggota
guna meningkatkan kondusifitas keamanan di Kota
Tomohon? Jelaskan?
 Apakah anda memberikan arahan dan dorongan kepada
anggota untuk melakukan kerjasama dengan lembaga/
instansi luar Kominda guna meningkatkan kondusifitas
keamanan di Kota Tomohon? Jelaskan?
e. Peran Mentoring
 Apakah anda selalu membimbing anak buah/staf/
bawahan/anggota dalam meningkatkan kondusifitas
keamanan di Kota Tomohon? Jelaskan?
 Apakah anda mengecek dan menanyakan kendala/
hambatan yang dihadapi anggota dalam meningkatkan
kondusifitas keamanan di Kota Tomohon? Jelaskan?
f. Peran Supporting
 Apakah anda mendukung langkah dan tindakan anggota
dalam meningkatkan kondusifitas keamanan di Kota
Tomohon? Jelaskan?
 Jelaskan bentuk dukungan apa saja yang anda berikan
kepada anggota yang meningkatkan kondusifitas keamanan
di Kota Tomohon? Jelaskan?
 Jelaskan apakah efektif dukungan yang anda berikan selama
ini kepada anggota dalam meningkatkan kondusifitas
keamanan di Kota Tomohon? Jelaskan?

87
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di
Kodim 0609/Cimahi”
Perumusan Masalah (Bab I):
Mengapa implementasi kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan di Kodim 0609/Cimahi kurang optimal?
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
Teori implementasi kebijakan publik yang diperkenalkan oleh
George Edward III, yang intinya menyatakan bahwa berhasil atau
tidaknya implementasi/pelaksanaan kebijakan publik
ditentukan oleh: aspek komunikasi, sumber daya, disposisi, dan
struktur birokrasi.
Desain Penelitian (Bab 3):
Penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data:
wawancara, observasi, dan dokumentasi/literatur.
Pembahasan (Bab 4):
a. Aspek komunikasi dalam implementasi kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di Kodim 0609/Cimahi.
b. Aspek sumber daya dalam implementasi kebijakan pember-
dayaan wilayah pertahanan di Kodim 0609/Cimahi.
c. Aspek disposisi dalam implementasi kebijakan pemberdayaan
wilayah pertahanan di Kodim 0609/Cimahi.
d. Aspek struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di Kodim 0609/Cimahi.
Pedoman Wawancara:
a. Komunikasi
 Apa yang anda lakukan sebagai pemimpin organisasi
KODIM dalam melakukan sosialisasi kebijakan dan aturan
tentang Kebijakan pemberdayaan wilayah pertahanan
kepada anak buah, staf, dan bawahan?
 Apa yang anda lakukan sebagai pemimpin organisasi
KODIM dalam mengarahkan staf, anak buah, dan bawahan

88
untuk menerapkan Kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan?
 Apa yang anda lakukan sebagai pemimpin organisasi
KODIM dalam mendiskusikan dengan staf, anak buah, dan
bawahan untuk menerapkan Kebijakan pemberdayaan
wilayah pertahanan?
 Apa yang anda lakukan sebagai pemimpin organisasi
KODIM dalam mengkomunikasikan dengan instansi
eksternal/lintas sektoral untuk menerapkan Kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan?
b. Sumber Daya
 Bagaimana yang anda lakukan untuk mengelola sumber daya
manusia di dalam KODIM sehingga mendukung Kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan?
 Bagaimana yang anda lakukan untuk mengelola sumber daya
anggaran di dalam KODIM sehingga mendukung Kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan?
 Bagaimana yang anda lakukan untuk mengelola sumber daya
sarana prasarana/materiil di dalam KODIM sehingga
mendukung Kebijakan pemberdayaan wilayah pertahanan?
 Bagaimana yang anda lakukan untuk memberikan akses
informasi yang cukup kepada staf, bawahan, dan anak buah
sehingga mendukung Kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan?
 Bagaimana kewenangan yang anda gunakan untuk
menjamin semua staf, bawahan, dan anak buah mendukung
Kebijakan pemberdayaan wilayah pertahanan?
c. Disposisi
 Bagaimana yang anda lakukan untuk mengarahkan staf,
bawahan, dan anak buah agar memiliki sikap kejujuran
dalam pelaksanaan Kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan?
 Bagaimana yang anda lakukan untuk mengarahkan staf,
bawahan, dan anak buah agar memiliki sikap dan karakter

89
integritas dalam pelaksanaan Kebijakan pemberdayaan
wilayah pertahanan?
 Bagaimana yang anda lakukan untuk mengarahkan staf,
bawahan, dan anak buah agar memiliki tanggungjawab
dalam pelaksanaan Kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan?
d. Struktur Birokrasi
 Apakah anda sebagai pemimpin organisasi KODIM
membuat SOP/Juklak/Juknis dalam pelaksanaan Kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan sebagai pedoman bagi
staf, bawahan, dan anak buah?
 Apakah SOP/juklak/juknis yang dibuat bisa dipahami dan
dikuasai oleh staf, bawahan, dan anak buah?
 Bagaimana pelaksanaan SOP/juklak/juknis tersebut
dilaksanakan oleh staf, bawahan, dan anak buah?
3. Contoh Kasus Tiga
Judul:
“Kerjasama Kodim 0618/BS dengan Polrestabes Bandung Dalam
Menanggulangi Aksi Geng Motor di Wilayah Kota Bandung”
Perumusan Masalah (Bab I):
Bagaimana kerjasama Kodim 0618/BS dengan Polrestabes Bandung
dalam menanggulangi aksi geng motor di wilayah Kota Bandung?
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
Konsep kerjasama yang dikemukakan oleh Purwadiningrat yang
menyatakan bahwa unsur-unsur kerjasama terdiri dari:
Komunikasi, Koordinasi, dan Kolaborasi.
Desain Penelitian (Bab 3):
Penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara,
observasi, dan dokumentasi/literatur.
Pembahasan (Bab 4):
a. Komunikasi Kodim 0618/BS dengan Polrestabes Bandung
b. Koordinasi Kodim 0618/BS dengan Polrestabes Bandung
c. Kolaborasi Kodim 0618/BS dengan Polrestabes Bandung

90
Pedoman Wawancara:
a. Komunikasi
 Bagaimana jalur komunikasi antara pimpinan Kodim dan
pimpinan Polres dalam membahas aksi geng motor?
 Bagaimana pertemuan antara pejabat kodim dan pejabat
Polres dalam membahas aksi geng motor?
 Dst...
b. Koordinasi
 Berapa kali rapat koordinasi (rakor) antara Kodim dengan
Polres dalam membahas permasalahan geng motor?
 Apakah telah dibentuk forum koordinasi antara Polres
dengan Kodim dalam mendeteksi aksi geng motor?
 Dst…
c. Kolaborasi
 Bagaimana operasi bersama/gabungan antara Kodim
dengan Polres dalam merazia aksi geng motor?
 Apakah Kodim selalu dilibatkan dalam setiap operasi yang
dilakukan polres dalam menanggulangi aksi geng motor?
 Dst....

91
- BAB 9 -
GARIS BESAR KERANGKA PENELITIAN
KUANTITATIF

A. Menganalisis Kerangka Penelitian Kuantitatif


Dalam penelitian kuantitatif, sudah lazim bahwa angka-angka
merupakan penekanan utama dimana data merupakan angka-angka
yang diperoleh melalui penyebaran angket/kuesioner dari para
responden. Metode kuantitatif memang mensyaratkan uji statistik, uji
matematik, dan uji kalkulatif untuk membuktikan hipotesis tentang
derajat keterpengaruhan antara dua variabel atau lebih. Oleh karena
itu, dalam penelitian kualitatif, lazim dimaklumi bahwa judul harus
minimal dua variabel, yakni variabel X dan variabel Y, atau variabel
bebas dan variabel terikat.
Penelitian kuantitatif dalam ilmu sosial kadangkala dihindari oleh
mahasiswa yang tidak suka dengan angka, tidak mau berhubungan
dengan angka, dan tidak suka dengan perhitungan matematik.
Padahal, sebagian kalangan lagi justru menyukai penelitian kualitatif
yang dinilai lebih mudah karena tidak terlalu lama di lokasi
penelitian/di lapangan, dimana peneliti berada di lapangan hanya
menyebar angket/kuesioner tanpa melakukan wawancara setelah itu
pulang untuk melakukan proses dan kegiatan pengolahan data.
Dalam konteks ilmu sosial humaniora, metode kuantitatif,
memang metode yang baru karena umumnya para peneliti ilmu sosial
lebih cenderung menggunakan metode kualitatif dibandingkan

92
metode kuantitatif. Metode kuantitatif secara filosofis historis berasal
dari ilmu alam atau ilmu eksakta yang berbasis pada pendekatan
positivisme-behavioralisme sehingga semua data harus serba terukur,
diwujudkan dalam bentuk angka, dan melalui proses perhitungan
matematik dan statistik, sehingga data yang ada tidak multitafsir dan
serba pasti.
Dengan demikian, untuk mengetahui kerangka penelitian
kualitatif, uraikan berikut ini akan menggambarkan garis besar
contoh-contoh penelitian kuantitatif yang dapat menjadi pemahaman
bagi para pembaca untuk lebih mengenal dan mengetahui secara cepat
tentang penelitian kuantitatif.

B. Contoh Kerangka Penelitian Kuantitatif


1. Contoh Kasus Satu
Judul:
“Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Pamen TNI Dalam
Mendukung Tugas Sebagai Military Observer PBB”
Perumusan Masalah (Bab I):
Seberapa besar pengaruh kompetensi terhadap kinerja Pamen TNI
dalam mendukung tugas sebagai military observer PBB?
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Konsep Kompetensi Versi Benjamin Bloom
Kompetensi terdiri dari hard competency dan soft competency.
Hard competency meliputi: keterampilan bahasa, keahlian
penguasaan peralatan komunikasi, kemampuan penguasaan
peralatan transportasi, kemampuan penguasaan teknologi
informasi, kemampuan penguasaan adat istiadat dan budaya.
Sedangkan soft competency terdiri dari: inisiatif dan proaktif,
kepercayaan diri, empati, bekerjasama, pengendalian diri,
fleksibilitas dan keluwesan, jiwa kepemimpinan.
b. Konsep Kinerja Versi Mark Elliot
Kinerja dapat dibagi menjadi output dan outcome.

93
Output mengandung aspek: mampu berpikir taktis, mampu
bertindak praktis, mampu menciptakan solusi.
Sedangkan outcome meliputi: kecepatan melaporkan situasi,
ketepatan memetakan masalah, dan disukai lingkungan sekitar.
Operasionalisasi Variabel (Bab 2)
Variabel Dimensi Indikator
Kompetensi Hard  Keterampilan bahasa(1)
Competency  Keahlian penguasaan peralatan
komunikasi (2)
 Kemampuan penguasaan peralatan
transportasi (3)
 Kemampuan penguasaan teknologi
informasi (4)
 Kemampuan penguasaan adat istiadat
dan budaya (5)
Soft  Inisiatif dan proaktif (6)
Competency  kepercayaan diri (7)
 Empati (8)
 Bekerjasama (9)
 Pengendalian diri (10)
 Fleksibilitas dan keluwesan (11)
 Jiwa kepemimpinan (12)
Kinerja Output  Mampu berpikir taktis (13)
 Mampu bertindak praktis (14)
 Mampu menciptakan solusi (15)
Outcome  Kecepatan melaporkan situasi (16)
 Ketepatan memetakan masalah (17)
 Disukai lingkungan sekitar (18)

Hipotesis (Bab 2)
a. Hipotesis Nol (H0):
“Tidak ada pengaruh antara kompetensi terhadap kinerja Pamen
TNI dalam mendukung tugas sebagai military observer PBB”.
b. Hipotesis Kerja (H1):
“Ada pengaruh antara kompetensi terhadap kinerja Pamen TNI
dalam mendukung tugas sebagai military observer PBB”.

94
Kerangka Pemikiran (Bab 2)

Desain Penelitian (Bab 3):


Penelitian Kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data
menggunakan angket/kuesioner.
Hasil Penelitian & Pembahasan (Bab 4):
(Isi dari bab ini adalah tabel pengolahan data dalam bentuk angka
yang berasal dari angket/kuesioner, disajikan bisa dalam bentuk
tabel maupun grafik yang dapat tertuang dalam bar chat ataupun pie
chart).
Angket/Kuesioner:
a. Hard Competency
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
1 Seorang Milobs harus memiliki
keterampilan Bahasa Inggris
2 Seorang Milobs harus memiliki
kemampuan penguasaan peralatan
transportasi mengemudi
3 Seorang Milobs harus memiliki
keahlian penguasaan peralatan
komunikasi dan prosedur radio
4 Seorang Milobs harus memiliki
kemampuan penguasaan teknologi
informasi
5 Seorang Milobs harus memiliki
kemampuan penguasaan adat istiadat
dan budaya ditempat penugasannya

95
b. Soft Competency

NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
6 Seorang Milobs harus memiliki
inisiatif dan proaktif di lapangan
7 Seorang Milobs harus memiliki
kepercayaan diri dalam mengemban
tugas
8 Seorang Milobs harus memiliki
empati terhadap lingkungannya
9 Seorang Milobs harus memiliki
kemauan untuk bekerjasama secara
berkelompok/kolektif
10 Seorang Milobs harus memiliki
kemampuan pengendalian diri
11 Seorang Milobs harus memiliki
fleksibilitas dan keluwesan dalam
menjalankan tugas
12 Seorang Milobs harus memiliki jiwa
kepemimpinan yang tegas, arif dan
bijaksana

c. Output
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1

13 Seorang Milobs harus mampu


berpikir taktis di tengah lapangan
14 Seorang Milobs harus mampu
berpikir praktis saat melaksanakan
tugas
15 Seorang Milobs harus mampu
menciptakan solusi alternative atas
permasalahan yang dihadapi

d. Outcome

NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
16 Seorang Milobs harus cepat melapor-
kan situasi, kondisi dan keadaan di
lapangan kepada atasannya
17 Seorang Milobs harus responsive
memetakan permasalahan di wilayah
penugasan
18 Seorang Milobs harus menampilkan
diri secara etis agar disukai oleh
masyarakat di wilayah penugasan

96
2. Contoh Kasus Dua
Judul:
“Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Pegawai di Unjani
Cimahi”
Perumusan Masalah (Bab I):
Seberapa besar pengaruh kompetensi terhadap kualitas pegawai di
Unjani Cimahi?
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Konsep Kompetensi Versi Tanri Abeng
Kompetensi terdiri dari knowledge (pengetahuan), skill
(keahlian/keterampilan), dan attitude (sikap/perilaku).
Knowledge meliputi jenjang pendidikan, sertifikasi kompetensi,
dan sertifikasi profesi.
Skill terdiri dari keterampilan bahasa, keterampilan penguasaan
teknologi informasi, keterampilan manajemen perkantoran.
Attitude mengandung loyalitas, integritas, dan disiplin.
b. Konsep Kualitas Versi Fandy Tjiptono
Kualitas dapat dibagi menjadi produk dan jasa.
Produk mengandung aspek jumlah buku yang dihasilkan,
jumlah jurnal yang ditulis, jumlah manual prosedur yang
disusun.
Jasa meliputi kepuasan pelayanan mahasiswa, kepuasan
pelayanan alumni, kepuasan pelayanan masyarakat.
Operasionalisasi Variabel (Bab 2)
Variabel Dimensi Indikator
Kompetensi Knowledge  Jenjang pendidikan (1)
 Sertifikasi kompetensi (2)
 Sertifikasi profesi (3)
Skill  Keterampilan Bahasa (4)
 Keterampilan penguasaan teknologi
informasi (5)
 Keterampilan manajemen perkantoran (6)
Attitude  Loyalitas (7)
 Integritas (8)
 Disiplin (9)

97
Kualitas Produk  Jumlah Buku yang dihasilkan (10)
 Jumlah jurnal yang ditulis (11)
 Jumlah manual prosedur yang disusun
(12)
Jasa  Kepuasan pelayanan mahasiswa (13)
 Kepuasan pelayanan alumni (14)
 Kepuasan pelayanan masyarakat (15)

Hipotesis (Bab 2)
a. Hipotesis Nol (H0):
“Tidak ada pengaruh antara kompetensi terhadap kualitas
pegawai di Unjani Cimahi”.
b. Hipotesis Kerja (H1):
“Ada pengaruh antara kompetensi terhadap kualitas pegawai di
Unjani Cimahi”.

Kerangka Pemikiran (Bab 2)

Desain Penelitian (Bab 3):


Penelitian Kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data
menggunakan angket/kuesioner.
Hasil Penelitian & Pembahasan (Bab 4):
(Isi dari bab ini adalah tabel pengolahan data dalam bentuk angka
yang berasal dari angket/kuesioner, disajikan bisa dalam bentuk
tabel maupun grafik yang dapat tertuang dalam bar chat ataupun pie
chart).

98
Angket/Kuesioner:
a. Knowledge
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Pegawai Unjani harus memiliki
jenjang pendidikan yang tinggi
2 Pegawai Unjani harus memiliki
sertifikasi kompetensi
3 Pegawai Unjani harus memiliki
sertifikasi profesi

b. Skill
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
4 Pegawai Unjani harus memiliki
keterampilan bahasa
5 Pegawai Unjani harus memiliki
keterampilan penguasaan
teknologi informasi
6 Pegawai Unjani harus
mempunyai keterampilan
manajemen perkantoran

c. Attitudes
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
7 Pegawai Unjani harus memiliki
loyalitas yang tinggi
8 Pegawai Unjani harus memiliki
integritas yang kuat
9 Pegawai Unjani harus memiliki
disiplin yang mumpuni

99
d. Produk
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
10 Pegawai Unjani telah menulis
buku
11 Pegawai Unjani telah menulis
jurnal
12 Pegawai Unjani telah
menyusun manual prosedur

e. Jasa
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
13 Pegawai Unjani telah mem-
berikan kepuasan pelayanan
kepada mahasiswa
14 Pegawai Unjani telah mem-
berikan kepuasan pelayanan
kepada alumni
15 Pegawai Unjani telah mem-
berikan kepuasan pelayanan
kepada masyarakat

100
- BAB 10 -
GARIS BESAR KERANGKA PENELITIAN
MIX METHODS

A. Mendeskripsikan Kerangka Penelitian Mix Methods


Metode penelitian yang saat ini sedang nge “hits” atau sedang nge
“trends” adalah metode penelitian kombinasi atau sering dikenal
dengan sebutan mix methods. Menurut Creswell (2009), metode
kombinasi adalah merupakan pendekatan penelitian yang
menggabung-kan atau menghubungkan antara metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan Donna M. Mertens (2010)
menyatakan bahwa penelitian kombinasi adalah penelitian yang
mengumpulkan dan menganalisis data, mengintegrasikan temuan,
dan menarik kesimpulan secara inferensial dengan menggunakan dua
pendekatan atau metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam
satu studi. Metode kombinasi digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian pada satu penelitian. Dengan demikian, metode kombinasi
adalah merupakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau
menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Istilah metode penelitian mix methods adalah convergence methods,
combined methods, multi methods, dan integrated methods. Mix methods
dalam perspektif sejarah terdapat empat fase, yakni fase formatif
(1950-1970), fase perdebatan (1970-1980), fase pengembangan prosedur
(1980-an), dan fase desain terpisah (2000-an). Mix methods memiliki
karakteristik yang realistis dan pragmatis dimana metode dan pranata

101
dalam penelitiannya bersifat luwes dan fleksibel, dimana metode ini
melengkapi kekurangan yang ada di metode kualitatif dan kuantitatif.
Artinya, metode ini hadir untuk menjadi solusi bagi perdebatan antara
para penganut metode kuantitatif dan penganut metode kualitatif
yang tidak pernah ketemu dan mencapai kata sepakat dalam kegiatan
penelitian.
Penelitian kuantitatif selalu menyalahkan metode kualitatif
dengan berbagai alasan dan argumentasi. Sedangkan metode kualitatif
juga tidak berbeda dengan selalu menyudutkan metode kuantitatif
melalui alasan yang rasional, sehingga kedua metode ini tidak pernah
menyatu dan mencapai kata sepakat tentang prosedur dan mekanisme
penelitian, yang pada akhirnya berujung pada perpisahan, bagai
minyak dengan air, tidak bisa disatukan. Mix methods lahir untuk
memberikan solusi alternative bagi para peneliti, dosen, dan
mahasiswa untuk melihat fenomena/gejala/peristiwa/ masalah sosial
tidak hanya dari satu perspektif semata, melainkan dari dua
perspektif, yakni gabungan/kombinasi antara kuantitatif dan
kualitatif.
Menurut Creswell, mix methods terdapat dua varian, yakni model
sequential dan model concurrent. Model sequential terdiri dari sequential
explanatory, sequential exploratory, dan sequential transformative strategy.
Model concurrent terdiri dari concurrent triangulation, concurrent
embedded, dan concurrent transformative strategy. Uraian berikut ini
hanya akan mengambil empat varian saja yang sering dipakai di dunia
penelitian agar supaya memudahkan dan memberikan gambaran
kepada para dosen, peneliti, dan mahasiswa tentang garis besar
penelitian mix methods.

B. Model Kerangka Penelitian Mix Methods


1. Model Explanatory Sequential
Judul:
“Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Prajurit di Satuan
Batalyon Infanteri 600/Raider Komando Daerah Militer
VI/Mulawarman”

102
Perumusan Masalah (Bab 1):
a. Seberapa besar pengaruh kompetensi terhadap kinerja prajurit
di Satuan Batalyon Infanteri 600/Raider Komando Daerah
Militer VI/Mulawarman? (Pertanyaan Kuantitatif)
b. Mengapa faktor kompetensi berpengaruh dominan terhadap
kinerja prajurit di Satuan Batalyon Infanteri 600/Raider Komando
Daerah Militer VI/Mulawarman? (Pertanyaan Kualitatif)
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Untuk menjawab pertanyaan 1 (pertanyaan kuantitatif),
dipergunakan teori sebagai berikut:
 Teori kompetensi versi Spencer (variabel independen), yang
menyatakan bahwa kompetensi terdiri dari: motif, sifat,
konsep pribadi, pengetahuan, dan keterampilan.
Sedangkan indikator yang diajukan yaitu; (1) Dimensi motif
dengan indikator kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi/
persahabatan dan kebutuhan berprestasi; (2) Dimensi sifat
dengan indikator pemahaman antar pribadi, menjalin
hubungan dan memberikan instruksi dengan jelas; (3)
Dimensi konsep pribadi dengan indikator berpikir analitis,
berpikir konseptual dan rasa percaya diri; (4) Dimensi
pengetahuan dengan indikator memahami tupoksi,
pencarian informasi dan pemahaman; dan (5) Dimensi
keterampilan dengan indikator kemampuan mempengaruhi
orang lain, kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan
kerjasama dengan kelompok.
 Teori Kinerja versi Mathis dan Jackson (variabel dependen),
yang menyatakan bahwa kinerja anggota organisasi dilihat
dari: (1) kuantitas output, (2) kualitas output, (3) jangka
waktu output, (4) kehadiran di tempat kerja, (5) sikap
kooperatif. Adapun indikator dari kelima unsur kinerja
tersebut sebagai berikut: (1) Dimensi quantity of output dengan
indikator kesesuaian tugas dengan jumlah pekerjaan yang
diselesaikan dan memperhitungkan kuantitas tugas; (2)
Dimensi quality of output dengan indikator tingkat kesesuaian
kualitas pekerjaan dan orientasi kualitas pekerjaan; (3)

103
Dimensi timelines of output dengan indikator ketepatan waktu
dalam menyelesaikan tugas dan pengutamaan target jangka
waktu dalam penyelesaian tugas; (4) Dimensi presence at work
dengan indikator komitmen terhadap kehadiran dan
perspektif terhadap pentingnya kehadiran; dan (5) Dimensi
cooperativeness dengan indikator tingkat kooperatif dalam
penyelesaian tugas dan keterbukaan terhadap masalah dalam
pelaksanaan tugas.
b. Untuk menjawab pertanyaan 2 (pertanyaan kualitatif),
dipergunakan teori kompetensi versi Spencer, yang
menyatakan bahwa kinerja anggota organisasi sangat
ditentukan oleh faktor kompetensi, yang meliputi: motif,
sifat, konsep pribadi, pengetahuan, dan keterampilan.
Hipotesis (Bab 2):
“Terdapat pengaruh yang besar antara kompetensi terhadap
kinerja prajurit di Satuan Batalyon Infanteri 600/Raider Komando
Daerah Militer VI/Mulawarman”.
Metodologi Penelitian (Bab 3):
a. Desain penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan adalah dengan metode
campuran/metode kombinasi/mix methods, dengan model
explanatory sequential.
b. Teknik Pengumpulan Data.
 Untuk menjawab pertanyaan 1, dipergunakan metode
kuantitatif: angket/kuesioner (Skala Likert).
 Untuk menjawab pertanyaan 2, dipergunakan metode
kualitatif: wawancara, observasi, dan studi literatur/
dokumentasi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan (Bab 4):
a. Hasil Penelitian
 Pengaruh kompetensi terhadap kinerja prajurit di Satuan
Batalyon Infanteri 600/Raider Komando Daerah Militer
VI/Mulawarman.

104
(Isi dari sub bab ini adalah tabel pengolahan data dalam
bentuk angka yang berasal dari angket/kuesioner, disajikan
dalam bentuk bar chat atau pie chart).

 Alasan faktor kompetensi berpengaruh dominan terhadap


kinerja prajurit di Satuan Batalyon Infanteri 600/Raider
Komando Daerah Militer VI/Mulawarman.
Faktor Kompetensi Yang Meliputi: motif, sifat, konsep
pribadi, pengetahuan, dan keterampilan.
 Motif
 Sifat
 Konsep Pribadi
 Pengetahuan
 Keterampilan.
(Isi dari sub bab ini adalah data, fakta dan informasi yang
berupa uraian kata, deskripsi kalimat, dan narasi yang
berasal dari hasil wawancara, observasi, dan studi
literatur/dokumentasi)

105
b. Pembahasan
Angket:
No Pertanyaan SS S RR TS STS
Kompetensi
1. Kenaikan jabatan merupakan
salah satu dorongan yang
membuat anda bekerja dengan
sungguh-sungguh
2. Bekerjasama merupakan salah
satu aspek yang selalu anda
lakukan dalam bekerja
3. Prestasi adalah salah satu
dorongan anda untuk bekerja
maksimal
4. Anda selalu berusaha untuk
memahami berbagai kepribadian
prajurit lain
5 Menjalin hubungan dengan
prajurit lain mutlak dibutuhkan
agar anda dapat bekerja dengan
optimal
6. Dalam bekerja, anda selalu
memberikan instruksi yang jelas
terhadap kegiatan yang akan
dikerjakan
7. Berpikir analisis dapat
memudahkan anda untuk
mengantisipasi masalah-masalah
yang mungkin akan terjadi
8. Anda selalu berusaha untuk
membangun pemikiran yang
konseptual
9. Kepercayaan diri merupakan
aspek yang dibutuhkan dalam
setiap pekerjaan

10. Memahami tupoksi merupakan


aspek yang dapat berguna dalam
menjalankan tugas prajurit

11. Anda selalu berusaha mencari


informasi khususnya mengenai
informasi yang dapat
mendukung pekerjaan

106
No Pertanyaan SS S RR TS STS
12. Anda terlebih dahulu mencoba
memahami pekerjaan yang akan
anda lakukan

13. Keterampilan mengenai


doktrinitas mutlak dibutuhkan
dalam mendukung pekerjaan
prajurit
14. Anda selalu berusaha
meningkatkan kemampuan
pribadi secara konsisten

15 Anda selalu aktif bekerjasama


dengan prajurit-prajurit lain
khususnya dalam tugas
kelompok
Kinerja

16.
Anda selalu memprioritaskan
kesesuaian tugas dengan jumlah
pekerjaan yang diselesaikan
17. Anda selalu mengutamakan
kuantitas dari hasil pekerjaan
18. Kualitas pekerjaan merupakan
aspek yang selalu anda
prioritaskan
19. Anda selalu berorientasi pada
kualitas pekerjaan

20. Anda selalu memperhitungkan


ketepatan waktu dalam
menyelesaikan tugas
21. Pada setiap pekerjaan yang
dilakukan, anda selalu
mengutamakan target jangka
waktu dalam penyelesaiannya
22. Kehadiran merupakan komitmen
anda dalam bekerja

23. Anda selalu memandang bahwa


kehadiran merupakan aspek
yang penting terhadap
penyelesaian tugas

107
No Pertanyaan SS S RR TS STS
24. Anda selalu membuka ruang
untuk kerjasama khususnya pada
sesi diskusi terhadap
penyelesaian tugas
25. Keterbukaan terhadap masalah
dalam pelaksanaan tugas
merupakan aspek yang anda
lakukan terhadap penyelesaian
tugas

Pedoman Wawancara:
 Motif
 Apakah anda selalu menginginkan motivasi untuk
berprestasi di satuan Yonif?
 Apakah anda selalu bersemangat untuk bekerja?
 Apa motivasi anda untuk bekerja keras?
 Sifat
 Apakah anda selalu memahami kepribadian prajurit lain?
 Apakah anda menjalin hubungan kerja dengan sesama staf,
anak buah, bawahan dan atasan?
 Apakah anda memberikan instruksi yang jelas kepada staf,
bawahan, dan anak buah?
 Konsep Pribadi
 Apakah anda selalu berpikir analitis dalam mengantisipasi
permasalahan tugas?
 Apakah anda mengembangkan pemikiran konseptual dalam
setiap membuat atau melaksanakan tupoksi?
 Apakah anda memiliki kepercayaan diri untuk selalu
berinovasi dan membuat terobosan ditempat kerja?
 Pengetahuan
 Apakah anda memahami semua tupoksi yang melekat pada
jabatan yang diemban?
 Apakah anda selalu berusaha mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dalam membuat dan melaksanakan
kebijakan?

108
 Keterampilan
 Apakah anda memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
staf, anak buah dan bawahan agar menjalankan visi dan misi
organisasi?
 Bagaimana upaya yang anda lakukan selama ini agar mampu
menyelesaikan tugas?
 Apakah anda bekerja dalam kelompok atau selalu bekerja
secara individual
2. Model Exploratory Sequential
Judul:
“Analisis Kualitas Pelayanan Publik di Kota Bandung”
Perumusan Masalah (Bab 1):
a. Mengapa kualitas pelayanan publik di Kota Bandung belum
optimal? (Pertanyaan Kualitatif)
b. Apakah faktor pendorong/penyebab yang ditemukan (misalnya:
faktor komunikasi birokrasi) berpengaruh dominan terhadap
kualitas pelayanan publik di Kota Bandung? (Pertanyaan
Kuantitatif)
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Untuk Menjawab Pertanyaan 1 (Pertanyaan Kualitatif),
dipergunakan Teori Komunikasi Birokrasi versi Max Weber,
yang menyatakan bahwa belum optimalnya kualitas pelayanan
publik dalam organisasi pemerintahan disebabkan oleh faktor
komunikasi birokrasi, yang meliputi: kualitas komunikator,
informasi yang disampaikan, penyampaian informasi, sarana
komunikasi, dan suasana komunikasi.
b. Untuk Menjawab Pertanyaan 2 (Pertanyaan Kuantitatif),
dipergunakan konsep sebagai berikut:
 Konsep kualitas pelayanan publik versi Miftah Toha
(Variabel Dependen), yang menyatakan bahwa kualitas
pelayanan publik terlihat/terukur dalam dimensi: kecepatan
pelayanan, kemudahan pelayanan, sarana pelayanan,
suasana pelayanan, petugas pelayanan.

109
 Teori komunikasi birokrasi versi Max Weber (Variabel
Independen), yang menyatakan bahwa komunikasi birokrasi
terdiri dari unsur/dimensi: kualitas komunikator, informasi
yang disampaikan, penyampaian informasi, sarana
komunikasi, dan suasana komunikasi.
Hipotesis (Bab 2):
“Terdapat Pengaruh Dominan antara Komunikasi Birokrasi
dengan Kualitas Pelayanan Publik di Kota Bandung”.
Metodologi Penelitian (Bab 3):
a. Desain penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan adalah dengan metode
campuran/metode kombinasi/mix methods, dengan model
exploratory sequential.
b. Teknik Pengumpulan Data.
 Untuk menjawab pertanyaan 1, dipergunakan metode
kualitatif: wawancara, observasi, dan studi literatur/
dokumentasi.
 Untuk menjawab pertanyaan 2, dipergunakan metode
kuantitatif: angket/kuesioner (Skala Likert).
Hasil Penelitian dan Pembahasan (Bab 4):
a. Hasil Penelitian
 Faktor yang menentukan belum optimalnya kualitas
pelayanan publik di Kota Bandung.
Faktor komunikasi birokrasi, yang meliputi: kualitas
komunikator, informasi yang disampaikan, penyampaian
informasi, sarana komunikasi, suasana komunikasi.
 Kualitas komunikator
 Informasi yang disampaikan
 Penyampaian informasi
 Sarana komunikasi
 Suasana komunikasi.
(Isi dari sub bab ini adalah data, fakta dan informasi yang
berupa uraian kata, deskripsi kalimat, dan narasi yang

110
berasal dari hasil wawancara, observasi, dan studi
literatur/dokumentasi)
 Pengaruh Komunikasi Birokrasi Terhadap Kualitas
Pelayanan Publik Di Kota Bandung.
(isi dari sub bab ini adalah tabel pengolahan data dalam
bentuk angka yang berasal dari angket/kuesioner, yang
disajikan dalam bentuk pie chart atau bar chat).

b. Pembahasan
Pedoman Wawancara:
 Kualitas Komunikator
 Bagaimana tingkat pendidikan aparat birokrasi pelayanan
publik di Kota Bandung?
 Bagaimana kompetensi aparat birokrasi pelayanan publik
di Kota Bandung?
 Informasi yang Disampaikan
 Apakah informasi yang disampaikan dalam pelayanan
publik di Kota Bandung jelas dan mudah dipahami?
 Informasi apa saja yang disampaikan dalam pelayanan
publik di Kota Bandung (Biaya pelayanan, waktu
pelayanan, alur pelayanan)?
 Penyampaian Informasi
 Apa saja metode penyampaian informasi pelayanan
publik di Kota Bandung?

111
 Apakah penyampaian informasi dilakukan secara sopan,
santun, dan halus?
 Sarana Komunikasi
 Apa saja sarana komunikasi yang dipergunakan dalam
pelayanan publik di Kota Bandung?
 Apakah sarana komunikasi tersebut efektif dan bisa
dipahami oleh pengguna pelayanan?
 Suasana Komunikasi
 Bagaimana situasi dan kondisi pelayanan publik di Kota
Bandung, khususnya antara petugas pelayanan dengan
pengguna pelayanan?
 Bagaimana keramahtamahan yang terjadi antara petugas
pelayanan dengan pengguna pelayanan?

Angket:
a. Komunikasi Birokrasi
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
1 Kualitas Komunikator dalam
pelayanan publik yang kompeten,
terampil dan terlatih
2 Informasi yang disampaikan
dalam pelayanan publik yang
detail, terperinci dan jelas
3 Penyampaian informasi dalam
pelayanan publik yang halus,
sopan, dan santun
4 Sarana komunikasi dalam
pelayanan publik yang efektif dan
mudah dipahami
5 Suasana komunikasi dalam
pelayanan publik yang cair,
fleksibel, dan kondusif

112
b. Kualitas Pelayanan Publik
NO PERNYATAAN 5 4 3 2 1
1 Pelayanan publik di Kota Bandung
yang cepat
2 Pelayanan publik di Kota Bandung
yang mudah
3 Sarana pelayanan di Kota
Bandung yang lengkap
4 Suasana pelayanan di Kota
Bandung yang ramah
5 Petugas pelayanan di Kota
Bandung simpatik

3. Model Triangulation Concurrent


Judul:
“Implementasi Kebijakan Kurikulum Baru Tahun 2018 untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan pada Lembaga Pendidikan Seskoad”
Perumusan Masalah (Bab 1):
a. Bagaimana implementasi kebijakan kurikulum baru tahun 2018
untuk meningkatkan mutu lulusan pada lembaga pendidikan
Seskoad? (Pertanyaan Kualitatif)
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan mutu
lulusan pada lembaga pendidikan Seskoad? (Pertanyaan
Kuantitatif)
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
a. Untuk menjawab pertanyaan 1 (Pertanyaan Kualitatif)
dipergunakan Konsep Kurikulum versi Tylor, yang
menyatakan bahwa kurikulum dapat dijabarkan terdiri dari
dimensi: substansi kurikulum, sistem kurikulum, dan bidang
studi dalam kurikulum.
b. Untuk menjawab pertanyaan 2 (Pertanyaan Kuantitatif)
dipergunakan konsep mutu pendidikan versi Evans & Lindsay,
yang menyatakan bahwa lulusan yang bermutu sangat
dipengaruhi oleh: kurikulum, tenaga pendidik, proses belajar
mengajar, sarana pendidikan, dan evaluasi pembelajaran.

113
Hipotesis (Bab 2):
a. Terdapat pengaruh antara kurikulum, tenaga pendidik, proses
belajar mengajar, sarana pendidikan, dan evaluasi
pembelajaran dengan mutu lulusan pada lembaga pendidikan
Seskoad”.
b. Terdapat pengaruh dominan antara kurikulum dengan mutu
lulusan pada lembaga pendidikan Seskoad”.
Metodologi Penelitian (Bab 3):
a. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan adalah dengan metode
campuran/metode kombinasi/mix methods, dengan model
triangulation concurrent.
b. Teknik Pengumpulan Data
 Untuk menjawab pertanyaan 1, dipergunakan metode
penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data
berupa: Wawancara, Observasi, dan Studi Literatur/
Dokumentasi. Informan yang diwawancarai adalah
Komandan Seskoad, Wadan Seskoad, Para Direktur, Para
Dankor, Para Kadep, dan Para Dosen, yang dipilih secara
purposive sampling.
 Untuk menjawab pertanyaan 2, dipergunakan metode
penelitian kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data
berupa: Angket/Kuesioner (Skala Likert). Responden yang
diminta untuk mengisi angket/kuesioner adalah 280 Pasis
Seskoad Dikreg 56 Tahun 2018, dengan teknis sensus. Atau
bisa juga dipilih respondennya secara random sampling atau
cluster sampling, sebesar 20% dari 280 jumlah populasi Pasis
Seskoad.
(Informan yang diwawancarai boleh berbeda dan boleh juga
sama dengan responden yang diminta mengisi angket).

114
Hasil Penelitian dan Pembahasan (Bab 4):
a. Hasil Penelitian
 Implementasi kebijakan kurikulum baru tahun 2017 untuk
meningkatkan mutu lulusan pada lembaga pendidikan
Seskoad.
Elemen kurikulum Meliputi: substansi kurikulum, sistem
kurikulum, dan bidang studi dalam kurikulum.
 Substansi Kurikulum
 Sistem Kurikulum
 Bidang Studi Dalam Kurikulum
(Isi dari sub bab ini adalah data, fakta dan informasi yang
berupa uraian kata, deskripsi kalimat, dan narasi yang
berasal dari hasil wawancara, observasi, dan studi
literatur/dokumentasi)
 Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu
lulusan pada lembaga pendidikan Seskoad.
(Isi dari sub bab ini adalah tabel pengolahan data dalam
bentuk angka yang berasal dari angket/kuesioner, yang
disajikan dalam bentuk pie chart atau bar chat).

115
b. Pembahasan
Pedoman Wawancara:
 Substansi Kurikulum
 Apakah kurikulum Seskoad telah meliputi kemampuan
afektif, kognitif, dan psikomotorik?
 Apakah kurikulum Seskoad sudah memenuhi tuntutan
jaman dan kebutuhan pengguna?
 Sistem Kurikulum
 Apakah kurikulum Seskoad telah disusun berdasarkan
berbasis kompetensi?
 Apakah kurikulum Seskoad disusun melalui perencanaan
dan evaluasi yang matang?
 Bidang Studi Dalam Kurikulum
 Apakah mata pelajaran dalam kurikulum Seskoad
mewadahi tripola dasar pendidikan TNI?
 Apakah mata pelajaran dalam kurikulum Seskoad
mewadahi proporsi ideal antara teori dan praktik?
Angket:
No Pertanyaan SS S RR TS STS
Kurikulum
1. Struktur kurikulum Seskoad sudah
mewadahi antara input dan output
2. Substansi kurikulum Seskoad sudah
sesuai dengan tuntutan jaman dan
kebutuhan pengguna (user)
3. Mata pelajaran dalam kurikulum
Seskoad sudah mengandung tripola
dasar pendidikan
Tenaga Pendidik
4 Tenaga pendidik Seskoad sudah sesuai
dengan kompetensinya
5 Tenaga pendidik Seskoad sudah
memiliki kemampuan afektif, kognitif,
dan psikomotorik
6 Tenaga pendidik Seskoad memiliki
pemahaman teori dan praktik

116
No Pertanyaan SS S RR TS STS
Proses Belajar Mengajar
7 Proses belajar mengajar di Seskoad
berbasis pada siswa
8 Proses belajar mengajar di Seskoad
bersifat dialogis dan interaktif
9 Proses belajar mengajar di Seskoad
memiliki prosentase yang ideal antara
teori dan praktik
Sarana Pendidikan
10 Sarana pendidikan di Seskoad lengkap

11 Sarana pendidikan di Seskoad modern


12 Sarana pendidikan di Seskoad berbasis
IT
Evaluasi Pembelajaran
13 Ada pre test, intermediate test, dan post
test
14 Dilakukan evaluasi pembelajaran
secara rutin
15 Evaluasi pembelajaran dilakukan
secara obyektif
Mutu Lulusan
16 Mutu Lulusan Seskoad ditentukan
oleh Kurikulum
17 Mutu Lulusan Seskoad ditentukan
oleh Tenaga Pendidik
18 Mutu Lulusan Seskoad ditentukan
oleh Proses Belajar Mengajar
19 Mutu Lulusan Seskoad ditentukan
oleh Sarana Pendidikan
20 Mutu Lulusan Seskoad ditentukan
oleh Evaluasi Pembelajaran

117
4. Model Embedded Concurrent
(Kuantitatif sebagai metode primer/utama, kualitatif sebagai
metode sekunder/pendukung)
Judul:
“Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap
Kinerja Anggota Kodim 0609/Kab. Bandung”
Perumusan Masalah (Bab 1):
Bagaimana pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi
terhadap kinerja anggota Kodim 0609/Kab. Bandung? (Pertanyaan
Kuantitatif)
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
Untuk menjawab pertanyaan 1 tersebut/di atas (Pertanyaan
Kuantitatif) dipergunakan konsep/teori sebagai berikut:
 Konsep kepemimpinan versi Hadari Nawawi, yang menyata-
kan bahwa kepemimpinan yang ideal adalah kepemimpinan
yang menerapkan fungsi: instruktif, konsultatif, dan
keteladanan.
 Konsep budaya organisasi versi Sarpin, yang menyatakan
bahwa budaya organisasi terdiri dari: nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan yang ada dalam organisasi.
 Teori kinerja versi Grifin, yang menyatakan bahwa kinerja
adalah prestasi kerja yang diukur dari dimensi: disiplin,
tanggungjawab, dan loyalitas.
Hipotesis (Bab 2):
“Terdapat pengaruh antara kepemimpinan dan budaya organisasi
terhadap kinerja anggota Kodim 0609/Kab. Bandung”.
Metodologi Penelitian (Bab 3):
a. Desain penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan adalah dengan metode
campuran/metode kombinasi/mix methods, dengan model
embedded concurrent, yang menitikberatkan metode
kuantitatif sebagai metode primer dan metode kualitatif
sebagai metode sekunder.

118
b. Teknik Pengumpulan Data
 Untuk mendapatkan data primer/data utama, dipergunakan
metode penelitian kuantitatif, dengan teknik pengumpulan
data berupa angket/kuesioner (Skala Likert). Responden
yang diminta untuk mengisi angket/kuesioner adalah
anggota Kodim 0609/Kab. Bandung, dengan teknik random
sampling atau cluster sampling.
 Untuk mendapatkan data sekunder/data pendukung,
dipergunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data: wawancara, observasi, dan
dokumentasi/literatur. Metode kualitatif hanya memperkuat
dan mendukung metode penelitian kuantitatif. Informan
yang diwawancarai adalah anggota Kodim, Pimpinan Kodim
(Dandim & Kasdim), dan para Pasi Kodim yang dipilih secara
purposive sampling.
Hasil Penelitian dan Pembahasan (Bab 4):
a. Hasil Penelitian
 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Anggota Kodim
0609/Kab Bandung.
 (Isi dari sub bab ini adalah tabel pengolahan data dalam
bentuk angka yang berasal dari angket/kuesioner, yang
disajikan dalam bentuk pie chart atau bar chat).

 Setelah dipaparkan hasil penelitian kuantitatif (metode


primer/utama), berupa data angka, khususnya tentang
“pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja organisasi”,
maka dikuatkan/dilekatkan/embedded dengan hasil
penelitian kualitatif (metode sekunder/pendukung).
 Hasil penelitian kualitatif (metode sekunder/ pendukung)
berupa data, fakta dan informasi yang berisi uraian kata,

119
deskripsi kalimat, dan narasi yang berasal dari hasil
wawancara, observasi, dan studi literatur/ dokumentasi).
 Fungsi dari penggambaran hasil penelitian kualitatif/
metode sekunder/pendukung adalah:
o Membunyikan makna dari angka/dibalik angka yang
tertuang dalam setiap tabel hasil penelitian kuantitatif.
o Melakukan penguatan/pendukung dari hasil
penelitian kuantitatif.
 Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja anggota Kodim
0609/Kab. Bandung.
 (ISI dari sub bab ini adalah tabel pengolahan data dalam
bentuk angka yang berasal dari angket/kuesioner, yang
disajikan dalam bentuk pie chart atau bar chat).

 Setelah dipaparkan hasil penelitian kuantitatif (metode


primer/utama), berupa data angka, khususnya tentang
“pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
organisasi”, maka dikuatkan/dilekatkan/embedded
dengan hasil penelitian kualitatif (metode sekunder/
pendukung).
 Hasil penelitian kualitatif (metode sekunder/ pendukung)
berupa data, fakta dan informasi yang berisi uraian kata,
deskripsi kalimat, dan narasi yang berasal dari hasil
wawancara, observasi, dan studi literatur/ dokumentasi)
 Fungsi dari penggambaran hasil penelitian kualitatif/
metode sekunder/pendukung adalah:
o Membunyikan makna dari angka/dibalik angka yang
tertuang dalam setiap tabel hasil penelitian kuantitatif.

120
o Melakukan penguatan/pendukung dari hasil
penelitian kuantitatif.
 Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Anggota Kodim 0609/Kab Bandung
 (Isi dari sub bab ini adalah tabel pengolahan data dalam
bentuk angka yang berasal dari angket/kuesioner, yang
disajikan dalam bentuk pie chart atau bar chat).

 Setelah dipaparkan hasil penelitian kuantitatif (metode


primer), berupa data angka, khususnya tentang
“pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi
terhadap kinerja organisasi”, maka dikuatkan/
dilekatkan/embedded dengan hasil penelitian kualitatif
(metode sekunder/pendukung).
 Hasil penelitian kualitatif (metode sekunder/ pendukung)
berupa data, fakta dan informasi yang berisi uraian kata,
deskripsi kalimat, dan narasi yang berasal dari hasil
wawancara, observasi, dan studi literatur/ dokumentasi).
 Fungsi dari penggambaran hasil penelitian kualitatif/
metode sekunder/pendukung adalah:
o Membunyikan makna dari angka/dibalik angka yang
tertuang dalam setiap tabel hasil penelitian kuantitatif.

121
o Melakukan penguatan/pendukung dari hasil
penelitian kuantitatif
b. Pembahasan
Angket:
No Pertanyaan SS S RR TS STS
Kepemimpinan
1. Seorang pemimpin harus memberi-
kan perintah dan arahan yang jelas
kepada staf, bawahan, & anak buah
2. Seorang pemimpin harus
memberikan ruang dialog, diskusi
dan nasehat kepada anak buah, staf,
bawahan
3. Seorang pemimpin harus
menampilkan keteladanan/contoh
bagi staf, bawahan, dan anak buah
Budaya Organisasi
4 Nilai-nilai organisasi harus
dipegang teguh oleh semua unit
organisasi
5 Setiap anggota organisasi harus
saling memiliki kepercayaan satu
dengan yang lain
6 Dalam organisasi harus dibangun
kebiasaan yang konstruktif dan
inovatif
Kinerja Anggota
7 Setiap anggota harus tepat waktu
dalam kehadiran dan pelaksanaan
tugas
8 Setiap anggota harus bertanggung
jawab terhadap jabatan dan
pelaksanaan tupoksinya

9 Setiap anggota harus tunduk dan


patuh terhadap lembaga dan
pimpinan

122
Pedoman Wawancara:
 Kepemimpinan
 Bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan di
Kodim 0609/Kab. Bandung? Jelaskan?
 Apakah faktor kepemimpinan mampu meningkatkan
kinerja anggota Kodim 0609/Kab. Bandung? Jelaskan?
 Budaya Organisasi
 Bagaimana pendapat anda tentang budaya organisasi di
Kodim 0609/Kab. Bandung? Jelaskan?
 Apakah faktor budaya organisasi mampu mendorong
kinerja anggota Kodim 0609/Kab. Bandung? Jelaskan?
 Kinerja Anggota
 Bagaimana pendapat anda tentang kinerja anggota di
Kodim 0609/Kab. Bandung? Jelaskan?
 Apakah faktor kepemimpinan dan budaya organisasi
mampu mendorong kinerja anggota Kodim 0609/Kab.
Bandung? Jelaskan?
 Menurut pendapat anda, lebih kuat yang mana antara
faktor kepemimpinan dengan faktor budaya organisasi,
yang mendorong peningkatan kinerja organisasi?
Jelaskan?
 Apakah ada faktor lain (di luar faktor kepemimpinan dan
faktor budaya organisasi) yang mampu mendorong
peningkatan kinerja anggota Kodim 0609/Kab. Bandung?
Jelaskan?
Angket & Pedoman Wawancara
Bisa Juga Dikombinasi/Digabung Antara Angket & Pedoman
Wawancara menjadi satu instrumen, jika antara informan dan
respodennya sama:

123
No Pertanyaan SS S RR TS STS

Kepemimpinan

1. Seorang pemimpin harus


memberikan perintah dan arahan
yang jelas kepada staf, bawahan, &
anak buah
Alasan:

2. Seorang pemimpin harus


memberikan ruang dialog, diskusi
dan nasehat kepada anak buah,
staf, bawahan
Alasan:

3. Seorang pemimpin harus


menampilkan keteladanan/contoh
bagi staf, bawahan, dan anak buah
Alasan:

Budaya Organisasi

4 Nilai-nilai organisasi harus


dipegang teguh oleh semua unit
organisasi
Alasan:

5 Setiap anggota organisasi harus


saling memiliki kepercayaan satu
dengan yang lain
Alasan:

124
No Pertanyaan SS S RR TS STS
6 Dalam organisasi harus dibangun
kebiasaan yang konstruktif dan
inovatif
Alasan:

Kinerja Anggota

7 Setiap anggota harus tepat waktu


dalam kehadiran dan pelaksanaan
tugas
Alasan:

8 Setiap anggota harus


bertanggungjawab terhadap
jabatan dan pelaksanaan
tupoksinya
Alasan:

9 Setiap anggota harus tunduk dan


patuh terhadap lembaga dan
pimpinan
Alasan:

125
Kualitatif sebagai metode primer/utama), kuantitatif sebagai
metode sekunder/pendukung)
Judul:
“Analisis Kinerja Pegawai Unjani Cimahi”
Perumusan Masalah (Bab 1):
Mengapa Kinerja Pegawai di Unjani Cimahi mengalami
peningkatan/meningkat? (Pertanyaan Kualitatif)
Teori/Konsep/Pendapat Pakar (Tinjauan Pustaka) (Bab 2):
Untuk menjawab pertanyaan 1 tersebut/di atas (Pertanyaan
Kualitatif) dipergunakan konsep/teori sebagai berikut:
 Teori Kinerja versi Grifin, yang menyatakan bahwa kinerja
adalah prestasi kerja yang diukur dari dimensi: disiplin,
tanggungjawab, dan loyalitas.
Metodologi Penelitian (Bab 3):
a. Desain penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan adalah dengan metode
campuran/metode kombinasi/mix methods, dengan model
embedded concurrent, yang menitikberatkan metode kualitatif
sebagai metode primer dan metode kuantitatif sebagai metode
sekunder.
b. Teknik Pengumpulan Data
 Untuk mendapatkan data primer/data utama, dipergunakan
metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data:
wawancara, observasi, dan dokumentasi/ literatur. Informan
yang diwawancarai adalah pegawai Unjani Cimahi, yang
dipilih secara purposive sampling.
 Untuk mendapatkan data sekunder/data pendukung,
dipergunakan metode penelitian kuantitatif, dengan teknik
pengumpulan data berupa: Angket/Kuesioner (Skala Likert).
Metode kuantitatif hanya memperkuat dan mendukung
metode penelitian kualitatif. Responden yang diminta untuk
mengisi angket/kuesioner adalah pegawai Unjani Cimahi,
dengan teknik purposive sampling.

126
Hasil Penelitian dan Pembahasan (Bab 4):
a. Hasil Penelitian
b. Pembahasan
1. Disiplin pegawai Unjani
2. Tanggungjawab pegawai Unjani
3. Loyalitas pegawai Unjani
 Isi dari sub bab ini adalah data, fakta, dan informasi, yang
berupa uraian kata, deskripsi kalimat, dan narasi yang
berasal dari hasil wawancara, observasi, dan studi
literatur/dokumentasi.
 Setelah dipaparkan hasil penelitian kualitatif (metode
primer/utama), berupa data kata dan kalimat yang
bersifat naratif, khususnya tentang “kinerja pegawai di
Unjani Cimahi yang meningkat beserta faktor
penyebabnya”, maka dikuatkan/dilekatkan/embedded
dengan hasil penelitian kuantitatif (metode sekunder/
pendukung).
 Hasil penelitian kuantitatif (metode sekunder/
pendukung) berupa data, fakta dan informasi yang berisi
tabel pengolahan data dalam bentuk angka yang berasal
dari angket/kuesioner, yang disajikan dalam bentuk tabel
atau grafik, bisa berupa pie chart atau bar chat.
 Fungsi dari penggambaran hasil penelitian kuantitatif/
metode sekunder/pendukung adalah:
o Mengecek, mengkonfirmasi, dan mengukur apakah
kinerja pegawai Unjani yang meningkat tersebut
memang benar disebabkan oleh faktor disiplin,
tanggungjawab, dan loyalitas, sebagaimana yang
tertuang dalam hasil penelitian kualitatif.
o Melakukan penguatan/pendukung dari hasil
penelitian kualitatif, sehingga dapat memberikan
gambaran kuantitatif besaran faktor disiplin,
tanggungjawab, dan loyalitas, berkontribusi pada
meningkatnya kinerja pegawai Unjani Cimahi.

127
Pedoman Wawancara:
Disiplin
1. Apakah anda masuk kerja tepat waktu? Jelaskan?
2. Apakah saat anda masuk kerja, anda melakukan finger print
untuk absensi kehadiran? Jelaskan?
3. Apakah anda memakai baju seragam saat masuk kerja?
Jelaskan?
Tanggungjawab
1. Apakah anda dalam bekerja selalu berpegangan pada perintah
atasan? Jelaskan?
2. Apakah anda selalu melaporkan kepada pimpinan setiap
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan? Jelaskan?
3. Apakah anda selalu memegang teguh visi, misi, dan nilai-nilai
Unjani dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari? Jelaskan?
Loyalitas
1. Apakah anda selalu ikhlas, tulus, cepat dan transparan, dalam
melayani mahasiswa? Jelaskan?
2. Apakah anda siap menerima sanksi apapun dari lembaga
apabila melakukan kesalahan? Jelaskan?
3. Apakah anda tunduk dan patuh terhadap aturan lembaga dan
perintah pimpinan? Jelaskan?

Angket:
No Pertanyaan SS S N TS STS

Disiplin
1. Pegawai Unjani harus masuk kerja
tepat waktu
2. Pegawai Unjani harus melakukan
finger print saat masuk kerja
3. Pegawai Unjani harus berpakaian
seragam Unjani selama bekerja
Tanggungjawab
4 Pegawai Unjani harus mengerjakan
tugas sesuai perintah atasan

128
No Pertanyaan SS S N TS STS
5 Pegawai Unjani harus melaporkan
setiap pekerjaan yang dikerjakan
kepada pimpinan
6 Pegawai Unjani harus memegang
teguh visi, misi dan nilai-nilai Unjani
dalam kehidupan sehari-hari
Loyalitas
7 Pegawai Unjani harus melayani
mahasiswa secara tulus, ikhlas, cepat
& transparan
8 Pegawai Unjani harus siap menerima
sanksi apabila melakukan kesalahan

9 Pegawai Unjani harus tunduk dan


patuh terhadap lembaga dan
pimpinan

Pedoman Wawancara & Angket


Bisa juga dikombinasi/digabung antara pedoman wawancara dan
angket menjadi satu instrumen, jika antara informan dan
respondennya sama:
No Pertanyaan SS S N TS STS
DISIPLIN
1 Apakah anda masuk kerja tepat waktu? Jelaskan?
Pegawai Unjani harus masuk kerja
tepat waktu
2 Apakah saat anda masuk kerja, anda melakukan finger print untuk
absensi kehadiran? Jelaskan?

Pegawai Unjani harus melakukan


finger print saat masuk kerja
3 Apakah anda memakai baju seragam saat masuk kerja? Jelaskan?

129
No Pertanyaan SS S N TS STS
Pegawai Unjani harus berpakaian
seragam Unjani selama bekerja
Tanggungjawab

4 Apakah anda dalam bekerja selalu berpegangan pada perintah atasan?


Jelaskan?

Pegawai Unjani harus mengerjakan


tugas sesuai perintah atasan

5 Apakah anda selalu melaporkan kepada pimpinan setiap pelaksanaan


pekerjaan yang dilakukan? Jelaskan?

Pegawai Unjani harus melaporkan


setiap pekerjaan yang dikerjakan
kepada pimpinan
6 Apakah anda selalu memegang teguh visi, misi, dan nilai-nilai Unjani
dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari? Jelaskan?

Pegawai Unjani harus memegang


teguh visi, misi dan nilai-nilai Unjani
dalam kehidupan sehari-hari
LOYALITAS

7 Apakah anda selalu ikhlas, tulus, cepat dan transparan, dalam melayani
mahasiswa? Jelaskan?

Pegawai Unjani harus melayani


mahasiswa secara tulus, ikhlas, cepat
& transparan
8 Apakah anda siap menerima sanksi apapun dari lembaga apabila
melakukan kesalahan? Jelaskan?

Pegawai Unjani harus siap menerima


sanksi apabila melakukan kesalahan

130
No Pertanyaan SS S N TS STS
9 Apakah anda tunduk dan patuh terhadap aturan lembaga dan perintah
pimpinan? Jelaskan?

Pegawai Unjani harus tunduk dan


patuh terhadap lembaga dan
pimpinan

131
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Beni Ahmad. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Pustaka Setia.
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
Rajawali Press
Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian
Hukum, Jakarta: Rajawali Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bakker, Anto. 1986. Metode-Metode Filsfat, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Basori dan Suwandi. 2000. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta:
Rineka Cipta.
Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan
Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif
dan Kualitatif). Jakarta: GP Press.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raya
Grafindo Persada.
Marzuki. 2000. Metodologi Riset, Yogyakarta: Prasetia Widia Pratama
Yogyakarta.
Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1984. Qualitative Data Analysis.
London: Sage Publication.
Moleong, Lexy. 2000. Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Putra
Ria.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Muhajir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Nasution. 1991. Metode Research: Penelitian Ilmiah, Bandung: Jemmars.

132
Nurboko, Cholid. dan Ahmadi, Abu. 1997. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Bumi Aksara.
Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama
Publishing.
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, Jakarta: Grasindo.
Richard, Jack C. and Willy A. Renandya. 2004. Methodology in Language
Teaching, Cambridge University Press.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
_________2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_________2011. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif Naturalistik dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Usaha Keluarga.
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK,
R&D. Kartasura: Fairuz Media.
Yin, Robert K. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Zuldafial. 2012. Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Media Perkasa.

133
BIODATA PENULIS

Agus Subagyo, lahir di Sukoharjo, 18 April


1978. Memperoleh gelar Sarjana (S.IP) dalam
Ilmu Hubungan Internasional di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2000. Gelar
Magister (M.Si.) diperoleh dari Program Studi
Ilmu Politik, Program Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada tahun 2002. Gelar Doktor Ilmu
Politik (Dr.) diperoleh dari FISIPOL UGM
tahun 2013.
Semasa mahasiswa aktif dalam Study Club, seperti GEMAK Study
Club dan FELSIS Study Club. Di samping itu, pernah menjadi Redaktur
Pelaksana pada Buletin MERCUSUAR dan TEROPONG yang
mengkaji masalah–masalah Politik Internasional. Tercatat sebagai
Tentor Sejarah dan Geografi pada Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPPSDM) “Milenium”
Yogyakarta tahun 2000-2001. Pernah pula aktif pada Kelompok Kerja
Pemberdayaan Agrotani (KKPA) Pokja Segoro Gunung (2001).
Pengalaman penelitian yang dilalui penulis adalah Asisten
Peneliti di Pusat Studi Perubahan Sosial dan Politik (PS-PSP) UMY
(2000 - 2001), staf peneliti pada Center for Democracy and Conflict
Management Studies (CDCMS) Yogyakarta (2000 - 2002), dan Wakil
Direktur Pusat Studi Demokrasi dan Masyarakat Sipil (PS-DMS)
Yogyakarta (2001 - 2003), staf peneliti pada Pusat Studi Ilmu
Pemerintahan, Magister Ilmu Pemerintahan, Unjani (2002 – 2007),
Ketua Pusat Kajian Kepemerintahan dan Kemasyarakatan (PK3) FISIP
Unjani (2006 – 2010).
Pengalaman mengajar di beberapa perguruan tinggi, antara lain,
mengajar di FISIP Universitas Langlang Buana (2007 – 2009), Dosen
Non Organik di Sesko TNI (2004 – 2007), Dosen Non Organik di
Pusdikintel Polri (2008 – 2010), Dosen Non Organik di Seskoau (2015 –
2019), Dosen Non Organik di Seskoad (2003 – sekarang), dan mengajar
di Universitas Pertahanan Indonesia/Unhan (2014 - 2019).

134
Pengalaman jabatan struktural yang pernah diemban adalah
Ketua Jurusan Hubungan Internasional FISIP Unjani (2010 - 2011),
Wakil Dekan I FISIP Unjani (2011 - 2013), Dekan FISIP Unjani (2012 -
2014 dan 2016 - Sekarang), Wakil Rektor I Bidang Akademik Unjani
(2018 – 2019), serta Sekretaris Senat Unjani (2016 – sekarang).
Saat ini penulis menjadi Dosen Tetap pada Jurusan Hubungan
Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI)
Cimahi. Buku yang pernah ditulis adalah:
1. Restrukturisasi Ekonomi dan Birokrasi: Kebijakan atas Krisis dalam
Tinjauan Sistem Moneter Internasional, Penerbit Kreasi Wacana,
Yogyakarta, 2003;
2. Kontributor dalam buku: Bangsa Indonesia Terjebak Perang
Modern, Penerbit Seskoad, Bandung, 2004;
3. Pancasila Untuk Mahasiswa Kedokteran, Penerbit Alfabeta,
Bandung, 2014;
4. Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi, Penerbit
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015.
5. Teroris(me): Aktor dan Isu Global Abad XXI, Penerbit Alfabeta,
Bandung, 2015;
6. Kapita Selekta Hubungan Internasional, Penerbit Alfabeta,
Bandung, 2016.
Pernah menulis artikel yang dimuat di harian Kompas, Pikiran
Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Bernas, dan Radar Jogja. Kunjungi Blog
Penulis di laman: www.agussubagyo1978.wordpress.com. Penulis
bisa dihubungi via alamat email: subagyoeti@yahoo.com.au dan
agus.subagyo@lecture.unjani.ac.id.

135
136

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai