Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO

PERCOBAAN IX
“PENENTUAN MIC SUATU DESINFEKTAN”

DISUSUN OLEH
KELAS :E

ASISTEN : REKHA MASITA

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Latar belakang

Desinfektan umumnya diperoleh dari bahan kimia, bahan fisika, mekanik dan
radiasi. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah klorin dimana unsur ion-
ionnya terdapat dalam senyawa kaporit. Desinfektan dari bahan fisika dapat
berasal dari cahaya matahari. Radiasi ultraviolet sangat berguna dalam
sterilisasi kualitas kecil pada air karena dapat membunuh molekul dari organik
dan juga organisme. Desinfeksi secara mekanik mengutamakan kebersihan dari
air kolam renang. Sedangkan desinfeksi secara radiasi menggunakan sinar
gamma pada cara sterilisasi (Herawati,D.,Yuntarso,A., 2017).

Desinfektan adalah suatu bahan digunakan dalam proses desinfeksi.


Desinfektan yang biasa digunakan pada umumnyan berasal dari bahan kimia
sintesis berupa bahan kimia buatan. Bahan kimia sintesis memiliki
kelebihan yaitu dapat mereduksi bakteri dengan cepat, namun juga memiliki
kekurangan yaitu dapat menyisakan residu dan sulit untuk terurai, maka dari
itu pengunaan bahan kimia sintesis perlu dikurangi dan digantikan dengan
bahan alami yaitu bersumber dari alam ( Widyastari,T., 2015).

Zat-zat kimia yang dipakai untuk mengurangi jumlah dan membunuh


mikroorganisme. Tidak ada bahan kimia yang ideal yang dapat digunakan
untuk segala macam keperluan desinfeksi, sehingga dipilih bahan kimia
yang mampu membunuh mikroorganisme, dalam waktu singkat dan tanpa
merusak bahan yang didesinfeksi. Salah satunya dengan menggunakan
kapas alcohol 70% (Zaetum,S., 2015).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu dapat mengetahui dan menilai sejauh
mana tingkat kemampuan sediaan desinfektan dan antiseptic dalam
membunuh kuman sehingga masyarakat dapat benar-benar memilih produk.
Hal inilah yang melarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Percobaan


1. Memahami berbagai jenis desinfektan
2. Memahami kekuatan suatu desinfektan dalam mematikan maupun
menghambat petumbuhan mikroorganisme.

1.2.2 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui berbagai jenis desinfektan
2. Mengetahui kekuatan suatu desinfektan dalam mematikan maupun
menghambat petumbuhan mikroorganisme.

1.3 Manfaat Percobaan

Adapun manfaat percobaan ini yakni dapat mengenal berbagai jenis


desinfektan dan kekuatan suatu desinfektan dalam membunuh maupun
menghambat perumbuhan mikroorganisme

1.4 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaaan kali ini adalah menetukkan nilai MIC (Minimal Inhibitory
Concentrasien) dari sampel desinfektan yang berfungsi untuk menumbuhkan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Dasar Teori


Antibiotik merupakan obat yang sangat penting dan digunakan untuk
memberantas berbagai penyakit infeksi. Zat kimia ini dihasilkan oleh
mikroorganisme, terutama jamur dan bakteri tanah, dan mempunyai khasiat
bakteriostatik atau bakterisid terhadap satu atau beberapa mikroorganisme
lain yang rentang terhadap antibiotik. Antibiotik adalah senyawa organik
yang dihasilkan oleh berbagai spesies mikroorganisme dan bersifat toksik
terhadap spesies mikroorganisme lain (Sumardjo, 2008).

Antibiotik sebagai agen kemoterapi telah sukses dalam memerangi penyakit


infeksi oleh bakteri, namun penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama
kematian diseluruh dunia. Antibiotik merupakan senyawa alami maupun
sintetik yang mempunyai efek menekan atau menghentikan proses
biokimiawi dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh mikroba.
Pada prinsipnya kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap
bakteri penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi
terhadap suatu antimikroba atau kemampuan suatu antimikroba untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro, sehingga dapat
dipilih sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan (soleha, 2015).

Potensi beberapa antibiotic, vitamin, dan produk biologis (misalnya vaksin)


didasarkan pada aktivitas biologis yang ditunjukkannya dan dinyatakan
dalam berbagai suatu pengukuran. Penyebutan unit USP, jika digunakan
menyertai suatu senyawa spesifik, merupakan ukuran potensi senyawa itu
berdasarkan uji aktivitas biologisnya yang distandarisasi. Jika senyawa-
senyawa memenuhi standar potensi internasional yang telah ditetapkan,
maka senyawa-senyawa itu didefinisikan dengan satuan internasional (UI)
(Anseldan Prince, 2006).
Aktivitas atau potensi antibiotic dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai
dengan efek daya hambat terhadap mikroorganisme. Suatu penurunan
aktivitas antimikroba juga dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak
dapat ditunjukkan oleh metode kimia sehingga pengujian secara mikrobiologi
atau biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas (Harmita danMaksum, 2008).

Antibiotika atau antibiotic merupakan segolongan senyawa alami atau sintesis


yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses
biokimiawi didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri.
Definisi lain tentang antibiotic adalah substansi yang mampu menghambat
pertumbuhan serta reproduksi bakteri dan fungi. penggunaan antibiotic
dikhususkan untuk mengobati penyakit infeksi atau sebagai alat seleksi
terhadap bakteri yang sudah berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika
(Utami,2012).
II.2 Uraian bahan

1. Etanol (FI III. 1979; 65)


Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol, alcohol

RM/BM : C2H6O / 46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut

menghasilkan bau yang khas dan rasa

terbakar pada lidah.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter P.

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


2. Aquadest (FI III. 1979; 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18,02

Rumus struktur : H–O–H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : -

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


II.3 Uraian Medium
1. Nutrient Broth (NB)
Komposisi : -Ekstrak beef 3 g
-Pepton 5 g
-Aquadest 1000 ml
Cara pembuatan : Larutan pepton dan ekstrak beef,
kemudian ditampung dalam labu
Erlenmeyer atur pH sampai 7,0 beri
air destilasi sebanyak 1000 ml dan
sterilisasi dalam autoclave.

II.4 Uraian Sampel


1. Wipol
Komposisi : Pine Adion, Aroma Cemara.
Produksi : PT. Milenium Massa Manunggal Gunung Putih, Bogor.
Netto : 400 ml.
Untuk : PT. Unilever Indo TBK, Depkes RI KD 20502600133.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat dan bahan


III.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Spoit
4. Erlenmeyer
5. Bunsen
6. Inkubator
7. Lumping dan alu
8. Lap kasar

III.1.2 Bahan
1. Medium Nutrient Broth (NB)
2. Aquadest
3. Kapas
4. Antibiotik

III.1.3 Sampel
1. Wipol
III.2 Skema kerja
Alat dan bahan
+ Medium LB 5 ml
+ Suspensi bakteri 0,2 ml
+ Desinfektan 0,2 ml

Tabung reaksi I

Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung


II III IV V VI

Amati

Tentukan MIC
III.3 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil 6 tabung reaksi.
3. Dimasukkan medium LB 5 ml, suspensi bakteri 0,2 ml, dan desinfektan
0,2 ml pada tabung 1, lalu dihomogenkan.
4. Ditambah 4,5 ml medium LB ke dalam 5 tabung yang tersisa.
5. Dipipet 0,5 ml dari tabung 1 (induk), tambahkan ke dalam tabung 2.
6. Dilakukan hal yang sama pada tabung 2, diambil 0,5 ml lalu
ditambahkan ke dalam tabung reaksi 3, dan begitu juga seterusnya.
7. Diamati perubahan yang terjadi.
8. Tentukan MICnya
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN

IV.1 Hasil pengamatan

IV.1.1Escherichia coli
No. Gambar Warna Keterangan
1. Jernih (-)

2. Jernih (-)

3. Jernih (-)

4. Jernih (-)

5. Agak keruh (+)

6. Keruh (+)

Keterangan : (+) = Terjadi pertumbuhan mikroorganisme


(-) = Tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme

IV.1.2 Staphylococcus aureus


No. Gambar Warna Keterangan
1. Jernih (-)

2. Jernih (-)

3. Jernih (-)

4. Jernih (-)

5. Agak keruh (+)

6. Keruh (+)

Keterangan : (+) = Terjadi pertumbuhan mikroorganisme


(-) = Tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme
IV.2 Pembahasan

Syarat-syarat media agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang baik di


dalam media, yaitu : 1) bahwa di dalam media harus terkandung semua
unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembang biakan
mikroba. 2) medium harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan
permukaan dari PH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. 3) Media harus
dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanam mikroba yang dimaksud,
tidak ditumbuhi mikroba lain yang tidak diharapkan (Lestari, dan Hartati,
2017).

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat membuat


medium PDA dan NA yang sesuai untuk mikroba dan dapat pula
mengetahui perbedaan antara PDA dengan NA. Adapun bahan yang
digunakan dalam pembuatan medium PDA adalah kentang 800 g, dextrosa
7,5 g, dan agar 5 g serta aquadest 500 ml. Untuk atau yang digunakan adalah
panci, kompor minyak tanah, saringan tepung, spatula kayu, korek api,
magnetic stiner, neraca analitik, lap halus, dan erlenmeyer 250 ml.
Sedangkan pada pembuatan medium NA, bahan yang digunakan adalah NA
dan aquadest 250 ml. Untuk alatnya adalah neraca analitik , labu erlenmeyer
1000 ml. Sedangkan autoclave sama-sama digunakan pada kedua pembuatan
medium tersebut untuk penstrilisasi.

Pada pembuatan medium PDA, kentang terlebih dahulu dikupas dan


dipotong dadu. Ini bertujuan agar kentang akan lebih cepat hancur ketika
direbus dan cepat terbentuk ekstraknya. Pemanasan selama 1-2 jam yang
dilakukan bertujuan untuk supaya terbentuk ekstrak kentang dimana kentang
akan hancur. Ini dipercepat atau dibantu dengan adanya pengadukan selama
proses pemanasan atau perebusan. Untuk penyaringan yang dilakukan
bertujuan untuk memisahkan ampas dan kentang. Setelah ekstrak tersaring,
dimasukkan dextrosa 7,5 g dan anggur 5 gram. Kemudian diaduk untuk
melarutkan atau menghomogenkan. Dextrosa berguna sebagai nutrisi yang
akan digunakan mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Ini sesuai pada
literatur (Suhwajono, 2013) yang menyatakan bahwa bahan kimia bantu
yang umum digunakan yaitu gula atau dextrosa. Bahan itu fungsinya sebagai
bahan makanan sintesis untuk menumbuhkan jamur pada
medium.Sedangkan penggunaan agar sendiri bertujuan sebagai pemadat
medium ini.

Pada pembuatan medium NA, digunakan NA sebanyak 5 gram yang


kemudian dimasukkan ke erlenmeyer 1000 ml dan ditambahkan aquadest
250 ml serta melarutkannya. Setelah itu, ditutup dengan kapas yang dilapisi
alumonium foil pada mulut erlenmeyer. Hal yang sama dilakukan pada
medium PDA. Kedua medium ini kemudian disterilisasi dalam autoclave
selama 15 menit dengan suhu 121oC.Sterilisasi ini bertujuan untuk
membebaskan medium dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Penggunaan waktu dan suhu pada sterilisasi sesuai dengan literatur (Sri
harti, 2015) yang menyatakan bahwa media disterilisasi dengan alat
autoclave (suhu 121oC selama 15 menit atau tindalisasi pada suhu 100 oC
selama 30 menit dan diulang 3 kali dengan interval waktu 24 jam).

Perbedaan antara medium NA dan PDA adalah medium NA mengandung


nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.Sedangkan PDA
mengandung nutrisi untuk pertumbuhan jamur.

Aplikasi dalam bidang farmasi sendiri adalah dengan mengetahui teknik


pembuatan medium yang sesuai untuk mikroba, maka akan mempermudah
farmasis untuk meneliti mikroba.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan dari percobaan ini, yaitu :
1. Desinfektan merupakan senyawa kimia yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan mikroba.
2. Warna tabung reaksi pada bakreti Escherichia coli dari tabung reaksi 1
hingga 5 secara berturut-turut, yaitu keruh, keruh, keruh, agak keruh, dan
bening.
3. Warna tabung reaksi pada bakreti Staphylococcus aureus dari tabung
reaksi 1 hingga 5 secara berturut-turut, yaitu keruh, keruh, keruh, bening,
dan bening.
4. Pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus didapatkan MIC
masing-masing pada tabung reaksi ke-5.

V.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan lebih dilengkapi lagi serta sebaiknya praktikan juga
perlu menguasai teknik dan materi praktikum, sehingga praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTKA

Ansel dan Prince. 2006. Kalkulasiu Farmasetik. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


Departemen Kesehtan Republik Indonesia. Jakarta.

Harmita dan Maksum. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. EGC. Jakarta.

Herawati,D.,Yuntarso,A. (2017). Penentuan Dosis Kaporit Sebagai Desinfektan


Dalam Menyisihkan Konsentrasi Ammonium Pada Air Kolam Renang. Jurnal
Sains HealthVol. 1 No. 2.

Sari, S,N., Mursiti,S. 2016. Isolasi Flavanoid Dari Biji Mahoni( Swietenia
macrophylla, King) Dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri. Indonesia
Journal Of Chemical Science 5(3).

Soleha, Tri, U. 2015. Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juke Unila Volume 5.
Vol 9.Gedong Moneng.

Sumardjo, Dawin. 2008. Pengantar Kimia. EGC. Jakarta.

Utami, Prapti. 2012. Antibiotik Alami Untuk Mengatasi Aneka Penyakit.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Zaetum,S. (2015). Analisis Penurunan Kadar Alkohol Ditinjau Dari Lama Waktu
Penyimpanan Alkohol Segabai Desinfektan Di Laboratorium Klinik.
Mataram.Volume 9, No. 1.

Widyastari,T. (2015). Efektivitas Kulit Daun Lidah Buaya Sebagai Desinfektan


Alami Terhadap Daya Hambat dan Penurunan Jumlah Bakteri Total di
Ruang Penampungan Susu.Universitas Padjadjaran. Bandung.

Herawati,D.,Yuntarso,A. (2017). Penentuan Dosis Kaporit Sebagai Desinfektan


Dalam Menyisihkan Konsentrasi Ammonium Pada Air Kolam Renang. Jurnal
Sains Health Vol. 1 No. 2.

Zaetum,S. (2015). Analisis Penurunan Kadar Alkohol Ditinjau Dari Lama Waktu
Penyimpanan Alkohol Segabai Desinfektan Di Laboratorium Klinik.
Mataram. Volume 9, No. 1.

Widyastari,T. (2015). Efektivitas Kulit Daun Lidah Buaya sebagai Desinfektan


Alami terhadap Daya Hambat dan Penurunan Jumlah Bakteri Total di
Ruang Penampungan Susu. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai