Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERGAULAN BEBAS DAN

DAMPAKNYA PADA PERNIKAHAN DINI DAN PERCERAIAN DINI


( STUDI KASUS DI KABUPATEN BENGKALIS)

Proposal Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah sebagai salah satu syarat guna mengajukan
Seminar Proposal

Oleh:

ZIKRI MAULANA

NIM : 21131010168

PRODI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1445 H / 2023 M
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan awal kehidupan berumah tangga, tetapi pernikahan


tidak akan bertahan lama jika tidak saling mendukung atau saling melengkapi satu sama
lainnya dan pada akhirnya terjadi perceraian. Pernikahan yang berawal dari mengikuti
hawa nafsu atau pernikahan yang terjadi akibat sebuah insiden dari hubungan seks
pranikah, biasanya tidak akan bertahan lama atau disebut juga dengan perceraian dini.

Pernikahan dini masih sering dijumpai di Indonesia dan negara berkembang


lainnya. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini adalah hamil
di luar nikah atau Marriaged By Acident (MBA). Menurut Sarwono (2003) pernikahan
usia dini banyak sekali terjadi pada saat anak-anak mengalami masapubertas, hal ini
dikarenakan remaja sangat rentan kaitannya dengan perilaku seksual yang mereka
lakukan sebelum menikah. Pergaulan bebas bisa menjadi penyebabnya, akibat terlalu
bebas remaja dalam berpacaran sampai-sampai mereka bisa melakukan seks pranikah
dan terjadi kehamilan. Jika masalah kehamilan sudah muncul dalam kondisi tersebut,
yang bisa dilakukan keluarga hanyalah menikahkan kedua anaknya agar sang anak bisa
melanjutkan kehidupannya.

Di zaman sekarang ini seks sudah sangat wajar terjadi dikalangan muda dan
remaja. Bicara soal remaja tidak akan pernah lepas dari percintaan remaja. Tentu semua
remaja telah mengalaminya. Hampir seluruh remaja di Dunia termasuk Indonesia
mempunyai suatu budaya untuk mengekspresikan percintaan remaja itu sendiri yang
biasa kita sebut sebagai “Pacaran”.

Pacaran, bukan hal yang lazim lagi di kalangan remaja saat ini, mulai dari
berbagai jenjang pendidikan mereka. Mulai dari Anak-anak kuliah sampai SMP
(bahkan anak SD pun mulai mencoba-coba), mulai dari tingkatan remaja awal sampai
remaja akhir, rata-rata mereka sudah mempunyai “pacar”.
Remaja mengekspresikan rasa cintanya pada sang “pacar” dengan berbagai cara,
mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima secara moral karena perbuatan
mereka telah melanggar ketentuan norma yang ada. Salah satu cara yang merupakan cara
yang paling tidak diterima di kalangan masyarakat adalah seksual pranikah.

Dalam data Badan Pusat Stastistik Provinsi Riau, angka perceraian di Kabupaten
Bengkalis terus meningkat dari tahun ke tahun. "Penyebabnya perceraian di Riau ini
beragam, mulai dari zina, mabuk, madat, judi, meninggalkan salah satu pihak, dihukum
penjara, poligami, kekerasan dalam rumah tangga, cacat badan, perselisihan dan
pertengkaran terus menerus, kawin paksa, murtad hingga ekonomi," (Yusar M, 2022).

Menurut data terbaru Pengadilan Agama Bengkalis edisi Bulan Juni 2023 ada
beberapa perkara (421 kasus ) diantaranya; perceraian (267 kasus), dispensasi kawin (33
kasus) dan lainnya.

Berdasarkan dari beberapa permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas,


peneliti tertarik untuk mengangkat kasus pernikahan dini dan perceraian dini akibat
pergaulan bebas yang terjadi di pengadilan agama Bengkalis menjadi sebuah penelitian
dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Pergaulan
Bebas Dan Dampaknya pada Pernikahan Dini (Studi Kasus di Kabupaten
Bengkalis)”

1.2 Rumusan Masalah


Pernikahan dini merupakan fenomena dimana seseorang menikah di usiayang relatif
muda, biasanya sebelum usia 18 tahun. Pernikahan dini banyak terjadi di banyak negara
berkembang dan menimbulkan banyak masalah sosial, termasuk perceraian dini. Tapi
“kenapa pernikahan dini bisa menyebabkan perceraian dini?”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian dalam pembahasan ini adalah:


1. Bagaimana pemahaman masyarakat di Kabupaten Bengkalis terhadap konsep
pergaulan bebas menurut hukum Islam?

2. Apa dampak pergaulan bebas terhadap pernikahan dini di kalangan masyarakat


Kabupaten Bengkalis, khususnya dalam konteks hukum Islam?

3. Bagaimana implementasi hukum Islam dalam menangani kasus pernikahan dini dan
perceraian dini di Kabupaten Bengkalis yang terkait dengan pergaulan bebas?
4. Apa upaya yang dapat dilakukan dalam konteks hukum Islam untuk mengatasi
permasalahan pergaulan bebas yang berpotensi menyebabkan pernikahan dini dan
perceraian dini di Kabupaten Bengkalis?

1.4 Signifikansi Penelitian


Penelitian tentang pernikahan dini dan perceraian dini memiliki signifikansi
yang penting dalam konteks sosial dan kesejahteraan individu. Berikut ini adalah
beberapa alasan mengapa penelitian ini penting:

1. Memahami penyebab perceraian dini


Penelitian tentang pernikahan dini dan perceraian dini membantu untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perceraian pada usia
yang relatif muda. Ini membantu komunitas, pakar, dan pemerintah untuk
mengidentifikasi masalah dan mengambil tindakan efektif untuk mencegah
perceraian dini.

2. Dampak sosial dan ekonomi


Perceraian dini memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi yang signifikan.

3. Kesejahteraan individu
enelitian tentang pernikahan dini dan perceraian dini dapat membantu kita
memahami dampak psikologis dan emosional dari pernikahan dini dan
perceraian pada mereka yang terlibat.

4. Pencegahan dan intervensi


Selain itu, penelitian ini dapat membantu mengembangkan program rehabilitasi
dan dukungan bagi individu yang pernah mengalami perceraian dini

5. Perubahan kebijakan
Penelitian yang komprehensif tentang pernikahan dini dan perceraian dinidapat
menginformasikan perubahan kebijakan yang efektif. Informasi daripenelitian
ini dapat mempengaruhi kebijakan hukum, pendidikan dan sosial terkait
pernikahan dini dan perceraian dini.
1.5 Studi Literatur

Untuk mendukung penelitian ini, diperlukan penelitian-penelitian sebelumnya yang


berhubungan dengan analisis dampak pernikahan dini terhadap tingkat perceraian pada
pasangan muda, yaitu :

1. Maria Sari, dengan judul skripsi "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Diri
dan Perceraian Diri pada Remaja". Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan pernikahan diri dan perceraian diri pada remaja.
Penelitian dilakukan melalui survei terhadap sejumlah remaja yang telah mengalami
pernikahan diri dan perceraian diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor
seperti tekanan sosial, kematangan emosional, dan komunikasi dalam hubungan
merupakan faktor yang signifikan dalam keputusan pernikahan diri dan perceraian diri
pada remaja.

2. Ahmad Farhan, dengan judul "Peran Konflik Keluarga dalam Perceraian Diri: Studi
Literatur pada Dewasa Muda". Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran
konflikkeluarga dalam keputusan perceraian diri pada dewasa muda. Melalui tinjauan
literatur, penulis menganalisis penelitian sebelumnya yang mengkaji hubungan antara
konflik keluarga dan perceraian diri. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat
konflik keluarga yang tinggi, ketidakharmonisan dalam hubungan pasangan, dan
kurangnya komunikasi efektif dapat menjadi faktor utama dalam keputusan perceraian
diri pada dewasa muda.

3. Rina Fitriani, dengan judul skripsi "Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Stabilitas
Pernikahan dan Tingkat Perceraian: Studi Literatur pada Pasangan Usia Produktif".
Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh faktor ekonomi terhadap stabilitas
pernikahan dan tingkat perceraian pada pasangan usia produktif. Melalui analisis
literatur, penelitian sebelumnya tentang pengaruh variabel ekonomi seperti
penghasilan, status pekerjaan, dan tingkat pendidikan terhadap stabilitas pernikahan
dan perceraian dikumpulkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor ekonomi
memainkan peranpenting dalam stabilitas pernikahan, dan ketidakstabilan ekonomi
dapat meningkatkan risiko perceraian pada pasangan usia produktif.
1.6 Kerangka Teori

Kerangka teori ini menjelaskan tentang hubungan antara pernikahan dini dan perceraian
dini yang relevan dengan objek kajian. Kerangka ini diharapkan dapat memberikan
pemecahan masalah yang dikaji dalam pembahasan ini.
Pernikahan dini sering kali terkait dengan faktor sosial dan budaya tertentu di
masyarakat. Norma-norma sosial, tekanan dari keluarga, dan ekspektasi masyarakat
terhadap pernikahan dapat mempengaruhi keputusan untuk menikah pada usia yang
lebih muda. Namun, pada usia yang muda, individu mungkin belum siap secara
emosional, psikologis, dan sosial untuk menghadapi pernikahan.

Pernikahan dini sering terjadi pada individu yang belum menyelesaikan pendidikan
formal mereka. Pendidikan yang terbatas dapat membatasi peluang pekerjaan dan
kemandirian ekonomi, sehingga meningkatkan risiko perceraian. Pasangan yang belum
memiliki keterampilan dan pendapatan yang memadai mungkin menghadapi tekanan
keuangan dan ketidakstabilan dalam pernikahan.
Pada usia yang lebih muda, individu belum sepenuhnya mengembangkan
identitas pribadi dan emosi mereka. Pernikahan pada usia yang terlalu muda dapat
menghambat perkembangan pribadi dan membatasi kesempatan untuk menjalani
pengalaman hidup yang lebih luas. Hal ini dapat menyebabkan perasaan penyesalan,
kurangnya pemahaman diri, dan pertentangan dalam hubungan, yang pada gilirannya
meningkatkan risiko perceraian.
Pada usia yang muda, individu mungkin kurang memahami kebutuhan, nilai,
dan harapan mereka sendiri serta pasangan mereka. Kurangnya pengalaman hidup dan
kekurangan komunikasi yang efektif dapat menyebabkan ketidakcocokan pasangan yang
lebih tinggi. Perbedaan dalam tujuan, aspirasi, atau nilai-nilai hidup yang mendasar dapat
menyebabkan konflik yang sulit diatasi dan meningkatkan risiko perceraian.
Pernikahan membawa tanggung jawab yang besar, terutama jika pasangan
muda harus menghadapi peran orangtua pada usia yang lebih muda. Tuntutan ini dapat
menimbulkan stres psikologis dan emosional yang berlebihan, terutama ketika individu
belum matang secara emosional. Ketidakmampuan mengatasi stres ini dapat
menyebabkan pertikaian dan konflik dalam pernikahan, yang pada gilirannya
meningkatkan risiko perceraian.
1.7 Metode Penelitian

Berikut akan dijabarkan tentang jenis penelitian, informan peneliti, teknik


pengumpulan data dan teknis data yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah
penjabarannya :

1. Jenis Penelitian:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengumpulkan data
tentang dampak pergaulan bebas terhadap pernikahan dini dan perceraian dini. Data yang
dikumpulkan akan dianalisis secara statistik untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang hubungan antara variabel-variabel yang terlibat.

2. Desain Penelitian:

Penelitian ini menggunakan desain studi retrospektif, di mana data akan


dikumpulkan dari responden yang telah mengalami pernikahan dini dan perceraian dini.
Data ini akan digunakan untuk menganalisis hubungan antara pernikahan dini dan
perceraian dini.

3. Populasi dan Sampel:


Populasi penelitian ini adalah individu yang telah mengalami pernikahan dini
(menikah sebelum usia 18 tahun) dan mengalami perceraian dini (perceraian yang terjadi
dalam waktu lima tahun setelah pernikahan). Sampel penelitian ini akan dipilih melalui
metode purposive sampling, dengan kriteria inklusi yang sesuai dengan populasi yang
ditentukan.

4. Pengumpulan Data:
Data akan dikumpulkan melalui kuesioner yang dikembangkan khusus untuk
penelitian ini. Kuesioner akan berisi pertanyaan tentang informasi demografis responden,
usia saat menikah, alasan menikah, faktor-faktor yang mempengaruhi perceraian, serta
pengalaman dan persepsi terkait pernikahan dan perceraian.

5. Analisis Data:
Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan metode statistik yang
sesuai, seperti uji chi-square untuk mengidentifikasi hubungan antara pernikahan dini dan
perceraian dini. Selain itu, analisis regresi juga akan dilakukan untuk melihat pengaruh
variabel-variabel lain yang mungkin memengaruhi perceraian dini, seperti tingkat
pendidikan, status ekonomi, dan dukungan sosial.

6. Etika Penelitian:
Penelitian ini akan memperhatikan etika penelitian yang meliputi kerahasiaan
data responden, penggunaan informasi dengan izin, dan perlindungan hak-hak individu
yang berpartisipasi dalam penelitian. Persetujuan etis akan diperoleh sebelum
mengumpulkan data dari responden.

7. Limitasi Penelitian:
Penelitian ini memiliki beberapa limitasi yang perlu diperhatikan. Misalnya, penggunaan
metode kuantitatif mungkin tidak mampu menggambarkan secara menyeluruh konteks
sosial dan budaya yang mempengaruhi pernikahan dini dan perceraian dini. Selain itu,
adanya bias atau kesalahan pengukuran juga mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Mustikasari, D. A., & Yulianto, A. (2019). Faktor Penyebab Perceraian di


Indonesia: Studi Kasus pada Masyarakat Muslim di Surakarta. Jurnal
Penelitian Sosial danEkonomi Kehutanan, 16(2), 73-85.
Pusat Kajian Gender dan Anak, Universitas Indonesia. (2019). Buku Saku
Perkawinan Usia Anak di Indonesia. Pusat Kajian Gender dan Anak,
Universitas Indonesia.
Chandra, Y., & Dhewanto, W. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perceraian
Dini di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, 6(1), 46-55.
Ningsih, A., & Pradana, R. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perceraian
Dini di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 12(1), 1-12.
Aditya, G., & Kurniawan, B. (2021). Pengaruh Faktor Sosial-Ekonomi dan
Pendidikan terhadap Perceraian Dini di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Pembangunan, 6(1), 50-59.
Nurjanah, I., & Pradana, A. (2022). Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Dini di Kota
Bandung. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 16(1), 12-24.

Anda mungkin juga menyukai