Template Daftar Kolektif S.Internasional FEB 11052023
Template Daftar Kolektif S.Internasional FEB 11052023
ABSTRAK
Investigasi kriminal kini memainkan peran penting dalam mengungkap kebenaran dan
menjamin keadilan, khususnya dalam kasus-kasus yang melibatkan kejahatan seperti
pembunuhan. Artikel ini berfokus pada pentingnya bukti forensik dan bagaimana hal
itu mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh hakim. Kajian ini terutama bersifat
peraturan namun juga mendalami sifat ganda dari bukti ahli, yang mencakup
kesaksian ahli dan bukti dokumenter. Kualitas bukti ini ditingkatkan secara signifikan
melalui proses pengambilan keputusan, dengan mengandalkan kesaksian ahli yang
diberikan oleh ahli forensik. Ilmuwan forensik membangun hubungan antara tindakan
dan konsekuensinya, apakah tindakan tersebut menyebabkan bahaya, masalah
kesehatan, atau kematian.
Kata Kunci : Ahli, Alat Bukti, Hukum Acara Pidana, Kedokteran Fprensik,
Investigasi, Pembunuhan
ABSTRACT
Criminal investigations now play a crucial role in uncovering the truth and
ensuring justice, particularly in cases involving crimes like murder. This article
focuses on the significance of forensic evidence and how it influences the
decisions made by judges. The study primarily has a regulatory nature but also
delves into the dual nature of expert evidence, which includes expert testimony
and documentary evidence. The quality of this evidence is greatly improved
through the decision-making process, relying on the expert testimony provided
by forensic experts. Forensic scientists establish a link between actions and
their consequences, whether they lead to harm, health issues, or death.
Pendahuluan
Hukum Acara Pidana yang juga dikenal sebagai KUHAP, yang mulai
berlaku di Indonesia pada tanggal 31 Desember 1981, adalah kerangka hukum
yang mengatur bagaimana proses hukum pidana dijalankan di negara ini.
Hukum pidana mencakup aspek materiil, sedangkan hukum acara pidana fokus
pada aspek formalnya. Hukum acara pidana ini terdiri dari seperangkat
peraturan yang mengatur bagaimana hukum pidana materiil diterapkan
melalui penggunaan kekuasaan negara di hadapan pengadilan pidana.
Dalam kasus tindak pidana, pentingnya pembuktian tidak bisa
diremehkan. Terkadang, saksi dan pelaku mungkin enggan memberikan
keterangan yang krusial, terutama dalam kasus korupsi atau kejahatan
lainnya, karena mereka tidak ingin mengungkapkan informasi yang sangat
penting.
Hal ini mendorong penyidik dan jaksa penuntut umum untuk menyusun
tuntutan mereka dengan cermat. Semua bukti dianggap harus bersifat netral
dan tidak memihak, dan bukti ini sangat membantu hakim dalam mengambil
keputusan akhir mengenai suatu kasus. Meskipun prinsip-prinsip hukum
menegaskan bahwa penyidik harus memberikan bukti kepada tersangka,
mereka juga menekankan bahwa ini diperlukan untuk mencegah terjadinya
prasangka yang tidak semestinya.
Ilmu forensik dipergunakan untuk membantu mengenali tindak pidana
yang mengakibatkan korban tewas atau cedera akibat perbuatan seseorang.
Kemudian, dalam ranah hukum pidana, bukti fisik melibatkan hasil kejahatan
yang tidak bisa diajukan dalam pengadilan, seperti luka tubuh atau kematian
korban. Oleh karena itu, Visum et Repertum harus diselenggarakan dengan
seksama, akurat, dan menyeluruh, berdasarkan hasil pemeriksaan tubuh oleh
seorang dokter.
Dengan mempertimbangkan pentingnya bukti Visum et Repertum,
kesalahan dalam proses pidana, termasusk penentuan hukuman oleh hakim,
dapat timbul akibat kelalaian sekecil apapun. Tujuan ilmu kedokteran forensik
yaitu untuk mengetahui bagaimana kejahatan terjadi yang menyebabkan
kerusakan atau cedera pada kesehatan dan tidak memiliki niat untuk
menyembuhkan.
Salah satu titik fokus utama dari diskusi di atas adalah pengumpulan
barang bukti dalam kasus pembunuhan. Barang bukti micro terdiri dari
metode yang digunakan untuk mendapatkan bukti material seperti langkah-
langkah pengolahan tempat kejadian perkara dan penyimpanan barang bukti
bertujuan untuk memungkinkan pemeriksaan dan identifikasi selanjutnya
melalui laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium akan digunakan dalam
teknis kriminalistik di tempat kejadian perkara, dengan memperhatikan unsur
mikro dan makro yang terkandung dalam barang bukti.
Jurnal: Pertimbangan Seorang Hakim Mengenai Pemanfaatan Informasi
Dari Seorang Ahli Dalam Proses Penyelidikan Kasus Pembunuhan 3
No. 12 Oktober 2023
Metode
Pembahasan
akan terjadi.
Menurut Budiyanto et al., VeR didasarkan pada Pasal 133 KUHAP, yang
menyatakan bahwa penyidik berhak meminta pendapat ahli dari ahli
kedokteran, hakim, dokter, atau ahli lainnya dalam kasus di mana penyidik
diduga melakukan tindak pidana. Permintaan pendapat dari seorang ahli,
seperti yang dijelaskan dalam ayat 1, harus diajukan secara tertulis sesuai
dengan ketentuan tersebut. Selain itu, surat tersebut juga harus secara
eksplisit mencantumkan informasi terkait cedera yang akan diperiksa, mayat
yang akan diperiksa, atau proses otopsi yang akan dilakukan. R. Atang
Ranoemihardja mengemukakan bahwa dokumen Visum et Repertum dapat
berperan sebagai alat bukti untuk mengesahkan Staatsblad 1937 nomor 350,
karena berisi rekaman semua temuan dan pengamatan yang tercatat selama
pemeriksaan, yang setara dengan apa yang dia saksikan dan alami ketika
berada di tempat kejadian, sebagai contoh. Namun, Visum et Repertum
menyimpulkan bahwa jaksa dan hakim akan mengambil tindakan alternatif
jika suatu kesimpulan logis dapat diterim
Pertimbangan Seorang Hakim Mengenai
Maria Arsety Marlyntan
Pemanfaatan Informasi Dari Seorang Ahli 14
Dalam Proses Penyelidikan Kasus
Pembunuhan
Penutup
Simpulan :
Daftar Pustaka