Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS VOLUMETRI

(F)

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan konsentrasi larutan standar NaOH dengan titrasi asidimetri-alkalimetri.


2. Menentukan konsentrasi larutan vitamin C dengan titrasi iodometri.

II. DASAR TEORI


Analisis volumetri adalah analisis kimia kuantitatif dengan mengukur volume
larutan standar yang dapat bereaksi dengan suatu senyawa dalam larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya. Analisis dilakukan dengan cara titrasi, yaitu menambahkan
larutan standar tetes demi tetes melalui buret ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan
yang akan ditentukan konsentrasinya. Titrasi dihentikan saat reaksi sempurna tercapai,
yang disebut juga titik ekivalen. Meskipun tercapainya titik ekivalen kemungkinan dapat
diketahui dengan adanya perubahan pada larutan yang dititrasi (misalnya timbul
endapan, atau terbentuk senyawa kompleks), namun untuk memperjelas, kadang
diperlukan indikator yang sesuai yang memberikan perubahan (warna) yang jelas,
sehingga akhir titrasi dapat diketahui (titik akhir titrasi). Titik akhir titrasi seharusnya
sama dengan titik ekivalen.
Larutan standar adalah larutan suatu zat yang konsentrasinya atau normalitasnya
sudah diketahui dengan pasti. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa besaran,
antara lain molaritas, normalitas, dan molalitas. Molaritas menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam setiap liter larutan, normalitas menyatakan banyaknya mol ekivalen
(grek) zat terlarut dalam setiap liter larutan. Sedangkan molalitas menyatakan jumlah
mol yang terlarut dalam 1000 gr terlarut. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding
dengan 1 mol ion H+. Dan untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion
OH-. Sehingga, dapat dituliskan persamaan yang menghubungkan normalitas dengan
molaritas sebagai berikut.

N = M x valensi (126)
dengan, N = Normalitas larutan
M = Molaritas larutan
Valensi = Valensi dari zat terlarut
Larutan dari bahan yang mempunyai kemurnian yang tinggi, mempunyai berat
ekivalen yang tinggi, stabil (sehingga beratnya dapat diketahui dengan pasti), mudah
larut dalam air atau pelarut lainnya, disebut larutan standar primer. Misalnya larutan
dari H2C2O4, K2Cr2O7, Na2B4O7.10H2O. Larutan standar primer dapat langsung digunakan
pada titrasi tanpa harus di standarisasi terlebih dahulu. Larutan standar sekunder
(misalnya HCl, Na2S2O3) harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer
bila akan digunakan untuk menentukan normalitas larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya.
Berdasarkan reaksi yang terjadi dalam proses titrasi, analisis volumetri / analisis
titrimetri digolongkan menjadi :
1. Asidi-alkalimetri (netralisasi)
2. Oksidimetri-reduksi (redoks)
3. Pengendapan
4. Pembentukan kompleks

Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan titrasi Asidimetri-alkalimetri dan


Oksidimetri-reduksi (redoks).
1. Titrasi Asidi - Alkalimetri
Asidimetri adalah titrasi terhadap suatu basa bebas atau larutan garam
terhidrolisis yang berasal dari suatu asam lemah dan basa kuat dengan larutan
standar asam kuat. Sedangkan alkalimetri adalah titrasi terhadap suatu larutan asam
bebas atau larutan garam terhidrolisis yang berasal dari suatu basa lemah dan asam
kuat dengan larutan standar basa kuat. Untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH
digunakan larutan standar HCl (Asidimetri), yang diketahui konsentrasi, setelah
larutan HCl tersebut distandarisir dengan larutan boraks (standar primer). Reaksi
yang terjadi:
Na2B4O7(aq) + 5H2O(l) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) +4H3BO3(aq) (127)
Terbentuknya asam lemah H3BO3 membuat pH larutan pada titik akhir titrasi <
7. Oleh karena itu digunakan indikator methyl orange yang memiliki trayek pH 3,1 -
4,4. Indikator ini memberikan perubahan warna dari orange menjadi merah bata
pada saat titik ekivalen tercapai. Berdasarkan berat (yang tepat) boraks yang
dilarutkan dan volum HCl (yang tepat) yang diperlukan sampai perubahan warna
terjadi, konsentrasi HCl dapat diketahui. Selanjutnya larutan standar HCl digunakan
untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH. Pada saat titik ekivalen, seluruh NaOH
bereaksi sempurna dengan HCl membentuk garam NaCl, sebagai berikut;
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) (128)
Karena NaCl adalah garam netral, maka pH larutan pada titik ekivalen sekitar 7,
maka digunakan indikator phenolphtalein yang memiliki trayek pH 8,3-10 dan
memberikan perubahan warna dari merah muda menjadi tidak berwarna.

2. Titrasi Redoks
Titrasi redoks merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang reaksi
antara larutan standar (titran) dan zat yang akan dianalisis (analit) adalah reaksi
reduksi-oksiadi (redoks). Reaksi redoks melibatkan serah terima elektron dan
menyebabkan perubahan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi merupakan muatan
yang terkandung pada atom-atom penyusun senyawa ionik. Di dalam reaksi redoks,
salah satu zat merupakan oksidator, sementara zat lainnya sebagai reduktor. Titrasi
redoks terbagi menjadi beberapa jenis menurut jenis oksidator yang digunakan,
diantaranya: permanganometri (menggunakan KMnO4 sebagai larutan standar
primer), dikhrometri (menggunakan K2Cr2O7 sebagai larutan standar primer),
iodimetri/iodometri (menggunakan I2 sebagai larutan standar secara langsung / tidak
langsung). Iodimetri / iodometri pada umumnya menggunakan larutan atrium
thiosulfat sebagai larutan standar.
Pada praktikum ini konsentrasi vitamin C (asam askorbat) ditentukan dengan
menggunakan oksidator berupa iodin. Larutan iodin dibuat dengan menambahkan
kalium iodida (KI) berlebih untuk menyuplai anion I- yang membantu pelarutan iodin
di air. Kalium iodida (KI) di dalam larutan akan terdisosiasi membentuk kation K+ dan
anion I-. Iodin (I2) dapat larut karena terjadi reaksi dengan anion I- menjadi anion
triiodida (I3-) yang larut di air. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
I2 + I- → I3- (129)
Standarisasi larutan I2 dilakukan dengan titrasi iodometri secara langsung
menggunakan titran natrium tiosulfat (Na2S2O3). Reaksi yang terjadi pada proses
standarisasi adalah sebagai berikut:
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62- (130)
Larutan Na2S2O3 dibuat dari padatan Na2S2O3.5H2O sehingga perlu proses
standarisasi sebelum digunakan. Padatan natrium karbonat (Na2CO3) juga perlu
ditambahkan untuk menjaga kestabilan larutan Na2S2O3. Larutan Na2S2O3 perlu
distandarisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan standar primer kalium
iodat (KIO3) pada kondisi asam yang mengandung KI berlebih.
Titrasi Na2S2O3 dilakukan dengan menggunakan indikator pati/amilum yang
ditambahkan pada saat I2 yang tersisa di larutan tinggal sedikit dan hampir mencapai
titik akhir titrasi. Kondisi ini terjadi pada saat larutan berwarna kuning. Penambahan
indikator amilum menyebabkan larutan berwarna biru tua akibat adanya pembentukan
kompleks iod-amilum. Pada titik ekivalen, kompleks iod-amilum akan terurai dan I2
tepat habis bereaksi dengan titran Na2S2O3 sehingga perubahan warna larutan dapat
diamati, yaitu memudarnya warna biru sehingga larutan menjadi tidak berwarna.
Indikator pati apabila ditambahkan terlalu awal, yaitu saat I2 di larutan masih banyak,
dapat menyelimuti I2 dan membuat warna biru tua sulit hilang dan titik akhir titrasi
sulit diamati.
Kadar vitamin C atau asam askorbat dalam tablet vitamin C dapat dianalisis
dengan cara iodometri. Dengan I2, asam askorbat akan teroksidasi menjadi asam
dehidroaskorbik. Reaksi oksidasi vitamin C sebagai berikut:
Ascorbic acid + I2 → Dehydroascorbic acid + 2I- + 2H+ (131)
Perubahan warna yang dapat diamati selama iodometri berlangsung:
a. Pada saat larutan iodin dititrasi menggunakan campuran larutan Na2S2O3 dan
Na2CO3, larutan yang semula berwarna coklat gelap berubah menjadi kuning.
Perubahan ini terjadi karena adanya reaksi sebagai berikut:
I2(aq) + 2S2O32-(aq) → 2I-(aq) + S4O62-(aq) (132)
b. Penambahan indikator amilun akan mengubah warna kuning pada larutan menjadi
hijau kebiruan. Perubahan warna ini terjadi karena terbentuknya kompleks iod-
amilum.
c. Pada titik akhir titrasi, warna larutan yang semula hijau kebiruan akan berubah
menjadi tidak berwarna (bening).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. HCl 0,1 N 8. Natrium tiosulfat pentahidrat
2. Kalium Iodat (KIO3) (Na2S2O3.5H2O)
9. Natrium karbonat (Na2CO3)
3. Aquadest
10. Iodin (I2)
4. Boraks (Na2B4O7.10H2O)
11. Kalium Iodida (KI)
5. Natrium Hidroksida (NaOH)
12. Pati
6. Indikator methyl orange (m.o)
13. Vitamin C
7. Indikator phenolphtthalein (p.p)

B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar
rangkaian alat berikut:

Keterangan:
1. Buret
2. Kran buret
3. Erlenmeyer

Gambar 37. Rangkaian Alat Titrasi


(sumber : Dokumen Penulis)
C. Cara Kerja
Asidimetri – Alkalimetri
1. Pembuatan larutan standar HCl sekitar 0,1 N
a. Ambil sekitar 2,1 mL larutan HCl 37% dalam lemari asam menggunakan pipet
ukur 10 mL, lalu masukkan HCl 37% tersebut ke dalam gelas beker yang telah
diisi sedikit aquadest, lalu diaduk hingga tercampur.
b. Pindahkan larutan HCl ke dalam labu ukur 250 mL, tambahkan aquadest hingga
tanda batas dan gojog hingga homogen.
2. Standardisasi larutan standar HCl sekitar 0,1 N
a. Timbang sekitar 0,2 gram boraks dalam gelas arloji dengan neraca analitis
digital dan catat massa yang sebenarnya yang tertera di neraca analitis digital.
b. Larutkan dengan aquadest ± 30 mL di dalam erlenmeyer.
c. Semprot sisa-sisa boraks yang menempel pada gelas arloji dengan air dari botol
semprot, sehingga semua boraks masuk ke dalam erlenmeyer.
d. Gojog erlenmeyer hingga boraks terlarut sempurna.
e. Tambahkan 3-5 tetes methyl orange.
f. Isi buet dengan larutan standar HCl sekitar 0,1 N yang akan ditera sampai tanda
batas nol.
g. Titrasi larutan boraks hingga titik ekuivalen tercapai.
h. Catat volume larutan HCl yang diperlukan dan perubahan warna yang terjadi.
i. Ulangi percobaan 1 kali lagi.
3. Pembuatan larutan NaOH sekitar 0,1 N sebanyak 100 mL
a. Timbang sekitar 0,4 gram NaOH dengan botol timbang, lalu masukkan NaOH
tersebut ke dalam gelas beker yang telah diisi sedikit aquadest, lalu aduk hingga
larut.
b. Pindahkan larutan NaOH ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan aquadest
hingga tanda batas dan gojog hingga homogen.
4. Peneraan larutan NaOH sekitar 0,1 N
a. Ambil 10 mL larutan NaOH sekitar 0,1 N dengan pipet volume 10 mL, tuang
ke dalam erlenmeyer 125 mL.
b. Tambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein.
c. Isi buret dengan larutan standar HCl sekitar 0,1 N sampai tanda batas nol.
d. Titrasi larutan NaOH sampai titik ekuivalen.
e. Catat volume larutan HCl yang diperlukan dan perubahan warna yang terjadi.
f. Ulangi percobaan 1 kali lagi.
g. Poin a sampai f dilakukan lagi untuk larutan NaOH X N sebanyak 2 data
percobaan.
5. Penentuan konsentrasi NaOH Y N
a. Buat 100 mL campuran dari V mL larutan NaOH sekitar 0,1 N dengan (100 -
V) mL larutan NaOH X N di dalam labu ukur 100 mL. Gojog sampai homogen.
b. Ambil 10 mL larutan NaOH Y N dengan pipet volume 10 mL lalu tuang ke
dalam erlenmeyer 125 mL.
c. Tambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein.
d. Isi buret dengan larutan standar HCl sekitar 0,1 N sampai tanda batas nol.
e. Titrasi larutan NaOH sampai titik ekuivalen.
f. Catat volume larutan HCl yang diperlukan dan perubahan warna yang terjadi.
g. Ulangi percobaan 1 kali lagi.

Iodimetri
1. Pembuatan larutan standar I2
a. Timbang sekitar 2 gram KI dan sekitar 0,325 gram I2 dalam gelas arloji dengan
neraca analitis digital, catat massa yang tertera di timbangan.
b. Larutkan KI terlebih dahulu dengan aquadest sebanyak ± 50 mL pada gelas
beker, kemudian tambahkan I2.
c. Panaskan dengan kompor sambil diaduk hingga larut.
d. Tuangkan larutan ke dalam labu ukur 250 mL.
e. Tambahkan aquadest hingga tanda batas dan gojog hingga homogen.
f. Simpan larutan I2 dalam tempat yang tidak terkena sinar matahari/lampu.
2. Pembuatan larutan standar Na2S2O3
a. Timbang sekitar 1,6 gram Na2S2O3 dan sekitar 0,1 gram Na2CO3 dalam gelas
arloji menggunakan neraca analitis digital.
b. Larutkan dengan ± 50 mL aquadest di dalam gelas beker.
c. Tuang larutan ke dalam labu ukur 250 mL.
d. Tambahkan aquadest hingga batas dan gojog hingga homogen.
3. Pembuatan indikator pati
a. Timbang sekitar 0,5 gram pati dalam gelas arloji dengan neraca analitik digital.
b. Masukkan pati ke dalam gelas beker 250 mL.
c. Tambahkan aquadest menggunakan gelas ukur 100 mL sampai volume ±50 mL.
d. Panaskan larutan pati sambil diaduk hingga mendidih dan semua pati terlarut.
4. Peneraan larutan standar Na2S2O3
a. Ambil 10 mL larutan KIO3 yang tersedia di station dengan pipet volume 10 mL,
lalu masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL.
b. Timbang sekitar 1 gram KI dalam gelas arloji, lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer 100 mL yang berisi larutan KIO3.
c. Ambil 10 mL larutan HCl yang tersedia di station dengan pipet volume 10 mL,
lalu masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL yang berisi larutan KIO3 dan
padatan KI.
d. Gojog erlenmeyer sampai seluruh padatan KI larut dan warna larutan menjadi
kecoklatan.
e. Isi buret dengan larutan Na2S2O3 sampai tanda batas nol.
f. Lakukan titrasi hingga warna larutan yang awalnya coklat berubah menjadi
kuning.
g. Teteskan indikator pati sampai warna larutan menjadi kehijauan.
h. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah warna menjadi tidak berwarna.
i. Catat volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan dan perubahan warna yang
terjadi.
j. Ulangi langkah b-j sebanyak satu kali pengulangan.
5. Peneraan larutan I2
a. Isi buret dengan larutan Na2S2O3 sampai tanda batas nol.
b. Ambil larutan iodin sebanyak 10 mL dengan pipet volume 10 mL dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL.
c. Lakukan titrasi hingga warna larutan yang awalnya coklat berubah menjadi
kuning.
d. Teteskan indikator pati sampai warna larutan menjadi kehijauan.
e. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah warna menjadi tidak berwarna.
f. Catat volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan dan perubahan warna yang
terjadi.
g. Ulangi percobaan 1 kali lagi.
6. Perhitungan konsentrasi vitamin C
a. Tumbuk 1/2 tablet vitamin C menggunakan alat yang sudah disediakan dan
timbanglah menggunakan neraca analitik digital. Catat massa yang sebenarnya
yang tertera di neraca analitik digital.
b. Larutkan serbuk vitamin C dengan aquadest secukupnya di dalam gelas beker.
c. Tuang larutan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan aquadest
sampai tanda batas dan gojog hingga homogen.
d. Ambil 10 mL larutan vitamin C dengan pipet volume 10 mL, kemudian
masukkan ke dalam erlenmeyer.
e. Tambahkan indikator pati sebanyak 5 tetes ke dalam larutan vitamin C.
f. Lakukan titrasi hingga warna awal kuning berubah menjadi kehijauan.
g. Catat volume larutan I2 yang diperlukan dan perubahan warna yang terjadi.
h. Ulangi percobaan 1 kali lagi.

D. Analisis Data
Asidimetri-alkalimetri
1. Peneraan HCl sekitar 0,1 N
a. Normalitas larutan HCl teoritis:
10.𝑉𝑉1 .𝑛𝑛.𝐾𝐾.𝜌𝜌
𝑁𝑁𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = 𝑉𝑉2 .𝑀𝑀𝑀𝑀
(133)

dengan, NHCl = normalitas HCl, N


V1 = volume HCl pekat, mL
n = valensi HCl
K = kadar HCl pekat, %
ρ = massa jenis HCl, g/mL
V2 = volume setelah pengenceran, mL
Mr = massa molekul relative HCl = 36,5 g/mol
b. Normalitas larutan HCl sebenarnya :
2.𝑚𝑚𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑁𝑁𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = (134)
𝑉𝑉𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 .𝑀𝑀𝑀𝑀𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

dengan, NHCl = normalitas HCl yang sebenarnya, N

N mboraks = massa boraks, mg


Mrboraks = massa molekul relatif boraks = 382 mg/mmol
VHCl = volume HCl untuk titrasi, mL
2. Peneraan NaOH 0,1 N
a. Normalitas NaOH teoritis:
𝑚𝑚𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 .𝑛𝑛
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = 𝑀𝑀𝑀𝑀.𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
(135)

dengan, NNaOH = normalitas NaOH teoritis, N


mNaOH = massa NaOH, mg
VNaOH = volume NaOH yang dititrasi, mL
n = jumlah OH- dalam molekul NaOH = 1
Mr = massa molekul relatif NaOH = 40 mg/mmol
b. Normalitas NaOH sebenarnya:
𝑁𝑁𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 .𝑉𝑉𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = (136)
𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁

dengan, NNaOH = normalitas NaOH sebenarnya, N

VNaOH = volume NaOH yang dititrasi, mL


NHCl = normalitas HCl sebenarnya untuk titrasi, N
VHCl = volume HCl untuk titrasi, mL

3. Penentuan normalias larutan NaOH X N


a. Normalitas NaOH X N sebenarnya :
𝑁𝑁𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 .𝑉𝑉𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑋𝑋𝑋𝑋 = (137)
𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁

dengan, NNaOH = normalitas NaOH sebenarnya, N


VNaOH = volume NaOH yang dititrasi, mL
NHCl = normalitas HCl sebenarnya untuk titrasi, N
VHCl = volume HCl untuk titrasi, mL

4. Peneraan larutan NaOH Y N


a. Normalitas NaOH Y N teoritis dihitung dengan persamaan :
𝑁𝑁1 𝑉𝑉1 + 𝑁𝑁2 𝑉𝑉2 = 𝑁𝑁3 𝑉𝑉3 (138)
dengan, N1 = normalitas larutan NaOH sekitar 0,1 N
V1 = volume larutan NaOH sekitar 0,1 N
N2 = normalitas larutan NaOH X N
V2 = volume larutan NaOH X N
N3 = normalitas larutan NaOH Y N hasil pencampuran
V3 = volume larutan NaOH Y N hasil pencampuran
b. Normalitas NaOH Y N sebenarnya dihitung dengan persamaan :
𝑁𝑁𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑉𝑉𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 100
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑌𝑌 𝑁𝑁 = (139)
𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑌𝑌 𝑁𝑁 𝑉𝑉

dengan, NNaOH Y N = normalitas NaOH Y N, N


VNaOH Y N = volume NaOH YN yang dititrasi, mL
NHCl = normalitas HCl sebenarnya untuk titrasi, N
VHCl = volume HCl untuk titrasi, mL
V = volume larutan NaOH Y N hasil pencampuran, mL

5. Menghitung rata-ratta normalitas suatu larutan


∑ 𝑁𝑁
𝑁𝑁𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟−𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝑛𝑛
(140)

dengan, Nrata-rata = normalitas rata-rata, N


ΣN = jumlah normalitas data hasil percobaan, N
n = banyak data

Iodimetri
1. Standarisasi Na2S2O3
a. Normalitas Na2S2O3 teoritis:
0,5 𝑚𝑚𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁2𝑆𝑆2 𝑂𝑂3 = (141)
𝑀𝑀𝑀𝑀𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3 𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3

dengan, N Na2S2O3 = normalitas larutan Na2S2O3, N


m Na2S2O3 = massa Na2S2O3, mg
Mr Na2S2O3 = massa molekul relatif Na2S2O3.5H2O = 248 mg/mmol
V Na2S2O3 = volume larutan Na2S2O3, mL
b. Normalitas Na2S2O3 sebenarnya :
3 𝑚𝑚𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾3 𝑉𝑉
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁2𝑆𝑆2𝑂𝑂3 = . 𝑉𝑉1 (142)
𝑀𝑀𝑀𝑀𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾3 𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3 2

dengan, N Na2S2O3 = normalitas larutan Na2S2O3, N


m KIO3 = massa KIO3, mg
Mr KIO3 = massa molekul relatif KIO3 = 214 mg/mmol
V Na2S2O3 = volume larutan Na2S2O3, mL
V1 = volume larutan KIO3 yang dititrasi
V2 = volume larutan KIO3 mula-mula
2. Standardisasi I2
a. Normalitas I2 teoretis:
𝑚𝑚𝐼𝐼2
𝑁𝑁𝐼𝐼2 = (143)
𝑀𝑀𝑀𝑀𝐼𝐼2 .𝑉𝑉𝐼𝐼2

dengan, N I2 = normalitas larutan I2 sebenarnya, N

m I2 = massa I2, mg

Mr I2 = massa molekul relatif I2


= 254 mg/mmol
V I2 = volume larutan I2, mL
c. Normalitas I2 sebenarnya:
𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3 .𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3
𝑁𝑁𝐼𝐼2 = (144)
𝑉𝑉𝐼𝐼2

dengan, N Na2S2O3 = normalitas larutan Na2S2O3 sebenarnya, N

V I2 = volume larutan I2 mL
N I2 = normalitas larutan I2 sebenarnya, N
V Na2S2O3 = volume larutan Na2S2O3, mL

3. Menghitung rata-rata normalitas suatu larutan


∑ 𝑁𝑁
𝑁𝑁𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟−𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 𝑛𝑛
(145)

dengan, Nrata-rata = normalitas rata-rata, N


ΣN = jumlah normalitas data hasil percobaan, N
n = banyak data

4. Menghitung konsnetrasi vitamin C


a. Normalitas vitamin C
𝑁𝑁𝐼𝐼2 .𝑉𝑉𝐼𝐼2
𝑁𝑁𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝐶𝐶 = (146)
𝑉𝑉𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐶𝐶

dengan, N I2 = normalitas larutan iodine sebenarnya, N


V I2 = volume larutan iodine, mL
N vit C = normalitas vitamin C, N
V vit C = volume vitamin C, mL
b. Menghitung massa vitamin C
𝑚𝑚 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐶𝐶 = 𝑁𝑁 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐶𝐶 𝑥𝑥 𝑉𝑉 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐶𝐶 𝑥𝑥 𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐶𝐶 (147)
dengan, N vit C = normalitas vitamin C, N
V vit C = volume vitamin C, mL
Mr vit C = massa atom relatif vit C = 176 mg/mmol
m vit C = massa vitamin C, gram
c. Menghitung kadar vitamin C
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐶𝐶
% 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐶𝐶 = 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 1/2 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑥𝑥 100% (148)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Poin-poin yang perlu dibahas meliputi :
a. Hasil percobaan asidimetri-alkalimetri dan iodometri.
b. Perbedaan hasil hitungan dengan hasil percobaan lainnya.
c. Perbandingan hasil perhitungan kadar vitamin C dengan referensi.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil, terutama terkait dengan perbedaan konsentrasi
larutan yang diharapkan (hasil hitungan) dengan kenyataan (hasil percobaan)

VI. DAFTAR PUSTAKA


Day, R. A. and Underwood, A. L., 1991, “Quantitative Analysis”, pp. 43-51, Prentice-
Hall International, New Jersey.

Perry, R. H. and Green, D. W., 1950, “Perry’s Chemical Engineer’s Handbook”, 6ed., pp.
3-14, 3-19, 3-22, McGraw-Hill Book Company Inc., New York.

Skoog, A.D., West, D.M., and Holler, F.J., 1994, “Analytical Chemistry An Introduction”,
6ed., pp. 150-153, Sounders College Publishing, Orlando.

Vogel, A.I, 1958, “Text Book of Quantitative Inorganic Analysis”, 2ed., pp. 43-45, 52,
150-160, 229-233, Longman, Green and Co., London.
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
B. Perhitungan
TANGGAL TTD

LAPORAN SEMENTARA

ANALISIS VOLUMETRI

(F)

Nama Praktikan: 1. NIM : 1.


2. 2.
3. 3.
Hari / tanggal :
Asisten : Maharani Dewi / Amare Nirwasita Parafianto / Melvina Rahma
Azalia
DATA PERCOBAAN
1. Alkalimetri dan Asidimetri
Rapat massa HCl pekat = g/mL
Kadar HCl pekat = %
Volum HCl pekat = mL
Volum HCl encer = mL
a) Peneraan larutan HCl sekitar 0,1 N
No. Massa Boraks, gram Volume HCl untuk titrasi, mL Perubahan Warna
1
2

b) Peneraan larutan NaOH sekitar 0,1 N


Massa NaOH = gram
Volume NaOH = mL
No. Volume NaOH, mL Volume HCl untuk titrasi, mL Perubahan Warna
1
2
c) Peneraan larutan NaOH X N

No. Volume NaOH X N, mL Volume HCl untuk titrasi, mL

1
2

d) Peneraan larutan NaOH Y N


Volume larutan NaOH 0,1 N = mL
Volume larutan NaOH X N = mL
Volume HCl untuk
No. Volume NaOH Y N, mL Perubahan Warna
titrasi, mL
1
2

2. Iodometri
a) Peneraan larutan Na2S2O3
Massa Na2S2O3 = gram

Massa Na2CO3 = gram

Volume larutan Na2S2O3 + Na2CO3 = mL

Massa pati = gram

Massa KIO3 = gram

Volume KIO3 mula-mula = mL

No. Volume KIO3, mL Volume larutan Na2S2O3 , mL Perubahan Warna


1

2
b) Peneraan larutan I2
Massa I2 = gram
Massa KI = gram
Volume I2 + KI = mL
No. Volume I2, mL Volume larutan Na2S2O3 , mL Perubahan Warna
1

c) Analisis konsentrasi vitamin C


Massa tablet vitamin C = gram
Volume tablet vitamin C = mL

No. Volume I2, mL Volume larutan vitamin C , mL Perubahan Warna


1

Yogyakarta, 2024

Asisten jaga, Praktikan,

1.

2.

3.
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA :
NIM :
No. Penilaian Nilai Maks.
1 TUJUAN 2
2 METODOLOGI PERCOBAAN 20
Bahan 5
Alat 5
Cara kerja 10
3 ANALISIS DATA 20
4 PEMBAHASAN 50
Hasil percobaan asidimetri-alkalimetri dan iodometri. 20
Perbedaan hasil hitungan dengan hasil percobaan lainnya. 15
Perbandingan hasil perhitungan kadar vitamin C dengan referensi 15
5 KESIMPULAN 8
TOTAL NILAI 100

Anda mungkin juga menyukai