Revisi - Modul Kode F Pab 2024
Revisi - Modul Kode F Pab 2024
(F)
I. TUJUAN PERCOBAAN
N = M x valensi (126)
dengan, N = Normalitas larutan
M = Molaritas larutan
Valensi = Valensi dari zat terlarut
Larutan dari bahan yang mempunyai kemurnian yang tinggi, mempunyai berat
ekivalen yang tinggi, stabil (sehingga beratnya dapat diketahui dengan pasti), mudah
larut dalam air atau pelarut lainnya, disebut larutan standar primer. Misalnya larutan
dari H2C2O4, K2Cr2O7, Na2B4O7.10H2O. Larutan standar primer dapat langsung digunakan
pada titrasi tanpa harus di standarisasi terlebih dahulu. Larutan standar sekunder
(misalnya HCl, Na2S2O3) harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer
bila akan digunakan untuk menentukan normalitas larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya.
Berdasarkan reaksi yang terjadi dalam proses titrasi, analisis volumetri / analisis
titrimetri digolongkan menjadi :
1. Asidi-alkalimetri (netralisasi)
2. Oksidimetri-reduksi (redoks)
3. Pengendapan
4. Pembentukan kompleks
2. Titrasi Redoks
Titrasi redoks merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang reaksi
antara larutan standar (titran) dan zat yang akan dianalisis (analit) adalah reaksi
reduksi-oksiadi (redoks). Reaksi redoks melibatkan serah terima elektron dan
menyebabkan perubahan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi merupakan muatan
yang terkandung pada atom-atom penyusun senyawa ionik. Di dalam reaksi redoks,
salah satu zat merupakan oksidator, sementara zat lainnya sebagai reduktor. Titrasi
redoks terbagi menjadi beberapa jenis menurut jenis oksidator yang digunakan,
diantaranya: permanganometri (menggunakan KMnO4 sebagai larutan standar
primer), dikhrometri (menggunakan K2Cr2O7 sebagai larutan standar primer),
iodimetri/iodometri (menggunakan I2 sebagai larutan standar secara langsung / tidak
langsung). Iodimetri / iodometri pada umumnya menggunakan larutan atrium
thiosulfat sebagai larutan standar.
Pada praktikum ini konsentrasi vitamin C (asam askorbat) ditentukan dengan
menggunakan oksidator berupa iodin. Larutan iodin dibuat dengan menambahkan
kalium iodida (KI) berlebih untuk menyuplai anion I- yang membantu pelarutan iodin
di air. Kalium iodida (KI) di dalam larutan akan terdisosiasi membentuk kation K+ dan
anion I-. Iodin (I2) dapat larut karena terjadi reaksi dengan anion I- menjadi anion
triiodida (I3-) yang larut di air. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
I2 + I- → I3- (129)
Standarisasi larutan I2 dilakukan dengan titrasi iodometri secara langsung
menggunakan titran natrium tiosulfat (Na2S2O3). Reaksi yang terjadi pada proses
standarisasi adalah sebagai berikut:
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62- (130)
Larutan Na2S2O3 dibuat dari padatan Na2S2O3.5H2O sehingga perlu proses
standarisasi sebelum digunakan. Padatan natrium karbonat (Na2CO3) juga perlu
ditambahkan untuk menjaga kestabilan larutan Na2S2O3. Larutan Na2S2O3 perlu
distandarisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan standar primer kalium
iodat (KIO3) pada kondisi asam yang mengandung KI berlebih.
Titrasi Na2S2O3 dilakukan dengan menggunakan indikator pati/amilum yang
ditambahkan pada saat I2 yang tersisa di larutan tinggal sedikit dan hampir mencapai
titik akhir titrasi. Kondisi ini terjadi pada saat larutan berwarna kuning. Penambahan
indikator amilum menyebabkan larutan berwarna biru tua akibat adanya pembentukan
kompleks iod-amilum. Pada titik ekivalen, kompleks iod-amilum akan terurai dan I2
tepat habis bereaksi dengan titran Na2S2O3 sehingga perubahan warna larutan dapat
diamati, yaitu memudarnya warna biru sehingga larutan menjadi tidak berwarna.
Indikator pati apabila ditambahkan terlalu awal, yaitu saat I2 di larutan masih banyak,
dapat menyelimuti I2 dan membuat warna biru tua sulit hilang dan titik akhir titrasi
sulit diamati.
Kadar vitamin C atau asam askorbat dalam tablet vitamin C dapat dianalisis
dengan cara iodometri. Dengan I2, asam askorbat akan teroksidasi menjadi asam
dehidroaskorbik. Reaksi oksidasi vitamin C sebagai berikut:
Ascorbic acid + I2 → Dehydroascorbic acid + 2I- + 2H+ (131)
Perubahan warna yang dapat diamati selama iodometri berlangsung:
a. Pada saat larutan iodin dititrasi menggunakan campuran larutan Na2S2O3 dan
Na2CO3, larutan yang semula berwarna coklat gelap berubah menjadi kuning.
Perubahan ini terjadi karena adanya reaksi sebagai berikut:
I2(aq) + 2S2O32-(aq) → 2I-(aq) + S4O62-(aq) (132)
b. Penambahan indikator amilun akan mengubah warna kuning pada larutan menjadi
hijau kebiruan. Perubahan warna ini terjadi karena terbentuknya kompleks iod-
amilum.
c. Pada titik akhir titrasi, warna larutan yang semula hijau kebiruan akan berubah
menjadi tidak berwarna (bening).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. HCl 0,1 N 8. Natrium tiosulfat pentahidrat
2. Kalium Iodat (KIO3) (Na2S2O3.5H2O)
9. Natrium karbonat (Na2CO3)
3. Aquadest
10. Iodin (I2)
4. Boraks (Na2B4O7.10H2O)
11. Kalium Iodida (KI)
5. Natrium Hidroksida (NaOH)
12. Pati
6. Indikator methyl orange (m.o)
13. Vitamin C
7. Indikator phenolphtthalein (p.p)
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar
rangkaian alat berikut:
Keterangan:
1. Buret
2. Kran buret
3. Erlenmeyer
Iodimetri
1. Pembuatan larutan standar I2
a. Timbang sekitar 2 gram KI dan sekitar 0,325 gram I2 dalam gelas arloji dengan
neraca analitis digital, catat massa yang tertera di timbangan.
b. Larutkan KI terlebih dahulu dengan aquadest sebanyak ± 50 mL pada gelas
beker, kemudian tambahkan I2.
c. Panaskan dengan kompor sambil diaduk hingga larut.
d. Tuangkan larutan ke dalam labu ukur 250 mL.
e. Tambahkan aquadest hingga tanda batas dan gojog hingga homogen.
f. Simpan larutan I2 dalam tempat yang tidak terkena sinar matahari/lampu.
2. Pembuatan larutan standar Na2S2O3
a. Timbang sekitar 1,6 gram Na2S2O3 dan sekitar 0,1 gram Na2CO3 dalam gelas
arloji menggunakan neraca analitis digital.
b. Larutkan dengan ± 50 mL aquadest di dalam gelas beker.
c. Tuang larutan ke dalam labu ukur 250 mL.
d. Tambahkan aquadest hingga batas dan gojog hingga homogen.
3. Pembuatan indikator pati
a. Timbang sekitar 0,5 gram pati dalam gelas arloji dengan neraca analitik digital.
b. Masukkan pati ke dalam gelas beker 250 mL.
c. Tambahkan aquadest menggunakan gelas ukur 100 mL sampai volume ±50 mL.
d. Panaskan larutan pati sambil diaduk hingga mendidih dan semua pati terlarut.
4. Peneraan larutan standar Na2S2O3
a. Ambil 10 mL larutan KIO3 yang tersedia di station dengan pipet volume 10 mL,
lalu masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL.
b. Timbang sekitar 1 gram KI dalam gelas arloji, lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer 100 mL yang berisi larutan KIO3.
c. Ambil 10 mL larutan HCl yang tersedia di station dengan pipet volume 10 mL,
lalu masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL yang berisi larutan KIO3 dan
padatan KI.
d. Gojog erlenmeyer sampai seluruh padatan KI larut dan warna larutan menjadi
kecoklatan.
e. Isi buret dengan larutan Na2S2O3 sampai tanda batas nol.
f. Lakukan titrasi hingga warna larutan yang awalnya coklat berubah menjadi
kuning.
g. Teteskan indikator pati sampai warna larutan menjadi kehijauan.
h. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah warna menjadi tidak berwarna.
i. Catat volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan dan perubahan warna yang
terjadi.
j. Ulangi langkah b-j sebanyak satu kali pengulangan.
5. Peneraan larutan I2
a. Isi buret dengan larutan Na2S2O3 sampai tanda batas nol.
b. Ambil larutan iodin sebanyak 10 mL dengan pipet volume 10 mL dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL.
c. Lakukan titrasi hingga warna larutan yang awalnya coklat berubah menjadi
kuning.
d. Teteskan indikator pati sampai warna larutan menjadi kehijauan.
e. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah warna menjadi tidak berwarna.
f. Catat volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan dan perubahan warna yang
terjadi.
g. Ulangi percobaan 1 kali lagi.
6. Perhitungan konsentrasi vitamin C
a. Tumbuk 1/2 tablet vitamin C menggunakan alat yang sudah disediakan dan
timbanglah menggunakan neraca analitik digital. Catat massa yang sebenarnya
yang tertera di neraca analitik digital.
b. Larutkan serbuk vitamin C dengan aquadest secukupnya di dalam gelas beker.
c. Tuang larutan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan aquadest
sampai tanda batas dan gojog hingga homogen.
d. Ambil 10 mL larutan vitamin C dengan pipet volume 10 mL, kemudian
masukkan ke dalam erlenmeyer.
e. Tambahkan indikator pati sebanyak 5 tetes ke dalam larutan vitamin C.
f. Lakukan titrasi hingga warna awal kuning berubah menjadi kehijauan.
g. Catat volume larutan I2 yang diperlukan dan perubahan warna yang terjadi.
h. Ulangi percobaan 1 kali lagi.
D. Analisis Data
Asidimetri-alkalimetri
1. Peneraan HCl sekitar 0,1 N
a. Normalitas larutan HCl teoritis:
10.𝑉𝑉1 .𝑛𝑛.𝐾𝐾.𝜌𝜌
𝑁𝑁𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = 𝑉𝑉2 .𝑀𝑀𝑀𝑀
(133)
Iodimetri
1. Standarisasi Na2S2O3
a. Normalitas Na2S2O3 teoritis:
0,5 𝑚𝑚𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁2𝑆𝑆2 𝑂𝑂3 = (141)
𝑀𝑀𝑀𝑀𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3 𝑉𝑉𝑁𝑁𝑁𝑁2 𝑆𝑆2 𝑂𝑂3
m I2 = massa I2, mg
V I2 = volume larutan I2 mL
N I2 = normalitas larutan I2 sebenarnya, N
V Na2S2O3 = volume larutan Na2S2O3, mL
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil, terutama terkait dengan perbedaan konsentrasi
larutan yang diharapkan (hasil hitungan) dengan kenyataan (hasil percobaan)
Perry, R. H. and Green, D. W., 1950, “Perry’s Chemical Engineer’s Handbook”, 6ed., pp.
3-14, 3-19, 3-22, McGraw-Hill Book Company Inc., New York.
Skoog, A.D., West, D.M., and Holler, F.J., 1994, “Analytical Chemistry An Introduction”,
6ed., pp. 150-153, Sounders College Publishing, Orlando.
Vogel, A.I, 1958, “Text Book of Quantitative Inorganic Analysis”, 2ed., pp. 43-45, 52,
150-160, 229-233, Longman, Green and Co., London.
VII. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
B. Perhitungan
TANGGAL TTD
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS VOLUMETRI
(F)
1
2
2. Iodometri
a) Peneraan larutan Na2S2O3
Massa Na2S2O3 = gram
2
b) Peneraan larutan I2
Massa I2 = gram
Massa KI = gram
Volume I2 + KI = mL
No. Volume I2, mL Volume larutan Na2S2O3 , mL Perubahan Warna
1
Yogyakarta, 2024
1.
2.
3.
POIN-POIN PENILAIAN
NAMA :
NIM :
No. Penilaian Nilai Maks.
1 TUJUAN 2
2 METODOLOGI PERCOBAAN 20
Bahan 5
Alat 5
Cara kerja 10
3 ANALISIS DATA 20
4 PEMBAHASAN 50
Hasil percobaan asidimetri-alkalimetri dan iodometri. 20
Perbedaan hasil hitungan dengan hasil percobaan lainnya. 15
Perbandingan hasil perhitungan kadar vitamin C dengan referensi 15
5 KESIMPULAN 8
TOTAL NILAI 100