Askep
Askep
O DENGAN CHOLELIT
HIASIS DI INSTALASI KAMAR BEDAH
RUMAH SAKIT HERMINA TASIKMALAYA
Disusun oleh:
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala, shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wasa
llam, atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga d
apat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.
O dengan Cholelithiasis di Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikma
laya”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah saya banyak mengalami kesulitan dan
hambatan akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak. be
rsama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kep
ada:
1. Dr. Rendra Fariadi selaku Direktur Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya yan
g telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti diklat.
2. Bd. Siti Robiah A. A.Md.Keb selaku kepala ruangan Instalasi Kamar
Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya yang telah memberikan kesemp
atan kepada penulis untuk mengikuti diklat bedah.
3. Br. Nur Aziz A. S.Kep.,Ners selaku pembimbing ruangan yang telah mem
berikan pengarahan, bimbingan serta motivasi dalam mengikuti diklat
serta dalam penyusunan laporan ini.
4. Dokter dan rekan-rekan ruangan Instalasi Kamar Bedah yang selalu memb
erikan dukungan serta motivasi sehingga makalah ini dapat di selesaikan.
5. Pasien beserta keluarga pasien yang bersedia meluangkan waktu dan berse
dia membantu dalam menyelesaian laporan ini.
Semoga segala bentuk bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada pen
ulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan penulis berharap laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah
SWT memberi berkahnya bagi kita semua Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulis...............................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian......................................................................................................6
B. Etiologi..........................................................................................................6
C. Anatomi.......................................................................................................22
D. Fisiologi......................................................................................................22
E. Patofisiologi................................................................................................23
F. Klasifikasi...................................................................................................24
G. Penatalaksanaan..........................................................................................26
H. Konsep Dasar Keperawatan........................................................................27
I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi........................................................29
J. Pathways.....................................................................................................34
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Rumusan Masalah.......................................................................................36
B. Asesmen Perioperatif Keperawatan (PNCP)............................................36
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian...................................................................................................47
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................47
C. Perencanaan Keperawatan..........................................................................48
D. Implementasi Keperawatan.........................................................................48
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................49
B. Saran............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa te
rdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700 jut
a penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat ket
idak seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan peng
endapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis merupakan masalah kes
ehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi y
ang berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan, Yunie Armiyati, 2017).
Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau menyebab
kan terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat yang semakin meningka
t terutama masyarakat dengan ekonomi menengah keatas lebih suka mengkonsum
si makanan cepat saji dengan tinggi kolesterol sehingga kolesterol darah berlebiha
n dan mengendap dalam kandung empedu dan menjadi kantung empedu dan deng
an kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang akibat dari salah konsumsi mak
anan sangat berbahaya untuk kesehatan mereka (Haryono, 2013).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa te
rdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700 jut
a penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat ket
idak seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan peng
endapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis merupakan masalah kes
ehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi y
ang berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).
Di Amerika Serikat, sebanyak 10% sampai 15% populasi orang dewasa men
derita batu empedu. Prevalensi tertinggi terjadi di Amerika Utara yaitu suku asli I
ndian, dengan presentase 64,1% pada wanita dan 29,5% pada pria. Sementara pre
valensi yang tinggi juga terdapat pada suku Non Indian di Amerika Selatan, denga
n presentase 49,9% pada wanita negara Chili suku Mapuche Indian asli dan 12,6%
pada pria. Prevalensi ini menurun pada suku campuran Amerika yaitu 16,6% pada
1
wanita dan 8,6% pada pria. Prevalensi menegah terjadi pada masyarakat Asia dan
masyarakat Amerika kulit hitam yaitu 13,9% pada wanita dan 5,3% pada pria. Sed
angkan prevalensi terendah ditemukan pada masyarakat Sub-Saharan Afrika yaitu
< 5% (Alhawsawi et al., 2019) .
Di Asia prevalensi Cholelithiasis yaitu sebesar 3% sampai 10%. Di indonesi
a, riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi C
holelithiasis pada dewasa adalah sebesar 15,4%, dan prevalensi tersebut meningka
t jika dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu 11,7%. Saat ini penderita Cholelitiasi
s di Indonesia cenderung meningkat karena perubahan gayahidup seperti orang-or
ang barat yang suka mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat menyebabkan
kegemukan karena timbunan lemak dan menjadikan pemicu terjadinya Cholelitias
is. .(Riskesdas, 2018). Berdasarkan data rekamedis dari bulan februari sampai
Agustus 2023 di RS Hermina Tasikmalaya, pasien yang dilakukan tindakan
kolesistektomi adalah 15.
Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis, publika
si penelitian tentang cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan studi kolesitografi o
ral di dapatkan laporan angka insidensi cholelitiasis terjadi pada wanita sebesar 76
% dan pada laki-laki 36% dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar pasien
dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan, Risiko penyandang batu empedu
untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali b
atu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko u
ntuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat (Cahyono, 2015)
Penatanalaksanaan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan
non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya gejala ya
ng menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simtomatik dan k
olelitiasis yang asimtomatik. Pada kolelitiasis yang asimtomatik, perlu dijelaskan
pada pasien bahwa tidak diperlukan Tindakan sampai kolelitiasis menjadi simtom
atik. Sedangkan untuk kolesistektomi sampai saat ini masih merupakan baku emas
dalam penanganan kolelitiasis dengan gejala (simtomatik). Pada saat ini penatalak
sanaan kolelitiasis meggunakan laparaskopok kolesistektomi merukan Tindakan y
ang paling umum dilakukan untuk pengangkatan batu empedu, terutama padakasu
2
s yang mengalami komplikasi seperti kolangitis. Sedangkan untuk penatalaksanaa
n alternatif terapi non bedah meliputi penghancuran batu dengan menggunakan ob
at-obatan seperti chenodeoxycholic atau ursodeoxycholic acid (UDCA), extracorp
oreal shock-wave lithotripsy (ESWL) dengan pemberian obat, pengunaan obat sec
ara langsung dikantung empedu. Tetapi mediamentosa dengan IDCA untuk menur
unkan saturasi kolesterol empedu dan menghasilkan suatu cairan lamellar yang m
enguraikan kolesterol dari batu serta mencegah pembentukan inti batu (Widiastuti,
2019).
Dari tindakan pembedahan yang telah dilakukan dapat mempengaruhi
kondisiseseorang, setiap pembedahan pasti akan menimbulkan luka dan
menyebabkan nyeri. Sehingga Nyeri yang muncul disebabkan oleh adanya
rangsangan mekanik luka yang dapat menyebabkan tubuh menghasilkan mediator
- mediator kimia nyeri, yang mememberikan rasa kekakuan pada sendi pasien
untuk bergerak atau mobilisasi yang dapat menurunkan kualitas hidup,sehingga
pasien sulit menggerakan ekstremitasnya sampai terjadi kekakuan sendi (Arianti et
al., 2020)
Maka disini perawat berperan penting dalam memberikan asuhan pre
maupun post agar tidak terjadinya peningkatan keparahan penyakit pada pasien.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan,
dituntut mampu melakukan pengkajian secara komprehensif, menegakkan
diagnose, merencanakan intervensi, memberikan intervensi keperawatan dan
intervensi yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
melaksanakanpemberian asuhan keperawatan kepada pasien, serta melakukan
evaluasi dan tindak lanjut. Salah satu intervensi perawat dalam penanganan Pasien
Cholelithiasis dengan mengajarkan latihan rentang gerak (ROM), selain itu
perawat juga memberikan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami
oleh pasien dengengan memberikan terapi distraksi dan relaksasi (tarik nafas
dalam) yang dapat menurunkan skla nyeri pada pasien.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Asuhan Keperawatan klien dengan Cholelithiasis di Intalasi
Kamar Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah
penelitiannya yaitu: “Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan klien dengan
Cholelithiasis di Intalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya?”.
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan klien dengan Cholelithiasis di
Intalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami tentang pengkajian asuhan keperawatan dengan
kasus Pre dan Post OP Cholelitiasis
b. Mampu mempahami menganalisa data dengan kasus Pre dan Post
Op Cholelitiasis
c. Mampu menyusun diagnosa keperawatan yang munjul pada kasus
pasien Cholelitiasis
d. Mampu menyusun intervensi yang ada dalam asuhan keperawatan
dengan kasus Pre dan Post Op Cholelitiasis
e. Mampu melakukan dan menjelaskan tentang tidakan yang
dilakukan pada pasien dengan kasus Pre dan Post Op Cholelitiasis.
f. Mampu untuk mengevaluasi asuhan keperawatan dengan kasus Pre
dan Post Op cholelithiasis.
4
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Praktis
Untuk keluarga dan penderita kolelitiasis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman mengenai tindakan-tindakan yang efektif untuk
mengurangi nyeri pada penderita kolelitiasis.
2. Untuk Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara mandiri maupun
kolaborasi terutama dalam memberikan perawatan pada penderita kolelitiasis.
3. Untuk Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti tentang gambaran asuhan keperawatan pada kolelitiasis dengan nyeri
kronis, serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam
melaksanakan penelitian yang berkaitan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam ka
ndung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian
besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu
(Wibowo, 2010).
Kolelitiasis adalah suatu penyakit yang berisi batu empedu yang biasa
ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada ke
dua-duanya. Kolelitiasis disebut juga dengan batu empedu, gallstones, atau biliary
calculus. Kolelitiasis atau batu empedu. Batu empedu dikenal ada tiga jenis, yaitu
batu kolesterol, batu pigmen atau batu bilirubin, dan batu campuran. Kandung em
pedu terletak di bawah hati, di sisi perut bagian kanan atas, tepat di bawah lobus
kanan hepar. Kandung empedu ini memiliki fungsi untuk menyimpan dan memek
atkan empedu (Sanusi et al., 2019).
B. Etiologi
Secara umum, etiologi dari batu empedu masih belum diketahui secara pasti.
Namun sejauh ini banyak riset yang dilakukan, faktor predisposisilah yang menja
di paling penting untuk diketahui. Predisposisi tersebut antara lain usia lebih dari
60 tahun, genetika, jenis kelamin (wanita lebih sering, di karenakan hormon estro
gen meningkat saturasi kolestrol dalam kandung empedu), kegemukan (maka kad
ar kolestrol dalam kandung empedu pun tinggi), infeksi saluran pencernaan, dan
kondisi klinis seperti diabetes, sirosis hati, pankreatitis, kangker kandung empedu,
dan juga reseksi ileum (Naga, 2013).
6
C. Anatomi
Gambar 2.1
Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang p
anjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan kant
ong berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lo
bus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fu
ndus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit mema
njang di atas tepi hati. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empe
du. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak an
tara korpus dan daerah duktus sistika. Empedu yang disekresi secara terus-m
enerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran em
pedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari
permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera
bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung
dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus (Bruno, 2019).
D. Fisiologi
Fungsi kandung empedu, yaitu:
1. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di
dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adala
h cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
22
2. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vit
amin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. He
moglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi biliru
bin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan penyerapan
lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama he
moglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kol
esterol, garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitami
n yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan, garam emped
u merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan
isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu seba
gai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, serta obat dan limbah lain
nya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh. Garam emp
edu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan ke
mbali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik.
Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12
kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dal
am usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu me
njadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali d
an sisanya dibuang bersama tinja. Hanya sekitar 5% dari asam empedu yang
disekresikan dalam feses (Reinecke, 2018).
E. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun dar
i pigmen dan tersusun dari kolesterol. Batu pigmen, akan terbentuk bila pigm
en yang terkonjugasi dalam empedu mengalami presipitasi atau pengendapan,
sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar
pada pasien serosis, hemolysis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak
dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu kolesterol,
merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air.
Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo lipid) dalam e
23
mpedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi pen
urunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati,
mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari g
etah empedu mengendap membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh k
olesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berpera
n sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Na
nda, 2020). Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung em
pedu 4 kali lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita ber
usia > 40 tahun, multipara, obesitas. Penderita batu empedu meningkat pada
pengguna kontrasepsi pil, estrogen dan klofibrat yang diketahui meningkatka
n saturasi kolesterol bilier. Insiden pembentukan batu meningkat bersamaan
dengan penambahan umur, karena bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati
dan menurunnya sintesis asam empedu juga meningkat akibat mal absorbs g
aram empedu pada pasien dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi re
sesi usus, dan DM. (Ferreira Junior et al., 2019).
F. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari batu empedu menurut (Suratun, 2010) adalah s
ebagai berikut:
1. Batu kolestrol
Biasanya berukuran beasar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna
kuning pucat dan seringkali mengandung kalsium dan pigmen. Kolesterol yan
g merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air.
Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosofolipid) da
lam empedu. Pada klien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam ha
ti.
2. Batu pigmen
Terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion (bilirubinat, karbona
t, fosfat, atau asam lemak rantai panjang). Batu-batu ini cenderung berukuran
kecil, multipel, dan berwarna hitam kecoklatan, batu pigmen berwarna coklat
24
berkaitan dengan infeksi empedu kronis (batu semacam inilebih jarang di jum
pai). Batu pigmen akan berbentuk bila pigmen tidak terkonjugasi dalam empe
du dan terjadi proses presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko t
erbentuknya batu semacam ini semakin besar pada klien sirosis, hemolisis, da
n infeksi percabangan bilier.
A. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu aka
n mengalami distensi dan akirnya akan menjadi infeksi. Penderita akan men
galami panas dan mungkin terasa massa padat pada abdomen. Penderita pa
da kolik bilier disertai dengan nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas
yang menjalar ke punggung atau bahu kanan.
2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menim
bulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dala
m duodenum akan diresap oleh darah.
3. Perubahan warna uruin dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna san
gat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai pigmen empedu akan tampak kela
bu dan biasanya pekat.
4. Defisiensi vitamin
obstruksi aliran empedu juga akan menganggu absorpsi vitamin A, D,
E, dan K yamh larut lemak. Oleh karena itu penderita dapat memperlihatkan
gejala defisiensi vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama.
5. Terjadi regurgitasi gas
Reegurtasi gas ini dapat berbentuk flatus maupun sendawa (Naga, 201
3).
25
G. Penatalaksanaan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) penatalaksanaan pada kolelitiasis meliput
i:
1. Penanganan Non bedah
a. Disolusi Medis
Oral dissolution therapy adalah cara penghancuran batu dengan pem
berian obat-obatan oral. Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi krit
eria terapi non operatif diantaranya batu kolestrol diameternya < 20 mm
dan batu <4 batu, fungsi kandung empedu baik, dan uktus sistik paten.
b. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)
Batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau
balon ekstraksi melalui muara yang sudah besar menuju lumen duodenu
m sehingga batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu besar, batu yang
terjepit di saluran empedu atau batu yang terletak di atas saluran empedu
yang sempit diperlukan prosedur endoskopik tambahan sesudah sfingerot
omi seperti pemecahan batu dengan litotripsi mekanik dan litotripsi laser.
c. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL) adalah pemecahan batu d
engan gelombang suara.
2. Penanganan bedah
a. Kolesistektomi laparaskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau kandu
ng empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2cm. kelebihan yan
g diperoleh klien luka operasi kecil (2- 10mm) sehingga nyeri pasca beda
h minimal.
b. Kolesistektomi terbuka
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara men
gangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka dinding
26
perut (Sahputra, 2016). Operasi ini merupakan standar terbaik untuk pena
nganan klien dengan kolelitiasis sitomatik.
27
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyaki
t kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini
menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gay
a hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga koleliti
asis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat k
eluarga.
4) Riwayat kesehatan Lingkungan
Bagaimana lingkungan sekitar tempat tinggal klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum:
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien.
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien
c) Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi.
2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya
Pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tang
an karena terjadi pembengkakan pada kandung empedu.
e. Pola aktivtas
1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas da
n anjuran bedrest
3) Aspek psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
f. Pola Persepsi Diri
28
Apakah klien dan keluarganya merasa cemas atas penyakit yang me
nimpa klien.Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang berhubunga
n dengan perasaan dan emosi pasien ketika akan menjalani operasi denga
n kriteria tingkatan yang diukur dan dinilai menggunakan modifikasi alat
ukur T-MAS dengan skala interval, dengan kriteria : skor 1–7 : cemas rin
gan, 8–14:cemas sedang , 15 – 21 : cemas berat(Arifa & Trise, 2012)
29
3) Ancaman terhadap konsep diri
4) Kekhawatiran mengalami kegagalan.
5) Disfungsi sistem keluarga.
Batasan karakteristik:
1) Merasa khawatir dengan kondisinya.
2) Bingung.
3) Sulit berkonsentrasi.
4) Merasa gelisah dan tegang.
5) Sulit tidur.
6) Kontak mata terbatas.
Intervensi Ansietas:
Intervensi Rasional
Ansietas
a) Bina hubungan saling a) Melakukan pendekatan dengan klien
percaya dengan klien. akan lebih terbuka dan dapat
b) Identifikasi penyebab rasa menjelaskan kecemasan yang dirasakan
takut pra operasi. klien.
c) Validasi sumber rasa b) Rasa takut yang berlebihan akan
takut, berikan informasi meningkatkan stress.
yang akurat dan aktual. c) Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik
d) Beritahukan klien akan membantu klien untuk
kemungkinan menghadapinya secara realistis.
dilakukannya anestesi d) Mengurangi ansietas/rasa takut bahwa
umum atau spinal. klien mungkin sadar saat dilakukan
e) Dampingi klien untuk prosedur.
mengurangi kecemasan e) Memberikan rasa aman dan nyaman
dan meningkatkan kepada klien.
kenyamanan.
Sumber: SDKI, SLKI, SIKI (2017).
30
memotivasi klien.
c) Ajarkan klien teknik
relaksasi untuk c) Memberikan kenyamanan dan
mengurangi kecemasan. menurunkan kecemasan klien.
Intra Operasi
a. Resiko cedera ditandai dengan terpapar alat medis (couter/ patien plate)
Faktor resiko: terpapar agen nosokomial, terpapar patogen.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakana keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
tingkat cederda tidak terjadi, dengan kriteria:
1) Toleransi aktivitas menurun.
2) Kejadian cedera menurun
3) Luka/ lecet menurun.
Intervensi:
1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkab cedera.
2) Pasang alat pengaman (misal gunakan alat couter dan plate yang satu
paket)
3) Siapkan perawalan lengkap, aman dan siap pakai.
4) Lepas aksesoris dan protesa pada pasien (cincin, kalung, dll).
Post oprasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual dan fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia,neoplasma).
2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan).
31
3) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar,terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih).
Batasan karakteristik:
1) Klien mengeluh nyeri.
2) Tampak meringis.
3) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri).
4) Gelisah.
5) Frekuensi nadi meningkat.
6) Sulit tidur.
7) Tekanan darah meningkat.
8) Pola nafas berubah.
9) Nafsu makan berubah.
10) Proses berfikir terganggu.
Setelah dilakukan tindakana keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
skala nyeri berkurang, dengan kriteria:
1) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Kontrol nyeri
a) Klien dapat mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
b) Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
c) Menggunakan tindakan pencegahan.
d) Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri.
e) Menggunakan analgesik yang direkomendasikan.
2) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Tingkat nyeri.
a) Klien mampu mengenali lokasi, faktor pencetus nyeri, skala,
karakteristik, intensitas, frekuensi dan lamanya episode nyeri.
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c) Ekspresi wajah tampak tenang.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Nyeri Akut
a) Kaji secara komprehensif a) Mengetahui batasan karakteristik
32
tentang nyeri, lokasi,
mengenai nyeri.
karakteristik, durasi,
b) Deteksi dini perkembangan kesehatan
frekuensi, intensitas nyeri
klien, peningkatan nyeri akan
dan presipitasi.
meningkatkan tanda-tanda vital.
b) Monitor tanda-tanda vital.
c) Informasi yang tepat dapat mengurangi
c) Jelaskan pada klien
kecemasan dan menambah pengetahuan
penyebab nyeri.
klien.
d) Ajarkan teknik
d) Menghirup oksigan secara adekuat
manajemen nyeri relaksasi
membuat otot jadi rileks dan mengurangi
nafas dalam.
nyeri.
e) Ajarkan teknik distraksi
e) Distraksi (mengalihkan perhatian) dapat
pada saat nyeri.
menurunkan stimulasi internal.
f) Kolaborasi dengan tim
f) Analgetik memblok lintasan nyeri
medis untuk pemberian
sehingga nyeri akan berkurang.
analgetik.
Sumber: SDKI, SLKI, SIKI (2017).
2) Data minor
rakan terbatas.
1) Kontrol nyeri
meningkat.
33
b) Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis dari menu
2) Tingkat Nyeri
Intervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Manajemen nyeri.
a) Identifikasi skala nyeri. a) Mengetahui perubahan penilaian nye
ri yang dirasakan.
b) Jelaskan pemicu nyeri. b) Membantu pengurangan rasa nyeri bi
la sudah diketahui lebih dalam masal
ahnya.
c) Ajarkan teknik non farmakolo c) Dengan nafas dalam maka rasa nyeri
gis untuk mengurangi nyeri. dapat dialihkan.
d) Kolaborasi pemberian analgeti
k. d) Membantu dalam mengatasi rasa nye
e) Kontrol lingkungan yang mem ri secara farmakologis.
perberat rasa nyeri. e) Meningkatkan istirahat yang kualitas
Sumber: PPNI (2018).
34
3) Jatuh saat berjalan dari meningkat menjadi menurun.
4) Jatuh saat di kamar mandi dari meningkat jadi menurun,
Intervensi
Intervensi Rasional
a) Identifikasi resiko jatuh. a) Mengetahui penyebab resiko jatuh.
b) Hitung resko jatuh dengan b) Mengetahui perkembangan skala
menggunakan skala. resiko jatuh.
c) Monitor kemampuan c) Mengetahui kemampuan pasien di
berpindah dari tempat tidur seriap perkembangan mobilisasi.
ke kursi roda dan sebaliknya.
d) Anjurkan memanggil perawat d) Membantu pasien dalam
jika membutuhkan untuk beraktivitas.
berpindah
e) Anjurkan gunkan alas kaki e) Mencegah terjadinya jatuh.
yang tidak licin
f) Ajarkan cara menggunakan f) Mempermudah memanggil perawat.
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
g) Libatkan keluarga dalam g) Membantu dalam pemenuhan ADL
pemenuhan ADL pasien. pasien.
Sumber : SDKI, SLKI, SIKI (2017).
35
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Rumusan Masalah
Pasien pertama kali datang ke IGD pada tanggal 04 Agustus 2023, Pu
kul 12.35 WIB mengeluh nyeri perut bagian atas sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri perut dirasakan menjalar ke belakang disertai mual namun
tidak sampai muntah. Nyeri dirasakan apabila makan makanan bersantan dan
digoreng. Keluhan hilang timbul sejak 1 tahun terakhir. Sudah USG di Klinik
Nama : Ny. O
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
36
Tanggal Masuk : 04 Agustus 2023
No. RM : 1450005521
Nama : Ny. I
Pekerjaan : IRT
3. PRA OPERASI
a. Anamnesa
37
Alergi : tidak ada alergi obat ataupun
makanan
b. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital:
TD : 143/70 mmHg
Nadi : 95 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
TB : 152 cm
BB : 56,7 kg
38
c. Hasil laboratorium (04 Agustus 2023):
indakan operasi
39
unggung
Genetalia √
Integument √
Ekstremitas √
No Kegiatan Ya Tidak
1. Periksa gelang identitas dan risiko √
2. Surat pengantar operasi √
3. Surat persetujuan operasi √
4. Surat persetujuan anastesi √
5. Make-up, kutex dihapus √
6. Gigi palsu, soft lens & pace maker implant, pr √
otease
7. Periksa kelengkapan RM RI/RJ √
8. Hasil laboraturium √
9. Hasil rontgen, EKG √
10. Konsultasi spesialis lain √
11. Penandaan area / area operasi √
No Kegiatan Ya Tidak
1. Puasa makan/minum (jam 13.00 WIB) √
2. Protesi luar dilepas (Gigi palsu, soft lens) √
3. Mengggunakan protease dalam(pacemaker, i √
mplant, protesa panggul/bahu, Vp Shurt)
4. Cat kuku/ perhiasan dilepas √
5. Persiapan kulit dicukur/ pembersihan lokasi √
operasi
40
6. Pengosongan kandung kemih √
7. Infuse terpasang/ IV line √
8. Persediaan Darah √
9. BJJ √
10. Obat yang disertakan √
11. Obat terakhir yang diberikan √
4. INTRA OPERASI
Time Out : Ya
ping
unakan
41
Povidon Iodine 7,5%
Penghangat : Tidak
t RR
(Sr. Y) (Sr
Y)
5. PASCA OPERASI
42
Keluhan saat di RR : nyeri luka operasi dan kaki masih terasa
baal
Tanda-tanda Vital :
TD : 145/83 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,2oC
Pernafasan : Spontan
Kulit : Lembab
b. Anastesi : 21 cc
43
Cairan Keluar : Perdarahan : 50 cc Urine : 400 cc
nyeri
pasca operasi.
- Perencanaan :
Dx 1 :
44
e. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
ksi
Dx 2 :
45
PERENCANAAN Tanggal &
DIAGNOSA KEPERA
NO
WATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nama Pera
wat
Pre Operasi
1. Setelah dilakukan tinda a) Bina hubungan a) Melakukan pendekatan 04/08/23
kan keperawatan selam saling percaya dengan klien akan lebih
18:00
a 1 X 8 jam, diharapka dengan klien. terbuka dan dapat
Ansietas berhubungan
n ansietas klien dapat t menjelaskan kecemasan Sr. Y
dengan rencana tindaka
eratasi dengan hasil kri yang dirasakan klien.
n operasi. Ditandai
7. Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. O dengan ColelitiasisRasa
dengan:
teria: b) Identifikasi b) takut yang
a. Merasa khawatir penyebab rasa berlebihan akan
DS:
Pe - Klien mengatakan
dengan kondisinya takut pra operasi. meningkatkan stress. rencanaan, in
dari meningkat c) Validasi sumber c) Mengidentifikasi rasa
te cemas akan rvensi dan i
dapat menurun. rasa takut, takut yang spesifik akan
kegagalan akan
b. Bingung dari berikan informasi membantu klien untuk
m Tindakan yang akan
meningkat jadi yang akurat dan menghadapinya secara plementasi k
dilakukan
menurun. aktual. realistis.
ep - Klien mengatakan erawatan
c. Merasa gelisah dan d) Mengurangi ansietas/rasa
belum pernah
tegang dari d) Beritahukan klien takut bahwa klien
operasi
meningkat menjadi kemungkinan mungkin sadar saat
sebelumnya.
menurun. dilakukannya dilakukan prosedur.
DO:
anestesi umum
- Klien tampak
atau spinal. e) Memberikan rasa aman
cemas
e) Dampingi klien dan nyaman kepada klien
- Klien tampak
untuk
sering bertanya
mengurangi f) Memberikan kenyamanan
perihal operasi.
kecemasan dan dan menurunkan
- TTV:
meningkatkan kecemasan klien.
TD : 143/70 mmhg
kenyamanan.
Nadi: 95x/menit
f) Ajarkan klien
Rr 18x/menit
teknik relaksasi
Spo2 : 98 %
untuk
mengurangi
kecemasan.
Intra Operasi
2. Resiko cedera ditandai Setelah dilakukan tinda a) Identifikasi area a) Mengetahui apa saja yang 04/08/23
dengan terpapar alat me kan keperawatan selam lingkungan yang dapat menyebabkan
18.45
dis (couter/ patien plat a 1 X 2 jam, diharapka berpotensi resiko cedera.
e) n resiko cedera tidak menyebabkan Sr. Y
Ditandai dengan: terjadi dengan hasil krit cedera.
DO: eria: b)Pasang alat b) Mengurangi dan
- Menggunakan alat a. Toleransi aktivitas pengaman (misal mencegah terjadinya
couter saat operasi. menurun. gunakan alat cedera.
b. Kejadian cedera couter dan plate
menurun satu paket)
c. Luka/ lecet c) Siapkan 33
peralatan c) Meengefektifkan dalam
menurun. lengkap, aman pengurangi dan
dan siap pakai. pencegahan cedera
d) Lepas aksesoris d) Mencegah pengantaran
dan protesa pada listrik lewat aksesoris.
34
8. Implementasi Keperawatan
37
18.30 WIB Memindahkan pasien d Pasien tampak Cemas Sr. Y
ari Pre OP ke OK
Mengkaji apakah pasie Tidak ada
n mempunyai faktor re
siko sebelumnya
Mengobservasi selama
operasi berlangsung ap Tidak ada penekanan pada ang
akah ada penekanan pa gota tubuh lain
da anggota tubuh pasie
n.
Mengkaji ulang kondis
i dan keluhan post oper Tidak ada keluhan
asi
Berkolaborasi dengan
dokter anastesi untuk p Posisi pasien baik sesuai instru
erubahan posisi pasien ksi dokter anstesi
dan pemindahan pasien
ke RR
20.15 WIB Memindah pasien dari Pasien dipindahkan dalam kea Sr. Y
OK ke RR daan terlentang
Mengkaji skala nyeri Skala nyeri 5
Mengobservasi tanda-t TTV:
anda vital pasien TD : 135/81 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6
Mengajarkan teknik rel Pasien kooperatif
aksasi nafas dalam
Melibatkan keluarga sa
at mengajarkan tehnik r Keluarga kooperatif
38
elaksasi nafas dalam
39
nyeri Skala nyeri 3/10
TD :145/83 mmhg
Nadi :78 x/menit
Rr : 18 x/menit
Suhu : 36,2oC
Spo2 : 98 %
07.00 WIB Melakukan operan dari K/u pasien sedang dengan skal Sr. Sn d
dinas Malam dengan a nyeri 3 an Sr.
dines pagi Tampak luka operasi terbalut v Ss
erban.
Diet Lunak
IVFD : RL 20 tpm
Terpasang Kateter urine
Terapi terlampir
07.30 WIB Memperkenalkan diri s Pasien kooperatif Sr. Ss
ebagai PN Pagi
12.00 WIB Mengobservasi TTV da Skala nyeri 3 dan TTV: Sr. Ss
n mengkaji skala nyeri TD : 170/101 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5
14.00 WIB Melakukan operan dari K/u pasien sedang dengan skal Sr. Ss d
an Sr.
dinas Pagi dengan a nyeri 4
N
dinas Siang Tampak luka operasi terbalut v
erban.
Diet Lunak
IVFD : RL 20 tpm
Terpasang Kateter urine
Terapi terlampir
14.30 WIB Memperkenalkan diri s Pasien kooperatif Sr. N
40
ebagai PN Siang
15.00 WIB Menciptakan lingkunga Pasien kooperatif Sr. N
n yang nyaman
16.00 WIB Memotivasi pasien per Pasien kooperatif Sr. N
sonal hygiene
18.10 WIB Memotivasi pasien unt Pasien makan habis 1 porsi de Sr. N
uk makan selagi hangat ngan diit lunak TKTP
dan menarik
Memberikan therapi Pasien Kooperatif
Cefxone 2x1 gr
Tofedex 2x50 mg
Lansoprazole 2x40 mg
Mengobservasi TTV Skala nyeri 3/10
dan mengkaji skala TD : 181/100 mmhg
nyeri Nadi :87 x/menit
Rr : 20 x/menit
Suhu : 37,6oC
Spo2 : 99 %
20.00 WIB Menganjurkan pasien Pasien Kooperatif Sr. N
mobilisasi bertahap
Menganjurkan pasien
lakukan relaksasi nafas
dalam bila nyeri terasa
21.00 WIB Melakukan operan dari K/u pasien sedang dengan skal Sr. N da
dines Pagi dengan a nyeri 2 n Sr.
dines Malam Tampak luka operasi terbalut v Y
erban.
Mobilisasi duduk semi fowler
IVFD : RL 20 tpm
Terpasang Kateter urine
41
Terapi terlampir
21.30 WIB Memperkenalkan diri s Pasien kooperatif Sr. Y
ebagai PN Malam
23.30 WIB Menemani Visite dr. Pasien Kooperatif Sr. Y
A,Sp.B
P : - Therapy sesuai
- Diet lunak
- Besok obat injek
ganti obat oral
- BLPL minggu tu
nggu visite
24.00 WIB Menciptakana lingkung Pasien kooperatif Sr. Y
an yang nyaman dan
menganjurkan pasien
istirahat
06/08/202
3 Memberikan therapi Pasien Kooperatif Sr. Y
06.00 Cefxone 2x1 gr
Tofedex 2x50 mg
Lansoprazole 2x40 mg
Menganjurkan klien Pasien Kooperatif
untuk makan selagi
hangat
Melakukan Blader
training Pasien Kooperatif
07.00 WIB Melakukan operan dari K/u pasien sedang dengan skal Sr. Y da
n Sr. Y
dinas Malam dengan a nyeri 3
r
dines pagi Tampak luka operasi terbalut v
erban.
Diet Lunak
42
IVFD : RL 20 tpm
Terpasang Kateter urine
Terapi terlampir
07.30 WIB Memperkenalkan diri s Pasien kooperatif Sr. Yr
ebagai PN Pagi
12.00 WIB Mengobservasi TTV da Skala nyeri 2 dan TTV: Sr. Yr
n mengkaji skala nyeri TD : 157/96 mmHg
Nadi : 68 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,7
14.00 WIB Melakukan operan dari K/u pasien sedang dengan skal Sr. Yr d
dinas Pagi dengan a nyeri 2 an Sr.
dinas Siang Tampak luka operasi terbalut v N
erban.
Diet Lunak
IVFD : RL 20 tpm
Terpasang Kateter urine
(sedang di Blader training)
Terapi terlampir
14.30 WIB Memperkenalkan diri s Pasien kooperatif Sr. N
ebagai PN Siang
15.00 WIB Menciptakan lingkunga Pasien kooperatif Sr. N
n yang nyaman
15.30 WIB Menemani Visite dr. Pasien Kooperatif Sr. N
A,Sp.B
P : - BLPL
Kontrol hari Jumat 11
Agustus 2023
Obat Pulang:
- Cefixime 2x200 mg
43
PO
- Tofedex 3x1 tab PO
- Lansop 1x1 caps PO
16.00 WIB Membuka Kateter urin Pasien kooperatif Sr. N
e dan IVFD
17.00 WIB Proses Pulang
9. Evaluasi Keperawatan
44
TD 145/83 mmhg
N 78 x/menit
Rr 18 x/menit
S 36.2 C
Spo2 98 %
A: Dx 1 Cemas teratasi
Dx 2 Nyeri akut teratasi Sebagian
Dx 3 Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
Dx 4 Resiko jatuh teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
05/08/2023 Evaluasi Post Operasi : Sr. N
21.00 WIB S: pasien mengatakan nyeri pada luka op berkurang, me
ngeluh menggigil
O: Ku Sedang Kesadaran CM akral hangat nadi teraba k
uat. CRT < 2 detik. Terpasang kateter urine. Balutan luk
a tertutup dan tidak ada rembesan, skala nyeri 3/10
TD 181/100 mmhg
N 87 x/menit
Rr 20 x/menit
S 37.6 C
Spo2 99 %
A: Dx 1 Nyeri akut teratasi Sebagian
Dx 2 Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
06/08/2023 Evaluasi Post Operasi : Sr. N
19.00 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas OP Bekura
ng. Pasien mengatakan lebih nyaman dari sebelumnya.
O : KU Sedang, Kes. CM, Akral hangat, nadi kuat, VAS
2/10. Balutan luka tertutup rapih dan tidak ada rembesa
n.
TD 160/85 mmhg
45
N 80x/menit
Rr 21 x/menit
S 36.6 C
Spo2 99 %
A: Dx 1 Nyeri akut teratasi
Dx 2 Gangguan mobilitas fisik teratasi
P : Pasien boleh pulang, intervensi dihentikan
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2023 jam 18.00 WIB dan did
apat data identitas klien bernama Ny. O (65 tahun) dengan diagnosa cholelithiasis
rut bagian atas sejak 2 hari SMRS. Nyeri perut dirasakan menjalar ke belakang dis
ertai mual namun tidak sampai muntah. Nyeri dirasakan apabila makan makanan
bersantan dan digoreng. Keluhan hilang timbul sejak 1 tahun terakhir. Sudah USG
Selain itu, klien mengeluh cemas akan dilakukan operasi. Klien mengatakan
skala cemas 5 dan susah beristirahat. Klien tampak cemas dan sering mengulang-u
lang pertanyaan. Hal ini sesuai dengan terori bahwa tindakan pembedahan merupa
kan salah satu tindakan medis yang akan mendatangkan stressor terhadap integrita
n psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas. Suatu penelitian menyeb
utkan bahwa 80% dari pasien yang akan menjalani pembedahan mengalami kece
masan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. O diperoleh diagnosa keperawatan y
ang terdiri dari diagnosa pre operasi yaitu nyeri b.d proses penyakit dan anxietas b.
d prosedur pembedahan. Diagnosa intra operasi yaitu resti cidera intraoperatif b.d
47
kebutuhan posisi pembedahan dan diagnosa post operasi yaitu nyeri b.d terputusn
ya kontiniutas jaringan efek insisi pembedahan dan Gangguan Mobilitas Fisik b.d
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang dilaksanakan pada kasus Ny. O menggunaka
n panduan SOP Rumah Sakit Hermina yang terdiri dari perencanaan pre operasi, i
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 07 Agustus 2023, nye
ri klien berkurang dan cemas teratasi. Saat pembedahan sterilitas alat-alat yang di
pakai terjaga. Posisi klien aman selama menjalani tindakan pembedahan. Resiko c
idera intra operatif tidak terjadi. Klien mengatakan nyeri diperut area luka operasi,
dan skala 3-4, nyeri terasa terus menerus sekitar 5 menit. Terdapat luka post opera
si di perut dan klien tampak meringis kesakitan. Klien melakukan teknik relaksasi
nafas dalam dengan baik dan mendapat terapi analgetik sehingga nyeri teratasi seb
agian. Kien pindah ke ruang perawatan dan intervensi dilanjutkan di ruang perawa
tan,
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.
Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam
kandung empedu (Wibowo, 2010).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700
juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat
ketidak seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan
pengendapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis merupakan
masalah kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki
prevalensi yang berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan, Yunie Armiyati,
2017).
Sehingga penulis memperoleh kesimpulan dari asuhan keperawarawatan pa
da Ny. O dengan post oprasi Cholelitiasis sebagai berikut.
1. Dapat disimpulkan cholelitiasi adalah timbunan kristal di dalam kandung em
pedu atau di saluran empedu seperti bilirubin.
2. Pengkajian yang di lakukan mulai dari data umum, pola kesehatan fungsional,
pemeriksaanfisik, sampai data penunjang.
3. Masalah keperawataan yang muncul pada Ny. O adalah ansietas berhubungan
dengan kekhawatiran mengalami kegagalan dibuktikan dengan dengan klien
merasa cemas dan kwatir akan kegagalan oprasi yang akan dihadapinya, nyer
i akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dibagian abdomen kanan atas nyeri yang dirasakan hilang tim
bul, ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post oprasi. Dengan d
iagnosa keperawatan prioritas adalah Nyeri akut.
4. Rencana tindakan yang ditetapkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawat
an Indonesia. Fokus intervensi yang di berikan kepada Ny. O dengan dignosa
49
keperawatan prioritas nyeri akut dengan mengajarkan Teknik relaksasi nafas
dalam dan ditraksi.
5. Implemntasi dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang telah disu
sun pada masing- masing diagnosa keperawatan.
6. Hasil evaluasi yang di dapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan sel
ama 3 hari didapatkan tujuan tercapai dan masalah teratasi.
B. Saran
1. Bagi para pembaca diharapkan senantiasa selalu menjaga Kesehatan.
2. Bagi perawat diharapkan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan pr
osedur yang benar untuk meningkatkan keberhasilan tindakan keperawatan.
50
DAFTAR PUSTAKA
(Nurarif & Kusuma, 2016). (2013). Journal of Chemical Information and Modelin
g. https://doi.org/10.1017/CB09781107415324.004
Arianti, A., Mayna, N. P., & Hidayat, Y. (2020). Mobilisasi Dini Terhadap Pemulihan
Peristaltik Usus Dan Skala Nyeri Pasien Post Pembedahan. Journal of Holisti
c Nursing Science,
Bruno, L. (2019). Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi. Journal of Chemical Informa
tion and Modeling (Vol. 53). http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.00
4
Ferreira Junior, E. G., Apolinario Costa, P., Freire Golveia Silveira, L. M., Valois
Vieira, R., Lima Martins Soares, H. A., Menon Loureiro, B., … Coelho Ferr
eira Rocha, J. R. (2019). Localized pancreatic Castleman disease presenting
with extrahepatic dilatation of bile ducts: A case report and review of publis
hed cases. International Journal of Surgery Case Reports, 54, 28–33. http://d
oi.org/10.1016/j.ijscr.2018.11.006
Hadi, P. (2016). Modul Bahan ajar cetak: Keperawatan Medikal Bedah II. Kemen
trian Kesehatan Republik Indonesia.
Naga, S. s. (2013). BUKU PANDUAN LENGKAP Ilmu Penyakit Dalam (P. E. Nar
eswati (ed.)). DIVA Press.
52
MANADO PERIODE AGUSTUS 2015 – AGUSTUS 2016 Jurnal KEDOKT
ERAN KLINIK (JKK), Volume 3 No 2, Juli - Desember 2019.
Mengetahui
Manajer Keperawatan
Perawatan PP Bedah