Kelompok 3 Auditing Bank Syariah Rev-1
Kelompok 3 Auditing Bank Syariah Rev-1
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing Bank Syariah
Disusun oleh:
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI)
dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya dan
pelaporannya sesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip akuntansi
bertema umum. Dalam hal ini. Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran
yang utama dalam pengendalian dalam aspek syariah dan auditor memiliki peran
utama dalam menguji (examination) penyajian laporan keuangan yang fair.
B. Rumusan Masalah
iv
C. Tujuan Makalah
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Audit Dan Pengawasan Bank Syariah
يَأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإْن َج اَء ُك ْم َفاِس ٌق ِبَنَبٍة َفَتَبَّيُنوا َأْن ُتِص يُبوا َقْو ًم ا ِبَجَهاَلٍة
vi
Jika kita maknai ayat ini, menunjukkan pentingnya pemeriksaan
secara teliti atas sebuah informasi karena bisa menjadi penyebab terjadinya
musibah atau bencana.1 Dalam konteks audit syariah, pemeriksaan laporan
keuangan dan informasi keuangan lainnya juga menjadi sangat penting,
mengingat keduanya dapat menjadi sumber malapetaka ekonomi berupa
krisis dan sebagainya jika tidak dikelola secara maksimal.
vii
kepentingna publik secara umum yang dalam hal ini dilakukan oleh
BI dan DSN. Secara umum peran dan tanggung jawab BI lebih
kepada pengawasan aspek keuangan, sedangkan jaminan
pemenuhan prinsip syariah adalah tanggung jawab dan
kewenangan DSN dengan DPS sebagai perpanjangan tangannya.
Hal ini dijelaskan dalam Pasal 29 (1) (UU No. 7/1992 seba- gaimana
diubah dengan) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang berbunyi
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan. oleh Bank Indonesia. Pasal 8
UU No. 3/2004 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia dinyatakan bahwa Bank Indonesia mempunyai tiga tugas,
yaitu:
3
Hasibuan, Annam, dan Nofinawati, AUDIT BANK SYARIAH, hal. 44–45.
viii
Direksi, Komisaris, DSN, dan juga BI. Laporan hasil pengawasan syariah,
setidaknya harus memuat:
1. Dewan Komisaris
4
Hasibuan, Annam, dan Nofinawati, hal. 46–48.
ix
Peraturan perundang-undangan memberikan tanggung jawab. yang
jelas dan tegas terhadap tanggung jawab dewan komisaris. Mengingat
kedudukan dewan komisaris sebagai organ perseroan , tanggung jawab ini
bertujuan untuk menjamin agar dewan komisaris melakukan fungsi
pengawasan dengan iktikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab.
Kesalahan maupun kelalaian Dewan Komisaris yang menyebabkan
kerugian bagi perseroan harus dipertanggungjawabkan oleh dewan
komisaris.
2. Dewan direksi
x
operasional lembaga keuangan syariah yang di- tentukan oleh Basel
Committee on Banking Supervision (BCBS), Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Ins- titutions (AAOIFI), Islamic
Financial Service Board (IFSB), atau- pun atas otoritas pengawas.
xi
umum pemegang saham (RUPS) dan dalam ke- adaan tidak merangkap
jabatan sebagai konsultan di seluruh bank umum syariah dan/atau unit
usaha syariah. Hal ini perlu dilakukan karena DPS sebagai badan
independen dapat terlepas dari konflik kepentingan. Dalam pelaksanaan
tugasnya, diatur dalam Pasal 46 Peraturan Bank Indonesia (PBI)-2009.5
1. Audit internal yang dilakukan oleh auditor internal bank syariah yang
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan tidak ada salah saji
yang bersifat materiel.
2. Audit eksternal yang dilakukan oleh auditor dari pihak luar bank
syariah seperti Bank Indonesia (BI) atau akuntan publik yang tugasnya
menguji kembali keakuratannya dari hasil au- dit internal.
3. Audit syariah dilakukan oleh auditor syariah bersertifikasi sertifikat
akuntansi syariah (SAS) yang bertugas untuk memas- tikan bahwa
produk dan transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
xii
5. Pengakuan beban secara accrual basis,
6. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, peng- akuan
pendapatan dengan bagi hasil,
7. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat,
8. Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak
sesuai dengan syariah.
Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam au- dit
syariah, meskipun demikian prosedur audit yang telah ada te- tap memiliki
peran dalam audit pada perbankan syariah. Prosedur audit secara umum,
antara lain:
6
Hasibuan, Annam, dan Nofinawati, hal. 56–57.
xiii
akuntansi nasional yang relevan, serta praktik di negeri yang
mengoperasikan lembaga keuangan.
xiv
Auditor dan klien harus menyetujui ketentuan perjanjian. Istilah setuju
perlu disampaikan dalam surat penugasan audit sesuai kontrak. Isi dasar
surat perjanjian adalah dokumen surat penunjukan dan penegasan
tanggung jawab auditor untuk klien dan bentuk setiap laporan yang akan
diberikan oleh auditor.
1. Perencanaan
xv
2. Pengujian
7
A. Rusdiana dan Aji Saptaji, AUDITING SYARI’AH, 1 ed. (Jawa Barat: CV PUSTAKA SETIA,
2018), hal. 318–326.
xvi
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
xvii
d. Penekanan pada suatu hal atau masalah.
e. Laporan melibatkan auditor lainnya.
3. Wajar Dengan Pengecualian
5. Tidak Wajar
Opini tidak wajar, laporan ini diterbitkan jika laporan keuangan secara
materiel tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima.8
8
Hasibuan, Annam, dan Nofinawati, AUDIT BANK SYARIAH, hal. 61–62.
xviii
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
xix
Hasibuan, Abdul Nasser, Rahmad Annam, dan Nofinawati. AUDIT BANK
SYARIAH. 1 ed. Jakarta: KENCAMA, 2022.
Marina. “KONSEP AUDIT DAN PENGAWASAN DI BANK SYARIAH.”
Borneo: Journal Islamic Studies 3 (Januari 2023).
Rusdiana, A., dan Aji Saptaji. AUDITING SYARI’AH. 1 ed. Jawa Barat: CV
PUSTAKA SETIA, 2018.
xx