Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan 1. Melihat hubungan antara resistor dengan arus dan fms. 2.

Melihat hubungan antara capasitor dengan arus dan fms.

B. Waktu Dan Tempat Waktu Tempat : Pukul 13.20 s\d 15.20.WIB : Laboratorium Elektronika

C. Alat dan Bahan Alat 1. Multimeter Bahan 1. Resistor range (10-100) k 2. Resistor range (100-1000) k 3. Kapasitor 20 nF 4. Diode 5. Baterai 6. IC 555

BAB II TEORI DASAR

1. IC 555

Gambar 1. IC 555 IC 555 adalah pengatur yang mantap yang mampu membangkitkan tundaan waktu atau pun guncangan yang cermat. Timer 555 merupakan sebuah IC timer yang bekerja berdasarkan rangkaian RC dan komparator yang dirangkai dengan komponen digital (RSflip-flop). Dengan menambahkan beberapa resistor dan kapasitor IC ini dapat berfungsi sebagai multivibrator astabil, monostabil, bis tabil maupun picu Schmitt, untuk modulasi lebar pulsa dan penundaan waktu (time delay) pulsa.

Sifat IC 555: 1. Waktu mati (off) kurang dari det 2. Frekuensi operasi tertinggi besar dari 500 kHz 3. Pewaktu (timing) dari mikro detik hingga jam 4. Beroperasi dalam ragam astabil dan monostabil 5. Arus keluaran tinggi 6. Daur aktif (duty cycle) dapat distel 7. Serba cocok dengan TTL 8. Kemantapan suhu 0,005%peroC

Keterangan Kaki Gambar

Gambar 2. Pin Diagram IC 555

Fungsi Pin Pada Timer ( IC 555 ) 1. Ground (pin1) Pin ini merupakan titik referensi untuk seluruh sinyal dan tegangan pada rangkaian 555, baik rangkaian intenal maupun rangkaian eksternalnya. 2. Trigger (pin2) Masukan trigger biasanya dijaga pada tegangan lebih dari 1/3Vcc agar output pin3 dari IC 555 low. Jika masukan trigger menjadi low (<1/3Vcc) mengakibatkan output pin3 menjadi high. Otput pin3 akan bertahan high selama masukan triggernya low, tetapi tidak serta merta menjadi low ketika pin2 kembali high. 3. Output (pin3) Output pada 555 dapat mengalir arus baik sinking(masuk) maupun sourcing(keluar) hingga 200mA. Tidak seperti IC lain yang biasanya hanya dapat mengalirkan arus source (keluar) yang sangat kecil. Berikut menjelaskan arus sinking maupun source. a. Arus masuk (sinking current) Sebuah beban luar (Rl) dihubungkan antara output 555 dan Vcc.Maka, arus hanya akan mengalir melalui beban tersebut jika output 555 dalam keadaan low. Pada saat tersebut Rl dgroundkan melalui pin1 sehingga mengalir arus Rs1 dari pin3 ke pin1(ground). b. Arus keluar (source current)
3

RL dihubungkan antara pin3 dan ground, maka ketika output pin3 high maka Rl terhubung dengan Vcc melalui Rs2 dan pin8. 4. Reset (pin4) Pin reset ini terhubung dengan input preset dari R-S flip-flop kontrol. Jika pin 4 diberi masukan low output dari 555 akan serta merta menjadi low. Biasanya, jika tidak digunakan pin4 dihubungkan ke Vcc untuk menjaga agar tidak terjadi keadaan low. 5. Control Voltage (pin5) Biasanya diberi 2/3Vcc (hasil dari pembagi tegangan). Dengan member sumber tegangan eksternal atau dengan menghubungkan sebuah resistorke ground akan mengubah duty cycle outputnya. Jika pin5 tidak digunakan harus dihubungkan dengan decoupling kapasitor 0,01 - 0,1mikroFarad. 6. TreshHold (pin6) Pin ini terhubung pada input noninverting komparator1 untuk memonitor tegangan kapasitor pada rangkaian RC eksternal. Apabila tegangan pin6 <2/3Vcc, output komparator1 akan low, output flip-flop low(Q-), output pin3 high. Sebaliknya jika >2/3Vcc output komparator1 akan high, output Flip-flopnya high, dan pin3 low. 7. Discharge (pin7) Pin ini terhubung ke kaki kolektor transistor NPN Q1 dan kaki emiter Q1 terhubung ke groud, basis Q1 terhubung dengan Qnot R-S flip-flop. Ketika output 555 high maka Qnot low menyebabkan resistansi CE sangat besar sehingga Q1 off. Ketika Qnot high CE resistensinya sangat kecil menyebabkan CE grounded sehingga Q1 on. Dengan kata lain, pin7 grounded (arus mengalir dari pin7 lewat CE ke pin1) 8. Vcc(pin 8) Vcc (sumber tegangan dc) dihubungkan antara pin8 dengan pin1 (ground). Dasar Kerja Timer IC 555

Gambar 3. Blok diagram IC Timer 555 Pada gambar di atas angka dalam kurung menyatakan kaki kaki IC yang dibuat dalam kemasan 8 pin DIP (Dual Inline Package). Blok 1 adalah comparator dengan masukan non inverting. Bila tegangan pada masukan + lebih besar dari pada masukan -, maka keluaran komparator akan mempunyai suatu tegangan yang relative tinggi. Blok 2 menyatakan komparator juga, akan tetapi dengan masukan inverting (terbalik). Bila tegangan pada lebih tinggi dari pada tegangan + maka keluaran komparator akan mempunyai tegangan yang rendah yaitu 0 V. blok 3 menyatakan suatu flip flop SR, yaitu bila S tinggi dan R rendah (walaupun hanya sementara) maka keluaran Q menjadi tinggi dan bila masuka S rendah dan R tinggi, maka Q menjadi rendah. Blok 4 menyatakan suatu tahap penyangga atau buffer yang membuat IC ini mampu ditarik arus atau menyedot arus hingga 200 mA. Transistor Q2 adalah untuk mengosongkan kapasitor yang dipasang pada kaki 1. Transistor Q1 adalah untuk reset keluaran sambil menyalakan transistor Q2 bila kaki (4) (reset) diberi tegangan rendah (0 V). bila initerjadi maka masukan buffer menjadi tinggi (H), sehingga keluaran buffer (yaitu juga keluaran 555), menjadi rendah. Ketiga resistor R yang dihubungkan seri, membuat tegangan acuan untuk komparator 1 adalah 2/3 Vcc, dan untuk komparator 2 1/3 Vcc. Vcc untuk 555 dapa mempunyai nilai dari 4,5 V hingga 15 V. menurut literature IC 555 masih dapat
5

bekerja pada V=3V. Masukan timer 555 adalah pada kaki (2), yaitu untuk picu masukan. Isyarat picu berbentuk pulsa arah negative dan harus mencapai tegangan kurang dari 1/3V.

2. Multivibrator Astabil dengan IC 555 Multivibrator Astabil Multivibrator adalah pembangkit pulsa segi empat. Suatu multivibrator astabil biasa disebut sebagai free running multivibrator. Gambar 15 menunjukkan bentuk sinyal yang dihasilkan oleh multivibrator astabil.

Gambar 15. Bentuk Pulsa Astabil. IC yang sering digunakan untuk membentuk multivibrator astabil adalah IC 555. Salah satu aplikasi multivibrator astabil adalah sebagai Pulse Width Modulation, aplikasi ini digunakan untuk mengatur kecepatan motor DC. Gambar 16 menunjukkan rangkaian multivibrator astabil menggunakan IC 555.

Gambar 4. Multivibrator astabil menggunakan IC 555

Waktu Ton dan Toff dapat ditentukan menggunakan rumus berikut ini : Ton = 0.69 (Ra + Rb) C Toff = 0.69 Rb C

Rangkaian astabil adalah tipe osilator elektronik yang menghasilkan tegangan output yang secara terus menerus dan otomatis dapat di-switch dari kondisi tinggi kerendah kemudian dari rendah ke tinggi dan seterusnya. Multivibrator astabil merupakan suatu rangkaian yang men switch dua keadaan output yang berbeda yaitu dalam keadaan tinggi dan keadaan rendah, salah satu adalah stabil.

Prinsip kerja rangkaian: Pada saat Vcc dihubungkan dengan catu daya, kapasitor Ct belum terisi muatan dan juga keluaran Q2 pada flip flop FF ada pada kadaan tinggi, sehingga ransistor Q2 ada pada keadaan saturasi dan kaki kaki (2) dan (6) keduanya rendah. Hal ini selanjutnya membuat komparator A menjadi rendah dan komparator B menjadi tinggi, sehingga keluaran Q2 menjadi rendah dan transistor Q2 terbuka. Selanjutnya kapasitor Ct diisi muatan melalui RA dan RB dan tegangannya naik secara eksponensial dengan tetapan waktu. ( Bila tegangan pada kapasitor Ct melebihi ) Vcc maka masukan R pada flip-flop

FF mnjadi tinggi dan keluaran Q2 menjadi tinggi pula. Akibatnya transistor Q2 saturasi dan muatan kapasitor Ct dikosongkan lewat RB. bila tegangan pada kapasitor Ct sudah turun di bawah Vcc maka komparatorA akan membuat masukan R rendah dan

komparator B akan membuat masukan S tinggi, sehingga keluaran Q2 menjadi rendah, transistor Q2 terbuka (mati) dan kapasitor C mulai diisi lagi melalui . Bentuk isyarat pada kapasitor Ct dan keluaran adalah seperti gambar 5
7

Gambar 5. Bentuk gelombang yang dihasilkan dari rangkaian gambar 4.

Selang waktu ( )

Perioda ( Sehingga frekuensi ( ) )

Duty cycle

3. Multivibrator Monostabil dengan IC 555 Rangkaian monostabil adalah rangaian yang menghasilkan pulsa output dengan pajang tertentu setelah menerima suatu sinyal trigger (pemicu).

Gambar 6. Rangkaian multivibrator monostabil menggunakan IC 555

Gambar 7. Bentuk gelombang yang dihasilkan dari rangkaian gambar 6. Operasi Monostabil Monostabil Multivibrator (MMV) juga disebut one shot, menghasilkan output sebuah pulsa dengan periode tertentu ketika dipicu dengan sebuah pulsa masukan. Output dari oneshot akan seketika menuju high mengikuti pulsa pemicunya (trigger) dan akan tetap high sesuai dengan periodenya. Ketika periodenya telah habis maka outputnya akan kembali low. Outpt oneshot akan tetap low sampai ada trigger lainnya. IC 555 dapat dioperasikan sebagai MMV dengan menambahkan rangkaian eksternal yang sesuai.
9

Kedua komparator internal diberi tegangan prasikap dengan level tegangan tertentu oleh pembagi tegangan yang dirangkai seri (Ra,Rb,Rc). Input inverting komparator 1 diberi tegangan hingga 2/3Vcc, dan input noninverting komparator 2 diberi tegangan Vcc/3. Tegangan tersebutlah yang mengakibatkan beroperasinya 555, baik sebagai monostabil maupun astabil. Rangkaian timing eksternal (R1C1) dihubungkan antara Vcc dan input noninverting komparator1 melalui pin6. Pin7 juga dihubungkan dengan pin6 yang mengakibatkan terhubungnya transistor ke kapasitor C1. Ketika transistor on, resistansi kapasitor sangat rendah sehingga terhubung (short) melalui hubungan CE transistor. Ketika 555 dihubungkan dengan sumber tegangan, input inverting komparator1 akan mendapat tegangan sebesar 2/3Vcc dan input noninverting komparator2 akan mendapat tegangan sebesar Vcc/3. Hal tersebut menyebabkan R-S flip-flop dalam kondisi reset, sehingga output Qnot-nya high. Oleh karena flip-flop terhubung pada output pin3 melalui sebuah penguat pembalik (A1) maka keluaran 555 low. Pada kondisi tersebut kapasitor mengisi (charging).Qnot dalam kondisi high menyebabkan transistor Q1 jenuh yang berarti terhubung ke ground melalui kapasitor C1. Maka pada kondisi ini kapasitor melepas muatan (discharge) sehingga Vc=0. Apabila pin2 diberi masukan trigger, pada saat pulsatrigger bergerak menuju tegangan kurang dari 1/3Vcc seperti yang terlihat pada gambar, maka input noninverting komparator2 lebih positif dari input invertingnya, sehingga output komparator2 akan high. Pada saat itu, fip-flop dalam kondisi set, sehingga keluaran Qnot-nya low dan keuaran 555 high. Karena output Qnot-nya low, berarti transistor dalam kondisi off. Arus mengalir dari Vcc ke ground melalui kapasitor C1. Dengan kata lain, kapasitor kembali mengisi.(gambar). Tegangan kapasitor akan terus naik hingga mencapai 2/3Vcc, di mana pada saat Vc=2/3Vcc keluaran komparator1 menjadi high dan menyebabkan flip-flop reset dan keluaran 555 kembali low. Keluaran 555 tersebut akan tetap bertahan sampai ada masukan trigger lainnya. Semua IC timer bergantung pada kapasitor eksternal untuk menentukan interval waktu off-on pulsa outputnya. Kapasitor akan memerlukan waktu tertentu untuk pengisian atau pelepasan muatan melalui resistor. Waktu tersebut dapat dijelaskan dan
10

dihitung dari nilai resistan dan kapasitas yang diberikan. Persamaan periode pulsa untuk 555 tergantung pada waktu yang diperlukan oleh kapasitor pada saat mengisi hingga mencapai tegangan 2/3Vcc yang diberikan oleh konstanta waktu RC. Dengan demikian, jika tegangan kapasitor besarnya e = E(1 2/3 = 1 -1/3 = 1/3 =
(-t/RC) (-t/RC)

), dapat dihitung waktu yang akan

mengaktifkan ambang komparatornya sebagai berikut :


(-t/RC)

(-t/RC)

ln(1/3) = -t/RC -1.0986123 = -t/RC t = 1.0986123RC t = 1.1RC 4. Rangkaian IC 555 Pada Frekuensi Meter

Gambar 8. Rangkaian Frekuensi Meter menggunakan IC 555 APLIKASI IC 555 1. Pewaktu ( timing ) dengan cermat 2. Pembangkit denyut 3. Pewaktu sekuensi 4. Pembangkit tundaan waktu 5. Pemodulasi lebar denyut 6. Pemodulasi posisi denyut 7. Detektor denyut hilang
11

BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Kerja 1. Mempersiapkan semua komponen dan alat yang akan digunakan. 2. Membuat rangkaian sesuai dengan gambar rangkaian yang telah diberikan. 3. Menguji kebenaran rangkaian yang telah dibuat. 4. Mengambil data untuk table 1 berupa Fms dan Idm menggunakan multimeter dengan menvariasikan nilai hambatan (Ra). 5. Memasukkan data yang didapat ke table 1. 6. Mengambil data untuk table 2 berupa Fms dan Idm menggunakan multimeter dengan menvariasikan nilai kapasitor (C). 7. Memasukkan data yang didapat ke table 2. 8. Menghitung nilai Fc dengan rumus: T = 0,693 (RA + RB) C

( B. Tabel Pengamatan

Tabel 1. Frekuensi Meter Analog Berbasis IC timer 555 dengan Variasi R A Range (100-1000) K No. RA (K) fc fms (Hz) Ims (mA)

12

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

150 200 270 330 390 560 680 820 1000

813 604 474,5 404,3 344 235,2 198,9 168,8 140

0,83 0,61 0,48 0,41 0,35 0,24 0,20 0,17 0,14

Tabel 2. Frekuensi Meter Analog Berbasis IC timer 555 dengan Variasi RA range (10-100) K R(K) 20 30 39 51 56 68 83 100

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

fc

fms (kHz) 2,899 2,412 2,116 1,812 1,700 1,290 1,275 1,141

Ims (mA) 2,93 2,43 2,13 1,83 1,72 1,28 1,29 1,24

Tabel 3. Ketepatan dan Ketelitian Frekuensi Meter Analog Berbasis IC timer 555 dengan
13

Variasi RA (100-1000) K Pengukuran fms (Hz) ke: No. RA 1 1. 2. 3. 200 560 680 604 235,2 198,9 2 604 235,2 198,9 3 604 235,2 198,9 4 604 235,2 198,9 5 604 235,2 198,9 6 604 235,2 198,9 7 604 235,2 198,9 8 604 235,2 198,8 9 603 235,2 198,9 10 604 235,2 198,9

Tabel 4. Ketepatan dan Ketelitian Frekuensi Meter Analog Berbasis IC timer 555 dengan Variasi RA range (10-100) K

Pengukuran fms (Hz) ke: No. RA 1 1. 2. 3. 20 56 100 2899 1290 1141 2 2899 1290 1141 3 2899 1290 1141 4 2899 1290 1142 5 2899 1289 1141 6 2899 1290 1142 7 2899 1289 1141 8 2899 1290 1141 9 2899 1290 1141 10 2898 1290 1141

14

C. Analisa Data Menghitung nilai Fc dengan rumus: T = 0,693 (RA + RB) C

( Untuk variasi RA range (100-1000)K: Diketahui RB = 15K C = 20nF 1. RA = 150K

=(
2. RA = 200K

= 800 Hz

=(
3. RA = 270K

= 626 Hz

=(
4. RA = 330K

= 480 Hz

=(
5. RA = 390K

= 400 Hz

=(
6. RA = 560K

= 343 Hz

=(
7. RA = 680

= 244 Hz

15

=(
8. RA = 820

= 244 Hz

=(
9. RA = 1000

= 169 Hz

=(

= 139,8 Hz

Tabel 2 Untuk variasi Ra range(10-100)K: Diketahui RB = 15K C = 10nF 1. RA = 20 K

=(
2. RA = 30 K

= 2880 Hz

=(
3. RA = 39

= 2400 Hz

=(
4. RA = 51

= 2086 Hz

=(
5. RA = 53

= 1777 Hz

=(
6. RA = 56

= 1734 Hz

16

=(
7. RA = 68

= 1674 Hz

=(
8. RA = 83

= 1469 Hz

=(
9. RA = 100

= 1274,3 Hz

=(
Hasil plot data:

= 1107,6 Hz

a. Plot Grafik Hubungan antara RA dan fms untuk table 1

Grafik hubungan Ra dengan Fms


1000 800 600 fms (Hz) 400 200 0 0 200 400 600 Ra (k) 800 1000 1200

Dari grafik dapat diketahui bahwa hubungan antara variasi Ra dengan frekuensi yang diukur berbanding terbalik. Semakin kecil resistansi maka frekuensi akan semakin besar dan semakin besar resistansi maka frekuensi akan semakin kecil.

17

b. Plot Grafik Hubungan antara Ra dan I

Grafik hubungan Ra dengan I (mA)


1 0.8 Ims 0.6 0.4 0.2 0 0 200 400 600 Ra 800 1000 1200 y

Dari grafik dapat diketahui bahwa hubungan antara variasi R A dengan arus yang diukur berbanding terbalik. Semakin kecil resistansi maka arus yang terukur akan semakin besar dan semakin besar resistansi maka arus yang terukur akan semakin kecil. c. Plot Grafik hubungan antara Ra dengan fms untuk tabel 2

Grafik hubungan antara Ra dengan Ims


4 Ims (mA) 2 0 0 20 40 60 Ra (k) 80 100 120 y

Dari grafik dapat diketahui bahwa hubungan antara variasi Ra dengan frekuensi yang diukur berbanding terbalik. Semakin kecil resistansi maka frekuensi akan semakin besar dan semakin besar resistansi maka frekuensi akan semakin kecil.

18

d. Grafik hubungan antara Ra dengan Ims

Grafik hubungan antara Ra dengan Ims


4 3 Ims (mA) 2 1 0 0 50 Ra (k) 100 150 y

Dari grafik dapat diketahui bahwa hubungan antara variasi R A dengan arus yang diukur berbanding terbalik. Semakin kecil resistansi maka arus yang terukur akan semakin besar dan semakin besar resistansi maka arus yang terukur akan semakin kecil. D. Pembahasan Berdasarkan grafik diatas maka dapat diimpulkan: 1. Hubungan antara Ra dengan Fms dimana semakin besar Ra maka semakin besar pula nilai Fms. Jadi Ra sebanding dengan Fms. 2. Hubungan antara Ra dengan Idm dimana semakin besar Ra maka semakin kecil Idm. Jadi Ra berbanding terbalik dengan Idm.

19

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Dari hasil plot data dapat disimpulkan hubungan antara variasi R A dengan fukur dan Ims berbanding terbalik. Dimana semakin besar nilai R A maka semakin semakin kecil nilai fukur dan I dan sebaliknya 2. Semakin besar Ra maka semakin besar pula nilai Fms. 3. Semakin besar Ra maka semakin kecil Idm. B. Saran Penulis selalu terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun dan niat tulus demi kemajua ilmu pengetahuan. Karena kita akan mendapatkan kesuksesan yang gemilang apabila melangkah bersama seiring sejalan. Dengan hanya mengharap ridho Allah semata.

20

DAFTAR PUSTAKA Tim Eksperimen Fisika Lanjut. 2010. Frekuensimeter. UNP: Padang Wasito.1992.Data Sheet Book 1. Gramedia: Jakarta Sutrisno.1992. Elektronika Lanjutan Teori dan Penerapan. Gramedia: Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai