Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat


serta hidayah- Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Keperawatan Maternitas” dengan judul Infertilitas. Kemudian
shalawat serta salam kita sampaikan kepada kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan hidup yakni Al-Qur’an
dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini dibuat untuk memperdalam ilmu mengenai
infertilisasi dalam keperawatan maternitas, kita selaku perawat
berperan penting dalam hal ini. Sehingga kedepannya masyarakat
awam dapat memahami dan mengerti akan penting nya menjaga
kesehatan.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, koreksi, arahan, dan saran, untuk itu
kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Handayani, SST.,
M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Maternitas yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih.

Surakarta, 24 Februari 2024

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infertilitas adalah masalah yang kompleks dan dapat memengaruhi
baik wanita maupun pria. Penyebab Infertilitas pada kedua jenis kelamin
meliputi berbagai faktor internal dan eksternal, seperti gangguan ovulasi,
kelainan tuba, kelainan uterus, ketidakseimbangan hormonal, dan faktor
gaya hidup. Infertilitas dapat diklasifikasikan menjadi primer
(ketidakmampuan untuk hamil setelah satu tahun melakukan hubungan
seksual tanpa pelindung) dan sekunder (kesulitan hamil setelah
sebelumnya berhasil hamil). Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
Infertilitas melibatkan berbagai tes dan prosedur untuk menilai kondisi
reproduksi serta mengidentifikasi faktor penyebabnya, baik pada wanita
maupun pria. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang latar
belakang Infertilitas pada kedua jenis kelamin sangat penting untuk
menangani masalah ini secara efektif.

B. MANFAAT
Pemahaman mendalam tentang infertilitas pada wanita dan pria
dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesadaran akan faktor
penyebab, mendorong upaya pencegahan, memperbaiki diagnosis dan
penatalaksanaan, serta memberikan informasi yang berguna bagi pasangan
yang mengalami kesulitan hamil.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi dari Infertilitas?
2. Apa Etiologi dari Infertilitas?
3. Apa saja Klasifikasi dari Infertilitas?
4. Bagaimana Patofisiologi terjadinya Infertilitas?
5. Apa saja Manifestasi Klinis dari Infertilitas?
6. Apa saja Faktor Risiko dari Infertilitas?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Infertilitas?
8. Bagaimana Penatalaksanaan terjadinya Infertilitas?

D. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang Definisi Infertilitas
2. Untuk mengetahui tentang Etiologi Infertilitas
3. Untuk mengetahui tentang Klashifikasi Infertilitas
4. Untuk mengetahui tentang Patofisiologi Infertilitas
5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Infertilitas
6. Untuk mengetahui tentang Faktor Risiko Infertilitas
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Infertilitas
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Infertilitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI INFERTILITAS
World Health Organization (WHO) mendefinisikan infertilitas
sebagai ketidak mampuan pasangan untuk hamil setelah satu tahun (wanita
berusia di bawah 35 tahun) atau 6 bulan (wanita usia di atas 35 tahun)
dengan frekuensi hubungan seksual yang reguler (3 sampai 4 kali
seminggu) tanpa menggunakan alat kontrasepsi apapun. Infertilitas juga
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan kehamilan
sampai proses persalinan. Berdasarkan data dari population-based
diketahui 10-15% pasangan di dunia mengalami kasus infertilitas. Kondisi
yang menyebabkan infertilitas dari faktor istri sebesar 65%, faktor suami
20%,kondisi lain lain yang tidak diketahui 15%.

B. ETIOLOGI INFERTILITAS
1. Pada Wanita
Infertilitas Wanita menjadi faktor pemicu infertilitas pada pasangan
sebesar 40%. Riset yang dilakukan WHO menunjukan pemicu
infertilitas pada Wanita antara lain disebabkan oleh faktor tuba,
ovulatory disorders, endometriosis dan tidak diketahui.
a. Gangguan ovulasi
30 hingga 40% infertilitas diakibatkan oleh masalah pada
ovulasi. Periode ovulasi wajar pada wanita dalam rentang 25-
35 hari, dengan periode paling sering yang dialami dalam
rentang 27-31 hari. Indikasi utama untuk mendiagnosis faktor
ovulasi sebagai pemicu infertilitas meliputi anovulasi serta
oligo-ovulasi.
Anovulasi ialah tidak terjadinya ovulasi pada perempuan,
sebaliknya oligoovulasi ialah ketidakteraturan ovulasi.
Permasalahan anovulasi 90% diakibatkan oleh Polycystic
Ovaries Syndrome (PCOS). PCOS identik dengan tingginya
produksi hormon androgen, tingginya kandungan Luteinizing
Hormone (LH), dan rendahnya kadar Follicle Stimulating
Hormone (FSH) yang menimbulkan hambatan dalam
pematangan folikel. Manifestasi klinis pada PCOS bisa
berbentuk siklus haid tidak normal (amenorea atau
oligomenorea), hirsutisme, kegemukan serta munculnya
jerawat.
b. Aspek tuba, paratuba dan peritoneal
Faktor tuba meliputi kerusakan ataupun obstruksi pada tuba
fallopi serta umumnya terkait dengan riwayat Pelvic
Inflamatory Disease (PID), pembedahan tuba serta
pembedahan pelvis. Aspek peritoneal meliputi adhesi perituba
serta periovarium, yang umumnya ialah akibat dari PID,
pembedahan, maupun endometriosis. Pelvic inflamatory
disease akibat infeksi menular seksual yang ditransmisikan
oleh gonococcus dan chlamydia adalah penyebab utama
infertilitas karena faktor tuba. Infeksi berulang akan
menyebabkan perubahan pada mukosa tuba fallopi, adhesi
intratubular, dan obstruksi pada bagian distal tuba fallopi.
Riwayat pelvic inflamatory desease berkaitan dengan
peningkatan risiko infertilitas.
c. Gangguan pada uterus
Gangguan pada uterus seperti abnormalitas bentuk uterus
serta septum intrauterin bisa mempengaruhi infertilitas.
Abnormalitas pada uterus yang memengaruhi infertilitas
meliputi polip endometrium, fibroid submukosa, anomali
duktus mulleri, dan defek pada fase luteal. Diagnosis dan
pengobatan terhadap abnormalitas pada uterus bisa
meningkatkan keberhasilan pengobatan pada penderita infertil.
d. Hormonal
Ketidakseimbangan hormonal bisa mempengaruhi
infertilitas. Hal ini terjadi ketika proses yang tidak sempurna
pada sekresi gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) oleh
hipotalamus menginduksi kelenjar hipofisis yang bisa
mengendalikan kelenjar lainnya di tubuh, hal ini yang memicu
terjadinya ketidakseimbangan hormon. Kelainan hormonal bisa
mempengaruhi ovulasi, seperti pada hipotiroidisme,
hipertiroidisme, PCOS, dan hiperprolaktinemia. Perubahan
hormonal pada aksis hipothalamus-hipofisis- adrenal dapat
dipengaruhi oleh stress. Sebuah riset pada wanita infertil akibat
endometriosis melaporkan bahwa terjadi peningkatan kadar
prolactin pada Wanita infertil. Hiperprolaktinemia
menyebabkan infertilitas dengan metode menghambat GnRH.
Hambatan pada sekresi GnRH berikutnya akan menghambat
hormon yang berfungsi dalam aktivitas reproduksi Wanita,
seperti LH dan FSH.
e. Perubahan massa tubuh
Perubahan massa tubuh diketahui mempunyai pengaruh
terhadap kejadian infertilitas. Banyaknya lemak tubuh
menyebabkan meningkatnya produksi estrogen yang
diinterpretasikan oleh tubuh sebagai kontrasepsi, sehingga
menurunkan peluang untuk sebuah kehamilan. Sebuah riset
menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) >= 29, 5
berhubungan dengan kenaikan risiko infertilitas.
f. Usia
Seiring bertambahnya usia, laju konsepsi menurun sebagai
akibat dari menurunnya kualitas dan jumlah ovum. Hal ini
mengakibatkan kesempatan hamil menurun 3%-5% per tahun
setelah usia 30 tahun dan akan lebih besar penurunannya
setelah usia 40 tahun.
2. Pada Pria
Infertil pada laki-laki mengarah pada ketidakmampuan
pendampingnya pria dengan dalam yang fertil menghasilkan
kehamilan. Infertilitas pada laki-laki adalah pemicu 40%-50%
kasus infertilitas pada pasangan infertil. Pemicu infertilitas pada
pria bisa diidentifikasi dari proses gametogenesis sampai ejakulasi,
abnormalitas genetik, peradangan, defek struktural,
ketidakseimbangan hormonal, serta lingkungan.
a. Penyebab pre-testikuler
Pemicu pre-testikuler meliputi keadaan yang tidak
menunjang bagi testis, keadaan hormon serta kesehatan yang
kurang baik. Pengaruh obat-obatan pula bisa mempengaruhi
keadaan hormonal pada laki-laki. Selain obat- obatan, gaya
hidup seperti konsumsi alkohol, ganja, serta merokok dapat
menyebabkan masalah fertilitas pria. Suatu riset menyebutkan
bahwa rokok mempengaruhi penyusutan enzim superoxide
dismutase pada semen, yang berperan pada jalur stress
oksidatif. Superoxide dismutase berkorelasi dengan jumlah
serta durasi merokok, penurunan volume, jumlah, motilitas
sperma pada perokok.
b. Penyebab testikuler
Pemicu testikuler merupakan faktor- faktor yang
mempengaruhi mutu serta kuantitas semen yang diproduksi
testis. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu serta kuantitas
semen tersebut antara lain umur, defek pada kromosom Y
(Sindrom Klinifelter), neoplasma, peradangan mumps virus,
serta pemicu idiopatik.
c. Penyebab post-testikuler
Pemicu post-testikuler mempengaruhi sistem genitalia laki-
laki setelah produksi sperma. Aspek tersebut terdiri dari
masalah ejakulasi, seperti ejakulasi retrograde, anejakulasi serta
obstruksi Vas deferens. Tidak hanya itu, peradangan pada organ
genitalia laki-laki seperti prostitis, juga bisa menjadi aspek
pemicu post-testikuler.

C. KLASIFIKASI INFERTILITAS
Secara garis besar infertilitas dapat di bagi dua yaitu:
1. Infertilitas Primer
Infertilitas primer merupakan keadaan dimana istri belum hamil
setelah satu tahun atau lebih melakukan hubungan seksual secara
teratur dan adekuat tanpa kontrasepsi.
2. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder merupakan keadaan dimana istri sebelumnya
sudah hamil tetapi keguguran atau istri sebelumnya sudah hamil tetapi
tidak hamil lagi setelah satu tahun atau lebih melakukan hubungan
seksual secara teratur dan adekuat tanpa kontrasepsi.

D. PATOFISIOLOGI
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita
diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang
mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga
terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan
perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium,
mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang
mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ
genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan
melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma
sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan
inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan implantasi zigot yang berujung pada Infertilitas.
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan
disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan
status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya
pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi
abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Wanita
a. Hipomenore dan amenore.
1) Hipermenorea adalah kondisi medis di mana seorang
wanita mengalami menstruasi dengan volume darah yang
lebih banyak dari biasanya, dan berlangsung lebih lama dari
normal.
2) Amenore adalah suatu kondisi ketika wanita tidak
mengalami menstruasi atau datang bulan. Kondisi ini
terjadi jika seorang wanita tidak mengalami menstruasi
selama 3 siklus berturut-turut atau lebih, atau jika hingga
berusia 15 tahun belum pernah mengalami menstruasi.
Amenore terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Amenore primer, yaitu ketika seorang perempuan
telah mengalami perubahan lain pada masa
pubertas, tetapi belum mengalami menstruasi dan
berusia 15 tahun.
b) Amenore sekunder, yaitu kondisi tidak haid selama
lebih dari tiga siklus atau 6 bulan.
b. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak
adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus
hipofisis atau aberasi genetic.
c. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki
payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal.
d. Wanita infertil dapat memiliki uterus.
e. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang
akibat infeksi, adhesi, atau tumor.
2. Pria
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
Riwayat infeksi genitorurinaria. tertentu
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid.
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma.
e. Disfungsi ereksi berat.
f. Ejakulasi retrograt.
g. Hypo/epispadias.
h. Mikropenis.
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha.
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan
motilitas sperma).
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis).
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis).
m. Abnormalitas cairan semen

F. FAKTOR RISIKO INFERTILITAS


1. Wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore.
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak
adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus
hipofisis atau aberasi genetic.
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki
payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal.
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus.
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang
akibat infeksi, adhesi, atau tumor.
g. Tractus reproduksi internal yang abnormal.
2. Pria
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
Riwayat infeksi genitorurinaria. tertentu
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid.
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma.
e. Disfungsi ereksi berat.
f. Ejakulasi retrograt.
g. Hypo/epispadias.
h. Mikropenis.
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha.
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan
motilitas sperma).
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis).
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis).
m. Abnormalitas cairan semen

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pada Perempuan
a. Deteksi Ovulasi
b. Analisa Hormone
c. Siitologi Vagina
d. Uji Pasca Senggama
e. Biopsy Endometrium Terjadwal
f. Histerosalpinografi
g. Laparoskopi
h. Pemeriksaan Pelvis Ultrasound
2. Pada Pria
a. Analisa Semen
b. Pemeriksaan Endokrin
c. USG
d. Biopsi Testis
e. Uji Penetrasi
f. Uji Hemizona

H. PENATALAKSANAAN
1. Pada Perempuan
a. Pemeriksaan ovulasi
1) Pada pengecekan ovulasi, frekuensi serta keteraturan
menstuasi wajib ditanyakan kepada klien. Perempuan yang
mempunyai siklus serta frekuensi haid tertib tiap bulannya,
kemungkinan mengalami ovulasi.
2) Perempuan yang mempunyai siklus haid teratur dan telah
mengalami infertilitas sepanjang 1 tahun, disarankan agar
mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur
kandungan progesteron serum fase luteal madya (hari ke
21- 28).
3) Pemeriksaan kandungan progesteron serum perlu dicoba
pada wanita yang mempunyai siklus haid panjang
(oligomenorea). Pengecekan dilakukan pada akhir siklus
(hari ke 28-35) serta bisa diulang tiap pekan sampai siklus
haid selanjutnya terjadi. Pengukuran temperatur basal tubuh
tidak direkomendasikan mengkonfirmasi masa subur. untuk
4) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur dianjurkan
untuk melaksanakan pengecekan darah untuk mengukur
kandungan hormon gonadotropin (FSH dan LH).
Pemeriksaan hormon prolactin dapat dilakukan untuk
melihat apakah ada gangguan ovulasi, galaktorea ataupun
tumor hipofisis.
5) Evaluasi cadangan ovarium menggunakan inhibin B tidak
direkomendasikan.
6) Pengecekan fungsi tiroid pada penderita dengan infertilitas
hanya dilakukan jika pasien memiliki gejala.
7) Biopsi endometrium guna mengevaluasi fase luteal sebagai
bagian dari pengecekan infertilitas tidak direkomendasikan
karena tidak terdapat evidence based bahwa tindakan ini
akan meningkatkan kehamilan.
b. Pemeriksaan clamidia trachomatis
1) Sebelum dilakukan pemeriksaan uterus, pemeriksaan untuk
Chlamydia trachomatis sebaiknya dilakukan dengan teknik
yang sensitif.
2) Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan
pasangan seksualnya sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan
pengobatan.
3) Antibiotika profilaksis sebaiknya dipertimbangkan
sebelum melakukan periksa dalam jika pemeriksaan awal
Chlamydia trachomatis belum dilakukan.
c. Pemeriksaan kelainan uterus
Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak
terdapat indikasi, karena efektifitas pembedahan sebagai terapi
kelainan uterus untuk meningkatkan angka kehamilan belum
dapat ditegakkan.
d. Pemeriksaan lendir serviks pasca senggama
1) Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan
infertilitas dibawah 3 tahun.
2) Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki
masalah fertilitas tidak dianjurkan karena tidak dapat
meramalkan terjadinya kehamilan.
e. Penilaian kelainan tuba
1) Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang
panggul (PID), kehamilan ektopik atau endometriosis,
melakukan disarankan untuk histerosalpingografi (HSG)
untuk melihat adanya oklusi tuba. Pemeriksaan ini tidak
invasif dan lebih efisien dibandingkan laparaskopi.
2) Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan
sonohisterosalpingografi dapat dipertimbangkan karena
merupakan alternatif yang efektif
3) Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi
tuba, dianjurkan untuk dilakukan pada perempuan yang
diketahui memiliki riwayat penyakit radang panggul.

2. Pada pria
a. Anamnesis
Anamnesis ditujukan untuk mengenali aspek risiko dan
kebiasaan hidup pasien yang secara bermakna
mempengaruhi fertilitas pada laki-laki. Anamnesis meliputi:
1) Riwayat medis dan riwayat pembedahan sebelumnya
2) Riwayat pemakaian obat-obatan (dengan atau tanpa
resep) serta alergi
3) Style dan riwayat gangguan sistemik
4) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi; dan
5) Riwayat infeksi sebelumnya, misalnya penyakit menular
seksual dan peradangan saluran nafas
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada laki-laki penting untuk
mengidentifikasi adanya penyakit tertentu yang
berhubungan dengan infertilitas. Penampilan umum harus
diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada
tubuh atau ginekomastia yang menunjukkan adanya
defisiensi androgen. Tinggi badan, berat badan, IMT, dan
tekanan darah harus diketahui.
Palpasi skrotum saat pasien berdiri dibutuhkan untuk
menentukan dimensi dan konsistensi testis. Apabila
skrotum tidak terpalpasi pada salah satu sisi, pengecekan
inguinal harus dilakukan. Orkidometer bisa digunakan
untuk mengukur volume testis. Dimensi rata- rata testis
orang dewasa yang dianggap normal adalah 20 ml.
Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal, lunak,
serta keras. Konsistensi normal adalah konsistensi yang
kenyal. Testis yang lunak serta kecil mengindikasikan
masalah pada spermatogenesis.
Palpasi epididimis dibutuhkan untuk melihat adanya
distensi ataupun indurasi. Varikokel kerap ditemui pada sisi
sebelah kiri serta berhubungan dengan atrofi testis kiri.
Terdapatnya perbandingan dimensi testis serta sensasi
semacam meraba "sekantung ulat" pada tes valsava
merupakan isyarat adanya varikokel. Pemeriksaan
kemungkinan kelainan pada penis dan prostat juga harus
dilakukan. Kelainan pada penis seperti mikropenis atau
hipospadia dapat mengganggu proses transportasi sperma
mencapai bagian proksimal vagina. Pemeriksaan colok
dubur dapat mengidentifikasi pembesaran prostat serta
vesikula seminalis.
c. Analisis sperma
1) Penapisan antibodi antisperma tidak disarankan sebab
tidak terdapat fakta penyembuhan yang dapat
meningkatkan fertilitas.
2) Bila analisis sperma dikatakan abnormal, pengecekan
ulang untuk konfirmasi hendaknya dilakukan.
3) Analisis ulang sperma untuk mengkonfirmasi
pengecekan sperma yang abnormal, dapat dilakukan 3
bulan pasca pengecekan sebelumnya sehingga proses
siklus pembentukan spermatozoa bisa terjadi secara
sempurna. Tetapi jika ditemui azoospermia ataupun
oligozoospermia berat pemeriksaan untuk konfirmasi
harus dilakukan secepatnya.
d. Pengecekan fungsi endokrinologi
Pemeriksaan fungsi endokrinologi dilakukan pada
pasien dengan konsentrasi sperma < 10 juta/ml. Bila secara
klinik ditemukan bahwa pasien menderita kelainan
endokrinologi. Pada kelainan ini sebaiknya dilakukan
pemeriksaan hormon testosteron dan FSH serum.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Infertilitas merupakan kondisi kompleks yang dapat
memengaruhi baik wanita maupun pria. Penyebab, patofisiologi,
manifestasi klinis, faktor risiko, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan Infertilitas berbeda antara kedua jenis kelamin.
Pemahaman mendalam tentang aspek-aspek tersebut penting untuk
penanganan efektif dan tepat terhadap masalah infertilitas.

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai