Anda di halaman 1dari 8

Perbandingan Hukum Pidana

Prof. Dr. Marcus Priyo Gunarto, S.H., M.Hum


Senin, 19 Februari 2024
Untuk mempelajari perbandingan hukum pidana, terlebih dahulu harus tahu apa yang
akan diperbandingkan. (Sistem Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia)
Ex. Bagaimana system mengontrol perilaku APH (Aparat Penegak Hukum) dalam system
peradilan pidana?
APH memiliki kewenangan yang sangat besar, cenderung abuse of power, salah satu
system Lembaga (yang berlaku dalam system peradilan pidana di Indonesia) yang
mengontrol perilaku APH adalah Pra-Peradilan, Hakim komisaris dalam Reglement
Rechtsvordering “RV” (Hukum Acara Peradilan Pidana yang berlaku bagi bangsa eropa dan
timur asing yang berada di Indonesia).
Selain didalam system peradilan pidana, Upaya mengontrol perilaku APH dilakukan
dengan pengawasan internal (Irwasum “Inspektur Pengawasan Umum Polri”, Wassidik
“Pengawasan-Penyidikan”) dan eksternal (Komisi Yudisial, Kompolnas “Komisi Kepolisian
Nasional”).
HIR/RIB (Herziene Indonesich Reglement)/(Reglemen Indonesia yang Diperbaharui)
ketentuan hukum acara pidana maupun perdata yang berlaku bagi bumi Putera untuk wilayah
Jawa dan Madura sebelum adanya KUHAP
RBg (Rechtreglement voor de Buitengewesten)
ketentuan hukum acara pidana maupun perdata yang berlaku bagi bumi Putera untuk wilayah
di luar Jawa dan Madura
System hukum yang di dunia dimulai dari Legal Family (civil law system, common
law system). Kemudian civil law system mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh
revolusi sosial. Karena negara lebih mengutamakan pada tujuan ekonomi yang sudah
ditetapkan dibandingkan dengan hukum (kesejahteraan ekonomi lebih utama dibandingkan
dengan kepastian hukum) -prinsip dasar masyarakat sosialis-, maka dari itu mulailah kita
mengenal Sosialis Law Legal Family (Pandangan masyarakat sosialis).
Kemudian Legal Family kembali berkembang dikarenakan adanya invasi dari satu
negara ke negara lain.
Ex. Amerika menggunakan Common Law System karena dijajah oleh Inggris, namun
Ketika Prancis masuk, terdapat negara bagian Amerika yang menggunakan system hukum
Prancis. Terjadi perpaduan antara Common Law System dengan Civil Law System, kemudian
muncul lah teori Legal Family Hybrida (Campuran).
Jepang menggunakan system hukum modern, namun Ketika terjadi konflik dalam
masyarakat mereka lebih mengutamakan System Harmoni (keseimbangan sosial berdasarkan
nilai-nilai yang diwariskan oleh para leluhur), sehingga hukum modern merupakan jalan
terkhir ketika sudah tidak ada jalan lain saat terjadi konflik sosial.

Dengan mempelajari system hukum lain maka akan dapat memahami kearifan bangsa lain.
Dengan begitu kita dapat mencari system hukum yang baik, yang dapat memberikan rasa
keadilan masyrakat, dan ngandung sustainability, sehingga dapat menjadi hukum yang ditaati
oleh masyarakat. Jika cocok dan sesuai dengan system nilai yang berlaku bagi bangsa
Indonesia, maka akan dapat di transplantasikan kedalam system hukum nasional. (dengan
belajar system hukum negara lain, merupakan bagian dari Pembangunan dan pembentukan
system hukum nasional).

Hukum merupakan bagian dari budaya masyarakat, mencerminkan karakter dari suatu
bangsa.

Legal Principles
Asas Legalitas: perbuatan tidak dapat dipidana jika tidak ada peraturan perundang-undangan
yang mengaturnya secara tegas dan jelas.
 Nullum delictum sine lege: idak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana, kecuali jika diatur dalam undang-undang.
 Nullum crimen sine poena lege praevia: Tidak ada pidana yang dapat dijatuhkan
kecuali berdasarkan undang-undang yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
 Stricta interpretatio: Undang-undang pidana harus ditafsirkan secara sempit dan tidak
boleh diperluas secara analogis.
Asas mens rea: seseorang tidak dapat dipidana jika tidak memiliki maksud atau niat jahat.
geen straf zonder schuld atau Nulla poena sine culpa- Seseorang tidak dapat dipidana kalau
tidak terbukti berbuat salah. Terdapat alasan pemaaf dan alasan pembenar yang dapat
menghapus pidana dalam suatu tindak pidana yang dilakukan seseorang.
 Persoalan pertanggung jawaban
 Strict Liability
 Vicarious Liability
 Corporate Liability
Kejahatan korporasi zaman sekarang arahnya sudah pada criminal corporation,
(mendirikan korporasi hanya sekedar sebagai kedok kejahatan) orang diluar struktur
korporasi memiliki andil dalam menjalankan dan mengendalikan korporasi.
Penyertaan
 Klasifikasi pelaku penyertaan yang dimaksud dalam Pasal 55 KUHP sebagai berikut;
 Dader, Plegen (Pelaku)
 Doenplegen, Medelijke Dader (Menyuruh Melakukan)
 Medeplengen, Mede Dader (Turut serta melakukan)
 Uitlokker (Penganjur)
Inchoate Offence (Tindak Pidana yang Tidak Sempurna)
 Incitement (Penganjuran)
 Conspiracy (Permufakatan Jahat)
 Attempt (Percobaan)

Alasan Penghapus Pidana


Adalah alasan-alasan yang dapt menghapuskan sifat melawan hukum suatu perbuatan pidana,
sehingga pelakunya tidak dapat dipidana. (KUHP Pasal 44-51).
Strafuitsluitingsgrond (dasar yang meniadakan hukuman)
Alasan Pemaaf : Menghapuskan kesalahan seorang pelaku tindak pidana, tetapi
perbuatannya tetap dianggap melawan hukum. meskipun pelaku tindak dipidana,
perbuatannya tetap dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Alasan Pembenar : Menghapuskan sifat melawan hukum suatu perbuatan pidana.
Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Alasan Penghapus Pidana yang bersifat Umum;
 Mistake (Kesesatan)
 Compulsion (Paksaan)
Overmacht : (Pasal 48 KUHP) keadaan memaksa yang ditimbulkan oleh adanya
pemaksaan yang dilakukan oleh seorang manusia
Noodtoestand : keadaan memaksa yang ditimbulkan bukan karena adanya sesuatu
perbuatan yang dilakukan oleh seorang melainkan terjadi karena keadaan-keadaan
 Automatism (Gerak refleks)
 Intoxication Keracunan/mabuk alcohol)
 Insanity (Kegilaan/Ketidakwarasan)
 Infancy (Anak di bawah Umur)
 Consent of the Victim (Pesetujuan Korban)

Alasan Penghapus Pidana yang bersifat Khusus;


Dalam kehamilan (akan membahayakan keselamatan ibu, anak akan lahir cacat diatur
dalam abortion act).

Alasan penghapusan tuntutan;


Alasan penghapusan tuntutan adalah alasan yang tidak menghapus sifat melawan hukum
suatu perbuatan pidana, tetapi menyebabkan penuntut umum tidak dapat mengajukan
tuntutan kepada pelakunya.

Tindak pidana selalu bersifat melawan hukum;


Melawan Hukum dalam makna formil adalah tindak pidana bertentangan dengan UU
Melawan hukum dalam arti materiil adalah tindak pidana bertentangan dengan nilai-nilai
hukum yang hidup di masyarakat.

Pasal 12 ayat 2: Tindak pidana selalu bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan nilai
hukum yang hidup di dalam masyarakat (sifat melawan hukum materiil)

Melawan hukum sebagai sifat delik : Fungsi konstitutif dari setiap delik “Tindak pidana
selalu bersifat melawan hukum”. “Semua delik bersifat melawan hukum”.
Melawan hukum sebagai unsur delik : Perbuatan harus tercantum dan dirumuskan dalam
delik dan harus dapat dibuktikan.
Pasal 2 UU Tipikor “Setiap orang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri, orang
lain, atau korporasi, yang merugikan keuangan negara maka akan dipidana”.

Perbandingan Hukum Pidana


Prof. Dr. Marcus Priyo Gunarto, S.H., M.Hum

Senin, 26 Februari 2024

Alasan edukasional Perbandingan Hukum Pidana masuk kurikulum Pendidikan hukum;


 Studi PHP mendorong cara berfikir menjadi lebih kritis, terhadap fungsi dan tujuan
peraturan-peraturan yang telah pelajari, agar tidak menerima begitu saja kesahihannya.
Studi PHP akan membantu menajamkan skill analitis dan teknik metodologis.
 Metode PHP akan membantu memperluas presepsi tentang cara kerja sebuah peraturan
hukum dengan melihat bagaimana asal usul keberadaan dan pelaksanaannya saat ini dalam
berbagai system yang berbeda, baik dalam kontak sosio-kultural yang sama maupun
berbeda.
Ex. Asas Legalitas, selama ini yang kita ketahui, selalu bermakna lex certa (rumusan
delik pidana itu harus jelas), lex scripta (hukum pidana harus tertulis), dan lex stricta
(rumusan pidana itu harus dimaknai tegas tanpa ada analogi).
Lex praevia (hukum pidana tidak dapat diberlakukan surut)
Pada hakikatnya kita memiliki hukum adat yang menjadi bagian dari system hukum
nasional.

Kemudian muncul lah Pasal 2 ayat 1 dalam UU No.1/2023 “Asas legalitas tidak
mengurangi hukum yang hidup dalam masyarakat”.

Pasal 2: (Delik adat) diakui sepanjang tidak bertengtangan dengan (Pancasila, UUD
1945, HAM, Asas-asas hukum yang diakui masyarakat).

 Metode PHP memberikan sebuah kesempatan untuk mempelajari interaksi antar berbagai
disiplin berbeda dan mengaitkan semua disiplin ini dengan formasi dan pengoperasian
peraturan-peraturan hukum, misalnya; ketika kita melihat batasan-batasan umum di antara
hukum dan sejarah.

Berlakunya sebuah aturan hukum terdapat paradigma (cara berfikir) mengenai hukum dan
keadilan yang memiliki pemikiran faham yang berbeda.

 Ius Naturale atau Faham hukum alam: menganut faham bahwa hukum adalah
resultante dari berbagai system nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Terkandung
nilai etika, nilai moral, nilai kesusilaan, dan nilai keadilan. Ketika hukum kehilangan
salah satu atau lebih dari nilai yang terkandung maka hukum sudah kehilangan
legitimasinya.

Ex. Putusan MK nomor 90- saat orang yang memutuskan sudah dinyatakan bersalah
maka putusan sudah kehilangan legitimasinya.

 Aliran Positifisme atau Faham positivistic: berpendapat bahwa Hukum dan keadilan
adalah dua hal yang berbeda. Hukum berisi ketentuan mengatur yang bersifat memaksa.
Sedangkan aspek keadilan merupakan persoalan sosial, politik, dan orang yang tidak
mendapatkan bagian.

 Faham kritis: metode berfikirnya dengan cara dekonstruksi, berlakunya sebuah norma
akan dilihat dari sisi historis (apa maksud dan tujuan pembentuk UU merumuskan
norma/UU). Tujuannya mengetahui relevansi keberlakuan norma atau UU.

 Metode PHP menyediakan sebuah forum untuk bertukar lintas-fertilisasi pengalaman,


gagasan, dan budaya.
Peradilan Banding Zaman Hindia Belanda
Pada zaman Hindia Belanda, sistem peradilan banding terbagi berdasarkan stratifikasi sosial
dan ras. Berikut adalah beberapa tingkatan pengadilan banding:

1. Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi)


 Merupakan pengadilan banding tertinggi di Hindia Belanda.
 Berkedudukan di Batavia (sekarang Jakarta).
 Memiliki yurisdiksi atas seluruh wilayah Hindia Belanda.
 Menangani perkara banding dari pengadilan-pengadilan landraad (pengadilan negeri)
dan pengadilan khusus.
2. Hof van Justitie (Mahkamah Agung)
 Didirikan pada tahun 1848 sebagai pengadilan banding tertinggi untuk perkara
perdata.
 Berkedudukan di Batavia.
 Memiliki yurisdiksi atas seluruh wilayah Hindia Belanda.
 Menangani perkara banding dari Raad van Justitie dalam perkara perdata.
3. Landraad (Pengadilan Negeri)
 Merupakan pengadilan tingkat pertama untuk orang Eropa dan orang Timur Asing
yang dipersamakan dengan mereka.
 Berkedudukan di kota-kota besar di Hindia Belanda.
 Memiliki yurisdiksi atas wilayah tertentu.
 Menangani perkara pidana dan perdata.
 Putusan Landraad dapat diajukan banding ke Raad van Justitie.
4. Regentschapsgerecht (Pengadilan Kabupaten)
 Merupakan pengadilan tingkat pertama untuk orang pribumi.
 Berkedudukan di ibukota kabupaten.
 Memiliki yurisdiksi atas wilayah kabupaten.
 Menangani perkara pidana dan perdata yang tidak termasuk dalam kewenangan
Landraad.
 Putusan Regentschapsgerecht dapat diajukan banding ke Landraad.
5. Districhtsgerecht (Pengadilan Distrik)
 Merupakan pengadilan tingkat pertama untuk perkara-perkara ringan.
 Berkedudukan di kota-kota kecil dan wilayah pedesaan.
 Memiliki yurisdiksi atas wilayah tertentu.
 Menangani perkara pidana dan perdata dengan nilai gugatan yang kecil.
 Putusan Districhtsgerecht dapat diajukan banding ke Regentschapsgerecht.
Catatan:
 Sistem peradilan banding di Hindia Belanda sangat kompleks dan diskriminatif.
 Orang Eropa dan orang Timur Asing yang dipersamakan dengan mereka memiliki
akses ke pengadilan yang lebih tinggi dan lebih adil.
 Orang pribumi harus melalui pengadilan yang lebih rendah dan sering kali tidak
mendapatkan keadilan yang sama.
Tambahan:
 Selain pengadilan-pengadilan di atas, terdapat juga pengadilan-pengadilan khusus,
seperti:
o Pengadilan Agama: Menangani perkara perdata dan pidana yang berkaitan
dengan agama Islam.
o Pengadilan Militer: Menangani perkara pidana yang dilakukan oleh anggota
militer.
o Pengadilan Landraad voor Inheemsche Zaken: Menangani perkara pidana
dan perdata yang melibatkan orang pribumi di wilayah yang belum memiliki
Regentschapsgerecht.
 Sistem peradilan banding di Hindia Belanda mengalami beberapa kali perubahan
selama masa kolonial.
 Setelah kemerdekaan Indonesia, sistem peradilan banding diubah dan disesuaikan
dengan kebutuhan negara yang baru.

*Buku Teori Hukum Murni

Critical legal study

Anda mungkin juga menyukai