CATATAN Perbandingan Hukum Pidana
CATATAN Perbandingan Hukum Pidana
Dengan mempelajari system hukum lain maka akan dapat memahami kearifan bangsa lain.
Dengan begitu kita dapat mencari system hukum yang baik, yang dapat memberikan rasa
keadilan masyrakat, dan ngandung sustainability, sehingga dapat menjadi hukum yang ditaati
oleh masyarakat. Jika cocok dan sesuai dengan system nilai yang berlaku bagi bangsa
Indonesia, maka akan dapat di transplantasikan kedalam system hukum nasional. (dengan
belajar system hukum negara lain, merupakan bagian dari Pembangunan dan pembentukan
system hukum nasional).
Hukum merupakan bagian dari budaya masyarakat, mencerminkan karakter dari suatu
bangsa.
Legal Principles
Asas Legalitas: perbuatan tidak dapat dipidana jika tidak ada peraturan perundang-undangan
yang mengaturnya secara tegas dan jelas.
Nullum delictum sine lege: idak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana, kecuali jika diatur dalam undang-undang.
Nullum crimen sine poena lege praevia: Tidak ada pidana yang dapat dijatuhkan
kecuali berdasarkan undang-undang yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
Stricta interpretatio: Undang-undang pidana harus ditafsirkan secara sempit dan tidak
boleh diperluas secara analogis.
Asas mens rea: seseorang tidak dapat dipidana jika tidak memiliki maksud atau niat jahat.
geen straf zonder schuld atau Nulla poena sine culpa- Seseorang tidak dapat dipidana kalau
tidak terbukti berbuat salah. Terdapat alasan pemaaf dan alasan pembenar yang dapat
menghapus pidana dalam suatu tindak pidana yang dilakukan seseorang.
Persoalan pertanggung jawaban
Strict Liability
Vicarious Liability
Corporate Liability
Kejahatan korporasi zaman sekarang arahnya sudah pada criminal corporation,
(mendirikan korporasi hanya sekedar sebagai kedok kejahatan) orang diluar struktur
korporasi memiliki andil dalam menjalankan dan mengendalikan korporasi.
Penyertaan
Klasifikasi pelaku penyertaan yang dimaksud dalam Pasal 55 KUHP sebagai berikut;
Dader, Plegen (Pelaku)
Doenplegen, Medelijke Dader (Menyuruh Melakukan)
Medeplengen, Mede Dader (Turut serta melakukan)
Uitlokker (Penganjur)
Inchoate Offence (Tindak Pidana yang Tidak Sempurna)
Incitement (Penganjuran)
Conspiracy (Permufakatan Jahat)
Attempt (Percobaan)
Pasal 12 ayat 2: Tindak pidana selalu bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan nilai
hukum yang hidup di dalam masyarakat (sifat melawan hukum materiil)
Melawan hukum sebagai sifat delik : Fungsi konstitutif dari setiap delik “Tindak pidana
selalu bersifat melawan hukum”. “Semua delik bersifat melawan hukum”.
Melawan hukum sebagai unsur delik : Perbuatan harus tercantum dan dirumuskan dalam
delik dan harus dapat dibuktikan.
Pasal 2 UU Tipikor “Setiap orang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri, orang
lain, atau korporasi, yang merugikan keuangan negara maka akan dipidana”.
Kemudian muncul lah Pasal 2 ayat 1 dalam UU No.1/2023 “Asas legalitas tidak
mengurangi hukum yang hidup dalam masyarakat”.
Pasal 2: (Delik adat) diakui sepanjang tidak bertengtangan dengan (Pancasila, UUD
1945, HAM, Asas-asas hukum yang diakui masyarakat).
Metode PHP memberikan sebuah kesempatan untuk mempelajari interaksi antar berbagai
disiplin berbeda dan mengaitkan semua disiplin ini dengan formasi dan pengoperasian
peraturan-peraturan hukum, misalnya; ketika kita melihat batasan-batasan umum di antara
hukum dan sejarah.
Berlakunya sebuah aturan hukum terdapat paradigma (cara berfikir) mengenai hukum dan
keadilan yang memiliki pemikiran faham yang berbeda.
Ius Naturale atau Faham hukum alam: menganut faham bahwa hukum adalah
resultante dari berbagai system nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Terkandung
nilai etika, nilai moral, nilai kesusilaan, dan nilai keadilan. Ketika hukum kehilangan
salah satu atau lebih dari nilai yang terkandung maka hukum sudah kehilangan
legitimasinya.
Ex. Putusan MK nomor 90- saat orang yang memutuskan sudah dinyatakan bersalah
maka putusan sudah kehilangan legitimasinya.
Aliran Positifisme atau Faham positivistic: berpendapat bahwa Hukum dan keadilan
adalah dua hal yang berbeda. Hukum berisi ketentuan mengatur yang bersifat memaksa.
Sedangkan aspek keadilan merupakan persoalan sosial, politik, dan orang yang tidak
mendapatkan bagian.
Faham kritis: metode berfikirnya dengan cara dekonstruksi, berlakunya sebuah norma
akan dilihat dari sisi historis (apa maksud dan tujuan pembentuk UU merumuskan
norma/UU). Tujuannya mengetahui relevansi keberlakuan norma atau UU.