Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

GLOBAL MARKETING

Politik, Hukum, dan Lingkungan Peraturan


dalam Pemasaran Global

Dosen Pengampu:
Prof. Achmad Fauzi D. H., M.A.

Disusun oleh: Kelompok 1

Danu Yoga Pradita 215030207111096

Wensenlaus Ivander Patra Aldi 215030207111116

Gede Onesta Bagus Pikhayun 215030207111016

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah topik
“Politik, Hukum, dan Lingkungan Peraturan dalam Pemasaran Global” untuk memenuhi
tugas kelompok dalam mata kuliah Global Marketing.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Prof. Achmad Fauzi D. H., M.A.
selaku dosen pengampu mata kuliah Global Marketing. yang telah memberikan penugasan ini
sehingga kami dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan baru khususnya dalam bidang studi
yang kami tekuni. Tidak lupa pula bagi seluruh pihak yang telah memberikan bantuan,
dukungan, kritik, dan saran sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Dengan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, kami mengharapkan
berbagai masukan, saran, dan kritik yang membangun agar makalah ini dapat disempurnakan di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Tertanda,

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................................................
2.1. Lingkungan Politik........................................................................................................................................................
2.2. Hukum Internasional.....................................................................................................................................................
2.3 Dampak dan Masalah Legal Penting dalam Marketing Global.....................................................................................
2.3.1 Yurisdiksi..............................................................................................................................................................
2.3.2 Kekayaan Intelektual: Paten, Trademark, dan Hak Cipta.....................................................................................
2.3.3 Antitrust.................................................................................................................................................................
2.3.4 Lisensi dan Rahasia Dagang..................................................................................................................................
2.3.5 Suap dan Korupsi: Masalah Hukum dan Etika.....................................................................................................
2.4 Penyelesaian Konflik, Penyelesaian Sengketa, dan Litigasi..........................................................................................
2.5 Lingkungan Peraturan Pemasaran Global......................................................................................................................
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dapat dijelaskan, definisi hukum itu sendiri, adalah peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Hukum juga meliputi
aturan berupa undang-undang serta peraturan terkait, kaidah dalam masyarakat, dan keputusan
yang ditetapkan oleh penegak hukum.

Sementara, hukum internasional dapat didefinisikan sebagai hukum yang mengatur entitas
berskala internasional. Pada mulanya, pengertian hukum internasional hanya diartikan sebagai
hukum yang mengatur perilaku dan hubungan antarnegara semata.

Dalam dunia perdagangan dan bisnis, suatu perusahaan yang sudah terbuki suksess secara
komersil dan pendapatan akan suatu hari menyentuh kedalam pasar internasional, dan kegiatan
pemasaran bukan akan lagi berada di dalam negara asal bisnis tersebut, tetapi juga menyebar
kedalam lingkup dunia internasional, atau negara luar yang menjadi lokasi bisnis berjalan. Bisnis
yang sudah go international, pasti akan memulai proses dan rencana untuk memaketkan atau
memasarkan produk yang ditawarkan untuk menangkap potensi konsumen yang baru, dan dari
sini, pebisnis harus mengerti bahwa dalam proses tersebut, tidak terlepas dari dalam lingkup
undang-undang, politik, hukum, dan sosial budaya dari masyarakat lokal di negara lain tersebut.
Misalnya seperti peraturan antitrust atau anti monopoli Amerika.

Seorang pebisnis yang baik, mengenal adanya regulasi, hukum dan legalitas yang berlaku di
negara asing tersebut. Karena belum tentu undang-undang dari negara A berlaku di negara B dan
juga sebaliknya, jadi jika terjadi adanya permasalahan hukum dan legalitas yang mengharuskan
untuk masuk kedalam pengadilan negara, proses yang terjadi berujung dapat menghabiskan
banyak waktu, uang, dan tenaga yang seharusnya lebih baik dialokasi ke dalam kegiatan bisnis
lain.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut.

1. Apa yang perlu dipahami dalam lingkungan politik dalam pemasaran global?
2. Apa yang perlu dipahami dalam hukum-hukum internasional?
3. Apa yang perlu dipahami dalam dampak mengesampingkan masalah hukum?
4. Apa yang perlu dipahami dalam cara untuk menyelesaikan konflik, sengketa, dan litigasi?
5. Apa yang perlu dipahami dalam lingkungan peraturan pemasaran global?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Menjelaskan dan memahami dalam lingkungan politik dalam pemasaran global.


2. Menjelaskan dan memahami hukum-hukum internasional.
3. Menjelaskan dan memahami dampak mengesampingkan masalah hukum.
4. Menjelaskan dan memahami cara untuk menyelesaikan konflik, sengketa, dan litigasi.
5. Menjelaskan dan memahami lingkungan peraturan pemasaran global.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Lingkungan Politik

Kegiatan pemasaran secara global selalu berada dalam lingkup politik yang juga berisi
lembaga pemerintahan, partai politik, dan semua organisasi yang melalui masyarakat dan
pemerintah yang menjalankan kekuasaannya. Setiap negara mempunyai budaya politik
masing-masing. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya keberadaan pemerintah dan
sistem hukum serta adanya hubungan antara perusahaan dengan sistem politik. Perusahaan
apapun yang berbisnis secara global harus memahami budaya politik di negara yang akan
dijadikan target pasar dan mengidentifikasi isu-isu politik yang sedang atau akan terjadi.

1. Negara dan Kedaulatan

Kedaulatan mampu diartikan sebagai sebuah otoritas politik yang independen dan
paling tinggi di sebuah negara. Negara yang berdaulat adalah bebas dan mandiri. Negara
yang mengatur perdagangan, yurisdiksi kewilayahannya sendiri, dan bisa mengurusi
setiap masalah dalam negeri tanpa keterlibatan pihak luar. Negara ini juga memiliki
wewenang dan hak atas urusan negaranya sendiri dengan penuh kebijaksanaan.

Tindakan pemerintah yang ditindak atas kedaulatan terjadi dalam dua konteks,
yaitu tahap pembangunan sebuah negara dan sistem politik-ekonomi yang terdapat di
negara yang bersangkutan. Banyak pemerintah di negara berkembang yang mengeluarkan
peraturan dan regulasi untuk mengendalikan perekonomiannya secara protektif. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan melindungi industri yang baru merintis,
tetapi pemerintah mampu terlibat dalam kronisme dan memberi bantuan pada anggota
keluarga. Sebaliknya, negara yang memiliki perekonomian tingkat lanjut, pemerintah
menyatakan kebijakan apapun yang menyulitkan perdagangan bebas adalah tindakan
ilegal. Regulasi anti monopoli diciptakan untuk menciptakan persaingan yang sehat.
Negara maju biasanya memiliki undang-undang yang menentukan dan melestarikan
tatanan sosial untuk negaranya yang mencakup aktivitas politik, budaya, dan sosial.
Sebagian besar perekonomian negara menggabungkan sistem non-pasar dan
pasar. Kekuasaan politik berdaulat suatu pemerintahan yang menganut non-pasar
menjangkau cukup jauh ke perekonomian suatu negara. Sebaliknya, negara yang
demokrasi kapitalis dan sistem pasar, kekuasaan lebih dibatasi. Fenomena global yang
saat ini sedang terjadi, pasar maupun non-pasar memiliki kecenderungan privatisasi yang
mengurangi keterlibatan langsung pemerintah sebagai pemasok barang dan jasa dalam
perekonomian suatu negara. Pada intinya, setiap tindakan privatisasi menggerakkan
perekonomian lebih jauh ke pasar bebas.

Beberapa pengamat berargumen bahwa integrasi pasar global mengurangi


kedaulatan ekonomi nasional. Sumber daya utama pemerintahan merupakan kekuasaan.
Negara-negara mungkin bersedia menyerahkan kedaulatannya demi memperoleh sesuatu
yang lebih berharga. Jika negara dapat meningkatkan pangsa dagang global dan
peningkatan pendapatan nasional, mungkin negara tersebut bersedia menyerahkan
setengah dari kedaulatannya. Di Eropa, masing-masing anggota Uni Eropa melepaskan
hak memiliki mata uang sendiri, menyerahkan hak mereka untuk menetapkan standar
produk, dan melakukan pengorbanan lain sebagai gantinya adalah peningkatan akses ke
pasar lebih mudah. Gerakan separatis atau pemisahan dari suatu negara juga mampu
melemahkan kedaulatan suatu negara.

2. Resiko Politik

Resiko politik merupakan kemungkinan perubahan lingkungan politik atau


regulasi pemerintah yang berdampak buruk pada perusahaan yang ingin beroperasi secara
efektif dan menguntungkan. Lingkungan politik tempat sebuah perusahaan menjalankan
bisnisnya adalah tempat munculnya ancaman terbesar terhadap kondisi operasional
perusahaan secara global. Risiko politik dapat menghalangi perusahaan untuk melakukan
investasi di negara lain. Ketika tingkat ketidakpastian lingkungan politik tinggi, negara
tersebut akan kesulitan menarik investor asing. Korporasi saat ini semakin mendapat
sorotan dari pemimpin bisnis dan pemerintahan, hal yang sama juga turut berlaku pada
kapitalisme pasar bebas secara umum. Tren ini turut berkontribusi pada risiko politik.
Sementara itu, iklim politik di negara Eropa Tengah dan Timur masih diliputi
ketidakpastian yang berbeda. Negara-negara seperti Hongaria, Albania, dan Latvia
memiliki tingkat risiko yang sedang. Hongaria dan Latvia mencapai status pendapatan
menengah ke atas. Setelah Latvia bergabung dengan zona Euro, penurunan suku bunga
akan mendorong perekonomian selanjutnya. Selain itu, angin politik terus berubah di
kawasan Polandia dan Hungaria yang memilih pemerintahan populis. Tema umumnya
mencakup penolakan terhadap penerapan mata uang Euro, kekhawatiran terhadap
penerimaan orang luar, dan penolakan terhadap integrasi lebih dalam dengan Uni Eropa.

Perusahaan mampu membeli asuransi untuk mengimbangi potensi resiko yang


ditimbulkan lingkungan politik. Di beberapa negara maju, berbagai lembaga menawarkan
asuransi investasi pada perusahaan yang melakukan bisnis di luar negeri.

3. Pajak

Pemerintah menyalurkan pendapatan dari pajak untuk membantu layanan sosial,


membiayai keperluan militer, dan menutupi berbagai pengeluaran lainnya. Namun,
kebijakan perpajakan pemerintah atas pengeluaran barang dan jasa serin memotivasi
individu atau perusahaan memperoleh keuntungan bukan membayar pajak. Sejak
menggabungkan diri ke WTO, Cina mulai menurunkan bea masuk, walaupun banyak
barang yang masih dikenakan bea masuk tinggi dan PPN sehingga banyak barang yang
diselundupkan tanpa membayar pajak. Dalam beberapa kasus, dokumen pabean
seringkali dipalsukan untuk mengurangi jumlah barang setiap kiriman.

Berbagai aktivitas geografis perusahaan global perlu memperhatikan undang-


undang perpajakan. Permasalahan ini sangat parah, khususnya di bidang teknologi karena
banyak perusahaan yang berupaya untuk meminimalkan kewajiban perpajakannya
dengan memalsukan lokasi pelaporan pendapatannya. Perusahaan teknologi seperti
Facebook dan Google mengalihkan keuntungan yang diperoleh dari kekayaan intelektual
ke yurisdiksi dengan pajak rendah seperti Irlandia dan Luksemburg.

4. Penyitaan Aset
Ancaman terbesar yang mampu diciptakan oleh pemerintah terhadap sebuah
perusahaan adalah aset-aset perusahaan yang disita pemerintah. Tindakan perampasan
mengacu pada tindakan pemerintah untuk mencabut perusahaan atau investor luar.
Kompensasi pastinya diberikan, walaupun tidak dengan cara yang cepat dan efektif dan
tidak sesuai dengan standar internasional. Jika tidak ada kompensasi yang diberikan,
maka tindakan tersebut adalah penyitaan. Hukum internasional adalah melarang tindakan
apapun yang dilakukan pemerintah untuk mengambil properti asing tanpa kompensasi.
Nasionalisasi cakupannya lebih luas daripada pengambilalihan aset. Nasionalisasi terjadi
saat pemerintah mengambil alih kendali atas sebagian atau seluruh perusahaan dalam
industri tertentu. Hukum internasional mengakui nasionalisasi sebagai pelaksanaan
kekuasaan pemerintah yang sah selama memenuhi tujuan disertai kompensasi yang tepat
dan sesuai peraturan.

Singkatan dari nasionalisasi, ungkapan ini telah diterapkan pada pembatasan


kegiatan ekonomi perusahaan asing yang beroperasi di negara mereka. Keterbatasan ini
mencakup repatriasi keuntungan, dividen, biaya bantuan teknis, dan royalti.
Permasalahan lain adalah peningkatan persyaratan kandungan lokal, kuota untuk
mempekerjakan masyarakat lokal, pengendalian harga, dan pembatasan lainnya yang
berpengaruh pada laba atas investasi. Perusahaan global juga mengalami diskriminasi
tarif dan non-tarif yang membatasi masuknya barang dari luar, serta peraturan yang
diskriminatif terhadap merek dagang. Pembatasan kekayaan intelektual berdampak
praktis yang menghilangkan perlindungan produk farmasi.

Ketika pemerintah mengambil alih properti asing, berbagai hambatan mampu


membatasi tindakan untuk mendapatkan kembali properti tersebut. Menurut doktrin UU
AS, jika pemerintah dari negara lain terlibat dalam suatu tindakan, pengadilan AS juga
tidak ikut terlibat. Sebaliknya, perwakilan perusahaan yang diambil alih dapat mencari
jalan keluar melalui arbitrase di ICSID Bank Dunia.

2.2. Hukum Internasional

Hukum internasional adalah aturan dan prinsip yang mengikat oleh suatu negara. Hukum
internasional berkaitan dengan properti, dagang, imigrasi, dan bidang lainnya yang secara
tradisional ada di bawah yurisdiksi setiap negara. Hukum internasional hanya berlaku jika
negara bersedia menanggung hak dan kewajiban di bidang tersebut. Hukum internasional
berfungsi untuk menegakkan ketertiban, walaupun dalam arti yang lebih luas dibandingkan
dengan hukum yang menangani masalah akibat dari peperangan. Pada awalnya, hukum
internasional merupakan gabungan perjanjian, kode etik, dan kesepakatan. Saat perdagangan
di suatu negara bertumbuh, ketertiban dalam urusan komersial menjadi semakin penting.
Peraturan tersebut awalnya hanya mengatur negara sebagai entitas, tetapi semakin banyak
undang-undang yang menolak gagasan bahwa hanya negara yang tunduk pada hukum
internasional.

1. Hukum Umum versus Hukum Perdata

Hukum perdata internasional merupakan badan hukum yang berlaku untuk


perselisihan yang timbul dari transaksi komersial antar perusahaan dari negara berbeda.
Undang-undang yang mengatur perdagangan muncul bertahap dan mengakibatkan
perpecahan besar dalam sistem hukum di setiap negara. Negara yang menganut hukum
perdata adalah sistem hukum yang mencerminkan konsep kekaisaran Romawi abad
keenam. Sedangkan, di sebuah negara yang menganut hukum adat, banyak perselisihan
diselesaikan dengan mengandalkan otoritas keputusan peradilan di masa lampau. Sistem
hukum common law didasarkan pada konsep preseden. Preseden merupakan anggapan
bahwa putusan pengadilan masa lampau mengenai sebuah permasalahan tertentu
mengikat pengadilan ketika ada pihak yang mengajukan masalah yang sama. Sistem
hukum negara tuan rumah adalah hukum perdata atau umum yang mempengaruhi bentuk
badan usaha legal yang nantinya akan diambil secara langsung. Di negara common law,
perusahaan didirikan secara hukum oleh otoritas negara. Di negara hukum perdata,
kontrak antara 2 pihak atau lebih yang bertanggung jawab penuh atas tindakan
perusahaan membentuk suatu perusahaan.

2. Hukum Islam

Sistem hukum yang dianut oleh negara Timur Tengah merupakan hukum Islam.
Di dalam hukum Islam, syariah adalah kode komprehensif yang mengatur tingkah laku
umat Muslim dalam semua sisi kehidupan, termasuk dalam berbisnis. Kode ini berasal
dari dua sumber, yaitu Al Quran dan Hadits. Al Quran sendiri merupakan Kitab Suci
yang ditulis dalam bahasa Arab dan merupakan wahyu dan diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW. Hadits adalah perkataan dan praktik yang dilakukan oleh Muhammad.
Hadits menjabarkan produk dan pengamalan yang ada haram atau hal terlarang. Perintah
yang ada di Al Quran dapat dianalogikan sebagai hukum kode.

2.3 Dampak dan Masalah Legal Penting dalam Marketing Global.

Dapat dimengerti bahwa lingkungan hukum global terbukti sangat dinamis dan kompleks, oleh
karena itu seorang yang tertarik untuk membuka bisnis internasional dan membuka saluran
marketing harus dengan nasehat dan saran dari seorang ahli di dalam dunia hukum internasional.
Konflik yang dapat timbul dari adanya kegiatan bisnis yang global umumnya terjadi di dalam
yurisdiksi, kekayaan intelektual, anti monopoli, perizinan dan rahasia dagang, penyuapan, dan
periklanan dan alat promosi lainnya.

“Kami percaya pada hukum internasional. Ketika Anda menemukan sesuatu, kreativitas
Anda perlu segera dipertahankan dengan paten intelektual. Italia mempunyai salah satu
catatan termiskin di Eropa dalam hal paten. Kita perlu mendidik pengusaha tentang hal
ini.”

Mario Moretti Polegato, ketua, Geox (perusahaan sepatu terbesar di Italia)

2.3.1 Yurisdiksi.

Dalam konteks pemasaran global ,Yurisdiksi berkaitan dengan kewenangan pengadilan untuk
memutuskan jenis permasalahan tertentu yang timbul diluar permasalahan suatu negara
perbatasan atau untuk menjalankan kekuasaan atas individu atau entitas dari negara yang
berbeda.

Salah satu perselisihan terkait perdagangan yang melibatkan yurisdiksi memainkan peran penting
adalah Volkswagen AG melawan General Motors. Setelah Volkswagen mempekerjakan kepala
pembelian GM seluruh dunia José Ignacio López de Arriortúa pada tahun 1992, General Motors
menuduh dia mengambil rahasia dagang ke perusahaan barunya. Volkswagen menerima
yurisdiksi pengadilan Amerika Serikat dalam perselisihan tersebut, namun sebenarnya pengacara
perusahaan tersebut meminta untuk mengalihkan kasus tersebut ke Jerman.

2.3.2 Kekayaan Intelektual: Paten, Trademark, dan Hak Cipta.

Di pemasaran global, paten dan merek dagang yang dilindungi di suatu negara belum tentu
dilindungi di negara lain, jadi pemasar global harus dapat memastikan bahwa segala kekayaan
intelektual terdaftar di semua negara yang menjadi tempat suatu bisnis dijalankan.
Paten adalah dokumen hukum formal yang diberikan kepada penemu suatu hak eksklusif
untuk membuat, menggunakan, dan menjual suatu penemuan untuk jangka waktu tertentu

Trademark adalah didefinisikan sebagai tanda, moto, perangkat, atau lambang khas
yang ditempelkan oleh produsen pada produk tertentu produk atau kemasan untuk
membedakannya dari barang yang diproduksi oleh produsen lain.

Hak cipta menetapkan kepemilikan atas karya tertulis, rekaman, pertunjukan, atau film
karya kreatif.

Dan, Counterfeiting atau Pemalsuan adalah tindakan tidak sah untuk menyalin dan
memproduksi suatu produk. Produk imitasi yang sering dilihat umumnya memiliki perbedaan
kecil dari suatu merek terkenal sehingga konsumen akan salah mengira produk tersebut sebagai
produk asli.

Selain itu, jenis pemalsuan lainnya termasuk juga kedalam pembajakan, penerbitan atau
reproduksi karya berhak cipta tanpa izin. Di dalam dunia digital pembajakan atau piracy sering
sekali dapat dilihat di industri perfilman, musik, perangkat lunak komputer, dan penerbitan buku
teks.

2.3.3 Antitrust.

Antitrust atau anti monopoli merupakan kebijakan pemerintah untuk menangani monopoli.
Undang-undang antitrust bertujuan untuk menghentikan penyalahgunaan kekuatan pasar oleh
perusahaan-perusahaan besar dan, terkadang, untuk mencegah merger dan akuisisi perusahaan
yang akan menciptakan atau memperkuat monopoli, atau juga untuk mendukung adanya
persaingan di dalam pasar.

Antitrust itu sendiri, muncul di Amerika Serikat di dalam Undang-Undang Sherman tahun 1890
yang melarang praktik bisnis tertentu yang bersifat membatasi, termasuk menetapkan harga,
membatasi produksi, mengalokasikan pasar, dan terlibat dalam skema lain yang dirancang untuk
membatasi atau menghindari persaingan. Undang-undang ini sendiri berlaku terhadap aktivitas
perusahaan AS di luar negara sendiri serta perusahaan asing yang menjalankan bisnis di
Amerika. Oleh karena itu, Serangkaian tindakan antitrust yang dilakukan Amerika Serikat
terhadap perusahaan asing baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Amerika
Serikat melanggar hukum internasional serta kedaulatan negara lain.

2.3.4 Lisensi dan Rahasia Dagang

Lisensi itu sendiri adalah perjanjian kontrak di mana pemberi lisensi mengizinkan penerima
lisensi untuk menggunakan paten, merek dagang, rahasia dagang, teknologi, atau aset tidak
berwujud lainnya dengan imbalan pembayaran royalti atau bentuk kompensasi lainnya. Jangka
waktu perjanjian lisensi dan besaran royalti yang dapat diterima perusahaan menjadi persoalan
negosiasi komersial antara pemberi lisensi dan penerima lisensi, dan tidak ada batasan
pemerintah mengenai pengiriman royalti ke luar negeri.

Pertimbangan penting dalam perizinan mencakup aset apa yang dimiliki suatu Perusahaan dapat
menawarkan lisensi, cara menentukan harga aset, dan apakah hanya memberikan hak untuk
“membuat” produk atau hak untuk “menggunakan” dan juga “menjual” produk tersebut. Hak
untuk mensublisensikan adalah isu penting lainnya. Seperti halnya perjanjian distribusi,
keputusan juga harus dibuat mengenai pengaturan eksklusif atau non-eksklusif dan luas wilayah
penerima lisensi.

2.3.5 Suap dan Korupsi: Masalah Hukum dan Etika

Penyuapan adalah praktik bisnis korup yang menuntut atau menawarkan imbalan
tertentu, biasanya dalam bentuk pembayaran tunai ketika menegosiasikan kesepakatan bisnis.
Meskipun sebagian besar negara mempunyai undang-undang anti korupsi yang melarang
penyuapan, penegakan hukum seringkali lemah.

Di Amerika Serikat, Undang-Undang Praktik Korupsi Asing (FCPA) merupakan warisan


skandal Watergate pada masa kepresidenan Richard Nixon. Dalam penyelidikannya, jaksa
penuntut khusus Watergate menemukan bahwa ratusan perusahaan Amerika telah melakukan
pembayaran yang dirahasiakan kepada pejabat asing, dengan jumlah total ratusan juta dolar.
Kongres dengan suara bulat mengesahkan undang-undang tersebut, yang ditandatangani oleh
Presiden Jimmy Carter menjadi undang-undang pada tahun 1977.

Contoh lainnya berada di dalam Rolls-Royce (produsen mesin pesawat terbang) yang melanggar
undang-undang anti suap di Amerika Serikat dan negara lain. Perusahaan yang berbasis di
Inggris ini memiliki bisnis di berbagai sektor, termasuk penerbangan sipil. Bisnis energinya
dijual ke Siemens Jerman pada tahun 2014, namun sebelum penjualan tersebut, terdapat bukti
adanya beberapa pelanggaran yang terjadi di Brasil, Kazakhstan, Nigeria, dan Rusia. Rolls-
Royce setuju untuk membayar £671 juta ($919 juta dollar Amerika) denda ke Inggris, Amerika
Serikat, dan Brasil. Sebagai imbalan nya, Perusahaan tersebut tidak dituntut atas tuntutan pidana.

Beberapa pengkritik FCPA mengecam tindakan ini sebagai bentuk imperialisme moral yang
disesalkan. Persoalannya adalah kedaulatan ekstrateritorial hukum AS. Menurut para pengkritik
ini, adalah salah untuk memaksakan hukum, standar, nilai-nilai, dan adat istiadat AS pada
perusahaan-perusahaan dan warga Amerika di seluruh dunia. Seperti yang dikemukakan oleh
seorang pakar hukum, kritik ini mempunyai satu kelemahan mendasar: Tidak ada negara yang
undang-undangnya membenarkan penyuapan terhadap pejabat pemerintah. Dengan demikian,
standar yang ditetapkan oleh FCPA dibagikan, setidaknya pada prinsipnya, oleh negara-negara
lain.

2.4 Penyelesaian Konflik, Penyelesaian Sengketa, dan Litigasi.

Penyelesaian konflik, penyelesaian sengketa, dan litigasi merupakan tiga pendekatan


yang berbeda dalam menyelesaikan perselisihan atau konflik antara pihak-pihak yang terlibat.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing:

1. Penyelesaian Konflik: Adalah upaya untuk menyelesaikan konflik atau perselisihan secara
damai dan tanpa melibatkan sistem peradilan formal. Metode penyelesaian konflik dapat
meliputi mediasi, negosiasi, atau arbitrase. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai kesepakatan
yang memuaskan semua pihak yang terlibat.

2. Penyelesaian Sengketa: Penyelesaian sengketa seringkali melibatkan proses yang lebih formal
daripada penyelesaian konflik. Hal ini bisa melibatkan perjanjian antara pihak-pihak yang
berselisih atau penggunaan mekanisme penyelesaian sengketa seperti lembaga arbitrase atau
pengadilan adat. Penyelesaian sengketa juga dapat mencakup mediasi atau negosiasi, tetapi
kadang-kadang memerlukan campur tangan pihak ketiga yang lebih formal.

3. Litigasi: Litigasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pengajuan klaim di
pengadilan atau forum hukum lainnya. Dalam litigasi, pihak-pihak yang berselisih
memperjuangkan kasus mereka di hadapan hakim atau juri, dan keputusan akhirnya diambil oleh
pihak berwenang. Litigasi seringkali merupakan pilihan terakhir setelah upaya-upaya
penyelesaian konflik dan penyelesaian sengketa yang lebih damai telah gagal.

Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri, dan pilihan tergantung pada
faktor-faktor seperti sifat konflik, kepentingan pihak-pihak yang terlibat, dan kebutuhan untuk
menjaga hubungan antara mereka.

Tingkat kerja sama dan keharmonisan hukum di UE bersifat unik dan sebagian berasal
dari adanya kode hukum sebagai suatu ikatan bersama. Organisasi-organisasi regional lainnya
hanya mencapai kemajuan yang jauh lebih sedikit menuju harmonisasi. Akibatnya, pendekatan
masing-masing negara terhadap resolusi konflik berbeda-beda. Amerika Serikat memiliki lebih
banyak pengacara dibandingkan negara lain di dunia dan bisa dibilang merupakan negara yang
paling banyak bangsa yang sadar hukum di muka bumi. Hal ini sebagian mencerminkan sifat
budaya Amerika yang bersifat konteks rendah dan semangat daya saing konfrontatif. Faktor-
faktor lain dapat menyebabkan perbedaan sikap menuju litigasi. Misalnya, di banyak negara
Eropa, tuntutan hukum class action tidak diperbolehkan. Selain itu, pengacara Eropa tidak dapat
menangani kasus berdasarkan biaya darurat. Perubahan kini sedang terjadi Namun, hal ini terjadi
ketika Eropa mengalami pergeseran politik yang luas dari sistem tradisionalnya dari “negara
kesejahteraan.”
Konflik pasti muncul dalam dunia bisnis di mana pun, namun konflik sangat mungkin
terjadi ketika ada perbedaan pendapat. budaya-budaya dunia bersatu untuk membeli, menjual,
membangun usaha patungan, bersaing, dan bekerja sama secara global pasar. Bagi perusahaan
Amerika, perselisihan dengan pihak asing seringkali terjadi di dalam negeri Yurisdiksi negara.
Masalah seperti itu dapat diajukan ke pengadilan di Amerika Serikat, tempat perusahaan dan
perusahaannya berada pengacara mungkin dikatakan menikmati keuntungan “pengadilan di
rumah”. Proses litigasi di pengadilan asing sangatlah luas usaha yang lebih kompleks, sebagian
karena perbedaan bahasa, sistem hukum, mata uang, dan kebiasaan dan pola bisnis tradisional.

Selain itu, masalah mungkin timbul dari perbedaan prosedur yang berkaitan dengan
penemuan. Di dalam isinya, penemuan adalah proses memperoleh bukti untuk membuktikan
klaim dan menentukan yang mana bukti mungkin dapat diterima di negara mana dalam kondisi
apa. Komplikasi lebih lanjut adalah fakta bahwa putusan yang dijatuhkan di pengadilan di negara
lain mungkin tidak dapat dilaksanakan di negara tersebut tanah air. Karena semua alasan ini
banyak perusahaan lebih memilih untuk melakukan arbitrase sebelum melanjutkan pergi ke
litigasi.

1. Alternatif Litigasi Untuk Penyelesaian Sengketa

Pada tahun 1995, pemerintah Kuba tiba-tiba membatalkan kontrak dengan Endesa,
sebuah perusahaan utilitas Spanyol banyak dari pada mencari restitusi di pengadilan Kuba.
Endesa beralih ke Arbitrase Internasional Pengadilan di Paris, menuntut ganti rugi sebesar $12
juta. Tindakan Endesa menggambarkan betapa alternatifnya metode penyelesaian sengketa
(ADR) memungkinkan para pihak untuk menyelesaikan sengketa komersial internasional tanpa
menggunakan sistem pengadilan. Arbitrase formal merupakan salah satu cara penyelesaian
internasional perselisihan bisnis di luar ruang sidang. Arbitrase merupakan suatu proses
perundingan yang dilakukan kedua belah pihak telah, dengan persetujuan sebelumnya,
berkomitmen untuk menggunakan. Hal ini adalah proses yang adil dalam artian pihak yang
menggunakannya telah membuatnya sendiri. Umumnya, arbitrase melibatkan sidang para pihak
di hadapan panel beranggotakan tiga orang, masing-masing pihak memilih satu anggota panel,
dan dua panel itu anggota pada gilirannya memilih anggota ketiga. Panel memberikan keputusan
yang disetujui oleh para pihak terlebih dahulu untuk mematuhinya.
Perjanjian terpenting mengenai arbitrase internasional adalah Perjanjian New York tahun
1958. intervensi terhadap Pengakuan dan Pemberlakuan Putusan Arbitrase Asing. Juga dikenal
sebagai Konvensi New York, perjanjian tersebut saat ini memiliki 157 negara penandatangan,
termasuk Tiongkok. Hal itu termasuk kerangka kerja yang dibuat oleh Konvensi New York
penting karena beberapa alasan. Pertama, kapan para pihak mengadakan perjanjian yang
mengatur arbitrase internasional, negara-negara penandatangan dapat menepati janji para pihak
untuk menggunakan arbitrase. Kedua, setelah arbitrase berlangsung dan para arbiter telah
mengambil keputusan, pihak yang menandatanganinya mengakui dan dapat melaksanakan
keputusan tersebut. Ketiga, para penandatangan sepakat bahwa terdapat keterbatasan alasan
untuk menantang keputusan arbitrase. Alasan yang diakui berbeda dari banding umum yang
diperbolehkan dalam a pengadilan.

Beberapa firma dan pengacara tidak berpengalaman dalam praktik arbitrase komersial
internasional menganggap klausul arbitrase dalam kontrak sebagai “sekadar klausul lain”.
Namun, ketentuan masing-masing kontrak berbeda dan, oleh karena itu, tidak ada dua klausul
arbitrase yang harus sama. Pertimbangkan, untuk Misalnya, kasus kontrak antara perusahaan
Amerika dan perusahaan Jepang. Jika pihak resor ke arbitrase, di mana hal itu akan dilakukan?
Pihak Amerika akan enggan pergi ke Jepang menipu sebaliknya, pihak Jepang tidak akan mau
melakukan arbitrase di Amerika Serikat. Alternatifnya, “netral” lokasi Singapura atau London,
misalnya harus dipertimbangkan dan ditentukan dalam arbitrase ayat. Dalam bahasa apa
persidangan akan dilakukan? Jika tidak ada bahasa yang ditentukan dalam klausul arbitrase,
arbiter sendiri yang akan memilih.

Selain lokasi dan bahasa, permasalahan lain yang berkaitan dengan arbitrase harus
ditangani proses tion. Misalnya, jika para pihak dalam perjanjian pemberian lisensi paten sepakat
dalam arbitrase klausul bahwa keabsahan paten tidak dapat diganggu gugat, maka ketentuan
demikian tidak dapat dilaksanakan di beberapa negara. Hukum negara manakah yang akan
digunakan sebagai standar ketidakabsahan? Mengejar penyelesaian masalah seperti itu di setiap
negara akan sangat memakan waktu. Selain itu, ada masalah penerimaan: Berdasarkan hukum,
pengadilan AS harus menerima keputusan arbiter dalam bentuk paten perselisihan di negara lain,
tidak ada aturan umum mengenai penerimaan.
Untuk mengurangi penundaan karena permasalahan yang disengketakan, seorang ahli
menyarankan untuk menyusun klausul arbitrase dengan kekhususan mungkin. Sebisa mungkin,
misalnya, kebijakan paten di berbagai bidang negara-negara harus ditangani klausul arbitrase
juga dapat mencakup ketentuan yang semuanya asing masalah paten akan dinilai berdasarkan
standar hukum negara asal. Ketentuan lain dapat melarang para pihak untuk memulai tindakan
hukum terpisah di negara lain. Tujuannya adalah untuk membantu pengadilan arbitrase untuk
mengetahui maksud yang diungkapkan para pihak.

Selama beberapa dekade, arbitrase bisnis juga telah dipromosikan melalui Pengadilan
Internasional Arbitrase di Kamar Dagang Internasional (ICC; www.iccwbo.org) yang berbasis di
Paris. ICC baru-baru ini memodernisasi beberapa peraturan lamanya. Namun karena itu sangat
terkenal organisasi, ia memiliki tumpukan kasus yang luas. Secara keseluruhan, ICC telah
mendapatkan reputasinya lebih lambat, lebih mahal, dan lebih rumit dibandingkan beberapa
alternatif arbitrase. Sebagai AS keterlibatan dalam perdagangan global tumbuh secara dramatis
selama periode pasca-Perang Dunia II American Arbitration Association (AAA) juga diakui
sebagai lembaga yang efektif di dalamnya yang mana untuk menyelesaikan perselisihan. Pada
tahun 1992, AAA menandatangani perjanjian kerja sama dengan Beijing di Tiongkok Pusat
Konsiliasi.

Badan lain untuk menyelesaikan perselisihan adalah Institut Arbitrase Swedia di


Stockholm Kamar Dagang. Badan ini sering menangani perselisihan antara Barat dan Timur
negara-negara Eropa dan telah mendapatkan kredibilitas atas pemerintahannya yang adil.
Namun, sebuah keputusan yang menguntungkan dari pengadilan arbitrase adalah satu hal
keputusan yang ditegakkan adalah hal lain. Untuk Misalnya, Grup IMP Kanada mengajukan
kasusnya terhadap mitra pengembangan hotel Rusia ke Stockholm dan dianugerahi $9,4 juta.
Ketika pembayaran tidak kunjung datang, perwakilan IMP mengambil tindakan sendiri. Mereka
menyita sebuah jet Aeroflot di Kanada dan melepaskannya hanya setelah Rusia membayar.

Alternatif arbitrase lainnya telah menjamur dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu
telah disebutkan, pusat arbitrase aktif ada di Vancouver, Hong Kong, Kairo, Kuala Lumpur,
Singapura, Buenos Aires, Bogotá, dan Mexico City. Arbitrase Dunia Institut didirikan di New
York; di Inggris, Penasihat, Konsiliasi dan Layanan Arbitrase (ACAS) telah mencapai
kesuksesan besar dalam penanganan perselisihan industrial. Dewan Internasional untuk Arbitrase
Komersial (ICCA) dibentuk untuk berkoordinasi kegiatan organisasi arbitrase yang tersebar luas
itu bertemu di lokasi berbeda di sekitar dunia setiap empat tahun sekali.

Komisi Hukum Perdagangan Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCITRAL;


www.uncitral. org) juga telah menjadi kekuatan yang signifikan dalam bidang arbitrase.
Aturannya menjadi lebih atau standar yang lebih sedikit, karena banyak organisasi yang baru saja
disebutkan telah mengadopsinya dengan beberapa modifikasi tions. Banyak negara berkembang,
misalnya, sudah lama mempunyai prasangka terhadap ICC, AAA, dan organisasi negara maju
lainnya. Perwakilan negara-negara berkembang berasumsi demikian organisasi akan bias
berpihak pada perusahaan multinasional. Oleh karena itu, berkembang negara-negara bersikeras
untuk menyelesaikan perselisihan di pengadilan nasional yang tidak dapat diterima oleh banyak
orang perusahaan multinasional. Hal ini terutama terjadi di Amerika Latin, yang memerlukan
Doktrin Calvo perselisihan yang timbul dengan penanam modal asing harus diselesaikan di
pengadilan nasional berdasarkan hukum nasional. Itu meningkatnya pengaruh peraturan ICCA
dan UNCITRAL, ditambah dengan menjamurnya peraturan regional pusat arbitrase, telah
berkontribusi terhadap perubahan sikap di negara-negara berkembang dan mengakibatkan
meningkatnya penggunaan arbitrase di seluruh dunia.

2.5 Lingkungan Peraturan Pemasaran Global.

Lingkungan peraturan pemasaran global terdiri dari berbagai peraturan pemerintah dan
lembaga non-pemerintah yang menegakkan hukum atau menetapkan pedoman dalam
menjalankan bisnis. Hal ini badan pengatur menangani berbagai masalah pemasaran, termasuk
pengendalian harga, penilaian impor dan ekspor, praktik perdagangan, pelabelan, peraturan
makanan dan obat, kondisi kerja tions, perundingan bersama, konten iklan, dan praktik
persaingan. Sebagaimana dicatat dalam The Wall.

Journal Jalanan: Peraturan masing-masing negara mencerminkan dan memperkuat ciri


kapitalismenya yang bersifat predator di AS, pihak ayah di Jerman, dan dilindungi di Jepang dan
nilai-nilai sosialnya. Lebih mudah untuk membuka bisnis di AS dibandingkan di Jerman karena
masyarakat Jerman lebih menghargai konsensus sosial dibandingkan pengambilan risiko, namun
kenyataannya demikian lebih sulit untuk mempekerjakan orang karena orang Amerika lebih
khawatir tentang tuntutan hukum diskriminasi. Hal ini lebih mudah untuk mengimpor pakaian
anak-anak ke AS dibandingkan di Jepang karena pembelaan birokrat Jepang pembatasan impor
yang campur aduk, namun lebih sulit untuk membuka cabang bank di seluruh AS karena Warga
Amerika sangat membela hak prerogatif negara.

Lingkungan peraturan dalam pemasaran global mencakup beragam regulasi dan


kebijakan yang mempengaruhi cara perusahaan beroperasi dan memasarkan produk mereka di
pasar global. Beberapa aspek penting dari lingkungan peraturan ini termasuk:

1. Regulasi Perdagangan Internasional: Regulasi ini termasuk tarif, kuota impor,


perjanjian perdagangan bebas, dan regulasi lain yang mengatur perdagangan antar negara.

2. Hukum Perlindungan Konsumen: Regulasi ini mencakup praktik pemasaran yang adil,
label produk yang jelas, dan perlindungan terhadap konsumen dari penipuan dan praktik
pemasaran yang merugikan.

3. Hukum Hak Kekayaan Intelektual: Regulasi ini mencakup hak cipta, merek dagang,
paten, dan rahasia dagang. Perusahaan harus memahami dan mematuhi peraturan perlindungan
hukum dan mendaftarkan hak-hak kekayaan intelektual mereka di negara-negara target.

4. Regulasi Pemasaran Digital: Dalam era digital, regulasi ini berkaitan dengan privasi
data, iklan online, dan kepatuhan terhadap regulasi penggunaan data pribadi seperti GDPR di
Uni Eropa atau CCPA di California.

5. Regulasi Industri-Spesifik: Setiap industri memiliki regulasi khusus yang perlu


dipatuhi, seperti peraturan pangan, obat-obatan, keuangan, atau energi.

6. Kebijakan Pajak: Perusahaan harus memperhatikan regulasi pajak yang berlaku di


setiap pasar target, termasuk peraturan terkait pajak penjualan dan pengenaan pajak atas laba.

7. Peraturan Ekspor-Impor: Hal ini meliputi aturan dan pembatasan terkait dengan ekspor
dan impor barang, termasuk kontrol ekspor untuk barang-barang tertentu.

8. Peraturan Lingkungan: Beberapa negara memiliki regulasi ketat terkait dengan produk
yang bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Mematuhi lingkungan peraturan yang kompleks ini adalah penting bagi perusahaan yang
ingin sukses dalam pemasaran global. Melanggar regulasi dapat berdampak negatif pada reputasi
perusahaan, menghasilkan sanksi hukum, dan bahkan menyebabkan kerugian finansial yang
signifikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mematuhi peraturan yang berlaku di
setiap pasar target.

Di sebagian besar negara, pengaruh badan pengatur sangat luas, dan pemahaman
mengenai hal ini sangat luas cara mereka beroperasi sangat penting untuk melindungi
kepentingan bisnis dan memajukan program-program baru. Eksekutif di banyak perusahaan
global menyadari bahwa mereka perlu mempekerjakan pelobi untuk mewakili kepentingan
mereka dan untuk mempengaruhi arah proses regulasi. Misalnya, pada awal tahun 1990an,
McDonald's, Nike, dan Toyota tidak memiliki satupun perwakilan di Brussel tetapi saat ini
perwakilan tersebut dan perwakilan lainnya perusahaan memiliki beberapa orang yang mewakili
kepentingan mereka kepada Komisi Eropa. Hukum AS firma dan perusahaan konsultan juga
telah meningkatkan kehadiran mereka secara tajam di Brussel dalam upaya untuk mendapatkan
wawasan mengenai politik UE dan akses terhadap pembuat kebijakannya, beberapa diantaranya
telah mempekerjakan pejabat UE. Secara keseluruhan, saat ini terdapat sekitar 15.000 pelobi di
Brussel yang mewakili sekitar 1.400 perusahaan dan organisasi nirlaba dari seluruh dunia.

1. Organisasi ekonomi regional: contoh UE

Pentingnya organisasi regional seperti WTO dan UE secara keseluruhan dibahas dalam
Bab 3. Namun dimensi hukumnya penting dan akan disebutkan secara singkat di sini. Perjanjian
Roma membentuk Komunitas Eropa (EC), pendahulu Uni Eropa. Perjanjian ini menciptakan
kerangka kelembagaan di mana dewan (Dewan Menteri) berfungsi sebagai badan pengambil
keputusan utama, dengan setiap negara anggota mempunyai perwakilan langsung. Yang lain tiga
lembaga utama komunitas ini adalah Komisi Eropa, badan eksekutif UE Parlemen Eropa, badan
legislatif dan Pengadilan Eropa.

Undang-Undang Tunggal Eropa pada tahun 1987 mengamandemen Perjanjian Roma dan
memberikan dorongan yang kuat untuk pembentukan pasar tunggal mulai 1 Januari 1993. Meski
secara teknis targetnya adalah belum sepenuhnya terpenuhi, sekitar 85 persen rekomendasi baru
telah diterapkan ke dalam undang-undang nasional oleh sebagian besar negara anggota pada
tanggal target, sehingga menghasilkan harmonisasi yang substansial. Sebuah badan yang relatif
baru yang dikenal sebagai Dewan Eropa (entitas yang berbeda dari Dewan Menteri) secara resmi
dimasukkan ke dalam struktur kelembagaan Komisi Eropa berdasarkan Pasal 2 Konvensi Eropa
pada tahun 1987. Terdiri dari kepala negara anggota ditambah presiden Komisi Eropa, peran
Dewan Eropa adalah menentukan pedoman politik umum bagi serikat pekerja dan
menyediakannya arahan mengenai isu-isu terkait integrasi seperti kesatuan moneter. Pemerintah
di Pusat dan Negara-negara Eropa Timur yang berharap untuk bergabung dengan UE saat ini
telah menyelaraskan undang-undang mereka yang berasal dari UE.

Perjanjian Roma berisi ratusan pasal, beberapa di antaranya dapat diterapkan secara
langsung kepada perusahaan global dan pemasar global. Pasal 30 sampai 36 menetapkan
kebijakan umum disebut sebagai “Arus Bebas Barang, Manusia, Modal dan Teknologi” di antara
negara-negara anggota. Pasal 85 hingga 86 berisi peraturan kompetisi, sebagaimana diubah
dengan berbagai arahan dari 20 anggota ber Komisi Uni Eropa. Komisi ini merupakan badan
administratif UE dari basisnya di Brussel, mengusulkan undang-undang dan kebijakan,
memantau kepatuhan terhadap undang-undang UE, mengelola dan menerapkan undang-undang
UE, dan mewakili UE di organisasi internasional. Komisi anggotanya mewakili serikat pekerja,
bukan negaranya masing-masing.

Undang-undang, peraturan, arahan, dan kebijakan yang berasal dari Komisi UE harus
diajukan ke Parlemen Eropa untuk dimintai pendapat dan kemudian diteruskan ke Eropa Dewan
untuk keputusan akhir. Setelah Dewan menyetujui suatu calon undang-undang, maka undang-
undang tersebut menjadi serikat pekerja hukum, yang agak analog dengan hukum federal AS.
Peraturan dengan sendirinya menjadi undang-undang di seluruh UE arahan mencakup kerangka
waktu untuk implementasi peraturan perundang-undangan di masing-masing arahan negara
anggota. Misalnya, pada tahun 1994 Komisi mengeluarkan arahan mengenai penggunaan produk
perdagangan tanda dalam iklan komparatif. Masing-masing negara anggota UE berupaya
menerapkan hal ini pengarahan di Inggris, Undang-Undang Merek Dagang tahun 1994
memberikan hak kepada perusahaan untuk mengajukan permohonan untuk perlindungan merek
dagang atas bau, suara, dan gambar dan juga memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap
pemalsuan merek dagang.
Dengan bangkitnya pasar tunggal, banyak industri menghadapi lingkungan peraturan
baru. Pengadilan Eropa (ECJ) adalah otoritas hukum tertinggi di UE. Sebagai sebagai satu-
satunya penengah hukum UE, ia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa hukum dan
perjanjian UE ditafsirkan seragam di seluruh serikat pekerja. Berbasis di Luksemburg,
pengadilan ini terdiri dari dua pengadilan terpisah. Yaitu badan senior yang dikenal sebagai
Pengadilan; entitas terpisah, Pengadilan Tingkat Pertama, mendengarkan kasus-kasus yang
melibatkan perdagangan dan persaingan.

Meskipun Pengadilan Eropa memainkan peran yang serupa dengan Mahkamah Agung
AS, ada perbedaan penting. Pengadilan Eropa tidak dapat memutuskan kasus mana yang akan
disidangkan, dan itu tidak mengeluarkan pendapat yang berbeda (dissenting opinion). Pengadilan
menjalankan yurisdiksi atas berbagai masalah perdata melibatkan perdagangan, hak-hak
individu, dan hukum lingkungan. Misalnya, ECJ dapat menilai kerusakan usia terhadap negara-
negara yang gagal menerapkan arahan pada tanggal yang ditetapkan. Pengadilan juga
mendengarkan perselisihan yang muncul di antara 28 negara anggota UE mengenai masalah
perdagangan seperti merger, monopoli, dan perdagangan hambatan dan peraturan, dan ekspor.
Selain itu, ECJ diberi wewenang untuk menyelesaikan konflik antara hukum nasional dan hukum
UE. Dalam sebagian besar kasus, undang-undang UE menggantikan undang-undang individu
nasional Negara-negara Eropa.

Namun para pemasar harus menyadari bahwa undang-undang nasional harus selalu
dikonsultasikan. Nasional undang-undangnya mungkin lebih ketat dibandingkan undang-undang
UE, terutama dalam bidang persaingan usaha dan antimonopoli ke sejauh mungkin, undang-
undang UE dimaksudkan untuk menyelaraskan undang-undang nasional guna mendukung tujuan
yang telah ditetapkan dalam Pasal 30 hingga 36. Tujuannya adalah untuk merancang undang-
undang yang longgar di beberapa negara anggota. standar minimum yang ditetapkan, namun
ketentuan yang lebih ketat mungkin masih ada dalam beberapa undang-undang nasional.

Misalnya, Italia baru-baru ini memperkenalkan Undang-Undang Regazzoni Versace yang


dimaksudkan untuk mengatur perdagangan tekstil, kulit, dan alas kaki. Dinyatakan bahwa jika
setidaknya ada dua tahap produksi ada empat seluruh tahapan terjadi di Italia, sebuah pakaian
dapat diberi label “Buatan Italia”. Selain itu, negara atau negara-negara di mana tahapan
produksi yang tersisa berlangsung harus diidentifikasi. Reguzzoni Versace seharusnya mulai
berlaku 1 Oktober 2010, namun Brussels keberatan dengan alasan undang-undang tersebut
bertentangan dengan Pasal 34, yang melarang tindakan nasional yang memberikan pembatasan
perdagangan di UE. Dalam pandangan regulator UE, Undang-undang Regazzoni Versace
bersifat “proteksionis” dan lebih ketat dibandingkan undang-undang lainnya. Undang-undang
UE, yang mensyaratkan hanya satu tahap produksi utama yang dilakukan di Eropa.

Kasus baru lainnya di Italia melibatkan Universitas Florence, yang digugat oleh seorang
dosen dari Belgia atas dasar diskriminasi. Pengadilan Italia diminta untuk menentukan apakah
hal tersebut akan terjadi fakta-fakta dari kasus tersebut menunjukkan bahwa hukum Italia telah
diterapkan secara setara baik di Italia maupun di luar negeri akademisi. Jika pengadilan
menemukan bahwa hukum nasional pada kenyataannya telah diterapkan secara setara, maka
kasus ini akan berakhir di sana. Jika tidak, kasus ini akan dibawa ke ECJ, yang akan mengambil
keputusan berdasarkan undang-undang UE melarang diskriminasi berdasarkan kewarganegaraan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lingkungan politik pemasaran global adalah seperangkat lembaga pemerintah, perikatan,


dan organisasi yang merupakan ekspresi masyarakat di negara-negara di dunia. Khususnya oleh
karena itu, siapa pun yang terlibat dalam pemasaran global harus memiliki pemahaman
menyeluruh tentang pentingnya hal ini kedaulatan kepada pemerintah nasional. Lingkungan
politik bervariasi dari satu negara ke negara lain, dan penilaian risiko politik sangatlah penting.
Penting juga untuk memahami kebijakan pemerintah tertentu tindakan sehubungan dengan pajak
dan penyitaan aset. Secara historis, yang terakhir ini berbentuk pengambilalihan, penyitaan, dan
nasionalisasi.

Lingkungan hukum terdiri dari undang-undang, pengadilan, pengacara, kebiasaan hukum,


dan praktik. Hukum internasional terdiri dari aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang dianggap
mengikat oleh suatu negara sendiri. Negara-negara di dunia secara luas dapat dikategorikan
memiliki kesamaan sistem hukum hukum atau sistem hukum hukum perdata. Amerika Serikat
dan Kanada dan banyak negara sebelumnya Koloni Inggris adalah negara hukum umum sebagian
besar negara lain adalah negara hukum perdata. A sistem ketiga, hukum Islam, mendominasi di
Timur Tengah. Beberapa hukum yang paling penting masalah yang berkaitan dengan yurisdiksi,
anti monopoli, dan perizinan. Selain itu, suap juga merajalela di banyak negara bagian dari
dunia; Undang-Undang Praktik Korupsi Asing (FCPA) berlaku untuk perusahaan-perusahaan
Amerika beroperasi di luar negeri. Perlindungan kekayaan intelektual juga merupakan masalah
hukum penting lainnya. Pemalsuan merupakan masalah utama dalam pemasaran global
seringkali melibatkan pelanggaran hak cipta perusahaan, kepemilikan paten, atau merek dagang.
Apabila timbul konflik hukum, perusahaan dapat melanjutkan permasalahan tersebut di
pengadilan atau menggunakan arbitrase.

Lingkungan peraturan terdiri dari lembaga-lembaga, baik pemerintah maupun non-


pemerintah, yang menegakkan hukum atau menetapkan pedoman untuk menjalankan bisnis.
Kegiatan pemasaran global bisa dipengaruhi oleh sejumlah organisasi ekonomi internasional atau
regional di Eropa untuk Misalnya, UE membuat undang-undang yang mengatur negara-negara
anggotanya. WTO akan memberikan dampak yang luas kegiatan pemasaran global di tahun-
tahun mendatang.
Meskipun ketiga lingkungan tersebut politik, hukum, dan peraturan sangat rumit dan
cerdik pemasar membuat rencana ke depan untuk menghindari situasi yang mungkin
mengakibatkan konflik, kesalahpahaman, atau pelanggaran langsung terhadap hukum nasional.

3.2 Saran

Tinjau peraturan dan perlindungan hak kekayaan intelektual di berbagai negara dan
analisis bagaimana perusahaan dapat melindungi merek, paten, dan hak cipta mereka dalam
lingkungan pemasaran global. Teliti bagaimana peraturan lingkungan yang berbeda di negara-
negara target mempengaruhi strategi pemasaran produk dan layanan yang ramah lingkungan atau
berkelanjutan. Analisis dampak regulasi privasi data seperti GDPR di Uni Eropa atau CCPA di
California terhadap strategi pemasaran digital global perusahaan dan bagaimana perusahaan
dapat mematuhi peraturan tersebut tanpa mengorbankan efektivitas pemasaran. Teliti bagaimana
peristiwa politik global seperti perubahan pemerintahan, kebijakan perdagangan, atau
ketegangan geopolitik mempengaruhi strategi pemasaran global perusahaan dan bagaimana
perusahaan merespons perubahan politik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Green, M. C., & Keegan, W. J. (2018). Global Marketing.

Anda mungkin juga menyukai