Anda di halaman 1dari 24
3 KONSEP PERILAKU KESEHATAN Prof. Dr. Sockidjo Notoatmodyjo, S.K.M., M. Com. H. A. BATASAN PERILAKU Dari aspek bilogis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi biologis semua makhluk hidup termasuk binatang dan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berpikir, dan seterusnya. Secara singkat, aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 yakni: a) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya: berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya. b) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berpikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya. Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses; Stimulus --------> Organisme ----- wees > Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons). Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu: a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditim- bulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respon-dent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita 3 ~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 43 3 KONSEP PERILAKU KESEHATAN }-- Prof. Dr. Sockidjo Notoatmodjo, S.K.M., M. Com. H. A. BATASAN PERILAKU Dari aspek bilogis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi biologis semua makhluk hidup termasuk binatang dan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berpikir, dan seterusnya. Secara singkat, aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 yakni: a) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya: berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya. b) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berpikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya. Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus ---> Organisme ----- sree) > Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons). Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu: a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditim- bulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respon-dent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita 3~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 43 dapat dikelompokkan menjadi dua, a. Perilaku tertutup (Covert behavior) 44 b. Operant respons atau ins' endengar berita suk 1. mE . se rasa 560 suka cita- pulkan ons, yakni respons grumental Festi oleh stimuli inna vakhir ta yang timbul dan berkembane A scang Y00S era atau rangsangan yang 7 atau rein fore s georang petugas Misalny® 00% aik adalah sebagai} a dengan jgalnya (stimulus), mov adi stimulus untuk yja baik tersebut si pekerjaan. musibah akan menimbulka atau gembira, akan meni” disebut reinforcing stimu: untuk memperkuat respons. kesehatan melakukan tugaspy® ©” respons terhadap gaji yang CUKUP: Kemudian karena korja baik terseb0 2° memperoleh promosi pekerjaan eh promo sebagai reinforcer untuk memper0 maka perilaku manusia Berdasarkan teoxi “S-O-R” tersebut yaitu: terhadap stimulus ng lain (dari luar) h terbatas dalam ngetahuan dan Perilaku tertutup terjadi bila respons tersebut masih belum dapat diamati ora’ secara jelas. Respons seseorang mast bentuk perhatian, perasaan, persepsi, Pe n sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ‘unob- servable behavior”atau “covert behavior” yang dapat diukur dari pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya di mana tempat periksa hamil yang dekat (sikap). Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang Jain dariluar atau “observable behavior”. Contoh, seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau ke makan, dan sebagainya Contoh. . “cont berbentuk tindakan nyata, dal Wain tersebut adalah bentuk praktik (practice), egiatan, atau dalam ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi; inya ~ TEORIS-O-R TMULUS }——»| ORGANISME | ___»| RESPONS sp TERTUTUP Pengetahuan Sikap eS RESPONS TERBUKA Praktik Tindakan B. ILMU-ILMU DASAR PERILALU Dari uraian-uraian sebelumnya disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni: stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respons merupakan faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, di mana seseorang tersebut berada. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah: perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Faktor sosial sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara lain, struktur sosial, pranata-pranata sosial, dan permasalahan-permasalahan sosial yang lain. Ilmu yang mem- pelajari masalah-masalah ini adalah sosiologi. Faktor budaya sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain: nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan Masyarakat, tradisi, dan sebagainya. IImu yang, mempelajari masalah-masalah ini adalah antropologi. Sedangkan faktor-faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seperti 3 ~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 45 oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelom- okkan menjadi dua, yakni: PY Perilaku orang yang schat agar tetap sehat dan meningkat Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang meneakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah keschatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). Contoh: makan dengan gizi seimbang, olah raga teratur, tidak merokok dan meminum minuman keras, menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan sebagainya. 2, Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pen- carian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, paranormal), maupun pengobatan modern atau profesional (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya). Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, dan membedakannya menjadi tiga, yaitu: 1. Perilaku sehat (healthy behavior) Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain: @ Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas), maupun jenisnya (kualitas). & Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik di sini tidak harus olah raga. Bagi seseorang yang 3 ~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 47 j gerakan-geral, enubi ge! kan gadab BOP” narnya sudah danas pekexjaannya mem” ¥ teratuls — seseorang yan, fisik secara rule © i oh £80" cegiatan fisik sepery dikategorikan bev melakvkeh ois, dan sebagainya, pekerjaannya 409° stor, Se eur , manager, adminit™ gecara teres zuman keras sertg memerlukan olah 248 minum kebiasaan yan, hk dan me ke a ala. ny ¢. Tidak meroko! Meroko! jp perokok cenderung ba. Mer. es menggunakan nar gilndonesiaJY"_. di Indonesia adalaj jnuman Keras day tidak sehat, namun (96 ori dewas' f mpit é d meningkat. Hamp: po masib yendah (sekita, oba mes perokok. Sedangker Pp ypenggunaaan nat 7 i ; 1,0%), vetapi makin mening aku bake! n saja bergung : 8 i api juga unt ° Istirghat sone oi goehateh fisik, tet Piptek-dewae een ad tal. DengaD perkembansny’ ania 82, Kesehatan mental. Deng 9 ngkatican _ ini, juga memacu oraDg yang akhirnya Sr ‘al dan ekonomi, ¥% baik di bidang sosial keras, ws nk i ea menghiraukan beban fisik dan mentalnya- Tstisahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk memper. tahankan kesehatannya. . e. Pengendalian atau manajemen stres. Stres adalah bagian dari kehidupan setiap orang, tanpa pandang b u. Semua ial, ekonomi, jabatan atau orang terlepas dari tingkat sosi: \ a kedudukan, dan sebagainya, mengalami stres. Stres tidak dapat dihindari oleh siapa saja, nhamun yang dapai dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental (rokhani). f Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan. Intl dat perilaku ini adalah tindakan atau perilaku agar dapat terhindar dari berbagai macam penyalsit dan masalah kesehatan, t “ale : meningkat-kan kesehatan, » fermasulk perilaku untuk 2. Perilaku sakit (Iliness behavior) Perilaku sakit adalah ber! . kai : kegiatan seseorang yang sa aitan dengan tindakan ata kit dan/atau terkena masalah 48 ~-Promosi Kesehatan Teor; dan Aplikasi, sinya ~ kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang Jainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain: a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabai- kan, dan tetap mejalankan kegiatan sehari-hari. pb. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada 2 cara, yakni: cara tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok, dan sebagainya), dan cara mo- - dern, misalnya minum obat yang dibeli dari warung, toko obat atau apotek, ° c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni: fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan paranormal), dan fasilitas atau pela- yanan keschatan modern atau profesional (Puskesmas, poliklinik, dokter atau bidan praktik swasta, rumah sakit, dan sebagainya) 3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupa- kan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain: a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan. c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya. d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya. e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya. D. DOMAIN PERILAKU Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (co- vert), dan perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan 3.~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 49 aku adalah totalitas Ya sebelimnya, tetapi aebenarnya POUT Ton perkataan jam texjadi pada orang yang bersaubit | emahaman dan aktiviy,’ perilalcu adalah keseluruhan (totalite® © a ntara faktor inter! seseorang yang merupakan hasil bevjalah sangat kompleks, q, dan ekestevnal, Porilaka seseorane S081) ain Bloom (igqe mempunyai bentangan yang sansa soa pedakan adanya 3 are, seorang ahli psikologi pendidikan, PO" ni kognitif (cog, wilayah, ranah atau domain poral ychomotor). Kemudia, tive), afektif (affective), dan psikomotet tr asin ini diterjemay, oleh ahli pendidikan di Indonesia, ke UES TP a (psikomoton, kan ke dalam cipta (kognitif), 484 I fobs » atau peri cipta, peri rasa, dan pet? inte kan peihbasi Dalam perkembangan selanjutnya, br a pendia fea domain oleh Bloom ini, dan untuk kepe™™ ee a praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah P ebagal berikut: 1. Pengetahuan (knowledge) . Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau has] tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besat, ST demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk sapogeber alana nee a ee pertaiivaahpertanpacn, i Ssuata dapat menggunakat yang kurang gizi, apa ) misalnya: apa tanda-tanda anak » apa penyebab penyakit TBC, bagaimal 50 ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek terebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekadar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau meng- aplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya, Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang 3-~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 51 pgetahuan yang ding, i eemampuan yg ay e logis dari seomponon:kOmPOne suatu kes Dengan kata lain, oo i formulas formulas, y¥; menyusun formulas pat buat ate meri : i et a dengan kata iden, dans ™ Pula, tentang artikel yang telab aibact- & i vation) 2 60: Bvaluesi aan dengao ke cethalee unt eae en justifikasi atau PePNO an condi Jai inl ny; objek tertentu. penilaia? ‘ genet Shiceaviean pada suatu kriteria YO08 ditentukan send, idasarkan p Jaku di masyarakay berla. atau norma-norma yang A 7 Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukay seorang anak menderita manus atan tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarg, berencana, dan sebagainya- 2. Sikap (Attitude) Sikap adalah juga respons stimulus atau objek tertentu, tertutup. seseorang terhadap yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, pbaik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sedérhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object. » Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang abi psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan moti Le Dalen kata lain, fungsi sikap belum merupak? Loam engenes terbuka) atau aktivitas, akan tetay! tertutup). predisposisi perilaku (tindakan) atau reas" 52 ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya HUBUNGAN SIKAP DAN TINDAKAN OSES sIMULUS PR Giangsngan) STIMULUS REAKSI TERTUTUP (Sikap) Komponen Pokok Sikap: Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu: . a, Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta. _ athe. b, Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandurig di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap‘objek: Séperti contoh’butir a tersebut, berarti bagaimand orarig menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit ‘yang’biasa saja atau penyakit yang membahayakan, © @ =? 9°sS- 200 Vi . ~ ¢, Kecenderungan tintuk bertindak (tend tobehave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancing-ancang tinhik bertindale atau berperilaku terbuka (tindakan); Misalnya;:tentang dontoh sikap terhadap penyakit:kusta'di atas;iadalah apa: yang i> dilakukan seseorang bila iaimenderita penyakit kustac -~ Ketiga ‘komponén ‘tersébut ‘secara bersama-sama_mem- bentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh: Seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara Pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa 3 ~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 53 ibu untuk berpil jeluarganya, teruta, ha supay” darah. Dalam bering! a jsut bekerja sehingga ig anaknya tidak kena perv jyakina® # dak) untuk melakuka, ini Komponen emosi 42? | tersebut berniat (kecender M agar anaknya tidak key# i dan ange ereemald perdarah. Toa! ere li akukan 3 M) terhadap objey, i ail rtentu yah. bas Pompuriyad atiean 1 lemam bende juga mempunyai tingkay, tertentu yakni penyakit d tingkat berdasarkan intens™ a. 54 taba sebagai pberikut: Seperti halnya penge' ye; , iui bjek Menerima (receiving) eseorang atau sul my; i iarti hwa 5! z : Menerima diartikan ba perikan (objek). Mioalngs, silky menerima stimulus 78 oS amil (ante natal €278), dap seseorang terha et Pari kebal diran si ibu unt uw lenges. Cae o a nen tentang ‘ante natal care di lingkungannya, Menanggapi (responding) perikan jawaban at, (responainé) an memberil an atay Menanggapi di sini artiken et objek ya dihada tanggapan terhadap pertanyaan spenyubahan antenen Misalnya, seorang ibu yang mengikut Pe apioleh poner a care tersebut ditanya atau diminta menangg: uh, kemudian ia mejawab atau menanggapinya. Menghargai (valuing) ae Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilaj yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons, Contoh butir a di atas, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan ante natal care. atas, ibu yang sudah may mengikuti i 1 ngikuti care, eee beta untuk mengorbankan waktunya, atal mertuanya Karena menines astlannya, oral diomeli oleh nrumah, dan sebagai i gainya. ~ Promosi Kesehatan, Teort dan, Aplikasi inya ~ n atau Praktik (Practice) aint telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kapen derungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu tewujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan erlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa pamil itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, Posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak, kemung-kinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu a. Praktik terpimpin (guided response) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehami- lannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangga-nya. Seorang anak kecil menggosok gigi namun. masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktik atau tindakan terpimpin. b. Praktik secara mekanisme (mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mem- praktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu mem-bawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan. Seorang anak secara otomatis mengosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh ibunya. ce. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekadar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bahan makanan tersebut murah harganya. 3, TH 3 ~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 55 R PERILAKU KRgp KATO B. PENGUKURAN DAN INP! HATAN | elumny: Seperti telah diuraiken sebernn (i mencakup 3 domain, yakni: PNP a. (p tude), dan tindakan atat ypaanny® mengukur perilaku dan peri 3 domain kesehatan juga mengacu kep t dapat dijelaskan sebagai aren pnowledge) a. Pengetahuan kesehatan (16 jnatan adalah meneakup apy Pengetahuan tentang kesel jnadap cara-cara memelihar, yang diketahui oleh seseorang ter! cara-cara memelihar, kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan ini meliputi: iitmenular dan tidak menulay 1) Pengetahuan tentang penya anya atau gejalan Genis penyakit dan tanda-tandany: ii ya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangan} sementara). a 2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atay mempengaruhi kesehatan antara Jain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah , pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya. 3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun yang tradisional. 4) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat-tempat umum. 5) danseterusnya. Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti tersebut di atas, adalah dengan mengajukan petanan tanyan sears lansing (wawanesr) a ; “pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan tgs . ” adalah “tingginy? pengetahuan’ responden tentang kx ng kesehatan, atau besarnyé persentase kelompok responden atau variabel-variabel atau kompone kk masyarakat tentané Misalnya, berapa % sesponden at: n-Komponen kesehatal- tentang cara-cara mencegah pen nud masyarakat yang tahv 'yakit demam berdarah, ata" 56 ~ Promosi Kesehatan Teori dan Apiibag; inya ~ a, bahwa Perilay, owledge), sikap (qy,; ‘ctice). Oleh sebab iq, \shususnya Perilaky tersebut. Secara Ting pa % masyarakat atau responden yang mempunyai berapy ahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif, dan penget sebagainya. sikap terhadap kesehatan (health attitude) / Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel, yaitu: I) Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menanganinya sementara). 2) Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau mem- pengaruhi kesehatan, antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya. 3) Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profes- sional maupun tradisional. 4) Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat umum. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang imunisasi pada anak balita, bagaimana pendapat responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu, dengan menggunakan skala Lickert. Misalnya: Beri pendapat Anda tetang pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan mem- berikan penilaian sebagai berikut : 5 : bila sangat setuju 4:bila setuju 8: bila biasa saja 2: bila tidak setuju 1: bila sangat tidak setuju 3 ~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 57 ~ 58 kit yan; - dalah penya 'S San, Contoh: a. Demam berdaxah dapat b “ berbahaya- p i] dapat menyeba}y i Avemia pada ibu ham kay kematianibu. jdak perlu dikucilkan c. Pendesita HIVIAIDS "8 Atay ™ diisolasi, dan sebagamy"* A 7 dari pertanyaan” Sikap juga dapat diukur da’ tidak langsung, misalnya: a Apabila Anda diundan hadir? tentang Napza, apakah Anda sali ides di desa ini, a; b. Seandainya akan dibangun Poli : ” 80akay, ‘Anda mau membantu dana?, dan sebagainya. Praktik Kesehatan (health practice) i Praktik keschatan atau tindakan untuk hidup sehat adaly, semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka Meme. lihara kesehatan. Tindakan atau praktik keschatan ini j meliputi 4 faktor seperti pengetahuan dan sikap kesehatay tersebut di atas, yaitu: a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahay penyakit menular dan tidak menular dan praktik tent, mengatasi atau menangani sementara) penyakit yang diderita. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya. ce, Tindakan atau praktik sehubungan dengan Fi kp. ons Penggunaan (utilisasi) fasilitas pelayanan kesehatan, d. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat umum, Pengukuran atau cara me = i 7 ngamati perilaku dapat oon mela dua cara, secara langsung, maupun seat tak angsung. engukuran Perilaky yang paling baik adalah mengamell tea sun Pengamatan (observasi), yaitt kesehatannya, misalnya: dip. ¢ 2 Tangka memeliharé 7 ya: d * besar, makanan yang dig, " Mana responden membuang a mengamati praktik gizi, dan se agai dalam keluarga unt pertanyaan Se99, a e untuk mendengarkan Ceram, ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplibass inya ~ Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode enetazat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan. Contoh: Untuk megetahui perilaku gizi ibu terhadap anak balitanya, dengan menanyakan makanan apa saja yang diberikan kepada anaknya selama 24 jam terakhir. Untuk mengetahui perilaku ante natal care, dapat menanyakan apakah pada kehamilan terakhir melakukan periksa hamil, berapa kali, di mana, dan sebagainya. F. DETERMINAN PERILAKU KESEHATAN Seperti telah diuraikan terdahulu, bahwa perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari.luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Banyak teori tentang determinan perilaku ini, masing-masing mendasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut adalah: a. Teori Lawrence Green Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non- behavioral factors atau faktor non-perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 8 faktor utama, yaitu: 1) Faktor-faktor predisposisi (pre disposing faktors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-niali, tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Anaknya akan memperoleh imunisasi untuk pencegahan penyakit, dan sebagainya. Tanpa adanya pengetahuan- 3~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 59 60 pu tersobub mnungkdin bidal alan me, ibu te Posyand ings factors), dala faletoy, vey atau yang memfasilitg,: Keaud dengan fakty, pengetahuan ini, bawa anaknya ke 2) Faktor-faktor pemungkin eal faktor yang memungiin ‘dima perilaku atau tindakan- en prasarana atau fasiliy pemungkin adalab sarana Ey misalaya Pusksema. untuk terjadinya perilalee ae pembuangan air, tempat Posyandu, rumah sakil emp Bevaga, makanan berg Oe eeany’- Sebuah keluarga ee sudah tahy masalah kesehavan, mengupayakcan e- a menggunakan air bersih, buan& air besa Telapt: makan makanan yang bergizi, dan aE Py apabila keluarga tersebut tidak mampu ee ene akan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa aE air besar di kali/kebun, menggunakan air kali untule keperluan sehari-hari, makan seadanya, dan sebagainya. 3) Faktor-faktor penguat (reinforcing: factors), adalah faktor. faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukan. nya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau melakukan periksa hamil, karenaibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa hamil, namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat. Secara matematis, diterminan perilaku menurut Green itu dapat digambarkan sebagai berikut: B=F (Pf, Ef, Rf B = Behavior F = Fungsi Pf = Predisposing faktors Ef = Enabling faktors Rf = Reinforcing faktors ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplitasin ya ~ b. Teori Snehandu B. Karr Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan mu Perilaku, Universitas Kalifornia di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu: 1) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindale sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya, orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk itu. 2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social sup- port). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, pa- ling tidak, tidak menjadi gunjingan atau bahan pem- bicaraan masyarakat. 3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana: tujuan ber KB, bagaimana cara ber- KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), akibat-akibat sampingan ber-KB dan sebagainya. 4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal au- tonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam peng- ambilan keputusan masih sangat tergantung kepada suami. Contoh, untuk membawa anaknya yang sakit ke Puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk periksa hamil, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalau suami tidak setuju maka tidak akan.ada pemeriksaan kehamilan. 5) Adanya kondisi dan situasi yang: memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apa pun memang diperlukan 3~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 61 ang tepat. Kondisi da suatu kondisi dan itn aang nas, baik fasititas ay mempunya! » remampu yang ada. Untuk men tersedie rogsehat vmisalnya, las Sang! 1 TBantyy, ea rm ora daniorang vane rr tsten kutan, Mog int kondisi kor tida al asalah, s. Pi Apabila ko Ny a asiny’ ridak mendukungs MANS Perilaku tensa tidak akan texadi. j dapat dirumuskan og, i Secara matematik, teori Karr 3” berikut: $s, Ai, Pa, As) B = Behavior F Fungsi ; Bi = Behavior intention Ss = Sosial support . ‘Ai = Accessibility information Pa= Personal autonomy As = Action situation ce. Teori WHO Tim kerja pendidikan kesehatan dari WHO merumuska determinan perilaku ini sangat sederhana. Mereka mengats. kan, bahwa mengapa seseorang berperilaku, karena adanya4 alasan pokok (determinan), yaitu: 1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasait seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangt™ pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulis, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilalt Seorang ibu akan membawa anaknya ke Puskesmas unt memperoleh imunisasi, akan didasarkan pertimbans® untung ruginya, manfaatnya, dan sumber daya uangnya yang tersedia, dan sebagainya. 2) Adanya acuan atau referensi dari seseorang ata put yang dipercayai (personnal references), Di dalam masy! 62 ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya rakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Orang mau membangun jamban kelurga, kalau tokoh masyarakatnya sudah lebih dulu mempunyai jamban keluarga sendiri. 3) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau fasilitas). Sebuah keluarga akan selalu menyediakan makanan yang bergizi bagi anak- anaknya apabila mempunyai uang yang cukup untuk membeli makanan tersebut, dan orang mau menggosok gigi menggunakan pasta gigi kalau mampu untuk membeli sikat gigi dan pasta gigi. 4) Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Telah diuraikan terdahulu bahwa faktor sosio-budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas. Dari uraian tersebut, teori dari tim WHO ini dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut: Behavior F (Tf, Pr, R, C) Fungsi = Thoughts and feeling Personnal references Resources Culture Dari pengalaman penulis selama melakukan pengamatan. dan bertugas di lapangan (masyarakat), khususnya di pedesa- an, dapat disimpulkan adanya urutan terjadinya perilaku sebagai berikut (khususnya perilaku orang dewasa). Aaya uit How 3 ~ Konsep Perilaku Kesehatan ~ 63 VWARU SKEMAVER ct Sikap ——$—_——] io; [ Bieter > Dariskema tersebut dapat dijelaskan bala perilaku terjagi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang ety faktor-faktor di luar orang fersebut (lingkungan), baik fiat maupun non-fisik. Kemudian pengalaman dan lingkun tersebut diketahuai, dipersepsikan, diyakini, dan sebagainya, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, dan ‘a terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa RUJUKAN Glenz, Karen, Health Behavior and Health Education: Theory and Practice, Yossey-Bass Publisher, San Fransisco, Oxford, 1990. Knutson, Andi L., The Individual, Society, and Health Behavior, Rusel Sage Foundation, New York, 1989. Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Keschatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Wolansky, The Sociology of Health, Little Brown and Co, Boston, Toronto, 1990. 64 ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi inya ~ sKEMA pERILAKU Persepsi Pengetahuan “Pengalaman | kinan Fasili Keyalt Perilaly ‘asilitas Kenginan Soaio- cc Mativesl Budaya Niat. Sikap Eksternal | —> | Internal Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku terjagi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang sertg faktor-faktor di luar orang tersebut (lingkungan), bail fisik maupun non-fisik. Kemudian pengalaman dan Tingkungan tersebut diketahuai, dipersepsikan, diyakini, dan sebagainya, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku. RUJUKAN Glenz, Karen, Health Behavior and Health Education: Theory and Practice, Yossey-Bass Publisher, San Fransisco, Oxford, 1990. Knutson, Andi L., The Individual, Society, and Health Behavior, Rusel Sage Foundation, New York, 1989, Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Wolansky, The Sociology of Health, Little Brown and Co, Boston, Toronto, 1990. 4 64 ~ Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi inya ~ 4 ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN Prof. Dr. Sudarti Kresno, S.K.M., M.A. A PENDAHULUAN Jika kita membahas kembali kerangka Blum tentang status kesehatan , maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu: lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan. Selanjutnya Blum juga menjelaskan, bahwa lingkung- an sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung kehidupannya satu sama lain, karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Dengan perkataan lain, manusia harus hidup bermasyarakat. Disamping itu, manusia makhluk berbudaya, yang dikaruniai akal oleh Tuhan yang berbeda dengan binatang. Oleh karena itu, manusia selalu menggunakan akalnya untuk memecahkan. masalah yang dihadapinya, termasuk masalah kesehatan. Sebagaimana kita ketahui, masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mem- pengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan. Dengan masalah tersebut, maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya, agar hatan yang diberikan kepada masyarakat akan pelayanan kese! eningkatkan kesehatan memberikan hasil yang optimal, yaitu m masyarakat. 4~ Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan...~ 65

Anda mungkin juga menyukai