Proposal Rizky 19

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


EKSTRAK ETIL ASETAT DARI SENYAWA RIMPANG BANGLE
(ZINGIBER CASSUMUNAR ROBX)

RIZKY NURFADILLAH

NIM B1A119179

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam

tumbuhan dan salah satu bentuk makhluk hidup yang terdapat di alam

semesta. Selain itu tumbuhan adalah makhluk hidup yang memiliki daun,

batang akar, bunga, buah dan biji sehingga mampu menghasilkan makanan

sendiri dengan menggunakan klorofil untuk menghasilkan fotosintesis.

Bahan makanan yang dihasilkannya tidak hanya dimanfaatkan oleh dirinya

sendiri, tetapi juga untuk manusia dan hewan. Tumbuhan dapat

menghasilkan oksigen (O2) dan mengubah karbondioksida (CO2) yang

dihasilkan oleh manusia dan hewan menjadi oksigen (O2) yang dapat

digunakan untuk makhluk hidup lainnya.

Tumbuhan mampu merekayasa beranekaragam senyawa kimia

yang mempunyai berbagai bioaktivitas yang menarik, dan kemampuan ini

dapat diartikan sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap ancaman

lingkungan. Dalam hubungan ini tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan

senyawa-senyawa kimia yang bersifat peptisida, insektisida, antifungal,

atau sitotoksik.

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa bioaktif yaitu senyawa

metabolit primer dan sekunder. Senyawa metabolit primer seperti

karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat sedangkan senyawa

metabolit sekunder yaitu sebagai alat pertahanan diri terhadap radikal


bebas, mikroba, virus dan tumbuhan kompetitor (Rahmawati & Nurul,

2017).

Salah satu tumbuhan di Indonesia yang kaya akan senyawa

metabolit sekunder yaitu Rimpang bangle atau nama ilmiah Zingiber

cassumunar Roxb. Adalah salah satu tanaman yang sering dijadikan

sebagai obat herbal oleh masyarakat. Tanaman ini mudah dibudidayakan,

sehingga merupakan obat tradisional yang potensial untuk dieksplorasi

manfaat yang terkandung didalamnya (Buldani Ahmad, et all. 2017).

Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) termasuk dalam

famili zingiberaceae yang telah banyak digunakan dalam pengobatan

tradisional. Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) berkhasiat

sebagai obat demam, perut nyeri, sembelit, masuk angin, cacingan dan

encok (Astarina, et all. 2015).

Menurut penelitian terdahulu Rimpang bangle (Zingiber

cassumunar Roxb.) mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, tanin,

steroid, triterpenoid, antioksidan seperti vitaimin C, vitamin E, karoten,

dan senyawa fenolik (Astarina, et all. 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Rimpang bangle (Zingiber

cassumunar Roxb.) memiliki aktifitas farmakologi sebagai antibakteri,

laksatif, inhibitor lipase pankreas, dan melindungi sel dari kerusakan

akibat stres oksidatif oleh H2O2. Kandungan senyawa di dalam ekstrak

yang dapat tertarik oleh pelarut saat proses ekstraksi, yang berperan dalam

berbagai aktivitas farmakologi tersebut (Astarina, et all. 2015).


Melihat banyaknya khasiat yang dimiliki oleh Rimpang bangle

(Zingiber cassumunar Roxb.) maka diduga terdapat bermacam-macam

konstituen kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Kandungan

kimia yang terdapat dalam tanaman dapat bervariasi tergantung pada

genetik dan faktor lingkungan, metode budidaya, waktu pengumpulan,

serta pengolahan pasca panen. Variabilitas dari kandungan kimia ini dapat

mempengaruhi khasiat dari tanaman obat.

Senyawa metabolit sekunder sebagai senyawa komponen bioaktif

yang ditemukan belum memberikan informasi mengenai senyawa yang

paling berperan sebagai senyawa metabolit sekunder utama. Dengan

demikian, penelitian ini dilakukan untuk menulusuri senyawa tersebut.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah senyawa

metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam ekstrak etil asetat dari

senyawa Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.).

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam

ekstrak etil asetat dari senyawa Rimpang bangle (Zingiber cassumunar

Roxb.).
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Memberikan informasi penting mengenai kandungan kimia dari

senyawa Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.).

2. Memberikan konstribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu

kimia bahan alam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)

Tanaman bangle merupakan tanaman yang tumbuh didaerah asia tropis, dari

india sampai indonesia, di jawa di budidayakan atau di tanam, di pekarangan dan

pada tempat-tempat yang cukup mendapat sinar matahari, mulai dari daerah

rendah sampai 1.300 m dpl . pada tanah yang tyergenang atau becek, pertumbuhan

bangle akan terganggu dan rimpang cepat membusuk. Bangle m,emiliki habitat

herba bangle dianggap memiliki manfaat terhadap kesehatan dan telah digunakan

sejak ratusan tahun lalu oleh masyarakat asia tenggara (Pujiasmanto, 2022).

Gambar 2.1Rimpang Bangle (buku Pujiasmanto, 2021)

Gambar 2.2 Rimpang Bangle( lokasi)


Gambar 2.3 Rimpang bangle (Jurnal Setiawan 2022)

Gambar 2.4 Rimpang Bangle (lokasi)

Tanaman bangle atau nama ilmiah Zingiber cassumunar adalah salah satu

tanaman yang sering dijadikan sebagai obat herbal oleh masyarakat. Tanaman ini

mudah ditemukan dan dibudidayakan, sehingga merupakan obat tradisional yang

cukup potensial untuk dieksplorasi manfaat yang terkandung didalamnya. Bagian

tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah rimpangnya. Rimpang

bangle mengandung senyawa golongan flavonoid, kuinon, steroid dan triterpenoid

(Setiawan, 2022).
1. Klasifikasi Tanaman

Menurut Hesti Dwika Pratiwi (2017) Rimpang bangle (Zingiber

cassumunar Roxb.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheaobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber cassumunar Roxb.

2. Morfologi Tanaman

Rimpang bangle termasuk herba semusim, tumbuh tegak, tinggi 1-1,5

meter, membentuk rumpun yang agak padat, berbatang semu, terdiri dari

pelepah daun yang dipinggir ujungnya berambit sikat. Daun tunggal, letak

berseling. Helaian daun lonjong, tipis, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata,

berambut halus, jarang, pertualangan menyirip, panjang 23-35 cm, lebar 20-40

mm, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk, bentuk tandan, keluar di

ujung batang, panjang gagang sampai 20 cm. Bagian yang mengandung bunga

bentuknya bulat telur atau seperti gelondong, panjang 6-10 cm, lebar 4-5 cm.

Daun kelopak tersusun seperti sisik tebal, kelopak bentuk tabung, ujung
bergerigi tiga, warna merah menyala. Bibir bunga bentuknya bundar

memanjang, warnanya putih atau pucat. Bangle mempunyai rimpang yang

menjalar dan berdaging, bentuknya hampir bundar sampai jorong atau tidak

beraturan, tebal 2-5 mm (Gagas ulung, 2020)

Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) merupakan tanaman yang

berfamili Zingiberaceae atau merupakan tanaman herba musiman. (Hesti

Dwika Pratiwi, 2017).

3. Kandungan senyawa aktif

Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) mengandung minyak atsiri

(sineol, pinen), damar, pati, tanin, saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid,

alkaloid, dan glikosida. Bangle mengandung senyawa kimia yang berkhasiat

antiinflamasi dan antiedema seperti (E)-1-(3,4-dimethoxypenyl)-butena dan

(E)-1-(3,4-dimethoxyphenyl)-butadiena (DMPBD). Ekstrak rimpang bangle

memiliki efek mukolitik (berfungsi sebagai obat yang dapat mengencerkan

sekret saluran napas) sehingga mengurangi kekentalan dahak dan dapat

digunakan sebagai obat batuk tradisional (Hesti Dwika Pratiwi, 2017).

4. Manfaat Tanaman

Manfaat dari tanaman rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) yaitu

mengatasi gangguan gastrointestinal, antioksidan, antelmintik, serta antifungi.

Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) di Thailand telah dimanfaatkan

untuk asma, dan juga sebagai antiinflamasi khususnya pereda nyeri sendi. Di

indonesia Rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dikenal sebagai salah


satu tanaman obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat jawa untuk

mengatasi kulit kemerahan (Endang Dwi Wulansari, et all. 2018).

Rimpang Bangle juga dapat mengobatai demam, sakit kepala, sakiot perut,

batuk, masuk angin, rematik, cacingan, sembelit dan ramuannya ampuh uintuk

mengecilkan perut setelah melahirkan (Gagas ulung, 2020)

B. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung. Ekstrak diperoleh dari ekstraksi yang masih

mengandung sebagian besar cairan penyari. Ekstrak kental akan diperoleh

ketika sebagian besar penyari telah diuapkan, dan ekstrak kering merupakan

ekstrak yang sudah tidak mengandung cairan penyari Depkes RI, 1979).

1. Definisi ekstrak

Ekstrak secara umum adalah suatu proses pemisahan zat aktif dari

suatu padatan maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut.

Pemilihan pelarut diperlukan dalam proses ekstraksi, karena pelarut yang

digunakan harus dapat memisahkan atau mengekstrak substansi yang

diinginkan tanpa melarutkan zat-zat lainnya yang tidak diinginkan

(Meyam Susanti,et all. 2016).

2. Definisi ekstraksi

Ekstraksi merupakan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair

ekstraksi yang mengandung senyawa aktif mudah larut sedangkan


yang tidak dapat larut seperti serat karbohidrat, protein, dan lain-lain.

Senyawa aktif yang terdapat dalam simplisia dapat digolongkan

kedalam golongan minyak atsiri, alkohol, flavonoid, dan lain-lain.

Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta

stabilitas senyawa-senyawa tertentu terhadap pemanasan, udara,

cahaya, logam berat dan keasaman. Dengan diketahuinya senyawa

aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut

dan cara ekstraksi yang tepat (Meyam Susanti,et all. 2016).

Ekstraksi adalah penyaringan zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif

dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk

biota laut. Zat-zat aktif terdapat didalam sel, namun sel tanaman dan

hewan berbeda demikian pula kekebalannya, sehingga diperlukan

metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya

(Olivia Aprilia Foudubun, 2019).

3. Tujuan ekstraksi

Tujuan dilakukannya proses ekstraksi yaitu untuk menarik semua

zat-zat maupun komponen kimia yang terdapat pada simplisia (Waode

Munaeni, et all. 2022).

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen

kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada

prinsip perpindahan massa komponen zat dalam pelarut, dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi

masuk kedalam pelarut (Olivia Aprilia Foudubun, 2019).


4. Macam-macam metode ekstraksi

Terdapat tiga cara metode ekstraksi yaitu ekstraksi bertahap

(batch-eextraction=ekstraksi sederhana), ekstraksi kontinyu (ekstraksi

sampai habis), ekstraksi arah berlawanan (counter current extraction).

Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana. Caranya dengan

menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan

pelarut semula. Kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua

lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan. Apabila

perbandingan distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang

kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi, maka dapat digunakan

ekstraksi kontinyu. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi tergantung

pada viskositas fase dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan

tercapainya suatu keseimbangan, diantaranya adalah dengan

menggunakan luas kontak yang besar. Ekstraksi kontinyu lawan arah,

fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan

larutan yang mengandung zat yang akan diekstraksi. Biasanya

digunakan untu pemisahan zat, isolasi, atau pemurnian. Sangan

penting untuk fraksinasi senyawa organik tetapi kurang bermanfaat

untuk senyawa-senyawa an-organik (Giya Yuliari, et all. 2021).

Ada beberapa ekstrak yakni ekstrak cair, ekstrak kental, dan

ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang,

biasanya kadarnya lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar
air yang antara 5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air

kurang dari 5 % (Rudol voigt, 1994).

Ekstraksi memiliki 2 metode yaitu metode cara dingin dan cara

panas (Maya, 2019).

a. Cara dingin

Metode ekstrasi secara dingin mempunyai keuntungan

untuk memperkecil akan terjadinya kerusakan terhadap senyawa

yang telah ada pada sampel. Hampir semua senyawa dapat

terekstrasi dengan cara dingin. Walaupun ada beberapa senyawa

yang mempunyai batas kelarutan terhadap pelarut pada suhu

ruangan. Proses ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan 2

proses yaitu :

1) Maserasi

Maserasi adalah proses mengekstrakkan simplisia dengan

pelarut, dengan pengadukan dan dengan pengocokan dalam

suhu ruangan. Maserasi bertujuan menarik suatau komponen

yang memiliki khasiat atau manfaat baik yang tahan terhadap

panas atau tidak.

Prinsip dari metode ini adalah mengisolasi suatu zat aktif

terhadap organ tumbuhan dengan cara direndam dengan

mengunakan suatu pelarut yang sesuai dan penyimpananya

ditemperature kamar yang terhindar dari matahari. Metode ini

dalam mengisolasi senyawa aktif sangat berguna. pasalnya


ketika dinding sel direndam, akan terjadi lisis karena adanya

perbedaan tekanan luar dan dalam sel. Ketika pemecahan

dinding sel terjadi maka senyawa aktif dalam sitoplasma akan

larut ke dalam pelarut. Pelarut yang digunakan dalam metode

maserasi sangat berpengaruh besar, berdasarkan beberapa

penelitian yang telah dilakukan pada proses maserasi pelarut

yang paling banyak dan sering dipakai adalah pelarut etanol

96 %. (Farida, 2021).

Maserasi dikatakan selesai apabila bahan yang diekstraksi

pada bagaian dalam sel masuk kedalam cairan dengan

seimbang, sehingga proses difusi berakhir. selama proses

maserasi, dilakukan pengocokan secara berulang. Hal tersebut

karena untuk memastikan konsentrasi bahan ekstrasik yang

lebih cepat dalam cairan (Farida, 2021)

Alasan digunakannya metode maserasi karena peralatan

yang digunakan cukup sederhana atau tidak terlalu sulit selain

itu cocokdilakukan untuk mengekstraksi senyawa yang

bersifat termolabil (Farida, 2021).

2) Perkolasi

Proses pengeluaran pelarut diatas sampel hingga cairan

pelarut dapat mengambil beberapa senyawa dari sampel dan

larut dalam pelarut. Namun efektivitas dari metode ini akan

bekerja secara maksimal terhadap senyawa aktif yang mudah


larut bersama dengan pelarut yang digunakan (Hasrianti et al.,

2016).

Alasan digunakannya metode cara dingin adalah dalam

metode ini senyawa cair yang mudah larut didalam etanol

dapat terekstraksi secara mudah serta dapat mengekstraksi

senyawa tanpa merusajk komponen kimia yang tidak tahan

pemanasan (Ramoko, 2018).

b. Cara panas

1) Metode sokletasi

Metode sokletasi dilakukan dengan mengunakan bahan

berbentuk soklet agar dapat mensirkulasi pelarut yang dapat

secara terus menerus membasahi sampel, sehingga dapat

menghemat panas dan pelarut. Proses ini sangat bermanfaat

untuk persediaan yang tidak terpengaruh oleh panas (Hasrianti

et al., 2016).

2) Digesti

Digesti adalah metode maserasi dengan pengadukan secara

konstan dalam suhu kamar, biasanya diatas 40-50%

(Hasrianti et al., 2016).

3) Refluks

Metode reflusk adalah metode ekstrak dimana pelarut

memiliki titik didih selama jangka waktu tertentu dan pelarut


dalam jumlah yang terbatas dan relative tetap ketika

didinginkan kembali (Hasrianti et al., 2016).

4) Dekok

Metode dekok adalah suatu metode dengan mengunakan

suatu pelarut cair berupa air pada suhu 90ºC selama 30 menit

(Hasrianti et al., 2016).

C. Pelarut

1. Definisi pelarut

Pelarut merupakan salah satu faktor yang penting dalam

proses ekstraksi. Jenis pelarut yang digunakan dalam proses

ekstraksi mempengaruhi jenis komponen aktif bahan yang

terekstrak karena masing-masing pelarut mempunyai selektifitas

yang berbeda untuk melarutkan komponen aktif dalam bahan.

Ekstraksi dapat menggunakan pelarut tunggal dan pelarut

campuran. Pelarut campuran yang biasa digunakan yaitu campuran

air dan etanol, campuran air dan metanol, campuran air dan eter

(Caesaria,2018).

2. Macam-macam pelarut

Adapun macam-macam pelarut yang digunakan adalah:

a. Pelarut polar

Pelarut polar merupakan pelarut yang cenderung bersifat

universal contohnya air, etanol, metanol, butanol sehingga

sangat mudah melarutkan senyawa fitokimia yang bersifat polar


tetapi tidak bisa melarutkan senyawa fitokimia yang bersifat non

polar (Sutomo,2023)

b. Pelarut non polar

Pelarut non polar merupakan pelarut yang polaritasnya

mendekati nol dan hanya dapat digunakan untuk m,enmgekstrak

senyawa yang bersifat non polar seperti berbagai jenis minyak

contohnya n-heksana, eter, klororform (Sutomo,2023).

c. Pelarut semi polar

Semi polar merupakan pelarut yang tingkat kepolarannya

berada diantara pelarut polar dan non polar. Pelarut ini biasanya

di gunakan untuk mengekstrak senyawa yang bersifat semipolar

yang terkandung di dalam tumbuhan contohnya etil asetat

(Sutomo,2023).

Alasan penggunaan pelarut semi polar. Pelarut semi polar

mampu mengekstrak senyawa fenol, terpenoid, aglikon dan

glikosida (Nikmatul Hidaya, et all. 2016).

Pelarut yang digunakan pada pelarut semi polar yaitu etil

asetat karena dapat dengan mudah diuapkan, tidak higroskopis,

dan memiliki toksisitas yang rendah (Putri,W.S, et all. 2013).

D. Fraksinasi

Fraksinasi merupakan teknik pemisahan ekstrak hasil maserasi

yang telah diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Fraksinasi ini

menggunakan berbagai pelarut dengan kepolaran yang berbeda-beda,


sehingga masing-masing pelarut mengandung senyawa dengna kepolaran

yang berbeda pula (Mardha Aksanita, 2012).

1. Definisi Fraksinasi

Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan pada suatu

ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling

bercampur. Pelarut yang umumnya dipakai untuk frkasinasi adalah n-

heksana, etil asetat, dan metanol (supomo, 2018).

2. Metode Fraksinasi

Adapun metode fraksinasi yaitu sebagai berikut :

a. Fraksinasi cair-cair

Metode pemisahan yang digunakan umumnya adalah

fraksinasi cair-cair, yaitu pemisahan dengan menggunakan dua

cairan pelarut yang tidak saling bercampue, sehingga senyawa

yang diinginkan dapat terpisah. Pada umumnya fraksinasi dengan

metode ini dilakukan dengan menggunakan labu pemisah yang

berisikan dua pelarut yang berbeda sifat kepolarannya dan masa

jenisnya. Didalam labu pisah terbentuknya dua fase atau fraksi

yang terpisah pada bagian atas dan bawag, kedua fase terbentuk

setelah pelaryut beserta ekstrak yang ada didalamnya di campur

dengan cara dikocok kemudian didiamkan. Senyawa- senyawa dari

ekstrak akan bergerak dan terpisah dengan dua kecenderungan

mengikuti kedekatan sifat senyawa dengan pelarutnya. Sejumlah

senyawa akan tersaring bersama fase bagian atas dan ada sejumlah
senyawa lainnya akan tersdaring dengan fase bawah (supomo,

2018).

Alasan digunakan fraksinasi cair-cair yaitu untuk

memisahkan golongan utama kandungan senyawa berdasarkan

sifat kepolarannya (Dedi Setian Hermawan, et all. 2016).

b. Fraksinasi dengan kolom kromatografi

Dalam metode kromatografi kolom memiliki prinsip kerja

yang hampir sama dengan fraksinasi cair, yang membedakan kedua

proses tersebut adalah media yang digunakan. Pembagian fraksi

dilakukan pada sebuah kolom dengan prinsip kromatografi dimna

mengaplikasikan prinsip tingkat kepolaran. Pada kromatografi

kolom dikenal fase gerak dan fase diam (supomo, 2018).

Alasan digunakan kromotografi kolom karena kromatografi

kolom merupakan metode kromotografi klasik yang masih banyak

digunakan. Kromotografi kolom digunakan untuk memisahkan

senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdaarkan adsorbsi

dan partisi. Kemasan adsorben yang seriring digunakan adalah

silika gel G-60, kieselgur, AI2013, dan diaion (Rachma Ayu

Alisyah, 2018).

E. Fitokimia

Fitokimia berasal dari kata phyto dan chemicals. Fito (phyto)

dalam bahasa latin berarti tumbuhan, sedangkan chemicals berarti bahan-

bahan kimia. Secara harfiah dapat dikatakan fitokimia adalah bahan-bahan


atau senyawa-seyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan. Dalam

penggunaannya terutama dalam bidang kimia bahan alam, fitokimia

diartikan sebagai metabolit sekunder khusus dihasilkan oleh tumbuhan

melalui beberapa jalur biosintesis yang bersumber atau berawal dari

metabolit primer hasil fotosintesis.

1. Definisi Fitokimia

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik

yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur

kimia, biosintesis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran

secara alami dan fungsi biologis dari senyaea organik. Fitokimia atau

disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau

nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan

buah-buahan.

2. Komponen utama bahan alam

Komponen utama dari bahan alam adalah metabolit sekunder,

maka metabolit sekunder sendiri dapat didefinisikan sebagai senyawa

dengan berat molekul rendah yang ditemukan dalam jumlah minor

pada organisme yang memproduksinya karena tidak berfungsi sebagai

komponen esensial dalam metabolisme atau penopang pokok dari

kelangsungan hidup dari organisme tersebut, melainkan lebih

berfungsi sebagai penunjang seperti agen pertahanan diri, perlawanan

terhadap penyakit atau kondisi kritis, ataupun berperan sebagai

hormon (Agung Nugroho, 2017).


F. Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa yang tidak disintesis secara

terus menerus tetapi hanya pada tingkat pertumbuhan dan perkembangan

tertentu atau selama periode stress biotik karena kurang nutrisi atau faktor

abiotik. Ciri lain daripada metabolit sekunder diantaranya : disintesis pada

sel tertentu, tidak berperan penting dalam metabolisme primer tapi untuk

kelangsungan hidup dihabitatnya (peran ekologi), konsentrasi kecil dan

persediaan terbatas, nilai ekonomi tinggi, umumnya struktur lebih

kompleks dan sulit disintesis, sulit ditemukan dipasar dan baru ±15% dari

spesies tanaman yang sudah diisolasi (Mimi Halimah, et all. 2021).

1. Definisi Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah molekuk organik yang tidak memiliki

peran secara langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Metabolit sekunder pada tumbuhan berfungsi spesifik namun tidak

bersifat esensial. Metabolit sekunder dapat disintesis oleh organ-organ

tertentu tumbuhan, seperti akar, daun bunga, buah dan biji. Metabilit

sekunder pada tumbuhan umumnya bersifat sangat spesifik dalam hal

fungsi dan tidak terlalu penting karena jika tidakj diproduksi dalam

jangka pendek tidak menyebabkan kematian. Biosintesis metabolit

sekunder dapat terjadi pafa semua organ tumbuhan, seperti akar,

pucuk, daun, bunga, buah dan biji. Beberapa metabolit disimpan dari

kompartemen khusus, bisa pada organ atau tipe sel yang

terspesialisasi. Dalam kompartemen tersebut konsentrasi metabolit


sekunder yang bersifat toksik bisa sangat tinggi, sehingga menjadi

pertahanan yang efisien terhadap herbivora.

2. Fungsi Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder pada tumbuhan memiliki beberapa fungsi

yaitu :

a. Pertahanan terhadap virus, bakteri, dan fungi, tumbuhan

kompetitor, dan yang terpenting adalah herbivora

b. Atraktan (bau, warna, rasa) untuk polinator dan hewan penyebar

biji

c. Perlindungan dari sinar UV penyimpanan-N

3. Jenis-jenis senyawa metabolit sekunder

Jenis-jenis metabolit sekunder (Alfinda Novi Krristanti, et all.

2008)

a. Terponoid

Terponoid adalah kelompok senyawa metaboli sekunder

yang terbesar dilihat dari jumlah senyawa maupun variasi kerangka

dasar strukturnya. Terpenoid ditemukan berlimpah dalam tanaman

tingkat tinggi, meskipun demikian, dari penelitian diketahui bahwa

jamur, organisme laut dan serangga juga menghasilkan terpenoid.

Selain dalam bentuk bebasnya, terpenoid dialam jumpai dalam

bentuk glikosida, glikosil ester dan iridoid. Terpenoid juga

merupakan komponen utama penyusun minyak atsiri. Senyawa-


senyawa yang termasuk dalam kelompok terpenoid

diklasifikasikan berdasarkan jumlah atom karbon penyusunnya.

b. Steroid

Steroid adalah kelompok senyaw bahan alam yang

kebanyakan strukturnya terdiri atas 17 atom karbon dengan

membentuk struktur dasar 1,2-siklopentenopehidrofenantren.

Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa yang

pengelompokannya didasarkan pada efek fisiologis yang dapat

ditimbulkan. Ditinjau dari segi struktur, perbedaan antara berbagi

kelompok ini ditentukan oleh jenis substituen R1, R2 dan R3 yang

terikat pada kerangka dasar sedangkan perbedaan antara senyawa

yang satu dengan senyawa yang lain dari satu kelompok ditentukan

oleh panjangnya rantai karbon substituen, gugus fungsi yang

terdapat pada substituen, jumlah dan posisi gugus fungsi oksigen

dan ikatan rangkap pada kerangka dasar serta konfigurasi pusat

asimetris pada kerangka dasar.

c. Fenilpropanoid

Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah

senyawa aromatik. Sebagian besar dari senyawa aromatik ini

mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatik yang

hanya terdiri atas atom karbon dan hidrogen. Cincin karboaromatik

ini lazimnya tersubtitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksi atau

gugus lain yang ekivalen ditinjau dari segi bignetik. Oleh karena
itu senyawa bahan alam aromatik ini sering kali disebut senyawa

fenol.

Dari segi biognetif, senyawa fenol pada dasrnya dapat

dibedakan atas dua jenis utama. Yang pertama adalah senyawa

fenol yang berasal dari jalur shikimat dan kedua adalah senyawa

fenol yang berasal dari jalur asetat malonat. Ditemukan juga

senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur

biosintesis ini, yaitu senyawa flavonoid.

d. Poliketida

Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat

disebut senyawa poliketida. Senyawa poliketida dapat

diklasifikasikan berdasarkan pola struktur tertentu yang berkaitan

dengan jalur biognetiknya :

- Turunan asilflorogsinol

- Turunan kromon

- Turunan benzokuinon

- Turunan naftakuinon

- Antrakuinon

Senyawa poliketida mempunyai kerangka dasar aromatik

yang disusun oleh beberapa unit dua atom karbon (karena asam

asetat merupakan sumber atom karbon yang utama untuk

pembentuk poliketida) dan membentuk suatu rantai karbon yang


linier yakni asam poli β -ketokarboksilat yang disebut rantai

poliasetil.

e. Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar

yang ditemukan diala. Banyaknya senyawa flavonoid ini bukan

disebabkan karena banyaknya variasi struktur, akan tetapi lebih

disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau

glikosilasi pada struktur tersebut. Flavoniid dialam juga sering

dijumpai dalam bentuk glikosidanya.

f. Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang

banyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari

tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis

tumbuhan. Ciri khas alkaloid adalah bahwa semua alkaloid

mengandung paling sedikit satu atom N yang bersifat basa dan

pada umunya merupakan bagian dari cincin heterosiklik (batasan

ini tidak terlalu tepat karena banyak senyawa heterosiklik

nitrogen lain yang ditemukan dialam yang bukan tergolong

alkaloid).

Jenis-jenis senyawa metabolit sekunder (Ardiansyah, 2019)

1. Triterpenoid

Senyawa dalam kerangka karbon yang di susun dari 6 unit

isoprene dan secara biosintesis di turunkan dari hidrokarbon C30


asiklik, yaitu skualena. Senyawa tersebut mempunyai struktur

siklik dan relatif komplex kebanykan merupakan suatu alkohol,

aldehid atau asam karbosilat. Senyawa tersebut tidak berwarna,

kristalin, sering mempunyai titik lebur tinggi, senyawa triterpenoid

banyak terdapat dalam lapisan daun dan buah, juga terdapat dalam

damma, kulit batang dan getah.

2. Flavonoid

Salah satu kelompok senyawa bahan alam yang banyak di

temukan pada tumbuhan. Flavonoid pada umunnya mempunyai

kerangka flavon C6-C3-C6, dengan 3 atom carbon sebagai

jembatan antar gugus penil yang biasanya juga terdapat atom

oksigen.

3. Alkaloid

Alkaloid termasuk kelompok molekul metabolit sekunder

yang tersebar luas dialam dan banyak juga di temukan di biota

laut.

4. Saponin

Saponin berasal dari bahasa lati “sapo” yang berarti sabun

dinamakan demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun.

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang

menimbulkan busa jika di kocok dalam air. Saonin memiliki rasa

pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada lendir.


5. Steroid

Golongan lipid yang di turunkan dari senyawa jenuh yang

dinamakan siklopentanoperhidrofenantrena, yang memiliki inti

dengan 3 cincin sikloheksana terpadu dan 1 cincin siklopentana

yang tergabung pada ujung cincin sikloheksana tersebut.

6. Fenolik

Fenolik istilah senyawa meliputi aneka ragam senyawa

yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri yang sama yaitu

cincin aromatic yang mengandung 1 atau 2 penyuli hidroksil.

Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya

senyawa tersebut sering kali berikatan dengan gula sebagai

glikosida.

7. Tanin

Golongan senyawa aktif yang termasuk golongan

flavonoid. Secara kimia tanin di bagi menjadi 2 golongan, yaitu

tanin terkondensasi atau tanin katekol dan tanin terhidrolisis atau

tanin galat. Sebagian besar tumbuhan yang banyak tanin di hindari

hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu

fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan

pemakan tumbuhan.

8. Minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis bahan organik

yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bioaditif bahan


bakar minyak karena bersifat mudah menguap, bobot jenis dan

viskositas rendah, tersusun dari senyawa hidrokarbon oksigenat,

larut sempurna didalam bahan bakar minyak untuk jenis atsiri

tertentu, tidak mengandung logam berat dan terbarui (Dwi

Setyaningsih, et all. 2018).

9. Pati

Pati merupakan karbohidrat rantai panjang yang termasuk jenis

polisakarida. Menurut Dziedzie dan Kearsley (1995) dan Suarni

(2013), pati terdiri dari dua senyawa polimer glukosa yaitu

amilosan dan amilopektin pendapat ini diperkuat oleh Jacobs

(1998) dalam Herawati (2011). Pati merupakan homopolimer

glukosa dengan ikatan α -glikosidik. Berbagai macam pati tidak

sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya serta lurus

atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari 2 fraksi yang

dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa

dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin

1. Jenis-jenis senyawa metabolit sekunder (Ardiansyah, 2019)

1. Triterpenoid

Senyawa dalam kerangka karbon yang di susun dari 6 unit isoprene dan

secara biosintesis di turunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena.

Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik dan relatif komplex

kebanykan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karbosilat.

Senyawa tersebut tidak berwarna, kristalin, sering mempunyai titik lebur


tinggi, senyawa triterpenoid banyak terdapat dalam lapisan daun dan buah,

juga terdapat dalam damma, kulit batang dan getah.

2. Flavonoid

Salah satu kelompok senyawa bahan alam yang banyak di temukan pada

tumbuhan. Flavonoid pada umunnya mempunyai kerangka flavon C6-C3-

C6, dengan 3 atom carbon sebagai jembatan antar gugus penil yang

biasanya juga terdapat atom oksigen.

3. Alkaloid

Alkaloid termasuk kelompok molekul metabolit sekunder yang

tersebar luas dialam dan banyak juga di temukan di biota laut.

4. Saponin

Saponin berasal dari bahasa lati “sapo” yang berarti sabun dinamakan

demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa

aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika di kocok dalam

air. Saonin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta

iritasi pada lendir.

5. Steroid

Golongan lipid yang di turunkan dari senyawa jenuh yang dinamakan

siklopentanoperhidrofenantrena, yang memiliki inti dengan 3 cincin

sikloheksana terpadu dan 1 cincin siklopentana yang tergabung pada ujung

cincin sikloheksana tersebut.

6. Fenolik
Fenolik istilah senyawa meliputi aneka ragam senyawa yang berasal

dari tumbuhan yang mempunyai ciri yang sama yaitu cincin aromatic yang

mengandung 1 atau 2 penyuli hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah

larut dalam air karena umumnya senyawa tersebut sering kali berikatan

dengan gula sebagai glikosida.

7. Tanin

Golongan senyawa aktif yang termasuk golongan flavonoid. Secara

kimia tanin di bagi menjadi 2 golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin

katekol dan tanin terhidrolisis atau tanin galat. Sebagian besar tumbuhan

yang banyak tanin di hindari hewan pemakan tumbuhan karena rasanya

yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak

hewan pemakan tumbuhan.

2. Jenis-jenis senyawa metabolit sekunder (Ardiansyah, 2019)

8. Triterpenoid

Senyawa dalam kerangka karbon yang di susun dari 6 unit isoprene dan

secara biosintesis di turunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena.

Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik dan relatif komplex

kebanykan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karbosilat.

Senyawa tersebut tidak berwarna, kristalin, sering mempunyai titik lebur

tinggi, senyawa triterpenoid banyak terdapat dalam lapisan daun dan buah,

juga terdapat dalam damma, kulit batang dan getah.

9. Flavonoid
Salah satu kelompok senyawa bahan alam yang banyak di temukan pada

tumbuhan. Flavonoid pada umunnya mempunyai kerangka flavon C6-C3-

C6, dengan 3 atom carbon sebagai jembatan antar gugus penil yang

biasanya juga terdapat atom oksigen.

10. Alkaloid

Alkaloid termasuk kelompok molekul metabolit sekunder yang

tersebar luas dialam dan banyak juga di temukan di biota laut.

11. Saponin

Saponin berasal dari bahasa lati “sapo” yang berarti sabun dinamakan

demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa

aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika di kocok dalam

air. Saonin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta

iritasi pada lendir.

12. Steroid

Golongan lipid yang di turunkan dari senyawa jenuh yang dinamakan

siklopentanoperhidrofenantrena, yang memiliki inti dengan 3 cincin

sikloheksana terpadu dan 1 cincin siklopentana yang tergabung pada ujung

cincin sikloheksana tersebut.

13. Fenolik

Fenolik istilah senyawa meliputi aneka ragam senyawa yang berasal

dari tumbuhan yang mempunyai ciri yang sama yaitu cincin aromatic yang

mengandung 1 atau 2 penyuli hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah


larut dalam air karena umumnya senyawa tersebut sering kali berikatan

dengan gula sebagai glikosida.

14. Tanin

Golongan senyawa aktif yang termasuk golongan flavonoid. Secara

kimia tanin di bagi menjadi 2 golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin

katekol dan tanin terhidrolisis atau tanin galat. Sebagian besar tumbuhan

yang banyak tanin di hindari hewan pemakan tumbuhan karena rasanya

yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak

hewan pemakan tumbuhan.

G. Identifikasi senyawa metabolit sekunder

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat

pada tumbuhan, yang biasa dijumpai pada bagian daun, ranting, biji,

dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan

berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi

rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan lain-

lain (Nurul Aini, 2016).

a. Pengertian Alkaloid

Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder terpenting

yang ditemukan pada tumbuhan. Keberadaan alkaloid di alam tidak

pernah berdiri sendiri. Golongan senyawa ini berupa campuran dari

beberapa alkaloid utama dan beberapa kecil (Julianto, 2019).

Definisi yang tepat dari istilah ‘alkaloid’ (mirip alkali) agak sulit
karena tidak ada batas yang jelas antara alkaloid dan amina

kompleks yang terjadi secara alami. Alkaloid khas yang berasal

dari sumber tumbuhan, senyawa ini bersifat basa, mengandung satu

atau lebih atom nitrogen (biasanya dalam cincin heterosiklik) dan

mereka biasanya memiliki aktivitas fisiologis yang pada manusia

atau hewan lainnya (Siti Maimunah, 2021).

Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengandung

nitrogen dengan bilangan oksidasi negatif yang penyebarannya

terbatas pada makhluk hidup.Alkaloid juga merupakan golongan

zat metabolit sekunder yang terbesar, yang pada saat ini telah

diketahui sekitar 5500 buah.Alkaloid pada umumnya mempunyai

keaktifan fisiologi yang menonjol sehingga alkaloid sering

dimanfaatkan untuk pengobatan (Ilmiati & Wulan, 2017).

b. Penggolongan Alkaloid

Penggolongan alkaloid dilakukan berdasarkan sistem

cincinnya, misalnya piridina, piperidina, indol, isokunolina, dan

tropana.Meskalina dan efedrina merupakan golongan alkaloid yang

nitrogennya terdapat dalam struktur alifatik. Alkaloid

menunjukkan pita serapan di daerah spektrum UV (λmaks 250-303

nm). Senyawa ini biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai

garam berbagai senyawa organik dan sering ditangani di

laboratorium sebagai garam dengan asam hidroklorida dan asam

sulfat (Ilmiati & Wulan, 2017).


Alkaloid dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu

(Ilmiati & Wulan, 2017) :

1. Alkaloid sejati yaitu senyawa yang mempunyai cincin

nitrogen heterosiklik, bersifat basa dan berasal dari asam

amino.

2. Alkaloid gabungan yaitu turunan asam amino, atom

nitrogennya tidak dalam bentuk cincin heterosiklik.

Alkaloid gabungan bersifat basa, dialam diturunkan dari

biosintesis asam amino itu sendiri. Contohnya meskalina.

3. Alkaloid semu yaitu basa tumbuhan yang mengandung

nitrogen heterosiklik, memiliki aktifitas dan tidak

mempunyai hubungan biosintesis dengan asam amino.

Alkaloid semu diturunkan dari senyawa-senyawa terpenoid

turunan asam asetat dan asam poliketonlifatik. Contoh

senyawa alkaloid dapat dilihat pada gambar dibawah ini

yaitu Morfin senyawa organik pertama dimurnikan oleh

Fredrick Serturner (Merck GmBH) dari kuncup bunga

Papver somniverum.
Gambar 2.5 Alkaloid
2. Steroid

Steroid adalah golongan triterpenoid yang mengandung

intisiklopentana perhidrofenantena, yang terdiri dari tiga cincin

sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Steroid memainkan peran

penting dalam menjaga keseimbangan garam, mengendalikan


Gambar 2.5 Struktur Senyawa Morfin
metabolisme dan meningkatkan fungsi organ seksual dan perbedaan

fungsi biologis lainnya antara jenis kelamin. Steroid pada tanaman

telah menunjukkan efek penurun kolestrol dan anti kanker (Febri Nola,

et all. 2021).

a. Pengertian Steroid

Steroid merupakan salah satu golongan senyawa metabolit

sekunder yang cukup penting dalam bidang medis. Beberapa jenis

senyawa steroid yang digunakan dalam dunia obat-obatan antara

lain estrogen merupakan jenis steroid hormon seks yang digunakan

untuk kontrasepsi sebagai penghambat ovulasi, progestin

merupakan steroid sintetik digunakan untuk mencegah keguguran

dan uji kehamilan, glukokortikoid sebagai anti inflamasi, alergi,

demam, leukemia dan hipertensi serta kardenolida merupakan

steroid glikosida jantung digunakan sebagai obat diuretik dan

penguat jantung (Sri Magfirah HS, 2017).

b. Isolasi Senyawa Steroid

Beberapa senyawa turunan steroid berhasil diisolasi dari

genus Sida tercatat sekitar dua belas senyawa (Dinda dkk., 2015).
Senyawa steroid yang banyak dijumpai dalam genus Sida ialah β-

sitosterol, yang berhasil diisolasi dari beberapa spesies seperti Sida

cordifolia, dan Sida acuta. Senyawa steroid lainnya yaitu dari

spesies Sida rhombifolia diidentifikasi sebagai sitosterol (3) dan

stigmasterol (4), sitosterol-3-O-β-D-glucopyranoside (5) dan

stigmasterol-3-O-β-Dglucopyranoside (6) yang juga dari spesies

S.paniculatum (Sri Magfirah HS, 2017).

Gambar 2.6 Steroid

3. Triterpenoid

a. Pengertian triterpenoid

Senyawa triterpenoid merupakan salah satu komponen aktif

dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit

termasuk diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan

kulit, kerusakan hati, dan malaria (Robinson, 1995). Beberapa

senyawa triterpenoid berhasil diisolasi dalam genus Sida, yaitu 3-

oxo-21β-H-hop-22(29)-ene (7) dan sebiferic acid (8) dari spesies

Sidastrum Paniculatum (Sri Magfirah HS, 2017).


Gambar 2.7 Terpenoid

4. Flavonoid

a. Pengertian flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa

metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam

jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985).

Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan

atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam,

berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping

glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Sri

Magfirah HS, 2017).

b. Isolasi senyawa flavonoid

Tercatat sekitar sembilan belas senyawa turunan flavonoid

berhasil diisolasi dari genus Sida (Dinda dkk., 2015). Beberapa

diantaranya, turunan senyawa baru flavonoid dari spesies Sida

Cordifolia diidentifikasi sebagai 5,7- dihidroksi-3-isoprenilflavon

(1), dan 5-hidroksi-3-isoprenil flavon (Sri Magfirah HS, 2017).


Gambar 2.8 Flavonoid

H. Isolasi Pada Tanaman

Isolasi adalah cara memisahkan komponen-komponen kimia yang

terdapat dalam suatu bahan alam . isolasi senyawa bahan alam terdiri dari

ekstraksi, fraksinasi, pemurnia dan identifikasi.

1. Definisi isolasi

Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan

alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sejak abad ke-17

orang telah dapat memisahkan berbagai jenis senyawa dari sumber-

sumber organik . senyawa-senyawa tersebut dapat berupa senyawa

metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder (Desatmi, 2015).

I. Kromotografi Lapis Tipis

1. Definisi K romotografi Lapis Tipis (KLT)

Kromotografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode kromotografi

cair yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa

geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya

dapat berupa sebuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap


(kromotografi-cair padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk

lapisan zat cair (kromotografi cair-cait). Fasa diam (adsorben) yang

sering digunakan adalah serbuk silika gel, alumina dan selulosa yang

mempunyai ukuran butir sangat kecil , yaitu 0,0623-0,125 mm. Fasa

diam yag umum digunakan adalah silika gel yang dapat dipakai untuk

memisahkan campuran senyawa hidrofil (Rahmat Setiawan, 2022).

2. Kelebihan K romotografi Lapis Tipis (KLT)

Adapun kelebihan dari KLT yaitu serbaguna, kecepatan dan

kepekaannyaapabila dibandingkan dengan kromotografi kertas.

Keserbagunaan kromotografi lapis tipis yaitu dapat menggunakan

berbagai penjerap seperti silika gel, aluminium oksida, kiselgur dan

selulosa.silika gel adalah penyerap yang paling sering digunakan

karena memiliki pemisahan yang baik. Dibandingkan dengan

kromotografi kolom, kromotografi lapis tipis hanya membutuhkan

penyerap dan cuplikan yang sedikit, serta noda-noda yang terpisahkan

dapat terlihat pada plat, kemudian setelah pemisahan dapt diperoleh

senyawa –senyawa yang terpisah secara individu dengan cara

mengeruk lalu dikumpulkan tiap pemisahannya (Rahmat Setiawan,

2022).

Pemurnian isolat yang di peroleh di tentukan dengan melakukan

KLT sistem 3 eluen denagn eluen n-heksan : etil asetat (8:2), n-heksan:

kloroform (5:5), etil asetat : kloroform (8,5:1,5) dengan mencoba


berbagai macam perbandingan hingga memperoleh isolat murni secara

KLT.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan melakukan

isolasi dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung

dalam senyawa ekstrak etil asetat rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium fitokimia dan laboratorium kimia

farmasi universitas megarezky makassar. Penelitian ini di lakukan pada bulan

April-Juni 2023.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah rimpang bangle (zingiber cassumunar

roxb) yang di ambil di kota pinrang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah buah rimpang bangle (zingiber

cassumunar roxb).

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom,

batang pengaduk, blender, neraca analitik, wadah maserasi, batang pengaduk

evaporator, penyaring, KLT (kromatografi lapis tipis), kolom flash, labu

erlemeyer, gelas ukur, tabung reaksi, gelas kimia, pipet tetes, plat tetes, jarum

preparat, pipa kapiler, botol sempro, botol vial, lampu UV (panjang gelombang

254 nm dan 365 nm), chamber, hot plate, spoit 1 ml, penangas air, oven,

spektrofotometer.
2. Bahan

Adapun bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk

rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb), etanol 96 %, metanol, etil asetat,

n- heksana, kloroform, aquades, reagen (liebermann-burchard, FeCl3, H2SO4

pekat, NaoH 10 %, wagner dan dragondorff ), serium sulfat (CeSO 4) 2 %

dalam sulfat 2 N. Silika gel G 60, Plat KLT, aluminium foil, kertas saring.

E. Cara Kerja

1. Penyiapan sampel

a. Pengambilan sampel

Sampel rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb) di ambil dipagi

hari sekitar jam 07:00-09:00 dalam kondisi segar, dikumpulkan dan dicuci

bersih menggunakan air mengalir hingga semua kotoran terangkat.

Kemudian dirajang kecil-kecil, lalu dikeringkan tanpa cahaya matahari

setelah rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb) kering berikutnya

rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb) dihaluskan menggunakan

blender hingga menghasilkan simplisia halus.

b. Pembuatan ekstrak sampel

Ditimbang rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb) 500 gram yang

telah dihaluskan lalu dimasukkan ke toples yang telah di sediahkan.

Kemudian di tambahkan pelarut etanol 96% dengan cara dituang perlahan-

lahan ke wadah maserasi yang berisi sampel kemudian diaduk perlahan-

lahan hingga homogen. Ekstraksi dilakukan 3 x 24 jam dan sesekali

diaduk, setelah itu dilakukan penyaringan. Lalu ampas hasil ekstraksi


dimaserai kembali dengan cara yang sama. Hasil filtrat diuapkan

menggunakan rotary evapokator pada temperature 40ºC sampai diperoleh

ekstrak kental.

c. Fraksinasi sampel

Ekstrak kental yang dihasilkan diekstraksi dengan pelarut n-heksana,

selanjutnya ekstrak kental juga di ekstraksi dengan etil asetat. Lalu ekstrak

etil asetat yang di peroleh di pekatkan menggunakan evaporator hingga di

peroleh ekstrak etil asetat kental. Ekstrak kental etil asetat yang di peroleh

di lakukan uji pendahuluan dengan beberapa peraksi diantaranya

liebermann-burchard, FeCl3, H2SO4 pekat, NaoH 10 %, wagner dan

dragondorff.

d. Pengujian KLT

Ekstra kental etil asetat yang diperoleh diuji menggunakan

kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan eluen n-heksan : etil

asetat, n-heksana : kloroform pada berbagai perbandingan kemudian di

deteksi dibawah lampu UV 254 dan 365 nm dan di lanjutkan dengan

penyemprotan noda CeSO4 2% lalu dipanaskan diatas hot plate.

Fraksi gabungan yang telah pilih di fraksinasi menggunakan

kromatografi kolom flash yang sebelumnya fraksi yang di peroleh di

analisis menggunakan KLT. Fraksi E di fraksinasi menggunakan silika gel

G 60 sebagai fasa diam dan untuk fasa geraknya menggunakan eluen n-

heksana 100%, kombinasi n-heksana;etil asetat hingga 100 % etil asetat.

Fraksi hasil KKF di KLT untuk digabungkan berdasarkan profilnoda,


kromatografi kolom flash di gunakan dengan langkah yang sama untuk

memurnikan isolat. Hingga terbentuk isolat murni.

Isolat di peroleh di murnikan dengan pelarut yang dapat melarutkan

pengotor dari isolat yaitu n-heksan. Pemurnian isolat yang di peroleh di

tentukan dengan melakukan KLT sistem 3 eluen denagn eluen n-

heksan : etil asetat (8:2), n-heksan: kloroform (5:5), etil asetat : kloroform

(8,5:1,5) dengan mencoba berbagai macam perbandingan hingga

memperoleh isolat murni secara KLT.

2. Uji identifikasi hasil isolasi rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb)

Identifikasi di lakukan dengan menggunakan pereaksi warna, yaitu

berarti liebermann-burchard, FeCl3, H2SO4 pekat, NaoH 10 %, wagner dan

dragondorff untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekuder yang di

peroleh.

Kerangka Teori

Rimpang Bangle
Hasil ekstrak Rimpang

Bangle

Fraksinasi Ekstrak

n-heksana
Identifikasi
etil asetat
Senyawa
Uji pendahuluan
metabolit

sekunder

Pengujian KLT

Kerangka Konsep

Ekstrak kental Rimpang bangle


Pengujian klt
diekstraksi
Identifikasi senyawa

Flavonoid , Tanin,
Saponin, alkaloid,
terpenoid

Keterangan :

= variabel bebas

= vaeriabel penghubung

= variabel terikat

LAMPIRAN 1

SKEMA KERJA

Simplisia rimpang bangle 500 gram

Diekstraksi dengan etanol 96%

Ekstrak cair
Ekstrak kental

Fraksinasi n-heksana
etil asetat

Pengujian klt

n-heksana:etil asetat n-heksan: kloroform etil asetat : kloroform


(8:2)
(5:5) (8,5:1,5)

Identifikasi senyawa
metabolit sekunder

Flavonoid , Tanin, Saponin,


alkaloid, terpenoid

DAFTAR PUSTAKA

Agung nugroho. 2017. Buku ajar teknologi bahan alam. Lambunf mangkurat
university press : Banjarmasin.
Ahmad Buldani, et all. 2017. Uji efektivitas ekstrak rimpang bangle (zingiber
cassumunar roxb.) Sebagai antibakteri terhadap vibrio chilerae dan
staphylococcus aureus secara in vitro dengan metode difusi cakram
Astarina, N. W. G, et all. 2013. Skrining fitokimia ekstrak metanol rimpang
bangle (zingiber purpureum roxb.). Jurnal farmasi udayana. Vol. 2, No. 4
Endang dwi wulansari, et all. 2018. Aktifitas antiinflamasi topikal ekstrak etanolik
rimpang bangle (zingiber cassumunar roxb.) Pada mencit yang diindikasi
karagenin. Traditional Medicine Journal. Vol. 23, No 2
Eva johanes, et all. 2018. Metabolit sekunder tumbuhan dan aplikasinya bagian 1.
CV. Literasi nusantara abadi. Malang
Giyah Yuliari, Nurchayati, Rudi Firyanto. 2021. Aplikasi Metode Pewarnaan
Batik Non-Kimia Berbasis Kolaboratif-Partisipatif. Penerbit Butterfly
Mamoly Press : Seamarang.
Handria ramoko dan zelika mega ramadhania. 2018. Review: pengembangan
metode ektraksi senyaea azaridaktin dan analisis menggunakan kromotografi
cair kinerja tinggi (kckt). Farmaka suplemen. Vol. 16, No.2
Ilmiati illing, et all. 2017. Uji fitokimia buah dengen. Jurnal dinamika. Vol. 08,
No. 1
Lia fika yuniar. 2022. Penuntun praktikum fitokimia. Jakarta
Mardha Akhsanita. 2012. Uji Sitotksik Ekstrak, Fraksi, dan Sub-Fraksi Daun Jati
(Tectona Grandis Linn,f.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality
Bioassay : Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Mimi halimah, et all. 2021. Penggunaan Examples Based Learning (FBL) untuk
meningkatkan level kemampuan berpikir mahasiswa berdasarkan taksonomi
marzano materi metabolit sekunder mata kumiah bioteknogi. Biosfer, j. Bio
dan pendidikan bio. Vol 6, No. 2
Nindya Satwika caesaria. 2018. Pengaruh jenis pelarut dan lama waktu maserasi
terhadap aktivitas antioksidan mikroalga porphyridium cruentum : skripsi.
Universitas brawijaya. Malang.
Nurul komariah. 2013. Isolasi senyawa aktif antioksidan dari ekstrak etil asetat
herba kemangi (ocimum americanum L.) : Skripsi. Fakultas kedokteran dan
ilmu kesehatan uin syarif hidayatullah. Jakarta.
Olivia Aprilia Foudubun. 2019. Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Sirsak Gunug
(Annona Montana) Terhadap Larva Artemia Salina Menggunakan Metode
BSLT (Brine Shrimp Lethaly Test). Akademi Farmasi Putra Indonesia :
Malang.
pince salempa. 2014. Isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder ekstrak
n-heksan daun tumbuhan maja (aegle marmelos linn.). Jurnal sainsmat. Vol.
3, No. 2
Rahmawati Meita & Nurul Hidajati. 2017. Isolasi dan identifikasi senyawa
metabolit sekunder dari ekstrak metanol kulit batang tumbuhan mengkudu
(Morinda citrifolia. L). Unesa journal of chemustry, Vol. 6, No. 2
Rahmat setiawan. 2022. Isolasi dan karakterisasi senyawa penanda dari ekstrak
rimpang bangle (zingiber cassumunar) : skripsi. Fakultas farmasi universitas
hasanuddin. Makassar.
Resti Mirna Sari. 2020. Pengaruh pemberian kombinasi rimpang bangle hitam
(zingiber ottensii vall) dan daun katuk (saouropus androgynus) terhadap
kolestrol total dan trigliserida pada model tikus wistar jantan obes dan kajian
pustaka terhadap profil short chain fatty acid (scfa) :Skripsi. Fakultas farmasi
universitas bakti kencana : Bandung.
Risky Nurul Fadlila RN. 2011. Isolasi dan identifikasi senyawa metabolit
sekunder ekstrak etil asetat dari kulit batang nangka (artocarpus heterophylla
lamk.) : Skripsi. Fakultas sains dan teknologi universitas islam negeri
alauddin. Makassar
Supomo, et all. 2018. Khasiat tumbuhan akar kuning berbasis bukti. PT. Nas
media indonesia. Yogyakarta.
Sri hartati R, et all. 2021. Isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder
ekstrak etil asetat daun kayu jawa (lannae coromandelica (houtt) merr.).
Jurnal chemica, Vol. 22, No. 1

Anda mungkin juga menyukai