Anda di halaman 1dari 3

Menghitung Embun

Langkah Kedua:
Mencermati Gerak-Gerak Batin
No Langkah 1 Langkah Kedua: Mencermati Gerak-gerak Batin Waktu
Aku mengambil posisi santai, duduk dengan punggung tegak, tubuhku 5
dalam posisi siap untuk berdoa. Menit
Aku membuat gerakan menghormati dan merendahkan diri.
aku membayangkan Allah Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh Kudus,
1 Persiapan berada disekelilingku. Aku membayangkan mereka mencintaiku tanpa
syarat. Aku tinggal dalam kehadiran penuh cinta ini.

aku menbayangkan Yesus menghampiri dan menemaniku, saat aku


atau seseorang yang aku kenal, seperti seorang anak yang hilang.
Teks doa.
Doa Aku mohon rahmat agar dapat mengarahkan seluruh diriku kepada 1
2
Pembuka Bapa yang mengampuni. Menit
Aku mohon rahmat kemampuan untuk mengingat dan menghadirkan 1
dengan penuh Syukur, peristiwa ketika Tuhan hadir menuntunku atau Menit
seseorang yang kukenal berada pada situasi seperti anak yang hilang
untuk pulang.
3 Dambaan  Aku ingin menyadari perasaanku atas situasi tersebut.
 Mengerti makna berbagai pikiran ke arah mana Tuhan ingin
menuntunku.
 Mengenali kecenderunganku sehingga aku dapat mengelolanya.
Dan aku ingin bersyukur atas tuntunan Tuhan ini dalam hidupku.
4 Pokok Doa Aku mengingat dan menghadirkan kembali satu peristiwa saat diriku 15
atau seseorang yang kukenal, berada pada situasi seperti anak yang Menit
hilang.

Aku mengingat dan menghadirkan kembali peristiwa itu secara detail.


Aku mengingat tempat, suasana, cuaca, suara-suara, percakapan
dimana aku berada pada saat itu.

Aku sadari perasaan-perasaanku saat itu.


Perasaan kuat apa yang aku rasakan? Mengapa perasaan itu muncul?

Aku mengingat gagasan dan pemikiran yang muncul.


Apakah ada orang-orang yang memberi ide, saran atau kritikan
kepadaku? Apakah aku mendengar ide, saran atau kritikan tersebut
atau menolaknya?
Ke arah manakah roh jahat ingin membawaku? Ke arah manakah
Tuhan ingin menuntunku?

Aku mencermati kecenderungan yang sering muncul, ketika sebuah


situasi muncul. Adakah kerinduan, atau keinginanku atau kebiasaanku
yang membantuku? Atau malah sering menimbulkan masalah bagiku?
Bila menjadi masalah bagiku, dapatkah aku mengatasinya agar aku
menjadi manusia yang lebih baik?
Aku sampaikan penemuan ini kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus, dan
mohon agar diriku dapat mengelola dan diberikan kesabaran dan
ketekunan dalam menjalankannya.

Aku rasakan belas kasih dan kerahiman Tuhan yang luar biasa dalam
hidupku. Yang selalu menunggu dan menanti kehadiranku di rumah-
Nya. Menyambutku dalam misa Ekaristi dan juga hadir melalui
kebaikan-kebaikan sederhana dari orang-orang disekitarku.
Apakah yang kurasakan saat ini? Apakah yang dapat aku sampaikan
kepada Tuhan? Dan juga kepada pribadi dimana aku merasakan
kebaikannya?

Aku hadirkan kembali sejelas-jelasnya perasaan, pikiran dan


kecenderunganku. menjadi cara Tuhan menuntunku.
Aku rasakan gerak-gerak batin yang membawaku ke pilihan yang baik
untuk bangkit dan kembali.
Allah macam apa yang kurasakan dan kualami lewat gerak-gerak
batinku? Aku sampaikan apa yang kurasakan kepada Bapa, Yesus,
atau Roh Kudus.
Lewat peristiwa tersebut dan gerak-gerak batin yang kurasakan
apakah pilihanku sudah sejalan dengan kehendak Bapa?
Aku menyampaikan kepada Bapa, Yesus, atau Roh Kudus, atau kepada 3
Tiga Pribadi Ilahi secara bersamaan pikiran, perasaan, dan kehendak Menit
yang muncul dalam diriku.

5 Percakapan Secara khusus, aku bersyukur atas kehadiran Allah yang tanpa henti
terus menuntunku dan mengampuniku menjadi pribadi yang lebih
baik dan semakin dekat dengan Allah.

Aku tutup doaku dengan mendaraskan Bapa Kami.

Refleksi:

1. Aku mengingat dan mencatat apa yang kurasakan dalam doa kali ini.
2. Secara garis besar aku tulis gerak-gerak perasaan apa yang muncul dalam doaku?
Apa peristiwanya?
Pemikiran apa yang muncul? Bagaimana Tuhan menuntunku?
Apa kecenderunganku? Bagaimana aku bisa mengelolanya?
3. Apa yang hendak Tuhan sampaikan kepadaku dalam doa ini?
4. Apa yang aku sampaikan kepada Tuhan dalam doa ini?
Teks Doa
Yesus berkata, “Ada seorang bapak yang mempunyai dua anak laki-laki. Yang bungsu berkata
kepadanya, ‘Ayah, berilah kepadaku sekarang ini bagianku dari kekayaan kita.’ Maka ayahnya
membagi kekayaannya itu antara kedua anaknya.

Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual bagian warisannya itu lalu pergi ke negeri yang
jauh. Di sana ia memboroskan uangnya dengan hidup berfoya-foya. Ketika uangnya sudah habis
semua, terjadilah di negeri itu suatu kelaparan yang besar, sehingga ia mulai melarat. Lalu ia pergi
bekerja pada seorang penduduk di situ, yang menyuruh dia ke ladang menjaga babinya. Ia begitu
lapar sehingga ingin mengisi perutnya dengan makanan babi-babi itu. Walaupun ia begitu lapar,
tidak seorang pun memberi makanan kepadanya.

Akhirnya ia sadar dan berkata, ‘Orang-orang yang bekerja pada ayahku berlimpah-limpah
makanannya, dan aku di sini hampir mati kelaparan! Aku akan berangkat dan pergi kepada ayahku,
dan berkata kepadanya: Ayah, aku sudah berdosa terhadap Allah dan terhadap Ayah. Tidak layak lagi
aku disebut anak Ayah. Anggaplah aku seorang pekerja Ayah.’ Maka berangkatlah ia pulang kepada
ayahnya.

Masih jauh dari rumah, ia sudah dilihat oleh ayahnya. Dengan sangat terharu ayahnya lari
menemuinya, lalu memeluk dan menciumnya. ‘Ayah,’ kata anak itu, ‘aku sudah berdosa terhadap
Allah dan terhadap Ayah. Tidak layak lagi aku disebut anak Ayah.’

Tetapi ayahnya memanggil pelayan-pelayannya dan berkata, ‘Cepat! Ambillah pakaian yang paling
bagus, dan pakaikanlah kepadanya. Kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.
Sesudah itu ambillah anak sapi yang gemuk dan sembelihlah. Kita akan makan dan bersukaria. Sebab
anakku ini sudah mati, sekarang hidup lagi; ia sudah hilang, sekarang ditemukan kembali.’ Lalu
mulailah mereka berpesta.
(BIMK, Lukas 15:11-24)

Anda mungkin juga menyukai