Anda di halaman 1dari 4

UKPPG

LAPORAN STUDY KASUS

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK


MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PENGUASAAN MATERI
RANTAI MAKANAN PADA MATA PELAJARAN IPAS KELAS 5 SDN
SIDOREJO 1

Disusun oleh :
LINDA KARLINA, S.Pd.
NO UKG : 201503141889
NIM : 23660184

PENDIDIKAN PROFESI GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2023
1. Deskripsi Kasus
Topik kasus yang akan saya uraikan adalah pelaksanaan pembelajaran Matematika
yang menyenangkan menggunakan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament)
pada materi pecahan.
Dalam melaksakan kegiatan pembelajaran matematika peserta didik terlihat tidak
bersemangat, cemas serta merasa takut. Kemudian saya mengajak peserta didik untuk
berdiskusi mengenai persepsi mereka tentang matematika. Setelah berdiskusi, situasi yang
ditemui adalah peserta didik berfikir bahwa matematika itu sulit dan susah untuk dipahami
bahkan dianggap menyeramkan.
Berdasarkan pengamatan selama mengajar, peserta didik cenderung diam dan
beberapa lainnya terlihat asik bermain sendiri dengan temannya hal ini dikarenakan mereka
merasa bosan dan tidak tertarik dengan pelajarannya dan juga mereka tidak memahami
konsep dasar hitung matemtika. Saat diberikan pertanyaan pemantik sebagian peserta didik
diam hanya beberapa peserta didik yang mau menjawab.
Sebagai seorang guru, saya tertantang untuk merubah cara agar belajar matematika
pada materi pecahan terlihat lebih menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik peserta
didik yaitu bermain, sehingga dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi hal ini, saya merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika
materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament)
dengan menggunakan permainan “Trashcan Shoot”. Saya mengawali dengan membuka kelas,
menanyakan kabar, menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada
peserta didik. Saya menyajikan konsep materi menggunakan video pembelajaran, melakukan
Tanya jawab seputar materi. Saya membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dan
menjelaskan aturan permainan “Trashcan Shoot”. Peserta didik dalam kelompok secara
bergantian menjawab soal yang telah disediakan, jika ada peserta didik yang menjawab soal
dengan salah maka soal akan dialihkan atau dilemparkan pada kelompok lainnya, setiap
kelompok yang menjawab dengan benar akan mendapatkan poin.
Melalui permainan ini, mereka belajar untuk menyelesaikan soal cerita matematika
serta merubah kalimat cerita menjadi kalimat matematika (penjumlahan dan pengurangan
pecahan). Permainan ini disukai oleh peserta didik, mereka lebih bersemangat dalam belajar.
Selain itu permainan ini membantu menghilangkan persepsi bahwa matematika itu
menyeramkan dan membosankan.
Alat dan bahan yang saya manfaatkan dalam permainan “Trashcan Shoot” adalah
keranjang/ kardus, beberapa bola kecil, LCD dan proyektor serta media pembelajaran
Wordwall untuk menampilkan soal-soal matematika yang akan diselesaikan.
Sebelum pembelajaran saya mulai terlebih dahulu saya mengajukan izin kepada
kepala sekolah untuk menggunakan LCD serta proyektor.
Hambatan yang saya hadapi ketika melaksanakan pembelajaran ini adalah masih ada
beberapa peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar. serta waktu
pelajaran yang sudah habis padahal masih ada beberapa soal yang belum terjawab.

2. Analisis Solusi
Sebelum pembelajaran dimulai saya berdiskusi dengan rekan guru pada tingkat
sebelumnya tentang materi dasar yang sudah disampaikan sebelumnya sebagai dasar untuk
merancang pembelajaran. Setelah itu saya tujuan pembelajaran, menyusun indikator
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Saya juga berdiskusi dengan rekan guru lainnya tentang acuan dalam menyusun
istrumen penilaian, penyususnan LKPD, perumusan Kriteria Ketuntasan Tujuan
Pembelajaran (KKTP) serta model pembelajaran yang menarik yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
Dari beberapa model pembelajaran yang menarik, saya memilih model TGT (Team
Games Tournament) untuk pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan
matematika dengan memanfaatkan media wordwall. Model pembelajaran ini sesuai untuk
meningkatkan ketertarikan peserta didik pada pelajaran matematika dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik yang masih senang bermain.
Berdasarkan diskusi dengan rekan guru saya menyusunmodul ajar dan alat evaluasi
berupa instrument penilaian kuis yang memanfaatkan media wordwall, LKPD kelompok,
instrument penilain sikanp dan soal formatif individu, penilaian individu ini penting untuk
mengetahui materi yang masih perlu pengulangan. Beberapa hal yang menjadi kesulitan saya
saat merancang pembelajaran ini adalah pemahaman peserta didik tentang konsep hitung
dasar matematika siswa yang masih rendah, penyusunan instrument penilaian yang
berdeferensiasi yang sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik serta penggunaan media
wordwall, hal ini dikarenakan baru mengenal media tersebut.

3. Evaluasi (Dampak & Hasil)


Pembelajaran ini membuat saya dan juga peserta didik merasa sangat senang karena
peserta didik bersemangat dalam pembelajaran, mereka tidak merasa takut dan bosan untuk
belajar matematika pada materi pecahan. Peserta didik saya sudah tidak menganggap bahwa
matematika adalah pelajaran yang sangat menyeramkan dan susah untuk dipelajari. Sampai
pelajaran selesai mereka tetap ingin melanjutkan permianan tersebut, mereka juga antusias
dan ingin mengulang pelajaran matematika dengan menggunakan permainan lagi.
Dari hasil analisis soal evaluasi individu yang diberikan pada akhir permaianan, nilai
yang di dapatkan oleh peserta didik menunjukkan bahwa kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran dapat tercapai, meski belum 100%, dikarenakan masih 3 anak yang
mendapatkan nilai dibawah rata-rata.
Berdasarkan analisis tersebut peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata
akan diberikan pendampingan tambahan atau juga remedial. Sedangkan peserta didik yang
mendapat nilai diatas rata-rata akan menyelesaikan soal-soal pengayaan atau soal dengan
tingkat yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai