Anda di halaman 1dari 69

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA

CERITA BERGAMBAR DAN MEDIA PHANTOM GIGI TERHADAP


KETERAMPILAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK KELAS I
DI SD NEGERI 47 KORONG GADANG
KOTA PADANG TAHUN 2022

i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, September 2022

Rahmania
NIM. 1803047

Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Cerita Bergambar


Dan Media Phantom Gigi Terhadap Keterampilan Menggosok Gigi Pada
Anak Kelas 1 Di SD Negeri 47 Korong Gadang Kota Padang Tahun 2022
xvi+ 60 halaman+ 12 tabel + 2 Gambar + 14 Lampiran

ABSTRAK
Kesehatan gigi dan mulut seringkali bukan prioritas dan cukup
diabaikan oleh sebagian orang. Berdasarkan Data Riskesdas 2018 kesehatan gigi
dan mulut di Indonesia menyatakan penyakit yang banyak diderita 45,3% karies
gigi di Indonesia. Tujuan Penelitian ini adalah Diketahui efektivitas pendidikan
kesehatan menggunakan media cerita bergambar dan media phantom gigi
terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak kelas I.
Desain quasi ekperiment yaitu two grup pretest dan posttest. Populasi
dalam penelitian ini adalah Anak SD Kelas 1 yang berjumlah 3 kelas sebanyak 70
orang dengan sampel 32 orang. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik Simple Purposive Sampling. Teknik Analisis data
dipersentasikan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji t-test
independen.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil efektifitas media cerita
bergambar sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan hasil uji
statistik diperoleh nilai p-value 0,000 < 0,05 dan media phantom gigi sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan hasil uji statistik diperoleh nilai
p-value 0,000 < 0,05, artinya pemberian pendidikan kesehatan dengan media
cerita bergambar dan media phantom gigi efektif dilakukan terhadap peningkatan
keterampilan menggosok gigi.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
menggunakan media cerita bergambar dan media phantom gigi. Diharapkan pihak
sekolah agar dapat memberikan informasi kepada siswa dan guru di SDN 47
korong Gadang dalam meningkatkan keterampilan tentang menggosok gigi.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Media Cerita Bergambar,


MediaPhantom gigi.
Daftar Pustaka : 37 (2008-2021)

ii
SYEDZA SAINTIKA PADANG COLLEGE OF HEALTH DEPARTMENT
OF PUBLIC HEALTH
Thesis, September 2022

Rahmania
NIM. 1803047

The Effectiveness of Health Education Using Picture Story Media and Tooth
Phantom Media on Teeth Brushing Skills in Grade 1 Children at SD Negeri
47 Korong Gadang, Padang City in 2022
xvi+ 60 pages+ 12 tables + 2 Figures + 14 Appendices

ABSTRACT
Dental and oral health is often not a priority and is quite neglected by
some people. Based on the 2018 Riskesdas data, dental and oral health in
Indonesia stated that 45.3% of dental caries in Indonesia suffered a lot of diseases.
The purpose of this study was to determine the effectiveness of health education
using illustrated story media and dental phantom media on the brushing skills of
first graders.
The quasi-experimental design is two groups pretest and posttest. The
population in this study were elementary school children in grade 1, which
amounted to 3 classes as many as 70 people with a sample of 32 people. The
sampling technique used is the Simple Purposive Sampling technique. Techniques
Data analysis was presented univariate and bivariate using independent t-test.
Based on the results of the study, it was found that the effectiveness of
illustrated story media before and after being given health education with
statistical test results obtained p-value 0.000 <0.05 and dental phantom media
before and after being given health education with statistical test results obtained
p-value 0.000 < 0.05, meaning that the provision of health education with
illustrated story media and dental phantom media is effective for improving teeth
brushing skills.
Based on the research, it can be concluded that the significant skill
between before and after being given health education is using picture story media
and dental phantom media. It is hoped that the school can provide information to
students and teachers at SDN 47 Korong Gadang in improving skills about
brushing teeth.

Keywords : Health Education, Picture Story Media,MediaPhantom teeth.


Bibliography : 37 (2008-2021)

iii
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas Kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Efektivitas Pendidikan Kesehatan

Menggunakan Media Cerita Bergambar dan Media Phantom Gigi Terhadap

Keterampilan Menggosok Gigi Pada Anak Kelas I Di SD Negeri 47 Korong

Gadang Kota Padang Tahun 2022”. Shalawat serta salam tidak lupa, selalu penulis

sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Dr.Eravianti, M.KM selaku Pembimbing I dan Ibu Silvi Zaimy, S.ST,

M.keb selaku Pembimbing II yang dengan sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan

waktu, dan pikiran memberikan bimbingan,petunjuk, motivasi, arahan, dan saran

yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi, Selanjutnya

penulis menyampaikan ucapan terima kasih diantaranya yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr.Syamsul Amar, M,Si Pembina Yayasan pengembangan

Sumber Daya Manusia (YPSDM) Sumatra Barat.

2. Bapak Drs. H. Harsinal, Amd.Kep, MM, Kepala STIkes Syedza Saintika

Padang.

3. Ibu Oktariyani Dasril, M.Kes Ketua Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat.

iv
4. Ibu Eliza Trisnadewi, MPH penguji I dan Ibu Chamy Rahmatiqa, MPH

penguji II yang telah memberikan masukan dan kritikan yang sangat

membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Evi Diana. M, S.Pd Kepala Sekolah SD N 47 Korong Gadang beserta

staf yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian.

6. Bapak/ibu Dosen Staf Akademik Stikes Syedza Saintika Padang yang

telah memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan.

7. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua Ayah Tagor Lubis dan Umak Eli

Rozanni yang tercinta, tersayang serta sebagai sumber inspirasi terbesar

dan semangat hidup menggapai cita dan yang selalu memberikan

semangat,dukungan dan doa yang tulus kepada peneliti sehingga peneliti

dapat menyelesaikan Skripsi ini.

8. Adik-adik kandung peneliti Adelia putri, Hadia Syafitri, Alghi Rahman,

Hilyatul Rahma atas kasih sayang, bimbingan dan dukungan, motivasi,

terus mengiringi perjalanan hidup penulis hingga sekarang sampai di titik

ini.

9. Keluarga dan sahabat yang sangat membantu dan selalu memberikan

semangat bagi peneliti dalam terselesainya skripsi ini.

10. Rekan-rekan angkatan 2018 Jurusan Kesehatan Masyarakat Stikes Syedza

Saintika Padang dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

v
Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan

skripsi ini, namun apabila terdapat kesalahan dan kekurangan penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan

sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam

melakukan penelitian selajutnya.

Padang, September 2022

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR HALAMAN JUDUL....................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING............................................iii
PANITIA UJIAN SKRIPSI...........................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...............................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR....................................................................................ix
DAFTAR ISI...................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................7
1.5 Ruang Lingkup...........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................9


2.1 Keterampilan Menggosok Gigi...................................................9
2.2 Definisi Pendidikan Kesehatan...................................................18
2.3 Media Cerita Bergambar.............................................................20
2.4 Media Phantom Gigi...................................................................22
2.5 Kerangka Teori............................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................25


3.1 Jenis dan Desain Penelitian........................................................25
3.2 Tempat dan waktu penelitian.....................................................26
3.3 Populasi dan sampel...................................................................26
3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan data..........................................28

vii
3.5 Teknik Pengolahan Data............................................................31
3.6 Analisis Data..............................................................................33
3.7 Etika Penelitian..........................................................................34
3.8 Kerangka Konsep.......................................................................34
3.9 Hipotesis.....................................................................................35
3.10 Defenisi Operasional..................................................................35
BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................37
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian..........................................37
4.2 Hasil Penelitian............................................................................37
4.2.1 Karakteristik Responden.......................................................37
4.2.2 Analisis Univariat.................................................................49
4.2.3 Analisis Bivariat...................................................................41
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................43
5.1 Analisis Univariat........................................................................43
5.2 Analisis Bivariat..........................................................................48
BAB VI PENUTUP.........................................................................................53
6.1 Kesimpulan..................................................................................53
6.2 Saran............................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................55
LAMPIRAN....................................................................................................58

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain Penelitian.............................................................................25


Tabel 3.2 Definisi Operasional.........................................................................35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Media
Cerita Bergambar di SDN 47 Korong Gadang.................................37
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Pada Media Phantom
Gigi di SDN 47 Korong Gadang.....................................................38
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Media Cerita
Bergambar di SDN 47 Korong Gadang...........................................38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Media
Phantom Gigi di SDN 47 Korong Gadang......................................38
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Sebelum diberikan Pendidikan
Kesehatan Menggunakan Media Cerita Bergambar di SDN 47
Korong Gadang................................................................................39
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan Menggunakan Mesia Cerita Bergambar di SDN 47
Korong Gadang................................................................................39
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Perilaku Sebelum diberikan Pendidikan
Kesehatan dengan Media Phantom Gigi di SDN 47
Korong Gadang................................................................................40
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan dengan Media Phantom Gigi di SDN 47
Korong Gadang................................................................................40
Tabel 4.9 Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Media Cerita Bergambar
Dalam Meningkatkan Perilaku Siswa SDN 47 Korong Gadang......41
Tabel 4.10 Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Media Cerita Bergambar
Dalam Meningkatkan Perilaku Siswa SDN 47 Korong Gadang...... 42

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori............................................................................24


Gambar 3.1. Kerangka Konsep.........................................................................35

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. POA Kegiatan Penelitian.............................................................59


Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden ...............................................60
Lampiran 3. Lembar Observasi........................................................................61
Lampiran 4. Surat Izin Pengambilan Data........................................................62
Lampiran 5. Dokumentasi Survey Awal..........................................................67
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian.....................................................................68
Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian................................................................71
Lampiran 8. Master Tabel.................................................................................72
Lampiran 9. Hasil Analisis Data.......................................................................76
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian.............................................................80
Lampiran 11. Absen Penelitian.........................................................................87
Lampiran 12. Lembar Konsutasi......................................................................89
Lampiran 13. Media Cerita Bergambar............................................................93
Lampiran 14. Media Phantom Gigi..................................................................94

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu bagian yang integral dari

kesehatan manusia yang seutuhnya, dengan demikian upaya-upaya dalam bidang

kesehatan gigi akan turut berperan dalam meningkatkan sebuah berhubungan

dengan upaya peningkatan kesehatan secara personal khususnya pada kesehatan

mulut, World Health Organization mengungkapkan bahwa, Kesehatan mulut

sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas hidup yakni suatu keadaan bebas

dari masalah gangguan mulut, kanker tenggorokan, infeksi mulut dan luka,

penyakit periodontal (gusi), kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit lainnya

(WHO, 2012).

Kesehatan gigi dan mulut seringkali bukan prioritas dan cukup

diabaikan oleh sebagian orang. Seperti yang kita ketahui, gigi dan mulut

merupakan pintu gerbang masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat

mengganggu kesehatan organ lainnya, salah satunya yakni masalah karies gigi

yang banyak dikeluhkan (Santoso et al, 2020). Hal ini diakibatkan karena ketidak

tepatan menggosok gigi pada anak, sehingga plak menempel pada permukaan gigi

dapat menjadi salah satu penyebab terentuknya karies gigi pada anak (Firdaus et

all, 2018). Anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies gigi yang

tinggi, karena pada usia sekolah ini anak-anak suka jajan makanan dan minuman

sesuai keinginannya (Nisa & Fitriyah, 2020).


Menurut Persada (2014) menyampaikan bahwa kasus kejadian karies gigi

banyak ditemukan pada anak usia kelas satu (56%) 22 responden hal ini

dikarenakan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya menjaga

kebersihan gigi, serta pemilihan makanan dan minuman yang dapat

mempengaruhi kejadian karies gigi. Hal ini dikarenakan anak kelas satu

merupakan anak usia sekolah rata-rata yang masih awal dan kurangnya tanggug

jawab terhadap menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya sendiri.

Faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah

faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies

gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi, derajat

keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan jumlah dan

frekuensi makanan yang menyebabkan karies (makanan kariogenik) (Adinimas et

al.m 2021).

Menurut (WHO, 2018) kejadian karies gigi terjadi pada anak usia 5-6

tahun 8,43% dan anak usia 6 tahun ke atas 67,3%. Berdasarkan The Global

Burden of Disease Study (2016) masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya

karies gigi dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 miliyar

jiwa). Berdasarkan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menyatakan penyakit

yang banyak diderita 45,3% karies gigi di Indonesia, 19% gigi hilang karena di

cabut, 10,4% gigi goyah, 4,1% gigi telah ditambal (RISKESDES, 2018).

Berdasarkan RISKESDAS (2018), penduduk di Propinsi Jawa Tengah

dengan masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 25,9%. Proporsinya kejadian

karies gigi pada kelompok umur 10-14 tahun pada usia anak sekolah sebesar

25.2% sedangkan dalam kebiasaan menyikat gigi sebesar 2,3% yang menyikat

gigi dengan benar pada tahun 2013 dan menurun menjadi 2 % pada tahun 2018

(Balitbangkes Kemenkes RI, 2018).

2
Berdasarkan data Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun

2021 di ketahui Penyakit Kerusakan Jaringan Pada Gigi termasuk 5 besar dari 10

urutan penyakit terbanyak di Kota Padang dengan jumlah kasus 5.275. Angka

kejadian tertinggi penyakit kerusakan jaringan pada gigi dari 23 Puskesmas Kota

Padang yaitu Pukesmas Kuranji dengan jumlah kasus kerusakan jaringan pada

gigi sebanyak 253 kasus pada tahun 2021 (Profil Dinas Kesehatan Kota

Padang,2021) .

Kecamatan Kuranji, kota Padang, provinsi Sumatra Barat memiliki 14

Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan data yang di peroleh dari laporan tahunan

puskesmas Kuranji tertinggi kasus kerusakan jaringan pada gigi di SD Negri 47

Korong Gadang dengan kasus laki-laki sebanyak 53 dan perempuan sebanyak 42

kasus jadi keseluruhan kasus kerusakan jaringan pada gigi di SD Negri 47 Korong

Gadang berjumlah 105 kasus (profil Puskesmas Kuranji, 2021).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan

sehingga karies gigi dapat dicegah agar tidak sampai terjadi pada anak-anak

(Asio, 2016). Salah satunya adalah dengan melatih kemampuan motorik seorang

anak, termasuk diantaranya dengan menggosok gigi. Kemampuan menggosok gigi

secara baik dan benar merupakan faktor cukup penting untuk pemeliharaan gigi

dan mulut (Gopdianto, 2015).

Peningkatan keterampilan menggosok gigi pada anak dapat diberikan

melalui pendidikan kesehatan (Asio, 2016). Berbagai metode telah dikembangkan

3
di dunia pendidikan dalam menyampaikan pesan yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan sikap (Kusumawati, 2018).

Masyarakat perlu diberikan informasi tentang kesehatan gigi dengan

menggunakan berbagai media. Alat bantu atau alat peraga dalam pendidikan

kesehatan sebaiknya disusun berdasarakan prinsip bahwa pengetahuan yang ada

pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indra (Hamsar &

Ramadhan, 2019).

Salah satu landasan teori penggunaan media dalam proses pendidikan,

yakni teori kerucut Edgar Dale. Menurut teori tersebut, terdapat beberapa macam

media yan dapat digunakan dalam proses pendidikan. Pada dasarnya proses

pendidikan yang melibatkan lebih banyak indera akan lebih mudah untuk diterima

dan diingat oleh individu. Pemberian pendidikan kehatan gigi dan mulut akan

lebih efektif dan optimal dengan menggunakan metode dan media yang tepat

(Puspitaningtiyas et al, 2017).

Pada penelitian ini, untuk mengajak anak-anak memahami materi

penyuluhan yang diberikan peneliti menggunakan media. Media yang digunakan

yaitu media cerita bergambar dan media phantom gigi. Media cerita bergambar

merupakan media yang dapat meningkatkan kemampuan imajinasi dan berpikir

anak-anak serta Anak sekolah dasar memiliki imajinasi yang masih tinggi,

sehingga buku cerita bergambar disinyalir dapat meningkatkan imajinasi anak.

Dijelaskan juga oleh Liu dkk (dalam Hsiao & Yu Shih, 2015) dalam penelitiannya

4
menemukan bahwa hanya membaca buku bergambar dapat meningkatkan

pengetahuan lingkungan anak-anak, terutama karena dampak kehidupan sehari-

hari mereka.

Media Phantom gigi (model rahang) termasuk kedalam alat peraga benda

tiruan. Phantom gigi manusia berfungsi untuk latihan demonstrasi perlindungan

mulut dan pengajaran klinis secara relative. Model rahang gigi ini terdiri dari gusi,

gigi, lidah, dan langit-langit. Alat ini menunjukkan bentuk gigi dan cara

membersihkan rongga mulut dan perlindungan mulut ( Aritonang dan Purba,

2017).

Hal ini sejalan dengan penelitian Afif Hamdalah tahun (2013) dengan

judul penelitian efektifitas media cerita bergambar dan ular tangga dalam

pendidikan kesehatan gigi dan mulut siswa, yang mengatakan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi melalui media cerita bergambar dan

permainan ular tangga.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Juli 2022 pada

murid di SD Negeri 47 Korong Gadang didapatkan hasil wawancara sederhana

terhadap 10 murid mengatakan mereka belum mengetahui cara dan langkah

menggosok gigi yang baik dan benar. Terdapat 2 murid baru sikat gigi bawah

bagian luar tanpa sikat gigi bawah bagian dalam, 2 murid tidak menggunakan

sikat gigi yang berbulu halus dan murid menggosok gigi dengan teknik asal, 3

murid tidak menggunakan odol saat menggosok gigi, dan dari 3 murid juga

menyampaikan jarang menggosok gigi, dari observasi yang dilakukan pada 10

5
murid didapatkan 4 murid giginya berlubang. Berdasarkan hasil wawancara

dengan guru didapatkan informasi bahwa sebelumnya di SD Negeri 47 Korong

Gadang belum pernah dilakukan pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan

tentang kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan Uraian di atas, peneliti telah melakukan penelitian dengan

judul “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Cerita Bergambar

dan Media Phantom Gigi Terhadap Keterampilan Menggosok Gigi Pada Anak

Kelas I di SD Negeri 47 Korong Gadang Kota Padang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan apakah ada efektivitas pendidikan kesehatan menggunakan

media cerita bergambar dan media phantom gigi terhadap keterampilan

menggosok gigi pada anak kelas 1 di SD Negeri 47 Korong Gadang Kota

Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui efektivitas pendidikan kesehatan menggunakan media cerita

bergambar dan media phantom gigi terhadap keterampilan menggosok gigi

pada anak kelas I.

6
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui keterampilan menggosok gigi pada anak kelas I sebelum

di berikan pendidikan kesehatan menggunakan media cerita

bergambar.

2. Diketahui keterampilan menggosok gigi pada anak kelas I sesudah

di berikan pendidikan kesehatan menggunakan media cerita

bergambar.

3. Diketahui keterampilan menggosok gigi pada anak kelas I sebelum

diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media phantom

gigi.

4. Diketahui keterampilan menggosok gigi pada anak kelas I sesudah

diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media phantom

gigi.

5. Diketahui efektivitas media cerita bergambar terhadap

keterampilan menggosok gigi anak kelas I.

6. Diketahui efektivitas media phantom gigi terhadap keterampilan

menggosok gigi anak kelas I.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menyusun

laporan penelitian dan menambah wawasan peneliti dalam menerapkan

ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan serta menjadi salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi Kesehatan Masyarakat di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang.

7
2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil peneliti dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk

penelitian selanjutnya dan rekomendasi untuk mengembangkan penelitian

dengan membandingkan efektifitas metode lainnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan untuk pengembangan

ilmu bagi mahasiswa Stikes Syedza Saintika Padang yang akan melakukan

penelitian selanjutnya. Untuk menambah koleksi perpustakaan dan untuk

meningkatkan pengembangan Pendidikan serta ilmu pengetahuan.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini berjudul Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan

Media Cerita Bergambar dan Media Phantom Gigi Terhadap Keterampilan

Menggosok Gigi Pada Anak Kelas 1 Di SD Negeri 47 Korong Gadang Kota

Padang Tahun 2022. Penelitian ini dilakukan di SDN 47 Korong Gadang Kota

Padang yang dilakukan di bulan Juli-September 2022. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan desain quasi ekperiment design yaitu two grup

pretest dan posttest . Populasi dalam penelitian ini adalah Anak SD Kelas 1 yang

berjumlah 3 kelas sebanyak 70 orang dengan sampel 32 orang. Teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Simple Purposive Sampling.

Teknik Analisis data dipersentasikan secara univariat dan bivariat dengan

menggunakan uji t-test independen.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keterampilan Menggosok Gigi

1. Keterampilan

Keterampilan merupakan seperangkat system, suatu metode dan

suatu teknik yang baik, untuk menguasai materi ilmu pengetahuan yang

akan disampaikan secara tangkas, efektif, serta efisien. Keterampilan juga

merupakan suatu keahlian yang di dapat oleh individu melalui suatu proses

seperti latihan yang kontinyu serta mencakup beberapa aspek yaitu kogni-

tif, efektif, dan psikomotor, Budiarjo (Sisca Folastri, 2013).

Keterampilan adalah akibat dari adanya respon dari suatu tindakan

(Notoatmodjo, 2010). Keterampilan merupakan suatu tindakan peserta

didik yang berhubungan dengan materi dalam pendidikan yang di berikan.

a. Tingkatan Keterampilan

Praktik ini dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu :

1. Praktek Terpimpin (guided response)

Mampu melakukan tindakan dengan benar sesuai urutan serta sesuai

dengan contoh adalah indikator praktek tingkat dua.

2. Praktek secara Mekanisme (mekanisme)

Jika orang tersebut dapat dengan secara benar melakukan sesuatu

dengan otomatis, atau telah menjadi kebiasaannya, maka ini sudah

merupakan praktek tingkat tiga.


3. Praktek Adopsi (Adoption)

Adopsi merupakan salah satu tindakan atau praktek yang telah

berkembang dengan baik. Praktek yangtelah dimodifikasi dengan

tidak mengurangi kebenarannya tersebut.

b. Cara dalam Mengukur Keterampilan

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu

dengan cara langsung dan cara tidak langsung. Pengukuran secara

langsung merupakan pengukuran dengan cara yang baik yaitu dengan

mengamati (observasi) yaitu pengamatan suatu tindakan dari subjek

dalam pemeliharaan kesehatannya (Notoatmodjo,2010). Pengukuran

perilaku secara tidak langsung yaitu mengingat kembali (recall).

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan pertanyaan kepada subjek

mengenai apa yang akan dilakukan yang sehubungan dengan subjek

tertentu.

c. Aspek-aspek Keterampilan

Rai Dwi Hastarita (2012) Keterampilan yang diperoleh seorang

anak dengan proses latihan yang kontinyu yaitu :

1. Keterampilan membaca

Dalam membaca sebagai suatu proses belajar adalah suatu kegiatan

yang bisa mendapatkan informasi dari suatu tulisan.

2. Keterampilan menulis

Menulis adalah kegiatan yang dapat memberikan suatu catatan dan

informasi yang menggunakan aksara.

10
3. Keterampilan mendengar

Mendengar yang efektif yaitu butuh konsentrasi, suatu pen-

galaman, dan adanya keterampilan.

4. Keterampilan menghafal dan mengingat

Mengingat yaitu mengulangi suatu informasi yang sudah didapatkan

sebelum- sebelumnya .

5. Keterampilan bicara

Bicara adalah salah satu aktivitas kehidupan yang penting. Kita

dapat berkomunikasi dengan berbicara kepada orang lain.

6. Keterampilan menghadapi tes

Seseorang bisa mengerjakan sebuah tes dengan baik, diper- lukan

kesiapan diri, baik secara psikologis maupun review sebelumnya.

7. Keterampilan berfikir kritis

Berpikir kritis merupakan suatu tindakan memikirkan sebuah

konsep dengan matang dan menanyakan sesuatu yang dianggap

tidak benar dengan cara yang baik.

8. Keterampilan mengelola waktu

Mengelola waktu adalah suatu perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, daan suatu pengawasan produktivitas waktu.

9. Keterampilan berkosentrasi

Yang utama di butuhkan agar dapat berhasil pada sesuatu yang

dikerjakaan merupakan faktor dari suatu konsentrasi.

11
2. Menggosok Gigi

Perilaku Hidup bersih dan sehat yang sederhana seperti menggosok

gigi merupakan salah satu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pemeliharaan kesehatan pribadi dan pentingnya berprilaku hidup bersih

dan sehat (Retno, 2013). Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari

sisa makanan yang menempel, bakteri, dan plak. Membersihkan gigi

harusnya melihat pelaksanaan waktu dalam membersihkan gigi,

menggunakan alat yang cocok untuk membersihkan gigi, dan tata cara

yang tepat dalam membersihkan gigi. Kebiasaan menggosok gigi

merupakan perilaku manusia didalam membersihkan gigi dari sisa

makanan secara terus menerus.

Menggosok gigi dengan baik setidaknya 2 kali dalam sehari (sesudah

makan, dan sebelum tidur) adalah dasar personal hygiene mulut yang efektif.

Kebiasaan membersihkan gigi dengan menggosok gigi paling sedikit 2 kali dalam

sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan, dan malam hari sebelum tidur serta

setelah memakan makanan yang lengket pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan

gigi.

Menggosok gigi dengan cara yang baik adalah dengan gerakan yang

lembut dan dengan tekanan yang tidak keras, serta memusatkan di area terdapat

plak-plak, yaitu pada pinggir gusi, permukaan mengunyah gigi yang ada fissure

atau celah yang sangat kecil dan menyikat gigi pada bagian paling belakang.

Menggosok gigi harus memegang dengan lurus, dan menggunakan bulu sikat

12
yang kecil agar mencapai semua bagian- bagian dalam mulut. Sikat gigi yang

digunakan harus diganti tiga bulan sekali. Membersihkan seluruh bagian gigi

dengan vertikal, dan gerakan lembut merupakan cara menggosok gigi yang baik

dan benar (Rahmadhan, 2010).

a) Cara / metode menggosok gigi

Cara menggosok gigi yang benar yaitu pipih pasta gigi yang tepat

sesuai gigi kamu,ratakan pasta gigi masukan sikat gigi yang telah

diberi pasta gigi ke dalam mulut, sikat membentuk sudut 45 derajat,

sikat gigi graham. Gosok secara vertical. Upaya pemeliharaan

kesehatan gigi dengan menggosok gigi sebaiknya dilakukan sedemi

mungkin sehingga sampai terjadi pada ank-anak (Septianingsih &

Sulistyowati, 2017).

Menggosok gigi dengan pasta gigi dan odol yang di praktekan

dengan tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk

mencegah terjangkitnya penyakit karies gigi, gigi berlubang, sakit gigi.

Pasta gigi dan odol lebih efektif menghilangkan kotoran dan bau

mulut, dan secara bermakna dapat mengurangi jumlah mikroorganisme

penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan parasite, lainnya pada

rongga mulut (Arisman, 2019).

Menurut Betty (2011), mengatakan menggosok gigi yang baik dan

benar harusnya dikerjakan dengan teliti, tekun, serta teratur. Teliti

13
yaitu kegiatan menyikat gigi yang dilaksanakan diseluruh bagian gigi,

bagian atas gigi, dengan 2 kali sehari.

Berbagai cara menggosok gigi diantaranya :

1) Metode Vertical

Di lakukan dengan cara menggosok gigi pada sisi anterior gigi,

tutup kedua rahang, menyikat gigi dengan superior dan inferior. Pada

gerakan permukaan gigi yang posterior dapat dilakukan dalam

keadaan gigi yang terbuka. Metode sederhana ini dapat

membersihkan plak, tetapi tidak dapat mencapai semua gigi (Har

yanti D.D, dkk ; 2014).

2) Metode Horizontal

Metode horizontal yaitu sisi depan dan sisi belakang disikat,

setelah itu gerakan maju dan mundur atau ke depan dan ke belakang,

bulu sikat tegak dan sejajar dengan permukaan yang akan

dibersihkan. Metode ini juga disebut metode menggosok. Metode

horizontal juga sederhana akan tetapi mampu menghilangkan plak

yang ada dibagian sulkus interdental dan bagian yang ada di

sekitarnya (Haryanti D.D, dkk ; 2014).

3) Metode Berputar

Metode berputar adalah tindakan menggosok gigi dengan

menggerakkan ujung sikat pada bagian yang mengarah ke dalam akar

gigi agar kepala sikat bergerak dengan membentuk lengkungan

melalui permukaan gigi (Haryanti D.D, dkk ; 2014).

14
4) Metode Fones

Dengan menggunakan suatu gerakan secara horizontal,

sementara itu, gigi ditahan dengan posisi menggigit. Gerakan fones

dapat dikerjakan dengan memutar dan dapat mencapai seluruh ba-

gian pada permukaan gigi atas, ataupun yang bawah (Haryanti D.D,

dkk ; 2014).

5) Metode Leonard

Metode ini dianjurkan dengan gerakan yang vertikal, yaitu

dengan menggosok gigi pada bagian atas dan pada bagian bawah

secara memisah (Kidd.E.A.M, Joyston S, 2008).

6) Metode Bass

Gerakan metode ini yaitu sikat dipegang sehingga bulu-bulu sikat

menghadap ke arah apeks yang selanjutnya disimpan pada tepi

ginggiva dengan menggunakan sudut 45 derajat terhadap sumbu

panjang gigi. Sikat ini selanjutnya dilakukan gerakan anterior dan

gerakan posterior, untuk dapat membersihkan pada permukaan lin-

gual gigi geligi anterior atas dan bawah sikat harus dibalik menjadi

vertikal, ujung sikat gigi dimasukkan pada daerah ginggiva dengan

benar (Kidd.E.A.M, Joyston S, 2008).

15
b) Frekuensi dan waktu menggosok gigi

Membersihkan gigi dan mulut dapat mempengaruhi baik dan

buruknya kebersihan gigi dan juga mulut, sehingga dapat

mempengaruhi kejadian karies gigi. Jumlah dalam menggosok gigi

dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan juga mulut anak. Kurang

lebih 46,9% anak yang menggosok gigi dengan frekuensi menggosok

gigi 2 kali sehari mempunyai tingkat kebersihan gigi yang masih

kurang.

Pengalaman mendapat pendidikan kesehatan gigi dan mulut

juga dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut yang dilakukan 4

kali pendidikan kesehatan lalu setelah itu dilakukan pengukuran pada

tingkat kebersihan gigi mulut di setiap selesai mendapat pendidikan

kesehatan gigi dan mulut.

Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari penyebabnya, dimana

plak adalah penyebab terjadinya karies pada gigi, plak akan dibentuk

terus menerus. Dengan susah payah membersihkan gigi dari plak dan

hanya membutuhkan waktu setengah jam bakteri berkolonisasi diatas

gigi tersebut. Karena itu gigi terbebas dari plak hanya sebentar saja.

(Kidd.E.A.M, Joyston S, 2008).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut meliputi :

peran orang tua, fasilitas (Notoatmodjo, 2010). Hal ini dijelaskan berikut :

16
1) Peran Orang Tua

Orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam

perawatan kesehatan gigi anak. Orang tua dapat menjadi contoh dalam

mengajarkan perilaku menggosok gigi pada anak. Kebersihan dan cara

merawat gigi pada anak dipengaruhi oleh peran orang tua. Orang tua

dapat menjadi contoh lebih efisien bagi anak dibandingkan anak yang

menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tuanya.

Beberapa bentuk yang dilakukan orang tua dalam membantu

perawatan gigi anak antara lain membantu anaknya dalam

membersihkan dan menggosok gigi terutama pada anak yang masih

berusia dibawah sepuluh tahun, karena anak tidak mempunyai

kemampuan motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama pada

gigi bagian belakang. Secara rutin menemani anak periksa ke dokter

gigi dan mengajarkan anak merawat gigi sejak usia dini.

2) Fasilitas

Fasilitas sebagai sebuah sarana informasi dapat berpengaruh

pada pengetahuan seseorang. contohnya anak yang mempunyai

komputer dengan akses internet yang memadai akan memiliki

pengetahuan tinggi tentang perawatan gigi dibanding dengan anak

yang hanya memiliki televisi. Anak akan lebih update terhadap

informasi yang tidak bergan- tung pada siaran televisi.

Jadi keterampilan menggosok gigi adalah suatu respon yang

diberikaan dari suatu tindakan yang berhubungan dengan menggosok

gigi yaitu membersihkan sisa-sisa makanan yang aada dimulut, bakteri

dan juga flak.

17
2.2 Definisi Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan perilaku

yang dinamis, dengan tujuan mengubah perilaku manusia yang meliputi

komponen pengetahuan, sikap ataupun perbuatan yang berhubungan

dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun

masyarakat seta menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

dengan tepat dan sesuai. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan untuk

membantu individu, kelompok masyarakat dalam meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara

optimal (Triwibowo et al, 2013).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Tribowo dan Pusphandani (2015) tujuan pendidikan

kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang

kesehatan akan tetapi perilaku mencakup hal yang luas sehingga perilaku

perlu dikategorikan secara mendasar, selain itu tujuan pendidikan

kesehatan adalah memberikan informasi pada individu atau masyarakat.

Oleh sebab itu tujuan pendidikan kesehatan dapat dirincikan sebagai

berikut :

a. menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat.

Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan

cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

18
b. menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. mendorong pengembangan dan penggunaan sarana pelayanan

kesehatan yang ada secara tepat. Pemanfaatan sarana pelayanan yang

ada kadang-kadang dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya

pada kondisi sakit justru tidak menggunakan sarana kesehatan yang

ada dengan semestinya.

3. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan atau promosi kesehatan adalah semua sarana atau

upaya yang digunakan oleh petugas kesehatan untuk menampilkan pesan

atau informasi kepada sasaran promosi kesehatan yang disampaikan oleh

komunikator, baik melalui media cetak, elektronik (Televisi, Radio,

computer, dan sebagainya) dan media luar ruang sehingga sasaran dapat

meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah

perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Diana,dkk, 2016).

Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media, karena melalui media,

pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami sehingga

sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan akhirnya memutuskan untuk

mengadopsi perilaku yang postif (Notoadmojo, 2010). Adapaun beberapa

tujuan atau alsan mengapa media sangat diperlukan didalam pelaksanaan

promosi kesehatan antara lain :

1) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.


2) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3) Media dapat mempermudah pengertian.
4) Memperlancar komunikasi

19
2.3 Media Cerita Bergambar

a. Pengertian media cerita bergambar

Cerita bergambar adalah sebuah kesatuan cerita disertai dengan

gambar-gambar yang berfungsi sebagai suatu penghias dan pendukung

cerita yang dapat membantu dalam proses pemahaman terhadap isi cerita

tersebut. cerita bergambar merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan

gambar-gambar tidak bergerak yang disusun dengan demikian rupa agar

dapat membentuk jalinan cerita.Gambar adalah suatu bentuk ekspresi

komunikasi universal yang dikenal khayalak luas.

Gonen dan Guler (2011) menjelaskan bahwa dalam buku cerita

bergambar, sebuah cerita sederhana atau dongeng yang diceritakan melalui

gambar berturut-turut dan kedua teks dan gambar yang digunakan.

Terkadang, ada bahkan mungkin tidak ada teks. Dalam kasus di mana ada

teks, teks dan gambar saling melengkapi.

Cerita bergambar juga merupakan media pembelajaran yang cukup

menarik karena memuat gambar dan kata-kata, dimana gambar dan kata-

kata membentuk kesatuan yang utuh menjadi sebuah cerita yang dapat

menarik perhatian siswa. Media berupa cerita bergambar memiliki

karakteristik penyampaian pesan yang sederhana, jelas, dan mudah untuk di

pahami siswa SD. Siswa SD akan lebih senang membaca materi yang

berupa gambar yang penuh warna dibandingkan dengan hannya membaca

teks panjang.

Teknik yang digunakan dalam bercerita dengan menggunakan alat

peraga seperti buku cerita bergambar dikelompokkan sebagai membaca

dengan nyaring. Bercerita dengan buku cerita bergambar jugamemiliki

20
keterbatasan bagi guru yang belum berpengalaman dalam bercerita , dan

takut salah dalam berbahasa.

b. Kelebihan dan kekurangan cerita bergambar

Penggunaan cerita bergambar ini juga mempunyai kelebihan dan

kekurangan (Winda Gunarti, dkk, 2008).

kelebihannya yaitu:

1) Melatih anak agar perhatiannya fokus dan dapat berkonsentrasi .

2) Anak mampu memberi respon serta mampu menyampaikan pendapat

tentang apa yang mereka lihat.

3) Melatih anak agar mampu menjadi pendengar yang baik serta mampu

memperhatiakan apa yang diberikan.

4) Dapat menambah fantasi anak terhaadap apa yang telah dilihatnya.

5) Dengan menggunakan cerita bergambar akan membuat anak

lebihmemahami cerita.

6) Anak akan semakin berani dalam bersikap dan berperilaku serta lebih

percaya diri.

7) Memberi kesempatan kepada anak untuk meningkatkan kemampuannya

berbahasa lisan dan membangun jati diri anak tersebut.

Adapun Kelemahannya yaitu:

1) Akan banyak pertanyaan yang akan diberikan oleh anak sehingga

dapat memecah perhatian guru.

2) Banyak anak yang akan bertanya ketika diperlihatkan gambar yang

tingkat pertanyaannya tinggi dan tidak sesuai umurnya sehingga guru

21
harus menyampaikan dengan bahasa yang dimengerti anak dan anak

masih bingung .

3) Terkadang ada satu atau dua pertanyaan dari anak yang bertanya tetapi

pertanyaannya terlalu tinggi serta belum sesuai umur sehingga guru

mau mengemas dan menyampaikan bahasa jawaban yang pas dengan

daya tangkap dan bahasa anak masih bingung.

4) Diperlukan ekspresi dalam menyampaikan gambar sehingga dapat

menarik perhatian anak.

5) Intonasi yang digunakan harus disesuaikan dengan karakter tokoh

pada gambar.

2.4 Media Phantom Gigi

1. Pengertian Media Phantom Gigi

Media Phantom gigi (model rahang) termasuk kedalam alat peraga benda

tiruan. Phantom gigi manusia berfungsi untuk latihan demonstrasi

perlindungan mulut dan pengajaran klinis secara relative. Model rahang

gigi ini terdiri dari gusi, gigi, lidah, dan langit-langit. Alat ini

menunjukkan bentuk gigi dan cara membersihkan rongga mulut dan

perlindungan mulut ( Aritonang dan Purba, 2017).

2. Kelebihan Media Phantom gigi

Menurut Putri (2014) terdapat kelebihannya, yaitu :

a. Model mudah disediakan didalam melaksanakan kegiatan dan

ketersediannya relatif terjangkau.

b. Model rahang dapat diterapkan secara baik dan benar


c. Menarik perhatian.

22
3. Kekurangan Media Phantom gigi

Menurut Putri (2014) terdapat kekurangannya, yaitu :

a. Metode yang tidak efektif apabila alat yang digunakan dan

diperagakan termasuk alat berat atau jumlahnya sedikit sehingga tidak

beberapa orang yang memmpunyai kesempatan untuk melihat dan

memegang secara langsung dalam waktu yang cukup untuk memahami

nya.

b. Apabila bendanya kecil, bendanya itu hanya bisa dilihat oleh beberapa

orang yang berdekatan dengan petugas kesehatan yang memperagakan

alat.

23
2.5 Kerangka Teori

Metode Menggosok gigi :

1. Metode Vertical

2. Metode Horizontal

3. Metode Berputar

4. Metode Fones

5. Metode leonard

Faktor yang
mempengaruhi : Keterampilan
Menggosok Gigi
1. Peran Orang Tua

2. Fasilitas

Media Pendidikan

Kesehatan :

1. Media Cerita
Bergambar

2. Media Phantom Gigi

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Septianingsih & Sulistyowati, 2017), (Haryanti D.D, dkk; 2014),

(Kidd, E,A,M, Joyston S, 2008), (Notoadmojo, 2010), (Gonen dan Guler, 2011),

( Aritonang dan Purba, 2017).

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimen design.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two grup pretest and

posttest design yang merupakan rancangan experimental (Noor,2011). Desain

penelitian digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Variabel Terikat Postest


O1 X O2
O3 X1 O4

Two group pretest dan postest design


Keterangan :

O1 = Pre Test sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media cerita

bergambar

X = Intervensi (Media Cerita Bergambar)

O2= Post Test sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan Media Cerita

Bergambar

O3= Pre Test sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan Media

Phantom Gigi

X1= Intervensi (Media Phantom Gigi)

O4= Post Test sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan Media

Phantom gigi

25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di SD Negeri 47 Korong Gadang Kota

Padang, mulai dari pembuatan proposal sampai dengan skripsi yaitu dari bulan

Juli-September 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo,2018). Populasi dalam penelitian ini yaitu anak kelas 1 (1A,

1B, dan 1C) sebanyak 70 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,2018).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Federer untuk

menentukan jumlah sampel yang akan mewakili populasi.

(t-1) (r-1) > 15

Keterangan

t : banyaknya kelompok

r : Jumlah replikasi

maka jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

(t-1) (r-1) > 15

(2-1) (r-1) > 15

(r-1) > 15

r > 16

26
Berdasarkan hasil perhitungan rumus diatas, diperoleh sampel

sabanyak 16 orang tiap grup penelitian, 16 orang untuk grup media cerita

bergambar dan 16 orang untuk grup media phantom gigi, jadi jumlah total

sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sample purposive

sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara

purposive dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti, didasarkan ciri dan sifat-sifat populasi diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2018). Rincian sampel sebagai berikut :

24
n= x 32= 12 orang
Kelas 1 A : 70
23
n= x 32 = 10 orang
Kelas 1 B : 70
23
n= x 32= 10 orang
1C: 70
Kelas

3. Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive

sampling yang mana sampel diambil berdasarkan pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

27
Adalah kriteria umum yang menentukan subjek peneliti dari

suatu populasi target yang akan diteliti memenuhi kriteria sampel.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas 1 SD Negeri 47 Korong Gadang yang berusia 6- < 8

Tahun.

2. Siswa kelas 1 SD Negeri 47 Korong Gadang bersedia menjadi

responden.

3. Siswa kelas 1 SD Negeri 47 Korong Gadang yang Kooperatif.

4. Siswa kelas 1 di SD Negeri 47 Korong Gadang yang hadir pada

saat penelitian dan tetap berada pada saat penelitian dilakukan

dengan pengisisan lembar observasi.

b. Kriteria Eksklusi

Adalah kriteria yang menentukan subjek penelitian yang tidak

dapat mewakili sebagai sampel, karena tidak memenuhi kriteria sampel.

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :

1. Anak yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

2. Anak yang tidak hadir selama penelitian berlangsung.

3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui responden

yaitu kelas 1 yang dijadiakan objek penelitian sebagai serana

28
mendapatkan informasi ataupun data. Instrument yang digunakan

adalah observasi yang diberikan secara langsung kepada responden

meliputi,tingkat pengetahuan anak kelas 1.

2. Data sekunder

Data sekunder yang diperoleh dan institusi-institusi kesehatan seperti

Dinas Pendidikan Kota Padang, Dinas Kesehatan Kota Padang dan

puskesmas Kuranji yang berkaitan dalam penelitian.

b. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data

primer dan pengumpulan data sekunder dalam suatu penelitian. Menurut

Sugiyono (2010), metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam

suatu penelitian adalah wawancara, kuesioner dan observasi. Dalam

penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi.

Dalam penelitian ini, observasi langsung akan dilakukan peneliti dengan

melihat keterampilan menggosok gigi pada kelas 1. Observasi dilakukan

sebelum diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi media cerita

bergambar dan media phantom gigi pada kelompok intervensi.

Lembar observasi berisi teknik pelaksanaan menggosok gigi yang

di susun dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala Oridinal.

Adapun langka-langkah dalam pengumpulan data pada penelitian ini

sebagai berikut:

29
1. Peneliti meminta surat izin melakukan penelitian dibagian administrasi

akademik (ADAK) Stikes Syedza Saintika Padang.

2. Mengajukan surat permohonan izin penelitian di dinas Pendidikan

Kota Padang dan menentukan tempat penelitian di SD Negeri 47

Korong Gadang.

3. Setelah mendapat surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kota

Padang, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian di SD

Negeri 47 Korong Gadang.

4. Hari pertama pada tanggal 26 September peneliti menemui Kepala

Sekolah SD Negeri 47 Korong Gadang dan langsung mendapatkan izin

dan menentukan waktu untuk melakukan penelitian.

5. Pada hari berikutnya tanggal 27 September peneliti menentukan

sampel penelitian sesuai dengan kriteria sampel yang ditentukan

sebelumnya, dengan jumlah 32 orang. Kemudian sampel yang

memenuhi kriteria dibagi menjadi dua group dengan media cerita

bergambar 16 orang dan media phantom gigi 16 orang. Pada hari yang

sama peneliti memberikan pendidikan kesehatan dengan group

pertama menggunakan media cerita bergambar. Langkah awal yang

peneliti lakukan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

penelitian kepada responden, serta meminta persetujuan untuk menjadi

responden. Peneliti memberikan pretest kepada siswa sebelum

diberikan pendidikan kesehatan, Kemudian peneliti memberikan

pendidikan kesehatan cerita bergambar setelah itu observasi langsung

30
akan dilakukan peneliti dengan melihat keterampilan menggosok gigi

anak kelas 1 dan sesudah memberikan pendidikan kesehatan

menggunakan media cerita bergambar peneliti memberikan posttest

kepada siswa.

6. Pada hari ketiga group kedua menggunakan media phantom gigi.

Langkah awal yang peneliti lakukan memperkenalkan diri dan

menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, serta meminta

persetujuan untuk menjadi responden. peneliti memberikan pretest

kepada siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Kemudian

peneliti memberikan pendidikan kesehatan media phantom gigi setelah

itu observasi langsung akan dilakukan peneliti dengan melihat

keterampilan menggosok gigi anak kelas 1 dan sesudah memberikan

pendidikan kesehatan menggunakan media phantom gigi peneliti

memberikan posttest kepada siswa.

7. Setelah selesai penelitian lalu meminta surat selesai penelitian di SD

Negeri 47 Korong Gadang Kota Padang.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan,diolah lebih dahulu secara manual yaitu

pengecekan kelengkapan data (Editing), pemberian kode (Coding),

memasukkan data (Entry), Proses dan Cleaning. Kemudian disajikan dalam

bentul table distribusi.Menurut Notoatmodjo (2018) proses pengolahan data

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Proses Penyuntingan (Editing)

31
Hasil wawancara observasi harus dilakukan penyuntingan terlebih

dahulu. Editing adalah pengecekan atau pengkoreksian data yang telah

dikumpulkan,karena kemungkinan data yang masuk atau data terkumpul

itu tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan

kesalahan yang terdapat pada pencatatan yang ada di lapangan dan bersifat

koreksi. Maka setelah melakuakn pengumpulan data, peneliti langsung

mengecek kembali semua lembar observasi yang telah di isi oleh

responden. Setelah dicek data sudah berisi benar dan lengkap.

2. Pengkodean Data (Coding)

Setelah data diedit atau proses penyuntingan, selanjutnya

melakukan penyederhanaan data dengan menggunakan kode-kode tertentu

agar memudahkan dalam menganalisis data menurut kriteria dimana

jawaban responden diklasifikasikan dengan kode angka. Untuk pertanyaan

keterampilan jika jawaban salah diberi skor (0) dan benar diberi skor (1).

3. Memasukkan Data (Entry)

Memproses data dilakukan dengan mengentry data observasi ke

program computer master table.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Data yang telah di entry di cek kembali untuk memastikan bahwa

data telah masuk semua dan tidak ada kesalahan, baik kesalahan dalam

pembacaan maupun dalam membaca kode sehingga data siap di analisa.

32
5. Memproses Data (Processing)

Pemprosesan data dilakukan dengan mengenty data dari lembar

observasi dan Memasukan kode ke dalam master table (manual) dan

program computer.

3.6 Analisis data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-

masing karakteristik variabel independent dan variabel dependen, dengan

melihat rata-rata distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing

variabel yang diteliti. Analisa univariat pada penelitian ini yaitu tingkat

perbedaan efektivitas media cerita bergambar dan media phantom gigi

terhadap keterampilan menggosok gigi anak kelas 1 SD sebelum dan

sesudah di berikan pendidikan kesehatan.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan

menggunakan media cerita bergambar dan media phantom gigi sebelum

dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Melihat hubungan dua

variabel. Analisa ini menggunakan Uji dependen t-test melihat tingkat

pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi dan

independent t-test untuk mengetahui efektivitas metode media cerita

33
bergambar dan media phantom gigi dalam meningkatkan keterampilan

tentang menggosok gigi pada kelas 1.

3.7 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini,penelitian memperhatikan etika penelitian

sebagai berikut (Notoatmodjo,2012) :

1. Format Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilakukan agar

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang

akan terjadi selama dalam pengambilan data. Jika responden bersedia

diteliti maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan tersebut,

jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidakakan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (observasi)

yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya akan di berikan kode

tertentu.

3. Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek peneliti

dijamin kerahasiaannya.

3.8 Kerangka Konsep

34
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan tentang

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2013).

Dasar Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen variable dependen

Pendidikan kesehatan
dengan Media cerita
bergambar
Keterampilan
menggosok gigi

Pendidikan kesehatan
dengan Media Phantom
gigi

3.9 Hipotesis

1. Ha Diterima Ho ditolak: Ada perbedaan Efektivitas sebelum dan sesudah

menggunakan Media Cerita Bergambar dan Media Phantom Gigi Pada Anak

Kelas 1 SD Negeri 47 Korong Gadang Kota Padang.

2. Ha ditolak Ho diterima: Tidak ada perbedaan Efektivitas sebelum dan sesudah

menggunakan Media Cerita Bergambar dan Media Phantom Gigi Pada Anak

Kelas 1 SD Negeri 47 Korong Gadang Kota Padang.

3.10 Definisi operasional

Variabel Definisi Skala


No Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Penelitian Operasional Ukur
1. Keterampilan Keterampilan Lembar Observasi Hasil Ordinal
menggosok menggosok gigi observasi keterampila pengukuran
gigi adalah salah satu n dinyatakan
tindakan dalam menggosok dengan skor 0-
praktik menjaga gigi 10 dimana
kebersihan dengan
cara membersihkan  Baik: 76%-
bagian gigi da

35
bagian mulut 100% atau
dengan yang
menggunakan air, melakukan
sikat gigi, serta 8-10
odol pada kls 1 langkah
 Cukup :
56%-75%
atau yang
melakukan
6-7 langkah
 Kurang: <
56% atau
yang
melakukan
1-5 langkah
2. Pengunaan Media cerita Buku Penyuluhan Meningkatkan Ordinal
Media Cerita menggunakan gaya Cerita prilaku siswa
Bergambar gambar karakter Bergambar tentang
yang sederhana keterampilan
serta warna-warna menggosok
desain yang cerah gigi
agar dapat menarik
perhatian anak-
anak.
3. Penggunaan Media Phantom Phantom Penyuluhan Meningkatkan Ordinal
Media gigi (model rahang) Gigi prilaku siswa
Phantom termasuk kedalam tentang
Gigi alat peraga benda keterampilan
tiruan. Phantom menggosok
gigi manusia gigi
berfungsi untuk
latihan demonstrasi
perlindungan mulut
dan pengajaran
klinis secara
relative.

36
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

SDN 47 Korong Gadang Kota Padang sekolah yang berlokasi di Komplek

Perumahan Mawar Putih Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota

Padang Provinsi Sumatra Barat. Sekolah ini mempunyai tenaga pendidik sebanyak

18 orang. Jumlah seluruh siswa SDN 47 Korong gadang 2021/2022 sebanyak 334

orang. SDN 47 Korong Gadang mempunyai 6 lokal, sarana yang lain meliputi ruang

kepala sekolah ruang majelis guru, dan ruang tata usaha sedangkan ruang

penunjangnya meliputi toilet siswa, toilet guru, ruang UKS, tempat ibadah dan

gudang.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan jenis

kelamin :

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada media cerita bergambar di
SDN 47 Korong Gadang Kota Padang

Umur f %
6 Tahun 9 56,2 %
7 Tahun 7 43,8 %
Total 16 100 %

Pada tabel 4.1 diketahui bahwa dari 16 responden media cerita bergambar pada

penelitian ini mayoritas responden rata-rata berusia 6 Tahun (56,2%).

38
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada media phantom gigi di SDN
47 Korong Gadang Kota Padang

Tabel 4.2
Umur f %
6 Tahun 4 25 %
7 Tahun 12 75 %
Total 16 100 %

Pada tabel 4.2 diketahui bahwa dari 16 responden media phantom gigi pada

penelitian ini mayoritas responden rata-rata berusia 7 Tahun (75%).

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada media cerita bergambar di
SDN 47 Korong Gadang Kota Padang

Jenis Kelamin f %
Laki-laki 9 56,2 %
Perempuan 7 43,8 %
Total 16 100 %

Pada tabel 4.3 diketahui bahwa dari 16 responden media cerita bergambar pada

penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 9 orang (56,3%).

Tabel 4.4

Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada media phantom gigi di SDN 47
Korong Gadang Kota Padang
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 8 50%
Perempuan 8 50%
Total 16 100 %

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa dari 16 responden media phantom gigi pada

penelitian ini didapatkan jumlah mayoritas yang sama antara laki-laki dan perempuan

adalah sebanyak 8 orang (50%).

38
4.2.2 Analisa Univariat

4.2.2.1 Pendidikan Kesehatan Dengan Media Cerita Bergambar

1. Keterampilan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan media

cerita bergambar.

Hasil analisis Keterampilan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

dengan media cerita bergambar dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Keterampilan Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Media Cerita Bergambar.

Keterampilan f %
Kurang 12 75 %
Cukup 3 18,7 %
Baik 1 6,3 %
Total 16 100%

Pada tabel 4.5 dapat di lihat bahwa dari 16 responden sebanyak 12 responden

(75%) memiliki keterampilan kurang, 3 responden memliki keterampilan cukup (18,7%)

dan 1 responden (6,3%) memiliki keterampilan baik sebelum diberikan pendidikan

kesehatan ( Pre-Test) dengan media cerita bergambar.

2. Keterampilan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan media

cerita bergambar.

Hasil analisis Keterampilan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6
Distribusi frekuensi keterampilan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
media cerita bergambar
Keterampilan f %
Kurang 3 18,7 %
Cukup 3 18,7 %
Baik 10 62,6 %
Total 16 100 %

40
Pada tabel 4.6 dapat di lihat bahwa dari 16 responden sebanyak 3 responden

(18,7%) memiliki keterampilan kurang, 3 responden memliki keterampilan cukup

(18,7%) dan 10 responden (62,6%) memiliki keterampilan baik sesudah diberikan

pendidikan kesehatan ( Post-Test) dengan media cerita bergambar.

4.2.2.2 Pendidikan Kesehatan Dengan Media Phantom Gigi

1. Keterampilan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media

phantom gigi.

Hasil analisis keterampilan sebelum diberikan pendidikan kesehatan

dengan media phantom gigi dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini :

Tabel 4.7
Distribusi frekuensi keterampilan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan
media phantom gigi
Ketrampilan f %
Kurang 11 68,7 %
Cukup 4 25 %
Baik 1 6,3 %
Total 16 100 %

Pada tabel 4.7 dapat di lihat bahwa dari 16 responden sebanyak 11 responden

(68,7%) memiliki keterampilan kurang, 4 responden memliki keterampilan cukup (25%)

dan 1 responden (6,3%) memiliki keterampilan baik sebelum diberikan pendidikan

kesehatan ( Pre-Test) dengan media phantom gigi.

2.Keterampilan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan

Media Phantom Gigi.

Hasil analisis keterampilan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan

media phantom gigi dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini :

Tabel 4.8
Distribusi frekuensi keterampilan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
media phantom gigi
Keterampilan f %
Kurang 0 0
Cukup 4 25 %

41
Baik 12 75%
Total 16 100%
Pada tabel 4.8 dapat di lihat bahwa dari 16 responden sebanyak 4 responden

memliki keterampilan cukup (25%) dan 12 responden (75%) memiliki keterampilan baik

sesudah diberikan pendidikan kesehatan ( Post-Test) dengan media phantom gigi.

4.2.3 Analisis Bivariat

1. Efektifitas pendidikan kesehatan dengan media cerita bergambar dalam

meningkatkan keterampilan siswa SDN 47 Korong Gadang Kota Padang.

Hasil analisis bivariate efektifitas media cerita bergambar dapat dilihat

pada tabel 4.9 dibawah ini :

Tabel 4.9

Efektifitas pendidikan kesehatan dengan media cerita bergambar dalam


meningkatkan keterampilan siswa SDN 47 Korong Gadang Kota Padang.

Ketera Mean Std.defiatio 95% T N P Value


mpilan n Confidience
interfal Of the
Difference
Lowe Uppe
r r
Pre-Test 4.88 1.204 -4.007 -1.743 -5.411 15 0,000
Post- 7.75 1.571
Test
Berdasarkan tabel 4.9 Dapat dilihat bahwa danya terjadi perubahan nilai rata-rata

keterampilan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media cerita

bergambar yaitu 4,88% menjadi 7,75 % hasil analisis dengan menggunakan uji t-test

didapatkan nilai p=0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan

kesehatan dengan media cerita bergambar efektif dilakukan terhadap peningkatan

keterampilan siswa tentang keterampilan menggosok gigi.

42
2. Efektifitas pendidikan kesehatan dengan media phantom gigi dalam

meningkatkan keterampilan siswa SDN 47 Korong Gadang Kota Padang.

Hasil analisis bivariate efektifitas media phantom gigi dapat dilihat pada tabel

4.10 dibawah ini :

Tabel 4.10
Efektifitas pendidikan kesehatan dengan media phantom gigi dalam meningkatkan
keterampilan siswa SDN 47 Korong Gadang Kota Padang.

Perilaku Mean Std.defiation 95% T N P Value


Confidience
interfal Of the
Difference

Lower Upper
Pre-Test 5.00 1.821 -4.095 -2.155 -6.864 15 0,000

Post-Test 8.12

Berdasarkan tabel 4.10 Dapat dilihat bahwa adanya terjadi perubahan nilai rata-

rata keterampilan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media

Phantom gigi yaitu 5,00 % menjadi 8,12 % hasil analisis dengan menggunakan uji t-test

didapatkan nilai p=0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan

kesehatan dengan media phantom gigi efektif dilakukan terhadap peningkatan

keterampilan siswa tentang keterampilan menggosok gigi.

43
BAB V
PEMBAHASAN
5.1Analisis Univariat

5.1.1 Keterampilan siswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan menggunakan

media cerita bergambar terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak

kls 1 di SDN 47 Korong Gadang Kota Padang Tahun 2022.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di lihat bahwa dari 16 responden

sebanyak 12 responden (75%) memiliki keterampilan kurang, 3 responden

memliki keterampilan cukup (18,7%) dan 1 responden (6,3%) memiliki

keterampilan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan ( Pre-Test).

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Afif Hamdalah (2013)

dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada kelompok metode cerita

bergambar sebelum dilakukan penyuluhan hanya 12 (46,15%) responden

yang mendukung, setelah dilakukan penyuluhan jumlah responden bertambah

menjadi 16 (61,54%) responden yang mendukung di SDN Patrang 2

Kabupaten Jember.

Sebelum terjadinya perubahan perilaku, seseorang akan mempunyai

persepsi terhadap apa yang akan dijalaninya sehingga menimbulkan persepsi

yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang di peroleh dari

informasi, sehingga bila informasi yang diterima kurang jelas, hasil

pembelajaran yang didapat juga tidak optimal (sari, 2012).

Asumsi peneliti, berdasarkan analisis observasi yan peneliti lakukan,

pada langkah nomor 4 yang dilakukan adek-adek, yaitu sikat gigi bawah

bagian dalam, rata-rata responden melakukan dengan salah dan hannya 3

responden yang melakukan dengan benar dari 16 responden. Pada langkah

44
nomor 7 yaitu sikat gigi atas bagian dalam, rata-rata responden

melakukan dengan salah dan hanya 1 orang yang melakukan dengan benar

dari 16 responden. Pada langkah nomor 8 yaitu bersihkan gigi atas bagian

luar, rata-rata responden melakukan dengan salah dan hanya 4 orang yang

melakukan dengan benar dari 16 responden.

5.1.2 Keterampilan siswa sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

menggunakan media cerita bergambar terhadap keterampilan

menggosok gigi pada anak kls 1 di SDN 47 Korong Gadang Kota

Padang Tahun 2022.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di lihat bahwa dari 16

responden sebanyak 3 responden (18,7%) memiliki keterampilan

kurang, 3 responden memliki keterampilan cukup (18,7%) dan 10

responden (62,6%) memiliki keterampilan baik sesudah diberikan

pendidikan kesehatan ( Post-Test).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh

(Wilda Wahyu, 2013), menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

dengan teknik bercerita dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap

anak tentang kesehatan gigi dan mulut.

Salah satu meningkatkan perilaku adalah dengan cara memberikan

pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses

perubahan perilaku yang dinamis, dengan tujuan mengubah perilaku manusia

yang meliputi komponen pengetahuan, sikap ataupun perbuatan yang

berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok,

maupun masyarakat serta menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

45
ada dengan tepat dan sesuai. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan untuk

membantu individu, kelompok masyarakar dalam meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara

optimal (Triwibowo et al, 2013)

Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media cerita bergambar

dapat menarik perhatian, karena didalamnya terdapat ide, pesan, gambar, dan

sebuah cerita yang dimana gambar dan cerita tersebut dapat saling

bergantung.cerita bergambar yaitu buku yang isinya memiliki unsur gambar

dan kata-kata, dimana gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri secara

individu namun memiliki keterkaitan satu sama lain supaya menjadi sebuah

kesatuan cerita (Damayanti, 2016).

Asumsi peneliti, yang telah dilakukan sebagian besar responden memiliki

tingkat keterampilan dengan kategori baik setelah diberikannya pendidikan

kesehatan menggunakan media cerita bergambar terhadap keterampilan

menggosok gigi pada anak kelas 1 di SDN 47 Korong Gadang Kota Padang

Tahun 2022 karena banyak responden yang ketrampilan baik seperti sudah

banyak responden melakukan dengan benar pada langkah nomor 4 yang

dilakukan adek-adek, yaitu sikat gigi bawah bagian dalam, 15 Responden

yang melakukan dengan benar dari 16 responden. Pada langkah nomor 7

yaitu sikat gigi atas bagian dalam, 11 responden yang melakukan dengan

benar dari 16 responden. Pada langkah nomor 8 yaitu bersihkan gigi atas

bagian luar, 9 responden yang melakukan dengan benar dari 16 responden.

5.1.3 Keterampilan siswa sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan menggunakan

media phantom gigi terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak kls 1

di SDN 47 Korong Gadang Kota Padang Tahun 2022.

46
Berdasarkan hasil peneletian dapat dilihat bahwa dari 16 responden

sebanyak 11 responden (68,7%) memiliki keterampilan kurang, 4 responden

memliki keterampilan cukup (25%) dan 1 responden (6,3%) memiliki

keterampilan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan ( Pre-Test).

Hasil Penelitian ini sejalan dengan Sukmaningtiyas (2017) yang

menunjukkan keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD

Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta sebelum diberikan pendidikan

kesehatan dengan media bermain puzzle terbanyak adalah kategori kurang.

Sebelum terjadinya perubahan perilaku, seseorang akan mempunyai

persepsi terhadap apa yang akan dijalaninya sehingga menimbulkan persepsi

yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang di peroleh dari

informasi, sehingga bila informasi yang diterima kurang jelas, hasil

pembelajaran yang didapat juga tidak optimal (sari, 2012).

Asumsi peneliti, berdasarkan analisis observasi yan peneliti lakukan,

pada langkah nomor 4 yang dilakukan adek-adek, yaitu sikat gigi bawah

bagian dalam, rata-rata responden melakukan dengan salah dan hannya 3

responden yang melakukan dengan benar dari 16 responden. Pada langkah

nomor 5 yaitu bersihkan gigi bawah bagian luar, rata-rata responden

melakukan dengan salah dan hanya 4 orang yang melakukan dengan benar

dari 16 responden. Pada langkah nomor 8 yaitu bersihkan gigi atas bagian

luar, rata-rata responden melakukan dengan salah dan hanya 4 orang yang

melakukan dengan benar dari 16 responden.

5.1.4 Keterampilan siswa sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan

menggunakan media phantom gigi terhadap keterampilan menggosok

47
gigi pada anak kls 1 di SDN 47 Korong Gadang Kota Padang Tahun

2022.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 16 responden

sebanyak 4 responden memliki keterampilan cukup (25%) dan 12 responden

(75%) memiliki keterampilan baik sesudah diberikan pendidikan kesehatan (

Post-Test).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Abral (2020) yang

menunjukkan terjadinya perubahan tingkat pengetahuan dan perilaku

kesehatan gigi dan mulut pada responden setelah menerima penyuluhan

menggunakan alat peraga Smart Dental Box.

Stimulus dalam penelitian ini adalah ketika peneliti memberikan

pendidikan kesehatan menggunakan media phantom gigi kepada responden

adanya peningkatan pengetahuan dan perilaku pada responden menunjukkan

bahwa stimulus yang diberikan diterima oleh responden. Menurut responden

mereka telah mengerti dengan pesan dan informasi yang di sampaikan oleh

peneliti. Hal ini karena bahasa yang digunakan ketika menyampaikan pesan

adalah bahsa sehari-hari mereka. Selain itu pesan yang disampaikan pun

dianggap menarik oleh responden. Hal ini dikarenakan pesan yang

disampaiakn merupakan informasi yang mereka butuhkan (Amalia, 2012)

Informasi yang disampaikan dalam praktik cara menggosok gigi

menggunakan media phantom gigi memberikan pengaruh pada pengetahuan

atau kognitif seseorang. Adanya informasi baru mengenai cara menggosok

gigi dapat memberikan landasan kognitif baru lagi terbentuknya perilaku cara

menggosok gigi pada responden. Informasi tentang menggosok gigi

membawa pesan sugestif sehingga dapat memberikan dasar yang cukup kuat

48
dalam menilai sesuatu hal dan membentuk suatu perilaku tertentu. Akibatnya

terjadi peningkatan nilai perilaku pada responden (Widya Wulandari et al.,

2015).

Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media phantom gigi

termasuk kedalam alat peraga benda tiruan. Phantom gigi manusia berfungsi

untuk latihan demonstrasi perlindungan mulut dan pengajaran klinis secara

relative. Model rahang gigi ini terdiri dari gusi, gigi, lidah, dan langit-langit.

Alat ini menunjukkan bentuk gigi dan cara memebersihkan rongga mulut dan

perlindungan mulut (Aritonang et al, 2017).

Asumsi peneliti, yang telah dilakukan sebagian besar responden memiliki

keterampilan dengan kategori baik setelah diberikannya pendidikan

kesehatan menggunakan media cerita bergambar terhadap keterampilan

menggosok gigi pada anak kelas 1 di SDN 47 Korong Gadang Kota Padang

Tahun 2022 karena banyak responden yang keterampilan baik seperti sudah

banyak responden melakukan dengan benar pada langkah nomor 4 yang

dilakukan adek-adek, yaitu sikat gigi bawah bagian dalam, 9 Responden yang

melakukan dengan benar dari 16 responden. Pada langkah nomor 5 yaitu

bersihkan gigi bawah bagian luar, 14 responden yang melakukan dengan

benar dari 16 responden. Pada langkah nomor 8 yaitu bersihkan gigi atas

bagian luar, 14 responden yang melakukan dengan benar dari 16 responden.

5.2 Analisis Bivariat


5.2.1 Efektifitas pendidikan kesehatan dengan media cerita bergambar dalam

meningkatkan keterampilan siswa SDN 47 Korong Gadang Kota Padang

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari 16 responden yaitu terjadi

perubahan nilai rata-rata keterampilan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dengan media cerita bergambar yaitu 4,88% menjadi 7,75% hasil

49
analisis dengan menggunakan uji t-test didapatkan nilai p=0,000 < 0,05 yang

artinya ho ditolak daan ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian

pendidikan kesehatan dengan media cerita bergambar efektif dilakukan terhadap

peningkatan keterampilan siswa tentang keterampilan menggosok gigi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Zuhrotul, J., 2016) Terdapat

peningkatan rata-rata skor perilaku kebiasaan gosok gigi antara sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan dengan media buku cerita bergambar yakni 1,53

menjadi 2,71. Ada perbedaan skor perilaku kebiasaan gosok gigi anak antara

sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan media buku cerita

bergambar (p=0,0001).

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting untuk

menunjukkan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku

individual atau masyarakat kea rah yang lebih baik dan sehat dan juga untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran individual atau masyarakat sehingga

mau dan mampu secara aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan (Novialin,

2018).

Keberhasilan dalam pendidikan kesehatan dengan memberikan informasi

kesehatan kepada anak sekolah tidak terlepas dari metode pendidikan dengan

menggunakan media yang mendukung proses pembelajaran sehingga

mempermudahkan siswa dalam memahami pesan yang disampaikan dan proses

belajar menjadi lebih menyenangkan (Husna, dkk, 2019).

Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media cerita bergambar, proses

belajar menjadi menyenangkan karna buku yang isinya memiliki unsur gambar

dan kata-kata yang memiliki keterkaitan satu sama lain, serta ide secara kuat dan

jelas dengan kombinasi antaraa pengungkapan kata-kata dan gambar sehingga

50
apa yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik yang dapat

meningkatkan keterampilan .

Asumsi peneliti, observasi per item langkah yang dilakukan responden

mengalami peningkatan perubahan keterampilan. Pendidikan kesehatan dengan

media cerita bergambar efektif dalam meningkatkan keterampilan responden

tentang keterampilan menggosok gigi, dimana terjadi peningkatan keterampilan

pada langkah nomor 4 yang dilakukan adek-adek, yaitu sikat gigi bawah bagian

dalam dari 3 responden yang melakukan dengan benar sebelum dilakukannya

intervensi menjadi 15 responden melakukan dengan benar setelah diberikannya

intervensi, pada nomor 7, yaitu sikat gigi atas bagian dalam dari 1 responden

yang melakukan dengan benar sebelum dilakukannya intervensi menjadi 11

responden melakukan dengan benar setelah diberikannya intervensi,pada nomor

8, yaitu bersihkan gigi atas bagian luar dari 4 responden yang melakukan dengan

benar sebelum dilakukannya intervensi menjadi 9 responden melakukan dengan

benar setelah diberikannya intervensi.

5.2.2 Efektifitas pendidikan kesehatan dengan media phantom gigi dalam

meningkatkan keterampilan siswa SDN 47 Korong Gadang Kota Padang.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari 16 responden terjadi

perubahan nilai rata-rata keterampilan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dengan media Phantom gigi yaitu 5,00% menjadi 8,12 % hasil analisis

dengan menggunakan uji t-test didapatkan nilai p=0,000 < 0,05 yang artinya ho

ditolak daan ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan

kesehatan dengan media phantom gigi efektif dilakukan terhadap peningkatan

keterampilan siswa tentang keterampilan menggosok gigi.

51
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Catarina 2014 (cit.

Panjaitan, 2019) dalam penelitiannya menyatakan ada pengaruh pendidikan

kesehatan gigi dan mulut dengan alat peraga terhadap kemampuan menggosok

gigi pada anak usia prasekolah. Bahwa dijelaskan proses tersebut memerlukan

sumber daya, orang yang mampu membeikan informasi, sarana dan prasarana

maupun waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses.

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting untuk

menunjukkan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku

individual atau masyarakat kearah yang lebih baik dan sehat dan juga untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran individual atau masyarakat sehingga

mau dan mampu secara aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan (Novialin,

2018).

Keberhasilan dalam pendidikan kesehatan dengan memberikan informasi

kesehatan kepada anak sekolah tidak terlepas dari metode pendidikan dengan

menggunakan media yang mendukung proses pembelajaran sehingga

mempermudahkan siswa dalam memahami pesan yang disampaikan dan proses

belajar menjadi lebih menyenangkan (Husna, dkk, 2019).

Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media phantom gigi

sehingga materi menggosok gigi dapat di peroleh melalui proses penginderaan

yang merupakan proses menjadi tahu. Phantom gigi merupakan media semi

konkrit dimana media tersebut mirip dengan benda kenyataannya. Dengan media

phantom gigi, siswa dapat melihat dengan jelas bagaimana susunan gigi yang

ada. Dengan begitu siswa akan lebih paham dan mengerti, sehingga kemampuan

menjadi meningkat.

52
Asumsi peneliti, observasi per item langkah yang dilakukan responden

mengalami peningkatan perubahan keterampilan Pendidikan kesehatan dengan

media phantom gigi efektif dalam meningkatkan keterampilan responden tentang

keterampilan menggosok gigi, dimana terjadi peningkatan keterampilan pada

langkah nomor 4 yang dilakukan adek-adek, yaitu sikat gigi bawah bagian dalam

dari 3 responden yang melakukan dengan benar sebelum dilakukannya intervensi

menjadi 9 responden melakukan dengan benar setelah diberikannya intervensi,

pada nomor 5, yaitu bersihkan gigi bawah bagian luar dari 4 responden yang

melakukan dengan benar sebelum dilakukannya intervensi menjadi 14 responden

melakukan dengan benar setelah diberikannya intervensi,pada nomor 8, yaitu

bersihkan gigi atas bagian luar dari 4 responden yang melakukan dengan benar

sebelum dilakukannya intervensi menjadi 14 responden melakukan dengan benar

setelah diberikannya intervensi.

53
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan tentang efektifitas pendidikan kesehatan

menggunakan media cerita bergambar dan media phantom gigi terhadap keterampilan

menggosok gigi pada anak kelas 1 di sd negeri 47 Korong Gadang Kota Padang Tahun

2022 yang di lakukan dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Keterampilan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media

cerita bergambar dari 16 responden sebanyak 12 responden (75%) memiliki

keterampilan kurang , 3 responden memliki keterampilan cukup (18,7%) dan

1 responden (6,3%) memiliki keterampilan baik.

2. Keterampilan siswa sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media

cerita bergambar dari 16 responden sebanyak 3 responden (18,7%) memiliki

keterampilan kurang, 3 responden memliki keterampilan cukup (18,7%) dan

10 responden (62,6%) memiliki keterampilan baik .

3. Keterampilan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media

phantom gigi bahwa dari 16 responden sebanyak 11 responden (68,7%)

memiliki keterampilan kurang, 4 responden memliki keterampilan cukup

(25%) dan 1 responden (6,3%) memiliki keterampilan baik.

4. Keterampilan siswa sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media

phantom gigi dari 16 responden sebanyak 4 responden memliki keterampilan

cukup (25%) dan 12 responden (75%) memiliki keterampilan baik.

5. Adanya perbedaan keterampilan yang signifikan antara sebelum dan

sesudah (Pre-Test dan Post-Test) diberikan pendidikan kesehatan

menggunakan media cerita bergambar.

6. Adanya perbedaan keterampilan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

54
7. (Pre-Test dan Post-Test) diberikan pendidikan kesehatan menggunakan

phantom gigi.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan hendaknya dapat dijadikan sebagai bahan

bacaan di perpustakaan serta menambahkan rujukan dan referensi di

perpustakaan yang menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan

tentang keterampilan menggosok gigi.

6.2.2 Bagi sekolah


Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

siswa dan guru di SDN 47 Korong Gadang Kota Padang dalam

meningkatkan keterampilan tentang keterampilan menggosok gigi.

6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan

menanamkan referensi perpustakaan, serta digunakan sebagai pedoman

penelitian dengan menggunakan media yang berbeda dan lebih kreatif lagi.

Diharapkan juga untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

keterampilan siswa melalui pendidikan kesehatan dengan media informasi

selain media cerita bergambar dan media phantom gigi yang lebih efektif

dari segi isi, susunan dan bahasa untuk meningkatkan keterampilan siswa.

55
DAFTAR PUSTAKA

Abral, A., Kristianto, J., Maryani, Y., Setiawaty, N., & Sofian, R. (2020). Smart Dental
Box sebagai media penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku
kesehatan gigi dan mulut. Quality: Jurnal Kesehatan, 14(1), 38-45.
https://doi.org/1036082/qjk.v14i.92.
Adinimas, G., Mahirawatie, I. C., & Edi, I. S. (2021). Peran Ibu Dalam
Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Di Raudhatul Athfal
Perwanida Cangakan Ngawi. Ejurnal.Poltekkestasikmalaya.
Amalia, G. R(2012). OPINI WANITA USIA SUBUR TERHADAP KEGIATAN
PENYULUHAN JAMINAN PERSALINAN DI SURABAYA
Arisman, (2019). Gizi dalam DAUR KEHIDUPAN. Jakarta : ECG.
Aritonang dan Purba. (2017). Gambaran Efektivitas Penyuluhan Dengan Media
Poster Dan Phantom Gigi Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Cara
Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar Pada Siswa/I Kelas IV SDN 065015
Kemenangan Tani. 177-180
Betty , L. (2011) Kepedulian Terhadap Kesehatan Gigi .
Evantina, (2011), Macam-macam cerita dan fungsi.
Gonen, Mubeccel & Tulin Guler.2011.The Environment and Its Place in
Children’s Picture Story Books.Turkey: Procedia Social and Behavioral Sciences
1536333639https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S18770428110089
3713 Januari 2017 Jam 18.43 WIB.
Gunansyah, Ganes.2015. Pendidikan IPS : Berorientasi praktik yang
baik.Surabaya : Unesa University Press.
Haryanti D.D, Adhani R, Aspriyanto D, Dewi I.K. Efektifitas Menyikat Gigi Metode
Horizontal,vertikal, dan Roll Terhadap Penurunan Plak Pada Anak Usia 9-11
Tahun, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi; (2014).
Hamdalah, Afif . (2013) . Efektivitas Media Cerita Bergambar dan Ular Tangga
Dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut siswa SDN 2 patrang kabupaten
Jamber.
Hamsar, A., & Ramadhan , E. S. (2019). Jurnal Kesehatan Gigi. Jurnal Kesehatan
Gigi, 6(2), 45-50
Hsiao, ChingYuan & Pei-Yu Shih.2015. The Impact of Using Picture Books with

56
Preschool Students in Taiwan on the Teaching of Environmental Concepts.
Taiwan: International Education Studies.
Husna, dkk. (2019). Jurnal Kesehatan Reproduksi.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). InfoDATIN Kesehatan Gigi Nasional
September 2019. Pusdatin Kemenkes RI.
Kidd.E.A.M,Joyston S. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.
Jakarta : EGC ; (2008).
Mubarak, W, I & Chayatin, N (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
dan Teori.Jakarta
Notoadmodjo. (2018). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo dalam penelitian lystyantika (2014). Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan.
Notoatmodjo, S.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta. (2010).
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta (2012).
Noviolin, N. E. (2018). Efektivitas video animasi terhadap kesehatan.
Panjaitan, L. R. (2019). Pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan
alat peraga dan video animasi terhadap kemampuan mengosok gigi pada anak
usia prasekolah di TK Putri Sion Medan.
Perry, P., Fundamental Of Nurshing edisi 7, Jakarta, Salemba Medika.
Puspitaningtiyas, R., Leman, M. A., & . J. (2017). Perbandingan efektifitas dental
health education metode ceramah dan metode permainan simulasi terhadap
peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak. E-GIGI, 5(1).
https://doi.org/10.35790/eg.5.1.2017.15523
Rai Dwi Hastarita.(2012). Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk
Mengembangkan Keterampilan Belajar.
Rahmadhan AG (2010). Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: Bukune.
Santoso, B., & dkk. (2020). Hubungan Peranan Ibu Dalam Pemeliharaan
Kesehatan Gigi Mulut Terhadap Angka Kebersihan Gigi Anak Tk Bhakti
Nurush Shofia Mutih Kulon Wilayah Puskesmas Wedung 2 Kabupaten Demak.
Kesehatan Gigi, Volume 7 n, 58–67.
Sisca Folastri. (2013). Konselor Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1
Januari2013.

57
Sari, E. K. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok gigi dengan Metode
Permainan Simulasi Ular Tangga Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan
Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD wilayah Paron Ngawi.
Skripsi. Program StudiS1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Air langga.
Setiawan, H. (2011) Metode Ceramah,
http://digilib.uinsby.ac.id/9859/4/bab%202.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret
2016.
Sukmaningtyas, A. D., Sudiwati, N. L., P. P., Rosdiana, Y., & Artanti
Kurnianingsih, N. (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain
Nursing News,3, 247-258.
WHO, (2012). Oral Health (cited 2016 29 oktober) from:
http://www.who.int/mediacentre/Factshe eta/fs318/en/.
Widya Wulandari, I., & Dalhar Galib, M. (2015). Pengaruh Media Phantom Gigi
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Cara menggosok gigiSiswa Kelas 1 di SDN
011 Samarinda. 11. https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/491.
Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis.2008. Metode Pengembangan World
Health Organization (WHO) 2012.
Wong, D. L., et al. Buku ajar keperawatanpediatrik.(A. Hartono, S.kurnianingsih,
&Setiawan,penerjemah). Jakarta: EGC. (2009).

58

Anda mungkin juga menyukai