Anda di halaman 1dari 7

A.

JUDUL PERCOBAAN
Sistem Tiga Komponen Diagram Fase Sistem Terner
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menggambarkan diagram fase sistem terner. Sistem terner yang dimaksud
adalah sistem yang membentuk sepasang zat cair yang bercampur sebagian
yaitu campuran kloroform-air dan asam asetat.
2. Memperhatikan/menentukan letak “pleit point” atau titik jalin pada
diagram fasenya.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu zat atau campuran, yang diisolasikan dari zat-zat lain dalam suatu
bejana inert, untuk diselidiki pengaruh perubahan temperatur, tekanan dan
konsentrasi terhadap zat tersebut disebut sistem, misalnya: sistem air, air dan
garam, dan sebagainya. Adapun bagian dari sistem, yang fisis berbeda dan
dapat dipisahkan secara mekanis disebut fase. Dapat dipisahkan secara
mekanis, berarti fase tersebut dapat dipisahkan dengan cara-cara: filtrasi,
sedimentasi, dekantasi, dan sebagainya (Sukardjo, 1997: 248).
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem yang dapat
dipisahkan secara mekanik. Serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-
sifat fisika. Jadi suatu sistem yang mengandung cairan dan uap masing-
masing mempunyai bagian daerah yang sama. Dalam fasa uap kerapatannya
serbasama dibagian uap tersebut, tetapi nilai kerapatan berbeda dengan uap
yang di fasa uap. Contoh lainnya adalah air yang berisi pecahan-pecahan es
merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua fasa, yaitu fasa yang berwujud
padat (es) dan fasa yang berwujud cair (air) (Rohman dan Sri, 2004: 155).
Untuk fase tunggal bagi sistem tiga komponen, terdapat 4 derajat
kebebasan yaitu temperatur, tekanan, susunan 2 dan 3 komponen. Untuk
menggambarkan grafik demikian sangat sukar, karena itu sistem tiga
komponen biasanya diselidiki pada tekanan tetap dan temperatur tetap.
Dengan ini, dapat digambarkan diagram fase, yang menyatakan susunan dua
komponen. Diagram ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi.
Gb. 11.16. Diagram Fase Sistem Tiga Komponen
Sudut-sudut A, B, C menyatakan susunan komponen murni. Campuran antara
A dan B, A dan C, serta B dan C, terletak pada sisi-sisi segitiga. Campuran
antara A, B, dan C terletak dalam segitiga. Suatu campuran berisi 30% A,
20% B dan 50% C terletak pada titik D (Sukardjo, 1997: 273-274).
Untuk sistem tiga komponen ini, pembahasan dibatasi hanya pada sistem
terner cair-cair saja. Salah satu contoh sistem ini adalah aseton-air-dietil eter
(“eter”) pada 1 atm dan 300C. Pada keadaan ini, air dan aseton misibel,
demikian pula eter dan aseton misibel, akan tetapi air dan eter misibel
sebagian. Diagram fase sistem ini dapat dilihat pada Gambar (6.22).

Gambar 6.22
(Rohman dan Sri, 2004: 204-205).
Air jika dicampurkan dengan asam asetat dapat campur seluruhnya,
demikian juga dengan kloroform. Sedangkan air yang dicampur dengan
kloroform hanya dapat campur sebagian. Diagram fase untuk sistem terner ini
pada temperatur dan tekanan kamar ditunjukkan pada Gambar 8.17. Diagram
ini menunjukkan bahwa dua pasangan yang dapat larut seluruhnya
membentuk daerah berfase tunggal dan sistem air/kloroform (sepanjang alas
segitiga) mempunyai daerah dua-fase. Jika cukup banyak asam asetat
ditambahkan ke campuran biner air/kloroform, maka sistem fase tunggal
terbentuk. Ini ditunjukkan dengan mengikuti garis a1, a4 pada gambar 8.17.

Gambar 8.17
Mulai dari a1, kita mempunyai sistem dua-fase, a2 larutan masih mempunyai
dua fase tetapi terdapat lebih banyak air dalam fase kloroform (a2’) dan lebih
banyak kloroform di dalam air (a2’’) karena asam itu membantu keduanya
untuk melarut. Diagram fase itu menunjukkan bahwa di dalam fase yang
kaya-air terdapat lebih banyak asam asetat dari pada di dalam fase yang lain
(a2’’ lebih dekat ke titik sudut asam asetat daripada a2’). Sedangkan pada a3
terdapat dua fase, tetapi lapisan kaya-kloroform hanya ada sedikit.
Penambahan asam lebih lanjut membawa sistem bergerak menuju a4, dan
hanya terdapat satu fase (Atkins, 1996: 218-219).
Hasil penelitian pada jurnal menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat lebih
besar aktivitas antibakterinya terhadap S. aureus dan E. coli dibandingkan
dengan ekstrak air dan heksana batang kecombrang. Hal ini disebabkan
karena pelarut etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut semipolar yang
memiliki polaritas yang optimum dimana etil asetat dapat melarutkan
senyawa bioaktif yang bersifat polar dan non-polar sekaligus. Sifat pelarut etil
asetat ini sama dengan sifat asam asetat glasial yang digunakan pada
percobaan sistem tiga komponen diagram fase sistem terner, yaitu bersifat
semipolar. Seperti yang telah dijelaskan pada jurnal, bahwa etil asetat yang
merupakan pelarut semipolar dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar
dan non-polar, pada percobaan ini asam asetat glasial yang bersifat semipolar
digunakan untuk melarutkan air yang bersifat polar dan kloroform yang
bersifat non-polar agar terbentuk satu fase (Lingga, dkk., 2016: 8).
Asam asetat lebih suka pada air dibandingkan kepada kloroform oleh
karenanya bertambahnya kelarutan kloroform dalam air lebih cepat
dibandingkan kelarutan air dalam kloroform. Penambahan asam asetat
berlebih, lebih lanjut akan membawa sistem bergerak ke daerah satu fase
(fase tunggal). Namun demikian saat komposisi mencapai titik a3, ternyata
masih ada dua lapisan walaupun sedikit. Setelah penambahan asam asetat
diteruskan, pada suatu saat larutan akan menjadi satu fase yaitu pada titik P
yang disebut pleit point atau titik jalin, yaitu semacam titik kritis. Misalkan
saat lapisan itu hilang (menjadi satu fase di titik P), asam asetat yang
ditambahkan dari buret beratnya 5 gram, maka komposisi campuran di titik P
adalah kloroform 6 gram, air 4 gram dan asam asetat glasial 5 gram.
Pengerjaan yang sama dapat dilakukan terhadap campuran kloroform dan air
dengan komposisi yang berbeda-beda. Apabila dalam percobaan digunakan
variasi 6 macam komposisi, akan diperoleh 6 titik P yang berbeda-beda.
Dengan menghubungkan semua titik P pada 6 komposisi, akan diperoleh
diagram terner yang dimaksud (Tim Dosen Kimia Fisik I, 2021:14-15).
Pembuatan diagram fase bertujuan untuk menentukan area nanoemulsi
dari campuran antara minyak biji anggur, smix dan fase air. Metode titrasi
dengan penambahan fase air pada rentang 5-95%. Pada saat optimasi diagram
fase, akhir titrasi ditandai dengan penambahan fase air sebanyak 95%. Luas
wilayah nanoemulsi yang terbentuk akan ditandai dengan larutan yang tetap
jernih dan transparan dari awal hingga akhir titrasi berdasarkan pengamatan
visual. Hasil yang diperoleh ialah terbentuk nanoemulsi pada perbandingan
minyak dan smix 1:4 dengan maksimal minyak yang dapat digunakan adalah
18,8%. Semakin besar perbandingan minyak dan smix yang digunakan
semakin banyak pula terbentuk area nanoemulsi pada beberapa perbandingan
smix yang digunakan dan sebaliknya. Akan tetapi semakin besar
perbandingan yang digunakan maka konsentrasi smix yang digunakan
semakin besar pula (Handayani, dkk., 2018: 20-22).
Diagram fase dari sistem ternar NaBr + KBr + H2O pada 323 dan 348 K
telah dilaporkan. Tampaknya, diagram tiga fase memiliki bentuk yang sangat
mirip, masing-masing dari mereka memiliki titik invarian, dua kurva
univarian, dan dua daerah kristalisasi. Fase padat kesetimbangan dalam
sistem terner NaBr + KBr + H2O adalah kalium bromida (KBr) dan natrium
bromida dihidrat (NaBr⋅2H2O) pada 313 K dan 323 K, dan itu adalah kalium
bromida (KBr) dan natrium bromida (NaBr) pada 348 K.

Gambar 2 menunjukkan hubungan antara massa fraksi NaBr dan densitas


dalam larutan. Dengan meningkatkan konsentrasi NaB, kepadatan pertama
kali meningkat dan kemudian kepadatan setelah itu menurun. Di yang
invarian titik S, kepadatan mencapai nilai maksimum (Chen, dkk., 2017: 2-3).
Untuk sistem terner Al-Sn-Y, senyawa terner Al 3Sn9Y8 dideteksi pada
suhu kamar. Untuk membuktikan keberadaan fasa Al 3Sn9Y8 pada 473 K,
sampel (Sn 48,5%, Al 10%, Y 41,5%; Sn 41%, Al 15%, Y 44%; Sn 45%, Al
15%, Y 40%) disiapkan. Pola XRD pada sampel dengan jelas menunjukkan
adanya Sn2Y, Sn10Y11 dan YAl2, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Jadi, senyawa Al3Sn9Y8 tidak terdeteksi dalam percobaan ini.

Gambar 7
(Yang, dkk,. 2019: 6-7)
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika (Edisi keempat). Jakarta: Erlangga.

Chen, Qing; Jiping She and Yang Xiao. 2017. Study of Phase Equilibrium of
NaBr + KBr + H2O and NaBr + MgBr2 + H2O at 313.15K. Journal of
Chemistry. Volume 2017.

Handayani, Fatimah Siyam; Bambang H. Nugroho dan Siti Zahliyatul


Munawiroh. 2018. Optimasi Formulasi Nanoemulsi Minyak Biji Anggur
Energi Rendah dengan D-Optimal Mixture Design (DMD). Jurnal Ilmiah
Farmasi. Volume 14(1). ISSN: 1693-8666.

Lingga, Ancela Rabekka; Usman Pato and Evy Rossi. 2016. Uji Antibakteri
Ekstrak Batang Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. JOM Faperta. Volume 3.
No.1.

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Common Textbook Kimia Fisika I.
Yogyakarta: JICA.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Dosen Kimia Fisik I. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.

Yang, Wenchao; Moumiao Liu; Junli Feng; Jingwu Wu; Jun Mao; Zaixiang Du;
Xiaojun Ke; Xinjiang Zhang and Yongzhong Zhan. 2019. Solid State
Phase Equilibria of an Al-Sn-Y Ternary System. Materials. Volume 12.
No.444.

Anda mungkin juga menyukai