Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KONSEP ETIKA

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Etika Bisnis Syariah


Dosen Pengampu: Haq Muhammad Hamka Habibie, SE., M.A.

Disusun oleh:

1. Khofifah Dwi Khasanah (202111189)


2. Fadhil Falahudin (212111318)
3. Kinaan Akmal Fadila (212111331)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
karunia-Nya berupa nikmat iman, islam, kesehatan dan seluruh nikmat kehidupan sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata
kuliah Etika Bisnis Syariah yang diampu oleh Bapak Haq Muhammad Hamka Habibie, SE.,
M.A. dengan judul “Memahami dan Menjelaskan Konsep Etika”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat menyempurnakan
makalah ini dengan baik.

Sukoharjo, 19 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Etika........................................................................................................... 2
B. Moral........................................................................................................................ 3
C. Norma...................................................................................................................... 3
D. Etika Normatif Bisnis.............................................................................................. 5
E. Pandangan Agama Tentang Etika............................................................................ 6
F. Pandangan Politik Tentang Etika............................................................................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

iii
4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan munculnya masalah pelanggaran etika dalam bisnis
menyebabkan duania perdagangan menuntut etika dalam berbisnis segera dibenahi
agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Sebuah bisnis yang baik harus
memiliki etika dan tanggung jawab social sesuai dengan fungsinya baik secara mikro
maupun makro. Dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala
cara., bahkan tindakan yang indentik dengan kriminalpun ditempuh demi pencapaian
suatu tujuan. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak
menampakkan kecenderungan tetapi sebaliknya, semakin hari semakin meningkat.
Sebagai bagian dalam masyarakat. Tentu bisnis tunduk pada norma-norma
yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan tersebut membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnis, baik
etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam
hubungan langsung maupun tifdak langsung. Dengan memetakan pola hubungan
dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud
dalam suatu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya berlaku
dalam satu Negara. Tetapi me;liputi berbagai Negara yang terintegrasi dalam
hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa
perkembangan dunia ini menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya kondisi
hokum yang melingkupi dunia usaha sangat jauh tertingsl dari pertumbuhan dan
perkembangan dibidang ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi Etika, Moral dan Norma?
2. Apa itu Etika Normatif Bisnis?
3. Bagaimana pandangan Agama dan Politik tentang Etika Bisnis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang definisi Etika, Moral dan Norma itu.
2. Untuk mengetahui tentang definisi Etika Normatif Bisnis.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pandangan Agama dan Politik tentang Etika
Bisnis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Etika

Menelusuri asal usul etika tak lepas dari asli kata ethos dalam bahasa Yunani yang
berarti kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam kata lain seperti dalam pemak
naan dan kamus Webster berarti "the distinguishing character, sentiment, moral nature, or
guiding beliefs of a person, group, or institution" (karakter istimewa, sentimen, tabiat
moral, atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok atau institusi).

Sementara ethics yang menjadi padanan dan etika, secara etimologis berarti 'the
discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation', 'a set of
moral principles or values', 'a theory or system of moral values."5 Definisi lain tentang
etika mengatakan sebagai philoso- phical inquiry into the nature and grounds of morality'.

Dalam makna yang lebih tegas, yaitu kutipan dalam buku Kuliah Etika
mendefinisikan etika secara ter- minologis sebagai berikut: 'The systematic study of the
nature of value concepts, good, bad, ought, right, wrong, etc. and of the general principles
which justify us in applying them to anything; also called moral philosohpy." Ini artinya,
bahwa etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus,
benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk
mengaplikasikannya atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar moralitas
seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam berperilaku.

Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral (moral consciousness) yang
memuat keyakinan 'benar dan tidak sesuatu. Perasaan yang muncul bahwaia akan salah
bila melakukan sesuatu yang diyakininya tidak benar berangkat dari norma-norma moral
dan perasaan self-respect (menghargai diri) bila ia meninggal- kannya. Tindakan yang
diambil olehnya harus ia pertanggungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan
sikapnya terhadap orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya
mendapatkan pujian.

Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya dengan istilah Al-
Qur'an al-khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan, Al-Qur'an menggunakan
sejumlah terminologi sebagai berikut: khair, bir, qist, 'adl, haqq, ma'ruf, dan taqwa.

Dari uraian di atas ada persinggungan makna antara etika, moral, dan norma yang
terkadang digunakan secara tumpang-tindih. Untuk itu perlu ada pendefinisian mo- ral
dan norma sehingga jelas perbedaan antara ketiga hal tersebut.

2
B. Moral
Moral berasal dari kata latin ‘mos’ (bentuk jamaknya, yaitu ‘mores’) yang
berarti adat dan cara hidup. ‘Mores’ dalam Bahasa inggris adalah morality yang
berarti ‘general name for moral judgments, standards, and rules of conduct. Dalam
makna lain morality berarti ‘a doctrine or system of moral conduct/particular moral
principles or rules of conduct.
Artinya, bahwa moralitas merupakan sebutan umum bagi keputusan moral,
standart moral, dan aturan-aturan berperilaku yang berangkat dari nilai-nilai etika. Hal
itu tidak saja dalam format keputusan, standart, dan aturan-aturan aktual yang ada
dalam masyarakat, tetapi juga meliputi keputusan-keputusan ideal yang dibenarkan
dengan alas an yang rasional.
Pada dasarnya moral adalah tolok ukur untuk menentukan baik buruknya perilaku
manusia dan bukan sebagai pemeran tindakan tertentu. Moral mengandung unsur nilai
dan norma yang bersumber dari hati nurani seseorang. Terdapat tiga unsur dalam
moralitas yaitu: perilaku, kognisi, dan afeksi. Sedangkan dimensi moralitas berbasis
syariah terbagi menjadi tiga aspek yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan (Pulungan, 2011).
Dalam kajian etika bisnis Islam, dinyatakan bahwa moralitas sebagai susunan
standard perilaku seperti yang disebutkan di atas, ditambah dengan halal-haram
(degrees of lawful and unlawful) (Mawardi, 2016). Penalaran moral berbasis Islam
diarahkan kepada:
1. Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkan oleh
standard moral Islam
2. Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi
mempunyai perilaku yang sesuai dengan standard moral Islam.
3. Penalaran moral harus logis berdasarkan keyakinan dogmatis ajaran agama
Islam
4. Bukti faktual untuk mendukung penilaian yang akurat, relevan, dan lengkap
5. Standard moral yang melibatkan penalaran, moral harus konsisten dalam
pencapaian kemaslahatan menuju keberhasilan.

C. Norma
Norma secara etimologis bermakna 'an authoritative standard' atau principle of
right action bidding upon the members of a group and serving to guide, control or
regulate proper and acceptable behavior. Artinya, bahwa norma merupakan alat ukur
dan standar yang punya kekuatan yang dapat mengarahkan anggota kelompok,

3
mengontrol, danmengatur perilaku baiknya. Ia menjadi kaidah dan aturan bagi sebuah
pertimbangan dan penilaian.
Jadi, norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Norma
memberi pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik dan
tepat, sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya perilaku dan
tindakan kita.
Adapun macam-macam norma meliputi:

1. Norma khusus
Norma khusus, yaitu aturan-aturan yang hanya berlaku dalam bidang kegiatan dan
situasi yang khusus/tertentu. Contoh aturan-aturan yang
diterapkan dalam dunia kerja, seperti jam masuk. cara kerja. pakaian seragam, dan
lain sebagainya.

2. Norma Umum
Aturan yang berlaku yang lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh
dikatakan bersifat universal. Adapun macam-macam norma umum meliputi:
a) Norma Sopan Santun
Norma sopan santun adalah norma yang mengatur pola perilaku dan sikap
lahiriah dalam pergaulan sehari-hari.
b) Norma Hukum
Norma hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat, karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini
mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat
tersebut, tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana
masyarakat tersebut harus diatur secara baik.
c) Norma Moral
Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia. Norma
moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan
dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.

4
D. Etika Normatif Bisnis
Secara etimologi, etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos
mempunyai beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang
harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-
lain.Sedangkan kata bisnis dalam Al- Qur'an biasanya yang digunakan al- tijarah, al-
bai', tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al- tijarah dan
dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar tajara, tajran wa tijarata, yang
bermakna berdagang atau berniaga. At- tijaratun walmutjar yaitu perdagangan,
perniagaan (menurut kamus al- munawwir). Menurut ar- Raghib al- Asfahani dalam
al- mufradat fi gharib al- Qur'an. etika bisnis adalah norma-norma atau kaidah etik
yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupun dalam interaksi
bisnisnya dengan "stakeholders"nya. Etika dan tindak tanduk etisnya menjadi bagian
budaya perusahaan dan "built-in" sebagai perilaku (behavior) dalam diri karyawan
biasa sampai CEO.
Adapun etika normatif bisnis merupakan etika yang secara substansial
diterapkan dalam etika terapan (applied ethics). Ia mengambil konsep etika dan
diterapkan dalam situasi bisnis tertentu seperti ekonomi-politik, tetapi tidak sama
dengan filsafat bisnis karena etika bisnis adalah disiplin normatif. Disiplin ini yang
membuat keputusan khusus tentang benar dan salah. Ia yang menentukan apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak.
Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di
pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang mengindahkan
serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani, empati, dan norma.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industry dan juga masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari
ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi
dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Berikut ini norma-norma dalam etika bisnis, yaitu:
1. Hati Nurani. Hati nurani merupakan penghayatan terhadap baik dan buruk
terkait tindakan nyata/ konkret manusia. Hati nurani dikendalikan oleh
kesadaran akal budi manusia. Kesadaran merupakan kemampuan manusia
untuk merefleksikan dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk

5
baginya, dalam bisnis yang dikerjakan melakukan tindakan yang benar atau
salah di tempat kerja akan berefek pada produk-produk dan pelayanan yang
dihasilkan serta menjamin hubungan baik dengan para stakeholders.
2. Kebebasan dan Tanggung Jawab. Kebebasan dalam berbisnis salah satu norma
yang ada, kita di bebaskan berbisnis apa, dengan siapa,kapan saja namun
kebebasan manusia bukanlah sebentuk kesewenang-wenangan, melainkan
kebebasan yang dibatasi oleh kenyataan sebagai bagian dari masyarakat.
Dengan pembatasan itu, kebebasannya harus dihiasi sikap dan tindakan yang
tepat guna. perusahaan yang punya standar etika dapat menciptakan suasana
psikologis lingkungan kerja yang sehat, dan perusahaan yang tidak demikian
akan mengalami hal sebaliknya.
3. Hak dan Kewajiban. Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau
kelompok yang satu terhadap yang lain. Dengan hak, orang dapat menuntut
orang lain untuk memenuhi dan menghormati hak itu. Hak berarti segala
sesuatu yang harus diperoleh oleh setiap manusia yang telah ada sejak lahir
bahkan sebelum lahir

E. Pandangan Agama tentang Etika Bisnis

Menurut sumber-sumber literature mengatakan bahwa, etika bisnis didasari oleh


ajaran-ajaran agama. Dalam agama judasim misalnya punya literature yang banyak
dan kode hokum tentang akumulasi dan pengunaan kekayaan. Dasar literature dank
ode hokum tersebut adalah taurat yang dikembangkan dalam Mishnah dan Talmud.
Begitu juga dengan ajaran agama Kristen.
Adapun agama Islam banyak sumber literature yang tersedia dank ode hokum
yang mengatur masalah harta yang tersedia dank ode hokum yang mengatur masalah
harta dan kekayaan yang merujuk pada kitab suci Al-Quran dan diterjemah dalam
bentuk hadis-hadis Rasulullah SAW. Untuk pembahasan etika bisnis islam ini akan
dibahas secara lebih mendalam pada Bab 4.
Tetapi inisiatif yang dilakukan oleh tiga agama Samawi (Islam, Kristen, dan
Yahudi) yang diprakrasai HRH. Prince Philip (the duke of Edinburgh) dan putra
Mahkota Hassan bin Talal(Jordan) tahun 1984 sepakat meletakkan prinsip-prinsip
etika dalam bisnis. Ada tiga isu etika dalam bisnis yang diklasifikasikan waktu itu,

6
yaitu moralitas dalam system ekonomi, moralitas dalam kebijakan organisasi yang
terlibat dalam bisnis, serta moralitas perilaku individual para karyawan saat bekerja.
Dalam deklarasi yang dilakukan ada perbedaan-perbedaan yang menonjol
dalam prespektif ajaran agama masing-masing. Namun tiga hal di atas menjadi titik
temu yang disepakati oleh ketiganya. Semua sepakat bahwa kerangka hukum
berbisnis berbeda dari satu Negara dengan lainnya yang harus diakui oleh semua di
mana hokum nasional berlaku bagi sebuah perusahaan yang terdaftar di Negara
tersebut dengan tidak memandang kewarganegaraan pemilik atau manajernya.
Deklarasi yang dikeluarkan oleh tiga agama tersebut menghasilkan kesepakatan
untuk menjunjung empat prinsip yang krusial, yaitu: keadilan (justics), saling
menghormati (mutual respect), kepercayaan (trusteeship), dan kejujuran (honesfy).

F. Pandangan Politik tentang Etika Bisnis

Dalam pandangan para sosialis (libertarian socialist) atau yang biasa dikenal
dengan left-anarchist mengatakan bahwa, 'property is theft', dalam merujuk pada
kepemilikan sumber-sumber produktif. Properti bagi mereka bukan lah hak yang bisa
digunakan dengan bebas, tetapi untuk menjaga agar orang lain tidak
menggunakannya.
Filsafat ini menganjurkan agar ada lembaga yang disebut dengan institution of
property' yang menurut para sosialis bahwa kepemilikan sumber-sumber produktif
seperti tanah dianggap tidak bermoral sehingga tidak ada bisnis yang bisa benar-benar
dianggap etis, karena bisnis adalah kepemilikan privat.
Adapun Hans King (1998) mendiskusikan hal lain yang berkenaan dengan
konsep menempatkan maslahat negara di atas kebutuhan untuk berperilaku etis.
Machiavelli dalam konteks etika merekomendasikan hal yang lebih ekstrem dengan
mengabaikan hukum atau moralitas yang ada bila itu diperlukan demi mengejar
tujuan yang diinginkan. Dalam hemat King, bahwa konsep Machiavelli ini eksis dan
berlanjut hingga di abad ke-20 dan menjadi bagian terpenting dalam proses
pengambilan keputusan politik. Kondisi ini membuat ketegangan antara politik dan
etika tak terselesaikan, sementara untuk menyubordinasikan persoalan politik dalam
frame etika dapat membuat sifat otonom politik terampas. Menurut King hal itu tidak
adil.

7
Realitas pemikiran King, Michiavelli dan mereka yang sealiran turut
memengaruhi pemikiran etika bisnis dewasa ini. Bahkan konsep Michiavelli kerap
ditemukan dalam praktik bisnis kapitalis dahulu dan sekarang yang bernuansa
'prosper on the expense of others' (makmur dengan mengorbankan orang lain).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa etika itu pengertiannya
sangat dekat dengan istilah Al-Qur'an al-khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep
kebajikan, Al-Qur'an menggunakan sejumlah terminologi sebagai berikut: khair, bir,
qist, 'adl, haqq, ma'ruf, dan taqwa. Moral itu merupakan tolok ukur untuk
menentukan baik buruknya perilaku manusia dan bukan sebagai pemeran tindakan
tertentu, dan Moral itu mengandung unsur nilai dan norma yang bersumber dari hati
nurani seseorang. Sedangkan norma itu adalah aturan yang berlaku di kehidupan
bermasyarakat. Tujuan norma itu memberi pedoman tentang bagaimana kita harus
hidup dan bertindak secara baik dan tepat, sekaligus menjadi dasar bagi penilaian
mengenai baik buruknya perilaku dan tindakan kita. Etika normatif bisnis tersebut
merupakan etika yang secara substansial diterapkan dalam etika terapan (applied
ethics). Adapun agama Islam dalam pandangan agama tentang etika bisnis banyak
sumber literature yang tersedia dank ode hokum yang mengatur masalah harta yang
tersedia dank ode hokum yang mengatur masalah harta dan kekayaan yang merujuk
pada kitab suci Al-Quran dan diterjemah dalam bentuk hadis-hadis Rasulullah SAW.
Dalam pandangan politik etika bisnis itu menganjurkan agar ada lembaga yang
disebut dengan institution of property' yang menurut para sosialis bahwa kepemilikan
sumber-sumber produktif seperti tanah dianggap tidak bermoral sehingga tidak ada
bisnis yang bisa benar-benar dianggap etis, karena bisnis adalah kepemilikan privat.

B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Walaupun masih banyak
kekurangan, namun hanya ini yang bisa penyususn sajikan untuk berbagai ilmu dan
wawasan terkait tema yang dibahas. Kami selaku penyusun makalah ingin memberikan
saran kepada para pembaca agar lebih banyak menggali lagi tentang tema pembahasan
diatas. Karena pembahasan diatas penting sekali untuk diketahui dan dipahami.

9
DAFTAR PUSTAKA

Badroen, Faisal. Etika Bisnis dalam Islam. 2006


Kawasati, Riski. Etika Bisnis dalam Prespektif Islam.
Nursyamsu. Al-Quran dan Etika Berbisnis. 2017
Durin, Ramzi. Arti Penting Menjalankan Etika dalam Bisnis. 2020
Dinah, fauziah. Etika Bisnis Syariah. 2019

10

Anda mungkin juga menyukai