Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Abu Dzar: "Perkokohlah bahteramu karena samudra ini amat dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan ini amat panjang. Ikhlaskanlah amalmu karena pencatatmu sungguh amat jeli." Membangun sebuah rumah tangga muslim juga merupakan ibadah yang harus memenuhi ketiga syarat tersebut. Dasar membangun rumah tangga adalah keikhlasan karena perintah Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasulullah saw, bukan hanya ingin mendapatkan pasangan hidup. Dalam pelaksanaannya pun seperti apa yang dicontohkan Rasulullah saw, bukan dengan cara-cara lain yang dilarang. Sedangkan tujuan akhir dari pembentukannya adalah hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT, bukan kedudukan, harta atau keridhaan manusia. Hadits Rasulullah saw diatas telah mensinyalir, bahwa samudra yang akan diarungi oleh bahtera rumah tangga amatlah dalam dan perjalanannya pun amat panjang. Karena itulah perlu adanya usaha ekstra, baik dalam mempersiapkan, memasuki gerbangnya dan berjalan diatas keagungan nilainya. Bagi ummat islam pernikahan merupakan sesuatu yang suci dan mulia sekaligus merupakan dinding yang kokoh untuk membentengi manusia dari dosadosa yang dilakukan karena dorongan hawa nafsu (syahwat). melalui pernikahan orang dapat menyalurkan hawa nafsu biologisnya secara sah dan halal. Hal ini sangat penting dan mendasar, karena akibat dari suatu perkawinan akan maejelaskan status anak atau keturunan dan warisan secara baik dan tertib dengan tuntutan dan ketentuan agama.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis dapat mengambil permasalahan: 1. Bagaimana pengertian pernikahan menurut agama islam dan pemerintahan ? 2. Apa pengertian Mahram dan siapa sajakah Mahram itu ?

BAB II PEMBAHASAN A. Pegertian Nikah


Pernikahan berdasarkan undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 1 adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan Menurut ajaran islam ialah aqad yang menghalalkan pergaulan dan memberikan hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara seorang lakilaki dan seorang perempuan yang antara keduanya bukan muhrim menuju terwujudnya rumah tangga yang Sakinah Mawaddah Warohmah (rumah tangga yang tenang, sejahtera, dan bahagia) lahir dan batin.

B. Rukun Nikah
Agar pernikahan berjalan lancar dan baik sah menurut ketentuan agama maka harus dipenuhi syarat dan rukunnya. Adapun rukun nikah secara garis besar adalah: 1. Kedua mempelai Mempelai adalah calon suami dan calon istri yang akan melaksanakan pernikahan. Ketentuan mengenai mempelai laki-laki (calon suami) dan mempelai perempuan (calon istri) menurut ajaran islam haruslah se-kufu terutama dalam agama. Syariat islam mengenai hal ini sangat tegas, yaitu seorang muslim tidak boleh dinikahi oleh laki-laki yang bukan islam dan sebaliknya. ketegasan ini sangat penting artinya karena dari perkawinan itu akan lahir anak (keturunan) dan diharapkan anak yang lahir itu kelak akan menjadi anak yang shalih/shalihah, yaitu anak yang berbakti kepada ibu bapaknya dan taat menjalankan ajaran agama islam, hal ini akan terwujud bila antara suami istri sepaham dalam agama. 2. Wali Wali adalah orang yang berhak dan sah untuk menikahkan seorang perempuan, artinya pernikahan tidak sah dan tidak akan mendapatkan

perlindungan hukum tanpa adanya wali. Namun demikian dalam keadaan berhalangan atau karena alasan lain yang dapat diterima, maka wali boleh melimpahkan wewenang atau mewakilkannya kepada Hakim/Naib untuk menikahkan anak perempuannya. 3. Saksi saksi adalah orang yang hadir atau menyaksikan secara langsung pelaksanaan pernikahan (ijab qabul). pernikahan yang tidak dihadiri saksisaksi minimal 2 orang adalah tidak sah, sekalipun diumumkan kepada orang banyak dengan cara lain setelah ijib qabul dilaksanakan. 4. Ijab Qabul Sighat (ijab qabul) atau lebih dikenal dengan sebutan akad nikah yaitu menikahkan dari pihak wali perempuan dan ucapan menerima nikah dari pihak mempelai laki-laki. Contoh ucapan dari pihak prempuan: saya nikahkan engkau dengan anakku bernamabintidengan maskawin tunai. Contoh ucapan dari pihak laki-laki: Saya terima nikahnya binti dengan maskawin tunai. Ucapan kalimat ijab qabul tersebut hendaknya diucapkan dengan lancar dan jelas sehinga pernikahan tersebut. terdengar oleh para saksi yang hadir dalam upacara yang tidak dihadiri saksi itu

C. Mahram
Mahram artinya orang yang haram dinikahi atau dikawini. Ada 14 macam orang yang haram dinikahi yaitu tujuh orang karena keturunan, dua orang karena sepersusuan, empat orang karena hubungan perkawinan dan satu orang karena dikumpulkan. 1. a. Tujuh (7) orang karena keturunan Ibu, nenek dan seterusnya sampai ke atas

b. c. d. e. f. g. 2. a. b. 3. b. d.

Anak, cucu dan seterusnya sampai ke bawah Saudara perempuan seibu sebapak, seibu saja atau sebapak saja Saudara perempuan dari pihak bapak Saudara perempuan dari pihak ibu Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusn Dua (2)orang sepersusuan Ibu tempat menyusu (ibu susuan) Sadara perempuan sepersusuan Empat (4) orang karena perkawinan

a.Mertua (ibu dari isteri) Anak tiri (apabila sudah campur dengan ibunya) Isteri bapak. c.Menantu (isteri dari anak)

BAB III PENUTUP


Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanit, sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun rukun nikah itu adalah kedua mempelai ,wali,saksi,dan ijab qabul. Bagi ummat islam ada ketentuan lain tentang perkawinan yaitumahram (orang-orang yang haram dinikahi) . Bagi manusia perkawinan merupakan suatu yang suci dan mulia. Oleh karena itu harus dilakukan berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku baik menurut agama maupun Negara. Memenuhi peraturan agama berarti menjamin keabsahan perkawinan sedangkan memenuhi peraturan negara/pemerintahan berarti mendapat perlindungan hukum yang berlaku pada negara/pemerimtahan tersebut. Dengan memernuhi kedua tuntutan tersebut berarti hakikat perkawinan untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan lahir batin akan tercapai dengan sempurna.

Daftar Pustaka
1. Al-Quranul Karim 2. Ibn Hajar, Bulughul Marom Toha Putra Semarang: 3. Fathul Qorib

Anda mungkin juga menyukai