Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PERKULIAAHAN (SAP) Gangguan Pola Tidur(Somnubulisme)

Dosen : Agus Sarwo Prayogo S.Kep.Ns

Disusun Oleh : Rahayu Widi Untari D/KP/VII 04.08.2069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2011

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Mata Kuliah Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Penempatan Pertemuan ke Waktu Pengajar

: Pendidikan Dalam Keperawatan (PDK) : Gangguan Pola Tidur : Somnumbulisme : Lab.Praktikum PDK : 5 dan 6 : 90 menit : Agus Sarwo Prayogi S.Kep.NS

I.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu memahami konsep gangguan pola tidur yaitu somnumbulisme .

II.

Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian gangguan pola tidur somnumbulisme 2. Menjelaskan penyebab gangguan pola tidur somnumbulisme 3. Menjelaskan pemicu terjadinya gangguan tidur somnumbulisme 4. Menjelaskan patofisiologi terjadinya gangguan pola tidur somnumbulisme 5. Menjelaskan tanda dan gejala gangguan pola tidur somnumbulisme 6. Menjelaskan pedoman diagnostic gangguan pola tidur somnumbulisme 7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang gangguan pola tidur somnumbulisme 8. Menjelaskan penatalaksanaan gangguan pola tidur somnmbulisme 9. Menjelaskan diagnose banding gangguan pola tidur somnumbulisme 10. Menjelaskan penyulit somnumbulisme 11. Menje;askan prognosis terjadinya somnumbulisme 12. Menjelaskan cara pencegahan gangguan pola tidur somnumbulisme

III.

Pokok-pokok materi 1. Pengertian gangguan pola tidur somnumbulisme 2. Penyebab gangguan somnumbulisme

3. Pemicu terjadinya somnumbulisme 4. Patofisiologi gangguan somnumbulisme 5. Tanda dan gejala somnumbulisme 6. Pedoman diagnostic somnambulisme 7. Pemeriksaan somnumbulisme 8. Penatalaksanaan medic dan non medic somnumbulisme 9. Diagnose banding somnumbulisme 10. Penyulit somnumbulisme 11. Prognosis somnumbulisme 12. Cara pencegahan somnumbulisme

IV.

Metode 1. Ceramah,Tanya jawab 2. Diskusi

V.

Media dan sumber 1. Media Hand out power point Makalah/materi Whitebord Spidol Laptop Pengeras suara LCD

2. Sumber belajar Alimul aziz,2006,kebutuhan dasar manusiaII.Salemba medika:Jakarta http//www.kabarindonesia,sgala sesuatu tidurberjlan(sonumbulisme).com carpeninto Lynda juall,2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: jakarta VI. Evaluasi Evaluasi dengan tes sumatif(soal piihan ganda terlampir)

VII.

Alokasi Waktu Alokasi waktu yang diperlukan untuk perkuliahan dengan materi gangguan pola tidur somnumbulisme adalah + 90 menit.

VIII. No. 1

Proses Perkuliahan Tahap Pembukaan Waktu 10 menit Pra Kegiatan Memberi salam Memperkenalkan diri Appersepsi. Menjelaskan pengertian gangguan pola tidur somnumbulisme Menjelaskan penyebab gangguan pola tidur somnumbulisme Menjelaskan pemicu terjadinya gangguan tidur somnumbulisme Menjelaskan patofisiologi terjadinya gangguan pola tidur somnumbulisme Menjelaskan tanda dan gejala gangguan pola tidur somnumbulisme Menjelaskan pedoman diagnostic gangguan pola tidur somnumbulisme Menjelaskan pemeriksaan penunjang gangguan pola tidur somnumbulisme Menjelaskan penatalaksanaan gangguan pola tidur somnmbulisme Menjelaskan diagnose banding gangguan pola tidur somnumbulisme Menjelaskan penyulit

Pengembangan

65menit

somnumbulisme Menjelaskan prognosis terjadinya somnumbulisme Menjelaskan cara pencegahan gangguan pola tidur somnumbulsme 3 Penutup 15 menit Memberikan kesempatan pada

sasaran untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan menyimpulkan materi bahasan memberi salam penutup

MATERI PERKULIAHAN

A. PENGERTIAN Somnumbulisme adalah Berjalan saat tidur. Kondisi yang memengaruhi masyarakat (terutama anak-anak dimana mereka bangun dan berjalan-jalan saat mereka masih tidur nyenyak.somnumbulisme ini seing disebut sebagai walk in ones sleep. Walking by a person who is a sleep. B. PENYEBAB SOMNUMBULISME Meskipun sepertiga kasus ini memiliki dasar keluarga (familial basis), penyebab pastinya belum diketahui (Fauci A.S., et.al., 2008). Namun menurut Ackroyd G (2007) ada empat factor yang menjadi penyebab, yaitu: Genetika Somnambulisme lebih sering terjadi pada kembar monozigot dan sepuluh kali lebih sering didapatkan jika suatu first-degree relative memiliki riwayat somnambulisme.

Dilaporkan pula adanya peningkatan frekuensi alel DQB1*04 dan *05. Gen-gen DQB1 juga terlibat di dalam narcolepsy dan gangguan lain dari pengendalian motorik selama tidur, misalnya: gangguan perilaku Rapid Eye Movement (REM behavior disorder). Lingkungan Beberapa kondisi yang merupakan penyebab somnambulisme antara lain: 1. Kurang tidur (sleep deprivation) 2. Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep schedules) 3. Demam (fever) 4. Stres atau tekanan (stress) 5. Kekurangan (deficiency) magnesium 6. Intoksikasi obat atau zat kimia, misalnya: a. alkohol, b. hipnotik/sedative (misal: Zolpidem), c. antidepresan (misal: bupropion, paroxetine, amitriptyline),

d. neuroleptik (misal: lithium, reboxetine), e. minor tranquilizers, f. stimulan, g. antibiotik (misal: fluoroquinolone), h. medikasi anti-Parkinson (misal: levodopa), i. antikonvulsan (misal: topiramate), j. antihistamin. Fisiologis Panjang dan kedalaman SWS (slow wave sleep), yang lebih besar pada masa anak-anak awal (young children), merupakan faktor yang meningkatkan frekuensi parasomnia pada anak-anak. Kehamilan dan menstruasi meningkatkan frekuensi pasien dengan parasomnia (salah satunya adalah: somnambulisme) Berhubungan dengan Kondisi Medis Beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan somnambulisme antara lain: a. Aritmia b. Chronic paroxysmal hemicrania c. Migraine d. Fever e. Gastroesophageal reflux f. Nocturnal asthma g. Nocturnal seizures h. Obstructive sleep apnea i. Gangguan psikiatris, seperti: posttraumatic stress disorder, panic attack, dan dissociative states. j. Hipertiroidisme

C. PEMICU TERJADINYA SOMNUMBULISME Menurut Prof.DR.dr. S.M. Lumbantobing, Sp.S(K), Sp.KJ. (2004), somnambulisme dapat dipicu oleh berbagai keadaan, seperti: 1. Deprivasi (kurang) tidur. 2. Demam. 3. Stres. 4. Medikasi (misalnya: fenotiazin, kloralhidrat, lithium). 5. Gangguan lain yang menyebabkan terbangun dari tidur (arousal), misalnya: OSA (Obstructive Sleep Apnea), kandung kencing penuh, suara keras.

D. PATOFISIOLOGI TERJADINYA SOMNUMBULISME Sleepwalkers memiliki ketidaknormalan pada pengaturan slow wave sleep. Disosiasi yang terjadi diantara tidurnya tubuh dan akal muncul dari aktivasi jalur thalamocingulate dengan persisting deactivation dari sistem thalamocortical arousal lainnya. Epidemiologi

Menurut Lavie P, Pillar G, Malhotra A (2002): Prevalensi Saat usia puncak 4-8 tahun prevalensinya 20%. Sumber lain mengatakan 1530%. Saat usia dewasa prevalensinya 3-4 %. Sumber lain mengatakan 1-4%. Rasio pria:wanita = 1:1. Menurut Ackroyd G (2007), Di Swedia Prevalensi setahunnya 6-17%. Insiden: 40%. Di UK Dari hasil survey pada orang dewasa di United Kingdom, 2,2% dilaporkan merasakan teror di malam hari. Dua persen dinyatakan somnambulisme, dan 4,2% dilaporkan dengan confusional arousals.

E. TANDA DAN GEJALA SOMNUMBULISME Penderita somnambulisme dapat melakukan aktivitas seperti berikut: 1. Berjalan di seputar kamarnya atau di rumahnya. 2. Berjalan jarak jauh. 3. Mendadak duduk di tempat tidur. 4. Mengendarai (menyetir) mobil dalam keadaan tidur.

Orang yang sering mengalami gangguan somnumbulisme dapat memiliki keadaan sebagai berikut: 1. Bila bicara, jarang bermakna. Dapat juga berkata jorok. 2. Kencing di tempat yang tidak biasanya (biasanya anak-anak) 3. Mata terbuka dan ekspresi wajahnya kosong. 4. Sulit bangun saat somnambulisme berlangsung. 5. Tidak ingat kronologis kejadiannya.

F. PEDOMAN DIAGNOSTIK SOMNUMBLISME Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) III Tahun 1995, somnambulisme memiliki kode diagnostik F51.3. Gambaran di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti: a. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah). b. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relatif tak memberi respons terhadap upaya

orang lain untuk memengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah. c. Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok

paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi.

d. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat. e. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.

Somnambulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi Psikomotor dan Fugue Disosiatif (F.44.1). Menurut Perdossi (2006), kriteria diagnosis untuk somnambulisme adalah sebagai berikut: Klinis 1. Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur (NREM stadium 3-4) 2. Penderita bangun duduk di tempat tidur, membuka mata, membuka selimut, bergerak berputar seperti bertujuan, dan berusaha meninggalkan tempat tidur. 3. Anak dapat berjalan ke kamar tidur orang tua dan memberikan respon sederhana terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang kencing. 4. Penderita mencoba berpakaian, lalu berjalan mengelilingi tempat tidur tapi menolak rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik tangga,

memakai alat-alat dapur, dan berusaha menyiapkan makanan. 5. Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh, dan bahkan mengendarai mobil. 6. Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga, jendela, atau sesudah berjalan di luar rumah. Penderita biasanya mau diajak ke tempat tidur tanpa perlawanan. 7. Usaha untuk menghalang-halangi atau membangunkan haruslah dihindari karena menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan keinginan melarikan diri yang dapat mencetuskan kekerasan mendadak. 8. Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi, dan sesudahnya segera tidur lagi.

Laboratoris 1. Polysomnography untuk membedakan dengan gangguan tidur yang lain. 2. Rekaman video sangatlah membantu melihat pola serangan.

Radiologis Tidak ada kelainan.

Gold Standar Polysomnography: Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan 2 NREM selama beberapa detik sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran klinis epilepsi. Sering terbangun langsung dari stadium 1-2 NREM disertai atau tanpa sleep walking. Rekaman video dapat menunjukkan pola aktivitas serangan.

Patologi Anatomi Normal.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Polysomnogram. Perilaku abnormal selama SWS (slow wave sleep) merupakan diagnostik. Hypersynchronous aktivitas gelombang-delta lambat (slow delta-wave) telah terobservasi saat mengukur penderita somnambulisme yang sedang tidur dengan electroencephalogram.

H. PENATALAKSANAAN SOMNUMBULISME Antidepresan trisiklik Mekanisme kerjanya: memiliki efek antikolinergik perifer dan sentral dan berefek sedatif, sehingga dapat menghalangi active reuptake dari norepinephrine dan serotonin. Contoh: 1. Amitriptyline Dosis dewasa: 30-100 mg/hari PO hs Dosis anak-anak: 0.1 mg/kg berat badan PO hs; dinaikkan jika ditoleransi lebih dari 2-3 minggu sampai 0,5-2 mg/hari hs. Dosis remaja (adolescents): 25-50 mg/hari PO hs; naikkan bertahap hingga 100 mg/hari dalam dosis terbagi. 2. Nortriptyline Dosis dewasa 25 mg PO tid/qid; tidak melebihi 150 mg/hari. Dosis anak-anak <25 kg: Tidak direkomendasikan 25-35 kg: 10-20 mg/hari PO 35-54 kg: 25-35 mg/hari PO >54 kg: diresepkan seperti dosis dewasa. Benzodiazepin Mekanisme kerjanya: Benzodiazepin mengikat reseptor spesifik yang berhubungan dengan GABAbinding sites pada saluran klorida (chloride channels). Frekuensi pembukaan channel meningkat, meningkatkan aliran ion klorida menuju neuron.

Indeks terapetik yang relatif tinggi dan potensial penyalahgunaannya yang rendah, menyebabkan benzodiazepin merupakan terapi pilihan untuk sedatifhipnotik.

Contohnya: Clonazepam Dosis dewasa 0,5 mg PO hs dosis permulaan untuk gangguan tidur; dapat ditingkatkan secara cepat hingga 1 mg prn (jika perlu) Dosis anak-anak 0.25 mg PO 1 jam sebelum hs dosis permulaan; dinaikkan secara berhati-hati prn. Non-Farmakologis

* Teknik relaksasi, imajinasi mental, dan anticipatory awakenings sebagai manajemen terapi jangka panjang.

* Anticipatory awakenings terdiri dari membangunkan anak sekitar 15-20 menit sebelum waktu biasanya ia terbangun. Lalu jagalah ia tetap bangun hingga melewati waktu dimana episode biasanya terjadi. I. DIAGNOSA BANDING SOMNUMBULISME Menurut Perdossi (2006), diagnosis banding somnambulisme: 1. Sleep terrors 2. Epilepsi 3. Episodic nocturnal wandering 4. Malingering (pura-pura sakit) 5. REM sleep behaviour disorder 6. Psychogenic fugues 7. Canfusional arousal

Menurut Ackroyd G (2007), diagnosis banding (differential diagnoses) somnambulisme antara lain: 1. Epilepsi jinak pada masa anak (benign childhood epilepsy) 2. Epilepsi lobus temporal (temporal lobe epilepsy) 3. Sindrom Tourette dan gangguan tic lainnya 4. Epilepsi pada anak dengan retardasi mental

(epilepsy in children with mental retardation) 5. Gangguan pergerakan periodik (periodic limb movement disorder) 6. Gangguan stres paskatrauma (posttraumatic stress disorder) 7. Gastroesophageal reflux 8. Gemetaran hebat (shuddering attacks) 9. Kejang demam (febrile seizures) 10. Kejang parsial kompleks (complex partial seizures) 11. Kejang pertama pada anak (first seizure in pediatric) 12. Kejang neonatus (neonatal seizures) 13. Kejang neonatus yang tak berbahaya (benign neonatal convulsions) 14. Kejang nonepilepsi psikogenik (psychogenic nonepileptic seizures) 15. Kejang tonik-klonik (tonic-clonic seizures) 16. Kondisi disosiasi (dissociative states) 17. Kontraksi otot jantung yang abnormal (arrhythmias) 18. Migraine paroksismal kronis (chronic paroxysmal hemicrania), 19. REM (Rapid Eye Movement) sleep behavior disorder 20. Sakit kepala kluster (cluster headache) 21. Sakit kepala pada anak (headache in pediatric) 22. Serangan asma malam hari (nocturnal asthma) 23. Serangan cemas saat bermimpi (dream anxiety attacks) 24. Sindrom epilepsi tak berbahaya (benign epilepsy syndromes) 25. Serangan panik (panic attack) 26. Sesak nafas saat tidur (sleep apnea) 27. Vertigo karena posisi yang tak berbahaya (benign positional vertigo)

J. PENYULIT SOMNUMBULISME 1. Rasa malu 2. Resiko cidera

K. PROGNOSIS TERJADINYA SOMNUMBULISME 1. Kemungkinan bisa membaik sangat besar. 2. Mengganggu prestasi belajar. 3. Pada orang dewasa dilaporkan mempunyai risiko gangguan psikiatri, gangguan tidur lainnya. L. CARA PENCEGAHAN SOMNUMBULISME Saran untuk penderita somnambulisme: 1. Sebaiknya tidak banyak minum sebelum tidur. 2. Pintu dan jendela tempat penderita tidur sebaiknya dikunci/tertutup rapat, agar penderita tidak dapat keluar. 3. Berhati-hati dengan obat yang dikonsumsi, siapa tahu dapat memperberat somnambulisme-nya. 4. Singkirkanlah semua benda yang membahayakan/melukai penderita (misalnya: terinjak, dsb). 5. Lakukan higiene tidur dengan disiplin. 6. Teratur minum obat dan mematuhi nasihat dokter yang merawatnya. 7. Kontrol teratur sesuai jadwal dari dokter atau rumah sakit.

Higiene tidur menurut Prof.DR.dr. S.M. Lumbantobing, Sp.S(K), Sp.KJ. (2004): 1. Tidur dan bangun teratur, pada jam yang sama, setiap harinya. 2. Tidur dengan waktu yang cukup agar puas di pagi hari. 3. Berolahraga setiap hari. Jangan berolahraga sebelum tidur atau larut sore atau malam hari. 4. Makan teratur. 5. Dengarlah musik yang lembut sebelum mematikan lampu untuk tidur. 6. Pakailah tempat tidur twin bila teman tidur Anda lasak. 7. Hindarilah gangguan fisik berupa: cahaya, dingin, panas, dan suara berisik.

8. Aturlah dengan dokter Anda mengenai obat yang Anda butuhkan, sekiranya ada. Hindari obat yang merangsang. 9. Gunakanlah kasur yang lembut dan bantal yang empuk agar tidur Anda menyenangkan. 10. Bila Anda terbiasa tidur siang, lakukanlah pada waktu yang sama. Sesudah makan siang merupakan waktu yang baik. Jangan tidur lebih dari 45 menit. 11. Kencing dulu sebelum naik ke tempat tidur (diajarkan untuk anak-anak).

Anda mungkin juga menyukai