Askep Muskkulos Gerontik Fix
Askep Muskkulos Gerontik Fix
OSTEOATRIHITIS
OLEH :
KELOMPOK 11
1. NOVIYANTI PUTRI
2. THIYA MAWADDATUSYIFA’
3. SETIANTO
JENJANG S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelessaikan tugas dengan baik, tepat waktunya yang berjudul “asuhan keprawatan lansia
dengan gangguan osteoatrihitis ”.makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
keperawatan gerontik dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih yang sebesar
besarnya kepada:
2. Rekan rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,baik dari
segi penulisan,bahasa ataupun penyusunannya.oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun,khususnya dari dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan
gerontik menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan
datang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Pada penderita osteoarthritis, tulang rawan sendi telah mengalami penipisan yang
menyebabkan permukaan rawan sendi menjadi tidak rata dan bergelombang. Semua
sendi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh osteoarthritis, tetapi pada bagian bahu, siku, dan
pergelangan kaki cenderung tidak terkena osteoarthritis kecuali pada kondisi traumatik.
Dari semua sendi yang rentan yaitu sendi pada lutut, atau bisa dikenal dengan sebutan
encok lutut. (Yekti, 2017). Osteoarthritis merupakan penyakit dengan gejala nyeri dan
kaku pada persendian yang menyebabkan penderita mengalami gangguan pada alat gerak
yang mengakibatkan masalah gangguan mobilitas fisik (Hartoyono DKK, 2018)
Fenomena yang terjadi di Desa Siwalanpanji yaitu masih banyak masyarakat yang belum
bisa atau belum mengetahui macam macam rasa nyeri yang mereka alami, mereka masih
beranggapan bahwa nyeri sendi terutama lutut merupakan nyeri dari asam urat (gout
athritis) atau karna faktor penurunan usia. (Kader Kesehatan Siwalanpanji, 2021).
Diberbagai masalah kesehatan, gangguan muskuloskeletal menempati urutan
kedua yaitu sekitar 14,5% setelah penyakit kardiovaskular dalam desain penyakit
kelompok usia lebih dari 55 tahun (ismaningsih & selviani, 2017). Pada korban
Osteoarthritis secara keseluruhan telah mencapai 355 juta orang, diperkirakan akan terus
bertambah hingga tahun 2025. Prevalensi osteoarthritis di indonesia mencapai 5% pada
usia kurang dari 40 tahun, 30% pada usia 40- 60 tahun, dan 65% pada usia lebih dari 61
tahun. Untuk prevalensinya osteoarthritis lutut cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita. Berdasarkan Tinjauan WHO di Jawa menemukan bahwa osteoartritis
menempati posisi pertama, yaitu 49% dari desain penyakit lansia (ismaningsih &
selviani, 2017).
Belum diketahui secara pasti penyebab Osteoarthritis, namun ada beberapa faktor
risiko yang dapat memicu terjadinya Osteoarthritis. Faktor risiko dibagi menjadi 2
kelompok yaitu yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang
dapat dimodifikasi yaitu indeks massa tubuh (IMT), diabetes melitus (DM),
hiperkolesterolemia, hipertensi, dan merokok. Sedangkan untuk faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin, cacat fisik/imbalance tubuh, riwayat trauma,
dan etnis. Osteoarthritis terjadi akibat ketidakrataan tulang rawan sendi dengan disusul
ulserasi dan hilangnya tulang rawan sendi sehingga terbentuknya kista subkodral, osteofit
di tepi tulang dan respons radang dalam membran synovial. Penebalan membran
synovial, regangnya ligament, serta pembengkakan sendi dan kapsul sendi, menyebabkan
ketidakstabilan dan deformitas. Otot yang ada di sekitar sendi menjadi tidak berdaya
karena emisi sinovial dan mengabaikan pembusukan di satu sisi dan kecocokan otot di
sisi lain dan disuse atropi di satu sisi dan kecocokan otot di sisi lain. (Ismaningsih &
Selviani, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan asuhan keperawatan lansia dengan masalah osteoatrihitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan lansia dengan masalah
osteoatrihitis
2. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan
2) Mampu menentukan diagnose keperawatan
3) Mampu menyusun intervensi keperawatan
4) Mampu melakukan mengimplementasikan keperawatan
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis.kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual,karena factor tertentu lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun social. Seseorang dikatakan
lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari pase kehidupannya.kelompok
yang dikatagorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process
atau proses penuaan.
2. Batasan lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat kategori,
yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old ) : lebih dari 90 tahun
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
c. Kelompok usia (65 th th >) sebagai senium
Berbagai ahli dalam Efendi (2009) menetapkan batasan usia seseorang dikatakan
lansia, di antaranya:
a. UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1
Ayat 2 menyebutkan bahwa “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun keatas”.
b. Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) membagi lansia menjadi empat fase yaitu
pertama (fase inventus) 25-40 tahun, kedua (fase virilities) 40- 55 tahun, ketiga
(fase presenium) 55-65 tahun, keempat (fase senium) 65 tahun hingga tutup
usia.
c. Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro membagi lansia menjadi tiga batasan usia,
yaitu young young old old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (> 80
tahun) (Efendi, 2009).
3. Ciri-ciri lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia sebagai berikut :
1) Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia salah satunya disebabkan karena faktor motivasi,
faktor motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam kemunduran lansia.
Contohnya lansia yang memiliki motivasi rendah dalam melakukan aktivitas,
maka akan mempercepat kemunduran fisik. Sebaliknya lansia yang memiliki
motivasi tinggi dalam melakukan aktivitas, maka akan memperlambat
kemunduran fisik.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi sebagai akibat dari sikap social yang tidak menyenangkan terhadap
orang lanjut usia yang di akibatkan oleh pendapat-pendapat klise yang jelek
terhadap lansia contohnya seperti : lansia lebih suka mempertahankan
pendapatnya sendiri dari pada mendengarkan pendapat dari orang lain.
3) Menua membutuhkan sebuah peran
Perubahan tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal dan perubahan peran tersebut sebaiknya dilakukan atas
keinginanya sendiri bukan karena atas dasar tekanan dari lingkungan.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perilaku yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula
5) Perubahan Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual
(Azizah dan Lilik M, 2011)
4. Perubahan fisik
1) Sistem Indera
Sistem pendengaran : Prebiacusis (ketidakberuntungan mendengar) karena
hilangnya kapasitas pendengaran di telinga bagian dalam, terutama terhadap
suara atau suara yang tajam, suara yang kabur, kata – kata yang sulit dipahami,
setengahnya terjadi pada individu diatas 60 tahun.
2) Sistem Integumen
Kulit lansia akan mengalami pembusukan, bebas, tidak elastis, kering dan
berkerut parah. Kulit akan mengering sehingga menjadi sedikit dan berantakan.
Kekeringan kulit disebabkan oleh pembusukan organ sebaceous dan organ
sudoritera, adanya warna tanah pada kulit dikenal sebagai bintik-bintik hati.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia meliputi jaringan orang
tengah (kolagen dan elastin), tulang, otot, ligamen, dan sendi. Kolagen sebagai
penopang utama kulit, ligamen, ligamen, dan jaringan ikat mengalami substitusi
sebagai peregangan yang tidak terduga
a) Ligamen : Jaringan ligamen pada persendian ternyata halus dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan persendian menjadi rata.
Kekuatan ligamen untuk pulih terkuras dan degenerasi yang terjadi pada
umumnya akan bersifat sedang, akibatnya ligamen pada persendian
menjadi tidak berdaya melawan kontak.
b) Tulang : Bagian dari penuaan fisiologi dicap dengan berkurangnya
kepadatan tulang, sehingga akan memicu osteoporosis dan jika
berkepajangan akan berakibat nyeri, deformitas dan fraktur.
c) Otot : Perubahan susunan otot dalam pematangan sangat berbeda,
penyusutan jumlah dan ukuran filamen otot, perluasan jaringan ikat dan
jaringan lemak di otot membuat konsekuensi yang merugikan.
d) Sendi : Di masa tua, jaringan ikat di sekitar sendi, misalnya, ligamen,
tendon, dan selempang mengalami adaptasi yang matang
4) Sistem Kasdiovaskuler
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia, khususnya, peningkatan massa
jantung, hipertropi ventrikel kiri sehingga perluasan jantung berkurang, keadaan ini
terjadi sebagai akibat dari penyesuaian jaringan ikat. Perubahan ini diharapkan terjadi
agregasi lipofusin, karakterisasi SA Hub dan perubahan jaringan konduksi menjadi
jaringan ikat.
5) Sistem Respirasi
Sistem pematangan berubah menjadi penyesuaian jaringan ikat paru-paru,
batas paru-paru lengkap tetap, tetapi paru-paru menyimpan peningkatan volume
untuk menebus ekspansi di ruang paru-paru, aliran udara ke paru-paru berkurang.
Perubahan pada otot, ligamen dan sendi dada membuat perkembangan pernafasan
terhambat dan kemampuan untuk memanjangkan dada menjadi menurun.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem yang berhubungan dengan
lambung, misalnya, penurunan produksi sebagai kehilangan kemampuan yang nyata
karena kekurangan gigi, berkurangnya rasa perasa, berkurangnya rasa lapar,
berkurangnya hati dan berkurangnya ruang ekstra, serta berkurangnya aliran darah.
7) Sistem Perkemihan
Dalam kerangka kemih, ada kontras yang luar biasa. Banyak kemampuan
menurun, misalnya kecepatan filtrasi, pelepasan, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem Saraf
Sistem sensorik mengalami perubahan anatomi dan pembusukan moderat pada
untaian saraf yang lama. Semakin tua mengalami penurunan koordinasi dan kapasitas
untuk menyelesaikan latihan sehari-hari
B. KONSEP PENYAKIT OSTEOATRIHITIS
1. Definisi
Gejala dan
Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa takut
mengalami
cedera
berulangan)
Objektif
1. .Bersikap
protektif
(mis.
Posisi
menghind
ari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur
berubah
4. Anoreksia
5. Fokus
menyempi
t
6. Berfokus
pada diri
sendiri
Keterangan
: Laki-laki
: perempuan
: meninggal
: klien
3. Perawatan
0 = Membutuhkan bantuan orang lain
diri (Grooming
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, 1
)
dan bercukur
Analisis data
Do :
1. Klien tampak tenang
2. Saat linu, nyeri dan kaku di lututnya muncul
ekspresi klien tampak meringis kesakitan
3. TTV
TD : 130/80
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,50 C
4. Pengkajian skala nyeri
P : aktivitas berlebihan
Q : pegel-pegel,kemeng, nyeri
R : lutut kanan
S:6
T : setiap berjalan sakit, nyeri dirasakan di
pagi hari
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyerI
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x 12 jam nyeri
menurun dengan kriteria hasil : 1. Observasi
Kemampuan klien lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
menuntaskan aktivitas
Identifikasi skala nyeri
meningkat Identifikasi respon nyeri non verbal
Keluhan nyeri klien Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Ketegangan otot Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menurun Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Meringis menurun diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Abdurrachman, Nurseptiani, D., & Adani, M. (2019). Pengaruh Cycling Exercise Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Osteoarthritis Di Posyandu Lansia Puskesmas Kedungwuni II
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Penelitian Ipteks, 4(2).
Bakara, D. M. D. S. W. (2016). Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Terhadap Rentang Sendi
Pasien Pasca Stroke. Idea Nursing Jurnal, 7(2), 13–15.
Bararah, W., & Aceh, Z. A. B. A. S. F. P. K. U. S. K. D. B. (2016). Korelasi Intensitas Nyeri
terhadap Kulaitas Hidup Pasien Osteoarthritis Lutut Di RSUD dr. Partowo