Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/290196080

Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat

Article · June 2011

CITATIONS READS

24 26,140

1 author:

R. Abdul Maqin
Universitas Pasundan
9 PUBLICATIONS 74 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by R. Abdul Maqin on 13 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Trikonomika
Volume 10, No. 1, Juni 2011, Hal. 10–18
ISSN 1411-514X

Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan


Ekonomi di Jawa Barat

Abdul Maqin
Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No.6-8 Bandung, 40116
E-Mail: a_maqin@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to obtain the empirical evidence on (1) Infrastructure condition of the road, education,
health, and electricity in West Java, (2) the influence Infrastructure condition of the road, education, health,
and electricity, labour and government expenditure to West Java’s province economic growth.
This study is characterized by descriptive as well as verificative research of which the study aims at giving picture
and finding verification or reviewing and testing the existence of empirical theory of variables relationship
which are formulated in the economic growth model. Model of data analysis used in this research to identify
relationships between variables is Pooled Data Analyses. The research uses regression to measure fixed effect
compassing of 22 cities and regencies in West Java.The research indicate that (1) The infrastructure condition
of the road, education, and health are getting worst, nevertheless the electricity infrastructur is better than
before in West Java, (2) Electricity infrastructure, labour and development expenditure have positive and
significant influence on the economic growth. It means if the previous three variables increase, then economic
growth will augment as well and vice versa. Road and education infrastructures have positive influence but
not have significant on the economic growth. On the other hand, health infrastructure has negative correlation
and not have significant influence on the economic growth.

Keywords: economic growth, road infrastructure, education infrastructure, health infrastructure, electricity
infrastructure, labour, government expenditure.

sumber-sumber daya, regulasi dan pemberdayaan


PENDAHULUAN
masyarakat. Pembangunan sebagai metode alokasi
sumber-sumber daya (resources) yang dimiliki
Pembangunan merupakan dasar untuk me­ publik, seperti sumber daya alam, sumber daya
ningkat­­kan kesejahteraan masyarakat. Salah satu energi, sumber dana dan sumber daya manusia.
indikator untuk melihat pembangunan adalah per­ Dalam perspektif ini, pembangunan seyogianya
tumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang dapat memperluas akses publik untuk memperoleh
positif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas sumber-sumber daya yang diperlukan guna mencapai
per­ekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi kesejahteraan masyarakat, mempermudah akses
yang negatif menunjukkan adanya penurunan dalam publik untuk memperoleh dan menikmati berbagai
aktivitas perekonomian. fasilitas pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan,
Pembangunan merupakan salah satu fungsi air bersih, listrik, keamanan, dan lain-lain), serta
utama yang harus dijalankan oleh pemerintah sebagai menjamin ketersediaan infrastruktur dan kontinuitas
salah satu pengambil kebijakan. Berdasarkan konsep sumber-sumber daya tersebut bagi kelangsungan
pembangunan, terkandung makna-makna alokasi hidup masyarakat.

10
Tabel 1. Peringkat Daya Saing Infrastruktur Indonesia tahun 2008

Argentina Indonesia Philippines Brazil Korea Cina Vietnam Thailand Malaysia


Infrastructure 89 86 94 98 18 58 97 35 19
Roads 89 105 94 110 13 51 102 32 17
Railroad 76 58 85 86 7 28 66 48 17
Port 92 104 100 123 29 54 112 48 16
Air Transport 123 75 89 101 26 74 92 28 20
Electricity 102 82 82 58 21 68 104 43 71
Telephone 57 100 105 62 17 47 37 86 31

Sumber: World Competitiveness Report, 2009

Pembangunan juga seyogianya dapat me­ Simon Kuznet menyatakan bahwa pembangunan
nurunkan tingkat pengangguran sehingga dapat infrastruktur merupakan public service obligation,
mengurangi jumlah kemiskinan yang semakin lama yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban
semakin meningkat. pemerintah karena infrastruktur merupakan prasarana
Pada dasarnya infrastruktur pembangunan publik paling primer dalam mendukung kegiatan
dapat dibedakan menjadi: (1) infrastruktur ekonomi ekonomi suatu negara. Ketersediaan infrastruktur
yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam juga sangat menentukan tingkat keefisienan dan
proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh keefektifan kegiatan ekonomi serta merupakan
masyarakat, meliputi semua prasarana umum seperti prasyarat agar berputarnya roda perekonomian
tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, berjalan dengan baik.
air bersih dan sanitari serta pembuangan limbah (2) Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi
infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti oleh akumulasi modal (investasi pada tanah, peralatan,
kesehatan dan pendidikan. prasarana dan sarana serta sumber daya manusia),
Infrastruktur merupakan roda penggerak per­ sumber daya alam, sumber daya manusia (human
tumbuhan ekonomi. Ketidakcukupan infrastruktur resources) baik dalam kuantitas maupun dalam
merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi,
bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Ndulu, akses terhadap informasi, keinginan untuk melakukan
et. al., 2005). Penelitian Ramírez dan Esfahani (1999) inovasi, dan mengembangkan diri serta budaya kerja.
membuktikan bahwa infrastruktur mempunyai Salah satu hal yang menyebabkan ketertinggalan
dampak kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil suatu daerah dalam membangun ekonominya adalah
studi ini mendukung apa yang ditemukan oleh rendahnya daya tarik suatu daerah dan sumber daya
Aschauer (1989) bahwa infrastruktur secara statistik yang dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana
signifikan mempengaruhi output. infrastruktur, sehingga menyebabkan tingkat aktivitas
Dilihat dari alolasi pembiayaan publik dan ekonomi yang rendah. Suatu daerah yang tidak
swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif memiliki sumber daya, baik sumber daya manusia
pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi maupun sumber daya alam serta kurangnya insentif
makro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur yang ditawarkan (prasarana infrastruktur, perangkat
mempengaruhi marginal productivity of private keras dan lunak, dan keamanan) dapat menyebabkan
capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, suatu daerah tertinggal dalam pembangunan.
ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh Untuk mengejar ketertinggalan dari daerah
terhadap pengurangan biaya produksi (Gie, 2002). lainnya, terdapat beberapa alternatif pengembangan
Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi pe­ suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi
ningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas langsung yang diarahkan pada sektor produktif
tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta atau investasi pada social-overhead seperti pada
peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan
stabilitas makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, dan prasarana infrastruktur lainnya. Pengeluaran
berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya pemerintah untuk infrastruktur harus diperhatikan,
terhadap pasar tenaga kerja. karena infrastruktur merupakan basis pembangunan.

Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan 11


Ekonomi di Jawa Barat
Esfahani dan Ramirez (2002) menganalisis salah satu basis industri Jabar menuju Tanjung
hubungan antara institusi, infrastruktur dan kinerja Priok. Akibat dari kondisi ini para pengusaha sering
ekonomi dengan menggunakan data dari 75 negara. mengalami kerugian, karena harus mengeluarkan
Hasil estimasi Two Stage Least Square (2SLS) uang lebih untuk biaya operasional transportasi yang
menunjukkan bahwa negara akan mendapatkan benefit mengalami penambahan hingga 30% dari biasanya.
yang sangat besar dalam hal output, jika pemerintah Merujuk pada data dari Bappeda Jabar, ada
fokus pada peningkatan investasi dan performance beberapa masalah yang berkaitan dengan infrastruktur
dari infrastruktur. di Jabar: 1) bidang kebinamargaan, kemantapan
Berdasarkan latar belakang keadaan demografis, jalan baru mencapai 89,50%. 2) bidang pengairan,
geografis, dan kemajuan ekonomi yang tidak sama, jaringan irigasi dalam kondisi baik baru mencapai
maka salah satu konsekuensi logis adalah terjadinya 58,69%. 3) bidang permukiman, kondisi rumah
perbedaan kinerja pembangunan antar daerah, yang berkualifikasi sehat baru mencapai 50,01% serta
selanjutnya akan menyebabkan kesenjangan dalam 4) bidang kelistrikan rasio elektrifikasi rumah tangga
kemajuan dan tingkat kesejahteraan antar daerah. baru mencapai 60,41%.
Hasil penelitian World Competitiveness Report, Berdasarkan data empiris tersebut, per­masalahan
pada tahun 2008 peringkat daya saing infrastruktur yang muncul dalam penelitian ini adalah bahwa
Indonesia terus mengalami penurunan dibandingkan kondisi infrastruktur di Jawa Barat menunjukkan
negara lain, padahal menurut World Economic Forum semakin buruk (tidak memadai). Kondisi infrastruktur
pada tahun 1996, peringkat daya saing infrastruktur yang kurang memadai akan mengurangi daya tarik
Indonesia berada di atas negara Cina, Thailand, investor dan wisatawan yang akan masuk ke Jawa
Taiwan, dan Srilanka. Hal ini menunjukkan bahwa Barat yang pada akhirnya akan mengganggu aktivitas
pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini perekonomian masyarakat.
mengalami kemunduran. Kemunduran ini akan Dari permasalahan yang timbul di atas maka
berdampak buruk terhadap kesejahteraan masyarakat kajian ini ditujukan untuk mengetahui (1) bagaimana
Indonesia, seperti halnya penelitian Lopez (2003) dari kondisi infrastruktur ekonomi dan sosial (infrastruktur
hasil penelitian menemukan bahwa di negara-negara jalan, kesehatan, pendidikan dan listrik) di Jawa
Amerika Latin kemunduran investasi infrastruktur Barat (2) sejauh mana pengaruh infrastruktur jalan,
publik akan menyebabkan perekonomian stagnan, ke­ infrastruktur pendidikan, infrastruktrur kesehatan,
timpangan sosial dan kerusakan lingkungan. infrastruktur listrik, tenaga kerja dan pengeluaran
Jawa Barat yang secara geografis berbatasan pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi di
dengan wilayah ibu kota negara Indonesia dan Jawa Barat.
merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak dibutuhkan sarana dan prasarana METODE
infrastruktur yang memadai.
Akhir-akhir ini masyarakat banyak mengeluhkan Objek Penelitian
kondisi infrastruktur khususnya jalan yang saat ini Objek dari penelitian ini adalah pertumbuhan
dirasakan sangat mengganggu arus lalu lintas jika ekonomi, infrastruktur ekonomi dan sosial (infra­
mereka pergi bekerja atau mengirimkan barang struktur jalan, kesehatan, pendidikan dan listrik), jumlah
yang akan akan di jual ke pasar domestik atau untuk penduduk dan besarnya pengeluaran pemerintah. Unit
diekspor. Kemacetan yang terus menerus terjadi analisis­nya meliputi semua kabupaten dan kota di
menyebabkan ketidakefisienan waktu dalam ber­ Jawa Barat.
kendara dan terganggunya distribusi barang dan jasa.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Teknik Pengumpulan Data
(APINDO) Jabar, jumlah ruas jalan yang ada saat Data yang digunakan adalah data sekunder,
ini sudah tidak sepadan dengan jumlah kendaraan dengan teknik pengumpulan data melalui kegiatan
yang terus mengalami peningkatan. Dampak dari penelitian kepustakaan (library research) dari ber­
kondisi tersebut adalah sering terjadi kemacetan bagai instansi sebagai sumber data, seperti BPS Jawa
yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan dalam Barat, Bappeda Jawa Barat dan beberapa Satuan
pengiriman barang berbagai jenis komoditi ekspor Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di wilayah
Jabar, khususnya dari kawasan Cikarang sebagai Provinsi Jawa Barat.

12 Trikonomika R. Abdul Maqin


Vol. 10, No. 1, Juni 2011
Metode Analisis ELT = Konsumsi Listrik (KWh)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini LB = Tenaga Kerja (Orang)
adalah deskriptif dan verifikatif. Teknik analisis yang G = Pengeluaran Pembangunan (Juta Rupiah)
digunakan analisis kuantitatif deskriptif maupun α = Konstanta
kuantitatif induktif. t = Periode Tahun 2000–2007
Teknik kuantitatif deskriptif menggunakan pen­ e = error term
dekatan tabel, rasio atau persentase, sedangkan untuk
menguji faktor-faktor infrastruktur mem­pengaruhi HASIL
pertumbuhan ekonomi digunakan teknis analisis
regresi dengan data panel (panel data regression Kondisi Infrastruktur Jawa Barat
model) dengan pendekatan fixed effect. Dengan Berdasarkan data empiris yang diperoleh dari
demikian, data yang digunakan adalah data panel atau BPS dan dari berbagai SKPD yang ada di Provinsi
(pooled data). Jawa Barat, dilihat dari rasio kuantitas infrastruktur
dengan penggunanya pada umumnya menunjukkan
Model Penelitian angka yang semakin menurun. Untuk lebih jelasnya
Spesifikasi model yang dibangun dalam pe­ mengenai perkembangan infrastruktur di Jawa Barat
nelitian ini adalah merupakan persamaan fungsi dapat dilihat pada Tabel 2.
sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 2. tersebut, secara umum
per­­­kembangan kondisi infrastruktur di Jawa Barat
PDRB = f (R, HLT, EDU, ELT, LB, G)
tahun 2000 dengan tahun 2007 menunjukkan kondisi
Kemudian fungsi tersebut diestimasi dalam semakin memprihatinkan. Indikator ini dapat dilihat
bentuk persamaan logaritma sebagai berikut. dari besaran rasio infra­struktur dengan penggunanya
logPDRBt = α0 + α1 logRt + α2 logHLTt + α3 logEDUt yang cenderung semakin besar.
Untuk infrastruktur jalan, rasio dengan peng­
+ α4 logELTt + α5 logLBt + α6 logG + e
gunanya meningkat, dari setiap 1 km panjang jalan
Dimana : digunakan oleh 14 kendaraan pada tahun 2000
PDRB = Pertumbuhan Ekonomi (Juta Rupiah) menjadi setiap 1 km panjang jalan digunakan oleh
R = Infrastruktur Panjang Jalan (Km) 54 kendaraan pada tahun 2007. Artinya, ketersediaan
HLT = Infrastruktur Kesehatan (Unit) panjang jalan dengan jumlah kendaraan semakin
EDU = Infrastruktur Pendidikan (Unit) tidak memadai.

Tabel 2. Rasio Infrastruktur dengan Pengguna di Jawa Barat tahun 2000 dan 2007

No. Kondisi Infrastruktur Jawa Barat Tahun 2000 Rasio Tahun 2007 Rasio

1. Panjang jalan (Km) 20.253,79 20.777,84


1 : 14 1 : 540
2. Volume Kendaraan (Unit) 279.646 1.111.959
3. Infrastruktur Kesehatan (Unit) 44.983 48.561
1 : 789 1 : 821
4. Jumlah Penduduk (Orang) 35.500.611 39.900.504
5. Infrastruktur Pendidikan (Unit) 24.391 24.185
1 : 255 1 : 280
6. Jumlah Murid (Orang) 6.221.510 6.793.814
7. Infrastruktur Listrik (KWh) 16.900.579 24.709.490
1 : 2,10 1 : 1,6
8. Jumlah Penduduk (Orang) 35.500.611 39.900.504

Sumber: BPS Jawa Barat, diolah

Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan 13


Ekonomi di Jawa Barat
Ketidakseimbangan panjang jalan dengan jumlah pembangunan. Hasil pengujian empiris panel data
kendaraan menimbulkan permasalahan yang umum dengan menggunakan pendekatan Fixed Effect Model
terjadi di kota-kota besar yaitu kemacetan. Tingkat (FEM) diperoleh hasil sebagai berikut.
kemacetan tinggi pada akhirnya mengakibatkan
ketidakefisienan aktivitas para pelaku ekonomi. logPDRBt= 8,2391 + 0,0255 logRt – 0,1177 logHLTt
Rasio infrastruktur kesehatan dan pendidikan t–stat (0,5362) (–1,1170)
dengan penggunanya semakin meningkat. Infra­
+ 0,038786 logEDUt + 0,1833 logELTt
struktur kesehatan, di­banding­kan dengan jumlah
penduduk, rasionya meningkat dari 1 : 789 (2000) (0,8988) (4,1580)
menjadi 1 : 821 (2007). Begitu juga untuk infrastruktur + 0,361923 logLBt + 0,071679 logGt
pendidikan bila dibandingkan dengan jumlah murid
(2,6050) (3,6727)
rasionya semakin meningkat dari 1 : 255 menjadi
1 : 280. Indikasi ini menunjukkan sarana dan prasarana
R2 = 0,983526
pendidikan dan kesehatan di Jawa Barat semakin
tidak memadai. Kondisi seperti ini akan menyebabkan F–stat = 320.6243
rendahnya mutu modal manusia (human capital) D.W = 0.669083
yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya
tingkat produktivitas yang dihasilkan dari setiap
kegiatan ekonomi. PEMBAHASAN
Rasio infrastruktur energi (listrik) rasionya
menunjukkan semakin baik. Pada tahun 2000 rasio Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
per KWh dengan jumlah penduduk 1 : 2,1 pada atau Kota
tahun 2007 meningkat menjadi 1 : 1,6 artinya, Dengan digunakannya model fixed effect,
penyediaan energi yang merupakan investasi sosial memungkinkan adanya analisis efek individu dari
untuk mendukung pembangunan dan peningkatan setiap provinsi, yang dapat diartikan sebagai posisi
kesejahteraan masyarakat baik di kota maupun di potensi relatif suatu daerah terhadap daerah lainnya.
pedesaan semakin baik. Efek individu yang dihasilkan oleh model fixed
effect merupakan gambaran dari heterogenitas setiap
Hasil Estimasi Model daerah. Heterogenitas antar daerah yang dihasilkan
Model pertumbuhan ekonomi yang akan mencerminkan adanya faktor-faktor atau variabel
diestimasi menggunakan 8 tahun waktu observasi lain yang dimiliki satu daerah tetapi tidak dimiliki
yaitu dari tahun 2000–2007. Objek penelitian yang oleh daerah lain. Dengan kata lain, suatu daerah yang
digunakan dalam estimasi model ini hanya 22 daerah memiliki keunggulan dalam variabel lain (di luar
dari 25 kabupaten atau kota di Jawa Barat. Ada 3 variabel bebas dalam model), apabila diasumsikan
daerah kota, yaitu Kota Tasikmalaya, Kota Cimahi, dan variabel bebas tidak berubah, maka determinan dari
Kota Banjar tidak dijadikan sampel dalam observasi pertumbuhan ekonomi suatu daerah hanya akan
ini karena daerah tersebut secara administratif baru tergantung dari efek individu (heterogenitas antar
terbentuk beberapa tahun setelah otonomi daerah, daerah).
sehingga bila dilihat dari waktu observasinya kurang Intersep masing-masing daerah mengandung arti
dari 8 tahun. bahwa, jika tidak ada pengaruh dari semua variabel
Selanjutnya dilakukan penyusunan model bebas infrastruktur jalan, infrastruktur kesehatan,
pertumbuhan ekonomi (PDRB) dengan memasukan infrastruktur pendidikan, infrastruktur listrik,
variabel-variabel makro ekonomi yang dapat mem­ tenaga kerja dan pengeluaran pembangunan maka
pengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Seperti pertumbuhan ekonomi di setiap daerah adalah positif
telah dijelaskan sebelumnya, variabel-variabel yang dan nilainya sesuai dengan intersepnya masing-
dimasukkan dalam uji empiris adalah infrastruktur masing. Dengan menggunakan fixed effect model,
jalan, infrastruktur kesehatan, infrastruktur pendidikan, maka nilai konstanta atau intersep bagi masing-
infrastruktur listrik, tenaga kerja dan pengeluaran masing daerah berbeda seperti terlihat pada Tabel 3.

14 Trikonomika R. Abdul Maqin


Vol. 10, No. 1, Juni 2011
Tabel 3. Nilai Intersep Setiap Kabupaten dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
atau Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2000–2007 seluruh daerah (Jawa Barat).
Koefisien Intersep Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa
No. Kabupaten atau Kota
Kabupaten dan Kota Kabupaten Bekasi mempunyai nilai intersep yang
1. Kab. Bogor 0.501864 paling tinggi (1.718741), relatif terhadap daerah
2. Kab. Sukabumi –0.124173 lain. Artinya, bahwa heterogenitas antara Kabupaten
3. Kab. Cianjur –0.180798 Bekasi dengan daerah-daerah lain dapat mendorong
4. Kab. Bandung 0.242583 pertumbuhan ekonomi daerah tersebut lebih tinggi
5. Kab. Garut 0.171550 dibandingkan dengan daerah lain.
6. Kab. Tasikmalaya –0.618701 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi per­
7. Kab. Ciamis –0.251798 tumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi relatif lebih
8. Kab. Kuningan –0.680642
baik dibandingkan dengan daerah lain diantaranya
adalah dipicu oleh kegiatan industri skala besar
9. Kab. Cirebon –0.342732
dan tingginya pasokan listrik yang menunjang
10. Kab. Majalengka –0.799845
kegiatan aktivitas kegiatan ekonomi serta tingginya
11. Kab. Sumedang –0.457201
pengeluaran pembangunan di daerah tersebut.
12. Kab. Indramayu 0.741222
Tingginya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi
13. Kab. Subang –0.357208
disebabkan tingginya tingkat investasi di sektor
14. Kab. Purwakarta –0.357208
sekunder dan merupakan salah satu kawasan industri
15. Kab. Karawang 0.636044 di Jawa Barat. Selain Kabupaten Bekasi, daerah
16. Kab. Bekasi 1.718741 lain yang juga memiliki koefisien intersep cukup
17. Kota Bogor –0.486881 tinggi adalah Kota Bandung (1.091766), Kabupaten
18. Kota Sukabumi –0.655113 Indramayu (0.741222), Kabupaten Karawang
19. Kota Bandung 1.091766 (0.636044), Kabupaten Bogor (0.501864), Kota
20. Kota Cirebon 0.426935 Cirebon (0.426935), Kabupaten Bandung (0.242583),
21. Kota Bekasi 0.093334 Kabupaten Garut (0.171550), dan Kota Bekasi
22. Kota Depok –0.625590 (0.093334).
Struktur ekonomi daerah-daerah tersebut umum­
Sumber: Hasil Regresi
nya didominasi oleh sektor industri dan jasa kecuali
Berdasarkan hasil estimasi terlihat bahwa nilai Kabupaten Indramayu yang lebih didominasi oleh
koefisien intersep pertumbuhan ekonomi dari setiap sektor pertambangan khususnya migas. Dengan
daerah yang ada di Provinsi Jawa Barat memiliki nilai struktur ekonomi seperti itu, tentunya investasi
berbeda. Adanya perbedaan nilai koefisien intersep infrastruktur seperti infrastruktur jalan, pendidikan
tersebut dimungkinkan karena daerah yang diteliti dan lain-lain yang lebih banyak terjadi di daerah
memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. tersebut.
Dari 22 kabupaten dan kota ada 9 daerah Sebaliknya daerah yang memiliki koefisien
yang memiliki koefisien intersep yang positif. Ini intersep negatif yang paling rendah adalah Kabupaten
menunjukkan bahwa daerah-daerah tersebut memiliki Majalengka (–0.799845). Selain Kabupaten
perubahan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih Majalengka, daerah lain yang juga memiliki koefisien
tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi intersep cukup rendah adalah Kabupaten Kuningan,
seluruh daerah (Jawa Barat). Adapun daerah-daerah Kota Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, dan
yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi Kabupaten Sumedang.
dibandingkan rata-rata seluruh daerah adalah Kota Salah satu faktor yang mempengaruhi relatif
Bekasi, Kota Bandung, Kabupaten Indramayu, rendahnya pertumbuhan ekonomi daerah tersebut
Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kota dibandingkan dengan daerah lain adalah karena
Cirebon, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan struktur ekonomi daerah tersebut didominasi oleh
Kota Bekasi. Tiga belas daerah lainnya memiliki nilai sektor pertanian sedangkan peran sektor industri
koefisien intersep negatif, yang berarti pertumbuhan masih rendah. Selain itu pula infrastruktur yang
ekonomi daerah-daerah tersebut relatif lebih rendah ada masih terbatas, sehingga minat investor untuk

Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan 15


Ekonomi di Jawa Barat
menanamkan modalnya di kabupaten tersebut masih infrastruktur kesehatan menyebabkan biaya
relatif kecil dan terbatas, sehingga tenaga kerja yang pengobatan dan rawat inap di rumah sakit semakin
terserapun relatif rendah. mahal. Hal ini mengakibatkan banyak penduduk
miskin di Jawa Barat tidak dapat mengakses
Analisis Pengaruh Infrastruktur Terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit. Bila melihat bukti
Pertumbuhan Ekonomi empiris tersebut, berarti pengeluaran pemerintah
Infrastruktur Jalan selama ini hanya terserap untuk meningkatkan sarana
Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien infra­ kesehatan, bukan ditujukan untuk mempermudah
struktur jalan sebesar 0,025526 artinya ba,hwa infra­ akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
struktur jalan mempunyai pengaruh yang positif Oleh karena itu strategi dan kebijakan Dinas
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, tetapi Kesehatan Provinsi Jawa Barat diarahkan kepada (a)
tidak signifikan. meningkatkan pelayanan kesehatan umum terutama
Tidak signifikannya pengaruh infrastruktur jalan ibu dan anak, (b) mengembangkan sistem kesehatan
di Jawa Barat terhadap pertumbuhan ekonomi diduga bagi masyarakat, (c) meningkatkan upaya pencegahan,
karena kuantitas dan kualitas jalan yang digunakan pemberantasan dan pengendalian penyakit menular
masyarakat semakin menurun atau tidak memadai, serta tidak menular, (d) meningkatkan kualitas dan
sehingga tidak mampu mendukung kegiatan kuantitas tenaga kesehatan.
perekonomian Jawa Barat.
Kondisi infrastruktur jalan dapat menentukan Infrastruktur Listrik
kelancaran kegiatan ekonomi di suatu tempat, Berdasarkan kapasitas listrik yang terpasang,
infrastruktur jalan yang baik dan memadai akan Jawa Barat termasuk wilayah yang mendapatkan
mengurangi biaya transaksi dan distribusi barang dan kapasitas yang besar. Hal ini menandakan bahwa
jasa, lama waktu dan bahan bakar yang digunakan pengadaan pasokan listrik yang besar menunjukkan
akan lebih hemat, sehingga kegiatan transaksi dan adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan
distribusi perekonomian di Jawa Barat akan lebih infrastruktur listrik di Jawa Barat.
efisien yang pada akhirnya harga barang dan jasa Signifikannya pengaruh infrastruktur listrik
tersebut di pasar akan lebih kompetitif. terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan
Limão dan Venables (2001) membuktikan bahwa bahwa penggunaan listrik terutama di sektor
bahwa infrastruktur mempunyai dampak besar ter­ industri merupakan suatu hal yang sangat penting
hadap biaya perdagangan dan volume perdagangan. dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, karena
Amjadi dan Yeats (1995) menggambarkan bahwa dibutuhkan sebagai faktor utama dalam menunjang
biaya transportasi yang relatif lebih tinggi menyebab­ kegiatan proses produksi di sektor manufaktur.
kan ekspor negara-negara Afrika menjadi tidak Walaupun kondisi infrastruktur listrik me­nunjuk­
kompetitif. kan lebih baik dari tahun-tahun sebelum­nya, namun
supply listrik yang tersedia tidak bisa mengimbangi
Infrastruktur Kesehatan permintaan listrik di Jawa Barat, terutama untuk
Hasil perhitungan model regresi menunjukkan konsumsi listrik yang bersifat produktif. Di Afrika
koefisien regresi memiliki nilai –0,1177, artinya Selatan rumah tangga yang tidak memiliki listrik
pengaruh infrastruktur kesehatan terhadap per­ mengeluarkan biaya rumah tangga sebesar 14%
tumbuhan ekonomi di Jawa Barat memiliki hubungan sampai 16% dari pendapatannya dibandingkan rumah
yang negatif. Indikasi tersebut menunjukkan bahwa tangga dengan listrik yang hanya mengeluarkan 3
setiap kenaikan 1% infrastruktur kesehatan , maka sampai 5% dari pendapatannya untuk biaya rumah
pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar tangganya (Ndulu, et. al., 2005).
0,1177% dengan asumsi variabel lainnya dianggap
konstan. Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah
Peningkatan jumlah unit infrastruktur kesehatan Dilihat dari koefisien hasil estimasi model per­
bukanlah upaya untuk dapat meningkatkan per­ tumbuhan ekonomi, menunjukkan bahwa variabel
tumbuhan ekonomi tetapi justru mengakibatkan me­ lain di luar infrastruktur ekonomi dan sosial, variabel
nurun­nya pertumbuhan ekonomi. Hubungan infra­ tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah mempunyai
struktur kesehatan dengan pertumbuhan ekonomi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
yang berlawanan arah diduga karena perbaikan pertumbuhan ekonomi. Indikator tersebut memiliki

16 Trikonomika R. Abdul Maqin


Vol. 10, No. 1, Juni 2011
arti bahwa tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah jalan dan infrastruktur pendidikan memiliki hubungan
daerah merupakan variabel yang sangat penting dalam yang positif namun tidak signifikan. Sedangkan
mendorong laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. infrastruktur kesehatan memiliki hubungan yang
Pengeluaran pemerintah dalam menyediakan negatif dan tidak signifikan.
barang publik bagi masyarakatnya akan memberikan
efek multiplier yang besar kepada perekonomian DAFTAR PUSTAKA
Jawa Barat. Pengeluaran pemerintah daerah terutama
untuk infrastruktur ekonomi dan sosial akan menjadi Alisjahbana, Armida. S. 2002. District Education
stimulator yang akan memberikan dampak yang lebih Sector Finance After Decentralization: The Case
baik dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan of Kabupaten Bandung and Kabupaten Sumedang,
kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan Economic Journal, Journal of the Faculty of
hasil penelitian Calderón dan Servén (2004) yang Economics Padjadjaran University, XVII(2).
menunjukkan bahwa di Peru perbaikan infrastruktur Amadji, A. and A. J. Yeat. 1995. Have Transport
menjadi sama dengan infrastruktur di Kosta Rika Costs Contributedto the Relative Decline of Sub-
dapat meningkatkan bagian pendapatan nasional Saharan African Exports?: Some Preliminary
untuk penduduk miskin dari 5,6% menjadi 7,5%. Empirical Evidence. World Bank Policy Research
Paper, 1559.
KESIMPULAN Andrianus, Fery. 2003. Analisis Pengeluaran
Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Gambaran nilai rasio infrastruktur dengan Indonesia (1970-2000). Jurnal Ekonomi,
pengguna di Jawa Barat yang meliputi rasio panjang Manajemen dan Akuntansi, 1(2).
jalan dengan volume kendaraan, rasio infrastruktur Aschauer, D. A. 1989. Is public expenditure
kesehatan dengan jumlah penduduk, rasio infrastruktur productive. Journal of Monetary Economics, (23):
pendidikan dengan jumlah murid di tahun 2000 177–200.
dan 2007 mengalami peningkatan artinya bahwa Atmawikarta, Arum. 2008. Investasi Kesehatan Untuk
pelayanan infrastruktur menjadi semakin buruk (tidak Pembangunan Ekonomi. Jakarta: BAPPENAS.
memadai), sedangkan nila rasio infrastruktur listrik Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
dengan jumlah penduduk mengalami penurunan (BKPMD) Provinsi Jawa Barat, Rekapitulasi
artinya bahwa pelayanan infrastruktur listrik terhadap Perkembangan Rencana dan Realisasi Menurut
masyarakat menjadi lebih baik. Tahun Investasi dari Tahun 2000–2008.
Hasil analisis untuk masing-masing daerah Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Gambaran
kabupaten dan kota berdasarkan klasifikasi Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Barat.
pertumbuhan ekonomi menunjukkan, terdapat 9 Baltagi, Badi H. 2001. Econometric Analysis of Panel
kabupaten yang memiliki pertumbuhan diatas rata- Data (2nd edition). England: John Wiley & Sons,
rata Jawa Barat sedangkan sisanya, yaitu 13 kabupaten Ltd.
dan kota memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi Calderón, César and Luis Servén. 2004. The Effects
dibawah tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. of Infrastructure Development on Growth and
Daerah yang memiliki pertumbuhan di atas rata-rata Income Distribution. World Bank Policy Research
Jawa Barat pada umum terjadi di daerah kabupaten Working Paper, 3400.
atau kota yang memiliki struktur perekonomian Esfahani, H. S., and Ramirez, M. T. 2003. Institutions,
berbasis industri. Infrastructure, and Economic Growth. Journal of
Dari hasil estimasi model, faktor–faktor yang Development Economic, 70: 443–477
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kabupaten dan Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar
kota di Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa bahwa (Terjemahan Sumarno Zain). Jakarta: Jakarta.
infrastruktur listrik, tenaga kerja, dan pengeluaran Jhingan, M. L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan
pembangunan mempunyai pengaruh positif dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi Limão, Nuno and Anthony J. Venables. 2001.
ini menunjukkan bahwa apabila infrastruktur listrik, Infrastructure, Geographical Disadvantage,
jumlah tenaga kerja dan pengeluaran pembangunan Transport Costs and Trade. World Bank Economic
meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan Review, 15(3): 451–479.
meningkat begitu juga sebaliknya. Untuk infrastruktur

Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan 17


Ekonomi di Jawa Barat
Lopez, R. 2003. The Policy Roots of Socioeconomic Republik Indonesia, Keputusan Presiden RI No. 81
Stagnation and Environmental Implosion: Latin Tahun 2001 Tentang Komite Kebijakan Percepatan
America 1950–2000. World Development, 31(2): Pembangunan Infrastruktur.
259-280. Rivera, B., and Currais, L. 2004. Public Health
Myron, J. Gordon. 1993. The Investment Financing, Capital and Productivity in the Spanish Regions: A
and Valution of The Coorporative, Perpustakaan Dynamic Panel Data Model. World Development,
BI, Bandung. 32, (5): 871–885.
Ndulu, Benno., Kritzinger-van Niekerk and Reinikka. Setyonaluri, Diahhadi. 2001. Kontribusi Pendidikan
2005. Infrastructure, Regional Integration and Terhadap Produktivitas Pertanian: Sebuah Uji
Growth in Sub-Saharan Africa. The National, Kausalitas, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Regional and International Challenges Fondad, Indonesia.
The Hague, December 2005: 101–121. Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi
Rajiv, Kohli. 2002. The IT Payoff: Measuring Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
The Business Value of Information Technology Wibisono, Yusuf. 2001. Determinan Pertumbuhan
Investment. Prentice Hall. Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Provinsi
Ramírez, María Teresa and Salehi, Hadi. 1999. di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Infrastructure and Economic Growth. Borradores Indonesia, 1 (2).
de Economia, 123: 1–43.
Ranis G., Stewart F, and Ramirez A. 2000a.
Economics Growth and Human Development,
World Development. 28(2): 197–219.

18 Trikonomika R. Abdul Maqin


Vol. 10, No. 1, Juni 2011

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai