Materi Interpersonal Skill
Materi Interpersonal Skill
Tujuan:
1. Mendefinisikan keterampilan interpersonal, dan mengenali bahwa itu melibatkan perilaku yang
diarahkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Membandingkan dan membedakan pendekatan perilaku dan kognitif untuk mempelajari
interaksi sosial.
3. Memahami perbedaan antara pendekatan perilaku yang memperhatikan perilaku yang dapat
diamati dan pendekatan kognitif yang memperhatikan maksud yang ada di balik perilaku
tersebut.
4. Menyadari bagaimana proses kognitif memengaruhi perilaku dan bagaimana interaksi sosial
dapat dilihat sebagai transaksi di mana setiap orang yang terlibat di dalamnya mencari hasil
yang memuaskan.
Pengantar
Kebanyakan orang belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain berdasarkan pengalaman,
melalui proses coba-coba yang tidak terstruktur, dan tidak disengaja. Terkadang pendekatan ini
berhasil, tetapi bisa jadi tak dapat diandalkan dan tak efektif. Satu temuan studi aktivitas kerja awal
menunjukkan bahwa kita secara konsisten meremehkan jumlah waktu yang kita habiskan dalam
interaksi tatap muka. Ada juga indikasi bahwa kita meremehkan secara serius pengaruh perilaku kita
terhadap cara orang lain berperilaku.
Dengan demikian, kita perlu mempelajari bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Keterampilan interpersonal adalah perilaku yang diarahkan pada tujuan dalam interaksi tatap
muka untuk menghasilkan keadaan yang diinginkan. Keterampilan interpersonal melibatkan
analisis terhadap apa yang sedang terjadi dalam situasi sosial, mengidentifikasi tindakan yang
diperlukan untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan, dan menerjemahkan persyaratan ini
menjadi kinerja yang efektif.
Ada dua pendekatan untuk mempelajari hubungan interpersonal atau interaksi sosial. Pertama,
pendekatan perilaku. Pendekatan ini membatasi perhatian kita pada perilaku yang dapat
diobservasi, baik verbal maupun non-verbal. Perilaku verbal meliputi apa yang dikatakan
seseorang, baik secara lisan maupun tulisan. Misalnya, diskusi tatap muka, percakapan via
telepon atau chatting WhatsApp, konferensi video. Perilaku non-verbal meliputi apa yang
tidak dikatakan, seperti gerak tubuh, nada atau intonasi suara, ekspresi wajah. Misalnya,
anggukan kepala, kedipan mata, intonasi yang meninggi, dsb. Tujuan perilaku non-verbal,
salah satunya, untuk menguatkan pesan verbal kita. Namun, pendekatan ini dinilai gagal untuk
memperhatikan apa yang terjadi di kepala para aktor, pada apa yang mereka pikirkan. Dari
sini, muncullah pendekatan alternatif, pendekatan kedua, yang berdiri di atas asumsi bahwa
jika kita ingin lebih memahami perilaku orang dalam hubungan interpersonal, kita perlu
membahas apa yang tampaknya mereka pikirkan dan rasakan tentang diri mereka sendiri dan
orang lain. Pendekatan alternatif ini disebut pendekatan kognitif. Pendekatan kognitif sangat
menekankan pada kognisi sebagai panduan perilaku.
Interaksi sosial dapat dilihat sebagai transaksi di mana setiap orang yang terlibat dalam proses
interaksinya mencari hasil yang memuaskan.
Situasi wawancara memberikan contoh pertemuan sosial yang kompleks, tetapi khas di mana
perilaku masing-masing pihak dipengaruhi oleh pihak lain. Pelamar kerja sadar bahwa
pewawancara sedang mengamati apa yang dia katakan dan lakukan, dan berdasarkan
pengamatan ini pewawancara membuat kesimpulan tentang dia. Kesimpulan ini mungkin
memengaruhi keputusan yang pewawancara buat tentang gaji, promosi, kinerja akademik, dan
sebagainya. Akibatnya, pelamar mungkin tidak secara terbuka dan jujur menjawab semua
pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan mungkin berusaha mengatur cara dia merespons
untuk memaksimalkan keuntungan pribadinya daripada membantu pewawancara mencapai
tujuannya.
Uraian singkat ini tidak hanya menggambarkan perhatian pada sifat interaktif dari interaksi
sosial, tetapi juga kemungkinan untuk mengonseptualisasikan setiap interaksi interpersonal
sebagai performance yang dipengaruhi oleh motif dan tujuan para aktor.
Karenanya, diperlukan suatu model keterampilan interpersonal sebagai panduan. Ada model
yang memperhitungkan beberapa fitur interaksi sosial, termasuk sifat transaksionalnya. Model
ini menggambarkan:
- sifat timbal balik interaksi dan tujuan dari kedua orang yang terlibat interaksi;
- fakta bahwa umpan balik berasal dari respons seseorang dan juga respons orang lain;
- pengaruh emosi dan kognisi pada persepsi, interpretasi dan perencanaan respons;
- hubungan timbal balik antara tujuan dan faktor mediasi;
- pengaruh konteks orang—situasi: meskipun orang dan situasi itu penting, interaksi antara
keduanya lah yang memiliki pengaruh terbesar.
Pendekatan transaksional dalam interaksi sosial ini menghadirkan keterampilan interpersonal
dengan cara yang menggambarkan perhatian pada kemampuan kita untuk membentuk perilaku
orang lain sehingga keuntungan berinteraksi dengan mereka lebih besar daripada kerugian. Ini
sepenuhnya konsisten dengan definisi keterampilan interpersonal yang disajikan di atas, yaitu
sebagai perilaku yang diarahkan pada tujuan seseorang dalam interaksi tatap muka untuk
mewujudkan keadaan yang diinginkan.
Model ini berusaha untuk mewujudkan hasil yang memuaskan dari interaksi kita dengan orang
lain dengan memperhatikan umpan balik, menilai efektivitas kinerja kita, dan terus
memperbaikinya berdasarkan penilaian kita sendiri dan reaksi orang lain. Memahami,
menafsirkan, dan bertindak atas dasar umpan balik adalah elemen kunci dari pengembangan
keterampilan interpersonal.