Makalah Ipa
Makalah Ipa
Anggota:
-Nabila nurul a.
-Abinaya rajaswa s.
-Callysta elysia
-Zufar iftanun n.
Jl. Raya Merak No.7, Rw. Arum, Kec. Gerogol, Kota Cilegon,
Banten 42436
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan kuasaNya kami mampu memyelesaikan tugas makalah “Pewarisan Sifat” dengan baik.
Makalah ini dibuat agar dapat menambah pengetahuan pembaca tentang bagaimana proses
pewarisan sifat dan macam-macam kelainan yang dapat terjadi jika tidak sesuai proses
pewarisan sifat itu sendiri, baik fenotipe maupun genotype.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah berpartisipasi
atau ikut andil dalam pembuatan makalah ini, diantaranya :
1. Ibu endang suryaningsih selaku guru pembimbing dalam mata pelajaran IPA
2. Teman – teman kelompok 1 yang telah ikut mengerjakan dalam pembuatan makalah ini.
3. Buku IPA KEMDIKBUD, buku IPA ERLANGGA , yang telah di pakai dan sangat
membantu kami dalam pembuatan makalah ini serta pihak – pihak lainnya yang bertanggung
jawab atas terselesaikannya makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami perbuat, semoga bermanfaat bagi pembaca dalam
memperdalam atau menambah wawasan dan pengetahuan tentang “Pewarisan Sifat”. Jika
terdapat kesalahan kata maupun penulisan yang salah, kami mohon maaf serta kami meminta
saran atau kritik yang membangun agar makalah selanjutnya dapat kami kerjakan dengan
lebih baik lagi. Terima kasih.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya
kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya
genetika sebagai "ilmu pewarisan" atau hereditas sudah dikenal sejak masa prasejarah,
seperti domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar tanaman. Orang
juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat
sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri
sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah
dikaji orang sebelum itu. Namun demikian, pengetahuan praktis ini tidak memberikan
penjelasan penyebab dari gejala-gejala itu.
Teori populer mengenai pewarisan yang dianut pada masa itu adalah teori
pewarisan campur: seseorang mewariskan campuran rata dari sifat-sifat yang dibawa
tetuanya, terutama dari pejantan karena membawa sperma. Hasil penelitian Mendel
menunjukkan bahwa teori ini tidak berlaku karena sifat-sifat dibawa dalam kombinasi
yang dibawa alel-alel khas, bukannya campuran rata. Pendapat terkait lainnya adalah
teori Lamarck: sifat yang diperoleh tetua dalam hidupnya diwariskan kepada anaknya.
Teori ini juga patah dengan penjelasan Mendel bahwa sifat yang dibawa oleh gen tidak
dipengaruhi pengalaman individu yang mewariskan sifat itu. Charles Darwin juga
memberikan penjelasan dengan hipotesis pangenesis dan kemudian dimodifikasi oleh
Francis Galton. Dalam pendapat ini, sel-sel tubuh menghasilkan partikel-partikel yang
disebut gemmula yang akan dikumpulkan di organ reproduksi sebelum pembuahan
terjadi. Jadi, setiap sel dalam tubuh memiliki sumbangan bagi sifat-sifat yang akan
dibawa zuriat (keturunan).
B. Tujuan
· 1. Mengetahui prinsip dasar hereditas
· 2. Mengetahui dan memahami definisi kromosom sebagai salah satu factor dalam
pewarisan sifat
3. Mengetahui dan memahami definisi gen sebagai salah satu factor botani dalam
pewarisan sifat
4. Mengetahui definisi alel
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam setiap sel terdapat faktor pembawaan sifat keturunan (materi genetis),
misalnya pada sel tulang, sel darah, dan sel gamet. Substansi genetis tersebut terdapat di
dalam inti sel (nukleus), yaitu pada kromosom yang mengandung gen. Gen merupakan
substansi hereditas yang terdiri atas senyawa kimia tertentu, yang menentukan sifat
individu. Gen mempunyai peranan penting dalam mengatur pertumbuhan sifat-sifat
keturunan. Misalnya pertumbuhan bentuk dan warna rambut, susunan darah, kulit, dan
sebagainya.
1. Gen
Karena tanaman ercis individu yang diploid, maka simbol tanaman itu ditulis
dengan huruf dobel:
TT= simbol untuk tanaman berbatang tinggi;
tt = simbol untuk tanaman berbatang rendah.
2. Kromosom
Pada makhluk hidup tingkat tinggi, sel tubuh mengandung dua perangkat
atau dua set kromosom yang diterima dari kedua induknya. Kromosom yang
berasal dari induk betina berbentuk serupa dengan kromosom yang berasal dari
induk jantan, sehingga sepasang kromosom yang berasal dari induk jantan dan
induk betina disebut kromosom homolog. Pengertian kromosom homolog, yaitu
kromosom yang mempunyai bentuk, fungsi, dan komposisi yang sama. Jumlah
kromosom dalam sel tubuh disebut diploid (2n). Adapun jumlah kromosom
dalamsel kelamin dinamakan haploid (n), karena hanya memiliki separo dari
jumlah kromosom dalam sel tubuh. Dua perangkat atau dua set kromosom haploid
dari suatu spesies disebut genom. Dengan demikian, genom dapat dikatakan
sebagai jumlah macam kromosom atau perangkat kromosom dalam suatu individu.
Contoh: manusia mempunyai 23 pasang kromosom haploid maka dalam sel
tubuhnya berarti terdapat 2 × 23 = 46 kromosom (diploid).
Kromosom yang dimiliki oleh organisme secara umum dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu kromosom tubuh (autosom) dan kromosom seks
(gonosom). Autosom terdapat pada individu jantan maupun betina dan sifat-sifat
yang dibawa tidak ada hubungannya dengan penentuan jenis kelamin. Gonosom
merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin suatu individu.
b. Struktur kromosom
Secara garis besar, struktur kromosom terdiri atas sentromer dan lengan.
Sentromer atau kinetokor adalah bagian dari kromosom tempat melekatnya
benang-benang spidel yang berperan menggerakkan kromosom selama proses
pembelahan sel. Bagian ini berbentuk bulat dan tidak mengandung gen. Sentromer
disebut juga pusat kromosom. Berdasarkan letak sentromernya, kromosom
dibedakan menjadi empat macam, yaitu metasentrik, jika sentromer terletak di
tengah-tengah antara kedua lengan; submetasentrik, jika sentromer terletak agak ke
tengah sehingga kedua lengan tidak sama panjang; akrosentrik, jika sentromer
terletak di dekat ujung, telesentrik, jika sentrometer terletak di ujung lengan
kromosom.
2.2 Alel
Gen sebagai pembawa dan penentu suatu sifat atau karakter. Gen dalam tubuh
yang terletak pada kromosom tidak hanya satu, tetapi banyak. Alel adalah gen-gen yang
menempati atau terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolognya yang
mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat tertentu. Agar lebih jelas, cobalah Anda
lihat Gambar 3.8 letak alel dan gen pada kromosom.
Surya (1984) mendefinisikan alel sebagai anggota dari sepasang gen yang
memiliki pengaruh berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan
karakter pigmentasi kulit secara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena
diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme. Dalam hal ini gen B
menimbulkan karakter yang dominan. Apabila gen B bermutasi maka akan berubah
menjadi b, sehingga pigmentasi kulit secara normal, tidak dapat dilakukan. Gen b
menimbulkan karakter yang berbeda, yaitu resesif. Karakter resesif ini menumbuhkan
karakter albinisme (tidak terbentuk melanin). Contoh yang lainnya, misalnya:
Sedangkan alel ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu gen
yang menempati lokus sama pada kromosom homolognya. Pengaruh alel ganda pada
organisme dapat ditemukan pada tempat-tempat berikut.
A |A |A|A dan |A |O
B |B |B|B dan |B |O
AB |A,|B |A |B
O |O |O |O
GENOTOP FENOTIPE
E
Warna bulu kelinci dipengaruhi oleh empat alel yaitu W, Wch, Wh, w yang
keempatnya berada pada lokus yang sama, di mana:
Genotipe Fenotipe
Putih (Albino) Ww
Jika tanaman kapri yang berbiji bulat kuning (BBKK) disilangkan dengan
kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Jika
tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, F2 memperlihatkan 16
kombinasi yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu tanaman berbiji bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau. Dalam percobaan ini Mendel
mendapatkan 315 tananman berbiji bulat kuning, 100 tanaman berbiji bulat hijau, 101
tanaman berbiji keriput kuning, dan 32 tanaman keriput hijau. Angka-angka tersebut
menujukkan suatu perbandingan fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari sepasang
gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada
persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan dari dua pasang
gen, yaitu:
a. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
b. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
c. Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK
d. Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk
Prinsip tersebut di atas dirumuskan sebagai Hukum Mendel II (Hukum
Pengelompokkan Gen secara Bebas) yang menyatakan bahwa:
a. Setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain membentuk alela,
b. Keturunan pertama menunjukkan sifat fenotipe dominan,
c. Keturunan kedua menunjukkan fenotipe dominan dan resesif dengan perbandingan
tertentu, misalnya pada persilangan monohibrid 3 : 1 dan pada persilangan dihibrid 9 :
3 : 3 : 1.
Untuk memperjelas pemahamanmu tentang persilangan dihibrid, perhatikan
bagan persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna kuning dengan kapri biji
keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri berbiji bulat warna kuning.
Perbandingan genotipe F2 = BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk :
bbKK:bbKk:bbkk= 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
= 9 : 3 : 3 :1
2. Bentuk Rambut
Bentuk rambut juga dipengaruhi oleh gen. Ada dua macam gen yang dapat mengendalikan
rambut, yakni gen C (dominan) untuk rambut kering dan ges s (resesif) untuk rambut
lurus. Jika salah satu dari kedua gen tersebut dan mendapatkan campuran, maka rambut
akan menjadi berombak (Cs).
3. Cuping Telinga
Cuping telinga Pewaris sifat manusia bisa juga dilihat dari cuping telinga. Jika kamu
mengamati ada yang cuping telinganya melekat dan terlepas. Tipe perlekatan cuping
telinga dikontrol oleh gen, yaitu gen G untuk cuping telinga terpisah dan gen g untuk
cuping telinga melekat.Jika memiliki gen G akan memiliki tipe perlekatan cuping telinga
terpisah. Sementara yang memiliki tipe perlekatan cuping melekat memiliki gen gg.
4. Kencing Manis / Diabetes Melitus
Kencing manis ialah sebuah penyakit pada metabolisme tubuh yang diakibatkan oleh
kurangnya insulin yang dihasilkan pankreas. Hal tersebut mengakibatkan tingginya kadar
gula dalam darah meskipun sebagiannya telah dibuang melalui saluran kencing. Sifat dari
penyakit ini ditentukan oleh adanya gen resesif d. Apabila dikemudian hari seseorang
diketahui telah mengidap penyakit diabetes, dapat dipastikan salah satu kedua orang
tuanya pun menderita penyakit yang sama. Akan tetapi jika kedua orang tua penderita
tidak mengidap penyakit tersebut, kemungkinan orang tua tersebut bergenotipe
heterozigot.
5. Sifat pengecap PTC
Kemampuan dalam menngidentifikasikan rasa pahit ditentukan oleh adanya gen dominan
T, karenanya seorang pengecap dapat memiliki genotipe Tt atau TT. Hal tersebut dapat
diidentifikasikan dengan bahan kimia phenylthiocarbamide atau PTC. Bahan ini dapat
digunakan sebagai penentu apakah seseorang mampu mengecap rasa pahit ataukah tidak.
Seseorang yang mampu mengecap rasa pahit ketika mencoba bahan kimia PTC, disebut
sebagai taster / pengecap. Sedangkan seseorang yang tidak mampu merasakan rasa
pahitnya PTC dinamakan dengan buta kecap / nontaster.
|| https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/28/080000569/pewaris-sifat-dan-
kelainan-sifat-pada-manusia?
amp=1&page=2&_gl=1*3c6pxm*_ga*YW1wLWxSTE9nRTNUVXJzejVYOWxzM1FG
bEE.*_ga_77DJNQ0227*MTcwNzIyOTg0NS4xLjEuMTcwNzIyOTg0NS4wLjAuMA
6. Golongan Darah
Golongan darah ialah klasifikasi dari kelompok yang didasarkan oleh ada atau tidaknya
zat antigen pewarisan terhadap permukaan membran sel darah merah. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan karakter / jenis protein dan karbohidrat pada
permukaan membran sel tersebut. Keterkaitan antara fenotipe dan genotip
|| https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/28/080000569/pewaris-sifat-dan-
kelainan-sifat-pada-manusia?
amp=1&page=2&_gl=1*3c6pxm*_ga*YW1wLWxSTE9nRTNUVXJzejVYOWxzM1FG
bEE.*_ga_77DJNQ0227*MTcwNzIyOTg0NS4xLjEuMTcwNzIyOTg0NS4wLjAuMA
PENUTUP
KESIMPULAN : Dapat disimpulkan bahwa pewarisan sifat merupakan proses yang
kompleks dan menarik dalam ilmu genetika. Melalui pemahaman tentang mekanisme
pewarisan sifat, kita dapat memahami bagaimana ciri-ciri genetik dapat diturunkan dari
generasi ke generasi. Penelitian dan pengetahuan tentang pewarisan sifat ini memiliki
dampak yang luas dalam berbagai bidang, termasuk pertanian, kedokteran, dan konservasi
hayati. Dengan terus menggali pengetahuan tentang genetika, diharapkan kita dapat
memanfaatkannya secara lebih baik untuk kepentingan manusia dan lingkungan.
SARAN : Penulis juga berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang bersifat
Membangun kepada penulis demi sempurnanya tugas makalah ini dan juga penulisan
makalah di kesempatan selanjutnya.
Demikian tadi yang dapat dipaparkan mengenai materi yang telah menjadi pokok bahasan di
dalam makalah ini, tentunya di dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan serta
kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya sumber atau referensi
yang ada kaitannya dengan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan
khususnya bagi para pembaca.
Terimakasih