Anda di halaman 1dari 16

Urgensi Studi Al-Qurán dan Al-Hadits Perspektif Pendidikan Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Studi Al-Qur’an : Teori dan Metodologi

Dosen Pengampu : Dr. H. Sumedi, M.Ag.

Disusun oleh :

Khusnul Khotimah (18202411017)

Fike Aziza (18204011018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Quran dipercaya sebagai kalam Allah yang menjadi sumber utama ajaran
agama Islam di samping sumber-sumber lainnya. Al Quran juga merupakan petunjuk
bagi umat manusia. Karena sebagai petunujuk itulah Al Quran dijadikan pedoman
umat manusia. Al Quran berisikan kisah, sejarah, hukum-hukum Islam serta tentang
perintah-perintah dan larangan-larangan dalam agama Islam. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. an-Nahl 89).
Al Quran selalu menjadi objek kajian yang menarik, selalu mengundang
perhatian dan pemikiran para pemerhatinya. Hal itu karena posisi Al Quran yang
sangat penting di kalangan umat Islam dan seluruh manusia. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Al Quran tak pernah lekang oleh zaman. Al Quran selalu dijadikan
sebagai referensi utama untuk mengabsahkan perilaku, menjustifikasi tindakan
perorangan maupun kolektif, melandasi berbagai aspirasi, memelihara berbagai
harapan, dan juga memperkukuh identitas kolektif. Posisi signifikan itulah yang
menjadikan Al Quran berperan sentral dalam setiap permasalahan apapun. Al Quran
tidak saja sebagai pusat wacana keislaman, yang mendorong umat Islam untuk
melakukan interpretasi dan pengembangan makna ayat-ayatnya, tapi juga
menjadikannya sebagai referensi utama dalam hidup. Karena itu, semenjak
pewahyuannya hingga sekarang, Al Quran menjadi produsen budaya yang telah
banyak memberikan kontribusi terhadap peradaban umat Islam.
Dari masalah ini, penulis akan mengupas tentang pembahasan Urgensi Al-Quran
dan Al-hadits perspektif Pendidikan Islam: Pengertian, pemahasan wahyu dan fikih
Pokok-pokok kandungan Al-Qur’an dan Al-hadits. Penulis akan membahas lebih
lanjut dalam bab selanjutnya, yaitu di bab pembahasan.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan urgensi Studi Al-Qurán dan Hadits Perspektif
Pendidikan Islam?
2. Bagaimana pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Baqarah ayat 201-216?
3. Bagaimana pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Isra ayat 85?
4. Bagaimana pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Alaq 1-5?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan urgensi Studi Al-Qurán dan Hadits Perspektif
Pendidikan Islam?
2. Menjelaskan pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Baqarah ayat 201-216?
3. Menjelaskan pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Isra ayat 85?
4. Menjelaskan pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Alaq 1-5?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Studi Al-Qurán Perspektif Pendidikan Islam


1. Pengertian Studi Al-Qurán
Terkait dengan studi al-Qur’an, studi al-Qur’an terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu
Studi dan al-Qur’an. Studi adalah penelitian, kajian atau menelaah. Secara etimologi
al-Quran berasal dari kata “qaraa’a, yaqra’u, qira’atan, atau qur’anan” yang berarti
mengumpulkan (al-Jam’u) dan membaca huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian
ke bagian lain secara teratur. Dikatakan al-Qur’an, karena ia berisikan inti sari semua
kitabullah dan inti sari dari ilmu pengetahuan. Kedua makna ini mempunyai maksud
yang sama; membaca berarti juga mengumpulkan, sebab orang yang membaca bekerja
mengumpulkan ide-ide atau gagasan yang terdapat dalam sesuatu yang ia baca. Maka
perintah membaca dalam Al-Qur’an, seperti yang terdapat di awal Surah Al-‘Alaq,
bermakna bahwa Allah menyuruh umat Islam mengumpulkan ide-ide atau gagasan
yang terdapat di alam raya atau dimana saja, dengan tujuan agar si pembaca melalui
gagasan, bukti atau ide yang terkumpul dalam pikirannya itu, memperoleh suatu
kesimpulan bahwa segala yang ada ini diatur oleh Allah.1
Al Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.
Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin
oleh Allah dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Demikianlah Allah menjamin
keotentikan Al Quran, jaminan yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan
KemahatahuanNya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-
Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya
bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al Quran tidak berbeda sedikit pun
dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca
oleh para sahabat Nabi saw.2
Selain Al Quran sebagai sebutan bagi sebuah kitab suci, terdapat pula nama-
nama lain yang juga digunakannya sendiri. Nama-nama tersebut adalah seperti: Al
Furqan (antara lain surat Al Furqan : 1), Al Tanzil (surat Asy Syu’ara : 192-3), al
Dzikr (surat Al Hijr : 9), dan al Kitab (antara lain surat Ad Dukhan 1-3). Beberapa
1
Manna’ Khalmid al-Qaththan, Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, (Riyadh: Maktabah Ma’arif,
1981), 20.
2
M. Quraish Shihab, Membumikan Al Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Media Utama, 2007), 27.

4
sifat yang menunjukkan makna kemuliaan dan keagungan juga digunakan Al Quran
sebagai namanya, seperti Al Huda (petunjuk), Al Rahmah (kasih sayang), Al Syifa’
(obat, penawar), Al Mau’izhah (pengajaran), Al ‘Aziz (yang bijaksana), Al Mubarak
(yang penuh berkah), Al Basyir (pemberi kabar gembira), Al Nadzir (yang memberi
peringatan), dan lain-lainnya.3
Al Qur’an merupakan kata-kata langsung (ipsissima verba) dari Allah yang
mutlak, qadim, dan suci yang diturunkan ke Lauh Mahfuz (Al Quran, Al Buruj : 21-
2). Dari Lauh Mahfuz diturunkan lagi ke “langit dunia”, yakni di “bait al-‘izzah” dan
kemudian diturunkan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-
angsur selama lebih kurang 23 tahun Dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan Surah An-Nas, dan dinilai ibadah (berpahala) bagi setiap orang yang
membacanya”. 4
Seperti kita ketahui bahwa Al Quran merupakan buku petunjuk (kitab hidayah)
khususnya bagi umat Islam serta umat manusia pada umumnya. Al Quran juga
menjadi Manhajul Hayah (kurikulum kehidupan) bagi manusia di dalam meniti hidup
di gelanggang kehidupan ini. Satu hal yang juga disepakati oleh seluruh umat Islam
ialah kedudukan Al Quran sebagai sumber utama hukum Islam.
Allah ta’ala berfirman,

‫ِإَّنا ْحَنُن َنَّز ْلَنا َعَلْيَك اْلُقْر آَن َتْنِز يال‬


Artinya:“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu
(hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (al-Insaan:23)

Jadi, Studi al-Qur’an adalah penelitian, kajian, tentang al-Qur’an, dengan segala
aspeknya. Secara terminologis para ulama mengemukakan berbagai definisi sebagai
berikut:5

a. Safi’ Hasan Abu Thalib menyebutkan, Al Qur’an adalah wahyu yang diturunkan
dengan lafal Bahasa Arab dan maknanya dari Allah swt melalui wahyu yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw, Ia merupakan dasar dan sumber

3
Munzir Hitami, Pengantar Studi Al Quran: Teori dan Pendekata..., 16.
4
Jalal al-Din al-Sayuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an, I, (Kairo: Matba’ah Hijazi, t.th.), 40-3, al-
Zarqani, Manahil al-‘Irfan, hlm. 36-39. Dalam Munzir Hitami, Pengantar Studi Al Quran: Teori dan
Pendekatan, (Yogyakarta: LkiS, 2012), 17.
5
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 11.

5
utama bagi syariat. Dalam hubungan ini, Allah sendiri menegaskan dalam firman-
Nya: Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf (12) : 2)
b. Zakaria Al Birri, yang dimaksud Al Qur’an adalah kalam Allah swt, yang
diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad saw dengan lafal Bahasa Arab dinukil
secara mutawatir dan tertulis pada lembaran-lembaran mushaf. (Zakaria al-Birri,
Masadir al-Ahkam al-Islamiyah, 1975: 16).
c. Al Ghazali dalam kitabnya al Mustasfa menjelaskan bahwa yang dimaksud Al
Quran merupakan firman Allah swt. (Al Ghazali, al Mustafa Min ‘Ilmi al-Ushul,
1971: 118)

Dari ketiga definisi di atas, pada dasarnya mengacu pada maksud yang sama.
Definisi pertama dan kedua sama-sama menyebutkan bahwa Al Qur’an adalah wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan menggunakan bahasa
Arab. Adapun bedanya definisi kedua lebih menegaskan bahwa Al Quran dinukil
secara mutawatir. Adapun definisi ketiga, yang dikemukakan oleh Al Ghazali ternyata
hanya menyebutkan bahwa Al Qur’an merupakan firman Allah swt, akan tetapi Al
Ghazali dalam uraian selanjutnya menyebutkan bahwa Al Quran bukanlah perkataan
Rasulullah, beliau hanya berfungsi sebagai orang yang menyampaikan apa yang
diterima dari Allah swt. Nabi hanya berfungsi pembawa atau penyampai apa-apa yang
diterima dari Allah, bahwa Allah menetapkan hukum-hukum.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan dalam konteks islam menggunakan terma yaitu tarbiyah


berasal berasal dari kata rabba, yarubbu, rabban yang berarti mengasuh atau ta’lim
yang berarti proses pengajaran.6 Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan Islam
adalah sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam
menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ketentuan- ketentuan islam.

Sedangkan menurut pakar pendidikan Islam Omar Muhammad At-Toumy Asy-


Syaibany mengatakan pendidikan Islam adalah sebagai perubahan yang diinginkan
dan diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tataran tingkah laku individu
maupun pada tataran kehidupan sosial serta pada tataran relasi dengan alam sekitar
6
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), 21.

6
atau pengajaran sebagai aktifitas asasi dan sebagai proporsi diantara profesi-profesi
dalam masyarakat.7

Jadi Studi Al-Qurán dalam Perspektif pendidikan islam adalah aktifitas


bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian muslim, baik yang berkenaan
dengan dimensi jasmani , rohani, akal maupun moral yang berdasarkan Al-Qurán dan
Al-Hadits dan sesuai dengan ajaran Islam.

B. Urgensi Studi Al-Qurán dalam Perspektif Pendidikan Islam

Al-Qur’an merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan, karena ia


berkontruksi memberi petunjuk tentang prinsip-prinsip sains, yang selalu
dikaitkan dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Artinya, dalam
epistimologi Islam, wahyu dan sunnah dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi
bagi pondasi ilmu pengetahuan.8
Hadits ini menjelaskan, betapa pentingnya al-Qur’an bagi manusia,
sehingga dikatakan ” Barang siapa yang meninggalkan akan dihancurkan Allah,
begitu juga sispa saja yang mengambil petunjuk selainnya, akan Dia sesatkan”
selain itu juga menjelaskan betapa luasnya ilmu yang terkandung didalamnya
sehingga dikatakan “Ulama’ tidak akan kenyang menggalinya.” Inilah Urgensi
Studi al-Qur’an. Karena Studi al-Qur’an membahas mengenai al-Quran dari
segala aspeknya.
Tanpa mempelajari Studi al-Qur-an sebenarnya seseorang akan kesulitan
memahami makna yang terkandung dalam al-Qur-an, bahkan bisa jadi malah
tersesatkan.Apalagi ada 2 jenis ayat yaitu ayat-
ayat Muhkamaat danMutsayabihaat. Sejak masa nabi Muhammad pun, terkadang
sahabat memerlukan penjelasan nabi apa yang dimaksud dalam ayat-ayat tertentu.
Sehingga muslimin yang hidup jauh sepeninggal Nabi SAW terutama bagi yang
ingin memahami kandungan al-Qur’an dituntut untuk mempelajari ilmu tersebut.9

7
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), 24
8
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi- Sisi Al-Qur’an yang Terlupakan, Cet. IV, (Jakarta:
Mizan Pustaka, 2011),
193.
9
Dedy Safriyanto, Urgensi Ulumul Qur’an. Diakses dari
situs: http://Islamwiki.blogspot.com/2009/02/urgensi-ulumul-quran.html. Pada tanggal 16 Oktober 2018.

7
Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial: berfungsi memberi
petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Rasulullah SAW dalam sabdanya
menjelaskan betapa pentingnya mempelajari al-Qur’an artinya: “kitab Allah
memuat cerita orang-orang dan mengabarkan orang-orang sesudah kamu. Ia
merupakan hukum diantara kamu dan pemisah (antara yang hak dan yang batil)
yang tidak main-main. Barang siapa yang meninggalkan akan dihancurkan Allah,
begitu juga sispa saja yang mengambil petunjuk selainnya, akan Dia sesatkan.
Adapun urgensi Al-Qurán dalam Perspektif Pendidikan Islam:10
1. Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai keutamaan,
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
2. Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat.
3. Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Karena manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
4. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kita
dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
5. Serta mampu menjalankan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka
bumi dengan memiliki pengetahuan baik pengetahuan agama maupun
pengetahuan umum.

Dengan keterangan di atas, maka sudah sepatutnya bagi orang yang beriman
untuk selalu berusaha memaksimalkan seluruh potensi yang ada guna memahami al-
Qur’an. Dan dengan demikian maka terlaksanalah tugas manusia sebagai khalifah di
muka Bumi ini.

Al-Quran sebagai kitab suci yang mendapat perhatian begitu besar dari kaum
muslim. Sebagai kalam Allah, Al-Quran mempunyai kekuatan internal yang dipercaya
tidak dapat ditiru dan ditandingi. Karena itu, Al-Quran menjadi mukjizat terbesar Nabi
Muhammad saw. Kekuatan internal yang dikandung oleh Al-Quran itulah yang
disebut i’jaz Al-Quran, yakni kekuatan yang melemahkan daya manusia untuk meniru
Al-Quran. Karena itulah Al-Quran menantang manusia untuk meniru atau
menciptakan satu atau sepuluh surat saja yang kualitasnya samadengan Al-Quran.
Andaikan jin dan manusia berhimpun untuk meniru Al-Quran, niscaya mereka tidak
akan mampu meskipun mereka saling bekerja sama.11
10
Nurwadjah Ahmad. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. (Bandung : Marja. 2007) 194.
11
Munzir Hitami, Pengantar Studi Al Quran: Teori dan Pendekatan..., hal. 32-33.

8
C. Pemahaman Wahyu dan Fiqih pada Al-qurán
1. Al-Baqarah 201

‫َو ِم ْنُه ْم َمْن َيُقوُل َر َّبَنا آِتَنا يِف الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو يِف اآْل ِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َعَذ اَب الَّنار‬
Artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

‫ِق‬ ‫ِت‬
‫ُك َب َعَلْيُك ُم اْل َتاُل َو ُه َو ُك ْر ٌه َلُك ْم ۖ َو َعَس ٰى َأْن َتْك َر ُه وا َش ْيًئا َو ُه َو َخ ْيٌر َلُك ْم ۖ َو َعَس ٰى‬

‫َأْن ِحُت ُّبوا َش ْيًئا َو ُه َو َش ٌّر َلُك ْم ۗ َو الَّلُه َيْع َلُم َو َأْنُتْم اَل َتْع َلُم وَن‬

Artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Tafsir al-Misbah Oleh Muhammad Quraish Shihab: Sebagian manusia ada yang
diberi petunjuk oleh Allah sehingga, dengan sepenuh hati, mereka memohon kebaikan
dunia dan akhirat serta memohon kepada Allah agar dijauhi siksa api neraka.

2. Al-Isra Ayat 85

‫َو َيْس َأُلوَنَك َعِن الُّر وِح ۖ ُقِل الُّر وُح ِم ْن َأْم ِر َر يِّب َو َم ا ُأوِتيُتْم ِم َن اْلِعْلِم ِإاَّل َقِلياًل‬

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Al isra
ayat 85)

Imam Ahmad meriwayatkan dari `Abdullah bin Mas’ud, ia bercerita, aku pernah
berjalan bersama Rasulullah di sebuah kebun di Madinah, ketika itu beliau dalam
keadaan bertongkat dengan pelepah kurma. Kemudian beliau berjalan melewati

9
sekelompok orang dari kaum Yahudi, lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian
lainnya: “Tanyakan kepadanya tentang ruh.” Sebagian mereka berkata: “Jangan kalian
bertanya kepadanya.”12

Maka mereka pun -lanjut Ibnu Mas’ud- bertanya kepada Rasulullah tentang ruh,
di mana mereka bertanya: “Ya Muhammad, apakah ruh itu?” Dan beliau masih tetap
bersandar pada pelepah kurma. Aku menduga Allah menurunkan wahyu kepada
beliau, di mana Dia berfirman: wa yas-aluunaka ‘anir ruuhi qulir ruuhu min amri
rabbii wamaa uutiitum minal ‘ilmi illaa qaliilan (“Dan mereka bertanya kepadamu
tentang ruh. Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Rabbku dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit.”)

Lebih lanjut Ibnu Masud bercerita, kemudian sebagian mereka berkata kepada
sebagian lainnya: “Sudah kami katakan kepada kalian, janganlah kalian bertanya
kepadanya.”

Demikianlah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam


Muslim. Siyaq (redaksi) ayat ini secara lahiriyah menunjukkan bahwa ayat ini turun di
Madinah dan turun ketika Rasulullah ditanya oleh orang-orang Yahudi tentang ruh di
Madinah, padahal surat ini secara keseluruhan adalah Makkiyyah.

Mengenai hal tersebut, pernah ada yang menjawab bahwa mungkin saja ayat
tersebut turun di Madinah an-Nabawiyyah untuk yang kedua kalinya sama seperti
ketika diturunkan di Makkah sebelumnya. Dan mungkin juga wahyu itu telah turun
kepada beliau, lalu beliau menjawab pertanyaan yang mereka ajukan itu dengan
menggunakan ayat tersebut yang telah diturunkan sebelum pertanyaan itu diajukan,
yaitu firman-Nya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh.”

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai makna ruh dalam ayat ini, mengenai
hal itu terdapat beberapa pendapat. Maksud pertama, yang dimaksud adalah arwah
anak cucu Adam.Mengenai firman-Nya, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang
ruh,” al-`Aufi menceritakan dari Ibnu `Abbas, yang demikian itu, orang-orang Yahudi
pernah berkata kepada Nabi saw: “Beritahukan kepada kami tentang ruh dan
bagaimana ruh yang terdapat di dalam jasad itu di adzab. Sedangkan ruh itu dari

12
Muhammad Husain At-Dzahabi, At-Tafsir wa Al-Mufassirun. Juz I (Maktabah Wahbah, 2000),
237.

10
Allah, dan tidak pernah turun sedikit pun kepadanya, berada di dalamnya, maka tidak
ditarik sedikit pun dari mereka!?. Lalu Jibril datang kepada beliau seraya berujar:
“Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Rabbku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit.’”

Maka Rasulullah saw. pun memberitahu mereka tentang hal itu. Lalu mereka
bertanya: “Siapa yang mengajarimu seperti ini?” Beliau menjawab: “Jibril yang telah
membawakan wahyu ini kepadaku dari sisi Allah.” Mereka berkata kepada beliau:
“Demi Allah, tidak ada yang memberitahukan kepadamu melainkan musuh kami.”

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Katakanlah:


`Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (al-
Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang
sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Al-Baqarah: 97)

Ada yang mengatakan, yang dimaksud dengan ruh di sini adalah Jibril.
Dan ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud ruh adalah Malaikat yang
agung, yang besar dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya.

Firman Nya: qulir ruuhu min amri rabbii (“Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk
urusan Rabbku.’”) Maksudnya, dari keadaan-Nya dan ilmu tentangnya hanya
dikhususkan pada-Nya dan tidak diberikan pada kalian. Oleh karena itu, Dia
berfirman: wa maa uutiitum minal ‘ilmi illaa qaliilan (“Dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit.”)

Maksudnya, Allah Ta’ala tidak memberi ilmu tentang ruh itu kepada kalian
melainkan hanya sedikit saja. Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat
menyelami ilmunya kecuali yang dikehendaki-Nya saja. Dengan kata lain, jika
dibandingkan dengan ilmu Allah Ta’ala, ilmu kalian teramat sangat sedikit. Masalah
ruh yang kalian tanyakan ini ilmunya hanya dimiliki oleh-Nya semata dan tidak
diberikan kepada kalian, sebagaimana Dia tidak memberikan ilmu-Nya kepada kalian
melainkan hanya sedikit saja.13

3. Al-Alaq 1-5

13
https://alquranmulia.wordpress.com/2015/09/14/tafsir-ibnu-katsir-surah-an-israa-ayat-85/

11
Dalam konteks pendidikan islam yang universal selain ilmu yang terkait dengan
ketauhidan dan peribadatan, ada jenis ilmu yang seharusnya dikaji oleh umat Islam
yaitu, ilmu-ilmu tentang jagad raya ini yang bisa diobservasi, yaitu ilmu alam, ilmu
sosial, dan humaniora. Filosof-filosof Islam sepakat bahwa pendidikan akhlaq adalah
jiwa dari materi pendidikan islam. Sebab tujuan pertama dan termulia pendidikan
islam adalah menghaluskan akhlaq dan mendidik jiwa. 14

Universalitas materi/kontent pendidikan islam tergambar jelas pada Firman Allah yang
pertama kali turun Allah Saw berfirman:

‫ ٱۡق َر ۡأ َو َر ُّبَك ٱَأۡلۡك َر ُم‬٢ ‫ َخ َلَق ٱِإۡل نَٰس َن ِم ۡن َع َلٍق‬١ ‫ٱۡق َر ۡأ ِبٱۡس ِم َر ِّبَك ٱَّلِذ ي َخ َلَق‬
٥ ‫ َع َّلَم ٱِإۡل نَٰس َن َم ا َلۡم َيۡع َلۡم‬٤ ‫ ٱَّلِذ ي َع َّلَم ِبٱۡل َقَلِم‬٣

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya

Hadis nabi yang mashur juga menyatakan :

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim baik pria maupun wanita”.

Pertanyaannya adalah ilmu apa yang perlu dicari ? tentunya keumuman ayat
dan hadis diatas menunjukkan bahwa semuanya harus dibaca dan semua ilmu harus
dicari serta dikuasai. Inilah sebenarnya area, materi dan kontent dalam pendidikan
islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Tidak ada dikotomi ilmu dalam
pendidikan islam, semisal ilmu umum dengan ilmu agama, ilmu dunia maupun ilmu
akhirat. Lebih jauh lagi terkait dengan ilmu dan agama, sungguh luar biasa ungkapan
Einstein seorang fisikawan modern yang secara normatif non-islam tapi dengan
lantang berkata : ”Religion without science is lame, but science without religion is
blind” (agama tanpa ilmu adalah pincang, tapi ilmu tanpa agama adalah buta).15

14
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, ( Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2018), 113.
15
Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 33.

12
Mengenai ayat diatas merupakan ayat yang pertama kali diturunkan. Al-
Bukhari meriwayatkan dan mengatakan bahwa ayat yang pertama turun adalah lima
ayat pertama surat Al-Alaq. Dalam pandangan Quraish Shihab kata Iqra’ terambil
dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna
seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca teks tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-
Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi
Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini
bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-
lunta kelak di hari akhirat.
Imam Syafi’i pernah menyatakan:
“Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa
menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan
keduanya, maka harus dengan ilmu”.
Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha untuk menambah
kualitas ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir hayat.
Secara alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia
mengalami proses pertumbuhan dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula
kejadian alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT dalam proses tingkat demi
tingkat. Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk
mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan
hidupnya.

13
BAB III

KESIMPULAN

1. Pengertian Studi al-Qur’an terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu Studi dan al-Qur’an.
Studi adalah penelitian, kajian atau menelaah. Secara etimologi al-Quran berasal
dari kata “qaraa’a, yaqra’u, qira’atan, atau qur’anan” yang berarti
mengumpulkan (al-Jam’u). Sedangkan Urgensi Studi Al-Qurán dan Hadits
Perspektif Pendidikan Islam yaitu:
a. Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai keutamaan,
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.

14
b. Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat.
c. Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Karena manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
2. Pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Baqarah ayat 201-216

Imam Ahmad meriwayatkan dari `Abdullah bin Mas’ud, ia bercerita, aku


pernah berjalan bersama Rasulullah di sebuah kebun di Madinah, ketika itu beliau
dalam keadaan bertongkat dengan pelepah kurma. Kemudian beliau berjalan
melewati sekelompok orang dari kaum Yahudi, lalu sebagian mereka berkata
kepada sebagian lainnya: “Tanyakan kepadanya tentang ruh.” Sebagian mereka
berkata: “Jangan kalian bertanya kepadanya.

3. Pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Isra ayat 85 penjelasan yang
dimaksud dengan ruh di sini adalah Jibril.Dan ada juga yang berpendapat bahwa
yang dimaksud ruh adalah Malaikat yang agung, yang besar dibanding dengan
makhluk-makhluk lainnya.
4. Pemahaman wahyu dan fiqih dalam surat Al-Alaq 1-5 Dalam konteks pendidikan
islam yang universal selain ilmu yang terkait dengan ketauhidan dan peribadatan, ada
jenis ilmu yang seharusnya dikaji oleh umat Islam yaitu, ilmu-ilmu tentang jagad raya
ini yang bisa diobservasi, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora.

15
16

Anda mungkin juga menyukai