Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

POLITIK KOLONIAL LIBERAL (1870 -1900)

DISUSUN OLEH KELOMPOK X

NAMA ANGGOTA :

HELPINA AGNESTI AMELIANA BAKUDILLAK 2201090080

JERIANTI MARLINA SAKAN 2201090081

SRI PAINAM 2201090082

MARGARETHA DAI LOLI 2201090083

KELAS/SEMESTER : B/IV

MATAKULIAH : SEJARAH INDONESIA MASA PERGERAKAN NASIONAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
bimbingan-Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah dengan materi dengan baik dan tepat
waktu, tanpa ada kendala . Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Politik Kolonial liberal (1870 -1900) . Kami mengucap terima kasih kepada
dosen pengampuh mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional yang telah memberikan tugas ini,
sehingga kami mendapatkan wawasan lebih dari penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
sebagai perbaikan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............. i

DAFTAR ISI .............ii

BAB I .............1

PENDAHULUAN .............1

1.1 Latar Belakang .............. 1

1.2 Rumusan Masalah ............. 1

1.3 Tujuan ............. 1

BAB II .............2

PEMBAHASAN .............2

2.1 Sejarah terbentuknya politik kolonial liberal (1870 -1900)

2.2 Faktor -faktor yang mendukung adanya politik kolonial liberal

2.3 Negara -negara yang terlibat dalam politik kolonial liberal

2.4 Kerungian dan keuntungan dari adanya politik kolonial liberal 2-10

BAB III .............11

PENUTUP .............11

3.1 KESIMPULAN .............11

DAFTAR PUSTAKA ............. 12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Politik Kolonial Liberal atau Politik Pintu Terbuka (Open Door Policy) adalah sebuah sistem
yang di terapkan belanda di indonesia ,di mana pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
pihak swasta untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada periode ini, tanah dan tenaga kerja
dianggap sebagai milik perorangan (pribadi), tanah rakyat dapat disewakan dan tenaga kerja dapat dijual
oleh karena itu, terdapat kebebasan dalam memanfaatkan tanah dan tenaga kerja.

Berlakunya politik liberal diawali dengan penghapusan tanam paksa pada tahun 1865.
Pemberlakuan politik liberal ditandai dengan adanya kebebasan usaha berupa penanaman modal swasta
yang ditanamkan pada perusahaan perkebunan dan pertambangan.

Politik Pintu Terbuka berlangsung antara tahun 1870, sejak peresmian Undang-Undang Agraria,
hingga 1900. Seiring dengan dimulainya pelaksanaan Politik Pintu Terbuka, para pengusaha swasta Barat
mulai berdatangan ke Hindia Belanda ,mereka menanamkan modal dengan membuka perkebunan seperti
perkebunan teh, kopi, tebu, kina, kelapa sawit, dan karet.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Sejarah terbentuknya Politik kolonial liberal (1870 -1900) ?

b. Apa saja faktor -faktor yang mendukung dijalankannya politik kolonial liberal (1870 -1900) ?

c. Negara -negara Eropa yang turut ikut dalam politk kolonial liberal (1870 -1900)?

d. Bagaimana kerugian dan keuntungan dari politik kolonial liberal (1870 -1900)?

1.3 Tujuan

a . Untuk pemenuhan tugas mata kuliah sejarah pergerakan nasional

b. Untuk lebih memahami secara mendalam mengenai politik kolonial liberal


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Terbentuknya Politik Kolonial Liberal (1870 -1900)

Politik Kolonial Liberal atau Politik Pintu Terbuka (Open Door Policy) adalah sebuah
sistem yang di terapkan belanda di indonesia, di mana pemerintah memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi pihak swasta untuk menanamkan modalnya. Terbentuknya Politik Pintu
Terbuka bersamaan dengan terbentuknya Undang-Undang Agraria. Kebijakan ini muncul sejalan
dengan pembubaran VOC yang mengakibatkan kekuasaan atas Hindia Belanda diambil alih oleh
Pemerintahan Belanda, Politik Pintu Terbuka juga dilatarbelakangi hasil dari kemenangan Partai
Liberal Belanda pada pemilu tahun 1850. Atas kemenangan tersebut, Partai Liberal Belanda
memiliki hak membentuk serta menjalankan pemerintahan, Kemudian di tahun 1870, Partai
Liberal Belanda mendapatkan kemenangan yang mutlak dalam pemilu pertama yang
diselenggarakan oleh Belanda. Peristiwa inilah yang menjadi awal mula penerapan Politik Pintu
Terbuka di tanah air. Selanjutnya pada tahun 1871, muncul traktat Sumatera, Perjanjian ini
membuat pihak Belanda dapat memperluas kekuasaannya sampai Aceh.

Inggris sebagai pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut meminta pembayaran kepada
Belanda. Pemerintah Inggris ingin supaya pengusaha asing dapat menanamkan modalnya di
Hindia Belanda dengan mudah. Selain itu, Inggris ingin menyebarkan ideologi kapitalisme dan
liberalisme ke berbagai belahan dunia. Adapun kawasan Jawa dipilih menjadi pusat
perekonomian Nusantara kala itu. Faktor utamanya karena Jawa dianggap lebih mudah untuk
ditanami modal pihak swasta Inggris.

Tentu saja hal ini akan menguntungkan Inggris, apalagi Indonesia memiliki sumber rempah-
rempah yang baik , alasan menguntungkan inilah yang membuat kolonial Belanda tidak mudah
percaya sehingga mereka memberikan kebebasan kepada pengusaha Inggris saat menyewa tanah.
Namun, mereka tidak mengizinkannya membeli tanah tersebut .Hal ini dimaksudkan supaya
tanah tidak mudah dikuasai oleh penyewa asing, terutama Inggris yang masih menjadi musuh
Belanda dalam perdagangan Internasional serta kolonialisme. Sementara posisi Indonesia dalam
penerapan Politik Pintu Terbuka hanya sebagai pengawas dalam kursi pemerintahan.

2.2 Faktor - Faktor yang Mendukung dijalankannya Politik Kolonial Liberal

a. Jawa menyediakan tenaga buruh yang murah.


b. Banyaknya modal yang tersedia karena keuntungan sistem tanam paksa yang berlebihan.
c. Adanya bank-bank yang menyediakan kredit bagi usaha-usaha pertanian, pertambangan,
dan transportasi
d. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah
2.3 Negara -Negara Eropa Yang Turut Dalam Politik Kolonial Liberal

Beberapa negara Eropa yang turut dalam politik kolonial liberal pada tahun 1870-1900
termasuk:

a. Inggris
Inggris memiliki kebijakan kolonial liberal yang cukup dominan pada periode ini,
terutama dalam upaya untuk memperluas wilayah koloninya dan memanfaatkan sumber
daya alam di berbagai bagian dunia.

b. Prancis
Prancis aktif dalam politik kolonial di Afrika dan Asia, menerapkan prinsip-
prinsip ekonomi liberal dalam mengelola koloni-koloninya.

c. Belanda
Belanda memiliki koloni di berbagai wilayah termasuk Indonesia, dan pada
periode ini, mereka juga terlibat dalam ekspansi dan eksploitasi ekonomi di koloni
mereka.

d. Jerman
Meskipun Jerman sebagai negara bersatu baru pada tahun 1871, mereka mulai
aktif dalam perlombaan kolonial di Afrika dan Asia serta menerapkan prinsip liberalisme
ekonomi dalam administrasi kolonial mereka.

e. Spanyol dan Portugal


Meskipun kedua negara ini kehilangan sebagian besar koloni Amerika mereka
pada abad sebelumnya, mereka masih memiliki koloni di Afrika dan Asia yang terlibat
dalam politik kolonial pada periode ini.
Penting untuk dicatat bahwa masing-masing negara memiliki kebijakan dan pendekatan
yang berbeda dalam politik kolonial mereka, dan dampaknya dapat bervariasi tergantung
pada wilayah dan konteks sejarah tertentu.
2.4 Kerugian serta Keuntungan dari politik kolonial liberal ( 1870 -1900)

Meskipun politik kolonial liberal pada tahun 1870-1900 membawa beberapa keuntungan
bagi negara-negara penjajah, terdapat pula sejumlah kerugian yang signifikan, terutama bagi
koloni dan penduduk asli. Beberapa kerugian tersebut melibatkan beberapa hal yang akan
dipaparkan dibawah ini.

a. Eksploitasi Sumber Daya Alam yang Berlebihan.


Prinsip ekonomi liberal mendorong eksploitasi sumber daya alam koloni tanpa
mempertimbangkan keberlanjutan atau kepentingan jangka panjang. Ini dapat
menyebabkan degradasi lingkungan dan penurunan kesejahteraan bagi penduduk asli
yang bergantung pada sumber daya tersebut.

b. Penindasan dan Penjajahan Budaya.


Kebijakan kolonial sering kali mengeksploitasi budaya lokal atau bahkan
berusaha menggantinya dengan budaya penjajah. Ini dapat menyebabkan hilangnya
identitas budaya, bahasa, dan tradisi lokal.

c. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi.


Meskipun ada beberapa perubahan administratif, struktur sosial koloni tetap
didasarkan pada ketidaksetaraan, dengan penduduk asli sering kali diperlakukan sebagai
kelas yang rendah dan mendapat sedikit manfaat dari eksploitasi sumber daya mereka.

d. Konflik dan Perlawanan Lokal.


Politik kolonial sering kali menciptakan ketegangan dan konflik di antara
penduduk asli dan penjajah. Perlawanan lokal sering muncul sebagai respons terhadap
eksploitasi dan penindasan.

e. Ketergantungan Ekonomi.
Koloni sering kali diarahkan untuk menjadi produsen bahan mentah, sementara
manufaktur dan ekonomi lebih maju dilakukan di negara penjajah. Hal ini menciptakan
ketergantungan ekonomi yang merugikan bagi koloni.

f. Kondisi Hidup yang Buruk.


Penerapan kebijakan ekonomi liberal tidak selalu mengarah pada kesejahteraan
penduduk asli. Seringkali, kondisi hidup mereka memburuk karena eksploitasi sumber
daya dan praktik ekonomi yang merugikan.
Politik kolonial liberal pada tahun 1870-1900 memberikan beberapa keuntungan bagi
negara-negara penjajah Eropa, meskipun keuntungan tersebut sering kali bersifat unilateral dan
lebih menguntungkan bagi penjajah daripada koloni. Beberapa keuntungan antara lain sebagai
berikut.

a. Ekonomi yang Berkembang


Dengan menerapkan prinsip perdagangan bebas dan liberalisme ekonomi,
negara-negara penjajah dapat mengakses sumber daya alam koloni dengan lebih mudah.
Hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi di negara penjajah melalui eksploitasi dan
pemanfaatan sumber daya koloni.

b. Peningkatan Pendapatan Negara


Dengan eksploitasi sumber daya alam dan ekonomi koloni, negara penjajah dapat
meningkatkan pendapatan mereka, yang kemudian digunakan untuk mendanai proyek-
proyek pembangunan di tanah air mereka.

c. Dominasi Politik dan Militer


Memperluas wilayah koloni memberikan kekuatan politik dan militer kepada
negara-negara penjajah. Hal ini dapat memperkuat posisi mereka dalam persaingan
internasional dan memberikan keunggulan strategis.

d. Pasar Baru untuk Produk Manufaktur


Koloni sering kali menjadi pasar yang menjanjikan bagi. Hal ini menciptakan
peluang bagi industri nasional untuk meningkatkan ekspor dan pertumbuhan ekonomi.

e. Penguatan Positif di Kancah Internasional


Ekspansi wilayah koloni dapat memberikan citra positif dan kekuatan diplomatis
bagi negara penjajah di arena internasional, memperkuat status mereka sebagai kekuatan
dunia.

Meskipun terdapat keuntungan-keuntungan ini, penting untuk diingat bahwa kebijakan


kolonialisme pada periode ini sering kali didasarkan pada ketidaksetaraan dan eksploitasi
terhadap koloni. Keuntungan yang dirasakan oleh penjajah seringkali diperoleh dengan
merugikan penduduk asli dan mengorbankan kepentingan lokal demi kepentingan penjajah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Kesimpulan dari politik kolonial liberal tahun 1870-1900 adalah bahwa periode ini ditandai
oleh upaya negara-negara Eropa untuk memperluas pengaruh dan kontrol mereka di koloni
dengan menerapkan prinsip-prinsip liberalisme. Beberapa poin kunci sebagai kesimpulan
melibatkan beberapa hal sebagai berikut.

a. Ekspansi dan Perlombaan Kolonial.

Negara-negara Eropa terlibat dalam perlombaan untuk mendapatkan wilayah


kolonial baru di Afrika dan Asia, menciptakan persaingan dan ketegangan antar mereka.

b. Eksploitasi Ekonomi dan Sumber Daya Alam.

Prinsip liberalisme ekonomi mendorong eksploitasi sumber daya alam koloni


untuk kepentingan ekonomi metropolis. Hal ini mencakup pengeksploitasian hasil bumi
dan kekayaan alam lainnya.

c. Perubahan Administratif dan Pendidikan.

Terdapat upaya untuk membawa perubahan administratif dengan memasukkan


elemen-elemen lokal dalam administrasi dan memberikan pendidikan yang
mencerminkan nilai-nilai liberal. Namun, kontrol penuh tetap di tangan penjajah.

d. Konflik dan Perlawanan.

Kebijakan kolonial liberal sering kali memicu konflik dan perlawanan dari
penduduk asli yang menentang eksploitasi dan perubahan budaya yang diimpor.

e. Ketidaksetaraan dan Dominasi.

Meskipun ada beberapa perubahan menuju nilai-nilai liberal, struktur sosial


koloni tetap didasarkan pada ketidaksetaraan dan dominasi, dengan keuntungan utama
diraih oleh negara penjajah.

Kesimpulannya, politik kolonial liberal pada periode tersebut menciptakan transformasi


terbatas namun signifikan dalam administrasi dan eksploitasi koloni. Sementara terdapat
beberapa upaya untuk mengadopsi nilai-nilai liberal, penguasaan penuh dan eksploitasi tetap
menjadi ciri utama dari kolonialisme pada masa itu.
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/penerapan-sistem-ekonomi-liberal-1870-di-hindia-
belanda-dan-latar-belakangnya-21up0tr1Jfe

https://roboguru.ruangguru.com/forum/sejak-1870-pemerintah-kolonial-belanda-menerapkan-
sistem-politik-ekonomi-liberal-dengan-membuka_FRM-P2MDQPLH

https://brainly.co.id/tugas/2480877

https://roboguru.ruangguru.com/question/alasan-ditetapkannya-kebijakan-politik-pintu-terbuka-
oleh-pemerintah-kolonial-belanda-pada-1870_QU-L3AO3ZDB

https://prezi.com/p/rpvfcqrrgwlp/penjajahan-pemerintah-belanda/

https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/penerapan-sistem-ekonomi-liberal-1870-di-hindia-
belanda-dan-latar-belakangnya-21up0tr1Jfe

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/02/122535879/sistem-tanam-paksa-latar-belakang-
aturan-kritik-dan-dampak?page=all

https://id.wikipedia.org/wiki/Cultuurstelsel

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/02/142820169/dampak-tanam-paksa-bagi-rakyat-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai