Mklah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
"Penalaran dalam Karangan”. Melalui makalah ini, kami berusaha untuk mendalami
konsep penalaran dan relevansinya dalam penulisan karangan Bahasa Indonesia.
Tentunya, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia kami yang telah memberikan arahan dan
masukan berharga selama proses pembelajaran.Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam pemahaman kita akan pentingnya
penalaran dalam menulis karangan Bahasa Indonesia. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan keterbatasan dalam makalah ini, oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan dating
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran yang inspiratif
dan berguna bagi pembaca. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Makassar,11 Maret 2024

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makalah
Dalam era informasi yang terus berkembang dengan cepat seperti saat ini,
kemampuan untuk melakukan penalaran yang efektif menjadi semakin penting.
Penalaran adalah keterampilan intelektual yang memungkinkan individu untuk
menyusun pemikiran logis, mengevaluasi argumen, dan membuat keputusan yang
bijaksana. Di tengah arus informasi yang melimpah, kemampuan untuk memilah,
menafsirkan, dan menyaring informasi yang relevan menjadi kunci untuk
mengambil keputusan yang tepat dan membuat kontribusi yang berarti dalam
berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, karier, hingga kehidupan sosial.

Selain itu, penalaran juga memainkan peran penting dalam pengembangan


keterampilan berpikir kritis, yang merupakan salah satu aspek penting dalam
pembentukan individu yang kompeten dan adaptif dalam menghadapi tantangan
kompleks di masa depan. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang
konsep penalaran dan kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari menjadi hal yang sangat berharga.

Namun, terdapat tantangan dalam mengembangkan kemampuan penalaran ini,


terutama karena banyaknya informasi yang tidak terverifikasi dan adanya bias
yang dapat memengaruhi pemikiran seseorang. Oleh karena itu, penting untuk
memahami prinsip-prinsip penalaran yang kuat dan mengasah keterampilan
penalaran secara terus menerus guna menghadapi kompleksitas dunia yang terus
berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penalaran?
2. Apa yang dimaksud dengan karangan?
3. Bagaimana fakta sebagai unsur dasar dalam penalaran?
4. Apa saja proses-proses penalaran?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari penalaran
2. Untuk mengetahui definisi dari karangan
3. Untuk memahami fakta sebagai unsur dalam penalaran
4. Untuk mengetahui proses-proses penalaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penalaran

Bahasa dan pemikiran tidak dapat dipisahkan dari hasil bernalar seseorang.
Penggunaan bahasa diyakini dapat memanisfestasikan pemikiran abstrak kita
yang dapat tertuang dalam karya ilmiah. Bisa atau tidaknya pemikiran yang
tertuang dalam bahasa tergantung orang tersebut. Penalaran yang baik mampu
membuat rangkaian kata-kata yang mudah pembaca pahami. Penalaran disini
mampu berfikir kritis, logis, serta anjeg. Hubungan pikiran dengan bahasa
dikenal dengan inner speech dan external speech. Inner speech merupakan suatu
ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. Kata-kata itu lenyap pada saat
pikiran terbentuk, sedangkan external speech menerangkan bahwa pikiran itu
terwujud dalam kata-kata.Tidak semua penalaran itu bersifat ilmiah. Hal ini
dikarenakan pikiran manusia tidak harus selalu dapat dibutikan kebenarannya.
Hal ini biasannya dikarenakan dari pengalaman yang tidak bisa dibuktikan benar
atau salah. Lebih kepada budaya yang dianggap benar atau salah sehingga tidak
memungkinkan dilakukan uji kebenaran.

Penalaran adalah kemampuan kognitif yang kompleks yang melibatkan


penggunaan logika, analisis, dan evaluasi untuk mencapai suatu kesimpulan atau
pemahaman tentang suatu masalah atau situasi. Ini melibatkan proses mental
yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pengumpulan informasi hingga
membuat inferensi atau kesimpulan berdasarkan informasi tersebut.

Tahap pertama dalam proses penalaran adalah pengumpulan informasi. Ini


melibatkan pengambilan data atau fakta dari berbagai sumber, termasuk
pengamatan langsung, pengalaman pribadi, literatur, atau informasi yang
diberikan oleh orang lain. Informasi ini kemudian diproses dan dianalisis untuk
memahami konteks dan relevansinya terhadap masalah atau situasi yang sedang
dipertimbangkan.

2.2 Definisi Karangan


Karangan adalah suatu bentuk tulisan yang memiliki isi atau tema tertentu dan
disusun dengan cara tertentu pula. Karangan sering kali digunakan dalam
pendidikan sebagai cara untuk mengembangkan kemampuan menulis dan
mengungkapkan ide secara tertulis. Karangan dapat berupa esai, cerita pendek,
artikel, dan sebagainya. Biasanya, karangan memiliki struktur yang terdiri dari
pengenalan (introduction), pengembangan (body), dan kesimpulan (conclusion).
Tujuan utama dari karangan adalah untuk menyampaikan ide, gagasan, atau
informasi kepada pembaca dengan jelas dan efektif.
2.3 Fakta Sebagai Unsur Dalam Penalaran
Fakta selalu benar karena menyatakan apa adanya, tanpa memperhitungkan
orang tentangnya. Proses penalaran sebenarnya adalah proses penafsiran fakta
sebagai dasar untuk menarik suatu kesimpulan. Karena itu, penalaran
memerlukan fakta sebagai unsur dasarnya.
Fakta atau lebih luas lagi konsep, tidak terbatas jumlahnya. Akan tetapi sesuai
dengan keperluan, fakta-fakta yang sangat banyak itu dapat dikelompok-
kelompokkan sehingga menjadi sederhana, lebih mudah dipahami, dan lebih
mudah diolah. Pengelompokan serupa itu disebut klarifikasi.Membuat klasifikasi
mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke
dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Dengan klasifikasi fakta
yang ditempatkan didalam suatu sistem kelas, sehingga dapat dikenali hubungan
secara horizontal (hubungan kesamping) dan hubungan secara vertikal
(hubungan ke atas dan ke bawah).
Klasifikasi dapat dibedakan atas klasifikasi sederhana dan klasifikast
kompleks. Klasifikasi sederhana suatu kelas hanya memiliki dua kelas bawahan
berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu
Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi, jika sudah sampai
kepada individu yang tidak dapat merupakan spesi atau jenis, individu tidak
dapat yang mungkin diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat dimasukkan ke
dalam suatu spesi.Klasifikasi komplek suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas
bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif, artinya suatu kelas
kekelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri melainkan suatu ciri positif.
Misalnya, klasifikasi manusia berdasarkan umurnya menghasilkan kelas
bawahan.
Membuat klasifikasi harus memperhatikan beberapa persyaratan diantaranya
yaitu:
1. Prinsipnya harus jelas
2. Klasifikasi harus logis dan konsisten
3. Klasisfikasi harus bersifat lengkap dan menyeluruh
Dengan mengklasifikasikan fakta ke dalam kategori-kategori yang berbeda,
kita dapat memahami dan mengorganisir informasi dengan lebih baik. Ini
membantu kita untuk menemukan pola atau hubungan antara fakta-fakta yang
berbeda.
Fakta harus di kenali dengan baik maka dari itu perlu untuk dilakukan
pengamatan fakta.Pengamatan fakta merupakan proses mengamati fenomena
atau kejadian dengan saksama dan teliti untuk mengumpulkan informasi yang
dapat dianggap sebagai kenyataan atau kebenaran. Ini melibatkan penggunaan
panca indera, pemikiran kritis, dan analisis untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang suatu situasi atau objek.
Fakta pada dasarnya berisi pertanyaan-pertanyaan (statement). Membuat
pernyataan dalam karangan harus dibedakan antara fakta, evidensi, dan penilaian
untuk menjaga akuratnya pernyataan dalam karangan, maka antara fakta evidensi
dan penilaian harus dibedakan penilaiannya. Jika fakta itu nyata dan selalu benar
makaberbeda dengan penilaian yang lebih kepada kesimpulan, pertimbangan
,pendapat atau keyakinan tentang fakta. Jadi penilaian bersifat menghakimi atau
memvonis sedangkan fakta bebas dari sifat itu. Dalam suatu kejadian tedapat
bermacam-macam fakta,apabila fakta-fakta tersebut dihubungkan satu sama lain
dengan metode tertentu untuk membuktikan adanya sesuatu, itulah yang
dinamakan evidensi.Karangan pada dasarnya berisi pernyataan-pernyataan
(statement). Membuat pernyataan dalam karangan harus dibedakan antara fakta,
evidensi, dan penilaian untuk menjaga akuratnya pernyataan dalam karangan,
maka antara fakta evidensi dan penilaian harus dibedakan penilaiannya. Cara
membuat evidensi yaitu, fakta-fakta yang ada dan diketahui itu dihubung-
hubungkan satu sama lain secara logis. Evidensi menghasilkan dugaan atau
proses terjadinya peristiwa itu. Evidensi menghasilkan fakta baru yang lebih luas
dari kumpulan fakta yang diketahui.
2.4 Guna Klasifikasi
Klasifikasi selain digunakan untuk menetaokan suatu fakta atau gejala,
bagaimana hubungan secara vertikal dan horizontal dengan fakta lain serta
berapa luas ruang penalaran. Klasifikasi juga digunakan untuk menggabungkan
topik karangan, membuat kerangka karangan, dan menyiapkan bahan-bahan
unruk mengembangkan karangan
2.5 Pengamatan Fakta
Pengamatan ialah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat indra;
melihat, mendengar, membuai, meraba, dan merasa (pengecap). Ini berarti bahwa
fakta itu harus dikenal dengan baik. Dengan mengamati fakta-fakta kita dapat
menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, serta
mengklasifikasikannya.
2.6 Fakta dan Penilaian
Fakta adalah apa yang ada, yang dapat dilihat, disaksikan dan dapat
dirasakan. Fakta selalu nyata dan selalu benar. Berbeda dengan penilaian.
Penilaian menyatakan kesimpulan, pertimbangan, pendapat, atau keyakinan
tentang fakta. Maka dari itu penilaian bersifat menghakimi atau memvonis
sedangkan fakta terbebas dari sifat-sifat tersebut.
Pernyataan yang disebut penilaian tidak selalu dapat meyakinkan dan
bersifat obyektif, jika fakta yang dihadirkan tidak sesuai atau tidak akurat.
Sebaliknya, jika fakta yang dihadirkan sesuai dan akurat maka penilaian dapat
meyakinkan dan bersifat obyektif. Maka baik buruknya penilaian tergantung
pada fakta yang ada.
Berikut adalah beberapa contoh yang dapat membedakan fakta dan
penilaian:
“Galang menceritakan kepada temannya tentang kecelakan yang baru saja dia
lihat di depan rumahnya, sebuah motor menabrak pejalan kaki” jika kalimat
tersebut berhenti setelah menceritakan peristiwa atau kejadian maka itu di sebut
fakta, sedangkan jika kalimat tersebut dilanjutkan dengan pendapat si pencerita
maka disebut penilaian, misalnya “pejalan kaki itu yang salah”
2.7 Evidensi dan Penilaian
Evidensi yaitu apabila fakta-fakta yang ada di hubung-hubungkan satu sama lain
dengan metode tertentu untuk membuktikan adanya sesuatu. Dengan demikian
evidensi adalah usaha untuk menyusun sejumlah fakta secara logis untuk
menghasilkan fakta yang lebih jelas.
3.1 Proses penalaran
Menurut prosesnya, penalaran dapat dibedakan atas penalaran induktif
(prosesnya disebut induksi), dan penalaran deduktif (prosesnya disebut deduksi).
Kedua penalaran tersebut akan diuraikan satu persatu di bawah ini:
1) Penalaran induktif
Secara formal induktif dapat dibatasi sebagai proses penalaran untuk
sampai hkepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum
maupun khususnya berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang
khusus.Proses penalaran induksi dapat dibedakan atas: generasi, analogi,
dan hubungan kausal (sebab akibat).
Generalisasi ialah proses penalaran berdasarkan pengamatan atau
sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan
mengenai semua alay sebahagian dari gejala itu.
Analogi sendiri berguna untuk memperbandingkan atau
mempersamakan aspek- aspek tertentu dari peristiwa atau hal. Kedua hal
tersebut memang tidak sejenis, tetapi keduanya memiliki aspek-aspek
tertentu yang mirip.
Sebab akibat adalah konsep yang menjelaskan hubungan antara suatu
peristiwa atau tindakan dengan hasil atau konsekuensi yang timbul dari
peristiwa atau tindakan tersebut. Dalam konteks ini, "sebab" mengacu
pada faktor atau kejadian yang menyebabkan sesuatu terjadi, sedangkan
"akibat" merujuk pada hasil atau dampak dari faktor atau kejadian
tersebut.
2) Penalaran deduktif
Secara formal deduktif dapat dibatasi sebagai proses penalaran untuk
sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum
maupun khususnya berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang
khususMenurut bentuknya penalaran deduktif dapat dibedakan sebagai
silogisme dan entimem.
Silogisme merupakan satu cara penalaran yang formal.Sementara
Praktek percakapan ataupun karangan biasanya penulis tidak secara
formal dan kaku memulai silogisme.Penalaran silogisme umumnya terdiri
atas dua premis (pernyataan) yang dihubung- hubungkan satu sama lain,
untuk kemudian bergerak menuju kepada suatu kesimpulan. Kalimat
pertama berisi pernyataan umum atau bisa disebut premis mayor (My).
Sedangkan kalimat kedua berisi pernyataan khusus dan terbatas, yang
disebut premis minor (Mn).
Sedangkan entimen Penulis tidak menyebutkan premis mayor, proses
minor dan konklusinya secara persis sebagaimana susunan silogisme
dalam contoh-contoh yang telah dikemukakan di atas. Biasanya kita
memakai metode penalaran deduktif secara spontan tanpa mengharuskan
menyatakan secara lengkap susunannya yang formal. Dan yang
diperlukan adalah hasil penalaran.

Anda mungkin juga menyukai