Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCE TO

DEPOSIT RATIO (FDR) SEBAGAI INDIKATOR LIKUIDITAS PADA


PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
( Periode Triwulan I 2003 – IV 2013 )

Novitasari1
1
Islamic Economics Department, Brawijaya University, 115020507111016

ABSTRAK
Likuiditas merupakan permasalahan pernah melanda perekonomian
Indonesia khususnya ketika terjadi krisis moneter dan melambungnya inflasi
pada tahun 1997 – 1998. Hal tersebut membuat bank – bank tidak mampu
mengembalikan uang para nasabah, akibatnya terjadi krisis kepercayaan
nasabah terhadap bank. Sehingga para nasabah berbondong – bondong segera
mengambil uangnya dari bank karena sudah tidak percaya kepada bank. Oleh
karena itu pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi finance to deposit ratio (FDR) yang merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui likuiditas pada bank syariah. Terdapat dua faktor
yang diduga mempengaruhi FDR, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internalnya adalah dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan yang diberikan
(PYD), return on asset (ROA), dan penempatan pada BI dan bank lain.
Sedangkan faktor eksternalnya terdiri dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Dengan
beberapa uji asumsi klasik dan uji hipotesa. Hasil perhitungan regresi secara
simultan menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Secara parsial, DPK
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDR, PYD berpengaruh positif dan
signifikan terhadap FDR, ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDR,
penempatan pada BI dan bank lain berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
FDR, inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDR, dan yang terakhir
adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak berpengaruh signifikan terhadap FDR.
Nilai koefisien determinasi pada penelitian ini adalah adalah sebesar 82%, dan
sisanya sebesar 18% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Kata kunci : finance to deposit ratio (FDR), likuiditas, dana pihak ketiga (DPK),
pembiayaan yang diberikan (PYD), return on asset (ROA), penempatan pada BI
dan bank lain, inflasi, pertumbuhan ekonomi

PENDAHULUAN
Secara umum, kondisi pasar keuangan domestik pada triwulan I - 2014
menunjukkan penguatan yang signifikan. Namun di sektor perbankan, Laporan
Triwulanan I 2014 oleh Otoritas Jasa Keuangan, industri perbankan
menunjukkan perlambatan pertumbuhan, yang ditandai penurunan aset bank
umum, penghimpunan dana dan penyaluran dana. Pengurangan bertahap
stimulus likuditas the Fed mendorong perlambatan pertumbuhan sumber
pendanaan perbankan, namun demikian kinerja sektor perbankan secara umum
cukup baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sama halnya dengan perbankan
umum, perkembangan industri perbankan syariah pada triwulan I-2014
mengalami perlambatan dilihat dari berbagai indikator termasuk posisi total aset,
pembiayaan dan dana masyarakat yang dihimpun (DPK). Total aset, pembiayaan
dan DPK mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2013.
Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang dapat
menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat. Kinerja
individual bank maupun sistem perbankan secara keseluruhan sangat ditentukan
1
oleh perilaku bank dalam mengelola aset (penempatan dana) dan liabilitas
(penghimpunan dana). Pengelolaan asset dan liabilitas bertujuan memperoleh
keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan dalam batasan tertentu. Batasan
tersebut mencakup tingkat likuiditas yang mencukupi, risiko yang rendah, dan
modal yang mencukupi. Dengan demikian, pengelolaan aset dan liabilitas
memiliki keterkaitan yang erat dengan likuiditas bank.
Pengelolaan likuiditas di dalam manajemen perbankan konvensional dan
perbankan syariah sangatlah penting sekali. Dimana jika hal ini tidak dikelola
dengan baik, maka bisa terjadi mismatch antara kelebihan dana dan kekurangan
dana. Sebagaimana yang kita ketahui, bisnis utama bank ini adalah bisnis
kepercayaan, dimana ketika tidak ada lagi kepercayaan dari nasabah, maka
tamat sudahlah riwayat bank tersebut. Likuiditas bersifat rentan dan dapat secara
tiba-tiba terkuras dari suatu bank.
Kesulitan likuiditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain
sehingga menimbulkan risiko sistemik. Seperti yang terjadi pada krisis keuangan
Asia pada tahun 1997-1998, dimana para nasabah rush dan antri untuk
mengambil uang mereka di bank karena muncul isu dimana bank tidak mampu
lagi membayar kembali uang nasabahnya. Beruntung Bank Indonesia sebagai
the lender of the last resort mengambil perannya dan mengumumkan ke seluruh
lapisan masyarakat bahwasanya dana mereka yang diletakkan di bank akan
dijamin oleh bank Indonesia dan bisa diambil kapanpun. Ketika hal ini didengar
dan diketahui oleh nasabah, maka kejadian antri dan berdesak-desakan untuk
mengambil uang di bank menurun bahkan kembali normal seperti sedia kala.
Sudah banyak kejadian dimana sebuah bank bangkrut bahkan bank syariah pun
ketika sudah tidak ada kepercayaan dari nasabah, maka orang akan
berbondong-bondong menarik dana mereka kembali seperti yang terjadi di bank
Century dan bank IFI. Dimana dana nasabah digelapkan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab dan ketika berita ini naik ke surat kabar, otomatis
pada saat itu juga orang akan menarik dana mereka dari bank tersebut untuk
dipindahkan ke bank lain.
Menurut Mustafidan (2013), likuiditas menggambarkan kemampuan bank
untuk mengakomodasi penarikan deposit dan kewajiban lainnya secara efisien
dan untuk menutup peningkatan dana dalam pinjaman serta portofolio investasi.
Sebuah bank yang memiliki potensi likuiditas yang memadai ketika ia dapat
memperoleh dana yang diperlukan (dengan meningkatkan kewajiban,
mengamankan, atau menjual asset) dengan segera dan dengan biaya yang
masuk akal. Likuiditas pada perbankan syariah diproksikan oleh Financing to
Deposit Ratio (FDR) karena FDR adalah salah satu indikator penilaian tingkat
kesehatan bank yang menggambarkan tingkat efisiensi pelaksanaan fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi dalam menghimpun dana dan pengalokasiannya.
Namun, pengukuran likuiditas pada bank adalah pengukuran yang
bersifat dilematis, karena disatu sisi usaha bank yang utama adalah memasarkan
dan atau memutar uang para nasabahnya untuk mendapatkan keuntungan.
Artinya bisnis perbankan harus memaksimalkan pemasaran uangnya dan sekecil
mungkin mencegah uang menganggur (idle money). Disisi lain, untuk dapat
memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dan debitur yang sewaktu –
waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut selalu dalam posisi siap
membayar, yang artinya bank harus mempunyai cadangan uang menganggur
yang cukup (Nadia, 2010).
Dengan kata lain terdapat pertukaran antara keunggulan yang dimiliki
likuiditas dengan potensi laba yang hilang. Salah satu tujuan penelitian ini adalah
ingin mengetaui faktor apa yang paling mempengaruhi likuiditas. Jadi perbankan
syariah mengetahui apa yang harus ditingkatkan dalam menjaga likuiditas
2
disamping tetap menjalankan perputaran arus kas untuk mendapatkan profit.
Menurut Kusumo (2008), jika likuiditas yang dimiliki bank terlalu banyak akan
menyebabkan terjadinya ketimpangan yang cukup besar antara simpanan dana
pihak ketiga dengan pembiayaan yang disalurkan, sehingga akan
mengakibatkan bank menjadi tidak kompetitif lagi.
Pada penulisan penelitian ini, penulis telah membaca dan mengamati
beberapa penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat dalam pemilihan variabel
– variabel yang mempengaruhi likuiditas perbankan syariah, sebagian
diantaranya adalah dana pihak ketiga (DPK), Pembiayaan Yang Diberikan
(PYD), Return On Asset (ROA), dan penempatan pada BI dan bank lain.
Menurut Nadia (2010), dana pihak ketiga merupakan salah satu alasan
utama bagi bank untuk menjaga tingkat likuiditasnya. Dana simpanan nasabah
adalah dana yang dihimpun oleh bank dalam melakukan fungsi intermediasinya.
Fungsi bank yang menjamin ketersediaan likuiditasnya bagi para nasabahnya
menyebabkan bank harus menghitung proporsi tertentu dari jumlah dana DPK.
Hal itu berarti jika DPK perbankan meningkat akan meningkatkan likuiditasnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nadia (2010) dana pihak
ketiga yang menjadi salah satu variabel independen terhadap variabel dependen
likuiditas adalah berpengaruh signifikan positif baik secara simultan maupun
parsial. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nandadipa (2010) juga dijelaskan
hubungan antara pertumbuhan DPK dan LDR pada bank konvensional, dimana
hasil penelitiannya adalah DPK berpengaruh negatif terhadap LDR (yang sama
dengan FDR pada bank syariah). Namun pada penelitian Mustafidan (2013) DPK
ini justru berpengaruh positif terhadap FDR, yang artinya berarti DPK
berpengaruh negatif terhadap likuiditas. Pada penelitian ini, variabel yang dipilih
sebagai variabel terikat untuk menentukan likuiditas adalah finance to deposit
ratio (FDR) atau biasa dikenal dengan rasio kredit atau pembiayaan terhadap
dana pihak ketiga. Menurut Budisantoso (2014), rasio kredit terhadap total dana
pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam
keadaan kurang likuid. Adanya perbedaan tersebut membuat pentingnya
penelitian ini dilakukan, sehingga DPK juga akan dipergunakan sebagai salah
satu variabel yang mempengaruhi likuiditas.
Kemudian terdapat variabel pembiayaan yang diberikan (PYD) yang
merupakan total dari semua pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah.
Usaha yang dapat dibiayai haruslah usaha yang halal. Usaha usaha yang berbau
haram tidak boleh dibiayai oleh bank syariah. PYD ini menjadi faktor utama
terbentuknya rasio pembiayaan, karena rasio pembiayaan atau FDR dibentuk
dari pembiayaan yang diberikan (PYD) terhadap dana pihak ketiga yang
dikalikan dengan 100%. Semakin besar pembiayaan maka semakin besar pula
rasio pembiayaan (FDR), sehingga berdampak negatif terhadap likuiditas bank
syariah. Nadia (2010) telah melakukan penelitian yang salah satunya
mengungkapkan pengaruh PYD terhadap likuiditas bank syariah. Hasil
penelitiannya menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif terhadap
likuiditas.
Selanjutnya terdapat profit bank yang biasa diproksikan dengan return on
asset (ROA) yang diduga juga mempengaruhi likuiditas. Hal tersebut sesuai
dengan yang diungkapkan sebelumnya bahwa pengelolahan likuiditas yang
bersifat dilematis. Di lain sisi bank harus menyiapkan sejumlah uang
menganggur untuk mengantisipasi adanya penarikan tiba – tiba dari nasabah,
namun disisi lain bank juga harus memutar atau menyalurkan dananya untuk
pembiayaan agar mendapat keuntungan (ROA), jadi terdapat potensi laba yang
hilang dalam penjagaan likuiditas bank. Beberapa penelitian mengenai hubungan
ROA dengan rasio pembiayaan telah dilakukan sebelumnya oleh Mustafidan
3
(2013), Prayudi (2011) dan Nadia (2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mustafidan (2013) dan Prayudi (2011), menunjukkan hasil yang signifikan dan
positif antara ROA dan FDR sesuai dengan teori yang berarti ROA berpengaruh
negatif pada likuiditas. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Nadia (2010),
ROA justru berpengaruh positif terhadap likuiditas. Oleh karena itu penelitian
mengenai hubungan ROA dengan FDR ini perlu dilakukan.
Disamping dana simpanan masyarakat (DPK), pembiayaan yang
diberikan (PYD) dan ROA terdapat faktor lain yang diduga berpengaruh juga
terhadap likuiditas yaitu penempatan pada Bank Indonesia (BI) dan bank lain.
Untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, bank harus menyiapkan
sejumlah cadangan likuiditas yang cukup. Hal itu bisa berbentuk uang
menganggur (idle fund), investasi atau penempatan dana pada Bank Indonesia
dan penempatan pada bank lain yang sesuai dengan kesepakatan dan bisa
diproses dengan cepat untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Menurut Wuryandani (2014), cadangan likuiditas suatu bank pada
umumnya merupakan jaminan atau tindakan berjaga - jaga atas kemungkinan
terjadinya kewajiban membayar akibat peningkatan penarikan dana maupun
peningkatan giro wajib minimum (GWM). GWM ini termasuk dalam penempatan
pada Bank Indonesia yang merupakan simpanan bank syariah di Bank Indonesia
yang terdiri dari Giro wadiah pada Bank Indonesia (GWM pada Bank Syariah),
Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS), Tagihan Reverse Repo
SBSN Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang merupakan
sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka
pendek. Selain itu untuk menjaga cadangan likuiditas, bank syariah juga
menempatkan dananya pada bank lain. Hal itu terdiri dari penanaman dana pada
bank syariah lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam bentuk antara
lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank, deposito mudharabah, dan
tabungan mudharabah yang dimaksudkan untuk optimalisasi pengelolaan dana.
Baik penempatan dana pada BI maupun bank lain, keduanya sama – sama
terjadi di pasar uang antar bank syariah (PUAS), kecuali giro wadiah pada Bank
Indonesia yang merupakan kewajiban.
Hubungan antara penempatan dana pada BI dan bank lain ini telah
dijelaskan sebelumnya oleh penelitian terdahulu yaitu oleh Mustafidan (2013)
dan Mubarak (2011) yang sama – sama memiliki hubungan yang negatif antara
PUAS dan FDR sesuai dengan teori.
Pada penelitian terdahulu, mayoritas variabel bebas yang dipilih
merupakan faktor internal bank, artinya faktor tersebut dipengaruhi oleh kinerja
operasional didalam bank dan masih bisa dikendalikan. Belum banyak yang
membahas variabel yang merupakan faktor eksternal bank, artinya faktor
tersebut berasal dari luar operasional perbankan dan besar kecilnya tidak dapat
dikendalikan oleh bank, namun dampaknya mungkin saja mempengaruhi
perbankan khususnya perbankan syariah di Indonesia.
Melihat perkembangan perbankan syariah yang sangat pesat, maka bisa
dikatakan perbankan syariah telah masuk pada era globalisasi, sehingga tidak
menutup kemungkinan krisis akan berdampak dalam perkembangan perbankan
syariah dimasa yang akan datang. Maka pada penelitian ini yang membedakan
dengan penelitian sebelumnya adalah selain faktor internal, juga dipilih beberapa
faktor eksternal yaitu untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor – faktor yang
berada di luar kendali bank, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap
likuiditas perbankan syariah. Faktor – faktor eksternal yang diduga berpengaruh
terhadap FDR dan likuiditas adalah inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Kestabilan tingkat inflasi sangat penting untuk mendukung kegiatan
perekonomian masyarakat. Apabila tingkat atau kondisi inflasi yang stabil, maka
4
dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan aktivitas
ekonominya, baik konsumsi maupun investasi. Gejolak inflasi yang signifikan
akan mengganggu kestabilan perekonomian. Dampak adanya inflasi yang tinggi
pun akan merugikan banyak golongan masyarakat (Rivai, 2007 dalam Firaldi,
2013). Vodova (2011, dalam Wuryandani, 2014) juga mengatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa inflasi berdampak buruk terhadap likuiditas bank. Penelitian
terdahulu juga pernah dilakukan oleh Supriyatna (2010) dan Nandadipa (2011)
yang sama – sama menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap
rasio pembiayaan dikarenakan tabungan masyarakat (DPK) menurun. Namun
lain halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Mubarak (2011) yang
menyatakan bahwa pada pengujian secara parsial, inflasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap FDR. Mubarak (2011) mengartikan apabila terjadi inflasi
maka jumlah FDR khususnya pembiayaan juga mengalami kenaikan.
Menurut Mubarak (2011) inflasi memiliki pengaruh positif terhadap FDR,
artinya apabila inflasi mengalami kenaikan maka jumlah FDR khususnya
pembiayaan akan mengalami kenaikan begitu pula sebaliknya, dimana
pembiayaan tersebut menggunakan konsep bagi hasil. Dengan konsep ini,
sesungguhnya bank dan nasabah melakukan pengikatan dalam suatu ikatan
investasi bersama, dimana laba dan rugi akan ditanggung bersama, sehingga
konsep ini jelas lebih adil dan memberi ketenangan bagi nasabah. Jadi variabel
inflasi ini menarik untuk diuji ulang hubungannya dengan likuiditas khususnya
pada FDR perbankan syariah.
Selanjutnya adalah variabel pertumbuhan ekonomi, terdapat penelitian
yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif pada
likuiditas bank (Vodova, 2011 dalam Wuryandani, 2014). Belum banyak yang
meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi ini terhadap FDR maupun
likuiditas suatu bank, sehingga perlu untuk dilakukan penelitian tentang
hubungan pertumbuhan ekonomi dengan FDR.
Jadi terdapat faktor internal dan eksternal yang diduga dapat
mempengaruhi likuiditas bank syariah khususnya pada pengelolaan likuiditas
bank. Faktor internalnya adalah secara mikro yang terdiri dari DPK, PYD, ROA,
penempatan pada BI dan bank lain. Dan faktor eksternalnya adalah secara
makro yang terdiri dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

KAJIAN TEORI
Definisi Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah
lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Saw.
Bank syariah didefinisikan sebagai suatu lembaga intermediasi yang
mengalirkan investasi publik secara optimal (dengan kewajiban zakat dan
pelarangan riba) yang bersifat produktif. Bank dalam pengertian Islam yang
sederhana adalah bank yang terbebas dari bunga. Pengertian ini memberikan
arah kepada perbankan syariah dalam operasional serta pemilihan instrumen
perbankan yang harus menghindari bunga (Arief, 2008 dalam Firaldi 2013).
Menurut Pasal 1 ayat (7) Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Dalam Pasal 1 ayat (12), menyebutkan bahwa Prinsip Syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
5
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang
syariah (Sumar’in, 2012).

Manajemen Perbankan Syariah


Menurut Sumar’in (2012), manajemen diartikan sebagai sebuah proses
yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan
berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang –
orang serta sumber daya organisasi lainnya. Dalam Al Qur’an, manajemen
disebut dengan kata tadbir yang berarti penerbitan, pengaturan, pengurusan,
perencanaan dan persiapan. Berikut ini merupakan alur kerja manajemen bank
syariah menurut Sumar’in (2012):

Pengertian Likuiditas
Pengertian likuiditas adalah kemampuan menyediakan dana untuk
memenuhi penarikan simpanan dan permintaan kredit serta kewajiban lainnya
yang telah jatuh tempo. Likuiditas merupakan masalah yang sangat esensial bagi
lembaga keuangan untuk menjaga kontinuitas usahanya. Likuiditas bukanlah
merupakan suatu konsep mutlak, tetapi menyangkut konsep waktu dan biaya.
Hampir semua aktiva lembaga keuangan pada akhirnya akan jatuh tempo dan
beralih menjadi kas.
Menurut Mustafidan (2013), likuiditas menggambarkan kemampuan bank
untuk mengakomodasi penarikan deposit dan kewajiban lainnya secara efisien
dan untuk menutup peningkatan dana dalam pinjaman serta portofolio investasi.
Sebuah bank yang memiliki potensi likuiditas yang memadai ketika ia dapat
memperoleh dana yang diperlukan (dengan meningkatkan kewajiban,
mengamankan, atau menjual asset) dengan segera dan dengan biaya yang
masuk akal. Likuiditas pada perbankan syariah diproksikan oleh Financing to
Deposit Ratio (FDR) karena FDR adalah salah satu indikator penilaian tingkat
kesehatan bank yang menggambarkan tingkat efisiensi pelaksanaan fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi dalam menghimpun dana dan pengalokasiannya.

Pemenuhan Kebutuhan Likuiditas


Sumber – sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
dalam Siamat (1995) antara lain adalah simpanan dari masyarakat, aset yang
telah jatuh tempo, menjual aset, melakukan pinjaman dana, menggunakan
fasilitas diskonto.

Ukuran – Ukuran Likuiditas


Indikator atau ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
likuiditas bank juga dibahas oleh Budisantoso (2014), antara lain sebagai berikut:
6
1) Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga
Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak
ketiga. Alat likuid tersebut dapat berupa uang kas, saldo giro pada bank
sentral dan bank koresponden, dan cek dalam proses penagihan. Dana pihak
ketiga tersebut dapat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
kewajiban jangka pendek lainnya. Rasio alat likuid terhadap dana pihak
ketiga yang tinggi menunjukkan likuiditas bank yang tinggi pula.
2) Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga (loan to deposit ratio – LDR)
Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk kredit. Rasio kredit tehadap total dana pihak ketiga yang tinggi
menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid.
3) Rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga
Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat
berharga yang dimiliki suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas
bank tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis memilih kredit yang diberikan terhadap dana
pihak ketiga yang terdapat dalam salah satu alat pengukuran likuiditas menurut
Siamat (1995) dan menurut Budisantoso (2014). Salah satu pengukuran likuiditas
tersebut biasa disebut Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional.
Namun pada perbankan syariah istilah LDR tersebut disebut Finance to Deposit
Ratio (FDR), adapun cara menghitung dari FDR (Financing to Deposit Rasio),
yaitu :

Besarnya FDR yang diijinkan adalah 80% < FDR<110%, artinya minimum
FDR adalah 80% dan maksimum FDR adalah 110%. FDR merupakan alat tidak
langsung untuk menentukan apakah likuiditas perbankan syariah terjaga atau
tidak. Jika FDR tinggi maka semakin sedikit likuiditas yang berada di perbankan
syariah, namun apabila FDR menurun maka likuiditasnya akan semakin banyak.

Manajemen Likuiditas
Manajemen likuiditas bank diartikan sebagai suatu proses pengendalian
dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban
bank yang segera harus dibayar (Sinungan, 2000 dalam Syahrir 2012).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, penilaian
likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara
tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang
akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: (a) Besarnya Aset
Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, merupakan
rasio utama; (b) Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio penunjang; (c)
Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio penunjang; (d)
Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga, merupakan
rasio penunjang; (e) Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain
apabila terjadi mistmach, merupakan rasio pengamatan (observed); (f)
Ketergantungan pada dana antar bank, merupakan rasio pengamatan
(observed).

7
Variabel yang Mempengaruhi Likuiditas Perbankan Syariah
1) Dana Pihak Ketiga (DPK)
Total dana pihak ketiga di peroleh dari giro, tabungan, dan deposito pada
perbankan syariah maka akan diperoleh jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang
telah berhasil dihimpun setiap bulannya.
2) Pembiayaan Yang Diberikan (PYD)
PYD adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Usaha yang dapat
dibiayai haruslah usaha yang halal. Usaha usaha yang berbau haram tidak boleh
dibiayai oleh bank syariah. Berdasarkan tujuan penggunaanya, pembiayaan
terbagi menjadi 4 prinsip, yaitu prinsip jual beli (al-bai'), sewa (ijarah), bagi hasil
(syirkah) dan pelengkap. Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
3) Return On Asset (ROA)
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset. Rumus perhitungan ROA menurut Jordan (2009) adalah :

Dalam penelitian ini alasan menggunakan rasio profitabilitas adalah rasio ini
merupakan metode pengukuran yang obyektif dan didasarkan pada data
akutansi yang tersedia. Besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari
serangkaian kebijakan bank.
4) Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Penempatan pada Bank Indonesia merupakan simpanan bank syariah di
Bank Indonesia yang terdiri dari Giro wadi’ah pada Bank Indonesia, Fasilitas
Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS), Tagihan Reverse Repo SBSN
Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang merupakan sertifikat
yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek.
Penempatan yang juga dilakukan oleh bank syariah untuk menjaga
likuiditasnya adalah penempatan pada bank lain. Penempatan pada bank lain
adalah penanaman dana pada bank syariah lain baik di dalam negeri maupun di
luar negeri dalam bentuk antara lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antar bank,
deposito mudharabah, dan tabungan mudharabah yang dimaksudkan untuk
optimalisasi pengelolaan dana. Penempatan pada bank lain merupakan salah
satu komponen dari aktiva produktif dengan maksud untuk optimalisasi
pengelolaan dana. Oleh karena itu, bank harus membentuk penyisihan untuk
menutup kemungkinan kerugiannya dalam valuta yang sama. Penempatan pada
bank lain dapat berupa Deposito Mudharabah dan Tabungan Mudharabah serta
Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank. Tingkat likuiditas suatu bank yang
diukur dengan aktiva produktif yang dananya sebagian besar berasal dari
penempatan pada bank lain dapat membantu sebuah bank untuk
mengoptimalkan pengelolaan dana. Sehingga pada penelitian ini, penulis
memasukkan variabel penempatan pada BI dan bank lain sebagai salah satu
variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu FDR. Jika jumlah penempatan
bertambah menunjukkan keadan bank yang likuid atau likuiditasnya dapat
terjaga.

Variabel Makroekonomi
1) Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi secara terus
menerus dalam suatu periode. Menurut (Karim, 2008 dalam Firaldi 2013) inflasi
8
adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode waktu tertentu. Berbagai pengertian inflasi dari berbagai
sudut pandang telah dikemukakan, dalam hal ini berbeda ahli ekonomi berbeda
pula pengertian inflasi. Sampai saat ini belum ada suatu batasan inflasi yang
baku yang diterima oleh seluruh ahli ekonomi.
Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan inflasi bulanan (month
to month, m-t-m) yaitu perbandingan antara indeks bulan yang bersangkutan
dengan indeks pada bulan sebelumnya selama periode tahun 2003 - 2013 yang
dinyatakan dalam satuan persen (%), diambil dari data yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia berdasarkan perhitungan bulanan yang kemudian diolah menjadi
data triwulanan.. Skala pengukuran yang digunakan adalah:

Keterangan :
LI = Laju Inflasi
IHKt = Indeks Harga Konsumen (periode t)
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen (periode t-1)

2) Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan
dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang –
barang dan jasa – jasa. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi lebih
menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan
menggunakan data produk domestic bruto (PDB), atau pendapatan atau output
per kapita. Produk domestik bruto (PDB) adalah total nilai pasar dari barang –
barang akhir dan jasa – jasa yang dihasilkan di dalam suatu perekonomian
selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Dalam peneltian ini, laju pertumbuhan ekonomi (rate of economic growth)
dihitung berdasarkan periode triwulanan yang diambil dari Badan Pusat Statistik
(BPS). Formula yang digunakan dalam perhitungan laju pertumbuhan ekonomi
menurut Nanga (2001) adalah sebagi berikut:

Keterangan :
g = pertumbuhan ekonomi
Yt = produk domestik bruto (periode t)
Yt-1 = produk domestik bruto (periode t-1)

METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pendekatan kuantitatif dipakai dalam penelitian ini, karena dimulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta tampilan dari
hasilnya banyak menggunakan angka (Arikunto, 2002 dalam Sakti, 2007).
Penelitian ini menggunakan bentuk riset kausal, yaitu menjelaskan pola
hubugan besarnya likuiditas (FDR) sebagai variabel dependen yang dipengaruhi
variabel independen yaitu besarnya faktor internal yang terdiri dari DPK, PYD,
ROA, penempatan pada BI dan bank lain, serta faktor eksternal yang terdiri dari
inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

9
Definisi Operasional dan pengukuran Variabel Penelitian
1) Finance to Deposit Ratio (FDR)
Data finance to deposit ratio (FDR) yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari data Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia, dari tahun 2003 - 2013 yang dinyatakan dalam bentuk rasio.
Formula yang digunakan dalam menentukan FDR adalah sebagai berikut:

2) Dana Pihak Ketiga (DPK)


Data dana pihak ketiga (DPK) yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari data Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia, dari tahun 2003 - 2013 yang dinyatakan dalam bentuk milyar rupiah
yang diubah menjadi laju DPK atau pertumbuhan DPK dalam persen. Total dana
pihak ketiga diperoleh dari giro, tabungan, dan deposito yang telah berhasil
dihimpun oleh perbankan syariah setiap bulannya.

3) Pembiayaan Yang Diberikan (PYD)


Data pembiayaan yang diberikan (PYD) yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari data Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia, dari tahun 2003 – 2013 yang dinyatakan dalam bentuk milyar
rupiah dan diformulasikan menjadi triliun rupiah. PYD ini terdiri dari semua
pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah dan unit usaha syariah (UUS).

4) Return On Asset (ROA)


Data Return On Asset (ROA) yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari data Statistis Perbankan Syariah Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia, dari tahun 2003 - 2013 yang dinyatakan dalam bentuk rasio. Formula
yang digunakan dalam menentukan ROA adalah sebagai berikut :

5) Penempatan pada BI dan Bank Lain


Data Penempatan pada BI yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
data Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia, dari tahun 2003 - 2013 yang dinyatakan dalam bentuk rupiah yang
diubah kedalam bentuk log natural untuk menyamakan satuan. Penempatan
pada Bank Indonesia terdiri dari Giro wadiah pada Bank Indonesia, Fasilitas
Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS), Tagihan Reverse Repo SBSN
Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
Sedangkan penempatan pada bank lain merupakan penanaman dana pada
bank syariah lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam bentuk antara
lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank, deposito mudharabah, dan
tabungan mudharabah.Penulis menggabungkan jumlah penempatan pada Bank
Indonesia (BI) dan penempatan pada bank lain pada setiap triwulan.

6) Inflasi
Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dari tahun 2003 - 2013 yang dinyatakan dalam
bentuk persen. Formula yang digunakan dalam menentukan prosentase inflasi
adalah sebagai berikut :

10
Keterangan :
LI = Laju Inflasi
IHKt = Indeks Harga Konsumen (bulan pertama)
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen (bulan sebelumnya)

7) Pertumbuhan Ekonomi
Data pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dari tahun 2003 - 2013
yang dinyatakan dalam bentuk persen.
Formula yang digunakan dalam menentukan prosentase pertumbuhan ekonomi
adalah sebagai berikut :

Keterangan :
g = pertumbuhan ekonomi
Yt = produk domestik bruto triwulan sekarang
Yt-1 = produk domestik bruto triwulan sebelumnya

Populasi dan Penentuan Sampel


Populasi ialah keseluruhan subjek penelitian. Dengan kata lain populasi
merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri – cirinya akan diduga.
Dalam penelitian ini populasinya adalah tahun lahirnya perbankan syariah di
Indonesia yaitu tahun 1992, hingga saat ini yaitu tahun 2015.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh
sampel yag benar – benar dapat mewakili populasi sebenarnya, dengan kata lain
sampel harus representatif. Sampel yang diambil untuk memenuhi tujuan dari
penelitian ini adalah tahun 2003 hingga 2013. Selain memenuhi data untuk
dianalisis, pemilihan sampel ini juga bertujuan melihat seberapa besar pengaruh
faktor internal dan faktor eksternal terhadap likuiditas pada saat terjadinya krisis
pada tahun 2008.

Metode Pengumpulan Data


1) Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data time series atau
data berkala. Periode waktu yang diambil adalah triwulanan dari tahun 2003
sampai 2013.
2) Sumber Data
Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang di ambil berdasarkan situs resmi
Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan
(www.ojk.go.id) dan buku – buku literatur.

3) Cara Memperoleh Data


Riset kepustakaan (library research) yang berupa pengumpulan data dengan
membaca buku - buku dari beberapa literatur, referensi, laporan - laporan
keuangan dan bahan - bahan yang berhubungan atau mendukung karya akhir ini
dan riset internet (internet research) yaitu internet sehingga data yang diperoleh
merupakan datayang sesuai dengan perkembangan zaman.

Metode Analisis

11
Metode analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda
dengan metode Ordinary Least Square.
1) Model Regresi Berganda
Pada penelitian ini, bentuk rumus nya adalah sebagai berikut :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4 X4+ 5X5 + 6X6 + e
Keterangan :
Y = Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah Indonesia pada
tahun 2003 - 2013
 = Bilangan konstanta
1-6 = Koefisien Regresi dari masing-masing variabel independen
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah Indonesia pada tahun
2003 -2013
X2 = Pembiayaan Yang Diberikan (PYD) perbankan syariah Indonesia pada
tahun 2003 - 2013
X3 = Return On Asset (ROA) perbankan syariah Indonesia pada tahun 2003
- 2013
X4 = Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain pada tahun 2003 -
2013
X5 = Inflasi di Indonesia pada tahun 2003 - 2013
X6 = Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tahun 2003 - 2013
e = faktor pengganggu

2) Uji Asumsi Klasik


a. Normalitas
Pada penelitian ini, penulis menggunakan uji statistik non-parametik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk menguji normalitas residual. Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis :
: data residual berdistribusi normal

: data residual tidak berdistribusi normal


Jika besarnya signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari
signifikansi yang digunakan, maka H0 ditolak yang berarti data residual
terdisribusi tidak normal.

b. Multikolinearitas
Pada penelitian ini digunakan nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoliniaritas
adalah nilai tolerance  0.10 atau sama dengan nilai VIF  10.

c. Heteroskedestisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
dengan residualnya (SRESID), dimana sumbu Y adalah Y yang telah di prediksi,
dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-
studentized. Jika ada pola tertentu seperti titik – titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastiditas.

12
d. Autokorelasi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Run Test untuk menguji
apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak
terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
ramdom. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara
random atau tidak.
Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan uji Run Test ini yaitu :
1) Merumuskan hipotesis
2) Menentukan signifikansi
3) Membandingkan nilai Asymp.Sig (2-tailed) dengan nilai signifikansi
Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai signifikansi maka tidak
terjadi autokorelasi. Namun bila nilai Asymp.Sig (2-tailed) kurang dari nilai
signifikansi maka terjadi autokorelasi.

3) Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Uji F merupakan uji signifikansi serentak yang dimaksudkan untuk melihat
kemampuan menyeluruh dari semua variabel bebas untuk dapat menjelaskan
keragaman variabel tidak bebas. Ada beberapa tahapan dalam melakukan uji
F ini yaitu :
1) Merumuskan hipotesis
2) Menentukan signifikansi
3) Menghitung nilai Fhitung
4) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel
Bila nilai Fhitung lebih besar daripada nilai Ftabel , maka H0 ditolak dan
menerima H1.

b. Uji t
Uji t digunakan untuk menunjukkan tingkat signifikansi pengaruh satu
variabel bebas terhadap variabel terikat. Ada beberapa tahapan dalam
melakukan uji t:
1) Merumuskan hipotesis
2) Menentukan tingkat signifikansi
3) Menghitung nilai thitung
4) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel
Bila |thitung| lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ttabel , maka H1 diterima
yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi (R2)


Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan 1. Nilai R 2 yang kecil
berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam manjelaskan
variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas

Variabel Dependen Statistik Uji Nilai Keterangan


Y Kolmogorov-Smirnov 0.910 Menyebar
13
Signifikansi 0.379 Normal
Berdasarkan pengujian Kolmogorov-Smirnov diatas, untuk variabel
dependen FDR (Y) menghasilkan 0.910 dengan nilai signifikansi > 0.05 yaitu
sebesar 0.379. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model
regresi yang digunakan untuk FDR (Y) telah memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Multikolinearitas
Variabel Independent VIF Tolerance : Keterangan
X1 1.414 0.707 tidak terjadi multikolinearitas
X2 4.745 0.211 tidak terjadi multikolinearitas
X3 1.714 0.583 tidak terjadi multikolinearitas
X4 6.398 0.156 tidak terjadi multikolinearitas
X5 1.387 0.721 tidak terjadi multikolinearitas
X6 1.056 0.947 tidak terjadi multikolinearitas
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak
terdapat hubungan (korelasi) yang tinggi antar variabel independennya.
3) Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4) Uji Autokorelasi
Dengan uji Runs Test didapat hasil Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0.446
yang lebih besar dari 5% (0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi dalam model regresi penelitian ini.

Uji Hipotesis
1) Uji F
Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan dengan program SPSS,
didapatkan hasil :
Fhitung sebesar : 38.031
Ftabel  = 5%
df df1 = k – 1 = 7 – 1 = 6
df2 = n – k = 44 – 7 = 37
Dimana :
k : adalah jumlah variabel (bebas + terikat)
n : adalah jumlah observasi/sampel pembentuk regresi.
Maka diperoleh Ftabel = 2.36

14
Sehingga 33.755 (Fhitung) > 2.36 (Ftabel) yang artinya DPK, ROA, PYD,
Penempatan pada BI dan Bank Lain, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi secara
serentak berpengaruh signifikan terhadap FDR.
2) Uji t
Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan dengan program SPSS,
didapatkan hasil :
ttabel  = 5% = 0.05
df = n – k = 44 – 7 = 37
ttabel = 1.687
Dimana :
k : adalah jumlah variabel (bebas + terikat)
n : adalah jumlah observasi / sampel pembentuk regresi.

Nama Variabel
Hipotesis |thitung| Sig Arti Keterangan
Independent
H0 =   0
X1 5.693 0.00 thitung > ttabel Berarti H0 ditolak
H1 =  < 0
H0 =   0
X2 6.613 0.00 thitung > ttabel Berarti H0 ditolak
H1 =  > 0
X3 H0 =   0
2.461 0.019 thitung > ttabel Berarti H0 ditolak
H1 =  > 0
X4 H0 =   0
9.601 0.00 thitung > ttabel Berarti H0 ditolak
H1 =  < 0
X5 H0 =   0
4.364 0.00 thitung > ttabel Berarti H0 ditolak
H1 =  > 0
X6 H0 =   0
0.221 0.827 thitung < ttabel Berarti H0 diterima
H1 =  > 0

3) Koefisien Determinasi
Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS, maka didapatkan nilai koefisien determinasi
sebesar 0.820, hal ini berarti 82% variabel dependen (FDR) dijelaskan oleh
variabel independen (DPK, ROA, PYD, Penempatan pada BI dan Bank Lain,
Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi), sisanya sebesar 18% dijelaskan oleh variabel
lain diluar model.

Model Regresi yang Terbentuk


Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan
menggunakan program SPSS, maka model regresi yang terbentuk adalah
sebagai berikut:
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 - 4X4+ 5X5 - 6X6 + e
Y = 169.619 – 0.413X1 + 0.109X2 + 2.336X3 – 8.850X4 + 0.567X5 + 0.036X6 + e
Dari model regresi yang terbentuk di atas, dapat diketahui bahwa untuk
model Y adalah konstanta regresi bernilai 169.619. Hal itu berarti jika X 1, X2 , X3 ,
X4, X5, dan X6 bernilai 0 maka nilai FDR (Y) adalah sebesar 169.619. Dari nilai
beta X1 menunjukkan nilai negatif yaitu – 0.413. Hal ini berarti hubungan antara
variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang tidak searah. Jika X 1 yang
merupakan DPK bertambah sebesar 1 persen saja maka Y (FDR) akan
mengalami penurunan sebesar 0.413% dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Dari nilai beta X2 menunjukkan nilai positif yaitu 0.109. Hal ini berarti
hubungan antara variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang searah. Jika
15
X2 yang merupakan PYD bertambah sebesar 1 triliun rupiah saja maka Y (FDR)
juga akan bertambah 0.109 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Dari nilai beta X3 menunjukkan nilai positif yaitu 2.336. Hal ini berarti
hubungan antara variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang searah. Jika
X3 (ROA) bertambah sebesar 1 persen saja maka akan menyebabkan Y (FDR)
akan bertambah sebesar 2.336 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Dari nilai beta X4 menunjukkan nilai negatif yaitu – 8.850. Hal ini berarti
hubungan antara variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang tidak
searah. Jika X4 yang merupakan penempatan pada BI dan bank lain naik
sebesar 1 persen saja maka Y (FDR) akan turun sebesar 8.850 persen dengan
asumsi variabel lainnya tetap.
Dari nilai beta X5 menunjukkan nilai positif yaitu 0.567. Hal ini berarti
hubungan antara variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang searah. Jika
X5 (inflasi) naik sebesar 1 persen saja maka Y (FDR) akan naik sebesar 0.567
persen dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Dari nilai beta X6 menunjukkan nilai positif yaitu 0.036. Hal ini berarti
hubungan antara variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang searah. Jika
X6 (pertumbuhan ekonomi) naik sebesar 1 persen saja maka Y (FDR) akan naik
sebesar 0.036 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap. Namun pada
pengujian secara parsial sudah dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi ini tidak
berpengaruh signifikan terhadap FDR, artinya naik turunnya pertumbuhan
ekonomi tidak berpengaruh terhadap FDR mmaupun likuiditas.

Pembahasan
Faktor – Faktor Internal
Secara teori, semakin besar DPK membuat rasio FDR menurun, dan hal
itu akan menambah likuiditas bank syariah. Pada hasil analisis secara parsial
menunjukkan signifikansi yang tinggi dan hasilnya sesuai dengan teori yaitu
menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap FDR. Hasil tersebut sesuai
dengan hipotesis awal dan juga mendukung penelitian sebelumnya. Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prihatiningsih (2012) yang
menyatakan bahwa DPK berpengaruh negatif terhadap FDR. Nadia (2010) juga
menyatakan bahwa DPK berpengaruh signifikan negatif terhadap ratio
pembiayaan (FDR) tetapi positif terhadap likuiditas. Namun penelitian ini tidak
mendukung penelitian Mustafidan (2013) DPK ini justru berpengaruh positif
terhadap FDR, yang artinya berarti DPK berpengaruh negatif terhadap likuiditas.
Secara teori semakin besar pembiayaan maka semakin besar pula rasio
pembiayaan (FDR), sehingga berdampak negatif terhadap likuiditas bank
syariah. Hasil analisis yang telah dilakukan penulis dengan program SPSS
menunjukkan hubungan yang positif antara PYD dengan FDR yang artinya
semakin besar PYD maka akan semakin besar pula FDR. Hal tersebut sesuai
dengan hipotesa awal dan sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nadia (2010) yang salah satunya mengungkapkan pengaruh PYD terhadap
likuiditas bank syariah. Hasil penelitiannya menunjukkan hubungan yang
signifikan dan positif terhadap rasio pembiayaan dan negatif terhadap likuiditas.
Secara teori ROA (tingkat pengembalian aset) akan berpengaruh positif
terhadap FDR karena semakin banyak laba yang diperoleh maka semakin
banyak pula dana yang akan disalurkan untuk pembiayaan, begitu pula
sebaliknya bila dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan banyak maka
semakin banyak pula tingkat pengembalian asset yang didapatkan. Hasil analisis
yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sesuai dengan hipotesis awal yaitu
ROA berpengaruh signifikan positif terhadap FDR. Hasil tersebut mendukung
16
penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Mustafidan (2013) dan Prayudi
(2011), menunjukkan hasil yang signifikan dan positif antara ROA dan FDR
sesuai dengan teori yang berarti ROA berpengaruh negatif pada likuiditas.
Namun hasil dalam penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan oleh Nadia
(2010), yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap rasio
pembiayaan dan justru berpengaruh positif terhadap likuiditas.
Secara teori jika penempatan pada BI dan bank lain tinggi maka FDR
akan turun dan meningkatkan likuiditas bank. Hasil analisis yang didapatkan
penulis menunjukkan hasil yang sesuai dengan hipotesa awal, yaitu penempatan
pada BI dan bank lain berpengaruh signifikan negatif terhadap FDR. Hubungan
antara penempatan dana pada BI dan bank lain ini telah dijelaskan sebelumnya
oleh penelitian terdahulu yaitu oleh Mustafidan (2013) dan Mubarak (2011) yang
sama – sama memiliki hubungan yang negatif FDR sesuai dengan teori. Seperti
yang telah diketahui bersama bahwa bank syariah didominasi oleh pembiayaan
yang dilakukan dengan prinsip bagi hasil, hal itu membuat likuiditasnya kurang
terjaga.
Faktor – Faktor Eksternal
Definisi singkat mengenai inflasi ini menurut Boediono (2014) adalah
kecenderungan dari harga – harga untuk menaik secara umum dan terus
menerus. Dari definisi tersebut, harga – harga yang naik dapat mempengaruhi
daya beli masyarakat sehingga juga akan mengurangi saving dari masyarakat ke
bank. Sehingga akan mengurangi dana yang dihimpun oleh bank. Dari sisi
produsen, juga akan mengalami kerugian akibat daya beli masyarakat yang
menurun. Produsen tersebut akan membutuhkan pembiayaan lebih dari bank,
namun bank – bank konvensional (menggunakan bunga) akan menaikkan bunga
pinjamannya sehingga nasabah lebih memilih melakukan pembiayaan di bank
syariah. Jadi secara teori, inflasi mempunyai dampak positif terhadap FDR.
Hasil analisis yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap FDR yang sesuai dengan
hipotesa awal. Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh
Supriyatna (2010) dan Nandadipa (2011) yang sama – sama menunjukkan
bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap rasio pembiayaan dikarenakan
tabungan maysrakat (DPK) menurun. Namun mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mubarak (2011) yang menyatakan bahwa pada pengujian secara
parsial, inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDR. Mubarak (2011)
mengartikan apabila terjadi inflasi maka jumlah FDR khususnya pembiayaan juga
mengalami kenaikan. Inflasi yang tinggi memang akan berdampak buruk kepada
semua hal, namun pada penelitian ini mengambil sampel tahun 2003 – 2013
dimana rata – rata inflasi yang terjadi adalah inflasi ringan (stabil) yang
menyebabkan persaingan industri yang semakin ketat. Produsen yang
memerlukan pembiayaan untuk kelangsungan produksinya tentu akan berpikir
dua kali untuk melakukan peminjaman pada bank konvensional karena bunga
yang tinggi saat inflasi, sehingga para produsen akan beralih melakukan
pembiayaan pada bank syariah yang menawarkan bagi hasil dan menyebabkan
FDR akan naik
Secara teori menujukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh
positif terhadap FDR. Pada hasil analisis yang penulis lakukan, didapatkan hasil
bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif terhadap FDR
namun tidak terlalu berpengaruh secara signifikan. Hasil ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2005) yang hipotesis awalnya adalah
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap loan to deposit ratio (LDR)
yaitu rasio yang sama dengan FDR pada bank syariah, namun hasil yang didapat
17
adalah pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap LDR pada jangka
pendek dan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap LDR.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab – bab sebelumnya
maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Faktor – faktor internal bank syariah (DPK, PYD, ROA, dan Penempatan
pada BI dan bank lain) yang menjadi variabel bebas penelitian ini
berpengaruh dan siginifikan secara simultan terhadap FDR dan likuiditas.
2) Secara parsial dana pihak ketiga (DPK) sebagai salah satu variabel
independen memiliki pengaruh yang negatif terhadap FDR karena
meningkatnya dana pihak ketiga yang dihimpun bank dari masyarakat tidak
serta merta dapat menaikkan proporsi pembiayaan yang diberikan, hal ini
dikarenakan bank juga tertarik untuk menanamkan dananya pada instrument
- instrumen keuangan. Dengan mengalihkan dananya pada instrumen-
instrumen keuangan tersebut, dapat dikatakan bank dapat memperoleh
untung tanpa mendapatkan resiko. Hal itu berarti DPK ini berpengaruh
positif terhadap likuiditas perbankan syariah, karena semakin banyak DPK
maka semakin banyak pula dana yang harus di tempatkan pada BI (seperti
giro wadi’ah pada BI yang sama dengan giro wajib minimum) untuk menjaga
likuiditas bank.
3) Pada variabel PYD dan ROA menunjukkan pengaruh yang positif terhadap
FDR. Hal tersebut menunjukkan semakin besar pembiayaan yang dilakukan
oleh bank syariah maka FDR nya pun juga meningkat. Begitu pula pada
tingkat pengembalian asset (ROA), yaitu semakin besar ROA maka semakin
banyak dana yang didapatkan untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan.
Hal itu juga berarti semakin besar PYD dan ROA maka semakin kecil
likuiditas perbankan syariah.
4) Pada variabel penempatan pada Bank Indonesia (BI) dan bank lain
menunjukkan hasil yang tidak searah dan berpengaruh negatif terhadap
FDR. Hal itu menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh positif
terhadap likuiditas perbankan syariah. Semakin banyak dana yang
ditempatkan pada BI dan bank lain maka semakin banyak cadangan
likuiditas perbankan syariah.
5) Variabel – variabel makroekonomi yang merupakan faktor eksternal
perbankan juga digunakan dalam penelitian ini untuk dianalisis pengaruhnya
terhadap FDR. Faktor eksternal ini terdiri dari inflasi dan pertumbuhan
ekonomi. Pada variabel inflasi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan
terhadap FDR, hal itu menunjukkan bahwa inflasi menbuat likuiditas
berkurang karena jumlah pembiayaan yang diberikan tidak diimbangi
dengan asupan dana yang cukup dari masyarakat. Sedangkan pada
variabel pertumbuhan ekonomi didapatkan hasil yang searah namun tidak
signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang menunjukkan ketidak
stabilan hubungan pertumbuhan ekonomi dengan FDR. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas.
6) Hampir semua hasil analisis menunjukkan pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap FDR, hanya terdapat dua variabel yang berpengaruh negatif
terhadap FDR, hal itu menunjukkan likuiditas perbankan syariah kurang
terjaga. Hal itu dikarenakan kegiatan perbankan syariah didominasi oleh
pembaiayaan.

18
7) Dalam penelitian ini variabel – variabel independen yang diduga
berpengaruh terhadap variabel dependen telah mampu menjelaskan
variabel dependen dengan cukup baik yaitu menunjukkan nilai sebesar 82%
dan sisanya sebesar 18% dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pada kesimpulan dijelaskan bahwa hamper semua variabel berpengaruh
positif yang artinya berpengaruh negatif terhadap likuiditas. Meskipun tugas
utama bank syariah adalah untuk menyalurkan dana (lembaga intermediasi),
namun bank syarriah juga harus dapat menjaga likuiditasnya, perbankan
syariah diharapkan lebih banyak menempatkan dananya pada BI yang
berupa giro wadi’ah pada Bank Indonesia, Fasilitas Simpanan Bank
Indonesia Syariah (FASBIS), Tagihan Reverse Repo SBSN Bank Indonesia
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang merupakan sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek.
Dan juga menempatkat dananya pada bank lain yang berupa penanaman
dana pada bank syariah lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri
dalam bentuk antara lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank,
deposito mudharabah, dan tabungan mudharabah.
2) Perbankan syariah diharapkan dapat lebih berhati – hati memberikan
pembiayaannya kepada nasabahnya terutama saat terjadi inflasi. Karena
seperti yang telah dijelaskan bahwa pada beberapa tahun terakhir tingkat
non performing finance (NPF) meningkat dan membuat hubungan FDR
dengan ROA terganggu, sehingga menyebabkan tingkat pengembalian aset
yang kurang optimal dan mengurangi penghimpunan dana bank.
3) Koefisien determinasi pada penelitian ini adalah seberas 82%, dan sisanya
sebesar 18%. Besarnya sisa dari koefisien determinasi tersebut
menunjukkan bahwa terdapat variabel lain di luar yang dapat mempengaruhi
FDR. Sehingga diharapkan pada peneliti selanjutnya menambahkan variabel
– variaber lain seperti non performing finance (NPF), CAR, dan lain – lain.
Peneliti selanjutnya juga bisa menambahkan faktor eksternal seperti nilai
tukar (kurs)

.
Daftar Pustaka

Bank Indonesia. 2003 – 2013. Statistik Perbankan Syariah Indonesia. 2003 –


2013. Diakses dari bi.go.id pada tanggal 5 Januari 2015
Bank Indonesia. 2007. Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS Lampiran
1b. Diakses dari ojk.go.id pada tanggal 19 Desember 2014
Bank Indonesia. 2012. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012.
Diakses dari bi.go.id pada tanggal 12 Februari 2015
Boediono. 2012. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
Boediono. 2014. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
Budisantoso, T., Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :
Salemba Empat
Buku Pedoman Skripsi dan KKNP untuk Jurusan Ilmu Ekonomi FEB Universitas
Brawijaya

19
Erawati, N., Llewelyn, R. 2002. Analisa pergerakan suku bunga dan laju
ekspektasi inflasi untuk menentukan kebijakan moneter di Indonesia.
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.4, No.2, September 2002
Finalis 1st IsEFRF. 2012. Proceeding The 1st Islamic Economic and Finance
Research Forum (New Era of Indonesian Islamic Economic. Jakarta :
Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
Firaldi, M. 2013. Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Finance (NPF), dan Tingkat Inflasi Terhadap Total
Pembiayan yang Diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia (Periode Januari 2007- Oktober 2012). Jakarta :
Program Sarjana Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Iris, G. 2014. Gubernur BI: Ekonomi dan Perbankan Indonesia Tahun Ini Stabil.
http://www.voaindonesia.com/content/gubernur-bi-ekonomi-dan-
perbankan indonesia-tahun-ini-stabil/1832159.html diakses pada 26
Oktober 2014
Irwan, L.N.Q. 2010. Tinjauan terhadap fungsi dan faktor – faktor yang
mempengaruhi intermediasi perbankan nasional. Jurnal Trikonomika.
Volume 9, No.2. Desember 2010, ISSN 1411 – 514X
Jordan, Westerfield, Ross. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan Corporate
Finance Fundamentals. Jakarta : Salemba Empat
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2013. BI: Perbankan Syariah
Berkembang Pesat. http://www.kemenkeu.go.id/Berita/bi-perbankan-
syariah-berkembang-pesat diakses pada 26 Oktober 2014
Kusumo,Y.A. 2008. Analisis kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri periode
2002 – 2007 (dengan pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007). Jurnal
Ekonomi Islam La_Riba. Vol.II, No.I, Juli 2008
Medyawati, H., Hermana, B. 2010. Peran BI-RTGS dan arsitektur perbankan
Indonesia (API) dalam perkembangan perbankan dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Gunadarma Vol. 15;No. 3
Mubarak, H. 2011. Analisis Inflasi. Seritifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR) serta Implikasinya kepada Return On Assets (ROA) Bank
Syariah di Indonesia. Jakarta : Program Sarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Mustafidan, R.R. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Pada
Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2007 – 2012. Yogyakarta :
Proram Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Nadia, S. 2010. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Bank
Syariah (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri). Jakarta : Program Sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Nandadipa, S. 2010. Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK,
dan Exchange Rate terhadap LDR. Semarang : Program Sarjana
Universitas Diponegoro
Nanga, M. 2001. Makroekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. 2014. Laporan Triwulanan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) (Triwulan I – 2014). Diakses dari www.ojk.go.id
pada tanggal 17 Desember 2014
Prayudi, A. 2011. Pengaruh capital adequacy ratio (CAR), non performing loan
(NPL), BOPO, return on asset (ROA) dan net interest margin (NIM)
terhadap loan to deposit ratio (LDR). Jurnal Likuiditas Perbankan, 2011
- mfile.narotama.ac.id
20
Prihatiningsih. 2012. Dinamika financing to deposit ratio (FDR) perbankan
syariah tahun 2006 – 2011. Jurnal ORBITH, Vol.8, No.3, November
2012
Rahmawati, S.Y. 2005. Analisis Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Perbankan
Pasca Krisis (Studi Kasus Pada Bank Umum). Surakarta : Program
Sarjana Universitas Sebelas Maret
Sakti, C.G. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham di
Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus Perusahaan Properti dan Real Estate).
Malang : Program Sarjana Universitas Brawijaya
Siamat, D. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Intermedia
Sugiyanto. 2013. Pengaruh Implementasi Manajemen Likuiditas terhadap Sikap
Nasabah (Studi Pada BTN Kantor Cabang Syariah Semarang).
Semarang : Program Sarjana Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Sumar’in. 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suparno. 2010. Tingkat inflasi dan rasio likuiditas terhadap resiko saham syariah.
Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol.3, No.1, Hal.1-9, Januari 2010
Supriyatna, I. 2011. Analisis Pengaruh Modal, Non Performing Financing (NPF),
dan Inflasi terhadap Pembiayaan Yang Disalurkan serta Implikasinya
terhadap Return On Assets (ROA) pada Perbankan Syariah. Jakarta :
Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Syahrir, A.A. 2012. Analisis Pengaruh LDR, NPL, dan CAR terhadap Risiko
Likuiditas pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Se-Indonesia Tahun
2007 – 2011. Makasar : Program Sarjana Universitas Hasanuddin
Wahyudi, I., Dewi, K.D., Rosmanita, F., Prasetyo, M.B., Putri, N.I.S., Haidir, B.M.
2013. Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta : Salemba Empat
Wuryandani, G., Ginting, R., Iskandar, D., Sitompul, Z. 2014. Pengelolaan Dana
Dan Likuiditas Bank. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Januari
2014

LAMPIRAN

 Koefisien Determinasi( R2 )

 Uji F

 Uji Multikolinearitas dan Uji t

21
 Uji Normalitas

 Uji Autokorelasi

 Uji Heteroskedastisitas

22

Anda mungkin juga menyukai