Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT HUKUM ISLAM DAN FUNGSINYA

DALAM PENGEMBANGAN IJTIHAD

Akhmad Shodikin
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Email : Shodikin73@yahoo.co.id

Abastrak

Filsafat hukum Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan Islam baik
yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunakan
untuk memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum Islam, sehingga sesuai dengan
maksud dan tujuan Allah SWT menetapkannya di muka bumi yaitu untuk kesejahteraan umat
manusia seluruhnya. Dengan filsafat ini hukum Islam akan benar-benar “cocok sepanjang
masa di semesta alam”(salihun likulli zaman wa makan)”.Selanjutnya pemahaman terhadap
“nash Al-Qur’an dan Hadits”, ahli hukum juga dimunkingkan untuk menggali dan
menemukan hukum yang berakar pada masyarakat. Upaya ini dalam literatur hukum Islam
lazim disebut Ijtihad. Dalam prosenya, ijtihad meniscayakan adanya penalaran yang serius
dan mendalam terhadap tujuan ditetapkannya aturan Allah. Jelas dalam hal ini peranan akal
tidak dapat dihindari. Dapat dikatakan bahwa memahami tujuan ditetapkannya dalam Islam
sama pentingnya dengan memahami nas al-Qur’an dan al-Hadits. Tetu tujuan hukum ini juga
dipahami dari nilai dan semangat yang terkandung dalam wahyu Allah. Sedangkan peranan
akal dan wahyu dalam menetapkan hukum Islam merupakan kajian utama dalam filsafat
hukum Islam.

Kata Kunci : Filsafat, Hukum Islam, Ijtihad

Philosophy of Islamic law is the knowledge of the nature, secret, and the goal of Islam both
concerning the material and the process of its adoption, or philosophy that is used to
transmit, strengthen, and maintain Islamic law, so in accordance with the intent and purpose
of God Almighty set on earth that is for the welfare all mankind. With this philosophy of
Islamic law will actually "fit of all time in the universe" (salihun likulli wa meal times).
"Further understanding of the" texts of the Qur'an and hadith ", legal experts also
dimunkingkan to dig and find the law rooted in the community. These efforts in the literature
of Islamic law, commonly called Ijtihad. In prosenya, ijtihad necessitates the existence of a
serious and deep reasoning to the objectives of the enactment of the rule of God. Clearly in
this case the role of reason can not be avoided. It can be said that understanding the
stipulation of interest in Islam is as important as understanding the passages of the Qur'an
and Hadith. Tetu purpose of law is also understood from the values and spirit that is
contained in the revelation of God. While the role of reason and revelation in establishing
Islamic law is the main study in the philosophy of Islamic law.
Keywords: Philosophy, Islamic Law, Ijtihad

Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 253


Vol. 1, No. 2, Desember 2016
E-ISSN: 2502-6593
254 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

A. PENDAHULUAN ahli hukum islam sangat dituntut.


Perubahan sosial dalam kehidupan Pemahaman dan penafsiran terhadap sumber
sehari-hari yang begitu cepat dan kompleks hukum Islam meniscayakan adanya
sering dijadikan sebagai salah satu alasan penalaran yang sistematis dan logis.
untuk mengupayakan adanya suatu Pemahaman itu dapat berupa kosa kata dan
pembaharuan terhadap hukum Islam. kalimat yang tertulis dalam Al-Qur‟an atau
Pembaharuan ini sesungguhnya bukan Hadits, dapat pula berupa upaya
dalam arti materi pokokdari hukum islam itu kontekstualisasi nilai –nilai yang terkandung
sendiri, akan tetapi dalam arti di dalam kedua sumber hukum itu.
“pemikirannya”. Upaya pembaharuan ini Pembahasan tentang berbagai bentuk
kemudian dalam beberapa hal sering pemahaman itu terdapat dalam sebuah ilmu
menimbulkan reaksi pro dan kontra di yang disebut ilmu ushul al-Figh, yang oleh
kalangan umat Islam pada umumnya dan sebagian ahli hukum Islam dianggap sebagai
Ahli hukum Islam pada khususnya. Namun ilmu filsafat Islam yang original datang dari
pada gilirannya sejarah telah mencatat kalangan umat Islam, setelah menelaah isi
bahwa pembaharuan itu berjalan dengan kandungan Al-Qur‟an dan Hadits.
sendirinya. Selanjutnya pemahaman terhadap
Proses perubahan dan pembaharuan “nash Al-Qur‟an dan Hadits”, ahli hukum
terhadap pemikiran mengenai nash-nash juga dimungkinkan untuk menggali dan
(Al-qur`an dan Hadits) akan selalu berbeda menemukan hukum yang berakar pada
dan mengalami perubahan dari satu masa ke masyarakat. Upaya ini dalam literatur
masa lainnya. Perbedaan ini salah asu hukum Islam lazim disebut Ijtihad. Dalam
faktornya disebabkan oleh berbedanya prosenya, ijtihad meniscayakan adanya
kebutuhan zaman itu sendiri. Secara tidak penalaran yang serius dan mendalam
langsung beberapa upaya tersebut telah terhadap tujuan ditetapkannya aturan Allah.
melibatkan ijtihad sebagai suatu metodenya. Jelas dalam hal ini peranan akal tidak dapat
Inilah kemudian yang menjadi latar dihindari. Dapat dikatakan bahwa
belakang mengapa ijtihad oleh sementara memahami tujuan ditetapkannya dalam
pihak dianggap sebagai suatu lembaga yang Islam sama pentingnya dengan memahami
tidak akan pernah tertutup, hal ini mengingat nas al-Qur‟an dan al-Hadits. Tetu tujuan
begitu pentingnya eksistensi ijtihad dalam hukum ini juga dipahami dari nilai dan
upaya mengantisipasi personalan-persoalan semangat yang terkandung dalam wahyu
hukum yang berkembang. Allah. Sedangkan peranan akal dan wahyu
Dalam arti yang sederhana ijtihad dalam menetapkan hukum Islam merupakan
pada hakekatnya merupakan manifestasi kajian utama dalam filsafat hukum Islam.
pemikiran yang maksimal terhadap hukum Oleh karena itu perlu ditelusuri kembali
Islam. Oleh karenanya ijtihad sama sekali tentang posisi Filsafat Hukum Islam dalam
tidak dapat dipisahkan dengan istilah kaitannya dengan perkembangan Ijtihad.
“pemikiran”. Hal ini karena proses ijtihad
hampir sepenuhnya bertumpu pada B. PEMBAHASAN
kemampuan pemikiran dalam 1. Pengertian Filsafat Hukum Islam
menginterpretasikan nsah-nash Al-qur`an Filsafat Hukum Islam terdiri atas
dan Hadits terhadap persoalan dan peristiwa 3 kata, yaitu Filsafat, Hukum dan
hukum yang berkembang di masyarakat. Islam.Masing-masing dari 3 kata
Dalam menghadapi masalah inilah tersebut memiliki definisi tersendiri.
penafsiran dan upaya penemuan hukum dan Maka sebelum mengetahui pengertian
Akhmad Shodikin 255

Filsafat Hukum Islam, perludiketahui mempertanggungjawabkan dengan


terlebih dahulu masing-masing arti bukti-bukti, sistematik.
dari 3 kata tersebut.1 Harun Nasution mengatakan
1. Pengertian Filsafat dan Hikmah bahwa intisari filsafat adalah berfikir
Secara Etimologis, dalam Dictionary menurut tata tertib (logika) dengan
of Philosophy, filsafat berasal dari 2 bebas (tidak terikat pada tradisi
kata, yakni philos dan sophia. Philos dogma dan agama) dan dengan
artinya cinta, sedangkan Sophia sedalam-dalamnya sehingga sampai
artinya kebijaksanaan.Filsafat ke dasar-dasar persoalan.Hikmah
sebagai pemikiran mendalam melalui dalam bahasa Arab berarti besi
cinta dan kebijaksanaan. kekang, yaitu besi pengendali
Secara Terminologis, menurut binatang. Kata hikmah dalam
Juhaya S. Pradja, secara pengertian kendali ini pun dapat juga
terminologis, filsafat memiliki arti diartikan sebagai kendali dan
yang bermacam-macam, sebanyak pengekang manusia yang
orang yang memberikan pengertian memilikinya untuk tidak
atau batasan. Beliau memaparkan berkehendak, berbuat dan berbudi
definisi filsafat sebagai berikut: pekerti yang rendah dan tercela,
a. Menurut Plato ( 427 SM-347 melainkan mengendalikannya untuk
SM),filsafat adalah pengetahuan berbuat dan bertindak serta
tentang sesuatu yang ada, ilmu berprilaku yang benar dan terpuji.
yang berminat mencapai Mustafa Abd al-Raziq, hikmah
kebenaran yang asli. seperti yang disebut dalam al-Qur‟an
b. Menurut Aristoteles (381 SM-322 menjadikan orang yang memiliki
SM),filsafat adalah ilmu yang hikmah sebagai orang yang mulia
meliputi kebenaran, yang dan berwibawa. 3
terkandung di dalamnya ilmu- Hikmah difahami pula sebagai
ilmu, metafisika, logika, etika, paham yang mendalam tentang
ekonomi, politik, dan estetika. agama. Hikmah dalam berdakwah
c. MenurutAl Farabi ( wafat 950 sebagaimana yang dikehendaki Allah
M),filsafat adalah ilmu dalam QS.An-Nahl: 125 berarti
pengetahuan tentang alam maujud keterangan (burhan) yang kuat yang
yang bertujuan menyelidiki dapat menimbulkan keyakinan.
hakikat yang sebenarnya.2 Menurut Muhammad Rasyid
d.MenurutD.C. Mulder, filsafat Ridla, hikmah adalah pengetahuan
adalah cara berfikir secara ilmiah. tentang hakikat sesuatu dan
Sedangkan cara berfikir ilmiah mengenal hakikat apa yang terdapat
mempunyai sifat-sifat sebagai dalam sesuatu tersebut, mengenai
berikut: menentukan sasaran faidah dan manfaatnya. Pengetahuan
pemikiran tertentu, bertanya terus tentang hakikat tersebut menjadi
sampai batas terakhir sedalam- pendorong atau motive untuk
dalamnya (radikal), selalu melakukan perbuatan yang baik dan
benar. Intisari filsafat ialah berfikir
1 secara mendalam tentang sesuatu,
Hasbi Ash-Shidieqie, Filsafat Hukum Islam.
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 54
2 3
Hasbi Ash-Shidieqie, Filsafat Hukum Islam… hlm. Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung:
27 Pusat Penerbitan UNISBA, 1995) hlm. 2.

255
256 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

mengetahui apa, bagaimana, „aqidah, ibadah, keyakinan,


mengapa, dan nilai-nilai dari perkataan dan perbuatan.
seseuatu itu. Intisari hikmah Kedua, apabila kata Islam
memahami wahyu secara mendalam disebutkan bersamaan dengan
dengan yang ada pada diri manusia kata iman, maka yang dimaksud
sehingga mendorong orang yang Islam adalah perkataan dan amal-
mengetahuinya untuk beramal dan amal lahiriyah yang dengannya
bertindak sesuai dengan terjaga diri dan harta-nya, baik
4
pengetahuannya itu. dia meyakini Islam atau tidak.
2. Pengertian Hukum Sedangkan kata iman berkaitan
Tidak ada pengertian yang dengan amal hati. 5
sempurna mengenai 4. Pengertian Filsafat hukum Islam
hukum.Namun para pakar Filsafat Hukum Islam adalah
berusaha memberikan jawaban kajian filosofis tentang hakikat
yang mendekati kebenaran. hukum Islam, sumber asal-muasal
Diantaranya: hukum Islam dan prinsip
Sebagaimana yang tertera dalam penerapannya serta fungsi dan
Oxford English Dictionary: manfaat hukum Islam bagi
Hukum adalah kumpulan aturan, kehidupan masyarakat yang
6
baik sebagai hasil pengundangan melaksanakannya.
formal maupun dari kebiasaan, di Filsafat hukum Islam ialah filsafat
mana suatu Negara atau yang diterapkan pada hukum
masyarakat tertentu mengaku Islam, ia merupakan filsafat
terikat sebagai anggota atau khusus dan obyeknya tertentu,
subyeknya. yaitu hukum Islam, maka Filsafat
Hukum adalah peraturan- HukumIslam adalah filsafat yang
peraturan tentang perbuatan dan menganalisis hukumIslam secara
tingkah laku manusia di dalam metodis dan sistematis sehinga
lalu lintas hidup. mendapat keterangan yang
3. Pengertian Islam mendasar, atau menganalisis
Islam secara etimologi (bahasa) hukum secara ilmiah dengan
berarti tunduk, patuh, atau filsafat sebagai alatnya.
berserah diri. Adapun menurut Menurut Azhar Basyir,
syari‟at (terminologi), apabila Filsafat Hukum Islam adalah
dimutlakkan berada pada dua pemikiran secara ilmiah,
pengertian: sistematis, dapat dipertanggung
Pertama, apabila disebutkan jawabkan dan radikal tentang
sendiri tanpa diiringi dengan kata hukum Islam,7 Filsafat Hukum
iman, maka pengertian Islam Islam merupakan anak sulung dari
mencakup seluruh agama, baik filsafat Islam. Dengan rumusan
ushul (pokok) maupun furu‟
5
(cabang), juga seluruh masalah www. Almanhaj.or.id di akses pada tgl 20
november 2016 pukul 20.30
6
Hasbi Ash-Shidieqie,Filsafat Hukum Islam…hlm.
55.
4 7
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Ahmad Azhar Basyir, Pokok-pokok Persoalan
Pusat Penerbitan UNISBA, 1995) hlm. 7 Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: Perpustakaan
dan Penerbitan, FH UII, 1984) hal.2
Akhmad Shodikin 257

lain Filsafat hukum Islam adalah Dan keberadaan Muhammad SAW


pengetahuan tentang hakikat, yang eksistensinya yang mungkin ada
rahasia, dan tujuan Islam baik (mumkinah al-Maujudah)
yang menyangkut materinya
b) Tentang sumber ajaran hukum Islam,
maupun proses penetapannya,
atau filsafat yang digunakan untuk berkaitan dengan kalamullah yang
memancarkan, menguatkan, dan tertulis atau quraniyah dan yang tidak
memelihara hukum Islam, tertulis berupa semua karya cipta-Nya
sehingga sesuai dengan maksud atau ayat-ayat Kauniyah.
dan tujuan Allah SWT c) Tentang orang yang menjadi subjek
menetapkannya di muka bumi atau objek dari kalam ilahi yakni
yaitu untuk kesejahteraan umat
orang Mukallaf, yang diperintah atau
manusia seluruhnya. Dengan
filsafat ini hukum Islam akan dilarang atau memiliki kebebasan
benar-benar “cocok sepanjang untuk memilih
masa di semesta alam”(salihun d) Tentang tujuan Hukum Islam sebagai
likulli zaman wa makan). landasan amaliyah para mukallaf dan
balasan-balasan berupa pahala dari
2. Objek Kajian dan Kegunaan Filsafat pembawa perintah.
Hukum Islam
e) Tentang metode yang digunakan para
Tujuan dari adanya hukum
Islam adalah terciptanya kedamaian ulama dalam mengeluarkan dalil-dalil
di dunia dan kebahagiaan di akhirat. dari sumber ajaran hukum Islam,
Tujuan dari hukum Islam tersebut yakni al-Quran dan al-Hadits serta
merupakan manifestasi dari sifa pendapat para sahabat yang dijadikan
rahman dan rahim (maha pengasih acuan dalam pengamalan.
dan maha penyayang) allah kepada
Maka para ahli Ushul Fiqih,
semua makhluk-nya. Rahmatan lil-
sebagaimana ahli Filsafat Hukum
alamin adalah inti syariah atau hukum
Islam, membagi Filsafat Hukum Islam
islam. Dengan adanya syariah
kepada dua rumusan, yaitu Falsafat
tersebut dapat ditegakkan perdamaian
Tasyri‟(Objek Teoritis) dan Falsafah
di muka bumi dengan pengaturan
Syari‟ah atau Asrar Al-Syari‟ah (Objek
masyarakat yang memberikan
Praktis).
keadilan kepada semua orang.8
1. Falsafat Tasyri‟: filsafat yang
Objek Kajian Filsafat Hukum
memancarkan hukumIslam atau
Islam ada 5, yaitu:
menguatkannya dan
a) Tentang Pembuat Hukum Islam (al- memeliharanya. Filsafat ini bertugas
Hakim) yakni Allah SWT. Yang telah membicarakan hakikat dan tujuan
menjadikan para nabi dan Rasul penetapan hukumIslam. Filsafat
terutama nabi terakhir Muhammad tasyri terbagi kepada:
SAW yang menerima risalah-Nya a. Da‟aim al-ahkam (dasar-dasar
berupa sumber ajaran Islam yang hukum Islam)
tertuang di dalam kitab suci al-Quran. b. Mabadi al-ahkam (prinsip-prinsip
hukum Islam)
8
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung:
Pusat Penerbitan UNISBA, 1995) hlm. 15

257
258 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

c. Ushul al-ahkam (pokok-pokok 4. Menemukan rahasia-rahasia syariat


hukum Islam) atau mashadir al- diluar maksud lahiriahnya.
ahkam (sumber-sumber hukum 5. Memahami ilat hukum sebagai
bagian dari pendekatan analitis
Islam)
tentang berbagai hal yang
d. Maqashid al-ahkam (tujuan- membutuhkan jawaban
tujuan hukum Islam) hukumiyahnya sehingga
e. Qawaid al-ahkam (kaidah-kaidah pelaksanaan hukum Islam
Hukum Islam) merupakan jawaban dari situasi
2. Falsafat Syariah: filsafat yang dan kondisi yang terus berubah
diungkapkan dari materi-materi dinamis.
hukum Islam seperti ibadah, 6. Membantu mengenali unsur-unsur
mu‟amalah, jinayah, „uqubah, dan yang mesti dipertahankan sebagai
sebagainya. Filsafat ini kemapanan dan unsure-unsur
membicarakan hakikat dan rahasia yang menerima perubahan sesuai
hukum Islam. dengan tuntunaan situasional. 9
Menurut Hasbie as-Shiddique termasuk Menurut Juhaya S. Pradja
kedalam pembagian Falsafat Syari‟ah studi Filsafat Hukum Islam berguna
adalah untuk menjadikan hukum Islam
a. Asrar al-ahkam (rahasia-rahasia sebagai sumber hukum yang tidak
hukum Islam) kering bagi perundang-undangan
dunia.10 Selain itu, studi Filsafat
b. Khasais al-ahkam (cirri-ciri khas
Hukum Islam akan memberikan
hukum islam) landasan bagi politik hukum.
c. Mahasin al-ahkam atau mazaya Maksudnya adalah penerapan
al-ahkam (keutamaan-keutamaan hukum Islam agar mencapai
hukum Islam) tujuannya yang paling mendekati
d. Thawabi al-ahkam (karateristik kemaslahatan umat manusia dan
hukum Islam) menjauhkan dari kerusakan.
Filsafat Hukum Islam
seperti filsafat pada umumnya
3. Kegunaan Filsafat Hukum Islam mempunyai dua tugas: tugas kritis
Diantara kegunaan memempelajari dan tugas konstruktif. Tugas kritis
Filsafat Hukum Islam: Filsafat Hukum Islam adalah
1. Menjadikan filsafat sebagai mempertanyakan kembali
pendekatan dalam menggali paradigma-paradigma yang telah
hakikat, sumber dan tujuan hukum mapan di dalam hukum
Islam. Islam.Sementara tugas konstruktif
2. Dapat membedakan kajian ushul Filsafat Hukum Islam adalah
fiqih dengan filsafat terhadap mempersatukan cabang-cabang
hukum Islam. hukum Islam dalam kesatuan sistem
3. Mendudukan Filsafat Hukum Islam hukum Islam sehingga nampak
sebagai salah satu bidang kajian
yang penting dalam memahami
9
sumber hukum Islam yang berasal Beni Ahmad Saebani, Filsafat Hukum Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 62-63.
dari wahyu maupun hasil ijtihad 10
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung:
para ulama. Pusat Penerbitan UNISBA, 1995) hlm. 25
Akhmad Shodikin 259

bahwa antara satu cabang hukum orangnya dikenal dengan mujtahid.


Islam sengan lainnya tidak Sedangkan mujahadah menitik
terpisahkan. Dengan demikian beratkanpada upaya sungguh-sungguh
Filsafat Hukum Islam mengajukan dengan hati dalam melawan dorongan
pertanyaan-pertanyaan: apa hakikat hawa nafsu agar mau tunduk
hukum Islam; hakikat keadilan; melaksanakan perintah-perintah Allah
hakikat pembuat hukum; tujuan dan menjauhi laranganNya. Orang
hukum; sebab orang harus taat yang melakukan hal tersebut seringkali
kepada hukum Islam; dan disebut salik atau murid. .
sebagainya. Para ulama mendefinisikan
ijthad sebagai usaha dan upaya
4. Pengertian ijtihad sungguh-sungguh seseorang (beberapa
Ijtihad secara bahasa terambil orang) ulama yang memiliki syarat-
dari kata al-Jahdu dan al-Juhd yang syarat tertentu untuk merumuskan
artinya kekuatan, kemampuan, usaha kepastian atau penilaian hukum
sungguh-sungguh, kesukaran, kuasa mengenai sesuatu (atau beberapa)
dan daya ijtihad.11 Dalam arti luas perkara yang tidak terdapat kepastian
adalah mengarahkan segla kemampuan hukumnya secara eksplisit dan tegas
dan usaha untuk mencapai sesuatu baik dalam al Qur‟an maupun dalam al
yang diharapkan.12 Seakar dengan kata hadits. Ijtihad tidak bisa dilakukan
ijtihad adalah jihad dan mujahadah. oleh sembarang orang, ada beberapa
Dimana ketiga term tersebut pada kriteria kemampuan yang harus
intinya adalah mencurahkan segenap dipenuhi oleh setiap orang yng akan
daya dan kemampuan dalam rangka berijtihad. Pertama, mengetahui dan
menegakan agama Allah meski memahami makna ayat-ayat hukum
lapangannya berbeda. Ijtihad lebih yang terdapat dalam al Qur‟an dan al
bersifat upaya sunguh-sungguh yang Hadits, Kedua, mengetahui bahasa
dilakukan seseorang yang telah arab, Ketiga, mengetahi metodoogi
memenuhi persyaratan dengan Qiyas dengan baik. Keempat,
penalaran dan akalnya dalam rangka mengetahui nasikh dan mansukh .
mencari dan menemukan Hukum yang Kelima, mengetahui kaidah ushul
tidak ditegaskan secara jelas dalam al dengan baik dan dasar-dasar pemikiran
Qur‟an maupun hadits dan orang yang yang mendasari rumusan-rumusan
melakukan hal tersebut dikenal dengan kaidah tersebut. Keenam, mengetahui
sebutan mujtahid. Jihad titik tekannya maqhosid ahkam.
adalah upaya sungguh-sungguh dengan Ijtihad hanya dapat dilakukan
fisik dan materil dalam menegakan pada lapangan atau medan tertentu
kalimah Allah dengan cara-cara dan yaitu : Pertama, dalil-dalil yang qath‟i
bentuk- bentuk yang tidak terbatas dan wurud-nya dhani dalalahnya-nya.
Kedua, dalil-dalil yang dhanni wurud-
11
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab- nya qoth‟i dalalah-nya, Ketiga, dalil-
Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif, 1997, dalil yang dhanni wurud dan
cet.25 ,hal. 217; Mahmud Yunus, Kamus Arab- dalalahnya. Keempat, terhadap kasus-
Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta, 1990, cet. 8, kasus yang tidak ada hukumnya. Oleh
hal. 92-93.
12
A. Djazuli, Ilmu Fiqh,Perkembangan dan karena itu ijtihad tidak dapat dilakukan
Penerapan Hukum Islam, Jakarta, Kencana, 2005, terhadap kasus-kasus yang sudah
cet. 3, Hal. 71

259
260 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

secara tegas disebutkan hukumnya mungkin dapat dilaksanakan tanpa ada


oleh dalil-dalil yang qoth‟i wurud dan mujtahid yang memenuhi syarat untuk
dalalah-nya. melaksanakannya. Antara pembaruan
Oleh karena itu, tidak setiap dan ijtihad ibarat dua sisi mata uang
hasil ijtihad dapat dijadikan yang tidak dapat dipisahkan, saling
sumbangan dalam pembaharuan mengisi dan melengkapi. Jika proses
hukum Islam dan mendapatkan ijtihad dapat dilaksanakan dalam
legitimasi dari para pakar hukum Islam proses pembaharuan hukum Islam
kecuali apabila memperhatikan dua hal secara benar, maka hukum-hukum
pokok tersebut di atas yaitu, Pertama, yang dihasilkan dari proses ijtihad
Pelaku pembaharuan Hukum Islam akan benar pula.15
adalah orang yang memenuhi kualitas
sebagai mujtahid. Kedua , 5. Peranan Filsafat Hukum Islam
Pembaharuan itu dilakukan di tempat- dalam Pengembangan Ijtihad
tempat ijtihad yang dibenarkan oleh Masyarakat senantiasa
syara.13 mengalami perubahan. Perubahan
A. Dzajuli menyebutkan ada dapat berupa perubahan tatanan
tiga macam cara yang dapat dilakukan sosial, budaya, sosial-ekonomi.
dalam berijtihad, yaitu: pertama, Menurut para ahli linguistic, bahasa
dengan memperhatikan kaidah-kaidah akan mengalami perubahan setiap
bahasa (linguistik). Kedua, dengan Sembilan puluh tahun, perubahan
menggunakan kaidah qiyas (analogi) dalam bahasa secara langsung atau
dengan memperhatikan asal, cabang, tidak langsung mengandung arti
hukum asal dan illat hukum. Ketiga, perubahan dalam masyarakat itu.16
dengan memperhatikan semangat Belakangan ini di dunia Islam
ajaran Islam atau roh syari'ah. Oleh banyak diperbincangkan mengenai
karena itu, dalam hal ini, kaidah- pembaharuan hukum Islam, entah itu
kaidah kulliyah Ushul Fiqh, kaidah- dalam bentuk reaktualisasi,
kaidah kulliyyah fiqhiyyah, prinsip- reformulasi, aktualisasi dan
prinsip umum hukum Islam dan dalil- sejenisnya. Beberapa langkah tersebut
dalil kulli sangat menentukan. Dalam merupakan satu upaya dari para
hal ini bisa menempuh cara-cara ulama untuk dapat mengantisipasi
istishlah, istishab, maslahah mursalah, berbagai persoalan yang muncul
sadz dzari'ah, istihsan dan dalam masyarakat, dengan begitu
14
sebagainya. diperlukan ijtihad yang sesuai dengan
Dari pemaparan diatas, nampak keadaan sekarang. Karena itu ibnu
sekali bahwa ijtihad memiliki peranan qayyim mengatakan:
yang sangat besar dalam pembaruan
hukum Islam. Pembaruan tidak ‫تغير الفتوي بتغير االزمان و االمكنة و االحوال و‬
‫العوائد‬
13
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di
Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000,
hal 162.
14 15
A. Djazuli, Ilmu Fiqh,Perkembangan dan Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di
Penerapan Hukum Islam, Jakarta, Kencana, 2005, Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000,
cet. 3, Hal. 71 , bandingkan dengan pendapat Ibrahim hal 165
16
Husen yang dikutip oleh Abdul Manan, dalam Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam,
Reformasi Hukum Islam di Indonesia, hal161-162 (Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 16
Akhmad Shodikin 261

“perubahan fatwa adalah karena Sedangkan mengenai masalah-


perubahan zaman, tempat, keadaan, masalah yang sama sekali baru,
dan kebiasaan”. mujtahid harus menyelesaikannya
Maksud dari pernyataan diatas dengan cara memahami secara baik
adalahbahwa kondisi suatu masalah dimaksud kemudian
masyarakat akan berpengaruh membahasnya secara seksama dengan
terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh tetap merujuk kepada al-qur‟an dan
mufti. Namun hal ini tidak berarti hadis. Maka pada masa sekarang ini
hukum akan berubah begitu saja tanpa ijtihad dilakukan dengan dua cara:18
memperhatikan norma yang terdapat 1. Ijtihad inthiqai atau ijtihad tarjihi,
dalam sumber utama hukum isl;am, Yang dimaksud dengan ijtihad ini
al-qur‟an dan hadist. ialah ijtihad yang dilakukan
Sejarah mencatat bahwa ijtihad
seseorang atau sekelompok orang
telah dilakukan dari masa kemasa.
Pada masa awal islam, ijtihad telah untuk memilih pendapat para ahli
dilakukan dengan baik dan kreatif. fiqih terdahulu mengenai masalah-
Pada masa berikutnya muncul masalah tertentu, sebagaimana
sederetan mujtahid kenamaan. tertulis dalam kitab fiqih dan
Keadaan ini berlangsung sampai masa menyeleksi mana dalil yang lebih
keemasan umat islam. kuat. Kemungkinan besar pendapat
Ijtihad pada masa sekarang ini
para ahli fiqih terdahulu mengenai
lebih diperlukan dibandingkan dengan
masa-masa lampau, karena muncul masalah yang sedan dipecahkan itu
berbagai persoalan yang menuntut berbeda-beda. Dalam hal ini
kita untuk menyelesaikannya. Ada mujtahid munthaqi bertugas untuk
beberapa masalah yang muncul mempertimbangkan dan menyeleksi
sekarang ini secara kebetulan mirip dalil-dalil dan argumentasi dari
atau bahkan sama dengan masalah- setiap pendapat itu, kemudian
nasalah yang telah dibahas oleh para
memberikan pemikiran terhadap
ahli fiqih terdahulu. Terhadap kasusu
semacam ini mujtahid sekarang pendapat yang dianggap kuat dan
berkewajiban untuk mempelajari dan dapat diterima.
meninjau kembali masalah-masalah Mujtahid ini disebut juga dengan ahli
yang telah ditetapkan hukumnya, tarjih. Tarjih pada periode ini berarti
kemudian menyesuaikannya dengan menyeleksi berbagai pendapat dari
kondisi dan kebutuihan kita sekarang mazhab apapun, kemudian diambil
ini. Itulah barangkali yang dimaksud pendapat yang rajih, berdasarkan
dengan adagium:17 kriteria yang telah ditetapkan.
‫المحافظة على القديم المصالح و االخذ بالجديد‬ Pendapat ahli fiqih terdahulu
‫االصلح‬ dinyatakn rajah apabila pendapat itu
didasarkan oleh dalil yang kuat,
“Mempertahankannya yang lama cocok dengan zaman sekarang, dan
yang baik dan mengambil yang baru sesuai tujuan disyariatkannya hukum
yang lebih baik” islam.

17 18
Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam, Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam,
(Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 166 (Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 167

261
262 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

Ada beberapa faktor yang harus 6. Filsafat Hukum Islam pada bidang
diperhatikan oleh mujtahid munthaqi, ibadah
diantaranya adalah perubahan social a. Pengertian Ibadah
budaya, kemajuan ilmu pengetahuan Kata ibadah terambil dari kata „abada
dan teknologi, dan kesesuaian dengan yang artinya mengabdi, tunduk, taat.
tuntutan zaman. Sedangkan menurut Mahmud syaltut
2. Ijtihad insya‟I, Yang dimaksud dalam formasi yang singkat
dengan ijtihad ini adalah usaha untuk mengemukakan arti ibadah sebagai:
menetapkan kesimpulan hukum ‫خضوع ال تحد لعظمة ال تحد‬
mengenai peristiwa-peristiwa baru “ketundukan yang tidak terbatas bagi
yang belum diselesaikan para ahli (pemilik) keagungan yang tidak
terbatas pula.”
fiqih terdahulu. Dalam ijtihad ini
Hal ini menurut syaltut lebih jauh
diperlukan pemahaman yang menunjukkan puncak tertinggi dan
menyeluruh terhadap kasus-kasus kerendahan hati kecintaan batin, serta
baru yang akan ditetapkan peleburan diri kepada keagungan dan
hukumnya. Dalam masalah ini kecantikan siapa yang kepadanya
ijtihad jama‟I sangat diperlukan seseorang beribadat, peleburan yang
karena keterbatasan pengetahuan tidak dicapai oleh peleburan apapun.
Oleh syekh jafar subhani
seseorang disertai semakin ketatnya
mengemukakan tiga formulasi ibadat
disiplin ilmu pada masa sekarang ini, yaitu ketundukkan dan ketaatan yang
maka ijtihad fardi mengenai kasus berbentuk lisan dan praktek yang
yang sama sekali baru, kemungkinan timbul akibat keyakinan tentang
akan besar akan membawa kepada ketuhanan siapa yang kepadanya
kekeliruan. seseorang tunduk.
Dalam ijtihad insya‟I Menurut M. Al-ghazali hakikat ibadah
diperlukan pemahaman yang baik akan terwujud apabila memenuhi tiga
tentang metode penetapan hukum. hal:
Ada beberapa metode yang telah 1. Tidak menganggap apa yang berada
dikemukakan oleh para ahli ushul dibawah kekuasaan atau
fiqih terdahulu. Diantara metode itu wewenangnya sebagai milki
adalah qiyas, istihsan, maslahah pribadinya, karena yang dinamai
mursalah, dan sad adz-zariah. Hal lain (hamba sahaya) tidak memiliki
yang perlu mendapat perhatian dari sesuatu,
orang yang akan melakukan ijtihad
2. Menjadikan segala aktifitasnya
insya‟I adalah pengetahuan tentang
tujuan disyariatkan hukum Islam, berkisar pada pelaksanaanya apa
sebab pada dasarnya semua metode yang diperintahkan kepadanya, serta
penetapan hukum islam bermuara ,menjauhi apa yang dilarangnya,
pada hal tersebut. 3. Tidak mendahuluinya dalam
mengambil suatu keputusan atau
dengan kata lain mengaitkan segala
apa yang hendak dilakukannya
Akhmad Shodikin 263

dengan seizin dan restu siapa yang melalui jalan tersebut seperti shalat,
kepadanya ia mengabdi.19 puasa dan yang lainnya”.
Perintah ibadah dalam al-qur‟an selalu
dikaitkan dengan : Arti ibadah dalam pengertian yang
a. Sifat rububiyah (pemeliharaan tuhan) sempit inilah yang sering digunakan
seperti dalam surat al-baqarah:21 oleh orang dalam memahami ibadah.
Tata cara ibadah yang telah ditetapkan
     itu harus diterima dan diamalkan
sebagaimana adanya, karena keberatan
tentang bentuk atau cara tertentu
      dengan maksud mengubahnya dengan
cara lain, tidak menghalangi adanya
 keberatan baru bagi cara yang telah
diubah itu.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Dalam masalah ibadat nampak
yang Telah menciptakanmu dan secara jelas manfaat wahyu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kebutuhan manusia terhadap
kamu bertakwa”, bimbingan-Nya, yakni dalam hal-hal
b. Tawakkal kepada allah (penyerahan yang tidak dapat dijangkau oleh akal
diri kepada Allah setelah usaha manusia, sebab seandainya hal-hal
maksimal) terdapat dalam surat al- tersebut dapat dijangkau maka itupun di
fatihah ayat 5-6 dukung oleh para nabi dan wahyu
Allah.
     b) Tujuan ibadah21
Abbas Al-Aqqad menyimpulkan dua
    tujuan pokok ibadah yaitu:
a. Mengingatkan manusia akan unsur
“Hanya Engkaulah yang kami rohani di dalam dirinya, yang juga
sembah, dan Hanya kepada memiliki kebutuhan-kebutuhan
Engkaulah kami meminta yang berbeda dengan kebutuhan-
pertolongan tunjukilah kami jalan kebutuhan jasmaniahnya.
yang lurus”, b. Mengingatkannya bahwa di balik
Ibadah dalam pengertian sempit kehidupan yang fana ini, masih ada
menurut Muh. Al-Ghazali adalah20: lagi kehidupan berikut yang bersifat
abadi.
‫ما انشاء الشارع حقيقته و صورته فليس يعرف‬ Dan kita akan mencoba membahas
‫اال عن طريقه كا اصالة والصيام و غيرهما‬ filasat ibadah tersebut.
1. Falsafah shalat
“apa yang ditetapkan hakikat dan Shalat merupakan tiang agama serta
bentuknya oleh Allah dan Rasulullah kewajiban pokok yang diletakkan
sehingga tidak diketahui kecuali Tuhan di atas pundak hamba-
hambanya. Mengapa demikian?22

19 21
Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum
islam,(bumi aksara:Jakarta),hal 177 islam,(bumi aksara:Jakarta),hal 182
20 22
Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum
islam,(bumi aksara:Jakarta),hal 178 islam,(bumi aksara:Jakarta), hal 192

263
264 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

Pertama: dari satu sisi kebesaran dan harat harus memenuhi ketetapan
keagungan Tuhan, shalat merupakan tuhan baik dalam pengembangan
konsekuensi dari keyakinan- maupun dalam penggunaannya,
keyakinan tentang sifat-sifat Allah antara lain kewajiban dalam
yang menguasai alam raya ini, mengeluarkan zakat. Karena sejak
termasuk manusia serta yang semula Allah menetapkan bahwa
kepadanya bergantuing segala harta tersebut dijadikannya untuk
sesuatu. kepentiongan bersama.
Kedua: dari sisi lain yakni sisi Kedua: solidaritas social. Karena
manusia, ia adalah makhluk yang manusia adalah makhluk social maka
memiliki naluri antara lain cemas ia diharuskan juga untuk membantu
dan mengharap, sehingga ia sesama yang bertujuan untuk
membutuhkan sandaran dan sosialisasi.
pegangan dalam hidupnya. Ketiga: persaudaraan Manusia
Ketiga: alam raya ini berjalan di berasal dari adam dan hawa maka
bawah satu kesatuan sistem yang sesame manusia itu bersaudara.
dikendalikan oleh satu kekuatan Dampak positif zakat:
yang maha dashyat yaitu Allah. a) Mengikis sifat-sifat kekikiran
Manusia lebih-lebih lagi ilmuan- dalam jiwa seseorang.
ilmuan, membutuhkan kepastian b) Zakat menciptakan ketenangan
tentang tat kerja ala mini dalam dan ketentramam bukan hanya
rangka pengembangan ilmu dan kepada penerimanya tapi juga
penerapannya. Kepastian tersebut pemberinya.
tidak dapat diperolehnya kecuali c) Zakat mengembangkan harta
dengan keyakinan tentang adanya benda, pengembangan tersebut
pengendali dan pengatur alam raya dapat ditinjau dari segi spiritual
ini yang bersifat esa tidak berbilang. keagamaan. Allah memusnahkan
Jadi shalat kepada penguasa yang esa riba dan menyuburkan sedekah
itu menggambarkan pemahaman 3. Falsafat puasa24
seseorang tentang tata kerja alam a. Aspek kejiwaan
raya. Seseorang yang berpuasa dengan
Keempat: terlepas apakah shalat penuh kesabara menanti saat
mengakibatkan terpenuhinya berbuka bahkan lebih jauh bersabar
permohonan seseorang atau tidak, dalam menghadapi gangguan dan
namun paling tidak shalat merupakan caci maki yang mungkin
hubungan manusia dengan tuhan. ditunjukkan kepadanya. Kesabaran
2. Falsafat zakat ini akibat dorongan ketaatan
Ada tiga alasan menggambarkan kepada Tuhan yang
landasan pilosofis dan kewajiban memerintahkan berlaku demikian.
zakat:23 b. Aspek-aspek social
Pertama: istiklaf (penugasan sebagai Karena diwajibkan puasa secara
khalifah di muka bumi) Konsekuensi serentak maka manusia akan hidup
terhadap harta benda yang dimiliki dalam satu kondisi yang sama
adalah bahwa manusia yang dititipkan antara yang kaya dan miskin akan

23 24
Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum
islam,(bumi aksara:Jakarta), hal 193 islam,(bumi aksara:Jakarta), hal 197
Akhmad Shodikin 265

merasakan hal yang sama. Dan makna yang terkandung di


pada waktu malam bersama-sama dalamnya, dapat menimbulkan
pula pergi ke masjid. kesalahpahaman, seperti
c. Aspek kesehatan berkeliling di ka‟bah, sya‟I dan
Puasa secara umum membatasi sebagainya, namun walaupun hal-
aktivitas pencernaan. Dan hal ini hal tersebut tidak dipahami dia
mempunyai dampak positif bagi harus melaksanakannya sebagai
kesehatan, sehingga puasa dapat tanda tunduk kepada Allah.
menjadi terapi bagi banyak
penyakit, bahkan dapat merupakan C. KESIMPULAN
faktor penyembuhan bagi penyakit- Filsafat hukum Islam ialah
penyakit tertentu. filsafat yang diterapkan pada hukum
4. Falsafat haji islam. Ia merupakan filsafat khusus
a. Aspek social politik dan objeknya adalah hukum Islam.
Berkumpulnya umat islam dari Maka filsafat hukum islam adalah
seluruh penjuru dunia, dengan filsafat yang menganalisis hukum
berbagai ras, bangsa, merupakan islam secara metodis dan sistematis
satu cara untuk mempererat tali sehingga mendapatkan keterangan
persaudaraan sesame muslim. Dan yang mendasar, atau menganalisis
manampakkan pada dunia luar hukum islam secara ilmiah dengan
syi‟ar islam. filsafat sebagai alatnya.
b. Aspek ekonomi Filsafat hukum Islam mengkaji
Al-qur‟an secara tegas menyatakan berbagai aspek yang terjadi di tengah
bahwa berjual beli dibolehkan pada masyarakat. Dalam mengembangkan
musim haji, sehingga hukum Islam maka para mujtahid
berkumpulnya umat muslim dalam berijtihad untuk menemukan berbagai
satu keadaan tertentu akan solusi terhadap masalah yang terjadi
memberikan kesempatan untuk di tengah masyarakat. Maka dari itu
mengadakan hubungan filsafat hukum islam selalu
perdagangan baik secara langsung berkembang baik dalam bidang
maupun tidak. ibadah maupun mu‟amalah.
c.Aspek kejiwaan Filsafat Hukum Islam dalam
Haji adalah salah satu cara untuk proses berijtihad tidak bisa dibisa
membersihkan jiwa, karena dipisahkan satu sama lainnya,
seseorang berada dalam sehingga ia sangat berperan dalam
lingkungan ka‟bah, yang proses pembaharuan Ijtihad. Proses
merupakan tempat untuk ijtihad dengan Filsafat hukum Islam
menyampaikan keluh kesah kepada akan menghasilkan suatu hukum yang
Allah. sesuai dengan tujuan hukum, dengan
d. Aspek ibadah terlebih dulu memahami beberapa
Dalam ibadah haji nampak sekali kaidah indukdalam ushul Fiqh dan
ibadah di dalamnya yang dapat illat suatu hukum. Dan adanya upaya
dilihat dari tata cara yang pembaharuan hukum dalam Islam
ditetapkan. Tata cara tersebut sama sekali tidak bisa lepas dari
apabila ditinjau secara lahiriah kegiatan Ijtihad dan Filsfat Hukum.
tanpa memperhatikan makna-

265
266 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

DAFTAR PUSTAKA Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,


Jakarta, Hidakarya Agung, 1990,
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di cet. 8
Indonesia, Jakarta, PT. Raja Muhamad Abu zahrrah, Prof. Dr., Ushul
Grafindo Persada, 2000. Fiqh , terj. Saefullah Ma‟shum,
Abdul Wahab Khallaf, Prof., Dr., Ushul dkk., Jakarta ,Pustaka Firdaus,
Fikih, terj. Halimuddin, SH Jakarta, 2002, Cetakan VII.
Rineke Cipta, 2006, cetakan V. Wahbah az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami,
Abdul Wahab Khallaf, Prof., Dr., “Ilm Damaskus: Dar al-Fikr, 1986
Ushul Fiqh , Kuwait , Dar al Qolam
, 1397 H / 1978 M.
Amir Syarifudin, Pembaharuan Pemikiran
dalam hukum Islam, Padang
Angkasaraya, cet. 2, 1993.
Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam
di Indonesia, Yogyakarta, Gema
Media, Cet. I , 2001.
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir
Arab-Indonesia Terlengkap,
Yogyakarta, Pustaka Progressif,
1997.
A. Djazuli, Ilmu Fiqh,Perkembangan dan
Penerapan Hukum Islam, Jakarta,
Kencana, 2005, cet. 3.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
PN Balai Pustaka Jakarta, Cetakan
Ketiga, 1990.
Fathurrohman Djamil, DR.H.,M.A., Filsafat
hukum Islam, Jakarta: Logos
wacana Ilmu, 1997.
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad
Majelis Tarjih muhamadiyah, Logos
Publishing, Jakarta, 1995.
Harun Nasution, Pembaharuan Hukum
Islam, Pemikiran dan
Gerakan,Jakarta, Bulan Bintang,
Cetakan Keempat, 1986.
Jhon M. Echol dan Hasan shadily, Kamus
Inggris Indonesia, PT Gramedia,
Jakarta, 1992
Lois Ma‟lul, Al Munjid al Abjady,Dar al
Masyriq, Beirut, Libanon, 1986
H. Masjfuk Zuhdi, 1995, Pembaharuan
Hukum Islam dan Kompilasi
Hukum, Surabaya, PTA Jawa Timur
.
Akhmad Shodikin 267

267

Anda mungkin juga menyukai