Filsafat Hukum Islam Dan Fungsinya
Filsafat Hukum Islam Dan Fungsinya
Akhmad Shodikin
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Email : Shodikin73@yahoo.co.id
Abastrak
Filsafat hukum Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan Islam baik
yang menyangkut materinya maupun proses penetapannya, atau filsafat yang digunakan
untuk memancarkan, menguatkan, dan memelihara hukum Islam, sehingga sesuai dengan
maksud dan tujuan Allah SWT menetapkannya di muka bumi yaitu untuk kesejahteraan umat
manusia seluruhnya. Dengan filsafat ini hukum Islam akan benar-benar “cocok sepanjang
masa di semesta alam”(salihun likulli zaman wa makan)”.Selanjutnya pemahaman terhadap
“nash Al-Qur’an dan Hadits”, ahli hukum juga dimunkingkan untuk menggali dan
menemukan hukum yang berakar pada masyarakat. Upaya ini dalam literatur hukum Islam
lazim disebut Ijtihad. Dalam prosenya, ijtihad meniscayakan adanya penalaran yang serius
dan mendalam terhadap tujuan ditetapkannya aturan Allah. Jelas dalam hal ini peranan akal
tidak dapat dihindari. Dapat dikatakan bahwa memahami tujuan ditetapkannya dalam Islam
sama pentingnya dengan memahami nas al-Qur’an dan al-Hadits. Tetu tujuan hukum ini juga
dipahami dari nilai dan semangat yang terkandung dalam wahyu Allah. Sedangkan peranan
akal dan wahyu dalam menetapkan hukum Islam merupakan kajian utama dalam filsafat
hukum Islam.
Philosophy of Islamic law is the knowledge of the nature, secret, and the goal of Islam both
concerning the material and the process of its adoption, or philosophy that is used to
transmit, strengthen, and maintain Islamic law, so in accordance with the intent and purpose
of God Almighty set on earth that is for the welfare all mankind. With this philosophy of
Islamic law will actually "fit of all time in the universe" (salihun likulli wa meal times).
"Further understanding of the" texts of the Qur'an and hadith ", legal experts also
dimunkingkan to dig and find the law rooted in the community. These efforts in the literature
of Islamic law, commonly called Ijtihad. In prosenya, ijtihad necessitates the existence of a
serious and deep reasoning to the objectives of the enactment of the rule of God. Clearly in
this case the role of reason can not be avoided. It can be said that understanding the
stipulation of interest in Islam is as important as understanding the passages of the Qur'an
and Hadith. Tetu purpose of law is also understood from the values and spirit that is
contained in the revelation of God. While the role of reason and revelation in establishing
Islamic law is the main study in the philosophy of Islamic law.
Keywords: Philosophy, Islamic Law, Ijtihad
255
256 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016
257
258 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016
259
260 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016
17 18
Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam, Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam,
(Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 166 (Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 167
261
262 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016
Ada beberapa faktor yang harus 6. Filsafat Hukum Islam pada bidang
diperhatikan oleh mujtahid munthaqi, ibadah
diantaranya adalah perubahan social a. Pengertian Ibadah
budaya, kemajuan ilmu pengetahuan Kata ibadah terambil dari kata „abada
dan teknologi, dan kesesuaian dengan yang artinya mengabdi, tunduk, taat.
tuntutan zaman. Sedangkan menurut Mahmud syaltut
2. Ijtihad insya‟I, Yang dimaksud dalam formasi yang singkat
dengan ijtihad ini adalah usaha untuk mengemukakan arti ibadah sebagai:
menetapkan kesimpulan hukum خضوع ال تحد لعظمة ال تحد
mengenai peristiwa-peristiwa baru “ketundukan yang tidak terbatas bagi
yang belum diselesaikan para ahli (pemilik) keagungan yang tidak
terbatas pula.”
fiqih terdahulu. Dalam ijtihad ini
Hal ini menurut syaltut lebih jauh
diperlukan pemahaman yang menunjukkan puncak tertinggi dan
menyeluruh terhadap kasus-kasus kerendahan hati kecintaan batin, serta
baru yang akan ditetapkan peleburan diri kepada keagungan dan
hukumnya. Dalam masalah ini kecantikan siapa yang kepadanya
ijtihad jama‟I sangat diperlukan seseorang beribadat, peleburan yang
karena keterbatasan pengetahuan tidak dicapai oleh peleburan apapun.
Oleh syekh jafar subhani
seseorang disertai semakin ketatnya
mengemukakan tiga formulasi ibadat
disiplin ilmu pada masa sekarang ini, yaitu ketundukkan dan ketaatan yang
maka ijtihad fardi mengenai kasus berbentuk lisan dan praktek yang
yang sama sekali baru, kemungkinan timbul akibat keyakinan tentang
akan besar akan membawa kepada ketuhanan siapa yang kepadanya
kekeliruan. seseorang tunduk.
Dalam ijtihad insya‟I Menurut M. Al-ghazali hakikat ibadah
diperlukan pemahaman yang baik akan terwujud apabila memenuhi tiga
tentang metode penetapan hukum. hal:
Ada beberapa metode yang telah 1. Tidak menganggap apa yang berada
dikemukakan oleh para ahli ushul dibawah kekuasaan atau
fiqih terdahulu. Diantara metode itu wewenangnya sebagai milki
adalah qiyas, istihsan, maslahah pribadinya, karena yang dinamai
mursalah, dan sad adz-zariah. Hal lain (hamba sahaya) tidak memiliki
yang perlu mendapat perhatian dari sesuatu,
orang yang akan melakukan ijtihad
2. Menjadikan segala aktifitasnya
insya‟I adalah pengetahuan tentang
tujuan disyariatkan hukum Islam, berkisar pada pelaksanaanya apa
sebab pada dasarnya semua metode yang diperintahkan kepadanya, serta
penetapan hukum islam bermuara ,menjauhi apa yang dilarangnya,
pada hal tersebut. 3. Tidak mendahuluinya dalam
mengambil suatu keputusan atau
dengan kata lain mengaitkan segala
apa yang hendak dilakukannya
Akhmad Shodikin 263
dengan seizin dan restu siapa yang melalui jalan tersebut seperti shalat,
kepadanya ia mengabdi.19 puasa dan yang lainnya”.
Perintah ibadah dalam al-qur‟an selalu
dikaitkan dengan : Arti ibadah dalam pengertian yang
a. Sifat rububiyah (pemeliharaan tuhan) sempit inilah yang sering digunakan
seperti dalam surat al-baqarah:21 oleh orang dalam memahami ibadah.
Tata cara ibadah yang telah ditetapkan
itu harus diterima dan diamalkan
sebagaimana adanya, karena keberatan
tentang bentuk atau cara tertentu
dengan maksud mengubahnya dengan
cara lain, tidak menghalangi adanya
keberatan baru bagi cara yang telah
diubah itu.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Dalam masalah ibadat nampak
yang Telah menciptakanmu dan secara jelas manfaat wahyu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kebutuhan manusia terhadap
kamu bertakwa”, bimbingan-Nya, yakni dalam hal-hal
b. Tawakkal kepada allah (penyerahan yang tidak dapat dijangkau oleh akal
diri kepada Allah setelah usaha manusia, sebab seandainya hal-hal
maksimal) terdapat dalam surat al- tersebut dapat dijangkau maka itupun di
fatihah ayat 5-6 dukung oleh para nabi dan wahyu
Allah.
b) Tujuan ibadah21
Abbas Al-Aqqad menyimpulkan dua
tujuan pokok ibadah yaitu:
a. Mengingatkan manusia akan unsur
“Hanya Engkaulah yang kami rohani di dalam dirinya, yang juga
sembah, dan Hanya kepada memiliki kebutuhan-kebutuhan
Engkaulah kami meminta yang berbeda dengan kebutuhan-
pertolongan tunjukilah kami jalan kebutuhan jasmaniahnya.
yang lurus”, b. Mengingatkannya bahwa di balik
Ibadah dalam pengertian sempit kehidupan yang fana ini, masih ada
menurut Muh. Al-Ghazali adalah20: lagi kehidupan berikut yang bersifat
abadi.
ما انشاء الشارع حقيقته و صورته فليس يعرف Dan kita akan mencoba membahas
اال عن طريقه كا اصالة والصيام و غيرهما filasat ibadah tersebut.
1. Falsafah shalat
“apa yang ditetapkan hakikat dan Shalat merupakan tiang agama serta
bentuknya oleh Allah dan Rasulullah kewajiban pokok yang diletakkan
sehingga tidak diketahui kecuali Tuhan di atas pundak hamba-
hambanya. Mengapa demikian?22
19 21
Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum
islam,(bumi aksara:Jakarta),hal 177 islam,(bumi aksara:Jakarta),hal 182
20 22
Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum
islam,(bumi aksara:Jakarta),hal 178 islam,(bumi aksara:Jakarta), hal 192
263
264 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016
Pertama: dari satu sisi kebesaran dan harat harus memenuhi ketetapan
keagungan Tuhan, shalat merupakan tuhan baik dalam pengembangan
konsekuensi dari keyakinan- maupun dalam penggunaannya,
keyakinan tentang sifat-sifat Allah antara lain kewajiban dalam
yang menguasai alam raya ini, mengeluarkan zakat. Karena sejak
termasuk manusia serta yang semula Allah menetapkan bahwa
kepadanya bergantuing segala harta tersebut dijadikannya untuk
sesuatu. kepentiongan bersama.
Kedua: dari sisi lain yakni sisi Kedua: solidaritas social. Karena
manusia, ia adalah makhluk yang manusia adalah makhluk social maka
memiliki naluri antara lain cemas ia diharuskan juga untuk membantu
dan mengharap, sehingga ia sesama yang bertujuan untuk
membutuhkan sandaran dan sosialisasi.
pegangan dalam hidupnya. Ketiga: persaudaraan Manusia
Ketiga: alam raya ini berjalan di berasal dari adam dan hawa maka
bawah satu kesatuan sistem yang sesame manusia itu bersaudara.
dikendalikan oleh satu kekuatan Dampak positif zakat:
yang maha dashyat yaitu Allah. a) Mengikis sifat-sifat kekikiran
Manusia lebih-lebih lagi ilmuan- dalam jiwa seseorang.
ilmuan, membutuhkan kepastian b) Zakat menciptakan ketenangan
tentang tat kerja ala mini dalam dan ketentramam bukan hanya
rangka pengembangan ilmu dan kepada penerimanya tapi juga
penerapannya. Kepastian tersebut pemberinya.
tidak dapat diperolehnya kecuali c) Zakat mengembangkan harta
dengan keyakinan tentang adanya benda, pengembangan tersebut
pengendali dan pengatur alam raya dapat ditinjau dari segi spiritual
ini yang bersifat esa tidak berbilang. keagamaan. Allah memusnahkan
Jadi shalat kepada penguasa yang esa riba dan menyuburkan sedekah
itu menggambarkan pemahaman 3. Falsafat puasa24
seseorang tentang tata kerja alam a. Aspek kejiwaan
raya. Seseorang yang berpuasa dengan
Keempat: terlepas apakah shalat penuh kesabara menanti saat
mengakibatkan terpenuhinya berbuka bahkan lebih jauh bersabar
permohonan seseorang atau tidak, dalam menghadapi gangguan dan
namun paling tidak shalat merupakan caci maki yang mungkin
hubungan manusia dengan tuhan. ditunjukkan kepadanya. Kesabaran
2. Falsafat zakat ini akibat dorongan ketaatan
Ada tiga alasan menggambarkan kepada Tuhan yang
landasan pilosofis dan kewajiban memerintahkan berlaku demikian.
zakat:23 b. Aspek-aspek social
Pertama: istiklaf (penugasan sebagai Karena diwajibkan puasa secara
khalifah di muka bumi) Konsekuensi serentak maka manusia akan hidup
terhadap harta benda yang dimiliki dalam satu kondisi yang sama
adalah bahwa manusia yang dititipkan antara yang kaya dan miskin akan
23 24
Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum Zaini dahlan,amir syarifuddin,1999, filsafat hukum
islam,(bumi aksara:Jakarta), hal 193 islam,(bumi aksara:Jakarta), hal 197
Akhmad Shodikin 265
265
266 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016
267