Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MEI FITRIYANI NIM : 142080219 MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERSEPSI

ETIKA MAHASISWA: STUDI EKSPERIMAN SEMU 1. Pendahuluan Internasional Federation Of Accountants (IFAC) pada tahun 2008 menerbitkan delapan standar pendidikan internasional (Internasional Education Standards/IES). Dari delapan standar tersebut, standar nomor 4 (IES 4) menyebutkan bahwa program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan rerangka nilai, etika, dan sikap professional untuk melatih judgement professional calon akuntansi sehingga dapat bertindak secara etis di tengah kepentingan profesi dan masyarakat. Terbongkarnya kasus Enron Corp pada tahun 2001 dan kasus-kasus perusahaan besarlainnya yang terlibat dalam praktik manajemen laba memberikan kesadran tentang pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan bermoral. Pendidikan akuntansi pada jenjang strata satu (S1) pada umumnya hanya mengajarkan etika terkait profsi akuntan pada mata kuliah pengauditan (auditing). Oleh karena itu, anak didik (mahasiswa) perlu diperkenalkan tentang isu-isu etika yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan. Mata kuliah yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan tercakup dalam kelompok akuntansi keungan, yang meliputi akuntansi pengantar, akuntansi keuangan menengah dan lanjutan, serta teori akuntansi. Penguasaan standar, metode, dan teknik akuntansi oleh para lulusan sangat penting karena akan terkait langsung dengan kemampuan dalam penyusunan laopran keuangan. Loeb (1988) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi, bukan sebagai mata kuliah tersendiri atau terpisah. Menurut McNair dan Milan (1993) yang dikutip oleh Wulandari dan Solarso (2000) juga menyatakan bahwa dari 202 profesor yang menjadi respondennya, mayoritas cenderung untuk memasukkan materi etika dalam mata kuliah akuntansi pokok. Di Indonesia, ada kencenderungan bahwa dosen lebih memfokuskan pada penguasaan standar dalam dan metode akuntansi, namun sangat kurang dalam membahas (mendiskusikan) isu-isu etika. Padahal dalam beberapa buku teks akuntasi terhadap kasus-kasus yang mengangkat isu atau delima etis. Jika dosen melakukan integrasi kasus etika tersebut kedalam materi ajar akuntansi keunagan, maka dapat diharapkan mahasiswa menjadi peduli terhadap isu-isu etika dan kemudian mampu menentukan sikap. Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk memperoleh bukti empiris bahwa pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam perkuliahan akuntansi keuangan berpengaruh terhadap persepsi etiks mahasiswa. Secara spesifik rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1

1. Apakah pemberian muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh terhadap persepsi etika mahasiswa? 2. Apakah terhadap pengaruh interaksi antara muatan etika dengan prestasi akademik mahasiswa terhadap persepsi etika? 2. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis 2.1 Etika Pengertian moral sering disamaartikan dengan etika. Moral berasal dari bahasa latin, moralia,kata sifat dan mos (adat istiadat) dan mores (perilaku). Sedangkan etika berasal dari kata yunani, ethikos, kata sifat dari ethos (perilaku). Makana kata etika dan moral memang sinonim, namun menurut Siagian (1996) antara keduanya mempunyai nuansa konsep yang berbeda. Moral atau moralitas biasanya dikaitkan dengan tindakan moral atau sistem atau kode benar atau salah. Sedangkan etika ialah studi tentang tindakan moral atau sistem atau kode berperilaku yang mengikutinya. Etika sebagai bidang studi menentukan standar untuk mebedakan antara karakter yang baik atau tidak baik atau dengan kata lain etika adalah merupakn studi normative tentang berbagai prinsip yang mendasari tipe-tipe tindakan manusia. Siagian (1996) menyebutkan bahwa setidaknya ada empat alas an mengapa mempelajari etika sangat penting: (1) etika memandu manusia dalam memilih berbagai keputusan yang dihadapi dalam kehidupan, (2) etika merupakan pola perilaku yang didasarkan pada kesepakatan nilai-nilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat tercapai, (3) dinamika dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan nilai-nilai moral sehingga perlu dilakukan analisa dan tinjauan ulang, (4) etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas dan mengilhami manusia untuk sama-sama mencari, menemukan dan menerapkan nilai-nilai hidup yang hakiki. 2.2 Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi Loebs(1989) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap matakuliah akuntansi, bukan sebagi mata kuliah tersendiri atau terpisah. Konsekuensi jika etika digabungkan dalam mata kuliah akuntansi, maka dosen dituntut untuk menguasai materi akuntansi dan sekaligus materi etika. Menurut Langenderfer dan Rockness (1989), masalah teknik pengajaran dihadapkan pada beberapa pilihan, yaitu: (1) diberikan tutorial dengan sistem satu arah, (2) kasus dan diskusi, dan (3) simulasi. Cara pertama pada umumnya dirasa kurang efektif, teknik yang dianggap efektif adalah dengan diskusi dan simulasi. Penelitian yang bertujuan untuk menguji persepsi para pengajar akuntansi (dalam hal ini meliputi Professor, Associate Professor dan Assistant Profesor) terhadap cakupan muatan etika.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kejadian pustaka, maka hepotesis penelitian yang diajukan adalah: H1. Pemberian muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh terhadap persepsi etika mahasiswa. H2. Terdapat pengaruh interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa terhadap persepsi etika mahasiswa 3. Metode penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Alas an peneliti menggunakan eksperimen karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan(treatment), yaitu pemberian muatan etika dalam pengajaran akuntansi pada sekelompok mahasiswa(kelompok treatment) dibandingkan dengan sekelompok mahasiswa lain (kelompok kontrol) yang tidak memperoleh perlakuan. Dengan eksperimen, maka variable lain diluar variable yang diamati diasumsikan tidak berubah. Peneliti menggunakan eksperimen kuasi (semu) karena tidak dapat memenuhi salah satu criteria eksperimen betulan (true experiment). Yaitu subyek penelitian dirandom. Untuk meminimalkan pengaruh extraneous variable dilakukan metode pair-matching (Hartono, 2004). Adapun desain eksperimen yang digunakan adalah posttest-only control group design, yaitu jenis eksperimen yang dilakukan pada dua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok control dan tidak dilakukan tes awal terlebih dahulu. 3.1. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah akuntansi keuangan menengah di Fakultas Ekonomi Universitas A dan Universitas B pada tahun akademik 2006/2007, dalam hal ini kedua universitas tersebut memiliki akreditasi A. dengan menggunakan dua universitas, maka dapat dikatakan terdapat dua subpopilasi. Sampel dipilih untuk setiap subpopulasi berdasrkan cluster, dalam hal ini cluster dalah kelas, yaitu seluruh mahasiswa yang menempuh mata kuliah akuntansi keungan menengah pada satu kelas. Untuk setiap universitas (subpopulasi) dipilih dua kelas. Satu kelas diberikan pengajaran akuntansi keuanga menengah dengan muatan etika (kelompok treatment) dan satu kelas lagi tidak diberikan muatan etika (kelompok kontrol). 3.2. Definisi Operasional Variabel 3.2.1. Muatan Etika Muatan etika merupakan variable treatment yang diberikan kepada mahasiswa kelompok eksperimen. Treatment yang diberikan berupa kasus isu etika yang terkait langsung dengan materi perkuliahan, yaitu piutang dagang dan persediaan untuk mata kuilah akuntansi keuangan menegah I, sedangkan akuntansi keuangan menengah II dipilih materi saham dan obligasi.
3

3.2.2. Persepsi Etika Mahasiswa Agar dapt mengukur variable ini, responden, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok koktrol diberikan kuesioner yang berisi isu etika dan diukur dengan menggunakan skala Likert 5 (Likert Scale), dari skor 1 sangat setuju sampai dengan skor 5 sangat tidak setuju. 3.2.3. Prestasi Mahasiswa Prestasi mahasiswa adalah prestasi akademik mahasiswa yang diproksi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK). Pengukuran prestasi dilakukan dengan skala nominal. Mahasiswa dengan IPK tiga atau lebih besar dari tiga diberi kode kategori satu (1), sedangkan IPK lebih kecil dari 3 diberi kode kategori nol (0). 3.3. Metode Analisis Berdasarkan pada hepotesis yang diajukan, maka metode statistic yang digunakan adalah two-way anova. Pertimbangan untuk menggunakan two-way anova adalah (1) variable dependen, yaitu persepsi etika diukur dengan skala interval, (2) terdapat 2 variabel independen, yaitu muatan etika dan prestasi mahasiswa yang diukur dengan skala normal, (3) menguji pengaruh interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa terhadap persepsi etika. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Statistik Deskripsi Tabel 3 dan 4 menyajikan statistic deskriptif persepsi etika kelompok treatment dan kelompok control pada perguruan tinggi A dan B untuk mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1. Berdasarkan deskripsi Tabel 3 dan Tabel 4 diperoleh hasil yang konsisten bahwa: (1) Mahasiswa kelompok treatment memiliki rata-rata skor persepsi etika lebih tinngi dibandingkan dengan kelompok control. (2) Apabila kelompok treatment dan kelompok control diperbandingkan dengan mempertimbangkan prestasi akademik, maka kelompok mahasiswa yang memperoleh treatment dan prestasi menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang berprestasi dan tidak memperoleh treatment. (3) Pada kelompok treatment jika diperbandingkan antara mahasiswa yang berprestasi dan kurang berprestasi menunjukkan bahwa mahasiswa berprestasi memiliki skor persepsi etika lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa kurang berprestasi. 4.2. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil analisis pada dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok akuntansi keuangan menengah I pada perguruan Tinggi A dan Akademik Akuntansi Keuangan Menegah II pada Perguruan Tinggi B, memberikan hasil yang konsisten, yaitu: 1. Persepsi etika mahasiswa yang diberi muatan etika lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak diberi muatan etika, walaupun secara statistik perbedaannya tidak signifikan.
4

2. Persepsi etika mahasiswa berprestasi lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa

kurang berprestasi, dan perbedaan tersebut signifikan. 3. Interaksi muatan etika dan prestasi akademik berpengaruh signifikan terhadap persepsi etika mahasiswa. 5. Simpulan, Implikasi, dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa pemberin muatan etika dalam kuliah akuntansi keuangan dapat meningkatkan persepsi etika mahasiswa, walaupun peningkatan tersebut tidaj signifikan. Dampak pemberian muatan etika akan semakin efektif jika mahasiswa juga dibekali dengan penguasaan standar, metode, dan teknik akuntansi. Oleh karena itu, sudah waktunya pendidikan akuntansi di Indonesia mengintegrasikan isu etika secara eksplisit dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP) pada setiap mata kuliah inti akuntansi. Penelitian ini hanya melakukan eksperimen selama lima minggu, dengan cara mengintegrasikan muatan etika melalui diskusi isu etika selama 20 menit untuk lima kali tatap muka. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk periode yang lebih panjang, missal pemberian muatan etika selama dua semester secara kontinyu dengan partisipan mahasiswa yang sama atau diberi muatan etika selama dua semester, yaitu untuk akuntansi keuangan menengah I dan II, sehingga dapat diketahui dengan akurat efektivitas dampak pemberian muatan etika terhadap persepsi etika mahasiswa. Pemberian muatan etika tidak hanya pada mata kuliah akuntansi keuangan, tapi bisa diterapkan untuk semua mata kuliah inti akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai