Anda di halaman 1dari 40

ANALISA PEMENUHAN SPESIFIKASI YANG DIINGINKAN PELANGGAN KHUSUSNYA UNTUK PARAMETER POROSITY DENGAN METODE PROCESS CAPABILITY ANALYSIS

Laporan Kerja Praktek


Diajukan sebagai laporan kerja praktek

Disusun Oleh: William 1508011

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA BANDUNG

2011

ABSTRAK

PT. Papeteries De Mauduit merupakan suatu perusahaan manufacturing yang bergerak di bidang produksi kertas rokok yang terus berusaha untuk memenuhi keinginan customer mulai dari parameter kertas rokok yang diminta oleh customer sampai dengan pencegahan defect-defect pada kertas yang tidak diharapkan oleh customer. Salah satu parameter kertas rokok yang akan dianalisis adalah masalah porositas kertas, karena porositas kertas akan menentukan seberapa berat atau ringannya suatu rokok saat dihisap oleh customer. Tujuan menganalisis porositas kertas agar mampu menghubungkan antara spesfikasi konsumen dengan kapabilitas proses yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini. Data hasil pengukuran porositas kertas yang penulis amati diolah dengan bantuan microsoft excel sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa porositas kertas rokok PT. Papeteries De Mauduit telah memenuhi spesifikasi customer. Kata kunci: Kapabilitas, Porositas, Spesifikasi Konsumen, Control Limit.

ii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah. Karena berkat kemurahanNya laporan kerja praktek ini dapat saya selesaikan tepat waktu dan sesuai yang diharapkan. Dalam laporan kerja praktek ini saya membahas Analisa Pemenuhan Spesifikasi Yang Diinginkan Pelanggan Khususnya Untuk Parameter Porosity Dengan Metode Process Capability Analysis, suatu metode untuk berusaha memenuhi spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan. Laporan kerja praktek ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Institut Teknologi Harapan Bangsa. Dalam proses penyusunan laporan kerja praktek ini, tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu, selaku penyusun saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
2.

Kedua orang tua saya yang selalu membimbing dan mendukung Bapak Robby Damanik, selaku pembimbing lapangan di PT.

saya. Papeteries De Mauduit yang telah mengarahkan dan membimbing kepada penyusun sehingga penyusun dapat melaksanakan kerja praktek dan menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
3.

Bapak Djoni Tjandra, selaku General Manager yang telah memberi

kesempatan dan ijin untuk melaksanakan kerja praktek di PT. Papeteries De Mauduit. 4.
5.

Ibu Eka Kurnia, selaku dosen pembimbing Institut Teknologi Ibu Juliana, selaku Human Resources Development di PT. Bapak Ahmad Sayuthi, selaku Supervisor Quality di PT. Papeteries

Harapan Bangsa. Papeteries De Mauduit.


6.

De Mauduit.

iii

7.

Bapak Tomo Priyono, selaku Supervisor Quality di PT. Papeteries Seluruh karywan laboratorium dan Quality Control yang telah

De Mauduit.
8.

memberi kesempatan kepada penyusun bergabung bersama dalam melakukan kerja di PT. Papeteries De Mauduit. 9. Teman-teman satu jurusan saya yang telah memberikan semangat dan membantu saya dalam penyusunan laporan. 10. Laptop saya yang telah menemani saya siang dan malam dalam penyusunan laporan. Disini saya selaku penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak telepas dari kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu penyusun menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai masukkan untuk menyempurnakan laporan kerja praktek ini. Demikian laporan kerja praktek ini saya buat semoga bermanfaat,

Bandung, 30 Juni 2011

Penyusun William

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................iv DAFTAR TABEL.....................................................................................viii DAFTAR GAMBAR...................................................................................ix BAB I......................................................................................................1 PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1Latar Belakang...............................................................................1 1.2Rumusan Masalah..........................................................................3 1.3Tujuan............................................................................................3 1.4Pembatasan Masalah.....................................................................3 1.5Metode Penelitian..........................................................................3 1.6Sistematika Penyajian....................................................................4 BAB II.....................................................................................................1 LANDASAN TEORI...................................................................................1 2.1Kualitas..........................................................................................1 2.1.1Definisi Kualitas..........................................................................1 2.1.2Manajemen Kualitas....................................................................3 2.1.3Sistem Manajemen Kualitas........................................................4 Terdapat beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen kualitas, sebagai berikut (Gaspersz, 2001):........................................4 1.Sistem manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama sebagai berikut transcedent quality, product based quality, user based quality, manufacturing based quality, dan value based quality.......................4

2.Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja..........................................................4 3.Sistem manajemen kualitas berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula bahwa banyak sistem manajemen kualitas tidak akan efektif sepenuhnya pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas tidak akan efektif sepenunya pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas juga harus berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Dalam kaitan dengan hal ini, sistem manajemen kualitas merupakan suatu closed loop system yang mencakup deteksi, umpan balik, dan korelasi. Proporsi terbesar harus diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap awal........4 4.Sistem manajemen kualitas mencakup elemen-elemen berupa tujuan, pelanggan, hasil-hasil, proses-proses, masukan-masukan, pemasok, dan pengukuran untuk umpan balik...................................5 2.2Pengendalian Kualitas....................................................................5 2.2.1Definisi Pengendalian Kualitas....................................................5 2.2.2Tujuan Pengendalian Kualitas.....................................................6 2.Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin. ............................................................................................................6 4.Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin..............................................................................................6 2.2.3Klasifikasi Pengendalian Kualitas................................................6 2.3Statictical Process Control..............................................................7 2.3.1Definisi Statiscal Process Control................................................7 2.3.2Manfaat Statistical Process Control.............................................7 Statistical Process Control memiliki beberapa manfaat sebagai berikut (Assauri, 1998):.......................................................................7 2.3.3Klasifikasi Statistical Process Control..........................................8 2.4Peta Kendali ..................................................................................9 2.4.1Definisi Peta Kendali...................................................................9

vi

2.4.2Manfaat Peta Kendali................................................................10 Peta kendali memiliki manfat sebagai berikut (Prawirosentoso, 2007): ..........................................................................................................10 1.Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi...............................................................................10 2.Memberikan informasi proses secara kronologis, yaitu menunjukkan bagaimana pengaruh berbagai faktor, misalnya: material, manusia, metode, mesin, dan lingkungan terhadap proses produksi............................................................................................10 3.Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses yaitu dengan memperhatikan pola atas pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari over control, yaitu pengontrolan terlalu ketat sehingga dapat menurunkan efisiensi maupun under control, yaitu pengontrolan terlalu longaar sehingga dapat menurunkan mutu.....10 2.4.3Jenis Peta Kendali......................................................................11 2.5Process Capability Analysis..........................................................11 2.5.1Definisi dan Istilah-Istilah Dalam Process Capability Analysis...11 1.Cp > 1,6 menyatakan bahwa kemampuan proses tinggi...............13 2.1 < Cp < 1,6 menyatakan bahwa proses relatif sama atau berada di tengah kemampuan proses...........................................................13 3.CP < 1 menyatakan bahwa bahwa proses tidak memuaskan........13 2.5.2Manfaat Process Capability Analysis.........................................13 2.5.3Hubungan Spesifikasi Dan Kapabilitas Proses...........................13 Hubungan kapabilitas proses dan batas spesifikasi ditentukan oleh kondisi proses, variabilitas alamiah, dan kebutuhan pelanggan. Hubungan ini sangat erat kaitannya, karena apabila prosesnya tidak mampu memenuhi spesifikasi yang pelanggan inginkan maka prosesnya uncapable. Ada tiga kondisi yang muncul dalam hubungan ini. Ketiga kondisi ini adalah sebagai berikut (Mitra, 2008):.............13 BAB III.....................................................................................................1 PROFIL PERUSAHAAN.............................................................................1 3.1 Sejarah..........................................................................................1

vii

3.2 Organisasi dan Manajemen...........................................................2 3.3 Proses Produksi.............................................................................3 BAB IV....................................................................................................3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA..............................................3 4.1Pengumpulan Data.........................................................................3 4.1.1.Pemilihan Peta Kendali...............................................................3 4.1.2.Pemilihan Jumlah Sampel dan Ukuran Sampel...........................3 4.1.3.Rekapitulasi Data.......................................................................3 4.2Pengolahan Data............................................................................2 4.2.1Trial Control Limit........................................................................2 4.2.2Revised Control Limit..................................................................2 4.2.3Perhitungan dan Analisis Kapabilitas Proses...............................2

viii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Jumlah Cacat Selama Satu Minggu........................................2 Gambar.2 Rentang proses lebih kecil dari rentang spesifikasi.............14 Gambar.3 Rentang Proses Sama Dengan Rentang Spesifikasi............15 Gambar.4 Rentang Proses Lebih Besar Dari Rentang Spesifikasi.........15 Gambar. 5 Struktur Organisasi PT. Papeteries de Mauduit (PDM)..........2 Gambar. 6 Operation Process Chart PT. Papeteries de Mauduit (PDM). .3 Gambar. 7 Spesifikasi Pengendalian Kualias..........................................5 Gambar. 7 Grafik Monitoring..................................................................6

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Persaingan industri manufaktur secara global dari tahun ke tahun berkembang pesat, sehingga setiap perusahaan industri dituntut untuk melakukan yang terbaik dalam meningkatkan kualitas produk jadinya agar dapat meningkatkan pangsa pasarnya melalui kepercayaan konsumen. Namun kenyataannya, produk yang dihasilkan tidak selalu memiliki kualitas yang baik karena spesifikasi produk yang diinginkan konsumen memiliki variasi yang sangat besar dan disamping itu adanya produk cacat yang dihasilkan selama proses produksi. PT. Papeteries De Mauduit merupakan suatu perusahaan manufacturing yang bergerak di bidang produksi kertas rokok yang secara terus menerus berusaha untuk memenuhi keinginan konsumen mulai dari spesifikasi parameter dari kertas rokok yang diharapkan customer sampai dengan menghindari defect-defect yang tidak diharapkan oleh customer. Hasil produksi dari perusahaan ini disalurkan kepada perusahaan-perusahaan rokok di Indonesia seperti PT Sampoerna, PT Bentoel group, PT. Nojorono dan beberapa perusahaan rokok lain yang ada di Pulau Sumatera, Jawa, dan ekspor ke Thailand, Kamboja, Malaysia, dan beberapa negara lainnya. Di Era post modern sekarang ini tuntutan konsumen terhadap spesifikasi produk kertas rokok pada PT. Papeteries De Mauduit diharapkan memiliki variasi yang sekecil mungkin seperti: porosity, basic weight, daya bakar, filler, tensile, tearing, opacity, brighteness, thickness, dan whiteness. Dalam memenuhi segala spesifikasi produk tersebut PT. Papeteries De Mauduit berusaha menjaga kualitas produknya.

BAB I PENDAHULUAN

I-2

Melihat banyaknya tuntutan konsumen terhadap kualitas kertas rokok. Maka dalam penelitian ini akan dibahas masalah porosity. Masalah porosity dipilih karena melalui pengamatan data pengecekan kualitas kertas pada PT. Papeteries De Mauduit selama penelitian memiliki jumlah cacat paling banyak dibandingkan dengan variasi kertas rokok yang lainnya. Jumlah cacat akan ditampilkan pada pareto sebagai berikut:

Gambar.1 Jumlah Cacat Selama Satu Minggu Sumber: Pengolahan data laporan kualitas pada PT. Papeteries De Mauduit

Jumlah cacat yang ditampilkan pada pareto diatas, memberikan gambaran kepada peneliti untuk mengurangi jumlah cacat terutama di porositas kertas. Untuk itu akan dilakukan pengukuran kapabilitas proses agar dapat meningkatkan kualitas dari produk dan mengurangi jumlah cacat yang mungkin terjadi selama proses produksi.

BAB I PENDAHULUAN

I-3

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah menganalisis kapabilitas proses dengan metode process capability analysis apakah mampu memenuhi spesifikasi yang diinginkan konsumen. Salah satu parameter yang akan dianalisa adalah porositas kertas, karena porositas kertas akan menentukan seberapa berat atau ringannya rokok tersebut saat dihisap oleh konsumen. Untuk itu akan dilakukan pengukuran kapabilitas produk agar sesuai dengan spesifikasi konsumen.

1.3 Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam kerja praktek ini adalah menganailisis produk apakah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen atau tidak dengan pengukuran kapabilitas proses. 1.4 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam yang dilakukan pada penelitian ini:
1. Hanya mengkaji parameter porositas kertas. 2. Penelitian hanya dilakukan di laboratorium Quality Control

1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah historis/deskriptif analitis/ karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan/membuktikan data yang diperoleh baik dari berbagai rujukan kemudian dianalisis. Penelitian ini menerapkan metode rasional.

BAB I PENDAHULUAN

I-4

1.6 Sistematika Penyajian Sistematika penyusunan bab yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai, pembatasan masalah, metode penelitian yang digunakan selama kerja praktek, dan sistematika penyajian laporan. BAB II LANDASAN TEORI Memaparkan teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah. BAB III PROFIL PERUSAHAAN Menguraikan secara singkat sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Mengumpulkan data primer dan sekunder serta mengolah data yang membantu dalam pemecahan masalah. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Memaparkan hasil dari Pengolahan data yang dilakukan pada BAB IV memberikan masukan kepada pihak PT. Papeteries De Mauduit. dan

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Kualitas 2.1.1 Definisi Kualitas Kualitas memiliki beberapa pengertian menurut beberapa Ahli dan ISO sebagai berikut (Mitra, 2008):
1. Webster

mendefinisikan mendefinisikan

karakteristik karakteristik

fisik atau

&

non-fisik

yang

mencerminkan sifat dasar benda atau sifat khususnya;


2. Radford

kombinasi/kumpulan

karakteristik yang membedakan satu benda dari lainnya;


3. Juran mendefinisikan fitness for use dan conformance to requirement; 4. Deming mendefinisikan ditujukan pada kebutuhan konsumen, sekarang

dan nanti;
5. ISO1804 mendefenisikan totalitas features dan karakteristik produk atau

jasa yang memberikan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen, stated or implied; 6. Heizer & Render mendefinisikan keseluruhan corak dan karakteristik dari produk atau jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yangtampak jelas maupun yang tersembunyi;
7. Garvin mendifeniskan Eight dimensions of quality; 8. Parasuraman et al. mendifeniskan Five dimensions of quality of service.

Secara umum, dimensi kualitas menurut Garvin (dalam Gazperz, 1997:3) sebagaimana ditulis oleh M. N. Nasution (2005: 4-5) dan Douglas C. Montgomery (2001:2), mengidentifikasikan delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan

BAB II LANDASAN TEORI

II-2

untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu sebagai berikut (Montgomery, 2001) :
1. Performa (performance)

Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.
2. Keistimewaan (features)

Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
3. Keandalan (reliability)

Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
4. Konformasi (conformance)

Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Daya tahan (durability)

Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
6. Kemampuan Pelayanan (serviceability)

Merupakan perbaikan.

karakteristik

yang

berkaitan

dengan

kecepatan,

keramahan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam


7. Estetika (esthetics)

Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

Bersifat

subjektif,

berkaitan

dengan

perasaan

pelanggan

dalam

mengkonsumsi produk tersebut.

BAB I LANDASAN TEORI

II-3

2.1.2 Manajemen Kualitas Manajemen Kualitas menurut ISO 9000:2000 didefiniskan sebagai

aktivitas-aktivitas terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi berkenaan dengan mutu. Manajemen kualitas mencakup semua aktivitas yang dijalankan para manajer dalam usahanya untuk mengimplementasikan kebijakan kualitas dan mencapai sasaran kualitas mereka. Aktivitas-aktivitas ini mencakup: perencanaan mutu, pengendalian mutu, jaminan mutu, dan peningkatan mutu (Syahu dan Sugian O, 2006). Manajemen kualitas mengalami evolusi dari tahun 1920an-1970an yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahun 1920an manajemen kualitas hanya berhubungan dengan inspeksi

yang meliputi tindakan penyelamatan, sorting, klasifikasi, tindakan koreksi, dan identifikasi sumber ketidaksesuaian (Mitra,
2008) (Feigenbaum,1991). 2. Tahun 1940an manajemen kualitas tidak hanya berhubungan dengan

inspeksi tetapi juga memperhatikan pengendalian kualitas yang meliputi pengembangan manual kualitas, data performansi proses, inspeksi mandiri, pengujian produk, perencanaan kualitas dasar, dan penerapan statistika dasar (Mitra, 2008) (Feigenbaum,1991).
3. Tahun 1970an manajemen kualitas berkembangan menjadi lebih luas lagi.

Sehingga kualitas bukan hanya dikendalikan maupun inspensi saja tetapi sudah berkaitan dengan sistem penjamin kualitas dan kualitas terpadu yang meliputi pengembangan sistem kualitas, perencanaan kualitas lanjut, manual kualitas terpadu, ongkos kualitas, keterlibatan operasi non produksi, analisis sebab-akibat, pengendalian proses statistik, kebijakan kualitas, keterlibatan pemasok & konsumen, keterlibatan semua operasi, manajemen operasi, pengukuran performansi, Teamwork, dan keterlibatan pekerja (Mitra, 2008) (Feigenbaum,1991).

BAB I LANDASAN TEORI

II-4

2.1.3 Sistem Manajemen Kualitas Sistem manajemen kualitas memeiliki berberapa definisi menurut para ahli dan ISO sebagai berikut: 1. Sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu (Gaspersz, 2001). 2. ISO 9000:2000 mendefinisikan sebagai suatu sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi berkenaan dengan kualitas (Syahu dan Sugian O, 2006). Terdapat beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen kualitas, sebagai berikut (Gaspersz, 2001): 1. Sistem manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama sebagai berikut transcedent quality, product based quality, user based quality, manufacturing based quality, dan value based quality. 2. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. 3. Sistem manajemen kualitas berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula bahwa banyak sistem manajemen kualitas tidak akan efektif sepenuhnya pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas tidak akan efektif sepenunya pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas juga harus berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalahmasalah yang ditemukan. Dalam kaitan dengan hal ini, sistem manajemen kualitas merupakan suatu closed loop system yang

BAB I LANDASAN TEORI

II-5

mencakup deteksi, umpan balik, dan korelasi. Proporsi terbesar harus diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap awal. 4. Sistem manajemen kualitas mencakup elemen-elemen berupa tujuan, pelanggan, hasil-hasil, proses-proses, masukan-masukan, pemasok, dan pengukuran untuk umpan balik. 2.2 Pengendalian Kualitas 2.2.1 Definisi Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas menurut beberapa ahli memiliki definisi sebagai berikut: 1. Usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan (Assauri, 2008). 2. Teknik operasional dan aktivitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari kualitas (Gasperz, 2005). 3. Suatu proses yang mengevaluasi hasil produksi terhadap suatu standar dan mengambil tindakan-tindakan perbaikan jika hasil produksi tidak memenuhi standar (Stevenson, 2005). Pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan terusmenerus selama proses produksi berjalan. Juran dalam "Quality Control Handbook" menyatakan bahwa pengendalian kualitas terdiri 3 aspek (The Juran Trilogy) yaitu (Juran,1995):
1. Perencanaan Kualitas (Quality Planning)

Pada tahap ini pihak produsen harus melakukan indetifikasi kebutuhan konsumen baik secara internal maupun eksternal, rancang produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, rancang proses produksi produk itu, produksi produk sesuai dengan spesifikasi
2. Pengendalian Kualitas (Quality Control)

BAB I LANDASAN TEORI

II-6

Pengendalian kualitas produk pada saat proses produksi, pada tahap ini produsen harus melakukan indetifikasi elemen kritis yang harus dikendalikan dan berpengaruh pada kualitas, kembangkan alat dan metode pengukuran, kembangkan standar bagi elemen kritis.
3. Perbaikan kualitas (Quality Improvement)

Kegiatan ini dilakukan jika ditemukan ketidaksesuaian antara kondisi aktual dengan standar. 2.2.2 Tujuan Pengendalian Kualitas Tujuan dari pengendalian kualitas adalah (Assauri, 2008): 1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. 2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin. 3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. 2.2.3 Klasifikasi Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu (Mitra, 2008):
1. On-line Quality Control adalah kegiatan pengendalian kualitas yang

dilakukan selama proses fabrikasi berlangsung dengan menggunakan Statistical Process Control (SPC). Sifat On-line Quality Control adalah tindakan pengendalian yang reaktif, atau tindakan setelah kegiatan produksi berjalan. Artinya jika produk yang dihasilkan tidak memenuhi spesifikasi yang diharapkan, tindakan perbaikan terhadap proses dilakukan dengan tujuan meminimasi jumlah cacat yang terjadi.
2. Off-Line Quality Control adalah pengendalian kualitas yang dilakukan

sebelum proses produksi atau pengendalian kualitas yang bersifat

BAB I LANDASAN TEORI

II-7

preventif. Dengan tindakan preventif maka kemungkinan adanya cacat produk dan masalah kualitas dapat diatasi sebelum produksi berjalan. Pengurangan pada produk cacat akan mengurangi scrap dan produk gagal, yang akhirnya akan mengurangi retur produk dari konsumen serta dapat mengurangi kerugian. Tujuan dari Off-Line Quality Control adalah untuk mengoptimasi desain produk dan proses dalam rangka mendukung kegiatan On-Line Quality Control. 2.3 Statictical Process Control 2.3.1 Definisi Statiscal Process Control Statistical Process Control (SPC) menurut beberapa ahli memiliki definisi sebagai berikut (Montgomery, 2001):
1. Sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat

pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa yang sedang diproduksi (Rendez, 2006).
2. Suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform

dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan menerapkan bantuan untuk mencapai efisiensi (Assauri, 1998).
3. Pengendalian kualitas secara statistika adalah satu teknik berbeda yang

didesain untuk mengevaluasi kualitas ditinjau dari sisi kesesuaian dengan spesifikasinya (Jacobs, 2001). 2.3.2 Manfaat Statistical Process Control Statistical Process Control memiliki beberapa manfaat sebagai berikut (Assauri, 1998):
1. Pengawasan (control), di mana penyelidikan yang diperlukan untuk dapat

mentapkan statistical control mengharuskan bahwa syarat-syarat kualitas pada situasi itu dan kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga

BAB I LANDASAN TEORI

II-8

mendetail. Hal ini akan menghilangkan beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam spesifikasi maupun dalam proses.
2. Pengerjaan kembali barang-barang yang telah diapkir (scrap-rework).

Dengan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam proses. Sebelum terjadi hal-hal yang serius dan akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses (process capability) dengan spesifikasi, sehingga banyaknya barang-barang yang diapkir (scrap) dapat dikurangi sekali.
3. Biaya-biaya pemeriksaan, karena Statistical Process Control dilakukan

dengan jalan mengambil sampel-sampel dan mempergunakan sampling techniques, maka hanya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu untuk diperiksa. Akibatnya maka hal ini akan dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan. 2.3.3 Klasifikasi Statistical Process Control Terdapat dua jenis metode Statistical Process Control yang berbeda, yaitu (Montgomery, 2001): 1. Sampling Penerimaan Didefinisikan sebagai pengambilan satu sampel atau lebih secara acak dari suatu partai barang, memeriksa setiap barang di dalam sampel tersebut dan memutuskan berdasarkan hasil pemeriksaan itu, apakah menerima atau menolak keseluruhan partai. Jenis pemeriksaan ini dapat digunakan oleh pelanggan untuk menjamin bahwa pemasok memenuhi spesifikasi kualitas atau oleh produsen untuk menjamin bahwa standar kualitas dipenuhi sebelum pengiriman. Pengambilan sampel penerimaan lebih sering digunakan daripada pemeriksaan 100% karena biaya pemeriksaan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya lolosnya barang yang tidak sesuai kepada pelanggan. 2. Pengendalian Proses

BAB I LANDASAN TEORI

II-9

Pengendalian proses menggunakan pemeriksaan produk atau jasa ketika barang tersebut masih sedang diproduksi. Sampel berkala diambil dari output proses produksi. Apabila setelah pemeriksaan sampel terdapat alasan untuk mempercayai bahwa karakeristik kualitas proses telah berubah, maka proses itu akan diberhentikan dan dicari penyebabnya. Proses perubahannya dapat ditinjau dengan menggunakan peta kendali. Penyebab tersebut dapat berupa perubahan pada operator, mesin ataupun pada bahan. Apabila penyebab ini telah dikemukakan dan diperbaiki, maka proses itu dapat dimulai kembali. Dengan memantau proses produksi tersebut melalui pengambilan sampel secara acak, maka pengendalian yang konstan dapat dipertahankan. 2.4 Peta Kendali 2.4.1 Definisi Peta Kendali Peta kendali adalah suatu quality tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah proses tersebut dalam kondisi terkontrol secara statistik ataukah tidak dengan cara menetapkan batas-batas kendali:
1. Upper

Control Limit merupakan

garis batas atas untuk suatu

penyimpangan yang masih diijinkan. Rumus yang akan dipakai untuk mencari nilai Upper Control Limit adalah (Montgomery, 2001):
(U L ) = X +3 C

Tetapi jika memperhitungkan ukuran sampel, maka rumus yang akan dipakai untuk mencari nilai Upper Control Limit pada peta kendali untuk rata-rata adalah (Montgomery, 2001):
(U L ) = X +A2 R C

Dan peta kendali untuk rentangan adalah (Montgomery, 2001):


(U L ) = D 4 R C

BAB I LANDASAN TEORI

II-10

2. Central line merupakan garis yang melambangkan tidak adanya

penyimpangan dari karakteristik sampel. Rumus yang dipakai untuk mencari nilai Central line adalah (Montgomery, 2001):
(C ) = X L

Apabila Control Limit memperhitungkan ukuran sampel, maka rumus yang akan dipakai untuk mencari nilai Lower Control Limit pada peta kendali untuk rata-rata dan peta kendali untuk rentangan tetap sama dengan tidak memperhitungkan ukuran sampel yaitu (Montgomery, 2001):
(C ) = X L

3. Lower Control Limit merupakan garis batas bawah untuk suatu

penyimpangan dari karakteristik sampel. Rumus yang akan dipakai untuk mencari nilai Lower Control Limit adalah (Montgomery, 2001):
(L L C
x

) =X 3

Tetapi jika memperhitungkan ukuran sampel, maka rumus yang akan dipakai untuk mencari nilai Lower Control Limit pada peta kendali untuk rata-rata adalah (Montgomery, 2001):
( L L ) = X +A2 R C

Dan peta kendali untuk rentangan, adalah (Montgomery, 2001):


(L L C
x

) = D3 R

2.4.2 Manfaat Peta Kendali Peta kendali memiliki manfat sebagai berikut (Prawirosentoso, 2007): 1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi. 2. Memberikan informasi proses secara kronologis, yaitu menunjukkan bagaimana pengaruh berbagai faktor, misalnya: material, manusia, metode, mesin, dan lingkungan terhadap proses produksi. 3. Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses yaitu dengan memperhatikan pola atas pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari over control, yaitu pengontrolan terlalu ketat sehingga dapat menurunkan

BAB I LANDASAN TEORI

II-11

efisiensi maupun under control, yaitu pengontrolan terlalu longaar sehingga dapat menurunkan mutu.

2.4.3 Jenis Peta Kendali Pada dasarnya data diklasifikasikan menjadi dua, sehingga dengan demikian jenis-jenis peta kendali terbagi menjadi dua sebagai berikut(Heizer & Render, 2006):
1. Peta kendali variabel yang memiliki dimensi yang berkelanjutan dan

memiliki sejumlah kemungkinan yang tidak terbatas. Peta kendali ini memiliki dua jenis peta kendali lagi, yaitu peta kendali untuk rata-rata dan peta kendali untuk rentangan. Kedua peta kendali tersebut digunakan untuk mengawasi proses yang memiliki dimensi berkelanjutan dan saling membantu di saat memonitor variabel karena mengukur dua parameter yang penting, yaitu kecenderungan terpusat dan penyebaran.
2. Peta kendali atribut mengambil sampel yang bisanya dikelompokkan

sebagai diterima (baik) atau ditolak (cacat). Ada empat jenis peta kendali atribut yang digunakan, yaitu peta kendali p (p-chart) untuk menentukan proporsi bagian yang ditolak karena tidak sesuai (gagal) terhadap spesifikasi, peta kendali np (np-chart) berfungsi seperti peta kendali p namun dengan ukuran sampel yang tetap setiap kali pengamatan, peta kendali c (c-chart) untuk menentukan banyaknya ketidaksesuaian pada ukuran sampel yang tetap, dan peta kendali u (u-chart) yang berfungsi seperti peta kendali c namun dengan ukuran sampel yang berbeda-beda. 2.5 Process Capability Analysis 2.5.1 Definisi dan Istilah-Istilah Dalam Process Capability Analysis Analisis kapabilitas proses memiliki beberapa pengertian yaitu:

BAB I LANDASAN TEORI

II-12

1. Merupakan analisis terhadap kemampuan proses dalam memenuhi

spesifikasi yang diinginkan pelanggan atau manajemen (Mitra, 2008);


2. Merupakan ukuran keseragaman proses dalam menghasilkan produk

dengan karakteristik kualitas tertentu (Mitra, 2008);


3. Mereprensentasikan kinerja proses dalam kondisi statistical control

(Mitra, 2008);
4. Ditentukan oleh variabilitas random proses (Mitra, 2008);

5. Pemeriksaan variability dan distribusi inheren dari suatu proses, sehubungan dengan kemampuannya untuk memproduksi output yang sesuai dengan range variasi yang dispesifikasikan (Syahu dan Sugian O, 2006). Dalam menghitung nilai dari kapabilitas proses terdiri atas dua istilah dan dua rumus yang akan digunakan. Kedua istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Capability Rasio (Cp) merupakan rasio antara penyebaran proses yang

diizinkan dengan penyebaran rasio aktual. Tujuan dari Process Capability Rasio adalah mengevaluasi proses dengan mengukur kemampuan suatu proses untuk memproduksi produk sesuai dengan spesifikasi (Mitra, 2008). Rumus yang akan dipakai untuk mencari nilai kapabilitas proses adalah:
Cp = USL LSL 6

2. Process Capability Rasio for an Off Center Process (Cpk) merupakan

rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan proses dengan mempertimbangkan penyebaran dan rataan proses. Process Capability Rasio tidak memperhitungkan dimana rataan proses berada terhadap spesifikasi tetapi hanya mengukur penyebaran spesifikasi dengan penyebaran 6-sigma dalam proses(Mitra, 2008). Rumus yang akan dipakai untuk mencari nilai kapabilitas satu sisi adalah:
USL X X LSL C pk = Min , 3s 3s

BAB I LANDASAN TEORI

II-13

Ada beberapa indikasi nilai Cp yang menyatakan band toleransi sebagai berikut (Dale, 1994):
1. Jika Cp = 1,33 menyatakan bahwa band toleransi = 8 standar deviasi. 2. Jika Cp = 1,67 menyatakan bahwa band toleransi = 10 standar deviasi. 3. Jika Cp = 2,00 menyatakan bahwa band toleransi = 12 standar deviasi.

Ada beberapa indikasi dari nilai Cp yang menyatakan kemampuan proses sebagai berikut (Tham, 1997): 1. Cp > 1,6 menyatakan bahwa kemampuan proses tinggi. 2. 1 < Cp < 1,6 menyatakan bahwa proses relatif sama atau berada di tengah kemampuan proses. 3. CP < 1 menyatakan bahwa bahwa proses tidak memuaskan. 2.5.2 Manfaat Process Capability Analysis Analisis Kapabilitas Proses memiliki beberapa manfaat sebagai berikut (Mitra, 2008):
1. Mengidentifikasi keseragaman output sebuah proses. 2. Menjaga atau meningkatkan kualitas proses 3. Memfasilitasi perancangan produk dan proses

4. Membantu pemilihan dan pengendalian vendor


5. Mereduksi ongkos total dengan menurunkan external & internal failure

costs. 2.5.3 Hubungan Spesifikasi Dan Kapabilitas Proses Hubungan kapabilitas proses dan batas spesifikasi ditentukan oleh kondisi proses, variabilitas alamiah, dan kebutuhan pelanggan. Hubungan ini sangat erat kaitannya, karena apabila prosesnya tidak mampu memenuhi spesifikasi yang pelanggan inginkan maka prosesnya uncapable. Ada tiga

BAB I LANDASAN TEORI

II-14

kondisi yang muncul dalam hubungan ini. Ketiga kondisi ini adalah sebagai berikut (Mitra, 2008):
1. Kondisi Rentang Proses (6) < Rentang Spesifikasi (USL LSL)

Kondisi ini terjadi jika rentang spesifikasi lebih besar atau melebihi rentang proses yang mengakibatkan kapabilitas proses capable. Kondisi ini menggambarkan proses out of control tetapi tetap memproduksi barang dalam spesifikasi. Kondisi seperti ini dapat terlihat pada gambar.2 di halaman selanjutnya (Mitra, 2008):

Gambar.2 Rentang proses lebih kecil dari rentang spesifikasi Sumber: Applied Statistics and Probability for Engineers Third Edition Gambar.2 diatas menggambarkan kondisi bahwa rataan proses dan standar deviasi berada pada target nilai (Mitra, 2008). 2. Kondisi Rentang Proses (6) = Rentang Spesifikasi (USL LSL)

Kondisi ini terjadi jika rentang proses sama dengan rentang spesifikasi yang mengakibatkan kapabilitas proses memadai, dimana tidak ada ruang untuk error. Jika karakteristik distribusi dapat diasumsikan normal dan proses in control, maka hampir keseluruhan dari barang yang diproduksi akan berada dalam spesifikasi. Kondisi seperti ini dapat terlihat di gambar.3 di bawah ini (Mitra, 2008):

BAB I LANDASAN TEORI

II-15

Gambar.3 Rentang Proses Sama Dengan Rentang Spesifikasi Sumber: Applied Statistics and Probability for Engineers Third Edition Gambar.3 di atas menggambarkan kondisi bahwa rataan proses masih berada dalam rentang spesifikasi tetapi rataan proses bergeser sejauh .(Mitra, 2008). 3. Kondisi Rentang Proses (6) > Rentang Spesifikasi (USL LSL)

Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak diinginkan terjadi, ketika sebaran proses lebih besar dari pada batas spesifikasi. Kondisi ini menggambarkan untuk beberapa barang yang diproduksi ukurannya tidak memenuhi spesifikasi, maka proses dalam kondisi ini uncapable. Kondisi seperti ini dapat terlihat di gambar.4 di bawah ini (Mitra, 2008):

Gambar.4 Rentang Proses Lebih Besar Dari Rentang Spesifikasi Sumber: Applied Statistics and Probability for Engineers Third Edition Gambar.4 diatas menggambarkan kondisi bahwa rataan proses masih berada dalam rentang spesifikasi tetapi rataan proses dan standar deviasi bergeser sejauh .

(Mitra, 2008).

BAB III PROFIL PERUSAHAAN


3.1 Sejarah PT. Kimsari Paper Indonesia didirikan pada tahun 1984 dan mulai melakukan produksi kertas rokok pada tahun 1985. PT. Kimsari Paper Indonesia merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang produksi kertas rokok dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Perusahaan ini didirikan atas prakarsa dua pemegang saham, yaitu PT. Sarida Perkasa, Kimberly Clark USA Corporation yang mana pada akhir tahun 1983 membeli seluruh aset eks. PT Delitua Paper Mill yang mengalami likuidasi dengan SPP Presiden No. 441/I/PMA/1983, 31 Desember 1983 dan akte pendirian 31 Desember 1983 N0. 427, 24 Februari 1984 Notaris Ridwan Suselo, Jakarta. PT. Papeteries de Mauduit (PDM) yang merupakan anak perusahaan Schweiter-Mauduit di Prancis, terlibat dalam desain dan konstruksi pabrik pada pertengahan tahun 1980-an, memberikan bantuan teknis dan lisensi kepada Kimsari untuk menggunakan merek dagang PDM dalam memasarkan produk di Indonesia. Pada tahun 24 Oktober 2003, Schweitzer-Mauduit International Inc mengumumkan di Alpharetta bahwa adanya kesepakatan untuk mengambil salah satu anak perusahaannnya yaitu PT. Kimsari Paper Indonesia. Tahun 2004, Kimberly Clark USA Corporation melepaskan semua saham di PT. Kimsari Paper Indonesia dan dibeli oleh group SWM (Switzer Mauduit) Perancis. SWM (Schweitzer-Mauduit) France mengambil alih kepemilikan 100 persen saham Kimsari. Transaksi tersebut direalisasikan dalam kurun waktu 90 hari oleh pemerintah. Sejak tahun 2004 PT. Kimsari Paper Indonesia berganti nama menjadi PT. PDM Indonesia.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

III-2

3.2 Organisasi dan Manajemen Struktur organisasi yang digunakan PT. PDM Indonesia adalah merupakan struktur organisasi garis dan fungsional, dimana organisasi ini merupakan perpaduan antara organisasi garis dan organisasi fungsional. Untuk ini harus ditambah dengan bagian staf yang terdiri dari para ahli. Kedudukan staf dapat setingkat dengan pucuk pimpinan dengan kepala bagian, mandor terkecuali buruh tidak mempunyai staf. Berikut adalah gambaran struktur organisasinya:
Grl e a n e Me ag n r a S tr e a c y e M i l l Oa n pt ei ro Mg a e n r a P r a ie a Mn p c e h P uoM e rdt n a g oc i nr a Fn ia e nc Me ag n r a Aun c ng c t oi & T a s k Me ag n r a E nr n ei ge i n g ag Me n r a Fn l i ai nc a As n t a l y Ss a l e Me ag n r a H R & G A Me ag nr a Stg P um t ec rcee r i or n a t Me ag n r a P uDl p n r c e oe o t v m d e t T n l ag e ia ne c cM r h a &

Q A Me ag n r a

Woe ah s r u e Mg a e n r a

M I S Me ag n r a

C en o rg nt vi Mg a e n r a

M R & E H S C d tr o ia on r o

Gambar. 5 Struktur Organisasi PT. Papeteries de Mauduit (PDM) Sumber: PT. Papertaries de Mauduit (PDM

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 3

III-

3.3 Proses Produksi PT. Papertaries de Mauduit (PDM) akan digambarkan dalam Operation Process Chart (OPC) dibawah ini:
P c ia d a i m a oa r i t t Cc Cbnt ep e l u r e A i r D l eT k io r a sv n O.4 -1 0 Pa tn er a lu O.1 -1 0 P gacrn e hnu n a N d Ba e Kf Pp e l l c drt u ee e h a l H r pl e ya u r d p O.2 - 1 0 P gacrn e hnu n a L fBahd rf Pp e l ce K t u a e a l H r pl e yau r d p O.3 -1 0 P gacrn e hn a n u Bk r e o Sd pl e yr u r a p

Vrtn S en i a gce bi r

S rg cet t ae hs o Wd u p hs o dm et o c O.2 - 2 0 P a pna e m gn n u Sa et r

S eF e t r ur i ro p ba O.3 -2 0 P eaa e chn m Sa et r

O.4 -2 0 P yr gn e ana n i

O.1 -2 0 P gdkn e aua n 3 Ri e en f r

S rg C o t ae a o C O.4 -3 0 Pn pna ea ugn m

Bk C s r e ht o e

O.1 -3 0 P eaa e chn m Srt e a

O.3 -3 0 P a pna e m gn n u Sa et r

Ri eC s enr h t f e O.1 -4 0 P a pna e m gn n u Srt e a

Mn C s i ig h t x e O.6 -1 0 P cmrn e apa n u

Do e er r fm

+ A i r

M i e hs ah C t cn e

O.6 -2 0 P a pna e m gn n u Sa et r S c Me t k a r o s t

O.6 -3 0 P jga e aan n Lu e t a Sa j r

M i e ak ah T cn n O.7 -1 0 P cmrn e apa n u dn a P ga sn e hu n l a C t Cae ey l n n e r O.7 -2 0 P iaa e sh m n Ko n or t a

Hd o e B a x

O.7 -3 0 P g crn e ee nn a

Fudnr or r e i

O.7 -4 0 P b t kn e e ua mn

Pk p rs i up s c e O.7 -5 0 P gl a n e e r n ua a i r Ebse m sr o

O.7 -6 0 P ctkn ee a n a gr as i -gr as i

Fe r e r d r e y

O.7 -7 7 P gr gn e ena n i

C m lapct r h i a pl a e c i o

O.7 -8 0 P ab a e mhn n a Z Ki a i a t m

Psi n r e oto d r i y

O.7 -9 0 P gr gn e ena n i

Rlste o l tr l i O.7 -1 0 0 P o na e t g m o n mj dro e ai ol n Pr sy e r o i m ot t e tmna ibg a n , dna a li n , - li a n

O.7 -1 0 1 I ses n k p i

Rm te e c tr a u O.8 -1 0 P o na e t gn m o mjdra e ai em n

B b ste o i l tr bn i O.9 - 1 0 P o na e t gn m o mj d e ai n bbi ob n R p g ah e e i mi pn c n

R p g ah e e i mi pn cn

O.8 -2 0 P e kn et a ca pl o a Kts e bnks ea P ugu r m

O.9 - 2 0 P e kn et a ca pl o a

hd a n

O.10 0 P y pn e i aa nm n

-1

Gambar. 6 Operation Process Chart PT. Papeteries de Mauduit (PDM) Sumber: PT. Papertaries de Mauduit (PDM)

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

III-4

3.4 Pengendalian Kualitas 3.4.1 Karakteristik Pengendalian Kualitas Berikut ini ada beberapa karakteristik kualitas yang perlu diperhatikan dalam proses pengendalian kualitas di PT. Papertaries de Mauduit:
1. Basis weight : Berat kertas yang merupakan satu unsur cigarrette paper

yang terpenting. Bila basis weight berubah maka semua parameter yang lain akan berubah. Basis weight ditentukan dalam satuan gr/m2.
2. Tensile Strenght : Untuk mengukur daya tahan maksimum kertas sampai

putus. Bagian quality control memeriksa apakan sesuai dengan range yang telah ditetapkan. Jika ada penyimpangan dari range-nya akan diuji kembali dengan lebih mempertahankan arah serat ataupun ada hal-hal lain (satuan KgF).
3. Porosity : Pengukuran aliran udara melalui kertas sample 20 cm2 dengan

perbedaan tekanan 10 cm WG. Sangat penting untuk membedakan antara penembusan udara pada pori-porinya dengan penembusan udara pada lubang-lubang besar akibat kesalahan proses (satuan 4H20cm210WG).
4. Filler : Untuk megukur banyaknya CaCO3 yang tidak ditambahkan pada

kertas untuk meninggikan opacity atau porosity atau kedua-duanya (satuan %.In Paper).
5. Opacity : Utuk menguji daya tembus (daya tahan) kertas untuk menahan

sinar terang (satuan %).


6. Brightness : Pengukuran keputihan kertas dengan sinar terang (satuan %). 7. Formation : Pemeriksaan secara visual terhadap susunan serat kertas,

formasi jelek bukan berarti kertas memiliki kualitas yang jelek pula, tetepi yang di perhatikan adalah kertas bisa mudah terputus pada waktu dipotong di mesin slitter.

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

III-5

3.4.2 Spesifikasi Pengendalian Kualitas PT. Papertaries de Mauduit memiliki spesifikasi pengendalian kualitas yang berbeda-beda tergantung permintaan konsumen. Suatu spesifikasi akan dinyatakan sah apabila spefikasi yang diajukan oleh konsumen telah disepakati antara PT. Papertaries de Mauduit. Salah satu spesifikasi konsumen yang ada di PT. Papertaries de Mauduit akan ditampilkan pada gambar di bawah ini:

Gambar. 7 Spesifikasi Pengendalian Kualias Sumber: PT. Papertaries de Mauduit (PDM)

Pada gambar diatas ditampilkan average control limit yang berarti bahwa minimum 70% output produksi berada pada control limit dan Individual reading

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

III-6

yang berarti bahwa maksimum 30% output produksi yang terbaca di Individual reading. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk tersebut mempunyai variasi yang kecil. 3.4.3 Proses Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas yang dilakukan di PT. Papertaries de Mauduit adalah dengan mengambil sebagian kertas rokok dari jumbo roll yang telah selesai diproduksi. Kemudian kertas rokok tersebut akan dicek pada berbagai mesin yang terdapat di laboratorium. Dalam pengecekan tidak dipengaruhi oleh urutan karakteristik kualitas yang mana terlebih dahulu harus di cek. Pengendalian kualitas yang dilakukan di PT. Papertaries de Mauduit adalah pengendalian secara online monitoring. Pengendalian ini dilakukan dengan cara monitoring parameter secara langsung untuk kerja yang sedang diproduksi. Pengendalian ini menggunakan alat bantu berupa mesin monitoring. Salah satu hasil dari pengendalian online ini akan ditampilkan dalam bentuk grafik. Contoh grafik hasil monitoring dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar. 7 Grafik Monitoring Sumber: PT. Papertaries de Mauduit (PDM)

3.4.4 Pengolahan Data Hasil dari pengecekkan kateristik kertas rokok ini akan diinput ke Microsoft Excel dan dijadikan sebagai laporan harian ke atasan. Pengendalian kualitas ini menggunakan bantuan Statistical Process Control. Hasil laporan juga terhubung (Synchronize) dengan semua departemen di PT. Papertaries de

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

III-7

Mauduit. Sehingga setiap departemen dapat melihat hasil pengendalian kualitas. Dari hasil pelaporan tersebut tiap departemen dapat mengambil antisipasi tindakan yang harus diambil apabila ada karekteristik kualitas yang berada di luar batas kendali (Upper Control Limit dan Lower Control Limit). 3.4.5 Tindakan Yang Diambil Pengendalian kualitas yang telah dilakukan akan menghasilkan apakah suatu produk berada dalam batas kendali (Upper Control Limit dan Lower Control Limit) atau tidak. Apabila suatu produk melebihi batas kendali maka produk tersebut akan dibandingkan dengan spesifikasi grade yang lain. Jika ternyata memenuhi spesifikasi grade yang lain, maka produk tersebut akan tetap memenuhi spesifikasi konsumen.Tetapi produk yang melebihi batas kendali tersebut tetap harus ditanggulangi oleh perusahaan. Maka pihak departemen kualitas akan memberikan feedback ke departemen produksi. Feedback tersebut seperti : check porosity on Middle Side near core, check porosity at top sample, check porosity near core, check porosity on Middle Side as indicated, check porosity on Front Side at top sample, dan lain-lain. Feedback tersebut akan dipakai oleh pihak departemen produksi untuk tetap memperbaiki prosesnya agar produk yang dihasilkan tetap berada didalam batas kendali. Dan apabila produk tersebut tidak dapat memenuhi spesifikasi grade yang lain, maka produk tersebut akan dikategorikan broke. Jika produk yang dihasilkan sudah broke maka perusahaan hanya akan dapat membuang produk broke dengan kata lain perusahaan akan mengalami kerugian.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


4.1 Pengumpulan Data 4.1.1. Pemilihan Peta Kendali Peta kendali dalam manajemen kualitas ada dua jenis peta kendali yaitu peta kendali variabel yang berhubungan dengan data-data kuantitatif dan peta kendali atribut yang berhubungan data-data kualitatif. Pada penelitian ini data yang diamati adalah data-data yang bersifat kuantitatif. Sehingga peta kendali yang akan dipakai adalah peta kendali variabel. 4.1.2. Pemilihan Jumlah Sampel dan Ukuran Sampel Sampel ini diambil secara rutin selama 1 minggu di laboratorium PT. Papeteries De Mauduit. Frekuensi pengambilan sampel berturut-turut selama 7 hari sebanyak 20 sampel, 21 sampel, 15 sampel, 19 sampel, 23 sampel, 19 sampel, 18 sampel. Sampel diambil dari tanggal 11 juni 2011 sampai 17 juni 2011. Ukuran sampel yang umum digunakan pada perusahan-perusahaan adalah 4-5 sampel. Pada penelitian ini ukuran sampel yang dipakai adalah 4 sampel dan jumlah sampel yang dikumpulkan berjumlah 144 sampel, maka dapat dikategorikan jumlah sampelnya besar sehingga tingkat sensitifitas tinggi terhadap pergeseran parameter proses. 4.1.3. Rekapitulasi Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

BAB I PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IV-2

4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Trial Control Limit 4.2.2 Revised Control Limit 4.2.3 Perhitungan dan Analisis Kapabilitas Proses Batas Kapabilitas Proses:
X 3s =3 ,8 3(1,3) =3 ,8 3,9 =(3 ,7;2 ,9) 0 0 4 6

Indeks Kapabilitas Proses:


Cp = USL LSL 33 ,7 20 ,7 = =1,67 6 6(1,3)

Indeks Kapabilitas Satu Sisi:


SL X X LSL 33 ,7 28 ,3 28 ,3 20 ,7 U C pk = M in , in , =M 3s 3s 3(1,3) 3(1,3)

5,4 7,6 C pk = Min , = 1,38 3,9 3,9

Kesimpulan: Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data di BAB IV di peroleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai Cp=1,67 menurut (Mitra, 2008) nilai Cp>1 mengindikasikan bahwa

proses potensial dari analisis kapabilitas proses porositas rokok capable dan menurut (Tham, 1997) nilai Cp> 1,6 mengindikasikan bahwa kemampuan proses tinggi.

BAB I PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IV-3

2. Nilai Cpk=1,38 menurut (Mitra, 2008) nilai Cpk>1 mengidikasikan bahwa

proses performansi aktual dari analisis kapabilitas proses porositas rokok capable.

Analisis yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan adalah rataan dan standar deviasi proses tepat berada di nilai target. Walaupun rataan dan standar deviasi bergeser tetapi tetap berada dalam batas spesifikasi.

Anda mungkin juga menyukai