Anda di halaman 1dari 3

Tindak Pidana Asusila 1.

Pencabulan, diancam dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 289 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 296 Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah. 2. Perbuatan Tidak Menyenangkan Pasal 335. Pasal 335 (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain; 2. barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis. (2) Dalam hal sebagaimana dirumuskan dalam butir 2, kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang yang terkena. Dalam suatu perkara perbuatan yang tidak menyenangkan sebagaimana diatur Pasal 335 ayat (1) KUHPidana dapat dilakukan penahanan meskipun ancaman hukumannya paling lama 1 (satu) tahun. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (4) huruf (b) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Perbuatan pidana tidak menyenangkan yang diatur Pasal 335 ayat (1), sesungguhnya konteks perbuatan pidana yang diatur dalam pasal tersebut ada 2 hal yakni perbuatan melawan hak dan pemaksaan memaksa orang dengan penistaan lisan atau tulisan.

Kualifikasi penahanan seorang tersangka dalam dalam perkara perbuatan tidak menyenangkan tetap mengacu pada suatu alasan hukum seperti diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana. Dalam surat perintah penahanannya, instansi yang berkepentingan (penyidik, penuntut umum atau hakim) harus menyebutkan alasan penahanannya. Tanpa penyebutan alasan penahanan, maka penahanan yang dilakukan adalah cacat hukum dan dapat dipraperadilankan. Dalam praktek hukum, seorang tersangka dalam perkara perbuatan tidak menyenangkan umumnya tidak dilakukan penahanan. Praktek umum ini tidak berarti menyampingkan kewenangan penahanan yang ada pada masing-masing instansi aparatur penegak hukum (penyidik, penuntut umum atau hakim) sebagaimana diatur Pasal 20 KUHAP. Artinya, pada waktu tingkat penyidikan, bisa saja si tersangka tidak dilakukan penahanan namun kemudian di tingkan penuntutan, penuntut umum melakukan penahanan. Kesemuanya itu tergantung pada kondisi kepentingan instansi yang mengeluarkan perintah penahanan dimaksud. Adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri, Terkesan bahwa sifat kepentingan untuk melakukan penahanan merupakan sifat yang sangat subjektif yang diukur berdasarkan kewenangan yang bersifat subjektif pula. Karena bersifat subjektif pada akhirnya banyak perintah-perintah penahanan dikeluarkan yang tidak sesuai dengan alasanalasan penahanan sebagaimana dimaksud dan diatur Pasal 21 ayat (1) KUHAP. Contoh Kasus: Pelaku Pelecehan Seksual di Busway Tidak Ditahan 07 Jun 2010 JAKARTA (Suara Karya) Aksi pelecehan seksual di busway atau Transjakarta kembali menimpa seorang perempuan. Foni (31) mengaku diremas pantainya di angkutan transportasi massal milik Pemprov DKI Jakarta itu. Tak hanya mere-mas, pelaku juga menggesek-gesekkan alat kelaminnya ke pan tat korban. Anton Susanto (32), yang diduga pelakunya, langsung bisa ditangkap satuan tugas (satgas) busway. Sayangnya, polisi tidak menahan Anton, tetapi hanya menyuruh Anton untuk membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi, perbuatannya itu. Menurut informasi yang dihimpun Suana Karya, tindakan tidak senonoh itu berlangsung di kawasan terminal Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (5/6), sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu korbanyang bekerja sebagai karyawati swasta sedang mengantre tiket di basement

Blok M Mal sebelum naik busway jurusan Blok M - Kota, Jakarta Barat, tiba-tiba ia merasakan pantatnya dige-rayangi calon penumpang yang juga ikut mengantre di belakangnya. Awalnya, Fonimendiamkan saja. Tapi, calon penumpang di belakangnya itu beru-lah lagi. Kali ini ia menggesek-gesekkan "barangnya" ke pantat korban. Foni pun berteriak-teriak. Satgas busway langsung bertindak dan menangkap pemuda tersebut. Pemuda itu kemudian diinterogasi dan digeledah di posko busway. Setelah itu, pemuda yang bernama Anton Susanto itu digelandang ke Polres Jakarta Selatan di Jalan Wijaya II. Pemuda berkaus putih itu menjinjing laptop. Saat diperiksa di kantor polisi sebelum pemeriksaan, laptopnya temya-ta banyak berisi file film porno. Pemuda yang mengaku tinggal di Cilo-dong, Depok, itu diperiksa di ruang unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). Setelah sekitar dua jam diinterogasi, Foni keluar dengan menelan kekecewaan. Foni kecewa karena batal melaporkan Anton Susanto sebagai pelaku pelecehan seksual. "Setelah saya pertimbangkan dan atas saran polisi juga, saya batal membuat laporan. Alasannya, tidak ada saksi. Kalaupun diproses hukum, buktinya sangat lemah. Saya tak mau buang-buang waktu," kata Foni. Karena Foni batal membuat laporan, maka akhirnya Anton hanya diminta polisi untuk membuat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya lagi. Seusai diperiksa dan membuat surat laporan, Anton dipersilakan pergi. Ia menolak menjawab pertanyaan wartawan. "No comment," katanya. Kasus pelecehan seksual bukan sekali ini terjadi. Kebanyakan para korban pelecehan di busway tidak sampai melapor ke polisi. Rata-rata korban digerayangipantatnya, dipegang pundak atau disenggol-senggol saat busway sesak dengan penumpang. Kalangan anggota Dewan menyayangkan pengelola busway atau Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta Busway belum memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi penumpang. Sebab, salah satu tujuan dari pembangunan transportasi massal itu adalah mengurangi jumlah pengendara pribadi. "Jika tak ada jaminan keamanan dan kenyamanan, sulit mewujudkan transportasi massal itu," kata anggota Komisi B (Bidang Transportasi) DPRD DKI Jakarta, Aliman Aat Pihak BLU Transjakarta sendiri ada kesan tidak maksimal melindungi korban pelecehan seksual. Gunardjo, Kepala Pusat Pengendalian. BLU Transjakarta, Minggu (6/6), mengatakan, kasus pelecehan atau pencurian di dalam busway kadang disebabkan oleh ulah penumpang sendiri karena penumpang sering mengabaikan imbauan dari petugas agar lebih tertib. Namun, Gunardjo berjanji untuk terus memperbaiki kualitas pelayanan bus Transjakarta agar bisa terus menjadi angkutan publik yang ramah dan nyaman bagi masyarakat Jakarta. (sdono)

Anda mungkin juga menyukai